Study to Control Yellow Latex and Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) with Calcium Spraying Aplication.

STUDI PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN
PENGERASAN KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.) DENGAN
PENYEMPROTAN KALSIUM

YULINDA TANARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Studi Pengendalian Getah
Kuning dan Pengerasan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan
Penyemprotan Kalsium” adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Desember 2011

Yulinda Tanari
A 252090061

ABSTRACT
YULINDA TANARI. Study to Control Yellow Latex and Pericarp Hardening of
Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) with Calcium Spraying Aplication.
Under direction of DARDA EFENDI and ROEDHY POERWANTO.

Calcium is one of important elements of cell membrane component and
strengthen cell wall. Calcium is normally bound to pectin compound as a middle
lamella component. Calcium deficiency affect the degradation of cell wall
integrity. Low calcium content in the pericarp of mangosteen fruit could
triggering the incidence of yellow latex or gamboges disorder on aryl and fruit
pericarp. An experiment was conducted to determine the optimum combination of
spraying frequency and concentration of CaCl2 in controlling yellow latex,
pericarp hardening and quality of fruit. Factorial experiment was designed with
two factors and three replications. The first factor was frequency of CaCl2

spraying that consist of three levels, i.e twice, four and six times. The second
factor was calcium concentration that consist of four levels, i.e 0, 12, 24 and 36
g L-1. Result indicated that the combination of frequency of six times with 24 g L-1
is effective to reduce percentage of yellow latex in the aryl by 86% and 69% in the
pericarp without pericarp hardening and reduction in fruit quality at harvest time
and after 20 days storage
Keywords: frequency, concentration, gamboge, calcium

RINGKASAN
YULINDA TANARI. Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh DARDA EFENDI dan
ROEDHY POERWANTO.
Getah kuning dan pengerasan kulit buah merupakan masalah yang
berhubungan dengan mutu buah. Getah kuning adalah getah yang dihasilkan
secara alami pada setiap organ manggis, kecuali akar. Getah ini akan menjadi
masalah bila sel-sel epitel penyusun saluran sekretorinya pecah dan getah kuning
mengotori aril atau kulit buah manggis. Penyebab kerusakan pada saluran
sekretori getah kuning terkait erat dengan konsentrasi kalsium yang rendah. Hal
ini berkaitan dengan fungsi kalsium sebagai penyusun dinding sel dalam bentuk
Ca-pektat dalam lamela tengah. Ca merupakan unsur hara makro yang bersifat

immobil, diangkut dari akar ke bagian lain pada tanaman bersama air melalui
aliran transpirasi. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga hanya
sedikit kalsium terakumulasi dalam buah. Hal ini menjadi masalah utama pada
tanaman buah-buahan terutama pada tanah masam dengan kandungan Ca yang
rendah, sehingga diperlukan penyemprotan Ca langsung ke buah untuk mensuplai
Ca. Penelitian ini bertujuan untuk (1) membuktikan peran Ca dalam
mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis (2) mengetahui
kombinasi frekuensi penyemprotan dan konsentrasi CaCl2 yang tepat untuk
mengendalikan getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis, (3)
mempelajari frekuensi penyemprotan CaCl2 yang optimum untuk mengendalikan
getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis, dan (4) mempelajari
konsentrasi CaCl2 yang optimum untuk mengendalikan getah kuning, pengerasan
kulit dan kualitas buah manggis. Penelitian lapangan dilakukan di Desa Suka
Banjar, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang
terdiri atas 2 faktor yaitu frekuensi penyemprotan CaCl2 dan konsentrasi CaCl2.
Faktor pertama yaitu frekuensi penyemprotan CaCl2 terdiri atas 3 taraf yaitu 2 kali
(10 dan 12 MSA), 4 kali ( 6, 8 10 dan 12 MSA), dan 6 kali (2, 4, 6, 8,10, 12
MSA). Faktor kedua yaitu konsentrasi CaCl2 yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 12,
24 dan 36 gl-1. Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga

terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu pohon
sehingga jumlah pohon yang digunakan adalah 36 pohon. Setiap pohon diambil
40 buah manggis sebagai sampel percobaan.
Peubah yang diamati sebelum perlakuan adalah sifat fisik dan kimia tanah.
Peubah-peubah yang diamati saat panen meliputi skoring buah bergetah kuning di
aril dan kulit buah, persentase buah bergetah kuning di aril dan kulit buah,
persentase juring tercemar getah kuning, kandungan kalsium pada bagian-bagian
kulit buah diameter buah, bobot buah dan bagian-bagiannya, tebal kulit buah,
edible portion, kekerasan kulit buah, resistensi kulit buah, skor warna dan
kesegaran kulit, skor warna dan kesegaran sepal, padatan terlarut total (PTT), tptal
asam tertitrasi(TAT), skor rasa buah, kadar air kulit buah, kadar air sepal, kadar
air tangkai. Pengamatan pascapanen pada suhu ruang dilakukan pada 5, 10, 15

dan 20 hari setelah panen (HSP) secara destruktif dan non destruktif. Pengamatan
destruktif dilakukan terhadap peubah kadar air kulit, sepal dan tangkai; kekerasan
dan resistensi kulit. Pengamatan non destruktif dilakukan terhadap skor warna
kulit; skor kesegaran kulit; skor warna sepal, skor kesegaran sepal, skor rasa dan
susut bobot. Sebagai data penunjang, diamati juga curah hujan, jumlah hari hujan,
suhu, kelembaban dan penyinaran matahari di lokasi penelitian yang diperoleh
dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan kalsium dengan
kombinasi antara frekuensi penyemprotan 6 kali dengan konsentrasi 24 g L-1
efektif menurunkan persentase buah bergetah kuning di aril sebesar 86% dan
persentase buah bergetah kuning kulit sebesar 69% tanpa menyebabkan
pengerasan kulit dan penurunan kualitas buah manggis.
Kata kunci: frekuensi, konsentrasi, getah kuning, kalsium

©Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

STUDI PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN
PENGERASAN KULIT BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.) DENGAN
PENYEMPROTAN KALSIUM

YULINDA TANARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S

Judul Tesis

Nama

NIM

: Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Penyemprotan
Kalsium
: Yulinda Tanari
: A252090061

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si
M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto,

Ketua

Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Agronomi dan Hortikultura

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.

Tanggal Ujian: 23 Desember 2011

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
kemurahanNya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Studi Pengendalian Getah

Kuning dan Pengerasan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan
Penyemprotan Kalsium” berhasil diselesaikan.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak menerima bantuan,
dorongan dan bimbingan dari banyak pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si dan bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto,
M.Sc, yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan dengan penuh
perhatian dalam pelaksanaan dan penulisan tesis.

2.

Hibah Penelitian Tim Pascasarjana (HPTP) Dirjen DIKTI yang telah
mendanai penelitian ini sesuai kontrak Nomor 40/13.24.4/SPP/PHPS/2011.

3.

Dirjen Pendidian Tinggi yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS
selama penulis mengikuti pendidikan Pascasarjana di IPB


4.

Petani manggis di Desa Suka Banjar, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.

5.

Bapak Yacob Tanari (alm) dan Ibu Naban Palundun (alm), kakakku Yurlin
Tanari, Yupita Tanari, Mobius Tanari, Bernoulli Tanari, Yeti Tanari, Gelder
Tanari, Yustia Tanari, Titin Budi Wahyuti, dan adikku Bleiser Tanari, yang
dengan penuh kasih mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.
Terima kasih untuk kasih sayang yang tulus dan motivasi yang telah
diberikan.

6.

Team Gamboge Lampung (Inanpi Hidayati, Susi Octaviani Sembiring
Depari dan Suci Primilestari) dan Keluarga AGH 2009 atas segala dukungan
dan kebersamaannya.

Tuhan Yang Maha Kuasa kiranya membalas budi baik yang telah diberikan
dan semoga tesis ini bermanfat bagi pembaca dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Desember 2011
Yulinda Tanari

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanete tanggal 23 Oktober 1979 dari Bapak Yacob
Tanari (alm) dan Ibu Naban Palundun (alm). Penulis merupakan anak kedelapan
dari sembilan bersaudara. Tahun 1998 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Palopo,
dan pada tahun yang sama lulus test masuk perguruan tinggi di Universitas
Hasanuddin Makassar pada Fakultas Pertanian dan Kehutanan Program Studi
Agronomi dan Hortikultura. Menyelesaikan studi pada tahun 2003.
Penulis bekerja sebagai dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Sintuwu
Maroso Poso, sejak September 2008. Pada tahun 2009 penulis mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai
mahasiswa pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan ......................................................................................................... 3
Hipotesis...................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Manggis (Garcinia mangostana L).............................................................
Getah Kuning ..............................................................................................
Peranan kalsium Terhadap Struktur dinding Sel .........................................
Pengaruh Aplikasi Kalsium Melalui Penyemprotan pada Buah .................
Kekerasan Kulit Buah .................................................................................

5
6
7
8
9

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 11
Bahan dan Alat ............................................................................................ 11
Metode Penelitian........................................................................................ 12
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 14
Pengamatan............................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis ..................... 22
Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Getah Kuning ................................ 24
Kualitas Fisik Buah Manggis .................................................................... 25
Kualitas Kimia Buah Manggis .................................................................. 30
Pengamatn Pascapanen .............................................................................. 32
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41
LAMPIRAN ........................................................................................................ 46

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor dan persentase buah ber
getah kuning di aril dan kulit buah manggis.....................................

22

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap persentase juring tercemar
getah kuning......................................................................................

24

Pengaruh Penyemprotan Ca terhadap kandungan Ca pada
bagian-bagian kulit buah...................................................................

25

4

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap diameter transversal dan
longitudinal buah manggis................................................................

26

5

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap bobot buah, bobot sepal,
bobot tangkai dan tebal kulit buah manggis.....................................

27

2
3

6

7

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap bobot biji, bobot aril dan
edible portion....................................................................................

28

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kekerasan dan resistensi
kulit buah manggis............................................................................

29

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran
kulit; skor warna dan kesegaran sepal buah manggis.......................

30

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap PTT, TAT dan skor rasa
buah manggis....................................................................................

31

10 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kadar air kulit, sepal dan
tangkai buah manggis ....................................................................

32

11 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kekerasan dan resistensi
kulit buah manggis selama penyimpanan....................................

33

8
9

12 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran
kulit buah manggis selama penyimpanan....................................

34

13 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran
sepal buah manggis selama penyimpanan...................................

35

14 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor rasa buah manggis
selama penyimpanan.........................................................................

36

15 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kadar air kulit, sepal dan
tangkai buah manggis selama penyimpanan.....................................

37

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian (a), jangka
sorong (b), timbangan analitik (c), hand penetrometer (d), alat
pengukur resistensi (e), hand refractometer (f)...............................

12

2

Label pohon.....................................................................................

14

3

Bunga saat anthesis..........................................................................

14

4

Skoring aril (1-5)..............................................................................

16

5

Skoring kulit (1-5)............................................................................

16

6

Pengaruh frekuensi penyemprotan CaCl2 terhadap susut bobot (%)

38

7

Pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap susut bobot (%)....................

39

1

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian (a), jangka
sorong (b), timbangan analitik (c), hand penetrometer (d), alat
pengukur resistensi (e), hand refractometer (f)...............................

12

2

Label pohon.....................................................................................

14

3

Bunga saat anthesis..........................................................................

14

4

Skoring aril (1-5)..............................................................................

16

5

Skoring kulit (1-5)............................................................................

16

6

Pengaruh frekuensi penyemprotan CaCl2 terhadap susut bobot (%)

38

7

Pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap susut bobot (%)....................

39

1

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Layout Percobaan ............................................................................. ........

47

2 Data Cuaca Kec. Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus, Lampung.....

48

3 Hasil Analisa Tanah Sebelum Aplikasi Perlakuan.......................................

49

4 Tabel Rekapitulasi Hasil untuk Semua Peubah............................................

50

5 Tabel Rekapitulasi Sidik Ragam untuk Semua Peubah................................

51



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manggis merupakan komoditas ekspor yang menjadi sumber devisa bagi
negara. Permintaan manggis yang tinggi dari berbagai negara seperti, Hongkong,
Cina, Singapura, Timur Tengah, dan Jepang (Deptan 2008), membuat volume
ekspor manggis menempati urutan pertama dari ekspor buah segar Indonesia.
Nilai ekspor manggis dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, pada
tahun 2007 sebesar US$ 4.951.442, menjadi US$ 5.832.534 pada tahun 2008, dan
US$ 6.451.923 pada tahun 2009. Peningkatan nilai ekspor tersebut menunjukkan
bahwa peluang untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor buah manggis
Indonesia cukup tinggi. Produksi buah manggis Indonesia pada tahun 2009
sebesar 105.558 ton, sedangkan volume ekspor hanya sebesar 9.987 ton atau
berkisar 10% dari total produksi yang dihasilkan (BPS 2009).
Rendahnya persentase buah yang dapat diekspor disebabkan oleh mutu buah
yang rendah, sementara pasar internasional membutuhkan produk dengan kualitas
tinggi untuk produk segar ataupun olahan (Deptan 2008). Ketentuan minimum
yang harus dipenuhi sebelum pengkelasan buah manggis antara lain, penampilan
segar, buah mudah dibelah, bebas dari memar, memiliki bentuk, warna dan rasa
sesuai dengan sifat/ciri varietas, bebas dari hama dan penyakit, dan layak
dikonsumsi.
Ditjen Hortikultura (2007) membatasi tingkat getah kuning untuk kelas
super tidak lebih dari 5 %, kelas A tidak lebih dari 10 % dan batas toleransi yang
paling tinggi adalah 20 % untuk kelas B. Getah kuning pada aril dan kulit buah
yang mencapai 30-50 % per pohon menjadi masalah besar yang dihadapi di
daerah-daerah sentra produksi manggis seperti Batang Hari, Merangin,
Tanggamus, dan lain-lain (PKBT 2002; Balitbu 2008; Bahar 2009). Permasalahan
mutu buah manggis selain getah kuning adalah burik pada buah dan shelf life
buah yang rendah (kulit buah manggis yang mengeras). Volume dan nilai ekspor
manggis diharapkan akan meningkat, jika masalah mutu ini dapat diatasi.
Getah kuning adalah getah yang dihasilkan secara alami pada setiap organ
manggis, kecuali akar. Getah ini akan menjadi masalah bila sel-sel epitel

penyusun saluran sekretorinya pecah dan getah kuning mengotori aril atau kulit
buah manggis (Dorly et al. 2008). Getah kuning menyebabkan rasa tidak enak dan
penampilan buah kurang menarik sehingga buah menjadi tidak layak ekspor.
Penyebab kerusakan pada saluran sekretori getah kuning terkait erat dengan
konsentrasi kalsium (Ca) yang rendah (Bangerth, 1979; Pludbuntong et al., 2007;
Dorly 2009). Hal ini berkaitan dengan fungsi Ca sebagai penyusun dinding sel
dalam bentuk Ca-pektat dalam lamela tengah (Winarno dan Aman 1981;
Marschner 1995).
Kalsium merupakan unsur hara makro yang bersifat immobil, diangkut
dari akar ke bagian lain pada tanaman bersama air melalui aliran transpirasi
(Bangerth 1979; Marschner 1995; Saure 2005). Kalsium sebagai unsur yang tidak
dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda
dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman Ca
dalam aliran transpirasi dari xilem.
Studi aplikasi Ca melalui tanah telah dilakukan oleh Dorly (2009).
Pemberian Ca tersebut nyata meningkatkan kandungan Ca pada daun, tidak pada
bagian perikarp buah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aplikasi Ca
melalui tanah tidak efektif untuk dilakukan karena akan terjadi peningkatan Ca
yang lebih besar pada daun karena kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun.
Bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun, sehingga hanya sedikit
Ca terakumulasi dalam buah (Bangerth 1979; Marschner 1995). Hal ini menjadi
masalah utama pada tanaman buah-buahan, terutama pada tanah masam dengan
kandungan Ca rendah, yang memiliki aliran Ca ke buah yang sangat terbatas,
sehingga menyebabkan getah kuning banyak terjadi di kebun manggis yang
berada di tanah masam.
Penyemprotan merupakan salah metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kandungan Ca pada buah (Zavalloni 2001; Saure 2005; Huang
2005; Lotze dan Theron 2007; Barasa 2009; Ghani 2011). Penyerapan Ca ke
dalam terjadi buah melalui kutikula, masuk secara difusi melalui apoplas, yaitu
melalui dinding sel dan ruang antar sel dalam perikarp buah (Saure 2005).
Efektivitas dan peran Ca untuk menurunkan cemaran getah kuning melalui
penyemprotan langsung ke bagian perikarp buah perlu dibuktikan.

Kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa kimia yang dihasilkan secara
langsung dari batu kapur, berupa kristal berwarna putih, dapat berfungsi sebagai
sumber kalsium. CaCl2 memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air yaitu 74.5
g/100ml air (20oC), 59.5 g/100 ml air (0oC). Kelarutan yang tinggi tersebut
menyebabkan

CaCl2

seringkali

digunakan

sebagai

sumber

Ca

untuk

pengaplikasian langsung ke buah (IPCS 1995).
Penyemprotan dengan frekuensi dan konsentrasi yang tepat diharapkan
akan lebih menurunkan persentase getah kuning tanpa menimbulkan efek
pengerasan kulit buah. Perbaikan mutu buah ini diharapkan akan meningkatkan
volume buah yang dapat diekspor. Berdasarkan informasi tersebut, penelitian
mengenai

konsentrasi

dan frekuensi

pemberian

Ca

yang tepat

untuk

mengendalikan getah kuning menjadi sangat penting.

Tujuan Penelitian
1. Membuktikan peran Ca dalam mengendalikan cemaran getah kuning pada
buah manggis.
2. Mengetahui kombinasi frekuensi penyemprotan dan konsentrasi CaCl2 yang
tepat untuk mengendalikan getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah
manggis.
3. Mempelajari

frekuensi

penyemprotan

CaCl2

yang

optimum

untuk

mengendalikan getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis.
4. Mempelajari konsentrasi CaCl2 yang optimum untuk mengendalikan getah
kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis.

Hipotesis
1. Penyemprotan Ca langsung ke bagian perikarp buah dapat menurunkan
cemaran getah kuning buah manggis
2. Terdapat kombinasi antara frekuensi penyemprotan dan konsentrasi CaCl2
yang dapat menurunkan cemaran getah kuning tanpa menyebabkan
pengerasan kulit dan penurunan kualitas buah manggis.

3. Terdapat frekuensi penyemprotan CaCl2 yang dapat menurunkan cemaran
getah kuning tanpa menyebabkan pengerasan kulit dan penurunan kualitas
buah manggis
4. Terdapat konsentrasi CaCl2 yang dapat menurunkan cemaran getah kuning
tanpa menyebabkan pengerasan kulit dan penurunan kualitas buah manggis.

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis (Garcinia mangostana L)
Manggis merupakan tumbuhan dioceus dengan tinggi tanaman mencapai
6-25 m, berdaun rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek,
daunnya tebal serta lebar. Pohon tegak lurus dengan percabangan simetri
membentuk kerucut. Semua bagian tanaman mengeluarkan eksudat getah kuning
apabila dilukai (Verheij 1997; Ashari 2006; Osman dan Milan 2006).
Bunga manggis bersifat unisex dioecious (berumah dua), akan tetapi hanya
bunga betina yang dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna
(rudimeter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi
lagi, oleh karena itu buah manggis dihasilkan tanpa penyerbukan (Mulyani 2000).
Bunga sendiri atau berpasangan di ujung ranting, bergagang pendek dan tebal,
berdiameter 5,5 cm. Daun kelopak 2 pasang, daun mahkota 2 pasang, tebal dan
berdaging, berwarna hijau – kuning dengan pinggir kemerah-merahan. Benang
sari semu dan biasanya banyak. Bakal buah bertangkai berbentuk agak bulat dan
beruang empat. Kepala putik tidak bertangkai dan bercuping (Verveij 1997).
Buah manggis berbentuk bulat atau elips, dengan berat bervariasi antara
75 – 150 g. Mempunyai 4-8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal
biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih, empuk dan mengandung sari
buah. Tidak semua bakal buah dalam segmen dapat berkembang menjadi biji.
Umumnya 1-3 bakal biji yang berkembang menjadi biji yang berwarna coklat
dengan panjang 2 - 2,5 cm, lebar 1,5 – 2 cm dan tebalnya antara 0,7 - 1,2 cm,
berbentuk dari jaringan nuselar dan dihasilkan secara klonal karena bersifat
apomiksis (Yaacob dan Tindall 1995).
Perikarp atau kulit buah manggis memiliki permukaan bagian luar yang
halus dengan tebal 4-8 mm, keras, berwarna ungu kecoklatan pada bagian luarnya
dan ungu pada bagian dalamnya pada buah tua, dan mengandung getah kuning
yang pahit (Yaacob dan Tindall 1995).
Bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) pada manggis adalah
sekitar 25 – 30%. Dalam 100 g daging buah terdapat air sebanyak 79.2-84.9%,
karbohidrat sebanyak 14.3-19.8, protein sebanyak 0.5-0.7%, lemak 0.10-0.8%

dan serat sebanyak 0.3-5.1%. Buah manggis mengadung vitamin C sebanyak
1.0 -66.0%. Kulit buah manggis bagian dalam kaya akan pektin, katekin, tannin
dan xanthonin (Osman dan Milan 2006; Ashari 2006).
Tanaman manggis dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada
ketinggian tempat 0 – 600 m dari permukaan laut dengan suhu berkisar antara
25 – 30oC. Curah hujan 1270 – 2500 mm/tahun dengan 10 bulan basah dalam
satu tahun dan kelembaban udara sekitar 80%. Intensitas cahaya matahari
berkisar 40 – 70%. Tanaman manggis umumnya memiliki adaptasi yang luas
terhadap berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang baik tanaman
manggis menghendaki tanah dengan tekstur liat berpasir dan berstruktur remah
dengan solum yang dalam (1.5 – 10 m). derajat keasaman tanah yang dikehendaki
adalah 5 – 7 (Verveij 1997).
Getah Kuning
Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan eksudat resin (cairan
getah) berwarna kuning yang tumpah akibat pecahnya saluran resin (Asano et al.
1996).
Daging buah manggis yang terkena getah kuning menempel ke kulit buah
dan menimbulkan rasa yang pahit. Selain di daging buah, getah kuning ini juga
muncul di kulit buah, yang akan mengeras seiring dengan bertambahnya umur
simpan buah manggis yang telah dipanen. Hal ini dapat menurunkan kualitas
buah baik secara fisik maupun rasa, buah akan terlihat buruk dan kurang menarik
(Yaacob dan Tindall 1995).
Tipe saluran getah kuning pada bunga, buah, tangkai buah, batang dan
daun manggis adalah saluran kanal yang bercabang yang terdiri dari dinding tebal
dan tipis, mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa. Saluran getah
kuning pada buah dijumpai pada bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, dan aril.
Spot getah kuning sering juga dijumpai pada kulit buah bagian luar, hal ini
diduga karena rusaknya saluran getah kuning pada eksokarp buah manggis. Getah
kuning mulai mengotori aril pada saat buah berumur 14 minggu setelah anthesis
ditandai dengan rusaknya sel-sel epitel. Pada buah yang arilnya terkena getah
kuning, tampak rusaknya sel epitel saluran getah kuning. Perubahan tekanan
turgor selama fase pertumbuhan buah terkait dengan turgor sel, sedangkan getah

kuning bukan berada di dalam sel melainkan di dalam saluran. Getah kuning
mengotori aril keluar dari saluran getah akibat rusaknya dinding sel penyusun
saluran getah. Rusaknya dinding sel epitel diduga karena tekanan mekanik dari
dalam akibat perkembangan sel-sel aril dan biji selama fase perkembangan buah
mulai dari umur 10 minggu setelah anthesis (MSA) (Fahn 1990; Dorly 2009).
Peranan Kalsium terhadap Struktur Dinding Sel
Kalsium merupakan elemen yang berkaitan dengan kelainan fisiologi
(physiological disorder) pada berbagai buah-buahan dan sayuran. Rendahnya
kandungan Ca pada sel-sel penyusun dinding sel penyusun kulit buah berkaitan
dengan pecahnya buah (Brown et al. 1995).
Kualitas buah dipengaruhi oleh unsur Ca. Kekurangan Ca pada buah apel
ditandai dengan munculnya noda berwarna coklat (nekrotik), pecah buah pada
leci, sweet cherry dan tomat (Callan 1986; Marschner 1995; Astuti 2002; Huang
et al. 2005)
Unsur Ca di organ tubuh tanaman diperlukan untuk membentuk lamela
tengah baru. Kalsium diserap tanaman dalam bentuk ion-ion Ca2+. Kalsium
merupakan bagian integral dari dinding sel. Kalsium mempengaruhi ketegaran
dinding sel dengan membentuk ikatan silang dengan rantai pektik (Marschner
1995). Kalsium berbeda dengan nutrisi lainnya, karena diangkut ke buah hanya
dalam jumlah kecil, dibanding ke daun. Walaupun Ca tersedia di dalam tanah,
defisiensi Ca menjadi masalah pada beberapa tanaman buah-buahan dan sayuran
(Saure 2005).
Kalsium berperan dalam absorsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang
aktif dalam sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta
respirasi. Bersama dengan pektat berperan dalam menjaga turgiditas sel yaitu
membuat dinding sel semakin tegar kuat dan kokoh (Winarno dan Aman 1981).
Menurut Marschner (1995) Ca juga berperan sebagai perekat antara dinding sel
yang satu dengan dinding sel yang lain.
Kalsium klorida (CaCl2)

merupakan senyawa kimia yang terdiri dari

unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Klor berfungsi mencegah kehilangan air yang
tidak seimbang, memperibaiki penyerapan ion lain, berperan dalam fotosistem II

dari proses fotosintesis serta berperan terhadap turgor sel yaitu untuk
meningkatkan tekanan osmotik sel (Morgan 2011).
CaCl2 dihasilkan secara langsung dari batu kapur, berupa kristal berwarna
putih, dapat berfungsi sebagai sumber kalsium. CaCl2 memiliki kelarutan yang
tinggi di dalam air yaitu 74,5 g/100ml air (20oC), 59,5 g/100 ml air (0oC).
Kalsium klorida dapat berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan (IPCS
1995).
Pengaruh Aplikasi Kalsium Melalui Penyemprotan Pada Buah
Aplikasi Ca dengan cara disemprotkan ke buah merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kandungan Ca pada jaringan buah sehingga diharapkan
mengurangi rusaknya sel penyusun jaringan buah. Setelah Ca memasuki perikarp,
kalsium harus ditranslokasikan pada dinding sel. Huang et al. (2005) melaporkan
penyemprotan tunggal Ca dengan formulasi berbeda pada tiga stadia
perkembangan buah lechi menunjukkan pemberian Ca paling efektif terjadi pada
stadia awal (2 minggu setelah anthesis), diikuti dengan pemberian Ca sebelum
perkembangan aril.
Penyemprotan langsung ke buah berkaitan dengan sifat Ca yang inmobil
dan sangat sedikit kemungkinannya diangkut melalui floem. Larutan Ca
berpenetrasi ke buah lewat kutikula, stomata dan lenti sel dan pangkal trikoma.
Kalsium diangkut masuk melalui difusi secara apoplas yaitu melalui sistem
dinding sel dan ruang antar sel ke dalam perikarp buah (Saure 2005; Glenn et al.
1985).
Penyemprotan Ca dapat meningkatkan kandungan Ca pada buah apel
golden delicious (Zavalloni et al 2001). Peningkatan kandungan Ca dicapai dengan
peningkatan frekuensi penyemprotan. Sedangkan Ghani (2001) melaporkan bahwa terjadi
peningkatan kandungan Ca pada buah naga

(Hylocereus polyrhizus) seiring dengan

peningkatan konsentrasi yang diberikan.

Penyemprotan Ca dilakukan pada permukaan buah selama tahap
perkembangan buah. Penyemprotan Ca dalam bentuk cair mengandung komponen
hidrofilik yang menghambat penetrasi dalam buah (Baur 1999). Penambahan
surfaktan (pro sticker) diperlukan untuk menarik residu Ca agar penyerapan dan
penetrasi Ca pada buah meningkat. Penambahan NAA memberikan efek nyata
meningkatkan transpor dan akumulasi Ca ke dalam buah dengan cara

memaksimalkan pembukaan stomata (Marchelle dan Clijsters 1978; Pharmawati
et al. 2008).
Pro stiker adalah jenis surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai zat pembasah yaitu
membungkus

kalsium

dan

membuatnya

tolak-menolak

dengan

air

sehingga

posisinya

mengambang dan dapat bertahan untuk tetap basah beberapa saat sebelum menyusup kedalam
perikarp buah (Huang et al. 2005). Schonherr (2000) melaporkan bahwa CaCl2 berpenetrasi sangat
lambat jika tidak ada penambahan surfaktan.

Naphthalene Asetic Acid (NAA) adalah auksin sintetik. Marchelle dan
Clijsters (1978) menyatakan bahwa retak pada buah ceri terkait dengan
kandungan Ca buah rendah. Aplikasi Ca dengan penambahan NAA menurunkan
kerusakan pada buah tersebut. Hasil penelitian Dorly (2009) kandungan Ca nyata
lebih tinggi pada perikarp yang diberi penambahan NAA dibanding dengan
perlakuan Ca tungggal.
Kekerasan Kulit Buah
Perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik pada buah-buahan
(Pantastico 1989). Kekerasan merupakan salah satu indikasi kerusakan buah,
semakin keras kulit buah manggis semakin rusak dan tidak disukai oleh
konsumen. Menurut Tongdee dan Sawanagul (1989), pengerasan cangkang buah
secara fisiologis terjadi setelah mengalami proses pemasakan, yaitu setelah
melalui proses klimaterik disertai dengan dehidrasi tinggi. Lama kelamaan
permukaan buah secara keseluruhan mengalami pengerasan sehingga sangat sulit
untuk dibuka.
Tekstur atau kekerasan kulit buah bergantung pada tebalnya kulit luar,
kandungan total zat padat, atau kadar pati yang di kandung buah. Buah-buahan
dengan kulit luar yang tebal memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada
buah dengan kulit luar yang tipis atau kulit luar menjadi satu dengan kulit
tengahnya. Tekstur kulit buah bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk dan
keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang dan susunan tanamannya.
Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan bergantung pada
konsentrasi zat-zat osmotic aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma dan
elastisitas dinding sel (Pantastico 1989).
Pengerasan kulit buah manggis selama penyimpanan terutama terjadi
karena proses transpirasi uap air pada jaringan kulit manggis. Selama

penyimpanan terjadi penebalan dinding sel dan ruang-ruang antar sel pada
jaringan parenkim kulit luar dan tengah rusak karena kehilangan cairan yang
mengakibatkan kulit manggis menjadi keras (Qanytah 2004.). Kekerasan kulit
buah manggis berkorelasi positif dengan kalsium pektat dan berkorelasi negatif
dengan kadar pektin dan aktivitas poligalakturonase (Auliani 2010).
Pada buah yang masih muda, banyak mengandung senyawa protopektin
yang berfungsi sebagai penguat lamella tengah dan membran sel. Protopektin
tersebut merupakan makromolekul yang tersusun dari polimer asam galakturonat,
banyak kalsium dan magnesium. Pengaruh kekerasan oleh ion kalsium disebabkan
terbentuknya ikatan menyilang antara ion kalsium divalent dengan polimer
senyawa pektin yang bermuatan negatif yaitu pada gugus karboksil asam
galakturonat. Ikatan tersebut akan mempengaruhi daya larut senyawa pektin
sehingga akan semakin kokoh dari gangguan mekanis (Winarno dan Aman 1981).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun manggis Desa Suka Banjar,
Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung, mulai
bulan Januari hingga Juni 2011. Secara geografis Kabupaten Tanggamus terletak
pada posisi 104°18‟ - 105°12‟ Bujur Timur dan 5°05‟ - 5°56‟ Lintang Selatan.
Topografi wilayah sekitar 40% berbukit dengan ketinggian dari permukaan laut
antara 0 sampai 2115. Suhu rata-rata harian berkisar 26oC dengan kelembaban
udara 80% (Lampiran 2). Pengukuran fisik buah dan preparasi sampel
dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika dan Laboratorium
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Analisis kalsium kulit
buah manggis dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, IPB. Analisis kimia tanah dilaksanakan di
Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: buah
manggis yang berasal dari kebun manggis dengan kondisi pohon berumur 18
tahun (Gambar 1a), memiliki jarak tanam 4 m x 3 m dan sedang berbunga. CaCl 2,
NAA

dan surfaktan pro stiker. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N,

indikator Phenolphtalein (PP), dan akuades.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: handsprayer,
timbangan digital, hand refraktometer, buret, jangka sorong, atomic absorbtion
spectrophotometer, hand penetrometer, pisau, pipet, labu takar, spatula, corong,
kertas saring, buret dan gelas piala. Sebagian gambar alat disajikan pada Gambar
1b, 1c, 1e dan 1f.

a

b

c

Gambar 1.

d

e
f
Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian (a), jangka
sorong (b), timbangan analitik (c), hand penetrometer (d), alat
pengukur resistensi (e), hand refractometer (f)
Metode Penelitian

Penelitian

ini menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi
penyemprotan CaCl2 dan faktor kedua yaitu

konsentrasi CaCl2. Perlakuan

frekuensi penyemprotan CaCl2 terdiri atas 2 kali (10 dan 12 MSA), 4 kali (6, 8, 10

dan 12 MSA) dan 6 kali (2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MSA). Konsentrasi CaCl2 yang
digunakan yaitu 0 g L-1, 12 g L-1, 24 g L-1 dan 36 g L-1
Total kombinasi perlakuan adalah 12 dan diulang sebanyak tiga kali.
Setiap perlakuan terdiri dari satu pohon sehingga jumlah seluruh pohon yang
digunakan adalah 36 pohon. Setiap pohon diambil sampel buah sebanyak 40 buah
manggis. Layout percobaan terlampir pada Lampiran 1.
Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model
Rancangan Acak Kelompok sebagai berikut:
Yijk = µ + ρk + τi + βj + (τβ)ij

εijk

dimana: i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3, 4
Yijk
=
Nilai pengamatan pada perlakuan frekuensi penyemprotan
ke-i, konsentrasi ke-j dan kelompok ke-k
µ

=

Rataan umum

ρk

=

Pengaruh kelompok ke-k

τi

=

Pengaruh perlakuan frekuensi penyemprotan ke-i

ßj

=

Pengaruh perlakuan konsentrasi ke-j

(τβ)ij

=

Pengaruh interaksi frekuensi penyemprotan dan konsentrasi
pada kelompok ke-k

εijk

=

Pengaruh galat percobaan frekuensi penyemprotan ke-i,
konsentrasi ke-j dan kelompok ke-k

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh pada uji F taraf 5 % atau
1 %, akan dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Krusscal Wallis dan uji
Dunn. Uji peringkat Krusscal Wallis dihitung menggunakan rumus:

K

k
Ri 2
12
 3( N  1)

N ( N  1) i 1 ni

Keterangan:
K

= Nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan

Ri

= Jumlah rank dari perlakuan ke-i

Ni

= Banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i

k

= Banyaknya kategori/perlakuan (i=1,2,3,…..,k)

N

= Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk)
Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus :

|R1-R2| > zα

[ (

)]

Keterangan:
R

= mean range yang didapat dari uji Krusscal Wallis

N

= total pengamatan

t

= banyaknya angka skoring yang sama dari suatu data

K

= banyaknya perlakuan
Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan tanaman
Persiapan

tanaman

dilakukan

dengan

memilih

tanaman

dan

mengelompokkan berdasarkan bentuk yang relatif seragam, mengadakan
pengacakan pada setiap kelompok kemudian memberi label pada tanaman
manggis (Gambar 2).

Gambar 2. Label pohon
2. Pelabelan bunga
Pelabelan dilakukan pada saat bunga anthesis (Gambar 3). Pelabelan
dimaksudkan untuk menentukan buah yang akan dijadikan sebagai buah
sampel untuk pengamatan.

Gambar 3. Bunga saat anthesis

3. Aplikasi perlakuan

CaCl2 dilarutkan dalam 1 liter air masing-masing sesuai perlakuan,
kemudian ditambahkan 40 mg NAA dan surfaktan pro sticker dengan
konsentrasi 0.5 ml. Penyemprotan larutan CaCl2 dilakukan dengan
mengunakan handsprayer secara langsung ke buah. Volume CaCl2 yang
disemprotkan pada minggu ke 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 Minggu Setelah Antesis
(MSA) berturut-turut 3, 4, 6, 8.5 10 dan 10 ml/buah.
4. Pemanenan buah
Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah
yang dipanen 105 hari setelah antesis.
Pengamatan
Pengamatan sifat fisik dan kimia buah dilakukan setelah buah dipanen
sampai 20 hari setelah panen (HSP). Pengamatan saat panen dilakukan
menggunakan 10 buah sampel/perlakuan, sehingga jumlah seluruh buah yang
diamati sebanyak 360 buah sampel. Pengamatan pascapanen pada suhu ruang
dilakukan pada 5, 10, 15 dan 20 hari setelah panen (HSP) secara destruktif dan
non destruktif. Pengamatan destruktif dilakukan terhadap peubah kadar air kulit,
sepal dan tangkai; skor rasa buah, kekerasan dan resistensi kulit menggunakan 4
buah manggis per satuan percobaan maka total buah yang digunakan adalah 432
buah. Pengamatan non destruktif dilakukan terhadap skor warna kulit; skor
kesegaran kulit; skor warna sepal, skor kesegaran sepal, dan susut bobot,
menggunakan

5 buah manggis per satuan percobaan maka total buah yang

digunakan sebanyak 180 buah manggis, sehingga total buah yang digunakan
adalah 972 buah.
a.

Skor buah bergetah kuning di aril (Kartika 2004).
Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Gambar 4.
Skor 1 :

baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah
kuning baik diantara aril dengan kulit buah maupun di
pembuluh buah

Skor 2 :

baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak
kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu
ujung juring.

Skor 3 :

cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning pada
salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa
buah menjadi pahit

Skor 4 :

buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik pada ujung
juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang
menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 :

buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik diujung juring,
diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa
buah menjadi pahit, warna daging menjadi kuning.

1

2

3

4

5

Gambar 4. Skoring aril (1-5) (Setyaningrum 2011)
b.

Persentase buah bergetah kuning di aril
Jumlah buah bergetah kuning di aril
x 100%
Jumlah buah sampel
Skor buah bergetah kuning di kulit (Kartika 2004)

% Buah bergetah kuning di aril =

c.

Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Gambar 5.
Skor 1 :

baik sekali, kulit buah mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 :

baik, kulit buah mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 :

cukup baik, kulit buah mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 :

buruk, kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas
aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur

Skor 5 :

buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan
membentuk jalur berwarna kuning, warna buah kusam

Gambar 5. Skoring kulit (1-5) (Setyaningrum 2011)

d.

Persentase buah bergetah kuning di kulit
Jumlah buah bergetah kuning di kulit x 100%
% Buah bergetah kuning di kulit =
Jumlah buah sampel

e.

Persentase juring tercemar getah kuning (%)
Persentase juring tercemar getah kuning = Jumlah juring bergetah kuning x 100%
Jumlah juring buah sampel

f.

Kandungan kalsium dalam tanah dan kulit buah manggis
Analisis kandungan kalsium tanah dilakukan sebelum aplikasi. Analisis
kalsium kulit buah dilakukan setelah buah dipanen, pada bagian endokarp,
mesokarp dan eksokarp kulit.
Tahapan analisis kandungan kalsium tanah: (a) 2 g sampel tanah
dicampur dengan 40 ml NH4OAC pH 7, (b) kedua campuran tersebut diaduk
hingga rata kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring, (c) hasil
filtrasi sebanyak 1 ml dicampur dengan 8 ml aquades dan 1 ml NH4OAC,
(d) campuran tersebut dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrometer).
Pengamatan kandungan kalsium bagian-bagian kulit buah dilakukan
di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor.
Sebelum dianalis, bagian eksokarp, mesokarp dan endokarp dioven selama +
24 jam pada suhu 105 0C. Tahapan analisis kandungan kalsium bagian kulit
buah manggis: (a) pengabuan sampel, dengan cara sampel bagian-bagian kulit
buah (eksokarp, mesokarp dan endokarp) dalam cawan porselen dan hot plate
dibakar dengan tanur listrik dengan suhu 400-600 0C selama ± 4 jam sampai
berubah warna (kehitaman), (b) abu diekstrak dengan HCl 5 ml sampai larut,
kemudian ditambahkan 2 ml HCl, (c) larutan disaring dengan kertas saring
kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 250 ml, (d) larutan dipipet
sebanyak 25 ml, ditambahkan larutan Chapman sebanyak 100 ml, (e) larutan
kemudian dipanaskan pada suhu 100 0C selama ± 10 menit sampai terjadi
embun, (f) larutan ditambahkan dengan amoniak (NH3) sampai berwarna
kebiruan, kemudian didiamkan pada suhu ruang selama semalam, (g) larutan
yang telah diendapkan selama semalam, dipanaskan kembali sampai

terbentuk embun, (h) larutan disaring ke labu erlenmeyer dengan kertas
saring, (i) gelas piala yang digunakan sebelumnya dibilas dengan aquades
panas (suhu ± 70 0C) untuk menetralisir asam, (j) dilakukan titrasi dengan
cara larutan ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 25% sebanyak 25 ml, dan air
panas 150 ml. Larutan dititrasi dengan Kalium Permanat (KMnO4) sampai
berwarna kemerahan.
Kadar kalsium =

Keterangan:

g.

Volume titar – blangko x FK
Bobot sampel (g)
Volume titar = 150 ml
Blangko

= volume KMnO4

FK

= Faktor koreksi (112)

Diameter buah (cm)
Pengukuran diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong (Gambar 1b), dengan arah horizontal melingkar (diameter transversal)
dan arah vertikal (diameter longitudinal).

h.

Bobot buah dan bagian-bagiannya (gram)
Bobot buah dihitung dengan menggunakan timbangan digital (Gambar
1c). Pengukuran ini meliputi bobot buah, bobot kulit buah, bobot aril, bobot
biji, bobot sepal, dan bobot tangkai.

i.

Tebal kulit buah (cm)
Tebal kulit buah diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah
kulit buah dibelah secara transversal m enjadi dua bagian

j.

Edible portion (%)
Edible portion adalah presentase bagian aril yang dapat dimakan
terhadap bobot buah secara keseluruhan.
Bobot aril x 100%
Edible portion =
Bobot buah

k.

Kekerasan kulit buah (mm/kg/det)
Pengukuran dilakukan dengan menusukkan jarum hand penetrometer
(Gambar 1d) pada kulit buah bagian tengah buah manggis. Kekerasan buah
kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat

l.

Resistensi kulit buah (kgf/cm2)
Pengamatan resistensi kulit buah bertujuan untuk melihat tingkat
kemudahan buah dibuka. Pengukuran resistensi (Gambar 1e) dilakukan
dengan menggunakan alat yang tersedia di Laboratorium Pascapanen IPB.
Cara kerja alat yaitu dengan memberikan tekanan yang kuat pada buah
manggis hingga buah terbuka, resistensi buah kemudian dapat dilihat pada
skala yang tertera pada alat (Ismadi 10 Januari 2011, komunikasi pribadi)

m. Skor warna kulit buah manggis (modifikasi PKBT 2007) :

n.

o.

p.

Skor 1 :

kulit buah bercak merah hampir merata, di sekitar sepal lebih merah

Skor 2 :

kulit buah merah yang merata pada seluruh permukaan

Skor 3 :

kulit buah merah kecoklatan

Skor 4 :

kulit buah merah keunguan

Skor 5 :

kulit buah ungu kehitaman

Skor kesegaran kulit buah manggis adalah sebagai berikut :
Skor 1 :

sangat kering

Skor 2 :

Kering

Skor 3 :

mulai mengering

Skor 4 :

kurang segar

Skor 5 :

segar

Skor warna sepal buah manggis
Skor 1 :

Coklat

Skor 2 :

kuning kecoklatan

Skor 3 :

hijau kecoklatan

Skor 4 :

hijau kekuningan

Skor 5 :

Hijau

Skor kesegaran sepal manggis
Skor 1 :

sangat keras

Skor 2 :

Keras

Skor 3 :

tidak segar (mulai mengeras).

Skor 4 :

kurang segar.

Skor 5 :

segar

q.

Padatan terlarut total (0brix)
Daging buah dari beberapa buah sampel diambil dari setiap perlakuan
dan diukur padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan alat hand
refraktometer (Gambar 1f). Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan
setetes cairan buah pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap
melakukan pengukuran, lensanya dibersihkan dahulu dengan akuades dan
tisu. Angka yang muncul pada layar merupakan PTT dalam buah manggis.

r.

Total asam tertitrasi (%)
Kandungan asam tertitrasi total dalam buah manggis diukur dengan
menggunakan metode titrasi NaOH.
TAT =

ml NaOH x N NaOH x fp x 64
x 100%
mg contoh

Keterangan:

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi
N NaOH = normalitas NaOH (0,1 N)
Tp

= faktor pengenceran (100/25)

64

= faktor asam dominan

mg contoh = 10.000 mg
s.

t.

Skor rasa buah manggis (Suyanti et al.1999):
Skor 1 :

asam sangat dominan dari manis

Skor 2 :

asam agak dominan dari manis

Skor 3 :

manis sedikit asam

Skor 4 :

Manis

Skor 5 :

sangat manis

Kadar air kulit buah, sepal dan tangkai (%).
Pengukuran kadar air dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
Cawan alumunium dikeringkan 15 menit dalam oven bersuhu 1050C dan
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel ditempatkan dalam
cawan, kemudian dikeringkan 20 jam dalam oven bersuhu 105 0C, lalu
didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan. Kadar
air dihitung menggunakan persamaan
Kadar air (%) = a – b x 100%
a

Keterangan : a = Bobot awal (g)
b = Bobot akhir (g)
u.

Susut Bobot (g)
Penguuran susut bobot buah dilakukan dengan menggunakan
timbangan analitik (gambar 1c). Pengukuran dilakukan pada hari ke 0 (a) dan
setiap pengamatan (b) yaitu 5 hari sekali selama 20 HSP. Untuk pengukuran
susut bobot digunakan rumus sebagai berikut :
Susut bobot (%) = a – b x 100%
a
Keterangan : a

= bobot buah pada awal penyimpanan (g)

b = bobot buah pada akhir penyimpanan (g)
v.

Pengukuran sifat kimia tanah
Pengukuran sifat kimia tanah dilakukan sebelum aplikasi kalsium.
Sampel tanah diambil secara komposit dari daerah perakaran pohon manggis
pada kedalaman 40 cm. Tanah dikeringudarakan, dan diayak dengan ukuran 2
mm agar mempunyai ukuran yang relatif sama. Kemudian tanah tersebut
dianalisis sifat kimianya. Sifat kimia tanah yang diamati adalah pH, KTK, Corganik, rasio C/N, kejenuhan basa, unsur hara nitrogen, fo

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Study of Calcium Spraying to Reduce Yellow Latex on Mangosteen Fruits (Garcinia mangostana L.)

0 7 12

Study Application Time of Calcium to Control Yellow Latex and Quality of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.).

0 4 114

Application of calcium and boron for controlling yellow latex contamination on the mangosteen fruits (Garcinia mangostana L )

0 6 53

Study Application Time of Calcium to Control Yellow Latex and Quality of Mangosteen Fruit

0 4 63

Study to Control Yellow Latex and Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L ) with Calcium Spraying Aplication

0 5 70