Study Application Time of Calcium to Control Yellow Latex and Quality of Mangosteen Fruit

1

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP
PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS
BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Waktu Aplikasi Kalsium
terhadap Pengendalian Getah Kuning dan Kualitas Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2011

Susi Octaviani Sembiring Depari
NIM A 252090131

3

ABSTRACT

SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI. Study Application Time of Calcium
to Control Yellow Latex and Quality of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana
L.). Under direction of ROEDHY POERWANTO and ADE WACHJAR.
Yellow latex on aryl and pericarp of mangosteen associated with low
calcium content in fruit. Calcium is immobile nutrient, which its absorption is
strongly influenced by transpiration. Therefore calcium soil application is needed

to increase calcium content in the fruit. Application time of calcium have to be
studied to maximizing calcium effects in reducing yellow latex on mangosteen
fruit. The aim of this study was to study the application time of calcium to control
yellow latex on manggosten fruit. The experiment was laid out on a randomized
complete block design. There are eight treatments as follow: (1) no calcium
fertilizer as control, (2) at anthesis stage, (3) at the beginning of stage 1 of fruit
growth (14 days after anthesis), (4) at the end of stage 1 (28 days after anthesis),
(5) at anthesis and the beginning of stage 1, (6) at anthesis and the end of stage 1,
(7) at the beginning and end of stage 1, (8) at anthesis, beginning and end of stage
1. Application time of calcium at anthesis and the end of stage 1 effectively
reduced yellow latex in aryl, pericarp, and increased calcium in endocarp.
However calcium applications did not affect the physical and chemical properties
of the fruit.
Keywords: mangosteen fruit, application time, calcium, yellow latex

4

RINGKASAN

SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI. Studi Waktu Aplikasi Kalsium

terhadap Pengendalian Getah Kuning dan Kualitas Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan
ADE WACHJAR.
Pencemaran getah kuning buah manggis menjadi permasalahan mutu buah
yang menyebabkan volume ekspor manggis sangat rendah dibandingkan produksi
nasional. Pencemaran getah kuning pada aril dan kulit buah akibat dari pecahnya
saluran sekretori getah kuning berkaitan erat dengan kandungan kalsium yang
rendah pada buah. Kalsium bersifat immobile, dimana penyerapannya mengikuti
aliran transpirasi dalam xylem. Oleh karena itu, aplikasi kalsium melalui tanah
harus memperhatikan stadia perkembangan buah manggis agar terjadi
peningkatan kandungan kalsium dalam buah sehingga pencemaran getah kuning
dapat dikendalikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari waktu aplikasi
kalsium yang tepat untuk mengendalikan getah kuning pada buah dalam
meningkatkan kualitas manggis. Penelitian lapangan dilakukan di Desa Mulang
Maya, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga
ulangan dan satu faktor yaitu waktu aplikasi kalsium yang terdiri atas delapan
perlakuan yaitu (1) kontrol; (2) saat antesis; (3) saat awal stadia I perkembangan
buah; (4) saat akhir stadia I; (5) saat antesis dan awal stadia I; (6) saat antesis dan
akhir stadia I; (7) saat awal dan akhir stadia I; dan (8) saat antesis, awal dan akhir

stadia I.
Peubah-peubah yang diamati meliputi diameter buah, bobot buah dan
bagian-bagiannya, edible portion, kadar air kulit buah, kadar air sepal, kadar air
tangkai, kekerasan kulit buah, resistensi kulit buah, tebal kulit buah, padatan
terlarut total, asam tertitrasi total, skor rasa buah, skor warna sepal dan kulit buah,
persentase juring tercemar, skoring getah kuning aril dan kulit buah, persentase
buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, kandungan kalsium pada bagianbagian kulit buah manggis, kandungan kalsium daun sebelum dan setelah
perlakuan, sifat fisik dan kimia tanah sebelum dan setelah perlakuan. Sebagai data
penunjang, diamati juga curah hujan, jumlah hari hujan, suhu, kelembaban dan
penyinaran matahari di lokasi penelitian yang diperoleh dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Jakarta.
Perlakuan waktu aplikasi kalsium berpengaruh nyata terhadap penurunan
skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, persentase
juring tercemar, peningkatan kandungan kalsium bagian-bagian kulit buah dan
daun. Perlakuan waktu aplikasi kalsium saat akhir stadia 1 dan pemberian
berulang berpengaruh nyata menurunkan pencemaran getah kuning pada aril dan
kulit buah manggis, dengan peningkatan kandungan kalsium pada endokarp. Hal
tersebut ditunjukkan dengan penurunan skoring dan persentase buah bergetah
kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase juring tercemar getah kuning.
Kata kunci: buah manggis, waktu aplikasi, kalsium, getah kuning


5

©Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP
PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS
BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)


SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

7

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Dewi Sukma, SP M.Si.

8
Judul Tesis
Nama
NIM


: Studi Waktu Aplikasi Kalsium terhadap Pengendalian Getah
Kuning dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
: Susi Octaviani Sembiring Depari
: A252090131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc.

Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S.

Ketua

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Agronomi dan Hortikultura

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.

Tanggal Ujian: 04 Oktober 2011

Tanggal Lulus:

9

PRAKATA

Agung dan besar Tuhan Yesus atas segala anugerah-Nya sehingga karya ilmiah
ini berhasil diselasaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah
getah kuning, dengan judul Studi Waktu Aplikasi Kalsium terhadap Pengendalian

Getah Kuning dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai Juni 2011.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S
selaku pembimbing yang sangat sabar mengajari, memberikan banyak ilmu, arahan,
dan nasihat, serta menjadi teladan bagi penulis dalam berpikir dan bersikap.
2. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi melalui Program Hibah Penelitian Tim
Pascasarjana atas bantuan dana sesuai kontrak Nomor 40/13.24.4/SPP/PHPS/2011.
3. Pusat Kajian Buah Tropika, IPB dan petani-petani manggis di Desa Mulang Maya,
Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
4. Ayah dan ibuku tersayang untuk semua jerih lelah selama ini, untuk dukungan doa
dan semangat yang tidak pernah putus-putusnya. Semoga ananda selalu bisa
membahagiakan ayah dan ibu. Kakak dan abang yang selalu memberi semangat,
semoga ini menjadi pemacu semangat belajar buat Reskya dan Inkania. Keluarga
besar Sembiring dan Tarigan buat dukungan dan doanya.
5. Teman seperjuangan: Yulinda Tanari, Inanpi Hidayati, Suci Primilestari dan
Nicolas Marpaung yang menjadi teman dalam berbagi saat senang dan susah.
Sahabatku Novita, Limsasi, Diana, Sylvia, Lya dan Jumarihot yang telah membantu
selama penelitian ini. Semoga persahabatan ini tetap terjalin dengan hangat.
6. Keluarga di FORSCA dan AGH 2009, atas segala dukungan dan doanya.


Bogor, Oktober 2011

Susi Octaviani Sembiring Depari

10

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pancurbatu pada tanggal 01 Oktober 1985 dari ayah
Andarias Sembiring dan ibu Terkelin Tarigan. Penulis merupakan anak bungsu
dari dua bersaudara. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan,
Sumatera Utara dan pada tahun yang sama lulus test masuk perguruan tinggi di
Universitas Sumatera Utara. Penulis memilih Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Tumbuhan pada tahun
2006-2008, Budidaya Tanaman Hortikultura II (Buah-buahan) dan Agronomi
Tanaman Umbi-umbian pada tahun 2008. Penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir pada tahun
2007, dan menyelesaikan studi pada akhir tahun 2008.

Pada tahun 2009 penulis mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa pada Program
Studi Agronomi dan Hortikultura.

11

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
PENDAHULUAN ..............................................................................................
Latar Belakang ............................................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................................
Manfaat Penelitian .....................................................................................
Hipotesis .....................................................................................................

1
1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................
Morfologi Tanaman Manggis .....................................................................
Lingkungan Tumbuh Manggis ....................................................................
Perkembangan Buah Manggis ....................................................................
Getah Kuning ..............................................................................................
Kalsium .......................................................................................................

4
4
4
5
6
9

BAHAN DAN METODE ................................................................................... 13
Tempat dan Waktu ...................................................................................... 13
Bahan dan Alat ............................................................................................ 13
Metode Penelitian ....................................................................................... 14
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 15
Pengamatan ................................................................................................. 17
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 25
Pencemaran Getah Kuning ........................................................................ 25
Kandungan Ca di Kulit Buah..................................................................... 28
Kandungan Ca di Daun ............................................................................. 30
Faktor yang Memperngaruhi Pencemaran Getah Kuning ......................... 30
Kualitas Fisik Buah ................................................................................... 32
Kualitas Kimia Buah ................................................................................. 35
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
LAMPIRAN ........................................................................................................ 42

12

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Pengaruh waktu aplikasi Ca terhadap skoring dan persentase buah
bergetah kuning pada aril dan persentase juring bergetah kuning ......................
25

2

Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap skoring dan persentase
buah bergetah kuning pada kulit ................................................................ 27

3

Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap kandungan Ca di kulit
buah.....................................................................................................................
29

4

Kandungan kalsium daun sebelum dan setelah perlakuan ................................
30

5

Hubungan korelasi skoring dan persentase buah bergetah kuning
pada aril dan kulit buah, persentase juring tercemar getah kuning
terhadap kandungan Ca di kulit buah ................................................................
31

6

Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap diameter buah manggis .................
32

7

Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap bobot buah, kulit buah,
sepal, dan tangkai................................................................................................
33

8

Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap bobot aril, bobot biji dan
edible portion ................................................................................................33

9

Pengaruh waktu aplikasi Ca terhadap kekerasan, resistensi dan tebal
kulit buah ............................................................................................................
34

10

Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap skoring warna sepal dan
kulit buah ............................................................................................................
35

11

Pengaruh waktu aplikasi Ca terhadap PTT, ATT dan SRB................................
35

12

Pengaruh waktu aplikasi Ca terhadap kadar air pada kulit buah, sepal
dan tangkai buah manggis .......................................................................

36

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Getah kuning pada tanaman manggis: (a) pada batang, (b) pada kulit
buah, dan (c) pada daging buah ................................................................ 7

2

Distribusi kalsium pada dua sel yang berdekatan (Marschner 1995) .................
9

3

Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian ................................ 13

4

Pengaplikasian kapur pertanian (kaptan): (a) persiapan bahan kaptan,
(b) pemberian kaptan, (c) penutupan kaptan dengan tanah ................................
16

5

Bunga dan buah manggis: (a) bunga yang telah mekar (antesis), dan
(b) buah sampel................................................................................................
16

6

Alat pengukuran sifat fisik buah: (a) bobot buah, (b) tebal kulit, dan
(c) resistensi kulit buah .......................................................................................
18

7

Alat pengukuran sifat kimia buah: (a) PTT, (b) ATT, dan (c) kadar
air. .......................................................................................................................
19

8

Pengamatan skoring getah kuning buah manggis pada kulit (atas) dan
aril (bawah) (Setyaningrum 2011). ................................................................21

14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Kondisi iklim Kec. Kota Agung Timur Kab. Tanggamus,
Lampung ............................................................................................................
43

2

Layout percoban ................................................................................................
44

3

Hasil analisa tanah sebelum aplikasi perlakuan .................................................
45

4

Hasil analisa tanah setelah aplikasi perlakuan . .................................................
46

5

Uji lanjut metode Dunn untuk peubah skor getah kuning kulit dan
skor getah kuning aril .........................................................................................
47

6

Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk semua peubah ................................ 49

15

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manggis merupakan salah satu jenis tanaman dari famili Guttiferae yang
menjadi komoditas primadona ekspor Indonesia. Peningkatan produksi manggis
nasional dari 65.133 ton pada tahun 2008 menjadi 105.558 ton pada tahun 2009
belum diikuti dengan peningkatan volume ekspor manggis. Volume ekspor
manggis hanya berkisar 10 % dari total produksi manggis nasional (BPS 2009).
Permasalahan rendahnya volume ekspor manggis disebabkan oleh kualitas buah
yang tidak baik (Deptan 2008; BPS 2009). Ketentuan minimum yang harus
dipenuhi sebelum pengkelasan (grading) buah manggis, antara lain penampilan
segar, memiliki bentuk, warna dan rasa sesuai dengan ciri varietas, layak
dikonsumsi dan buah mudah dibuka.
Ditjen Hortikultura (2007) membatasi kelas super yaitu manggis yang
bebas dari cacat, daging buah bening dan getah kuning tidak lebih dari 5 %. Hal
ini menjadi tantangan besar bagi daerah-daerah yang menjadi sentra produksi
manggis (Batang Hari, Merangin, Tanggamus, dan lain-lain) dengan kualitas
produk yang rendah akibat getah kuning pada aril dan kulit buah yang mencapai
30-50 % per pohon (Bahar 2009; PKBT 2002; Balitbu 2008). Jika masalah mutu
ini dapat diatasi, maka volume ekspor manggis diharapkan akan meningkat.
Getah kuning adalah getah yang dihasilkan secara alami pada manggis,
yang terdapat pada saluran sekretori getah kuning (Dorly et al. 2008). Jika saluran
tersebut lemah kemudian pecah, maka getah kuning keluar sehingga mengotori
aril atau perikarp buah. Saluran getah kuning yang pecah pada perikarp terkait
dengan kandungan kalsium yang rendah pada buah manggis (Pludbuntong et al.
2007; Poovarodom dan Boonplang 2008). Buah manggis yang bergetah kuning
menjadi tidak layak ekspor karena rasanya pahit.
Hasil studi getah kuning dengan menggunakan dolomit (CaMg(CO3)2)
yang diaplikasikan pada awal pembungaan manggis dapat menurunkan getah
kuning pada perikarp, tetapi belum dapat menurunkan getah kuning pada aril.
Peningkatan yang tinggi justru terlihat pada kandungan Ca daun manggis (Dorly
2009). Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar kalsium yang diaplikasikan

16
diserap oleh daun karena pengaplikasian dolomit yang terlalu awal. Penerapan
kalsium melalui tanah untuk meningkatkan kandungannya pada buah manggis
secara efektif seharusnya tidak dibatasi pada periode awal setelah fruit set tetapi
diperpanjang sampai panen (Poovarodom 2009). Oleh sebab itu, aplikasi Ca pada
periode perkembangan buah yang tepat menjadi penting untuk mendapatkan
pengaruh maksimal dalam mengurangi getah kuning pada buah.
Perkembangan buah manggis dibagi menjadi tiga stadia yaitu stadia I 1-4
Minggu Setelah Antesis (MSA), stadia II 5-13 MSA, dan stadia III 14-15 MSA
(Poovarodom 2009). Kandungan kalsium pada dinding sel akan terus meningkat
selama perkembangan buah dan akan menurun menjelang pemasakan
(Rigney dan Wills 1981; Poovarodom 2009). Perbedaan laju pembelahan dan
pembesaran sel selama priode tersebut akan mempengaruhi kebutuhan kalsium
sehingga akan berpengaruh pula terhadap serapan kalsium pada tiga stadia
perkembangannya. Pemberian Ca yang dilakukan secara bertahap dimaksudkan
agar Ca sebagai salah satu unsur immobile dapat terus tersedia bagi tanaman.
Salah satu sumber Ca adalah dolomit yang mengandung 32 % CaO. dan
18 % MgO. Kalsium dan Mg apabila diaplikasikan secara bersamaan memiliki
sifat antagonis karena valensi dari kedua unsur tersebut sama (Poovarodom 2009;
Suwarno 2010). Menurut Marschner (1995), interaksi yang bersifat kompetisi
dapat terjadi antara ion-ion dengan valensi yang sama. Kompetisi antara
penyerapan Mg dan Ca oleh tanaman dikhawatirkan akan menurunkan serapan
kalsium, sedangkan transportasi Ca ke buah terus berlangsung (Spectrum Analytic
2011; Schulze et al. 2005). Hal ini diduga menjadi penyebab belum dapat
dikendalikannya getah kuning aril pada penelitian sebelumnya.
Sumber Ca yang lain adalah kapur pertanian (kaptan) yang termasuk
kalsitik karena mengandung CaCO3 tidak murni dengan kandungan 40 % Ca, dan
biasa digunakan di lahan-lahan pertanian untuk meningkatkan pH tanah. Serapan
Ca oleh tanaman diharapkan dapat lebih baik karena tidak adanya unsur lain
sebagai kompetitor. Penggunaan kapur pertanian diharapkan dapat meningkatkan
serapan Ca oleh tanaman sehingga tujuan pemupukan yang dilakukan dapat
tercapai.

17
Tujuan Penelitian
Mempelajari waktu aplikasi kalsium yang tepat untuk mengendalikan
getah kuning pada buah dalam meningkatkan kualitas manggis.

Manfaat Penelitian
Pengendalian pencemaran getah kuning pada buah dengan waktu aplikasi
kalsium yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas buah manggis.
Hipotesis
Pemberian kalsium yang berulang yaitu saat antesis dan akhir stadia 1
perkembangan buah manggis diduga merupakan waktu yang tepat sehingga dapat
berpengaruh terhadap penurunan pencemaran getah kuning dan peningkatan
kualitas buah manggis.

18

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Manggis
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) berasal dari Semenanjung
Malaysia, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral, juga mengandung
bahan antioksidan yang mampu menunda penuaan sel dan jaringan serta
mencegah kanker (Ashari 2006; Rai dan Poerwanto 2008). Pohon manggis
berdaun rapat (rimbun), tingginya dapat mancapai 6 - 25 m, batangnya lurus,
cabangnya simetris membentuk piramid ke arah ujung tanaman, dan bentuk
kanopinya sangat baik untuk hiasan di pekarangan. Duduk daun berlawanan,
tangkai daun pendek. Bunganya soliter atau berpasangan di ujung tunas, tangkai
bunga pendek dan tebal (Ashari 2006).
Buah manggis dihasilkan secara agomospermi (tanpa penyerbukan),
berbentuk bulat, berdaging lunak saat hampir masak, pipih pada bagian dasarnya
dimana bagian bawahnya terdapat petal yang tebal dan rongga-rongga stigma, sisa
rongga stigma ini tetap tinggal pada ujung buahnya. Buah berbentuk bulat atau
agak pipih dan relatif kecil dengan diameter 3.5 - 8 cm. Berat buah bervariasi
75 – 150 g bergantung pada umur pohon dan daerah geografisnya dengan tebal
kulit buah 0.8 – 1 cm. Pada buah yang matang struktur kulit buah yang keras
merupakan pelindung yang sangat baik bagi daging buah yang lembut dan dapat
dimakan serta memudahkan pengepakan dan pengangkutan (Qosim 2009).
Perubahan warna terjadi pada kelopak buah manggis. Kelopak berwarna
hijau muda pada umur 1 hingga 11 minggu setelah antesis, kemudian berubah
menjadi hijau ketika berumur 12 hingga 15 minggu setelah antesis. Saat buah
matang (kurang lebih 16 minggu setelah antesis), warna kelopak menjadi hijau
tua. Tangkai buah berwarna hijau pada umur 1 hingga 5 minggu setelah antesis,
kemudian menjadi hijau tua seiring pematangan buah manggis (Dorly 2009).
Lingkungan Tumbuh Manggis
Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki
curah hujan tahunan 1.500 – 2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22 – 32 0C. Tanah yang paling

19
baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung
bahan organik.

Derajat kemasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya

manggis adalah 5 – 7. Pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan
drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50 – 200
meter. Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai pada
ketinggian di bawah 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan terbaik
dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500 - 600 m dpl (Prihatman
2000).
Faktor lingkungan khususnya curah hujan sangat berpengaruh terhadap
kualitas buah manggis. Dari hasil penelitian Gunawan (2007) dapat dilihat
padatan total terlarut buah tertinggi dihasilkan manggis dari Kaligesing dan
terendah dari Leuwiliang, diduga disebabkan oleh perbedaan jumlah curah hujan
antar kedua daerah tersebut. Pola curah hujan yang hampir merata setiap bulannya
terjadi di Leuwiliang, hujan turun pada musim penghujan maupun kemarau tetapi
jumlah dan intensitas hujan pada musim kemarau lebih rendah. Pola curah hujan
yang memiliki perbedaan yang tegas antara musim penghujan dan musim
kemarau terjadi di Kaligesing, curah hujan tertinggi terjadi pada musim penghujan
dan jarang atau tidak terjadi turun hujan pada musim kemarau. Padatan total
terlarut berkorelasi negatif dengan jumlah curah hujan saat perkembangan buah.
Asam total tertitrasi buah tertinggi terdapat pada manggis daerah Puspahiang dan
terendah pada manggis dari Kaligesing, diduga disebabkan oleh perbedaan jumlah
curah hujan, kandungan karbohidrat daun tanaman dan pH tanah antar kedua
daerah tersebut.
Perkembangan Buah Manggis
Perkembangan buah manggis terjadi dalam 3 tahap, yaitu tahap 1 yang
merupakan fase pembelahan sel. Pada tahap tersebut, pertambahan bobot buah
berlangsung lambat. Tahap selanjutnya adalah pembesaran sel, yang ditandai
dengan pertambahan bobot buah secara linear. Tahap yang terakhir adalah
perkembangan buah hingga buah matang (Poovaradom 2009).
Selain pertambahan bobot buah, selama perkembangan terjadi pembesaran
diameter buah. Pada tahap 2 terjadi pembesaran diameter secara cepat, yaitu pada

20
umur 1 hingga 6 minggu setelah antesis. Pada tahap tersebut juga terjadi
penambahan jumlah dan ukuran sel-sel di perikarp (kulit buah), yaitu pada
eksokarp, mesokarp dan endokarp (Dorly 2009).
Perkembangan kulit buah berbeda dengan perkembangan biji. Saat minggu
ke-5 setelah antesis, kulit buah mulai menipis dan perkembangan aril berlangsung
lambat, sedangkan perkembangan biji semakin cepat, sehingga terjadi stres
mekanis berupa desakan dari dalam. Stres mekanis tersebut menyebabkan
rusaknya sel epitel penyusun saluran getah kuning. Hal ini yang menyebabkan
pecahnya saluran getah kuning baik pada aril maupun kulit buah, pada umur 10
minggu setelah antesis. Getah kuning mulai terlihat mengotori aril saat buah
berumur 14 minggu setelah antesis (Dorly 2009).
Buah manggis pada umur 1 hingga 7 minggu setelah antesis berwarna
hijau muda. Terjadi beberapa tahap perubahan warna seiring perkembangan buah
manggis. Warna buah menjadi hijau kekuningan pada umur 8 hingga 12 minggu
setelah antesis. Selanjutnya warna buah menjadi hijau muda dengan sedikit bercak
merah muda di sekitar kelopak pada umur 13 minggu setelah antesis. Kulit buah
menjadi berwarna hijau muda dengan guratan merah jambu pada umur 14 minggu
setelah antesis. Pada umur 15 minggu setelah antesis, kulit buah menjadi
berwarna merah jambu, kemudian berubah menjadi ungu pada umur 16 minggu
setelah antesis (Dorly 2009).
Getah Kuning
Semua bagian tanaman mengeluarkan getah berwarna kuning (gamboge)
bila luka kecuali pada akar manggis (Gambar 1). Getah kuning merupakan
permasalahan yang besar bagi pekebun, pedagang, dan eksportir manggis.
Manggis yang terkena getah kuning penampilannya menjadi cacat, dan bila getah
menembus daging buah maka rasanya pahit. Getah kuning pada endokarp lebih
berbahaya karena eksudat kuning yang keluar mencemari daging buah.
Pencemaran getah kuning pada kulit buah lebih disebabkan oleh faktor
eksogen (faktor luar). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, penyebab getah
kuning pada kulit buah bagian luar disebabkan oleh gangguan mekanis seperti
tusukan/gigitan serangga, benturan, dan cara panen yang ceroboh (Balitbu 2008;

21
Syah et al. 2007). Kulit buah bagian luar yang pecah menyebabkan pembuluh
getah mengeluarkan cairan kuning. Sementara getah kuning pada kulit buah
bagian dalam terjadi karena gangguan fisiologis tanaman.

(a)
(a)

(b)
(b)

(c)
(c)

Gambar 1. Getah kuning pada tanaman manggis: (a) pada batang, (b) pada kulit
buah, dan (c) pada daging buah
Pencemaran getah kuning pada aril merupakan masalah fisiologi akibat
pecahnya saluran getah kuning dalam endokarp, dan bukan disebabkan oleh
cendawan Fusarium oxysforum (Nurcahyani 2005). Saluran getah kuning pada
manggis yang berbentuk saluran memanjang dan bercabang dengan dinding selsel epitel, akan lemah jika kandungan kalsium tidak cukup (Dorly et al. 2008).
Hal ini berkaitan dengan peran penting kalsium dalam penyusunan struktur
dinding sel sebagai Ca-pektat. Pada saat pembelahan sel untuk pertumbuhan buah,
kalsium pembangun dinding sel sering tidak mencukupi apabila tanaman manggis
tumbuh di tanah masam dengan kandungan Ca rendah. Akibatnya dinding sel
epitel ini menjadi mudah pecah sehingga terjadi pencemaran getah kuning pada
aril (Poerwanto et al. 2010).
Pengamatan terhadap perkembangan buah dan bagian-bagian buah,
diketahui terjadi perbedaan laju pertumbuhan antara biji dan aril dengan bagian
perikarp buah selama fase pembesaran buah manggis. Perbedaan laju tumbuh
tersebut menyebabkan terjadi desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp.
Akibatnya, sel epitel saluran getah yang lemah (akibat kekurangan Ca) dalam
endokarp pecah, sehingga getah keluar mengotori daging buah. Menurut Dorly
(2009), peristiwa ini terjadi pada saat buah berumur 10 minggu setelah antesis
Pecahnya sel epitel saluran getah kuning juga dapat disebabkan oleh

22
perubahan tekanan turgor sel karena perubahan potensial air tanah secara tibatiba. Perubahan ini akan memberikan tekanan pada dinding sel-sel epitel. Apabila
dinding sel epitel ini lemah akibat kekurangan kalsium, maka sel-sel ini mudah
pecah dan menyebabkan cemaran getah kuning pada aril (Poerwanto et al. 2010).
Jika saat manggis berbuah, dan tiba-tiba turun hujan deras, dapat dipastikan buah
yang terkena getah kuning bakal meningkat. Hal itu disebabkan pada saat kering,
kandungan air tanah terbatas dan hujan deras akan menyebabkan kondisi air tanah
berlimpah sehingga akar manggis menyerap air dalam jumlah besar,
mengakibatkan sel penyusun buah manggis mengembang (perubahan turgor sel).
Pada saat itulah dinding sel yang tidak terlalu kuat pecah dan mengeluarkan getah
kuning (Syah et al. 2007; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura 2009).
Getah kuning pada aril buah manggis tidak menunjukkan gejala visual pada
permukaan kulit buah, merupakan masalah utama dalam ekspor manggis. Buah
yang nampaknya mulus, seringkali daging buahnya tercemar getah kuning,
adanya cemaran getah kuning pada daging buah manggis menyebabkan daging
buah menjadi pahit dan tidak bisa dikonsumsi. Kejadian ini seringkali
menyebabkan komplain dari konsumen dan importir manggis. Pencemaran pada
daging buah merupakan gangguan fisiologi akibat pecahnya saluran getah kuning
dalam endokarp (Dorly et al. 2008).
Saluran getah kuning pada manggis berbentuk saluran memanjang dan
bercabang dengan dinding sel-sel epitel (Dorly et al. 2008). Menurut Esau (1974)
saluran getah dibangun dengan diferensiasi sel parenkima dengan cara skizogen
membentuk ruang, kemudian ruangan tersebut bersambung membentuk saluran.
Lamela tengah larut saat pembentukan saluran getah secara skizogen. Larutnya
lamela tengah tersebut menyebabkan lemahnya sel-sel epitel dinding saluran.
Dinding sel epitel juga lemah kalau kandungan kalsium tidak cukup.
Pada saat pembelahan sel terjadi, pembentukan dinding sel baru akan
menggunakan kalsium yang tersedia, sehingga masing-masing sel mendapat
kalsium yang kurang mencukupi, akibatnya dinding sel epitel ini menjadi mudah
pecah karena kalsium merupakan penyusun dinding sel (Sanders et al. 1999).
Unsur kalsium berperan penting dalam penyusunan struktur dinding sel sebagai

23
Ca-pektat dalam lamela tengah (Marschner 1995). Defisiensi kalsium pada leci
cenderung menyebabkan pecah buah (Huang et al. 2005).
Pengamatan di beberapa sentra produksi manggis diketahui adanya sentra
produksi yang kejadian cemaran getah kuning selalu rendah dan ada sentra
produksi yang kejadian cemaran getah kuning sering tinggi (Gunawan 2007).
Pada daerah yang biasanya cemaran getah kuning tinggi ada masa tertentu
cemaran getah kuning agak rendah. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas,
kemungkinan faktor lingkungan yang berperan meliputi kandungan kalsium
dalam tanah, ketersediaan air tanah yang relatif konstan.
Kalsium
Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan
oleh tanaman dan diserap dalam bentuk Ca2+. Kalsium (Ca) merupakan salah satu
unsur hara yang bersifat immobil, sama seperti Sulfur (S), Iron (Fe), Boron (B)
dan Cooper (Cu) sehingga gejala kekurangan Ca mula-mula akan terlihat pada
daun-daun muda yang baru keluar dari pucuk dan titik tumbuh (Leiwakabessy dan
Sutandi 2004).Penyebaran kalsium dalam tanaman tidak merata, bagian bunga
dan biji mengandung sedikit Ca, sedangkan daun berkadar tinggi. Pada beberapa
tanaman Ca dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel parenkim dan
berbentuk ion dalam cairan sel (Marschner 1995; Leiwakabessy dan Sutandi
2004). Saure (2004) melaporkan bahwa konsentrasi kalsium pada buah apel dapat
berubah selama perkembangan buah dan tidak seragam di seluruh bagian buah.
Selama fase pertama perkembangan buah, kalsium akan mencapai semua bagian
buah, dan tidak ada perbedaan distribusi kalsium. Kemudian, kandungan kalsium
tidak akan seragam pada seluruh bagian buah. Pada buah apel matang, konsentrasi
kalsium tertinggi dijumpai pada kulit.
Kalsium berbeda dengan nutrisi lainnya, karena diangkut ke buah hanya
dalam jumlah kecil, dibandingkan ke daun. Walaupun kalsium tersedia di dalam
tanah, defisiensi kalsium menjadi masalah pada beberapa tanaman buah-buahan
dan sayuran (Saure 2004). Gardner et al. (1991) mencirikan kalsium sebagai
unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda
sehingga daun muda dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung

24
pada pengiriman Ca dalam aliran transpirasi dari xilem. Dalam tanaman, unsur
kalsium dalam keadaan immobil atau tidak dapat diretranslokasi ke bagian lain
dalam tanaman (Dwidjoseputro 1983). Kalsium diangkut dari akar ke bagian
pucuk tanaman melalui aliran transpirasi (Marschner 1995; Bangerth 1979; Saure
2004). Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga kandungan
kalsium tinggi dijumpai dalam daun. Bagian buah tidak melakukan transpirasi
sebanyak daun, sehingga hanya sedikit kalsium terakumulasi dalam buah
(Marschner 1995; Bangerth 1979; Shear dan Faust 1970).
Pada tanaman, kadar Ca terbanyak terdapat pada bagian antar dinding sel
(middle lamella), yakni merupakan senyawa kalsium pektat (Collings 1955;
Marschner 1995; Ashari 2006). Kalsium sebagai penyusun lamella tengah dinding
sel seperti yang terlihat pada Gambar 2, diperlukan sebagai kofaktor oleh
beberapa enzim yang terlibat dalam hidrolisis ATP dan fosfolipid dan bertindak
sebagai second messenger dalam pengaturan metabolisme. Peran kalsium yang
lebih spesifik yakni berhubungan dengan kemampuannya untuk mengubah
permeabilitas membran tanaman dan kalsium bertindak sebagai sinyal untuk
mengatur enzim kunci dalam sitosol (Taiz dan Zeiger 1991).
Lamela tengah
Membran plasma
sitoplasma
vakuola
mitokondria

Dinding sel
Ion Ca2+

Gambar 2. Distribusi kalsium pada dua sel yang berdekatan (Marschner 1995)
Fungsi kalsium terlihat berkaitan dengan aktivitas jaringan meristem,
berperan dalam mengatur pembelahan sel, berpengaruh terhadap kekompakan
buah (firmness), laju respirasi dan ketahanan simpan buah (Ashari 2006). Ca
berperan dalam pembentukan dan peningkatan kadar protein dalam mitokondria,
sehingga kalsium juga berperan dalam absorbsi nitrat dan aktivitas beberapa
enzim yang aktif dalam sintesis dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan
polimer serta respirasi. Kalsium bersama dengan pektat berperan dalam menjaga

25
turgiditas sel yaitu membuat dinding sel semakin tegar, kuat dan kokoh
(Marschner 1995). Kalsium juga berperan sebagai perekat antara dinding sel yang
satu dengan dinding sel yang lain (Marschner 1995).
Jaringan yang mengerut dan berubah bentuk disebabkan oleh kurang
kalsium, dan daerah meristematik mati lebih awal. Ca berperan penting agar
membran di semua sel berfungsi normal, sebagai pengikat fosfolipid satu sama
lain, atau fosfolipid dengan bagian protein membran, dimana diketahui bahwa
semua membran sebagian besar terdiri atas protein dan lipid (mencakup setengah
bobot kering membran) (Salisbury dan Ross 1995)
Sebagian besar tanah mengandung cukup Ca untuk menyokong
pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan baik, tetapi pada tanah
asam akibat curah hujan yang tinggi sering terjadi gejala defisiensi Ca
(Salisbury dan Ross 1995). Gejala defisiensi Ca juga ditemukan pada tanah yang
sangat spesifik, misalnya pada tanah sulfat masam (Leiwakabessy dan Sutandi
2004). Menurut Hardjowigeno (1992), ketersediaan unsur Ca dalam tanah dapat
ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium dengan waktu dan
konsentrasi tertentu. Pupuk yang diberikan akan berasosiasi dengan unsur lainnya.
Pengapuran pada tanah masam memberikan manfaat menaikkan pH tanah,
menambah unsur Ca, menambah ketersediaan unsur-unsur phosphor dan
molibdenum, persentase kejenuhan basa, mengurangi keracunan besi, mangan,
dan alluminium, serta memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah. Pada tanahtanah yang netral sampai alkalin, Ca diberikan dalam bentuk senyawa lain yang
mudah tersedia misalnya CaCl2 ataupun Ca(NO3)2 yang juga dapat diberikan
melalui daun. Bahan kapur yang biasa digunakan adalah kapur bakar (CaO),
kapur hidrat (Ca(OH)2), kapur kalsitik (CaCO3), kapur dolomit (CaMg(CO3)2),
kulit kerang dan terak baja (Collings 1955; Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Ion
CO3-2 yang berasal dari kapur sangat kuat dalam menarik ion H, sehingga
menurunkan konsetrasi H+ dalam larutan. Setelah terbentuknya Al(OH)3 maka
misel segera ditempati oleh Ca maupun kation lain sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi kation dalam larutan tanah (Hakim et al. 1986).
Hasil penelitian Wulandari (2009) menunjukkan bahwa pemberian
kalsium dengan sumber dolomit yang diberikan pada satu kali aplikasi tidak

26
efektif meningkatkan kandungan kalsium pada perikarp, karena sebagian besar
kalsium tersebut ditranslokasikan ke daun. Di Australia, masalah kekurangan
kalsium pada mangga menyebabkan terjadinya pecah buah. Untuk mengatasi hal
tersebut, aplikasi kalsium dilakukan secara berulang; pada aplikasi pertama
sebagian besar kalsium akan ditranslokasikan ke daun, tetapi apabila kalsium di
daun sudah optimum, pada aplikasi selanjutnya kalsium ditranslokasikan juga ke
buah.

27

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kebun manggis Desa Mulang Maya, Kecamatan
Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Kabupaten Tanggamus
berada pada 104°18’ – 105°12’ Bujur Timur dan 5°05’ – 5°56’ Lintang Selatan
dengan ketinggian 250 – 600 m dpl (Sastrawinata 2007). Topografi area
penanaman manggis, bergelombang dan datar, dengan jenis tanah pada umumnya
Latosol. Pengukuran fisik buah dan preparasi sampel dilaksanakan di
Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika IPB. Analisis kalsium kulit buah
manggis dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, IPB. Analisis kimia tanah dan kandungan kalsium
daun dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Penelitian dimulai bulan Desember 2010 sampai Juni 2011, meliputi
kegiatan lapangan, pengamatan, analisis data, dan penulisan laporan. Penelitian
lapangan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011, keadaaan
iklim cukup baik. Suhu rata-rata harian berkisar 26 0C, kelembaban udara 80 %,
curah hujan berkisar 200 mm/bulan dan penyinaran matahari 45 % (Lampiran 1).
Bahan dan Alat
Buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil
perbanyakan dengan biji yang berumur 25 tahun (Gambar 3), dengan jarak tanam
4 m x 4 m dan sedang berbunga.

Gambar 3. Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian

28
Areal penanaman manggis masih berupa hutan manggis yang terletak + 1
km dari pemukiman penduduk. Tindakan budidaya, baik berupa pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit tanaman serta tindakan pemeliharaan lainnya
belum dilakukan (Rusdi 05 Januari 2011, komunikasi pribadi). Sumber kalsium
yang digunakan berupa kapur pertanian (CaCO3) dengan kandungan kalsium 40.1
%, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, indikator penalphtalein (PP), dan
akuades.
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : cangkul, timbangan,
ember, pisau, jangka sorong, hand penetrometer, hand refraktometer, pipet
spatula, labu takar, erlenmeyer, corong, kertas saring, buret, dan gelas piala.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
satu faktor perlakuan yaitu waktu aplikasi kalsium. Waktu aplikasi kalsium terdiri
atas delapan tahapan pertumbuhan buah manggis (Poovaradom 2009), yaitu:
1.

Tidak diberi kalsium

2.

Pada saat antesis

3.

Pada saat awal stadia I (14 hari setelah antesis)

4.

Pada saat akhir stadia I (28 hari setelah antesis)

5.

Pada saat antesis dan awal stadia I

6.

Pada saat antesis dan akhir stadia I

7.

Pada saat awal dan akhir stadia I

8.

Pada saat antesis, awal dan akhir stadia I
Perlakuan 2, 3 dan 4 diberikan kalsium dosis penuh sebanyak 17 kg

kaptan/pohon (10,27 ton kaptan/ha = 3,5 ton Ca2+/ha); perlakuan 5, 6 dan 7
diberikan 1/2 dosis penuh setiap kali aplikasi; perlakuan 8 diberikan 1/3 dosis
penuh setiap kali aplikasi. Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap unit
percobaan terdiri atas satu pohon, sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak
24 pohon. Bagan acak perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model
Rancangan Acak Kelompok sebagai berikut:
Yij = µ + τi + βj + εij

29
Keterangan: j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
i

= 1, 2, 3

Yij

= Nilai pengamatan pada perlakukan ke-j dan kelompok ke-i

μ

= Rataan umum

τi

= Pengaruh kelompok ke-i

ßj

= Pengaruh perlakuan ke-j

εij

= Pengaruh acak pada perlakukan ke-j dan kelompok ke-i

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh pada uji F taraf 5 % atau 1 %, akan
dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis (Walpole
1995) dan diuji lanjut menggunakan metode Dunn. Uji lanjut dengan metode
Dunn dihitung menggunakan rumus:
|R1-R2| > zα
Keterangan:
R

= mean range yang didapat dari uji Krusscal Wallis

N

= total pengamatan

t

= banyaknya angka skoring yang sama dari suatu data

K

= banyaknya perlakuan
Pelaksanaan Penelitian

1.

Persiapan tanaman
Persiapan tanaman sebelum aplikasi meliputi: pelabelan tanaman manggis

sebanyak 24 pohon (sesuai dengan total unit percobaan); pengendalian gulma di
bawah daerah tutupan tajuk untuk menghindari persaingan serapan hara antara
tanaman dan gulma.
2.

Aplikasi kalsium
Waktu aplikasi dilakukan sesuai dengan perlakuan, dengan dosis kalsium:

17 kg kaptan/pohon untuk perlakuan 2, 3 dan 4; 8,5 kg kaptan/pohon setiap kali
aplikasi untuk perlakuan 4, 6 dan 7; 5,66 kg kaptan/pohon setiap kali aplikasi
untuk perlakuan . Pemberian Ca melalui tanah dengan cara disebar dalam piringan
di bawah tajuk lalu ditutup kembali dengan tanah, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 4. Pengaplikasian di daerah piringan di bawah tajuk tanaman manggis

30
dimaksudkan agar Ca yang diberikan dapat diserap akar rambut (feeder root) yang
berfungsi dalam penyerapan hara dan air (Taiz dan Zeiger 1991).

(b)

(a)

(c)

Gambar 4. Pengaplikasian kapur pertanian (kaptan): (a) persiapan bahan kaptan,
(b) pemberian kaptan, (c) penutupan kaptan dengan tanah
Pemberian kaptan dilakukan pada tanaman manggis yang sedang
antesis (Gambar 5). Bunga mekar pada tanaman manggis adalah bunga yang
memiliki 4 sepal, dan 4 petal lainnya telah gugur. Aplikasi pada saat awal
atau akhir stadia 1 (2 atau 4 minggu setelah antesis), kondisi tanaman
manggis memperlihatkan sebagian besar buah berdiameter + 1 cm atau 2 cm.
3.

Pelabelan bunga
Bunga yang akan dipanen buahnya sebagai buah sampel diberi tanda
berupa ikatan tali rafia berwarna biru (Gambar 5). Pelabelan bunga sebanyak
30 kuntum/pohon dilakukan saat bunga mekar pada ranting di atas bunga.

(a)

(b)

Gambar 5. Bunga dan buah manggis: (a) bunga yang telah mekar (antesis), dan
(b) buah sampel
Hal ini bertujuan untuk menentukan buah sampel yang seragam.
Pelabelan tersebut dilakukan lebih banyak dari kebutuhan untuk pengamatan
(10 buah/pohon), hal ini bertujuan untuk mengantisipasi bunga atau buah
gugur sebelum panen.
(a)

(b)

31
4.

Pemanenan buah
Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah
yang dipanen umumnya berumur 105 hari setelah antesis.
Pengamatan
Pengamatan sifat fisik dan kimia buah dilakukan selama tiga hari setelah

buah dipanen. Pengamatan tersebut menggunakan 10 buah sampel/perlakuan,
sehingga jumlah seluruh buah yang diamati sebanyak 240 buah sampel.
a.

Diameter buah (cm)
Pengukuran diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong, dengan arah horizontal melingkar (diameter transversal) dan arah
vertikal (diameter longitudinal).

b.

Bobot buah dan bagian-bagiannya (gram)
Bobot buah dihitung dengan menggunakan timbangan digital
(Gambar 6). Pengukuran ini meliputi bobot buah, bobot kulit buah, bobot aril,
bobot biji, bobot sepal, dan bobot tangkai.

c.

Edible portion (%)
Edible portion adalah presentase bagian aril yang dapat dimakan
terhadap bobot buah secara keseluruhan.
Bobot aril x 100%
Edible portion =
Bobot buah

d.

Tebal kulit buah (cm)
Tebal kulit buah diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah
kulit buah dibelah secara transversal m enjadi dua bagian (Gambar 6).

e.

Kekerasan kulit buah (mm/kg/det)
Pengukuran dilakukan dengan menusukkan jarum hand penetrometer
pada kulit buah bagian tengah buah manggis. Kekerasan buah kemudian
dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat.

f.

Resistensi kulit buah (kgf/cm2)
Pengamatan resistensi kulit buah bertujuan untuk melihat tingkat
kemudahan buah dibuka. Pengukuran resistensi (Gambar 6) dilakukan dengan
menggunakan alat yang tersedia di Laboratorium Pascapanen IPB. Cara kerja
alat yaitu dengan memberikan tekanan yang kuat pada buah manggis hingga

32
buah terbuka, resistensi buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera
pada alat (Ismadi 10 Januari 2011, komunikasi pribadi).

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Alat pengukuran sifat fisik buah: (a) bobot buah, (b) tebal kulit, dan
(c) resistensi kulit buah
g.

Padatan terlarut total (0brix)
Daging buah dari beberapa buah sampel diambil dari setiap perlakuan
dan diukur padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan alat hand
refraktometer (Gambar 7). Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan
setetes cairan buah pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap
melakukan pengukuran, lensanya dibersihkan dahulu dengan akuades dan
tisu. Angka yang muncul pada layar merupakan PTT dalam buah manggis.

h.

Asam tertitrasi total (%)
Kandungan asam tertitrasi total dalam buah manggis diukur dengan
menggunakan metode titrasi NaOH (Gambar 7).
ATT =

ml NaOH x N NaOH x fp x 64
x 100%
mg contoh

Keterangan:

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi
N NaOH = normalitas NaOH (0,1 N)
Tp

= faktor pengenceran (100/25)

64

= faktor asam dominan

mg contoh = 10.000 mg
i.

Kadar air kulit buah, sepal dan tangkai (%).
Pengukuran kadar air dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
Cawan alumunium dikeringkan 15 menit dalam oven bersuhu 1050C dan

33
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel ditempatkan dalam
cawan, kemudian dikeringkan 20 jam dalam oven bersuhu 105 0C seperti
pada Gambar 7, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai
beratnya konstan. Kadar air dihitung menggunakan persamaan
Kadar air (%) = a – b x 100%
b
Keterangan : a = Bobot awal (g)
b = Bobot akhir (g)

(c)
(a)

(b)

(c)

Gambar 7. Alat pengukuran sifat kimia buah: (a) PTT, (b) ATT, dan (c) kadar air
j.

Persentase juring bergetah kuning (%)
Persentase juring yang tercemar getah kuning adalah terdapatnya noda
getah kuning pada juring tersebut.
Persentase juring bergetah kuning =

k.

Jumlah juring bergetah kuning x 100%
Jumlah juring buah sampel

Skoring buah bergetah kuning pada aril (Kartika 2004).
Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Gambar 8.
Skor 1 :

baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning
baik diantara aril dengan kulit buah maupun di pembuluh buah

Skor 2 :

baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil)
karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung juring.

Skor 3 :

cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning pada salah
satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah
menjadi pahit

34
Skor 4 :

buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik pada ujung
juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan
rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 :

buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik diujung juring, diantara
juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi
pahit, warna daging menjadi kuning.

l.

Skoring buah bergetah kuning pada kulit (Kartika 2004)
Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Gambar 8.
Skor 1 :

baik sekali, kulit buah mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 :

baik, kulit buah mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 :

cukup baik, kulit buah mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 :

buruk, kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas
aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur

Skor 5 :

buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan
membentuk jalur b