Peperangan dan Revolusi. REVOLUSI.
itu dengan alat senjata peperangan. Kemudian, maka bangsa yang menang itu bertambah kaya, bertambah kuasa dan
bertambah pandai, sedangkan yang kalah bertambah miskin, serta bertambah bodoh. Nietsche, seorang filsuf atau Pemikir
Jerman, menjunjung tinggi Uebermensch, atau Dewa dalam bukunya Also Sprach Zarathustra Begitulah sabdanya Nabi
Zoroaster dan dalam Die Willie Zur Macht Nafsu merebut Kekuasaan, dimana ia menggambarkan dengan giat sifat-sifat
yang perlu dipakai oleh seorang panglima perang dan pembesar negeri. Buku-buku itu dibaca oleh Kasta Opsir di Jerman di
medan peperangan yang baru lalu ini dalam asap meriam dan hujan pelor dengan segala keyakinan.
Nietsche, ialah Nabi-Imperialisme, yang menyangka, bahwa peradaban itu mesti terbawa oleh kemenangan suatu bangsa atas
bangsa yang lain. Inilah filosofi imperialisme, yakni Kultur Paksaan, Peradaban Militerisme Peperangan, serta Peradaban
bunuh membunuh sesama manusia dengan maksud hendak menindas dan memeras bangsa yang lemah. Nietsche ialah
Zenith atau puncak Peradaban, yang tergambar oleh Arjuno, Iskandar Zulkarnain, Napoleon dan Wilhem II.
Selamanya ada tindasan, selamanya itulah pula ada rasa kemerdekaan. Cacingpun, yang diinjak bergerak kiri kanan,
lebih-lebih manusia yang terinjak itu akan berusaha melepaskan dirinya dari injakan itu. Si Bengis Nero, menguatkan majunya
92
Kaum Kristen. George III mengadakan Washington, yang melepaskan Amerika dari tindasan Inggris. Tsarisme di Rusia
mengadakan Bolshevisme. Inggris di India melahirkan Pergerakan Boikot dan Swaray, demikianlah tak akan putus
putusnya. Peperangan buat Kemerdekaan tiadalah untuk menindas
bangsa lain, melainkan buat melepaskan tindasan. Satria Kemerdekaan-Bangsa, tiadalah seorang Penindas, seperti Caesar,
Napoleon dan Wilhem II, melainkan manusia yang berhati suci, berfikiran jernih dan yang setia kepada yang tertindas. Phoseon
di Griek LOuverture pemimpin budak Negro, Garibaldi di Italia dan Rizal di Filipina, semuanya Satria, laksana gambaran
Kemerdekan, Kesucian, Keberanian serta Kecintaan hati. Laskar Kemerdekaan, walaupun biasanya miskin dan tiada bersenjata,
lebih kuat dari pada Laskar Imperialisme, karena dasar dan makudnya lebih tinggi. Disiplin laskar Kemerdekaan tiadalah
pula perbudakan, seperti pada Laskar Imperialisme, melainkan kegiatan yang suci.
Tindasan feodalisme di Prancis, melahirkan pemikir baru, yang wujudnya mau melepaskan tindisan satu kasta dari kasta
yang lain. Voltaire dan Rousseau, dengan pena yang maha tajam
memecahkan Feodalisme itu dan melahirkan fikiran baru, buat
93
zaman yang baru pula, yakni: Kemerdekaan, Persamaan dan Persaudaraan.
Kaum Satria baru lahir pula, yakni buat menjalankan buah pena pemikir tadi. Mirabeau, Madame Roland, Danton,
Robespierre dan Marat, ialah satria zaman baru, zaman mana kita masuki dengan banyak darah dan air mata mengalir. Satria
Prancis tadi belumlah insaf, bahwa Kemerdekaan, Persamaan dan Persaudaraan itu sekarang diperkosa oleh Kapitalisme.
Pemikir baru mesti berdiri pula. Marx dan Engels, melahirkan pikiran dan pertandingan baru: Kaum Proletar
seluruh dunia bersatulah Tidak lagi satu kasta dalam satu negeri, melainkan Kasta Hartawan diseluruh dunia haruslah dihancurkan
oleh Kasta Proletar seluruh dunia, supaya datang Kemerdekaan dan Komunisme.
Lenin, Trotsky, dll sejawatnya di Rusia sudah memperlihatkan, bagaimana besar kekuatan Kaum Proletar itu.
Sekarang di seluruh dunia Kaum Proletar sedang mengatur kekuatan buat perkelahian yang lama, sukar dan bengis itu.
Imperialisme boleh bersiap mengadakan kapal perang, meriam, kapal terbang, kapal selam, bom dan gas beracun.
Bangsa jajahan di Timur dan Kasta Buruh di dunia boleh sementara dihisap dan ditindas, dan tiada apa kalau miskin dan
tak bersenjata. Bangsa jajahan dan kasta Proletar ada mempunyai
94
senjata yang lebih tajam dari pada peluru dan bom, yakni kerukunan.
Kalau Bangsa di jajahan dan Kaum Proletar mengerti, serukun dan mau, maka tentara imperialisme itu akan pecah dari
dalam sendirinya karena yang memegang sekalian senjata itu ialah Kaum Proletar juga.
Inilah senjata kita Kaum Revolusioner yang terutama sekali: Otak, Pena dan Mulut.
Serdadu Revolusi, ialah serdadu yang mengerti serta yakin, dan kalau saatnya sudah sampai, maka dengan perkataan dan
tangan saja ia bisa menjatuhkan musuh berapapun besarnya. Revolusi bukanlah peperangan imperialisme, yang dilakukan
buat bunuh membunuh dan rampas merampas. Revolusi ialah satu pertarungan lahir dan batin, dimana satu Bangsa Tertindas
atau Kasta Tertindas, melahirkan dan mengumpulkan sifat-sifat manusia yang termulia untuk maksud yang tersuci.