Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium

PENGENDALIAN GULMA PADI SAWAH DENGAN
HERBISIDA BERBAHAN AKTIF BISPYRIBAC SODIUM

AHMAD AZIZ

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma
Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Ahmad Aziz
NIM A24090051

ABSTRAK
AHMAD AZIZ. Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan
Aktif Bispyribac Sodium. Dibimbing oleh DWI GUNTORO.
Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi padi adalah gulma.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas herbisida bispyribac
sodium untuk pengendalian gulma pada padi sawah. Penelitian dilaksanakan di
Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dari November 2012 hingga
Februari 2013. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu
faktor perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan bispyribac sodium yaitu:
50 ml ha-1, 100 ml ha-1, 150 ml ha-1, 200 ml ha-1, 250 ml ha-1, 300 ml ha-1,
pengendalian manual dan tanpa penyiangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1
dapat mengendalikan gulma spesies Ludwigia octovalvis, Echinocloa crus-galli,
Fimbristylis miliacea, Eclipta prostata dan Cynodon dactylon. Aplikasi herbisida
bispyribac sodium pada semua dosis yang diuji hanya menyebabkan gejala

fitotoksisitas ringan pada tanaman padi sawah.
Kata kunci: dosis, gulma, herbisida bispyribac sodium, padi

ABSTRACT
AHMAD AZIZ. Weed Control on Paddy by Bispyribac Sodium. Supervised by
DWI GUNTORO.
One of the main problems on increasing rice production is weeds. The
objective of this research was to determine the effectiveness of bispyribac sodium
herbicide to control weed in paddy field. The experiment was conducted in
Cibanteng village, Bogor regency, West Java from November 2012 to February
2013. The research was arranged at randomized block design with four
replications which consisted of eight bispyribac sodium treatments i.e: 50 ml ha-1,
100 ml ha-1, 150 ml ha-1, 200 ml ha-1, 250 ml ha-1, 300 ml ha-1, manual weeding
and no weeding. The result showed that the application of bispyribac sodium
herbicide at a dose of 50 ml ha-1 to 300 ml ha-1 could control Ludwigia octovalvis,
Echinocloa crus-galli, Fimbristylis miliacea, Eclipta prostata and Cynodon
dactylon weed species. Bispyribac sodium application at all dosages only caused
lightweihgt Phytotoxicity Syimptoms on rice plants.
Keywords: bispyribac sodium herbicide, dosage, rice, weed


Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah: dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGENDALIAN GULMA PADI SAWAH DENGAN
HERBISIDA BERBAHAN AKTIF BISPYRIBAC SODIUM

AHMAD AZIZ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif
Bispyribac Sodium
: Ahmad Aziz
Nama
: A24090051
NIM

Disetujui oleh

Tanggal Lulus:

0 2 OCT 2013


Judul Skripsi : Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif
Bispyribac Sodium
Nama
: Ahmad Aziz
NIM
: A24090051

Disetujui oleh

Dr Dwi Guntoro, SP, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini yang berjudul “Pengendalian Gulma
Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium” berhasil
diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Dwi Guntoro SP, MSi selaku
pembimbing dan Sarwono SP. selaku asisten pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan selama penelitian. Penghargaan penulis
disampaikan kepada Ir Sofyan Zaman MP. dan Ir Adolf Pieter Lontoh MS selaku
penguji skripsi atas masukan dan saran perbaikannya dan Prof Dr Ir Sandra Arifin
Aziz, MS selaku pembimbing akademik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 46. Di samping itu
ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013
Ahmad Aziz

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi
Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Pengendalian Gulma Padi
Herbisida Bispyribac Sodium
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan
Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Bobot Kering Gulma Total
Bobot Kering Gulma Dominan
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi
Produksi Tanaman Padi
Fitotoksisitas
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
2
2

2
2
2
3
4
4
4
4
4
5
5
6
6
6
6
7
10
13
13
16

16
16
17
19
22

DAFTAR TABEL
1 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
gulma total pada 8 MSA
2 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
biomassa gulma dominan pada 8 MSA
3 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah anakan
tanaman padi pada 2 MST hingga 7 MST
4 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac Sodium terhadap tinggi tanaman
padi pada 2 MST hingga 7 MST
5 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
akar padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
6 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
tajuk padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
7 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap rasio tajuk

dengan akar padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
8 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot biomassa
tanaman padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
9 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap heading
10 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah anak
produktif
11 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap panjang malai
12 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah bulir
per malai dan bobot 1000 butir
13 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap gabah kering
panen dan gabah kering giling
14 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap fitotoksisitas
tanaman padi

6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13

DAFTAR GAMBAR
1 Struktur kimia bispyribac sodium

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kondisi pertanaman padi pada perlakuan herbisida bispyribac sodium
2 Spesies-spesies gulma dominan di lokasi percobaan

20
21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Beras merupakan pangan utama di Indonesia karena sebagian besar
penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Kebutuhan beras
terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi beras
nasional saat ini mencapai 137 kg per kapita maka pada tahun 2020 nanti,
kebutuhan beras Indonesia mencapai 35.97 juta ton (Puslitbangtan 2012).
Menurut data BPS (2012) terjadi peningkatan produksi padi nasional
sebesar 68 594 067 ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan produksi padi
nasional pada tahun 2011 sebesar 65 756 904 ton. Peningkatan jumlah produksi
padi nasional pada tahun ini menunjukan bahwa usaha pemerintah dalam
peningkatan produksi beras terus dilakukan. Akan tetapi, upaya pemerintah ini
dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya adalah alih fungsi lahan pertanian,
degradasi lahan dan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi padi adalah
organisme pengganggu tanaman yaitu gulma. Gulma merupakan tumbuhan
penggaggu yang dapat menurunkan produksi padi bila tidak dikendalikan secara
efektif (Hamdan dan Sigit 2009). Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman padi
dapat menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman padi dapat menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Populasi
gulma E. crus-galli mempengaruhi kompetisi terhadap tanaman padi semakin
besar, populasi E. crus-galli sebanyak empat per pot dapat menurunkan bobot
gabah sebesar 48.0% dan menurunkan bobot gabah isi sebesar 46.2% (Guntoro et
al. 2009).
Berdasarkan data BPS (2011) tenaga kerja pertanian di Indonesia
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja pertanian sebesar
41 611 840 orang, jumlah ini terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2011
jumlah tenaga kerja pertanian berkurang sebesar 2 282 825 orang. Penurunan
jumlah tenaga kerja pertanian setiap tahun ini menuntut diadakannya metode
pengendalian gulma yang efisien dalam memanfaatkan tenaga kerja. Metode yang
dapat digunakan adalah pengendalian gulma secara kimiawi.
Hasil penelitian menunjukan herbisida bispyribac sodium dapat
mengendalikan gulma Poa annua di lapangan golf di Australia Selatan
(Australian Pesticides & Veterinary Medicines Authority 2011), menghasilkan
lebih dari 90% pengurangan biomassa dan penghambatan pertumbuhan pada
Hydrilla dan Eurasia watermilfoil di laboratorium ruang pertumbuhan Amerika
Serikat (Valent USA Corporation 2009). Echinichloa colonum yang merupakan
salah satu gulma pada pertanaman padi dapat dikendalikan oleh bispyribac
sodium hingga mengalami resistensi setelah penggunaan selama tiga musim (Zein
et al. 2010).

2
Penggunaan herbisida bispyribac sodium sudah banyak digunakan dinegara
lain diantaranya yaitu Amerika Serikat, Australia dan Kanada. Sedangkan
penggunannya di Indonesia belum banyak digunakan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keefektivan herbisida bispyribac
sodium dalam mengendalikan gulma padi sawah.

Tujuan Penelitian
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan herbisida bispyribac
sodium untuk mengendalikan gulma pada budidaya tanaman padi sawah.

Hipotesis
1.
2.

Perlakuan herbisida dengan berbahan aktif bispyribac sodium dapat
mengendalikan gulma pada padi sawah.
Perlakuan herbisida dengan berbahan aktif bispyribac sodium dapat
mempengaruhi hasil produksi padi.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan Graminae yang ditandai
dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Padi (Oryza sativa L.) termasuk
subfamili Bambusoidae, suku Oryzae, dan genus Oryza. Padi dapat dibedakan
menjadi 3 sub spesies yakni Indica, Japonika, dan Javanica (Siregar 1981).
Menurut Siregar (1981) padi merupakan tanaman rumput semusim dengan
tinggi 50-130 cm hingga 5 m. Batang berbentuk bulat, berongga dan beruas-ruas
serta berakar serabut. Daun terdiri dari helai daun yang menyelubungi batang.
Bunga padi membentuk malai keluar ari buku paling atas dengan jumlah bunga
tergantung kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga. Sedangkan buah atau biji
padi beragam dalam bentuk, ukuran dan warna.
Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Padi dapat tumbuh pada kondisi iklim-iklim yang berbeda. Produksi
tertinggi dicapai di negara yang memiliki iklim subtropis atau iklim temperatur
hangat. Namun kebanyakan padi ditanam di daerah beriklim tropis. Padi juga
mampu beradaptasi di daerah dengan temperatur tinggi dan sinar matahari yang
tinggi. Tanaman padi dapat tumbuh pada temperatur antara 68o F-100oF
(Grist 1965). Selain itu pertumbuhan padi dipengaruhi oleh curah hujan, panjang
hari, radiasi surya, dan kelembaban relatif (de Datta 1981).

3
Pengendalian Gulma Padi
Menurut Hera (2011), gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh
di areal pertanaman budidaya yang berpotensi mengganggu pengusahaan tanaman
budidaya. Gangguan gulma pada tanaman budidaya dapat berupa gangguan fisik,
fisiologi, dan kompetisi. Gangguan fisik dapat berupa gangguan penutupan tajuk
gulma terhadap tanaman budidaya seperti Ficus sp. yang mengambil ruang hidup
tanaman kayu dan gangguan pertumbuhan tanaman budidaya karena pola
pertumbuhan gulma seperti membelit oleh Mikania micrantha. Pada pertanaman
padi gangguan fisik gulma dapat berupa belitan akar gulma pada perakaran padi
yang mengurangi lebar permukaan akar padi untuk menyerap hara.
Gangguan fisiologi oleh gulma biasanya disebabkan ekskresi senyawa
biotoxic oleh gulma untuk menekan pertumbuhan tanaman budidaya. Senyawa
biotoxic ini kemudian dikenal dengan istilah alelopati. Senyawa alelopati
berpengaruh negatif terhadap penyerapan unsur hara, pembelahan sel,
penghambatan pertumbuhan, penghambatan aktivitas fotosintesis, berpengaruh
terhadap respirasi, sintesis protein, perubahan ketegangan membran, serta
penghambatan aktivitas enzim (Duke 1985).
Gulma memperoleh dan memanfaatkan hara esensial yang tersedia bagi
tanaman budidaya. Kompetisi gulma pada tanaman budidaya cenderung lebih
agresif saat tumbuh. Gangguan kompetisi gulma mampu menurunkan hasil
produksi pertanaman padi, kehilangan hasil ini disebabkan oleh dominansi gulma
terhadap ruang hidup dan faktor-faktor lain yang menunjang pertumbuhan
vegertatifnya (Smith 1983)
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu kultural, mekanis,
kimia dan biologi (Anderson 1977). Pengendalian kultural berupa penggunaan
benih unggul bersertifikat dengan kemurnian tinggi. kemurnian ini dimaksudkan
dengan rendahnya campuran benih off-type. Pengendalian secara mekanis berupa
penyiangan manual, pembabatan, pembenaman, penggenangan dan pencacahan
menggunakan alat. Pengendalian gulma secara biologi berupa pengendalian
populasi agen hayati yang mengurangi dominansi gulma tersebut.
Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan senyawa-senyawa
beracun terhadap gulma. Herbisida merupakan senyawa phytotoxic yang mampu
mematikan tanaman dan beberapa mampu mematikan tanaman tertentu
(Anderson 1977). Pengendalian gulma tahunan menggunakan herbisida cenderung
lebih efektif karena bahan aktif terserap kedalam tanah dan mengendalikan bagian
reproduksi vegetatif gulma tahunan. Efek samping penggunaan herbisida adalah
kerugian ekonomi karena kecerobohan penggunaan terkait dosis pemakaian di
lapang. Hal ini terimplikasi dari harga herbisida yang cenderung mahal.

4
Herbisida Bispyribac Sodium

Gambar 1. Struktur kimia IUPAC dari Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium merupakan salah satu jenis bahan aktif herbisida yang
bersifat sistemik dengan mengganggu produksi enzim acetolactate synthase (ALS)
yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaannya adalah pada saat
tumbuhan sedang dalam fase vegetatif (Wisconsin Department Of Natural
Resources 2012).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Percobaan dilakukan pada lahan sawah Desa Cibanteng, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada bulan November 2012 hingga
Februari 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain benih padi varietas
Ciherang, pupuk urea, NPK Phonska, KCl, furadan, dan herbisida berbahan aktif
bispyribac sodium.
Peralatan yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe solo dengan nozle
biru, timbangan analitik dan oven.

Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok
dengan satu faktor yaitu dosis herbisida yang terdiri dari delapan perlakuan dan
empat ulangan sehingga terdapat 32 satuan percobaan. Ukuran satuan petak
percobaan yaitu 4 m x 5 m. Perlakuan bispyribac sodium yang diberikan yaitu
P1: 50 ml ha-1, P2: 100 ml ha-1, P3: 150 ml ha-1, P4: 200 ml ha-1, P5: 250 ml ha-1,
P6: 300ml ha-1, P7: pengendalian manual, P8: kontrol (tanpa penyiangan). Data

5
hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam
(Uji F) dengan uji
lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
Model statistik untuk rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal
adalah sebagai berikut :
dengan:
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan j = 1, 2, 3, 4
Yij : Respon tanaman terhadap perlakuan-i dan kelompok ke-j
µ : Nilai tengah
αi : Perlakuan ke-i
βj : Pengaruh kelompok ke-j
εij : Galat percobaan.
Pelaksanaan
Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan dan pembuatan petakan
dengan ukuran 4 m x 5 m sebanyak 32 petak satuan percobaan. Penyemaian
dilakukan dengan menyemai benih padi pada lahan semai basah dengan ukuran
lahan semai 1.2 m x 5 m sebanyak 3 kg yang sebelumnya telah direndam selama
48 jam dan ditiriskan selama 24 jam. Penanaman dilakukan berlajur dengan 2-3
batang bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm. Penyemprotan
herbisida sesuai dosis perlakuan dilakukan saat bibit berumur 14 hari setelah
pindah tanam dengan alat semprot tipe punggung Solo dan menggunakan nozzle
biru dengan volume semprot 400 l ha-1. Pemupukan dilakukan pada 1 dan 4
minggu setelah pindah tanam dengan dosis 50 % untuk tiap aplikasi pemupukan.
Dosis pupuk Urea, NPK Phonska dan KCl berturut turut 200 kg ha-1, 400 kg ha-1,
dan 100 kg ha-1. Pemberian furadan diberikan segera setelah pemupukan pertama
dengan dosis 20 kg ha-1. Pengendalian organisme pengganggu menggunakan
penyemprotan insektisida dan fungisida. Pemanenan dilakukan pada padi umur
115 HSS atau 96 HST.
Pengamatan
Peubah yang diamati antara lain bobot kering gulma total dan gulma
dominan, tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar, bobot kering tajuk,
rasio tajuk dengan akar, heading, jumlah anak produktif, panjang malai, jumlah
bulir per malai, bobot biomassa padi, bobot gabah kering panen (GKP) dan bobot
gabah kering giling (GKG), bobot 1000 butir gabah, fitotoksisitas herbisida
terhadap tanaman padi. Bobot kering gulma diamati dengan metode kuadrat.
Setiap petak diambil dua contoh kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m secara
purposive sampling. Gulma yang didapat dipisahkan berdasarkan spesies,
diidentifikasi dan dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC selama 24 jam,
selanjutnya ditimbang dengan timbangan analitik. Fitotoksisitas diamati pada 2, 4,
6 dan 8 minggu setelah aplikasi herbisida dengan cara melakukan skor. Skoring
fitotoksisitas sebagai berikut :
0 = tidak ada keracunan, 0-5 % bentuk daun atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tidak normal;
1 = keracunan ringan, > 5-20 % bentuk daun atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tidak normal;

6
2 = keracunan sedang, > 20-50 % bentuk daun atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tidak normal;
3 = keracunan berat, > 50-75 % bentuk daun atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tidak normal;
4 = keracunan sangat berat, > 75 % bentuk daun atau warna daun dan atau
pertumbuhan tanaman tidak normal sampai tanaman mati.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bobot Kering Gulma Total
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 berpengaruh terhadap bobot kering gulma total dibandingkan dengan
perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) (Tabel 1). Perlakuan aplikasi herbisida
bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 menghasilkan bobot
kering gulma total yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
penyiangan manual (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
gulma total pada 8 MSA
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

Bobot Kering Gulma Total
(g/0.25m2)
0.1875c
0.0838c
0.1925c
0.2388c
0.0388c
0.1575c
0.8688b
1.3950a

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

Bobot Kering Gulma Dominan
Hasil percobaan menunjukan bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium
mulai dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma dominan
spesies Ludwigia octovalvis dan Eclipta prostata (golongan berdaun lebar),
spesies Echinocloa crus-galli dan Cynodon dactylon (golongan rumput) dan
spesies Fimbristylis miliacea (golongan teki) pada 8 MSA dibandingkan terhadap
kontrol (Tabel 2). Aplikasi herbisida bispyribac sodium mulai dosis 50 ml ha-1

7
hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma dominan spesies Ludwigia
octovalvis pada 8 MSA dibandingkan terhadap pengendalian manual.
Tabel 2. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
biomassa gulma dominan 8 MSA
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

LUDOC
0.00c
0.00c
0.05c
0.02c
0.01c
0.00c
0.39b
0.76a

BK Gulma Dominan (g/0.25 m2)
ECHCG
FIMMI ECLPR CYNDC
0.00b
0.01b
0.05ab 0.00b
0.00b
0.01b
0.01b
0.00b
0.00b
0.03b
0.00b
0.00b
0.03b
0.14ab
0.01b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.00b
0.06b
0.03b
0.07ab
0.40a
0.32a
0.13a
0.12a

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.
LUDOC: Ludwigia octovalvis, ECHCG: Echinocloa crus-galli, FIMMI: Fimbristylis miliacea, ECLPR:
Eclipta prostata, CYNDC: Cynodon dactylon.

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 2 MST, 4 MST hingga
7 MST dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian
manual (Tabel 3). Aplikasi bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1
berpengaruh nyata terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 3 MST.
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1 berbeda nyata
terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 300 ml ha-1 pada
2 MST dan aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 100 ml ha-1 berbeda
nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 300 ml ha-1
pada 4 MST.
Tabel 3. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah
anakan tanaman padi pada 2 MST hingga 7 MST
Dosis
(ml ha-1)
Bispyribac Sodium
50
Bispyribac Sodium
100
Bispyribac Sodium
150
Bispyribac Sodium
200
Bispyribac Sodium
250
Bispyribac Sodium
300
Pengendalian Manual
Kontrol
Perlakuan

Jumlah Anakan Padi (anakan/rumpun)
2 MST 3 MST 4MST 5 MST 6 MST 7 MST
6.5ab 10.3bc 14.8ab 21.2 29.1 28.8
6.7ab 10.6abc 14.3b 21.3 31.2 28.6
6.8ab 10.7abc 14.2b 21.2 29.4 28.4
6.1b
9.9c
13.4b 19.6 29.3 26.7
7.0ab 11.3abc 14.7ab 21.7 30.8 29.4
7.4a 12.0a
16.6a 22.5 32.6 31.0
7.1ab 10.9abc 15.2ab 21.7 30.7 27.7
6.9ab 11.6ab 15.3ab 22.0 31.4 29.5

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

8
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5
MST dan 7 MST dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan
pengendalian manual (Tabel 4). Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan
dosis 200 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium
dengan dosis 300 ml ha-1 pada 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Aplikasi herbisida
bispyribac sodium dengan dosis 100 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi
herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml pada 6 MST dan pada aplikasi
herbisida bispyribac sodium dengan dosis 100 ml ha-1 berbeda nyata terhadap
perlakuan pengendalian manual.
Tabel 4. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap tinggi
tanaman padi pada 2 MST hingga 7 MST
Dosis
(ml ha-1)
Bispyribac Sodium
50
Bispyribac Sodium
100
Bispyribac Sodium
150
Bispyribac Sodium
200
Bispyribac Sodium
250
Bispyribac Sodium
300
Pengendalian Manual
Kontrol
Perlakuan

2 MST
36.6ab
37.7ab
37.2ab
35.7b
37.5ab
38.5a
37.2ab
37.3ab

Tinggi Tanaman Padi (cm)
3 MST 4MST 5 MST 6 MST
48.5 59.8ab 73.9
86.8ab
49.9 62.8a 75.4
88.6a
48.4 60.3ab 73.1
86.7ab
47.8 58.2b 71.9
84.9b
48.5 60.0ab 72.5
85.7ab
49.9 62.5a 75.3
88.5a
49.3 62.0ab 74.8
88.4a
48.9 61.3ab 73.1
86.1ab

7 MST
93.6
95.3
93.9
91.8
92.4
95.6
95.0
93.2

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap bobot kering akar padi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan
panen dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian
manual (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
akar padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

1 BST
3.79
3.41
4.08
3.81
4.07
5.54
4.36
3.53

Bobot BK Akar Padi (g/rumpun)
2 BST
3 BST
Panen
4.43
7.81
19.81
4.48
6.00
29.48
6.30
7.98
23.54
6.51
8.11
29.52
5.00
7.26
27.72
5.21
7.23
22.28
4.07
6.80
20.07
5.51
8.28
21.76

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

9
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 2 BST, 3 BST dan panen dan
tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual. Pada
aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1
berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi dibandingkan terhadap perlakuan
tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
tajuk padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

1 BST
21.43ab
20.64ab
18.12ab
24.97a
27.93a
27.87a
21.62ab
14.23b

Bobot BK Tajuk Padi (g/rumpun)
2 BST
3 BST
Panen
64.64
46.78
89.05
52.99
55.77
102.76
64.26
61.56
98.09
73.76
61.08
98.19
60.63
56.02
113.67
55.37
54.57
101.15
63.04
47.63
96.79
56.80
64.99
99.82

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap rasio tajuk dengan akar padi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan
panen dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian
manual (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap rasio tajuk
dengan akar
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

1 BST
6.12
6.97
6.14
9.00
8.98
7.40
7.99
4.60

Rasio Tajuk/Akar Padi (g/rumpun)
2 BST
3 BST
Panen
16.60a
7.00
6.87
13.61
10.21
4.34
14.27
7.85
4.38
13.32
7.75
4.20
13.75
8.45
4.30
12.53
8.89
5.07
16.84
8.25
7.81
11.96
8.10
5.83

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300
ml ha tidak berpengaruh terhadap bobot kering biomassa tanaman padi
dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST, 2 BST,
3 BST dan panen dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan
pengendalian manual. Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis
-1

10
200 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan
dosis 300 ml ha-1 pada 1 BST dan 2 BST (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
biomassa tanaman padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
Perlakuan

Dosis
(ml ha-1)

Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

50
100
150
200
250
300
-

1 BST
36.60ab
37.73ab
37.20ab
35.65b
37.48ab
38.48a
37.23ab
37.33ab

Bobot Kering Biomassa Padi
(g/rumpun)
2 BST
3 BST
Panen
48.48
59.78ab
73.88
49.88
62.80a
75.35
48.35
60.28ab
73.10
47.78
58.23b
71.85
48.45
60.03ab
72.45
49.88
62.45a
75.28
49.28
62.03ab
74.78
48.88
61.28ab
73.13

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

Produksi Tanaman Padi
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap saat heading dibandingkan terhadap
perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata dibandingkan
terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 9).
Tabel 9. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap heading
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis (ml ha-1)

Heading (HST)

50
100
150
200
250
300
-

61.25
60.75
60.75
60.75
60.75
61.50
60.00
60.00

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap jumlah anak produktif padi dibandingkan
dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual (Tabel 10).

11
Tabel 10. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah
anakan produktif padi
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

Jumlah Anak Produktif Padi
(anakan/rumpun)
18.20
19.30
19.00
19.05
18.80
20.13
18.85
18.93

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap panjang malai dibandingkan dengan
perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan perlakuan penyiangan manual (Tabel 11).
Tabel 11. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap panjang
malai padi
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

Panjang Malai Padi (cm)
22.80
23.05
22.78
22.29
22.86
22.26
23.11
21.81

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 berpengaruh terhadap jumlah bulir per malai padi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata
dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 12). Pada bobot
1000 butir padi aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1
berbeda nyata dengan aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis
200 ml ha-1 terhadap bobot 1000 butir padi.

12
Tabel 12. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah
bulir per malai dan bobot 1000 butir padi
Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Jumlah Bulir
per Malai
105.5a
105.2a
104.4a
101.7a
104.3a
105.0a
96.7ab
85.4b

Bobot 1000 Butir (g)
22.19b
23.06ab
23.34ab
24.36a
23.67ab
24.10ab
23.12ab
23.40ab

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 250 ml ha-1
berpengaruh terhadap bobot gabah kering panen (GKP) ubinan dibandingkan
dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan pengendalian manual (Tabel 13). Aplikasi herbisida
bispyribac sodium dengan dosis 150 ml ha-1 dan 300 ml ha-1 tidak berpengaruh
terhadap bobot GKP dugaan produktivitas per hektar dibandingkan dengan
perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) (Tabel 13). Aplikasi herbisida bispyribac
sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 berpengaruh terhadap bobot
gabah kering giling (GKG) ubinan dan bobot GKG dugaan produktivitas per
hektar dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak
berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 13).
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dapat menghasilkan GKG rata-rata
2.04 kg/6.25 m2 dan 3.26 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa
penyiangan (kontrol) yaitu 0.89 kg/6.25 m2 dan 1.42 ton/ha.
Tabel 13. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap gabah
kering panen dan gabah kering giling
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

Bobot Kering Gabah
GKP
GKG
GKP
GKG
-----(kg/6.25 m2)---------(ton/ha)----2.10ab
2.02a
3.36a
3.24a
2.10ab
2.02a
3.36a
3.23a
2.00ab
1.94a
3.20ab
3.11a
2.02ab
1.95a
3.24a
3.12a
2.50a
2.39a
4.00a
3.83a
2.00ab
1.90a
3.20ab
3.04a
2.20a
2.07a
3.52a
3.31a
1.00b
0.89b
1.52b
1.42b

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

13
Fitotoksisitas
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 nyata terhadap skor fitotoksisitas tanaman padi (Tabel 14). Skor
fitotoksisitas 1 menunjukkan gejala fitotoksisitas ringan dan tanaman padi
memperlihatkan pertumbuhan normal mulai dari masa vegetatif sampai dengan
saat panen.
Tabel 14. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap skor
fitotoksisitas tanaman padi
Perlakuan
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Bispyribac Sodium
Pengendalian Manual
Kontrol

Dosis
(ml ha-1)
50
100
150
200
250
300
-

1 MSA
1.00a
1.00a
1.00a
1.00a
1.00a
1.00a
0.00b
0.00b

Fitotoksisitas
2 MSA
1.00a

3 MSA
1.00a

1.00a

1.00a

1.00a
1.00a
1.00a
1.00a
0.00b
0.00b

1.00a
1.00a
1.00a
1.00a
0.00b
0.00b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
DMRT taraf 5%.

Pembahasan
Bobot kering gulma total adalah bobot kering gulma dari gabungan gulmagulma dengan spesies yang sama baik golongan rumput (grasses), golongan daun
lebar (broadleaf) maupun golongan teki yang berada di petak percobaan. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis
50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma total pada lahan
pertanaman padi sawah yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma
total yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan
(kontrol) pada 8 MSA (Tabel 1). Hal tersebut karena gulma yang dikendalikan
dengan pengendalian manual pada 3 MSA dan 6 MSA tumbuh kembali
sedangkan pada perlakuan aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis
50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat menekan pertumbuhan gulma. Zubachtirodin
dan Amir (1998) menyatakan bahwa gulma yang dapat berkembang biak dengan
umbi, rimpang atau tunas dari buku-bukunya dapat tumbuh subur kembali
meskipun telah diaplikasikan herbisida paraquat.
Gulma dominan adalah spesies gulma yang jumlahnya lebih banyak muncul
baik golongan rumput (grasses), golongan daun lebar (broadleaf) maupun
golongan teki (sedges) yang berada di petak percobaan. Penelitian Septrina (2008)
menyebutkan ada 16 jenis gulma yang terdapat pada lahan padi sawah dengan
gulma dominan dari golongan teki (sedges) dan golongan daun lebar (broadleaf)
yaitu Fimbristylis miliacea, Ludwigia octovalvis, dan Lindernia crustacea.
Aplikasi herbisida bispyribac sodium dapat mengendalikan gulma total dan gulma
dominan dilahan percobaan, hal tersebut krena bispyribac sodium merupakan

14
salah satu jenis bahan aktif herbisida yang bersifat sistemik dengan mengganggu
produksi enzim acetolactate synthase (ALS) yang digunakan untuk pertumbuhan
tanaman, penggunaannya adalah pada saat tumbuhan sedang dalam fase vegetatif
(Wisconsin Department Of Natural Resources, 2012).
Gulma Ludwigia octovalis menjadi salah satu gulma dominan pada saat
pengamatan awal. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan tanah dapat
memunculkan biji-biji gulma ke permukaan tanah. Hasil penelitian Mohler dan
Galford (1997) juga menunjukkan bahwa pengolahan tanah akan membawa bijibiji gulma ke permukaan dan akan menstimulus perkecambahan, tetapi
pengolahan tanah juga akan membawa biji-biji gulma yang ada di permukaan ke
lapisan dalam yang tidak memungkinkan biji gulma untuk tumbuh. Selain itu juga
dipengaruhi oleh Ludwigia octovalis yang sangat cepat sehingga dapat bersaing
dengan tanaman padi.
Gulma dari golongan teki seperti Fimbristylis miliacea dan Cyperus iria
adalah gulma yang sangat dominan mulai dari awal hingga akhir percobaan. Hal
ini disebabkan kedua gulma tersebut adalah gulma dominan pada saat lahan
diberakan sebelum percobaan dimulai (analisis vegetasi), sehingga menyebabkan
kandungan biji-biji gulma di lahan percobaan meningkat. Kedua jenis gulma ini
mampu menghasilkan kurang lebih 10.000 biji/tanaman dan biji tersebut tidak
mempunyai masa dormansi, dengan demikian dapat langsung berkecambah
(Kostermans et al. 1987; Pons, Eussen dan Utomo 1987). Biji-biji gulma yang
dihasilkan oleh gulma yang tumbuh sebelumnya adalah factor penting dalam
suatu populasi gulma di suatu daerah pertanian yang sewaktu-waktu dapat
berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungan menguntungkan
(Chozin 1997).
Peningkatan dosis aplikasi yang lebih tinggi dari dosis 50 ml ha-1 pada
bispyribac sodium menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan aplikasi
pada dosis 50 ml ha-1. Hasil ini menunjukan bahwa aplikasi herbisida bispyribac
sodium pada dosis 50 ml ha-1 sudah efektif dalam mengendalikan gulma total dan
gulma dominan di lahan percobaan. Perlakuan herbisida bispyribac sodium
50 ml ha-1 hingga 200 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman padi seperti jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot
kering tajuk dan bobot biomassa tanaman padi. Rata-rata jumlah anakan pada
akhir pengamatan dari berbagai perlakuan berkisar antara 27.7 hingga 29.5
(anakan per rumpun) tanaman padi dan rata-rata tinggi tanaman padi pada akhir
pengamatan dari berbagai perlakuan berkisar antara 91.8 cm hingga 95.6 cm. Pada
akhir pengamatan bobot kering akar dan tajuk tanaman padi dari seluruh
perlakuan rata-rata bobot kering akar dan tajuk tanaman padi berkisar antara
18.81 g/rumpun hingga 29.52 g/rumpun dan 89.05 g/rumpun hingga
113.67 g/rumpun. Sedangkan rata-rata bobot biomassa tanaman padi pada akhir
pengamatan dari berbagai perlakuan berkisar antara 71.85 g/rumpun hingga
75.35 g/rumpun.
Aplikasi herbisida bispyribac sodium tidak berpengaruh terhadap saat
heading, jumlah anak produktif, panjang malai tanaman padi, jumlah bulir per
malai dan bobot 1000 butir dibandingkan dengan perlakuan pengendalian manual.
Aplikasi herbisida bispyribac sodium 50 ml ha-1 hingga 200 ml ha-1 menghasilkan
rata-rata nilai bobot GKP ubinan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan
terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) berkisar antara 2 kg/6.25 m2

15
hingga 2.5 kg/6.25 m2. Sedangkan aplikasi herbisida bispyribac sodium dosis
50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 menghasilkan rata-rata nilai bobot GKG dugaan
produktivitas per hektar yang nyata lebih tinggi dibandingkan terhadap perlakuan
tanpa penyiangan (kontrol) berkisar antara 1.90 ton/ha hingga 2.39 ton/ha.
Apabila produksi GKP dan GKG ubinan dikonversi ke dalam produktivitas
per hektar terlihat bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya penekanan gulma dominan baik golongan daun lebar,
rumput maupun teki oleh aplikasi herbisida bispyribac sodium yang menurunkan
bahkan menghilangkan persaingan gulma terhadap tanaman padi sehingga
produksi tanaman padi meningkat. Rata-rata produksi GKP dan GKG ubinan
maupun produktivitas per hektar pada perlakuan herbisida bispyribac sodium
yaitu 2.12 kg/6.25 m2, 2.03 kg/6.25 m2, 3.39 ton/ha dan 3.26 ton/ha cenderung
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual yaitu
2.20 kg/6.25 m2, 2.07 kg/6.25 m2, 3.52 ton/ha dan 3.31 ton/ha. Kecenderungan ini
diduga disebabkan oleh adanya gulma-gulma golongan daun lebar, rumput dan
teki yang tumbuh kembali setelah dilakukan penyiangan manual sehingga
menyebabkan adanya persaingan gulma dengan tanaman padi. Terry (1991)
mengatakan bahwa kemampuan bertahan hidup gulma rumput (grasses)
disebabkan karena adaptabilitasnya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan
serta kemampuannya untuk tetap tumbuh walaupun adanya gangguan oleh
manusia maupun hewan. Menurut Gnavanel and Anbhazhagan (2010) aplikasi
herbisida pertumbuhan awal gulma (early post) menggunakan bispyribac sodium
dapat menghemat penyiangan gulma sebanyak dua kali penyiangan serta dapat
meningkatkan hasil gabah.
Naharia (1999) mengatakan bahwa pengendalian gulma secara manual
dengan cara penyiangan terlihat bahwa gulma yang sangat dominan adalah
golongan daun lebar. Hal ini disebabkan karena dengan penyiangan akan merubah
struktur tanah dan disebabkan karena dengan penyiangan akan merubah struktur
tanah dan menyebabkan biji-biji gulma terangkat ke permukaan tanah.
Hasil pengamatan tingkat keracunan terhadap tanaman padi sawah
menunjukkan bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium mulai dosis 50 ml ha-1
hingga 300 ml ha-1 hanya menyebabkan gejala keracunan ringan pada tanaman
padi yang ditunjukan dengan skor fitotoksisitas yaitu satu dan tanaman padi
memperlihatkan pertumbuhan normal mulai dari masa vegetatif sampai dengan
saat panen.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 hingga
300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma golongan daun lebar, golongan teki dan
golongan rumput yang dominan pada pertanaman padi sawah di lokasi percobaan.
Spesies gulma berdaun lebar yang dominan yang dapat dikendalikan yaitu
Ludwigia octovalvis dan Eclipta prostata, spesies gulma rumput yaitu Echinocloa
crus-galli dan Cynodon dactylon, dan spesies gulma teki yaitu Fimbristylis
miliacea. Untuk mengendalikan gulma total dan gulma-gulma dominan dengan
dominansi seperti pada lokasi percobaan, aplikasi herbisida bispyribac sodium
efektif dengan menggunakan dosis 50 ml ha-1. Aplikasi herbisida bispyribac
sodium menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi (GKP dan GKG)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa penyiangan). Aplikasi
herbisida bispyribac sodium pada semua dosis yang diuji hanya menimbulkan
gejala keracunan (fitotoksisitas) ringan pada tanaman padi sawah. Tanaman padi
menunjukkan pertumbuhan normal mulai saat vegetatif hingga saat panen.

Saran
Aplikasi herbisida bispyribac sodium untuk mengendalikan gulma pada
pertanaman padi sawah disarankan dengan menggunakan dosis 50 ml ha-1 dan
aplikasi dilaksanakan pada saat 14 hari setelah tanam.

17

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W. P. 1977. Weed Sciences: Principles. West Publishing Company.
p598.
Australian Pesticides & Veterinary Medicines Authority. 2011. Public realease
summary, on the evaluation of the new active Bispyribac sodium
Herbicide. Australia. p36.
BPS [Badan Pusat Statistika].
September 2012].

2011.

Tenaga kerja.

http://www.bps.go.id [5

BPS [Badan Pusat Statistika]. 2012. Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id [5
September 2012].
Chozin, MA., LH. Utomo. 1997. Kontribusi Herbisida dalam Pembangunan
Pertanian, Makalah Diskusi Pakar. Kontribusi Peningkatan Kualitas
Sumberdaya Manusia dalam Pengelolaan Bahan Perlindungan Tanaman
Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menjelang Abad XXI.
Bogor 18 Desember 1997.
De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Toronto.
John Willey & Sons. p618.
Duke, S.O. 1985. Weed physiology: Reproduction and Ecophysiology. CRC Press
Inc: Boca Raton Florida.
Dwianda, O. 2010. Pengujian Beberapa Jenis Herbisida terhadap Pertumbuhan
Gulma dan Hasil Padi Sawah pada Sistem Intensifikasi Padi (SRI). Skripsi.
Universitas Andalas. Padang.
Gnavanel, I. and R. Anbhazhagan. 2010. Bio-efficacy of pre and post-emergence
herbicides in transplanted Aromatic basmati rice. Research Journal of
Agricultural Sciences, 1(4): 315-317.
Grist, D.H. 1965. Rice 4th edition. Longman Group Limited. London. p548.
Guntoro, D., M.A. Chozin, E. Santosa, S. Tjitrosemito dan A.H. Burhan. 2009.
Kompetesi antara ekotipe Echinocloa crus-galli pada beberapa tingkat
populasi dengan padi sawah. J.Agron. Indonesia. 37 (3):202-208.
Hera, N. 2011. Pengaruh Alelopati Beberapa Genotipe Padi Lokal Sumatera Barat
terhadap Pertumbuhan dan Perkecambahan Gulma Echinochloa cruss-galli
(L.) Beauv. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.
Padang.
Kostermans, A.G.J.H., S. Wijaharja, AND rj. Dekker. 1987. The Weeds:
Description, Ecology and Control. In Soerjani., M. A.G.J.H. Kostermans,
G. Tjitrosoepomo (eds). Weed of Rise in Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.
Pp. 24-566.

18
Mohler, CL. And AE. Galforth. 1997. Weed Seeding Emergence and Seed
Sirvival Separating the Effect of Seed Position and Soil Modivication bu
Tillage. Weed Res 37: 147-155.
Naharia, O. 1999. Studi Penerapan Teknik Persiapan Lahan dan Cara Tanam serta
Cara Pengendalian Gulma pada Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pane, H. dan S.Y. Jatmiko. 2009. Pengendalian gulma pada tanaman padi.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_10.pdf [16
Maret 2012].
Puslitbangtan [Pusat Penelitian dan apengembangan Tanaman Pangan]. 2012.
Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. BPS .html [19 Oktober 2012].
Septrina, G. 2008. Pengaruh Waktu dan Cara Pengendalian Gulma terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Padi Hibrida. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hal 59.
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Rineka. Jakarta. Hal320.
Smith, R. J. 1983. Weeds of major economic importance in rice and yield losses
due to weed competition. P 19-35. In: Weed Control in Rice. International
Rice Research Institute. Los Banos. p264.
Valent USA corporation. 2009. New Chemistry for Aquatic Weed Management,
Technical Findings on Clipper™ (flumioxazin) and Tradewind™
(bispyribac-sodium) Herbicides. Valent USA corporation. USA. p10.
Wisconsin Department of Natural Resources. 2012. Bispyribac Sodium Chemical
Fact Sheet. Wisconsin Departement of Natural Resources. Washington d.c.
p2.
Zein, A. A., M.A. ABD-EL-Baky, S.M. Hassan, A.S. Derbalah and A.M. Hamza.
2010. Evolution and mechanism of rice weeds resistance to herbicides Iresistance of Echinochloa colonum to Bispyribac-sodium Herbicide with
respect to its effect on chlorophyll content. J. Agric. Res. Kafer El-Sheikh
Univ., 36(4): 480-495.

19

LAMPIRAN

20
Lampiran 1. Kondisi pertanaman padi pada perlakuan herbisida bispyribac
Sodium

21
Lampiran 2. Spesies-spesies gulma dominan di lokasi percobaan

Ludwigia octovalvis

Echinocloa crus-galli

Fimbristylis miliacea

Eclipta prostata

Cynodon dactylon

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 05 November 1990. Penulis
adalah putra keempat dari Bapak Saepi (alm) Bin Arsali dan Ibu Eli. Penulis
menempuh pendidikan tingkat pertama di MTs Math’laul Anwar dari tahun 2003
hingga tahun 2006. Pendidikan lanjutan atas ditempuh di Madrasah Aliyah
Negeri Mauk dari tahun 2006 hingga 2009. Penulis diterima di IPB melalui jalur
USMI pada tahun 2009 dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di bidang kegiatan keagamaan
diantaranya menjadi Badan Pengurus Rumah Tangga Masjid Alhurriyyah yang
berada di dalam kampus IPB, menjadi ketua Rohis Kelas dan menjadi asisten
matakuliah agama pada tahun 2011.