Perencanaan Lanskap Taman Kota Untuk Evakuasi Bencana Di Daerah Rawan Gempa Kota Padang Panjang Sumatera Barat

PERENCANAAN LANSKAP TAMAN KOTA
UNTUK EVAKUASI BENCANA DI DAERAH RAWAN GEMPA
KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT

NOVI ZULFIYANITA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PERENCANAAN LANSKAP TAMAN KOTA
UNTUK EVAKUASI BENCANA DI DAERAH RAWAN GEMPA
KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT

NOVI ZULFIYANITA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


ii

RINGKASAN
NOVI ZULFIYANITA. A44060195. Perencanaan Lanskap Taman Kota
untuk Evakuasi Bencana di Daerah Rawan Gempa Kota Padang Panjang
Sumatera Barat. Di bawah bimbingan AFRA D.N. MAKALEW dan
FITRIYAH NURUL H. UTAMI.
Kota Padang Panjang merupakan salah satu daerah rawan gempa yang
terletak di daerah patahan lempeng dunia. Berbagai kejadian gempa yang terjadi
di Sumatera Barat pada umumnya dan Kota Padang Panjang khususnya, telah
meninggalkan kepedihan, kerugian dan trauma yang cukup pelik. Kawasan ini
membutuhkan perencanaan taman-taman kota berbasis evakuasi bencana yang
dapat berfungsi sebagai ruang rekreatif maupun ruang evakuatif sebagai upaya
tindakan mitigasi terhadap bencana.
Penelitian ini secara umum bertujuan merencanakan lanskap taman kota
untuk ruang evakuasi bencana di daerah rawan gempa dalam memenuhi fungsi
evakuasi dan fungsi rekreasi bagi masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di dua
ruang terbuka hijau di Kota Padang Panjang Sumatera Barat, tepatnya di
Lapangan Anas Karim Padang Panjang Barat dan Lapangan Bancah Laweh

Padang Panjang Timur. Kegiatan penelitian ini berlangsung dari Maret 2010
hingga Februari 2011. Penelitian menggunakan modifikasi metode Gold (1980)
dengan pendekatan berbasis bencana dan dibatasi sampai pada tahap perencanaan
dengan hasil akhir berupa gambar rencana tapak (site plan).
Lapangan Anas Karim (luas 5,6 Ha) dan Lapangan Bancah Laweh (luas
8,0 Ha) adalah tapak yang dipilih sebagai tapak perencanaan pada penelitian ini.
Keberadaannya di pusat kota dan dikelilingi pemukiman padat menjadi faktor
penting keduanya. Faktor geologi dan kerentanan terhadap bencana menjadi
faktor utama dalam analisis dan perencanaan.
Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan
taman kota untuk evakuasi gempa ini adalah lokasi taman kota dengan pendekatan
geologis berkaitan kerentanannya terhadap goncangan gempa (rentan atau tidak
rentan) dan jarak taman kota dengan garis sesar/patahan; aksesibilitas masyarakat
menuju tapak yang mudah dan tidak terlalu jauh; adanya jalur evakuasi yang
mengarahkan masyarakat menuju tempat evakuasi; luas lahan dan daya dukung
pada saat evakuasi berlangsung; ketinggian tempat dari permukaan laut sehingga
dapat ditentukan tidak berpotensi tsunami; penempatan terintegrasi fasilitas
rekreasi dan evakuasi; kebutuhan air, energi, makanan dapat tersuplai dengan
baik; pemilihan pohon yang tidak mudah tumbang dengan pemeliharaan yang
baik; serta perencanaan helipad jika jalur transportasi lainnya terputus.

Konsep dasar perencanaan tapak adalah merencanakan sebuah lanskap
taman kota di daerah rawan bencana yang dapat memenuhi fungsi sebagai ruang
evakuasi, mitigasi dan rekreasi. Konsep dan rencana taman kota terdiri dari dua
skenario. Skenario 1 adalah pada saat kondisi normal dan skenario 2 adalah pada
saat kondisi gempa terjadi. Fungsi rekreasi pada saat kondisi normal/biasa
direncanakan dapat berubah sewaktu-waktu menjadi fungsi evakuasi manakala
gempa terjadi. Konsep ini selanjutnya mendasari konsep aktivitas dan fasilitas
yang dapat memenuhi fungsi pada masing-masing skenario.

iii

Rencana lanskap taman kota di daerah rawan gempa meliputi rencana
masing-masing zona dengan mempertimbangkan aspek daya dukung, keamanan,
aspek fungsional dan estetika untuk semua elemen lanskap yang direncanakan.
Tapak dibagi dalam empat ruang yaitu: (1) ruang penerimaan; (2) ruang transisi;
(3) ruang inti lanskap taman kota (terdiri dari sub-sub ruang dengan fungsi
evakuasi-mitigasi bencana gempa dan fungsi rekreasi) dan (4) ruang penyangga.
Rencana tapak dilengkapi dengan rencana aktivitas-fasilitas, rencana sirkulasi dan
rencana tata hijau serta rencana daya dukung.
Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung/daya tampung, taman

evakuasi Anas Karim dapat menampung total jumlah pengungsi sebanyak 3026
orang, adapun taman evakuasi Bancah Laweh dapat menampung total jumlah
pengungsi sebanyak 4212 orang. Sementara itu untuk fungsi rekreasi, taman kota
Anas Karim dapat menampung 830 orang dan 550 penonton saat event olah raga
dan taman kota Bancah Laweh dapat menampung 842 orang dan 2000 penonton
saat event pacuan kuda dan olah raga. Hasil yang didapat berupa rencana penataan
(site plan) dan rencana tertulis. Perencanaan dilengkapi dengan gambar tampak
potongan dan perspektif.

PERENCANAAN LANSKAP TAMAN KOTA
UNTUK EVAKUASI BENCANA DI DAERAH RAWAN GEMPA
KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT

NOVI ZULFIYANITA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

iv

© Hak Cipta milik Novi Zulfiyanita (IPB), tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan Karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

v

LEMBAR PENGESAHAN

Judul
Nama
NRP
Departemen

: Perencanaan Lanskap Taman Kota untuk Evakuasi Bencana
di Daerah Rawan Gempa Kota Padang Panjang Sumatera Barat
: Novi Zulfiyanita
: A44060195
: Arsitektur Lanskap

Disetujui,
Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Afra D.N. Makalew, MSc
NIP. 19650119 198903 2 001

Dosen Pembimbing II

Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT

NIP. 19770424 200604 2 001

Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus:

vi

RIWAYAT HIDUP
Novi Zulfiyanita, dilahirkan di Padang Panjang, Sumatera Barat pada
tanggal 6 November 1988 dari pasangan Zulkifli, BE dan Yusmawarti, SE, MM.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Riwayat pendidikan penulis
dimulai pada tahun 1994 sampai 2000 dengan mengikuti pendidikan di SD Negeri
12 Padang Panjang. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2
Padang Panjang sampai tahun 2003. Kemudian pada tahun 2003 sampai dengan
2006 penulis menyelesaikan masa pendidikan di SMA Negeri 1 Padang Panjang.

Penulis lulus Ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2006 dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB). Setelah melalui Tahap
Persiapan Bersama (TPB-IPB), penulis memilih Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian sebagai pilihan pertama. Di Departemen Arsitektur Lanskap
penulis aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan yang diadakan oleh Himpunan
Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan BEM-KM IPB. Selain itu
penulis juga pernah menjadi ketua klub fotografi di bawah Divisi Minat dan Bakat
HIMASKAP periode kepengurusan tahun 2008-2009, pada tahun yang sama
penulis juga menjadi anggota Badan Pengawas HIMASKAP (BP HIMPRO).
Selain kegiatan perkuliahan dan organisasi di dalam kampus, selama
belajar di Departemen Arsitektur Lanskap penulis mengikuti beberapa sayembara
perencanaan dan perancangan Arsitektur dan Arsitektur Lanskap. Diantaranya
sebagai peserta Sayembara Perancangan Taman Kota Kebun Pisang Penjaringan
Jakarta Utara tahun 2009, juara III (ketiga) Sayembara Pengkayaan Desain
Arsitektur Lanskap dan Arsitektur Masterplan Kebun Raya Solok tahun 2009,
peserta Sayembara Planning and Design New Landscape In-Exmining
Development Bangka Belitung Eco Park tahun 2010, sepuluh besar finalis
Sayembara Perancangan Taman Kota Taman Topi Bogor tahun 2010 dan finalis
50 karya terpilih Sayembara Konsep Perancangan Perpustakaan Nasional RI yang
dipamerkan di Taman Ismail Marzuki Jakarta tahun 2010.


vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga kepada penulis, salah
satunya adalah rahmat kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul Perencanaan Lanskap Taman Kota untuk Evakuasi
Bencana di Daerah Rawan Gempa Kota Padang Panjang Sumatera Barat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sebagai
bekal berkarir di bidang Arsitektur Lanskap dan sebagai masukan bagi Pemerintah
Daerah setempat dalam perencanaan dan penataan lanskap di daerah-daerah
Provinsi Sumatera Barat pada umumnya dan Kota Padang Panjang khususnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat masukan, arahan dan
bimbingan serta kritik dan saran dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.

kedua orang tua tercinta papa dan mama, serta adikku Riko Yuzi Putra yang

tiada henti memberikan do’a, kesempatan, kepercayaan, arahan, nasehat,
dukungan penuh serta kasih sayang;

2.

Dr. Ir. Afra D.N. Makalew, M.Sc selaku Pembimbing Skripsi I dan Fitriyah
Nurul H. Utami, ST, MT selaku Pembimbing Skripsi II atas pengarahan,
bimbingan, saran, dukungan dan do’a yang telah diberikan kepada penulis;
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku Dosen Penguji Skripsi atas
masukan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis;

3.

Ir. Marietje M. Wungkar, M.Si dan Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si selaku
Pembimbing Akademik, atas nasehat dan bimbingannya;

4.

segenap dosen Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu dan bimbingannya;
segenap staf Departemen Arsitektur Lanskap atas bantuan dan kemudahan

administrasi yang telah diberikan kepada penulis;

5.

segenap jajaran PEMDA Kota Padang Panjang, Dinas Bappeda Kota Padang
Panjang, BMKG Kota Padang Panjang, Secata-B, serta masyarakat Kota
Padang Panjang, atas bantuan dan kemudahan pengambilan data serta
masukan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis terkait judul
penelitian dan telah mau berpartisipasi sebagai responden;

viii

6.

Mahmud Haris

7.

kakakku Ance Trio Marta, Ma’ Asni, Pak Ngah dan Tante, Ma’ Net dan Om,
Pak Dang dan Bu’de, Tante Yet (Asrama Polisi), untuk dukungannya;

8.

saudara-saudaraku Da Jhon, Ni It, Ni Opi, Da An, Luwi, Bang Bob, Ni Mel,
terima kasih untuk do’a, dukungan dan semangatnya, juga untuk keponakankeponakanku tersayang atas senyum yang membahagiakan;

9.

saudara tak sedarah namun sepenanggungan juga Dika, Yoffi, Rosa, Iis;

10. Icha, Presti, Aan, Lipur as “Kakak”, Ziffy dan teman-teman ARL’43, untuk
pahit-manisnya pertemanan serta petualangan dan perjuangan di ARL yang
telah menambah makna dan warna dalam kehidupan penulis;
teman satu bimbingan Kaka dan Juniar, untuk dukungan dan bantuannya;
Efga dan teman-teman IPMM (Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang);
11. keluarga besar ARL dari semua angkatan dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan pada penulis, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, permohonan maaf dan rasa terima kasih untuk semuanya.
Penulis menyadari masih terdapatnya kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, penulis terbuka terhadap berbagai masukan, saran dan kritik untuk
kelengkapan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
siapa saja yang membutuhkan informasi dari penulisannya.

Bogor, Mei 2011

Novi Zulfiyanita

ix

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xvii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1.4. Kerangka Pikir

1
3
3
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bencana Alam
2.2. Gempa Bumi
2.3. Daerah Rawan Gempa
2.4. Dampak Kerusakan Akibat Gempa dan Sejarah Gempa Bumi
2.5. Mitigasi Bencana Gempa Bumi
2.6. Ruang Terbuka sebagai Ruang Evakuasi Bencana
2.6.1. Ruang dan Jalur Evakuasi
2.6.2. Taman Kota sebagai Taman Evakuasi
2.7. Perencanaan Lanskap Taman Kota di Daerah Rawan Gempa
2.8. Perencanaan Berbasis Evakuasi Bencana
2.8.1. Kriteria-Kriteria Desain Tahan Gempa
2.8.2. Contoh Referensi Taman Lingkungan Berbasis Evakuasi
Bencana

5
7
11
13
16
20
22
22
24
26
26
29

BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Batasan Studi
3.3. Metode Studi
3.4. Alat dan Bahan Penelitian

33
34
34
39

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH
4.1. Kondisi Umum Kota Padang Panjang
4.1.1. Kondisi Administratif dan Geografis
4.1.2. Kondisi Iklim
4.1.3. Kondisi Tanah
4.1.4. Kondisi Geologi
4.1.5. Kondisi Sosial Kependudukan

40
40
41
41
42
49

x

4.1.6. Kondisi Ekonomi
4.1.7. Kondisi Sosial Budaya
4.2. Kondisi Umum Tapak Terpilih

49
50
52

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Data dan Analisis Kota Padang Panjang
5.1.1. Letak administratif
5.1.2. Aksesibilitas
5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
5.1.4. Sosial Budaya
5.1.5. Persepsi dan Harapan Mayarakat
5.2. Data dan Analisis Lapangan Anas Karim
5.2.1. Letak administratif dan geografis
5.2.2. Aksesibilitas
5.2.3. Tata Guna Lahan
5.2.4. Topografi dan Kemiringan
5.2.5. Hidrologi
5.2.6. Geologi
5.2.7. Kualitas Visual
5.3. Data dan Analisis Lapangan Bancah Laweh
5.3.1. Letak administratif dan geografis
5.3.2. Aksesibilitas
5.3.3. Tata Guna Lahan
5.3.4. Topografi dan Kemiringan
5.3.5. Hidrologi
5.3.6. Geologi
5.3.7. Kualitas Visual
5.4. Sintesis
5.5. Konsep Perencanaan Lanskap
5.5.1. Konsep Dasar Perencanaan Lanskap
5.5.2. Konsep Ruang Fungsional
5.5.3. Konsep Sirkulasi
5.5.4. Konsep Aktifitas dan Fasiltas
5.5.5. Konsep Borrowing Scenery
5.6. Perencanaan Lanskap
5.6.1. Rencana Ruang
5.6.2. Rencana Sirkulasi
5.6.3. Rencana Aktifitas dan Fasilitas
5.6.4. Rencana Tata Hijau
5.7. Rencana Tapak
5.8. Rencana Daya Dukung Tapak

57
57
57
59
63
63
64
64
65
68
74
79
79
82
84
84
84
88
93
97
99
101
104
108
108
108
112
112
113
114
114
123
127
130
136
143

xi

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran

146
148

DAFTAR PUSTAKA

149

LAMPIRAN

151

xii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Estimasi Skala Richter (SR) terhadap Kekuatan Bahan Peledak
dan Skala Kerusakan

9

Tabel 2. Estimasi Skala MMI terhadap Penampakan Kasat Mata dan
Skala Kerusakan

10

Tabel 3. Sejarah Gempa Merusak di Sumatera Barat

14

Tabel 4. Jenis, Bentuk dan Cara Perolehan Data

35

Tabel 5. Standar Kesesuaian Aspek Tata Guna Lahan, Kemiringan dan
Geologi
Tabel 6. Data Klimatologi Kota Padang Panjang Tahun 2000-2010

36
41

Tabel 7. Data Jenis Tanah Kota Padang Panjang

42

Tabel 8. Matriks Resiko Bencana Goncangan Gempa Bumi di Kota
Padang Panjang
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kota Padang Panjang Tahun 2008

47
49

Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang Panjang
Tahun 2004-2007

50

Tabel 11. Nama dan Kondisi Jalan yang Terdapat pada Peta
Aksesibilitas Lapangan Anas Karim
Tabel 12. Klasifikasi Kemiringan untuk Taman Kota

66
74

Tabel 13. Nama dan Kondisi Jalan yang Terdapat pada Peta Aksesibilitas
Bancah Laweh

86

Tabel 14. Rekapitulasi Analisis Potensi dan Kendala Kedua Tapak

103

Tabel 15. Pembagian Ruang Lapangan Anas Karim

114

Tabel 16. Pembagian Ruang Lapangan Bancah Laweh

115

Tabel 17. Rencana Ruang Lapangan Anas Karim

112

Tabel 18. Rencana Ruang Lapangan Bancah Laweh

113

Tabel 19. Alih Fungsi Ruang Lapangan Anas Karim

122

Tabel 20. Alih Fungsi Ruang Lapangan Bancah Laweh

122

Tabel 21. Rencana Sirkulasi Kedua Tapak

124

Tabel 22. Rencana Aktivitas dan Fasilitas Lapangan Anas Karim

128

Tabel 23. Rencana Aktivitas dan Fasilitas Lapangan Bancah Laweh

129

xiii

Tabel 24. Daya Tampung Taman Kota Anas Karim

144

Tabel 25. Daya Tampung Taman Kota Bancah Laweh

145

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian

4

Gambar 2. Pemisahan Daratan Pangeae

6

Gambar 3. Peta Pertemuan Tiga Lempeng Bumi di Indonesia

11

Gambar 4. Peta Sesar Semangko yang Membelah Sumatera Barat

12

Gambar 5. Peta Seismisitas Sumatera Bagian Barat

13

Gambar 6. Contoh Fasilitas Taman Berbasis Bencana di Jepang

28

Gambar 7. Taman Berbasis Bencana di Tengah-Tengah Pemukiman

32

Gambar 8. Gambar Ilustrasi Taman Berbasis Bencana

32

Gambar 9. Peta Orientasi Lokasi Penelitian

33

Gambar 10. Alur Perencanaan Lanskap

38

Gambar 11. Peta Kota Padang Panjang

40

Gambar 12. Peta Geologi Kota Padang Panjang

45

Gambar 13. Peta Potensi Bencana Gempa Bumi Kota Padang Panjang

48

Gambar 14. Peta Kedua Tapak

52

Gambar 15. Kondisi Geologi Kedua Tapak

54

Gambar 16. Kondisi dan Suasana Evakuasi Bencana di Lapangan
Anas Karim

55

Gambar 17. Kondisi dan Suasana Evakuasi Bencana di Lapangan
Bancah Laweh

56

Gambar 18. Letak, Fungsi dan Kedudukan Kota Padang Panjang

57

Gambar 19. Aksesibilitas Kota Padang Panjang

58

Gambar 20. Peta RTRW Kota Padang Panjang 2005-2014

61

Gambar 21. Peta Rencana Pembentukan Struktur Pelayanan Kota

62

Gambar 22. Helipad dengan Jarak Aman dari Angin di Area Safe
dan Caution

65

Gambar 23. Analisis Aksesibilitas Lapangan Anas Karim

67

Gambar 24. Peta Kondisi Eksisting Lapangan Anas Karim

69

Gambar 25. Tata Guna Lahan Lapangan Anas Karim

70

Gambar 26. Contoh Bangunan Tahan Gempa pada Tapak

71

xv

Gambar 27. Analisis Tata Guna Lahan Lapangan Anas Karim

73

Gambar 28. Topografi Lapangan Anas Karim

76

Gambar 29. Kemiringan Lapangan Anas Karim

76

Gambar 30. Analisis Kemiringan Lapangan Anas Karim

78

Gambar 31. Analisis Hidrologi Lapangan Anas Karim

80

Gambar 32. Analisis Geologi Lapangan Anas Karim

81

Gambar 33. Analisis Kualitas Visual Lapangan Anas Karim

83

Gambar 34. Kondisi Jalan yang Rusak Parah Akibat Gempa

85

Gambar 35. Helikopter Ambulan dan Mobil Ambulan Saat Proses
Evakuasi

85

Gambar 36. Analisis Aksesibilitas Lapangan Bancah Laweh

87

Gambar 37. Peta Kondisi Eksisting Lapangan Bancah Laweh

90

Gambar 38. Tata Guna Lahan Lapangan Bancah Laweh

91

Gambar 39. Analisis Tata Guna Lahan Lapangan Bancah Laweh

92

Gambar 40. Topografi Lapangan Bancah Laweh

94

Gambar 41. Kemiringan Lapangan Bancah Laweh

95

Gambar 42. Analisis Kemiringan Lapangan Bancah Laweh

96

Gambar 43. Analisis Hidrologi Lapangan Bancah Laweh

98

Gambar 44. Analisis Geologi Lapangan Bancah Laweh

100

Gambar 45. Analisis Kualitas Visual Lapangan Bancah Laweh

102

Gambar 46. Peta Komposit Kedua Tapak Terpilih

105

Gambar 47. Rencana Jalur Evakuasi Kedua Tapak Terpilih

107

Gambar 48. Diagram Konsep Ruang

109

Gambar 49. Diagram Konsep Sirkulasi

112

Gambar 50. Ilustrasi Konsep Borrowing Scenery

113

Gambar 51. Rencana Ruang Lapangan Anas Karim

116

Gambar 52. Rencana Ruang Lapangan Bancah Laweh

117

Gambar 53. Rencana Sirkulasi Lapangan Anas Karim

125

Gambar 54. Rencana Sirkulasi Lapangan Bancah Laweh

126

Gambar 55. Rencana Tata Hijau Lapangan Anas Karim

131

Gambar 56. Rencana Tata Hijau Lapangan Bancah Laweh

132

Gambar 57. Skema Overlay Manual dari Rencana Blok

133

xvi

Gambar 58. Block Plan Lapangan Anas Karim

134

Gambar 59. Block Plan Lapangan Bancah Laweh

135

Gambar 60. Siteplan Taman Evakuasi Anas Karim

137

Gambar 61. Siteplan Taman Evakuasi Bancah Laweh

138

Gambar 62. Perspektif Ilustrasi Suasana dan Fasilitas Taman Evakuasi
Anas Karim

139

Gambar 63. Perspektif Ilustrasi Suasana dan Fasilitas Taman Evakuasi
Bancah Laweh

140

Gambar 64. Tampak Potongan Anas Karim

141

Gambar 65. Tampak Potongan Bancah Laweh

142

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Kuisioner Penelitian

151

2. Laporan Kerugian Akibat Gempa 6 Maret 2007

155

3. Laporan Kerugian Akibat Gempa 30 September 2009

159

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota kecil di Indonesia yang
terletak di Provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki luas 23 km2 dengan jumlah
penduduk 54.218 jiwa (Bappeda, 2008). Padang Panjang merupakan daerah rawan
gempa yang dilewati oleh patahan lempeng tektonik. Lempeng Indo-Australia
bertemu dengan lempeng Eurasia di lepas pantai barat Sumatera. Hal inilah yang
menyebabkan Sumatera Barat menjadi salah satu daerah rawan gempa termasuk
di dalamnya Kota Padang Panjang (BMKG, 2010).
Fenomena alam akan selalu menimbulkan permasalahan manakala
kehidupan manusia terganggu atau jiwa mereka terancam. Terdapat catatan
sejarah mengenai beberapa kejadian gempa di Padang Panjang, mulai dari gempa
dengan skala kecil sampai dengan gempa berskala besar. Gempa besar yang
pernah terjadi dan berpusat di Kota Padang Panjang adalah gempa berkekuatan
6,8 SR pada tanggal 28 Juni 1926. Dampak dari kejadian gempa tersebut
mengakibatkan lebih dari 354 orang meninggal dunia. Karena getarannya yang
sangat kuat, gempa ini juga menimbulkan bencana di sekitar Danau Singkarak,
Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Kabupaten Solok, Sawah Lunto, dan Alahan
Panjang. Gempa susulannya mengakibatkan kerusakan pada sebagian Danau
Singkarak. Di Padang Panjang sebanyak 2.383 rumah roboh dan 247 korban
tewas, selain itu terjadi rekahan tanah di Padang Panjang, Kubu Krambil dan
Simabur (BMKG, 2010).
Gempa besar lainnya yang berpusat di Kota Padang Panjang adalah gempa
berkekuatan 6,2 SR pada tanggal 6 Maret 2007 seperti yang dapat dilihat pada
Lampiran 2. Dampak dari gempa tersebut mengakibatkan 2.226 rumah rusak berat
dan 1.519 rumah rusak sedang. Selain itu 89 bangunan instansi pemerintah dan
pendidikan rusak dan pada infrastruktur seperti jalan dan trotoar merekah
(Bappeda, 2007).
Banyak kejadian gempa lainnya yang tidak berpusat di Kota Padang
Panjang namun getarannya terasa sampai ke Kota Padang Panjang dan

2

menimbulkan kerugian baik korban jiwa maupun materi. Gempa terakhir yang
dirasakan cukup keras sampai ke seluruh daerah Sumatera Barat adalah gempa
yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 (Lampiran 3). Lokasi pusat gempa
berada di Padang Pariaman dengan skala 7,6 SR. Dampak gempa di Sumatera
Barat menelan korban ratusan orang tewas serta ribuan rumah rusak. Gedung
perkantoran, mal dan hotel rusak berat bahkan getaran gempa terasa hingga ke
Malaysia dan Singapura.
Selama tahun 2010 hingga tahun 2011, bencana gempa bumi dan
dampaknya masih terus terjadi di Sumatera Barat dan meninggalkan trauma bagi
masyarakat. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan banyak korban jiwa
berjatuhan. Para pakar mitigasi bencana dan perencana kota memperingatkan
kembali bahwa tata ruang kota di Indonsia belum memperhitungkan masalah
bencana. Akibatnya, bencana rentan mengakibatkan banyak korban jiwa atau
harta (Kutipan dari Kompas 22 Juni 2007). Untuk itu diperlukan berbagai upaya
mitigasi untuk mengurangi resiko akibat bencana, baik moril maupun materil.
Mitigasi merupakan salah satu tindakan preventif untuk mengurangi dampak dari
bencana. Salah satunya dengan perencanaan ruang terbuka dalam kota yang dapat
berfungsi sebagai tempat berlindung ketika gempa.
Ketersediaan ruang terbuka juga berfungsi sebagai ruang evakuasi dan
ruang penyelamatan korban akibat gempa. Ruang terbuka tersebut dapat berupa
ruang terbuka hijau maupun non hijau. Beberapa ruang terbuka yang dapat
digunakan sebagai ruang evakuasi seperti halaman masjid, lapangan bola, taman
lingkungan dan taman kota. Salah satu contoh ruang terbuka hijau yang
direncanakan dalam penelitian ini adalah taman kota untuk evakuasi bencana.
Taman kota untuk evakuasi bencana ini tidak hanya memiliki fungsi ekologis dan
rekreasi saja tapi juga fungsi evakuasi, serta berperan penting dalam upaya
mitigasi bencana bagi masyarakat kota. Taman kota berfungsi ekologis dan
rekreasi pada hari biasa dan dapat berubah fungsi seketika sebagai ruang evakuasi
saat gempa terjadi. Taman memiliki ketersediaan ruang terbuka dan fasilitasutilitas yang dapat menunjang kenyamanan dan keamanan dalam tapak baik saat
rekreasi maupun saat evakuasi. Taman kota ini mengakomodasi kepentingan
rekreasi, ekologis, perlindungan, evakuasi dan pertahanan hidup atas bencana.

3

Prediksi gempa bumi sampai sekarang masih dalam tahap penelitian dan
tidak bisa dipastikan, sehingga adanya faktor mitigasi merupakan hal yang lebih
penting untuk mencegah kerugian dan bencana yang lebih besar. Upaya mitigasi
berupa perencanaan taman kota untuk evakuasi bencana ini juga akan
memberikan ruang gerak dan tempat berinteraksi sosial bagi masyarakat, serta
membuat masyarakat merasa lebih aman dengan fungsi evakuasinya, sehingga
masyarakat dapat melangsungkan berbagai aktifitasnya dengan normal seperti
tidak sedang berada di daerah rawan gempa.

1.2. Tujuan
Penelitian perencanaan lanskap taman kota untuk evakuasi bencana di
daerah rawan gempa yang dilakukan di Kota Padang Panjang ini bertujuan untuk:
1. mengidentifikasi kondisi biofisik, geologi dan sosial-budaya Kota Padang
Panjang sebagai daerah rawan bencana gempa,
2. menentukan ruang terbuka untuk tapak terpilih sebagai area perencanaan taman
kota untuk evakuasi bencana gempa,
3. menganalisis data untuk mendapatkan potensi, kendala, dan danger signals
tapak terpilih serta kemudian mensintesanya,
4. merencanakan lanskap taman kota berbasis evakuasi bencana di daerah rawan
gempa sebagai ruang evakuasi dan ruang rekreasi bagi masyarakat.

1.3. Manfaat
Manfaat dari hasil penelitian perencanaan lanskap taman kota untuk
evakuasi bencana di daerah rawan gempa Kota Padang Panjang ini adalah:
1. menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Padang Panjang sebagai
daerah siaga gempa, melalui perencanaan taman kota berbasis evakuasi
bencana gempa yang berperan sebagai ruang terbuka yang evakuatif, rekreatif,
nyaman, aman dan indah,
2. sebagai usulan tindakan preventif menghadapi bencana gempa berupa upaya
mitigasi bencana untuk mengurangi resiko kerugian akibat gempa.

4

1.4. Kerangka Pikir
Kota Padang Panjang merupakan kota rawan gempa yang membutuhkan
ruang mitigasi dan ruang evakuasi dalam upaya mengurangi resiko kerugian
akibat bencana. Disamping itu, kebutuhan akan tersedianya ruang terbuka publik
untuk rekreasi juga menjadi harapan masyarakat. Dengan berbagai kondisi
biofisik, geologis dan sosial-budayanya maka direncanakanlah taman kota
berbasis bencana. Alur kerangka pikir penelitian perencanaan lanskap taman kota
untuk evakuasi bencana di daerah rawan gempa ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bencana Alam
Bencana alam adalah berbagai macam kerusakan yang diakibatkan oleh
fenomena-fenomena alam. Bencana alam dapat terjadi karena fenomena sistem
cuaca ataupun pola tektonik bumi. Fenomena sistem cuaca permukaan bumi
dipengaruhi oleh radiasi matahari dengan penyerapan di permukaan bumi sebesar
45% dan yang dipantulkan sebesar 55%. Akibat peredaran bumi terhadap
matahari dengan kondisi dan kedudukan bumi terhadap matahari yang berbedabeda mengakibatkan adanya perbedaan unsur-unsur cuaca seperti suhu, tekanan
udara, angin, kelembaban, hujan dan awan (BMKG, 2010).
Di Indonesia sistem cuaca dipengaruhi oleh musim yaitu musim kemarau
dan musim hujan, adanya pengaruh lokal, adanya pengaruh regional (Muson) dan
adanya pengaruh global (El Nino, La Nina dan Dipole). Dalam kondisi cuaca
ekstrim, fenomena sistem cuaca ini dapat mengakibatkan bencana seperti longsor,
banjir, puting beliung, kebakaran, gelombang tinggi dan petir.
Selain fenomena sistem cuaca, bencana alam juga dapat terjadi akibat pola
tektonik bumi. Berdasarkan penyelidikan para ahli geologi dengan penyelidikan
menggunakan gelombang yang dibiaskan oleh lapisan batuan, bumi mempunyai
beberapa lapisan yaitu (BMKG, 2010):
a.

kerak bumi
Kerak bumi adalah lapisan terluar bumi yang bersifat kaku, dingin dan

rapuh. Lapisan ini terbagi dua yaitu kerak samudera dan kerak benua. Kerak
samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua
mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km,
b.

mantel bumi
Lapisan mantel bumi membujur ke dalam mulai dari lapisan moho sampai

lapisan inti bumi pada kedalaman sekitar 2900 km. Mantel sebagian besar
diperkirakan sebagai lapisan padat. Lapisan ini dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu mantel atas dan mantel bawah. Mantel atas mempunyai kedalaman 700

6

sampai 1000 km di bawah permukaan dan mantel bawah mempunyai kedalaman
lebih dari 1000 km,
c.

inti bumi
Inti bumi adalah lapisan yang paling dalam dari bumi. Lapisan ini

diperkirakan mempunyai jari-jari 3500 km dan terdiri dari dua bagian, yaitu inti
luar (outer core) dan inti dalam (inner core).
Setiap lapisan dalam bumi mempunyai perbedaan temperatur. Semakin ke
inti bumi, temperatur semakin tinggi, maka di dalam bumi menyimpan temperatur
yang tinggi. Oleh karena adanya struktur temperatur dan lapisan bumi yang
demikian maka terjadi pergerakan interior bumi.
Menurut para ahli geologi, bumi adalah satu daratan yang disebut dengan
Pangeae. Akibat adanya tekanan dari dalam bumi (endogen) maka terjadilah
pemisahan daratan. Berikut adalah gambar pemisahan daratan Pangae (Gambar 2).

Sumber: BMKG Kota Padang Panjang, (2010)

Gambar 2. Pemisahan Daratan Pangeae

Pola tektonik bumi ini juga terdapat dalam teori tektonik lempeng. Dalam
teori tektonik lempeng, jauh di dalam pusat bumi sebenarnya terdapat sumber
panas yang menyebabkan mantel bumi bergerak secara konveksi. Bumi ini
tertutup oleh lempeng-lempeng benua dan samudera. Menurut teori tektonik
lempeng dari Wegener, permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20 pecahan
besar yang disebut lempeng. Ketebalannya masing-masing sekitar 70 km.
Ketebalan lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit
terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri dari kerak bumi dan selubung atas.
Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu bergerak di atas astenosfer yang

7

lebih cair. Lapisan kerak bumi terdiri dari sepuluh lempeng-lempeng utama
(Gambar 2), yaitu Lempeng Afrika, Antartika, Indo Australia, Eurasia, Amerika
Utara, Amerika Selatan, Pasifik, Cocos, Nazca dan India. Kesepuluh lempeng
tersebut saling bertemu (BMKG, 2010).
Lempeng samudera lebih berat daripada lempeng benua maka lempeng
samudera akan menunjam ke bawah atau dikenal sebagai Subduction Zone. Gerak
pertemuan dua lempeng merupakan penyebab proses terjadinya bencana alam
gempa bumi. Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika
bertumbukan dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan
menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat
gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukan
energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi
tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui,
maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba.
Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang
gempa bumi. Bencana alam gempa bumi ini juga sering diikuti oleh bencana
tsunami. Namun tidak semua gempa bumi menyebabkan terjadinya tsunami.
2.2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal
terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi walaupun padat selalu bergerak,
dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang ditimbulkan akibat pergerakan
lempeng tersebut sudah terlalu besar untuk dapat ditahan (BMKG, 2010).
Gempa bumi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gempa vulkanik dan
gempa tektonik. Gempa vulkanik adalah gempa yang dihasilkan oleh kegiatan
gunung api. Gempa ini pada umumnya relatif lemah dan hanya dirasakan oleh
manusia yang berada di sekitar gunung api. Gempa vulkanik biasanya terjadi
sebelum, selama dan sesudah terjadi erupsi atau letusan gunung api. Penyebab
utama gempa vulkanik adalah terjadinya persentuhan magma yang mengalir dan
ingin keluar dari perut bumi dengan dinding-dinding corong kepundan gunung api

8

dan tekanan gas pada saat terjadi letusan-letusan hebat. Kejadian berbahaya dari
kegiatan vulkanis tersebut selain gempa adalah keluarnya lava dari corong
kepundan yang dapat menyebabkan meningkatnya suhu sekitar yang diikuti
semburan abu belerang, banjir lahar dan hamburan material seperti bongkahan
batu saat terjadinya letusan (Sukandarrumidi, 2010).
Sukandarrumidi (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa gempa tektonik
terjadi akibat pergeseran atau gerakan lempengan-lempengan tektonik. Kecepatan
gerakan lempengan-lempengan tektonik yang tidak sama akan membentuk jalur
patahan atau pembentukan pegunungan lipatan. Gempa tektonik disebut juga
dengan gempa dislokasi. Penyebaran gempa sangat luas dengan kekuatan
menengah hingga tinggi, diawali dengan gerakan yang lemah beberapa saat lalu
diikuti dengan kekuatan yang cukup besar, melemah dan akhirnya berhenti
sesudah tercapai keseimbangan. Hampir 90% gempa yang terjadi di dunia
merupakan gempa tektonik. Korban jiwa dan harta benda yang ditimbulkan akibat
gempa ini juga lebih banyak, terutama diakibatkan oleh runtuhnya bangunan.
Dengan demikian, gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi
yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tibatiba. Penyebab terjadinya gempa bumi adalah:
1. proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi,
2. aktivitas sesar di permukaan bumi,
3. pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah,
4. aktivitas gunung api,
5. ledakan nuklir.
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke
seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan
kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga
menyebabkan bencana ikutan/susulan berupa tsunami, kebakaran, kecelakaan
industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul
penahan lainnya.

9

Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Lempeng IndoAustralia bertemu dengan lempeng Eurasia di lepas pantai barat Sumatra, Jawa
dan Nusa Tenggara, sedangkan pertemuan lempeng Australia dengan lempeng
Pasifik di utara Irian dan Maluku Utara. Pada daerah sekitar lokasi pertemuan
lempeng tersebut akumulasi energi terkumpul sampai pada suatu titik dimana
lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa
gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap
bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan
liquefaction.
Secara umum parameter gempa bumi terdiri dari waktu kejadian gempa
bumi (jam, menit, detik), lokasi pusat gempa bumi di permukaan bumi/episenter
(koordinat lintang dan bujur), kedalaman sumber gempa bumi (km), kekuatan
gempa bumi (Skala Richter/SR) dan intensitas gempa bumi (MMI). Tabel 1
memperlihatkan estimasi Skala Richter gempa bumi terhadap kekuatan bahan
peledak dan skala kerusakan yang dapat diakibatkannya (Bakornas, 2007).

Tabel 1. Estimasi SR Terhadap Kekuatan Bahan Peledak dan Skala Kerusakan
Kekuatan
Gempa (SR)
1,0 SR
1,5 SR
2,0 SR
2,5 SR
3,0 SR
3,5 SR
4,0 SR
4,5 SR
5,0 SR
5,5 SR

Kesetaraan Terhadap
Kekuatan Bahan Peledak
15 kg bahan peledak
160 kg bahan peledak
1 ton bahan peledak
4,6 ton bahan peledak
29 ton bahan peledak
73 ton bahan peledak
1 kilo ton bahan peledak
5 kilo ton bahan peledak
20 kilo ton bahan peledak
80 kilo ton bahan peledak

6,0 SR
6,5 SR
7,0 SR

1 mega ton bahan peledak
5 mega ton bahan peledak
32 mega ton bahan peledak

7,5 SR

160 mega ton bahan peledak

8,0 SR
8,5 SR

1 giga ton bahan peledak
5 giga ton bahan peledak

9,0 SR

32 giga ton bahan peledak

Sumber: Bakornas, (2007)

Contoh Skala Kerusakan
ledakan pada konstruksi
bom konvensional Perang Dunia II
ledakan di pertambangan
bom rakitan Perang Dunia II
ledakan MOAB, 2003
kecelakaan Chelyabinsk, 1957
bom atom kecil
rata‐rata Tornado (energi total)
bom atom Hiroshima/Nagasaki
gempa bumi Little Skull, Amerika Serikat,
1992
gempa bumi Bantul, DIY, 2006
gempa bumi Northridge, 1994
gempa bumi Awaji‐Hansin, Kobe, Jepang,
1995
gempa bumi Landers, Amerika Serikat,
1992
gempa bumi Nias, Sumatera Utara, 2005
gempa bumi Anchorage, Amerika Serikat,
1964
gempa bumi Aceh dan Sumut, Indonesia,
2004

10

Estimasi skala gempa bumi jika diukur dengan Skala Modified Mercalli
Intensity (MMI) atau skala yang dapat diketahui melalui penampakan secara kasat
mata dan kerusakan ditampilkan pada Tabel 2 (Bakornas, 2007).

Tabel 2. Estimasi Skala MMI Terhadap Penampakan Kasat Mata dan Kerusakan
Skala MMI
Skala I
Skala II
Skala III
Skala IV

Skala V

Skala VI

Skala VII

Skala VIII

Skala IX
Skala X

Skala XI

Skala XII

Penampakan Kasat Mata dan Kerusakan
sangat jarang/hampir tidak ada orang dapat merasakan dan tercatat pada alat
seismograf
terasa oleh sedikit sekali orang terutama yang ada di gedung tinggi, sebagian
besar orang tidak dapat merasakan
terasa oleh sedikit orang, khususnya yang berada di gedung tinggi. Mobil parkir
sedikit bergetar, getaran seperti akibat truk yang lewat
pada siang hari akan terasa oleh banyak orang dalam ruangan, di luar ruangan
hanya sedikit yang bisa merasakan. Pada malam hari sebagian orang bisa
terbangun. Piring, jendela, pintu, dinding mengeluarkan bunyi retakan, lampu
gantung bergoyang
dirasakan hampir oleh semua orang, pada malam hari sebagian besar orang tidur
akan terbangun, barang‐barang diatas meja terjatuh, plesteran tembok retak,
barang‐barang yang tidak stabil akan roboh, pandulum jam dinding akan berhenti
dirasakan oleh semua orang, banyak orang ketakutan/panik, berhamburan keluar
ruangan, banyak perabotan bergerser, plesteran dinding retak dan terkelupas,
cerobong asap pabrik rusak
setiap orang berhamburan keluar ruangan, kerusakan terjadi pada bangunan yang
konstruksinya tidak baik, kerusakan sedikit sampai sedang terjadi pada bangunan
dengan konstruksi biasa. Bangunan dengan konstruksi yang baik tidak
mengalami kerusakan yang berarti
kerusakan luas pada bangunan dengan konstruksi tidak baik, kerusakan berarti
pada bangunan dengan konstruksi biasa dan sedikit kerusakan pada bangunan
dengan konstruksi yang baik. Dinding panel akan pecah dan lepas dari framenya,
cerobong asap pabrik runtuh, perabotan yang berat akan terguling, pengendara
mobil terganggu
kerusakan berarti pada bangungan dengan konstruksi yang baik, pipa-pipa bawah
tanah putus, timbul retakan pada tanah
sejumlah bangunan kayu dengan konstruksi yang baik rusak, sebagian besar
bangunan tembok rusak termasuk fondasinya. Retakan pada tanah akan semakin
banyak, tanah longsor pada tebing-tebing sungai dan bukit, air sungai akan
melimpas di atas tanggul
sangat sedikit bangunan tembok yang masih berdiri, jembatan putus, rekahan
pada tanah sangat banyak/luas, jaringan pipa bawah tanah hancur dan tidak
berfungsi, rel kereta api bengkok dan bergeser
kerusakan total, gerakan gempa terlihat bergelombang diatas tanah, benda-benda
beterbangan ke udara

Sumber: Bakornas, (2007)

Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada
beberapa hal, diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme
sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Kerugian
akibat gempa bumi kadang tidak secara langsung disebabkan oleh gempa bumi,
namun disebabkan oleh kerentanan bangunan sehingga terjadi runtuhan bangunan,

11

kejatuhan peralatan dalam bangunan, kebakaran, tsunami, tanah longsor dan
kepanikan karena tidak tahu harus berlindung kemana. Berbagai hal diatas
menyebabkan banyak korban jiwa berjatuhan.

2.3. Daerah Rawan Gempa
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia
yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan IndoAustralia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan
Pulau Jawa, lepas pantai Selatan Kepulauan Nusa Tenggara, dan berbelok ke arah
utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik
terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga
lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau
sekitar pertemuan lempeng sering terjadi gempa bumi. Keberadaan lempenganlempengan bumi di wilayah Indonesia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: BMKG Kota Padang Panjang, (2010)

Gambar 3. Peta Pertemuan Lempengan-Lempengan di Indonesia

Berikut adalah 25 daerah wilayah rawan gempa bumi di Indonesia yaitu
Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung,
Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa
Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan,
Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur.
Kegempaan di Sumatera Bagian Barat disebabkan karena pertemuan (tumbukan)
dua lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia,

12

sehingga di wilayah Pulau Sumatera terdapat patahan besar Sumatera (Great
Sumatera Fault) yang juga sering dikenal sebagai sesar Sumatera atau sesar
Semangko, yang membujur sepanjang Bukit Barisan dari Aceh sampai dengan
Lampung. Pada patahan besar Sumatera tersebut juga terdapat segmen-segmen
yang masih aktif. Gambar 4 menunjukkan gambar sesar Semangko yang
membelah Sumatera Barat yang ditandai dengan jalur patahan berupa garis merah.
Kenampakan jalur sesar juga dapat dilihat dari offset sungai-sungai karena adanya
patahan tersebut, salah satunya Sungai Sianok di Bukitinggi.

Sumber: BMKG Kota Padang Panjang, (2010)

Gambar 4. Peta Sesar Semangko yang Membelah Sumatera Barat
Penyebaran kejadian gempa bumi (seismisitas) di wilayah Sumatera Barat
tahun 1998-2008 dapat dilihat pada Gambar 5. Gempa yang sering terjadi rata-rata
memiliki magnitudo ≥ 5 ,0 SR dan pada kedalaman 0-60 km. Sedangkan untuk
data beberapa kejadian gempa besar yang pernah terjadi dan berdampak besar di
Kota Padang Panjang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

13

Sumber: BMKG Kota Padang Panjang, (2010)

Gambar 5. Peta Seismisitas Sumatera Bagian Barat

2.4. Dampak Kerusakan Akibat Gempa dan Sejarah Gempa Bumi di
Sumatera Barat
Gempa besar berkekuatan 7,6 SR di Sumatera Barat bukan hanya terjadi
pada tanggal 30 September 2009 lalu saja, namun di wilayah yang berada di zona
gempa ini sudah belasan kali dilanda gempa bumi dalam dua abad ini. Menurut
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Departemen Energi, sejumlah gempa
besar dengan dampak kerusakan yang luas juga pernah terjadi sebelumnya di
wilayah ini. Misalnya saja, gempa yang mengguncang Padang Panjang pada tahun
1926 lalu. Akibat gempa tersebut, lebih dari 354 orang meninggal dunia dan
ribuan rumah roboh. Gempa menimbulkan bencana di sekitar Danau Singkarak,
Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawah Lunto,
dan Alahan Panjang. Gempa susulan mengakibatkan kerusakan pada sebagian
Danau Singkarak. Gempa besar juga pernah terjadi pada tahun 1995 di Kerinci
(Sungai Penuh) dengan skala 7 SR. Akibatnya, 84 orang tewas, 558 orang luka
berat dan 1.310 orang luka ringan, serta 7 ribu rumah rusak. Sejarah gempa

14

nampaknya selalu berulang tanpa bisa diprediksi kapan terjadinya, dimana
pusatnya dan berapa kekuatannya. Sejarah gempa yang dihimpun oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sejarah Gempa Merusak di Sumatera Barat
Kejadian Gempa
1 Oktober 1822

Pusat Gempa dan
Kekuatan (SR)
Sumatera Barat

26 Agustus 1835

Padang

5 Juli 1904

Siri Sori, Sumatera
Barat
Padang Panjang,
dengan kekuatan
6,8 SR

28 Juni 1926

9 Juni 1943

Singkarak, dengan
kekuatan 7,6 SR

8 Maret 1977

Pasaman

13 November 1981

Padang, dengan
kekuatan 5,4 SR
Padang, dengan
kekuatan 6,1 SR

2 Juli 1991

7 Oktober 1995

Kerinci (Sungai
Penuh), dengan
kekuatan 7 SR

25 Januari 2003

Nagari Malalak

Dampak Kejadian Gempa
di Padang terasa 3 kali goncangan keras,
terdengar suara gemuruh di bawah tanah antara
Gunung Talang dan Gunung Merapi
kerusakan ringan dan retakan pada bangunan di
Padang
terjadi tsunami di Pantai Siri Sori
lebih dari 354 orang meninggal dunia. Gempa
menimbulkan bencana di sekitar Danau
Singkarak, Bukit Tinggi, Danau Maninjau,
Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawah Lunto,
dan Alahan Panjang. Gempa susulan
mengakibatkan kerusakan pada sebagian Danau
Singkarak. Di Kabupaten Agam (Bukit TinggiBonjol) 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang
tewas, 16 orang luka berat. Di Padang Panjang
sebanyak 2.383 rumah roboh, 247 orang tewas.
Terjadi rekahan tanah di Padang Panjang, Kubu
Krambil dan Simabur
Terjadi pensesaran sepanjang 60 km antara Danau
Singkarak – Danau Diatas. Sesar normal
mencapai 2 meter. Jalan bergeser dekat Salayo
sepanjang 2 –3 meter
menimbulkan kerusakan 737 rumah, 1 pasar, 7
sekolah, 8 mesjid dan 3 kantor di Sinurat. Di
Talu, 245 rumah, 3 rumah dan 8 mesjid rusak.
Retakan tanah antara 5 – 75 meter
timbul retakan dinding, lemari bergeser dan kaca
jendela pecah di Padang dan Painan
Terjadi kerusakan ringan bangunan di Padang.
Getaran terasa di Padang Panjang hingga
Singapura
84 orang tewas, 558 orang luka berat dan 1.310
orang luka ringan. 7.137 rumah, transportasi,
irigasi, tempat ibadah, pasar dan pertokoan rusak.
Liquefaction di Desa Penawar, Kecamatan
Sitinjau Laut. Retakan tanah di Desa Sebukar,
Koto Iman, Tanjung Tanah dan Kayu Aro.
Longsoran di Kampung Benik selatan Danau
Kerinci
kerusakan ringan sejumlah ± 80 bangunan di
Lubuk Durian, Damar, Simik Air, Jorong
Paladangan Kanagarian Malalak, Kecamatan IV
Koto, Kabupaten Agam kerusakan yang terjadi
berupa lepasnya plesteran dinding, retakan
dinding dan kolom. Gempa ini bersifat lokal.
Getaran terasa di Padang Panjang dan Malalak

15

Kejadian Gempa
16 Februari 2004

Pusat Gempa dan
Kekuatan (SR)
Tanah Datar, dengan
kekuatan 5,6 SR

22 Februari 2004

Pesisir Selatan,
dengan kekuatan
6 SR

9 April 2004

Pesisir Selatan,
dengan kekuatan
5,5 SR
Padang Panjang,
dengan kekuatan
6,2 SR

6 Maret 2007

16 Agustus 2009

30 September 2009

Pulau Siberut,
Sumatra Barat,
kekuatan 6,9 SR
Padang Pariaman,
dengan kekuatan
7,6 SR

Dampak Kejadian Gempa
6 orang meninggal, 10 orang luka-luka, 70 rumah
rusak, listrik mati sekitar 30 menit di
Kababupaten Tanah Datar. Kerusakan melanda
Desa Pitalak, Gunung Rajo, Nagari Pitala,
Paninggahan, Kecamatan Batipuh, Kabupaten
Tanah Datar. Terjadi longsoran di Gunung Rajo,
Paninjauan. Terjadi retakan jalan antara Gunung
Rajo-Padang. Getaran gempa terasa kuat di
Padang, Pariaman, Padang Panjang, Bukittinggi,
Solok, Sawah Lunto, Sijunjung, Agam, dan
Batusangkar
1 orang meninggal, 1 orang luka berat, 5 orang
luka ringan, 151 bangunan dan rumah rusak di
Kabupaten Pesisir Selatan. Getaran terasa kuat di
Kota Padang hingga Painan. Wilayah yang
mengalami kerusakan Kampung Gunung Pauh,
Kampung Taratak Paneh, Kenagarian Amping
Parak, Kecamatan Sutra; Nagari Surantih, Nagari
Tuik, Kecamatan Batang Kapas; Kampung Kapeh
Panji, Kecamatan Bayang; Kampung Ampang
Pulai, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan
IV Jurai, Kec. Lengayang, Kecamatan Ranah
Pesisir dan Kecamatan Linggo Sari Baganti
Beberapa rumah penduduk retak-retak di
perbatasan Kota Padang dan Kabupaten Pesisir
Selatan
Puluhan rumah di Padang Panjang rusak berat,
gempa yang dirasakan cukup lama hingga lebih
kurang 1menit. Hal inilah yang menyebabkan
cukup banyak kerusakan terjadi. Pada bagian
yang dilewati oleh patahan membuat jalan aspal
dan tanah merekah
Gempa ini menyebabkan setidaknya 7 orang lukaluka. Getaran sangat keras dirasakan di Padang
75 orang tewas, ribuan rumah rusak. Gedung
perkantoran, mal dan hotel juga banyak yang
rusak. Getaran gempa terasa hingga ke Malaysia
dan Singapura

Sumber: BMKG, (2010)

Akibat dari gempa bumi dapat dilihat secara langsung ataupun tidak
langsung. Akibat langsung dari gempa bumi adalah getaran/goncangan, bangunan
rusak/roboh, gerakan tanah/terbelah/tergeser, tanah longsor dan tsunami serta
korban jiwa dan harta benda. Sedangkan dampak tidak langsung dari gempa bumi
adalah gejolak sosial dan gangguan ekonomi, wabah penyakit dan kebakaran.

16

2.5. Mitigasi Bencana Gempa
Menurut Bakornas (2002), mitigasi bencana adalah tindakan untuk
mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana
itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka
panjang. Mitigasi bencana mencakup kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko terkait dengan bahaya-bahaya
bencana yang sudah diketahui dan proses perencanaan untuk respon yang efektif
terhadap bencana-bencana yang benar-benar terjadi. Istilah mitigasi juga berlaku
untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan
perlindungan yang mungkin diawali dari yang fisik, seperti membangun
bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural seperti
teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam
rencana penggunaan lahan.
Selanjutnya Bakornas (2002) menjelaskan, mitigasi bencana perkotaan
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama
dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi
dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat
perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, terutama kegiatan
penjinakan/peredaman atau dikenal dengan istilah mitigasi. Mitigasi dilakukan
untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan
bencana. UU No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999, serta PP No. 25 tahun
2000 memberikan kewenangan yang sangat besar kepada pemerintah kota dan
kabupaten untuk mengelola pembangunan kotanya, khususnya dalam administrasi
pemerintahan dan keuangan.
Oleh karena itu, pemerintah kota mempunyai peran dan fungsi yang sangat
strategis dalam rangka melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang
bertujuan untuk meningkatkan peran kota sebagai pusat pertumbuhan wilayah,
penggerak pembangunan, pusat jasa pelayanan dalam segala bidang, serta pusat
informasi dan inovasi, termasuk dalam hal teknologi mitigasi bencana. Akan
tetapi, konsentrasi peran yang besar di kota-kota tersebut tidak lepas dari
kenyataan bahwa kota-kota di Indonesia terletak pada lokasi-l