Risk Factors of Anemia among Pregnant Women in the Community Health Centre Working Area of Puskesmas Wajo Bau-Bau City South East Sulawesi Province

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA
IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJO
KOTA BAU-BAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANY FAUZAYANI BASRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor yang Berhubungan
dengan Anemia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber infomasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Nopember 2011

Any Fauzayani Basri
NIM. I151090041

ABSTRACT
ANY FAUZAYANI BASRI. Risk Factors of Anemia among Pregnant Women in
the Community Health Centre Working Area of Puskesmas Wajo Bau-Bau City
South East Sulawesi Province. Under direction of DRAJAT MARTIANTO and
IKEU TANZIHA.
The study is aimed to determine factors associated with anemia among
pregnant women in the working area of the Puskesmas Wajo Bau-Bau South
East Sulawesi Province. This is a cross-sectional study. The sample consisted of
all pregnant women in the working area of Puskesmas Wajo. Data was collected
through interviews using questionnaires and examinations Anemic was assesed
using Kato Katz method, while worm investation status and malaria status
analysed using Giemsa method. Data were analysed using bivariate and
multivariate linear regression. Prevalence of anemia was found 43,3% and risk
factors of anemia among pregnant women were maternal age (OR=5.35,
95%CI=1.95-14.66), gestational age (OR=7.34, 95%CI=3:30-16:33), birth

spacing (OR=2.39, 95%CI=1.17-4.88), frequency of visits to health care
(OR=4.32, 95%CI=2.39-7.81), compliance of taking iron tablets (OR =14.82,
95%CI=5.28-41.65), family role (OR=5.14, 95%CI=2.71-9.78), eating habits
(OR=2.53, 95%CI=1.96-3.26), worm investation (OR= 5.54, 95% CI=2.37-12.98).
Keywords: anemia, pregnant women, malaria, Puskesmas Wajo

RINGKASAN
ANY FAUZAYANI BASRI. Faktor yang berhubungan dengan Anemia Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara. Di bawah bimbingan DRAJAT MARTIANTO dan IKEU TANZIHA .
Ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapatkan
perhatian khusus, karena ibu hamil merupakan kelompok yang rentan untuk
menderita masalah gizi (Depkes RI 2002). Salah satu masalah gizi yang banyak
terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi mikro
terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Soekirman 2003). Badan
Kesehatan Dunia melaporkan bahwa pada tahun 2005 terdapat 52% ibu hamil
mengalami anemia di negara berkembang (WHO 2005). Menurut defenisi WHO,
anemia pada kehamilan adalah bila kadar hemoglobin (Hb) < 11 g/ dl.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 ditemukan
sekitar 40.1% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia, sedangkan di Sulawesi

Tenggara, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 67,25%.
Menurut laporan WHO (2005) secara umum penyebab anemia pada ibu
hamil dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari umur ibu, umur kehamilan, paritas,
lingkar lengan bagian atas (LILA), sosial ekonomi (tingkat ekonomi, pendidikan
ibu, pekerjaan ibu dan suami), pola konsumsi, dan riwayat selama kehamilan.
Penelitian terdahulu menemukan bahwa faktor risiko anemia pada
ibu hamil disebabkan oleh beberapa hal diantaranya faktor biomedis ibu yaitu
umur, paritas, dan jarak melahirkan (Depkes RI 2003). Lebih lanjut menurut Beard
(2000), penyebab tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil juga diakibatkan
oleh kehamilan yang berulang, thalasemia dan sickle cell disease (penyakit sel
sabit), kondisi sosial, ekonomi, budaya, pendidikan ibu dan malaria. Sedangkan
Gregor (1984) menyatakan bahwa penurunan kadar Hb dalam darah akibat
parasitemia, sebagian besar terjadi pada ibu yang baru pertama kali hamil
(primigravida) dan berkurang sesuai peningkatan paritas.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Wajo Kota Bau-Bau
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Desain penelitian adalah cross-sectional study. Sampel adalah semua
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Wajo. Data yang dikumpulkan meliputi
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan pada


bulan April-Juni 2011 melalui wawancara oleh tenaga pelaksana gizi dan
perawat Puskesmas Wajo dengan menggunakan kuesioner. Kadar Hb ibu hamil
dilakukan dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin, status malaria
dengan

menggunakan

metode

GIEMSA,

sedangkan

status

kecacingan

menggunakan metode Kato-Katz. Pengambilan sampel darah dan feses
dilakukan oleh tenaga laboratorium sebanyak 3 orang. Analisis statistik yang

digunakan adalah analisis univariat dengan tabel distribusi frekuensi, analisis
biavariat yaitu untuk mengetahui hubungan variabel independen terhadap
anemia menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan α=0.05, sedangkan
untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap anemia, menggunakan
regresi berganda.
Prevalensi

anemia

pada

ibu

hamil

sebesar

sebesar

43,3%.


Berdasarkan hasil analisis statistik, faktor yang berhubungan secara signifikan
dan merupakan faktor resiko terhadap terjadinya anemia pada ibu hamil adalah
usia ibu (OR=5.35; 95%CI=1.95-14.66), umur kehamilan (OR=7.34; 95%CI=3.3016.33),

jarak kelahiran (OR=2.39; 95%CI=1.17-4.88), frekuensi pemeriksaan

antenatal care (OR=4.32; 95%CI=2.39-7.81), kepatuhan mengkonsumsi tablet
tambah darah (OR= 14.82; 95%CI=5.28-41.65), peran keluarga (p=0.000;
OR=5.14; 95%CI=2.71-9.78), kebiasaan makan (OR=2.53; 95%CI=1.96-3.26),
status kecacingan (OR=5.54; 95%CI= 2.37-12.98). Sedangkan faktor yang
berpengaruh secara signifikan dengan anemia pada ibu hamil adalah kepatuhan
mengkonsumsi tablet

tambah darah, peran keluarga dan kebiasaan makan,

dengan nilai R square sebesar 0.507 yang berarti variasi kadar hemoglobin (Hb)
50.7% dipengaruhi oleh kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah,
kebiasaan makan dan peran keluarga selebihnya sebesar 49,3% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak diteliti.

Kata kunci : Anemia, ibu hamil, malaria, Puskesmas Wajo

Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA
IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJO
KOTA BAU-BAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANY FAUZAYANI BASRI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul

: Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau
Provinsi Sulawesi Tenggara

Nama Mahasiswa

: Any Fauzayani Basri

NRP


: I151090041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Drajat Martianto, M.Si
Ketua

Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Gizi Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

drh. M. Rizal M Damanik, MRepSc, PhD


Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 28 Oktober 2011

Tanggal Lulus :

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN

PRAKATA
Subhanallah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan karunia, kasih sayang serta rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat dan salam yang tak pernah putus untuk
Rasulullah SAW, manusia termulia

dan kekasih Allah SWT, yang menjadi

panutan penulis dalam berakhlak.
Ucapan terima kasih yang tulus kepada bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si
dan ibu Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku pembimbing yang dengan segala
keterbatasan waktu masih dapat meluangkan diri untuk memberikan bimbingan,

arahan dan saran yang berharga demi perbaikan karya tulis ini. Terima kasih
kepada bapak Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN dan bapak drh. M. Rizal M Damanik,
MRepSc, PhD atas sumbang saran demi perbaikan karya tulis ini.
Terima kasih ini juga penulis peruntukkan pada teman-teman di Seksi
Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara atas kemudahan untuk
memperoleh data. Terima kasih untuk tim kerja di Dinas Kesehatan Kota BauBau dan Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau, atas bantuan, kerjasama dan kebaikan
kalian karya tulis ini dapat terwujud.
Akhirnya terima kasih buat kedua orang tuaku, bapak HM. Basri Lallo dan
Ibunda Hj. Zaenab, dalam pelukanmu kudapatkan hidup, ku yakin doa dan
semangat dari kalian adalah lentera yang tak pernah padam. Buat ketiga
pangeranku; Audrey Dani Alif Perdana Lohy, Faiz Dwi Rezki Lohy dan Fatihatul
Ilma Lohy, kalian adalah nafasku dan jiwaku, sukses ini mama persembahkan
pada kalian. Untuk yang selalu kukasihi Hujurat Lohy, ST. MT terima kasih atas
kesabarannya menjaga ketiga pangeranku.

Bogor, Nopember 2011

Any Fauzayani Basri

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 8 Februari 1971
sebagai anak ketiga dari pasangan H.M.Basri Lallo dan Hj. Zaenab Basri.
Pendidikan DIII ditempuh di Akademi Gizi Depkes Ujung Pandang dan lulus pada
tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan untuk memperoleh
gelar sarjana di Jurusan Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin Makassar, sebagai tugas belajar, lulus pada tahun 2000. Pada
tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat pada Program
Pascasarjana IPB
Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Pemerintahan Propinsi Sulawesi Tenggara dan diperbantukan pada Dinas
Kesehatan, Seksi Gizi sejak tahun 1993.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL..........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

xvii

PENDAHULUAN…………………………………………………………..........

1

Latar Belakang………...……………………….......…………...................
Pertanyaan Penelitian…………………………………………..................
Tujuan Penelitian…………………………………………………...............
Manfaat Penelitian…………………………………………….…...............
Hipotesis…………………………………………….……………................
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….............

1
3
4
4
4
5

Anemia pada Ibu Hamil.........................................................................
Pengertian Anemia...........................................................................
Patofisiologi Anemia.........................................................................
Klasifikasi Anemia............................................................................
Pengukuran Anemia.........................................................................
Prevalensi Anemia Ibu Hamil...........................................................

5
5
5
6
7
8

Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil …………............
Karakteristik Ibu Hamil.....................................................................
Malaria.............................................................................................
Kecacingan......................................................................................
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan................................................
Kebiasaan Makan............................................................................
Peran Keluarga................................................................................

8
8
12
14
16
20
24

KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................

27

METODE PENELITIAN...............................................................................

29

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian...................................................
Populasi dan Sampel.............................................................................
Cara Pengumpulan dan Jenis Data.......................................................
Pengolahan dan Analisis Data...............................................................
Definisi Operasional...............................................................................

29
29
29
30
33

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................

37

Gambaran Umum Kota Bau-Bau...........................................................
Karakteristik Contoh Ibu Hamil...............................................................
Usia Ibu ……....................................................................................
Umur Kehamilan..............................................................................
Jarak Kelahiran................................................................................
Gravida............................................................................................
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.....................................................
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care..............................................
Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah..........................

37
38
38
39
39
40
41
41
42

Halaman
Peran Keluarga......................................................................................
Kebiasaan Makan..................................................................................
Frekuensi Makan dan Jenis Pangan yang Menghambat Penyerapan Zat Besi………………………………………………………….
Frekuensi Makan dan Jenis Pangan yang Mempercepat Penyerapan Zat Besi………………………………………………………….
Infeksi dan Parasit.................................................................................
Status Kecacingan...........................................................................
Status Malaria..................................................................................
Prevalensi Anemia Ibu Hamil.................................................................

43
44
45

Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil...........................
Usia Ibu............................................................................................
Umur Kehamilan.............................................................................
Jarak Kelahiran................................................................................
Gravida.............................................................................................
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care..............................................
Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah..........................
Peran Keluarga................................................................................
Status Malaria.................................................................................
Status Kecacingan..........................................................................
Kebiasaan Makan............................................................................

52
52
54
55
56
57
60
62
64
66
67

46
47
47
48
49

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Anemia Ibu Hamil……............

69

KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................

71

Kesimpulan........................................................................................
Saran.................................................................................................

71
71

DAFTAR PUSTAKA………………………………………................................

73

LAMPIRAN………………………………………………………………………..

77

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil penelitian hubungan usia dengan anemia pada ibu
hamil…………………………………………………………………......

9

2 Hasil penelitian hubungan jarak kelahiran dengan anemia pada
ibu hamil…......................................................................................

11

3 Hasil penelitian hubungan malaria dan kecacingan dengan
anemia pada ibu hamil....................................................................

16

4 Hasil penelitian hubungan frekuensi kunjungan antenatal care
dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan
anemia pada ibu hamil....................................................................

19

5 Jenis bahan makanan yang mempercepat dan menghambat
penyerapan zat besi........................................................................

22

6 Daftar tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama
kehamilan........................................................................................

23

7 Hasil penelitian hubungan kebiasaan makan dengan anemia
pada ibu hamil.................................................................................

24

8 Jenis dan cara pengumpulan data primer.......................................

30

9 Distribusi ibu hamil menurut usia....................................................

38

10 Distribusi ibu hamil menurut umur kehamilan.................................

39

11 Distribusi ibu hamil menurut jarak kelahiran……............................

40

12 Distribusi ibu hamil menurut gravida……........................................

41

13 Distribusi ibu hamil menurut fekuensi kunjungan antenatal care…

42

14 Distribusi ibu hamil menurut kepatuhan mengkonsumsi tablet
tambah darah……………………………….......................................

43

15 Distribusi ibu hamil menurut peran keluarga……............................

44

16 Distribusi ibu hamil menurut frekuensi makan dan jenis pangan
yang menghambat penyerapan zat besi.........................................

46

17 Distribusi ibu hamil menurut frekuensi makan dan jenis pangan
yang mempercepat penyerapan zat besi........................................

47

18 Distribusi ibu hamil menurut status kecacingan..............................

48

19 Distribusi ibu hamil menurut status malaria….................................

49

20 Distribusi ibu hamil menurut status anemia….................................

50

21 Hubungan usia dengan status anemia ibu hamil….........................

53

22 Hubungan umur kehamilan dengan status anemia ibu hamil……

54

23 Hubungan jarak kelahiran dengan status anemia ibu hamil…........

56

24 Hubungan gravida dengan status anemia ibu hamil……................

57

25 Hubungan frekuensi kunjungan antenatal care dengan status
anemia ibu hamil………………………………………………………..

59

Halaman
26 Hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah
dengan status anemia ibu hamil……..............................................

60

27 Hubungan peran keluarga dengan status anemia ibu hamil...........

63

28 Hubungan status malaria dengan status anemia ibu hamil….........

64

29 Hubungan status kecacingan dengan status anemia ibu hamil…...

67

30 Hubungan kebiasaan makan dengan status anemia ibu hamil …..

69

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Pemerintah Kota Bau-Bau.............................................................

77

2

Penjelasan Singkat Penelitian dan Prosedur Pengambilan
Sampel Darah dan Feses..............................................................

79

3

Formulir Persetujuan......................................................................

83

4

Rekapitulasi Data Berdasarkan Kuesioner....................................

85

5

Hasil Analisis Statistik....................................................................

89

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapatkan perhatian
khusus, karena ibu hamil merupakan kelompok yang rentan untuk menderita
masalah gizi (Depkes RI 2002). Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi
pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan
tersulit diatasi di seluruh dunia (Soekirman 2003). Badan Kesehatan Dunia
melaporkan bahwa pada tahun 2005 terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia
di negara berkembang (WHO 2005).
Anemia bukan hanya berdampak pada ibu, bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita defisiensi zat besi atau anemia kemungkinan besar mempunyai
cadangan zat besi yang sedikit atau tidak mempunyai persediaan sama sekali di
dalam tubuhnya walaupun tidak menderita anemia. Akibatnya, dapat menderita
defisiensi zat besi pada usia remaja dan usia dewasa bila asupan besinya tidak
mencukupi (Achadi 2007). School (2005) menyatakan bahwa kekurangan zat
besi yang berat pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan cadangan zat
besi pada janin dan bayi yang dilahirkan, yang merupakan predisposisi untuk
mengalami anemia defisiensi zat besi pada masa bayi.
Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar
hemoglobin (Hb) < 11 g/ dl. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 ditemukan sekitar 40.1% ibu hamil di Indonesia mengalami
anemia.

Adapun data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef
tahun 2005, menemukan dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami
anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis
(Patimah 2007).
Di Sulawesi Tenggara, prevalensi anemia pada Ibu hamil menurut data
SKRT 2001 dilaporkan sebesar 67.25 %. Selain prevalensi anemia yang masih
cukup tinggi, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004
menunjukkan bahwa cakupan pelayanan terhadap ibu hamil belum maksimal, hal
ini terlihat dari presentase ibu yang mempunyai balita dan pernah minum tablet
tambah darah masih sangat rendah, yaitu 14.9%. Pencapaian ini masih sangat
jauh dari rata-rata nasional sebesar 18.7% apalagi target sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 70%, demikian pula

dengan persentase

2

kunjungan ibu hamil selama kehamilan (K4) yang masih rendah, yaitu 53.9% dari
standar SPM sebesar 78% (Depkes 2008).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, antara lain
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan
absorbsi usus, perdarahan akut dan kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat
besi seperti pada ibu hamil. Menurut laporan WHO (2005) secara umum
penyebab anemia pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari umur ibu,
umur kehamilan, paritas, lingkar lengan bagian atas (LILA), sosial ekonomi
(tingkat ekonomi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan suami), pola konsumsi, dan
riwayat selama kehamilan.
Beberapa penelitian menemukan bahwa faktor risiko anemia pada ibu
hamil disebabkan oleh beberapa hal diantaranya faktor biomedis ibu yaitu umur,
paritas, dan jarak melahirkan (Depkes RI 2003). Lebih lanjut menurut Beard
(2000), penyebab tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil juga diakibatkan
oleh kehamilan yang berulang, thalasemia dan sickle cell disease (penyakit sel
sabit), kondisi sosial, ekonomi, budaya, pendidikan ibu dan malaria.
Gregor (1984) menyatakan bahwa penurunan kadar Hb dalam darah akibat
parasitemia, sebagian besar terjadi pada ibu yang baru pertama kali hamil
(primigravida) dan berkurang sesuai peningkatan paritas. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian Van Dongen (1983) di Zambia yang menyatakan bahwa ibu yang
baru pertama kali hamil (primigravida) yang terinfeksi oleh P. falciparum
merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita anemia dibandingkan
dengan ibu yang pernah hamil lebih dari satu kali (multigravida). Sedangkan
menurut Fleming (1984) menyatakan bahwa 40% ibu yang anemia akibat malaria
ditemukan pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primigravida).
Laporan program Pemberantasan Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2010, menunjukkan bahwa angka total /angka Provinsi
AMI (Annual Malaria Insidence) sebesar 11.43 o/oo. Khusus di kota Ba-Bau
menempati urutan kedua setelah Buton Utara dengan
Insidence)

sebesar 24.00

AMI (Annual Malaria

o

/oo, dan API (Annual Prevalence Insidence)

menempati posisi teratas sebesar 4.93

o

/oo. Data ini menunjukkan bahwa

penyakit malaria di Provinsi Sulawesi Tenggara masih menjadi masalah
kesehatan dengan angka total untuk AMI (Annual Malaria Insidence) di atas
10.00

o

/oo, Berdasarkan laporan Program Pemberantasan Penyakit Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor

3

antara lain pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria yang masih
rendah, kondisi lingkungan atau tempat berkembangnya vector ( Brading Place )
yang masih ada,

serta kondisi gografis yang sulit dijangkau sehingga

menyulitkan masyarakat serta petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan
(Dinkes Prov. Sultra 2011).
Selain malaria, ibu hamil yang menderita kecacingan baik oleh cacing
tambang, cacing cambuk maupun cacing gelang

dapat menyebabkan

perdarahan yang menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi dalam
tubuh dan terjadi anemia. Di Provinsi Sulawesi Tenggara, berdasarkan hasil
survei morbiditas kecacingan tahun 2006 dengan menggunakan sampel anak
Sekolah Dasar ditemukan

prevalensi kecacingan masih cukup tinggi, yaitu

sekitar 35.03 %, dimana Puskesmas Wajo menempati urutan teratas dengan
prevalensi 71.29 % (Dinkes Prov. Sultra 2007).
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masih tingginya
masalah anemia di Provinsi Sulawesi Tenggara, diduga karena kompleksitas
permasalahan penyebab anemia di wilayah ini. Hal ini terlihat dari

cakupan

pelayanan terhadap ibu hamil belum memenuhi target sesuai Standar Pelayanan
Minimal seperti rendahnya persentase ibu yang mempunyai balita dan pernah
minum tablet tambah darah dan persentase kunjungan ibu hamil selama
kehamilan

(K4) , serta prevalensi malaria dan kecacingan yang masih sangat

tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan studi, khususnya di Wilayah kerja
Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau untuk melihat keterkaitan berbagai faktor
terjadinya anemia pada ibu hamil, termasuk malaria, kecacingan, dan pelayanan
antenatal care.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut;
1. Bagaimanakah karakteristik, kondisi infeksi dan parasit, pemanfaatan
pelayanan kesehatan, kebiasaan makan dan peran keluarga pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Wajo?.
2. Seberapa besar prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Wajo?.
3. Apakah ada hubungan karateristik

ibu hamil,

infeksi dan parasit,

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu hamil, kebiasaan makan ibu
hamil dan peran keluarga dengan anemia?.

4

4. Faktor apakah yang berpengaruh terhadap anemia pada ibu hamil?.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Tujuan Khusus

1. Menganalisa seberapa besar prevalensi anemia.
2. Mengetahui karakteristik, kondisi infeksi dan parasit, pemanfaatan pelayanan
kesehatan, kebiasaan makan dan peran keluarga pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Wajo.

3. Mengetahui

hubungan

karateristik

ibu

hamil,

infeksi

dan

parasit,

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu hamil, kebiasaan makan ibu
hamil serta peran keluarga dengan anemia.

4. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap anemia pada ibu hamil.
Manfaat Penelitian
1.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
dalam menjelaskan hubungan antara karateristik ibu hamil, infeksi dan
parasit, pemanfaatan pelayanan kesehatan, kebiasaan makan ibu hamil dan
peran keluarga dengan anemia pada ibu hamil.

2.

Penelitian ini juga diharapkan menghasilkan

informasi/data yang dapat

digunakan sebagai bahan masukan bagi pengelola program gizi dan
kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja Puskesmas Wajo dan atau Dinas
Kesehatan Kota Bau-Bau dalam menyusun dan atau penentuan kebijakan
program kesehatan selanjutnya.
Hipotesis
Ada hubungan antara karateristik ibu hamil, infeksi dan parasit, pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh ibu hamil, kebiasaan makan ibu hamil dan peran
keluarga dengan anemia.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Anemia pada Ibu Hamil
Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan darah yang tidak normal yang ditunjukkan
oleh berkurangnya ukuran atau jumlah sel darah merah dalam sirkulasi darah
merah yang akan berpengaruh terhadap kandungan hemoglobin. Klasifikasi
anemia dapat didasarkan baik pada ukuran sel darah merah maupun konsentrasi
hemoglobin. Berdasarkan ukuran sel darah merah, anemia diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu: makrositik (ukuran sel besar), normositik (ukuran sel normal),
dan

mikrositik

(ukuran

sel

kecil),

sedangkan

berdasarkan

kandungan

hemoglobinnya anemia diklasifikasikan menjadi dua yaitu: hipokromik (berwarna
pucat), dan normokromik (berwarna normal) (Kasdan 1996).
Ibu hamil yang menderita anemia gizi besi tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi dirinya dan janinnya di dalam kandungan. Hal ini dapat
menyebabkan kematian ibu dan janinnya, serta dapat berakibat pada berat
badan lahir rendah (BBLR), atau kelahiran prematur (Lamsihar 2006).
Menurut WHO(2005), kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat
dibagi dalam 3 kategori yaitu :
a. Normal

: bila kadar Hb 11 gr/dl atau lebih

b. Anemia Ringan

: bila kadar Hb antara 8 gr/dl sampai < 11 gr/dl

c. Anemia berat

: bila kadar Hb kurang dari 8 gr/dl

Patofisiologi Anemia
Anemia lebih sering ditemukan pada masa kehamilan karena selama
masa kehamilan keperluan zat-zat gizi bertambah dan adanya perubahanperubahan dalam darah dan sumsum tulang (Price, AS; Lorraine M; Wilson
1995).
Pertambahan

volume

darah

selama

kehamilan

disebut

dengan

hypervolemia, tetapi bertambahnya sel-sel darah lebih sedikit dibandingkan
dengan bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam kehamilan
dan bermanfaat bagi ibu hamil, karena pengenceran tersebut meringankan
beban jantung yang harus bekerja lebih berat selama masa kehamilan yang
disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja

6

jantung akan lebih ringan bila viskositas darah rendah.
Oleh karena itu anemia fisiologis atau pseduanemia hemodilius ini
dimulai pada trimester I kehamilan, yaitu pada minggu ke 12 - 20 dan
maksimal terjadi pada umur kehamilan 20 – 36 minggu. Akibat dari faktor
hemodilius, kadar Hb dalam darah ibu hamil di bawah normal. Kondisi ini
disebabkan oleh faktor hemodilius yang disertai dengan faktor lainnya
yang menyebabkan turunnya cadangan zat besi.
Kekurangan zat besi dapat dilihat dari perubahan sel darah merah
dengan berbagai bentuk (mikrositer anisositosis). Gambaran khusus pada
pemeriksaan preparat darah tepi dapat dilihat pada produksi asam lambung
yang mungkin kurang (anhydria), permukaan lidah licin dan kurang bintik
bintik, kadar zat besi dalam darah rendah dengan kemampuan mengikat zat
besi meningkat (fe-binding capacity) disertai dengan kadar zat feritin dalam
serum yang rendah. Kondisi zat besi dalam darah juga berkaitan dengan ada
tidaknya kelainan dalam darah seperti talasemia, dan leukimia (kanker
darah). Adanya kelainan lain dalam darah ini dapat menyebabkan kemampuan
tubuh dalam mengabsorbsi zat besi menjadi terganggu bahkan terjadi
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah secara optimal.
Menurut mekanisme patofisiologi, klasifikasi penyebab anemia pada
masa kehamilan dibagi dalam 3 macam yaitu :
1. Menurunnya produksi sel darah merah
a. Faktor nutrisi / metabolik
i. Defisiensi besi
ii. Defisiensi asam folat
iii. Defisiensi B12
b. Gangguan sumsum tulang
2. Meningkatnya destruksi sel darah merah
a. Abnormalitas sel darah merah
b. Abnormalitas ekstrinsik
3. Perdarahan akut dan kronik
Klasifikasi Anemia
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena

7

kurangnya unsur besi dalam makanan, gangguan absorbsi, gangguan
penggunaaan atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari
tubuh misalnya pada perdarahan (Price, AS; Lorraine M; Wilson 1995).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia karena kekurangan asam folat (pteroylglutamic acid)
disebut juga anemia megaloblastic (sel darah merah besar dan abnormal)
(Price, AS; Lorraine M; Wilson 1995).
Diagnosis

anemia

megaloblastik

dibuat

apabila

ditemukan

megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang.
Seringkali anemia sifatnya normositer dan normokrom. Hal ini disebabkan
karena defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiens i besi
dalam kehamilan.
3. Anemia Hipoblastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia
hipoplastik. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini
belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar
roentgen, racun atau obat-obatan.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan
anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya
akan lebih berat.
Pengukuran Anemia
Dalam pengukuran Hemoglobin, metode yang sering digunakan adalah
metode cyanmethemoglobin menggunakan system HemoCue sesuai anjuran
WHO dan International Committe for Standarduzation in Himatologi (ICSH).
Metode ini digunakan untuk melihat kadar Hemoglobin secara kuantitatif dan
merupakan metode laboratorium yang terbaik (Stoltzfus and Dreyflus 1998).
Untuk memperkirakan prevalensi anemia dengan mengukur hemoglobin
dengan metode chyanmethemoglobin, mempunyai nilai sensitivitas dan
spesifisitas masing-masing sebesar 82.4% dan 94.0%.

8

Prevalensi Anemia Ibu Hamil
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami
anemia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga dari tahun 1992,
1995 dan 2001 menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
terjadi penurunan dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 63,5% pada tahun 1992,
50,9% pada tahun 1995 dan menjadi 40,1% pada tahun 2001. Khusus di
Provinsi Sulawesi Tenggara, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar
67,25%.
Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil
Karakteristik Ibu Hamil
Usia. Usia dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi wanita untuk
hamil guna menghindari risiko kehamilan. Masa reproduksi yang sehat dan
kurang berisiko terhadap komplikasi kehamilan adalah usia antara 20 - 35
tahun, sedangkan umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan kehamilan yang berisiko. Hal ini terkait dengan kondisi biologis
dan psikologis ibu yang sedang hamil (Depkes 2005).
Pada wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun, memiliki
perkembangan organ reproduksi belum optimal, sehingga secara psikologis
kejiwaan masih labil yang menimbulkan komplikasi (Titiek 1994 dalam
Irwansyah 2005). Pada usia muda mempunyai masalah kompetitif antara
ibu dan janinnya, karena di usia muda kebutuhan zat besi diperlukan oleh
seorang wanita untuk kematangan tubuh pada fase akhir. Jika wanita muda
tersebut hamil, maka kebutuhan zat besi akan terbagi dengan janin yang
dikandungnya. Selain itu pengalaman dan pengetahuan tentang persiapan
dan pemeliharan kehamilan masih rendah (Arisman 2005)
Pada usia di atas 35 tahun, kejadian anemia disebabkan oleh adanya
kemunduran terhadap fungsi faal tubuh dan munculnya kelainan degeneratif
seperti hipertensi, diabetes, asam urat dan lain-lain, sehingga terjadi
gangguan terhadap perdarahan serta turunnya metabolisme tubuh dan
kemampuan absorbsi tubuh terhadap zat besi. Hal ini diperberat dengan
interval kehamilan yang pendek dan paritas yang tinggi (lrwansyah 2005).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kehamilan
berisiko diantaranya usia ibu hamil yang kurang dari 20 tahun dan yang
lebih dari 35 tahun (Depkes RI 2005).

9

Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dan Wahyuddin (2004)
menyebutkan bahwa ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun mempunyai faktor risiko 2.8 untuk terkena anemia dibandingkan
dengan ibu hamil yang berusia 20 sampai 35 tahun. Adapun hasil penelitian
yang dilakukan Aminah (2000), menyebutkan bahwa ibu hamil dengan usia
kurang dari 19 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko 9.7 kali terkena
anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia antara 19 - 35 tahun.
Beberapa penelitian tentang variabel usia ibu hamil dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1 Hasil penelitian hubungan usia dengan anemia pada ibu hamil
No
1.

Peneliti
/Tahun

Judul

Desain
studi

Hasil

Budi

Faktor risiko terjadinya

Case

Usia merupakan

Iswansyah,

anemia pada ibu hamil

Control

faktor risiko terjadinya

(2005)

anemia bagi ibu hamil
(OR=4.128)

2.

Maya

Faktor yang berhubungan

Case

Pada kelompok usia

Rahmatiah

dengan kejadian anemia gizi

Control

risiko tinggi kejadian

, (2005)

ibu hamil di wilayah kerja

anemia pada ibu

Puskesmas Wongkaditi Kota

hamil sebesar 70.4%

Gorontalo
3.

I Kadek

Faktor yang berhubungan

Cross

Terdapat hubungan

Sutomo,

dengan kejadian anemia

sectional

yang signifikan antara

(2009)

pada ibu hamil di Puskesmas

usia ibu hamil dengan

Amonggedo Baru tahun 2008

kejadian anemia
(p=0.000)

Umur Kehamilan. Prevalensi anemia kurang besi pada ibu hamil masih
sangat memprihatinkan terutama pada umur kehamilan trimester III dibandingkan
trimester I (Hidayat 1994). Terdapat bukti yang kuat bahwa defisiensi zat besi
yang terjadi pada trimester pertama kehamilan menghasilkan penurunan yang
signifikan terhadap pertumbuhan janin, dan hanya sedikit efek terhadap
pertumbuhan janin jika anemia terjadi pada trimester II dan III (Beard 2000).
Studi Zhou (1998) dalam (Beard 2000) di Sanghai China juga mendapatkan
bahwa kelahiran preterm dapat dideteksi selama trimester pertama sebelum
terjadi ekspansi volume plasma ibu. Angka kelahiran preterm dan BBLR

10

meningkat pada ibu hamil yang mengalami anemia pada trimester pertama
kehamilan. Risiko lahir preterm dan BBLR 2 kali lebih besar pada ibu hamil
anemia sedang dan lebih dari 3 kali pada ibu hamil anemia berat selama
trimester pertama (School 2005). Demikian pula hasil penelitian Breyman (2005)
yang berhasil membuktikan dampak anemia ibu hamil terhadap risiko untuk
melahirkan preterm sebesar 2 kali, dan berisiko 3 kali untuk melahirkan BBLR,
dan juga kematian ibu.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Buana
(2004) yang membuktikan bahwa ada hubungan antara umur kehamilan
terhadap anemia pada ibu hamil di Kecamatan Abung Surakarta Lampung Utara
(p value 3 merupakan
salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan,
salah satunya berkaitan dengan kejadian anemia (Manuaba 1998). Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Mendrofa (2003) yang dilakukan di Kabupaten
Nias yang mengatakan bahwa ada korelasi antara gravida dengan anemia
pada ibu hamil.
Malaria
Pengertian Malaria. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk
yang tinggal di daerah di mana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai
dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang biak. Malaria sudah diketahui
sejak zaman Yunani. Kata malaria tersusun dari dua kata yaitu mal = busuk dan
aria = udara. Nama diambil dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang
banyak diderita masyarakat yang tinggal

di sekitar rawa-rawa yang

mengeluarkan bau busuk.
Di Indonesia ditemukan 4 spesies parasit malaria yang menginfeksi
manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium ovale. Dimana P. falciparum menyebabkan malaria tertiana
maligna (malaria tropika), P. vivax menyebabkan tertiana benigna, disebut juga
malaria vivax atau ”tertiana ague”, P. Malariae menyebabkan malaria kuartana
spesies ini paling jarang dijumpai, P. Ovale menyebabkan malaria tertiana
benigna atau malaria ovale. Spesies yang paling banyak ditemukan ialah
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung
pada tingkat kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas
(jumlah kelahiran). Ibu hamil dari daerah endemik yang tidak mempunyai

13

kekebalan dapat menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian
(Mc. Gregor 1984).
Ibu hamil yang menderita malaria disebabkan karena

lisis sel darah

merahnya mengandung parasit sehingga mengakibatkan anemia. Pada infeksi
P.falcifarum dapat terjadi anemia berat karena semua eritrosit dapat diserang.
Baik eritrosit berparasit maupun tidak akan mengalami hemolisis karena fragilitas
osmotik meningkat (Harijanto; Agung Nugroho; Carta 2010).
Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang
dilaporkan. Gejala klinis malaria dan densitas parasitemia dipengaruhi paritas,
sehingga akan lebih berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada
multigravida (Gregor 1984). Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang
penting diperhatikan ialah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut.
Gejala Klinis Malaria. Gejala umum penyakit malaria yaitu demam. Di
duga terjadinya demam berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya
merozoit/skizon). Gambaran karakteristik dari malaria adalah demam periodik,
anemia dan splenomegali. Berat ringannya manifestasi malaria tergantung jenis
plasmodium yang menyebabkan infeksi. Malaria P.falciparum demam tiap 24-48
jam, P.vivax demam tiap hari ke-3, P.malariae demam tiap hari ke-4, dan P.ovale
memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa
pengobatan.
Sebelum demam, biasanya penderita mengeluh sakit kepala, kehilangan
nafsu makan, merasa mual di hulu hati, atau muntah, semua gejala awal ini
disebut gejala prodromal (Harijanto; Agung Nugroho; Carta 2010).
Epidemiologi Malaria. Malaria ditemukan di daerah-daerah yang terletak
pada posisi 64° Lintang Utara sampai 32° Lintang Selatan. Penyebaran malaria
pada ketinggian 400 meter di bawah permukaan laut dan 2600 meter di atas
permukaan laut. Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling
luas yaitu mulai daerah beriklim dingin, subtropik, sampai dengan daerah tropik,
kadang-kadang juga dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium falciparum jarang
ditemukan di daerah beriklim dingin tetapi paling sering ditemukan di daerah
tropis (Harijanto; Agung Nugroho; Carta 2010).
Di Indonesia malaria ditemukan tersebar luas di semua pulau dengan
derajat endemisitas yang berbeda-beda. Penyakit tersebut dapat berjangkit di
daerah yang mempunyai ketinggian sampai dengan 1800 meter di atas
permukaan laut. Spesies terbanyak yang dijumpai adalah P.falciparum dan

14

P.vivax, P.ovale pernah ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Kondisi
wilayah yang adanya genangan air dan udara yang panas mempengaruhi tingkat
endemisitas penyakit malaria di suatu daerah (Harijanto; Agung Nugroho; Carta
2010).
Diagnosis Malaria. Diagnosis malaria secara pasti bisa ditegakkan jika
ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Oleh karena itu, cara diagnosis
malaria yang paling penting adalah dengan memeriksa darah penderita secara
mikroskopis dengan membuat pengecatan GIEMSA tipis/tebal yang merupakan
gold standard dalam diagnosis malaria. Mikroskop dapat mendeteksi 20-50 μl
parasit per darah (Depkes 2007).
Hubungan Malaria Terhadap Anemia Ibu Hamil. Menurut defenisi
WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar hemoglobin (Hb) < 11 g/ dl.
Mc. Gregor; Wilson; Billewicz (1983) mendapatkan data bahwa penurunan kadar
Hb dalam darah hubungannya dengan parasitemia, terbesar terjadi pada
primigravida dan berkurang sesuai dengan peningkatan paritas. Van Dongen and
Van’t hof MA (1983) melaporkan bahwa di Zambia, primigravida dengan infeksi
P. falciparum merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita anemia
dibandingkan dengan multigravida. Di Nigeria Fleming; Harriso K.A; Briggs N. D
(1984) melaporkan bahwa malaria sebagai penyebab anemia ditemukan pada
40% penderita anemia primigravida.
Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang
mengandung parasit (Harijanto; Agung Nugroho; Carta 2010). Hubungan antara
anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin B.J, Ginny; M Sapau; Galme K
and Paino J (1990) yang melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua Neu
Geuinea, dan menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah nilai
Hb-nya. Pada penelitian yang sama Brabin melaporkan hubungan BBLR (berat
badan lahir rendah) dan anemia berat pada primigravida. Ternyata anemia yang
terjadi pada trimester pertama kehamilan, sangat menentukan apakah wanita
tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena
kecepatan pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia
kehamilan.
Kecacingan
Salah satu penyebab anemia gizi adalah kehilangan darah secara
kronis. Kehilangan besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi seperti cacing. Hal

15

ini lazim terjadi di negara tropis, lembab serta kondisi sanitasi yang buruk
(Arisman 2004). Infeksi kecacingan pada manusia baik oleh cacing gelang,
cacing cambuk maupun cacing tambang dapat menyebabkan pendarahan yang
menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi tubuh dan akhirnya
menyebabkan timbulnya anemia kurang besi (Pawlowski, ZS; Ga, Sehad; and
GJ, Stott 1991).
Pada daerah-daerah tertentu anem