Penggunaan Mata Pisau Bergerigi pada Alat Pengiris

(1)

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Perlakuan Ulangan Kapasitas

efektif alat (kg/jam)

Persentase Bahan yang Rusak (%)

K1 I 51.42 5.25

II 46.15 5.15

III 45.00 4.80

Total 142.75 15.20

Rataan 47.52 5.07

K2 I 64.28 4.85

II 45.00 4.60

III 42.35 4.45

Total 151.63 13.90

Rataan 50.54 4.63

K3 I 75.00 3.60

II 72.25 4.00

III 71.95 4.17

Total 219.20 11.77


(2)

Lampiran 2. Data kapasitas efektif alat (kg/jam)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

K1 51.42 46.15 45.00 142.57 47.52

K2 64.28 45.00 42.35 151.63 50.54

K3 75.00 72.25 71.95 219.20 73.07

Total 190.70 163.40 159.30 513.40

Rataan 63.57 54.47 53.10 57.04

Analisis Sidik Ragam

SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01

Perlakuan 2 1168.883 584.441 11.109 ** 5.14 10.92

Galat 6 315.644 52.607

Total 8 1484.527

Ket : FK = 29286.61778 ** = sangat nyata

* = nyata tn = tidak nyata


(3)

Lampiran 3. Data persentase bahan yang rusak (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

K1 5.25 5.15 4.80 15.20 5.07

K2 4.85 4.60 4.45 13.90 4.63

K3 3.60 4.00 4.17 11.77 3.92

Total 13.70 13.75 13.42 40.87

Rataan 4.57 4.58 4.47 4.54

Analisis Sidik Ragam

SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01

Perlakuan 2 1.999 1.000 16.449 ** 5.14 10.92

Galat 6 0.365 0.061

Total 8 2.364

Ket : FK = 185.5952 ** =

sangat nyata

* = nyata tn = tidak nyata


(4)

Lampiran 4. Flow Chart pengujian alat

Pengirisan Bahan Mulai

Analisa data Data

Selesai

Dipersiapkan Bahan

Dicuci Bahan Dikupas Kulit Bahan

Ditibang Bahan sebanyak 1 kg

Dipersiapkan Alat

Dimasukkan Bahan ke hopper

Dinyalakan Alat


(5)

Lampiran 5. Gambar teknik alat


(6)

(7)

(8)

Lampiran 6.Gambar alat


(9)

(10)

(11)

Lampiran 7. Gambar komoditi

Singkong sebelum dikupas Singkong sesudah dikupas

Ubi Jalar sebelum dikupas Ubi Jalar sesudah dikupas


(12)

K1. Singkong 1 kg

K2. Ubi jalar 1 kg


(13)

Lampiran 8. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis Dimensi

Panjang : 75 cm

Lebar : 50 cm

Tinggi : 80 cm

Piringan pengiris

Tebal : 0,8 cm

Diameter : 30 cm

Sarang / rumah pengiris

Diameter : 30 cm

Lebar : 15 cm

Saluran pemasukan (hopper)

Panjang : 20 cm

Lebar : 20 cm (atas), 7 cm (bawah)

Tinggi : 15 cm

Pengumpan

Diameter : 6,5 cm

Panjang : 55 cm

Saluran Pengeluaran

Panjang : 50 cm

Lebar : 15 cm


(14)

Lampiran 9. Prinsip kerja alat

Pengirisan singkong adalah suatu proses untuk mengecilkan ukuran bahan dengan proses pengirisan bahan. Singkong dimasukkan ke dalam alat melalui hopper pada saat piringan pengiris sudah berputar. Pada saat piringan berputar, pisau akan mengiris bahan yang masuk secara horizontal. Piringan pengiris dipasang tegak lurus dengan poros yang dihubungkan dengan pulley. V-belt menghubungkan pulley 9 inci yang terdapat di poros dengan pulley 3 inci yang terdapat pada motor listrik dan pulley akan digerakkan dengan motor listrik dengan tenaga 0,25 HP dan kecepatan putaran 1450 rpm. Untuk menghasilkan jarak mata pisau yang diinginkan seperti jarak 1mm, 2 mm, dan 3 mm, digunakan jangka sorong bentuk T untuk mengukur jarak mata pisau.


(15)

Lampiran 10. Pemeliharaan alat Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pemarut singkong mekanis agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama.Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat pemarut singkong mekanis maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai - Menghindari kerusakan yang lebih berat

- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik - Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Pemeliharaan bagian-bagian alat

Agar pemeliharaan alat pemarut singkong mekanis dapat dilakukan dengan baik dan benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja dari alat tersebut.Diharapkan dengan menguasai prinsip kerja maka kemungkinan kerusakan yang terjadi dapat ditanggulangi sedini mungkin.Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah perawatan preventif.


(16)

Tabel 6. Pemeliharaan bagian-bagian alat pengiris singkong mekanis

No Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1.

2.

3.

4.

5.

6. 7.

Sabuk V

Pulley

Piringan Pengiris

Sarang/ rumah pengiris Motor Listrik

Hopper Poros

- Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur - Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang

dapat erusak sabuk

- Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik pada pulley silinder pengiris

- Dibersihkan sebelum digunakan untuk menjaga kebersihan bahan hasil irisan

- Dibersihkan setiap selesai digunakan

- Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

Hindari terkena air untuk mencegah hubungan pendek listik

- Dibersihkan sebelun dan sesudah digunakan

- Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi


(17)

Lampiran 11. Keselamatan Kerja

Pada saat pengoperasian alat pengiris singkong mekanis dipastikan pulley dan sabuk v terpasang dengan baik untuk menghindari kecelekaan jika terlepas dari tempatnya.Rumah pengiris dipastikan tertutup dengan rapat untuk menghindari mata pisau dan bahan yang telah teriris terlempar ke luar karena piringan pisau pengiris berputar dengan kencang. Dipastikan alat pendorong bahan tidak mengenai mata pisau pengiris jika terlalu dekat karena akan terjadi benturan yang kuat. Dipastikan juga semua kabel tidak ada yang terbuka dan tidak terkena air untuk menghidari hubungan pendek arus listrik.


(18)

Lampiran 12. Analisis Ekonomi 1. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp 3.469.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = 346.900 4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Produksi/hari = K1 = 380,16 kg/hari K2 = 404,32 kg/hari K3 = 584,56 kg/hari

dimana : K1 = singkong; K2 = ubi rambat; K3 = kentang 6. Biaya operator = Rp 40.000/hari (1 jam=Rp. 5000) 7. Biaya listrik = Rp 63,46/jam

8. Biaya perbaikan = Rp 15,61/jam 9. Bunga modal dan asuransi = Rp 374.652/tahun 10. Biaya sewa gedung = Rp 34.690/tahun 11. Pajak = Rp 69.380/tahun

12. Jam kerja alat per tahun = 2.400 jam/tahun (asumsi 300 hari efektif berdasarkan tahun 2012)

2. Perhitungan Biaya Produksi 1. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

n S P D= −

dimana:


(19)

P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

D= tahun Rp tahun

Rp Rp / 420 . 624 5 900 . 346 000 . 469 . 3 = −

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Februari 16% dan Asuransi 2%

( )(

+

)

= = n n P i I 2 1 ) 5 ( 2 ) 1 5 ( 000 . 469 . 3 %) 18

( Rp +

= Rp 374.652/tahun 3. Biaya sewa gedung

Sewa gedung = 1% x P

= 1% x Rp 3.469.000 = Rp 34.690/tahun 4. Pajak

Pajak = 2% x P

= 2% x Rp 3.469.000 = Rp 69.380/tahun

Total biaya tetap = Rp 1.103.142/tahun 2. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi) Biaya reparasi =

(

)

X S P− % 2 , 1 =

(

)

jam Rp Rp 2400 900 . 346 000 . 469 . 3 % 2 , 1 −


(20)

2. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW Motor listrik 0,25 HP = 0,19 KW

Biaya listrik = 0,19 KW x Rp 334/KWH = Rp 63,46/H

= Rp 63,46/jam 3. Biaya operator

Biaya operator = Rp 5000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp 5079,07/jam

3. Biaya Proses Pembuatan Singkong (K1), Ubi Rambat (K2) dan Kentang (K3)

- Biaya pokok K1 = BTT C x BT     +

= Rp jam x jam kg

tahun jam tahun Rp / 021 , 0 / 07 , 079 . 5 / 400 . 2 / 142 . 103 . 1       + = Rp 116,313/kg

- Biaya pokok K2 = BTT C x BT     +

= Rp jam x jam kg

tahun jam tahun Rp / 020 , 0 / 07 , 079 . 5 / 400 . 2 / 142 . 103 . 1       + = Rp 110,774/kg - Biaya pokok K3 = BTT C

x BT     +

= Rp jam x jam kg

tahun jam tahun Rp / 014 , 0 / 07 , 079 . 5 / 400 . 2 / 142 . 103 . 1       + = Rp 77,512/kg


(21)

Lampiran 13. Break even point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

N =

(

R BTT

)

BT

Biaya Tetap (BT)

• Biaya Tetap K1 = Rp 1.103.142/tahun

= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam) = Rp 9,673/kg (1 jam = 47,52 kg)

• Biaya Tetap K2 = Rp 1.103.142/tahun

= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam) = Rp 9,095/kg (1 jam = 50,54 kg)

• Biaya Tetap K3 = Rp 1.103.142/tahun

= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam) = Rp 6,290/kg (1 jam = 73,07 kg) Biaya Tidak Tetap (BTT)

• Biaya Tidak Tetap K1 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 47,52 kg) = Rp 106,883/kg

• Biaya Tidak Tetap K2 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 50,54 kg) = Rp 100,496/kg


(22)

• Biaya Tidak Tetap K3 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 73,07 kg) = Rp 69,510/kg

Penerimaan setiap kg produksi (R)

• Untuk K1 = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)

= (0,16 x (Rp 9,673/kg + Rp 106,883/kg)) + (Rp 9,673/kg + Rp 106,883/kg)

= Rp 135,205/kg

• Untuk K2 = (0,16% x (Rp 9,095/kg + Rp 100,496/kg)) + (Rp 9,095/kg + Rp 100,496/kg) = Rp 127,126/kg

• Untuk K3= (0,16% x (Rp 6,290/kg + Rp 69,510/kg)) + (Rp 6,290/kg + Rp 69,510/kg) = Rp 87,928/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat mampu menghasilkan tiap komoditi sebanyak :

N =

(

R BTT

)

BT

Rp kg Rp kg

tahun Rp / 883 , 106 / 205 , 135 / 142 . 103 . 1 N K1 Untuk − = →

= 38.950,004 kg/tahun

Rp kg Rp kg

tahun Rp / 496 , 100 / 126 , 127 / 142 . 103 . 1 N K2 Untuk − = →

= 41.424,784 kg/tahun

Rp kg Rp kg

tahun Rp / 510 , 69 / 928 , 87 / 142 . 103 . 1 N K3 Untuk − = →


(23)

Lampiran 14. Net present value CIF - COF ≥ 0

Dimana :

CIF = Chas inflow COF = Chas outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan 1 tahun investasi usaha tidak menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : CIF - COF ≥ 0

• Untuk K1

Investasi = Rp 3.469.000

Pendapatan = Rp 15.419.859,84/tahun (RK1 x 2.400 x Kapasitas alat K1 ) Nilai Akhir = Rp 346.900


(24)

Suku Bunga Bank = 16% Suku Bunga Coba-coba = 20% Umur Alat = 5 tahun

CIF 16%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)

= Rp 15.419.859,84 x 3,277 = Rp 50.530.880,7

2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)

= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68 Jumlah CIF = Rp 50.696.421,38

COF 16%

1. Investasi = Rp 3.469.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)

= Rp 256.519,2 x 3,277 = Rp 840.613,42 Jumlah COF = Rp 4.309.613,42

NPV 16% = CIF – COF

= Rp 50.696.421,38 – Rp 4.309.613,42 = Rp 46.386.807,96

CIF 20%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)

= Rp 15.419.859,84 x 2,991 = Rp 46.120.800,78 2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)

= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11 Jumlah CIF = Rp 46.260.219,89


(25)

COF 20%

1. Investasi = Rp 346.900

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5) = Rp 256.519,2 x 2,991 = Rp 767.248,93

Jumlah COF = Rp 4.236.248,93 NPV 20% = CIF – COF

= Rp 46.260.219,89 – Rp 4.236.248,93 = Rp 42.023.970,96

Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.386.807,96 dan NPV 20% adalah Rp 42.023.970,96. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.

• Untuk K2

Investasi = Rp 3.469.000

Pendapatan = Rp 15.419.875,84/tahun (RK2 x 2.400 x Kapasitas alat K2 ) Nilai Akhir = Rp 346.900

Pembiayaan = Rp 241.190,4/tahun (BTTK2 x 2.400) Suku Bunga Bank = 16%

Suku Bunga Coba-coba = 20% Umur Alat = 5 tahun

CIF 16%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)


(26)

2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)

= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68 Jumlah CIF = Rp 50.696.473,81

COF 16%

1. Investasi = Rp 3.469.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)

= Rp 241.190,4 x 3,277 = Rp 790.380,94 Jumlah COF = Rp 4.259.380,94

NPV 16% = CIF – COF

= Rp 50.696.473,81 – Rp 4.259.380,94 = Rp 46.437.092,87

CIF 20%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)

= Rp 15.419.875,84 x 2,991 = Rp 46.120.848,64 2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)

= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11 Jumlah CIF = Rp 46.260.267,75

COF 20%

1. Investasi = Rp 3.469.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)

= Rp 241.190,4 x 2,991 = Rp 721.400,49 Jumlah COF = Rp 4.190.400,49


(27)

= Rp 46.260.267,75 – Rp 4.190.400,49 = Rp 42.069.867,26

Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.437.092,87 dan NPV 20% adalah Rp 42.069.867,26. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.

• Untuk K3

Investasi = Rp 3.469.000

Pendapatan = Rp 15.419.757,5/tahun (RK3 x 2.400 x Kapasitas alat K3 ) Nilai Akhir = Rp 346.900

Pembiayaan = Rp 166.824/tahun (BTTK3 x 2.400) Suku Bunga Bank = 16%

Suku Bunga Coba-coba = 20% Umur Alat = 5 tahun

CIF 16%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)

= Rp 15.419.757,5 x 3,277 = Rp 50.530.545,33 2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)

= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68 Jumlah CIF = Rp 50.696.086,01

COF 16%

1. Investasi = Rp 3.469.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)

= Rp 166.824 x 3,277 = Rp 546.682,25 Jumlah COF = Rp 4.015.682,25


(28)

NPV 16% = CIF – COF

= Rp 50.696.086,01 – Rp 4.015.682,25 = Rp 46.680.403,76

CIF 20%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)

= Rp 15.419.757,5 x 2,991 = Rp 46.120.494,68 2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)

= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11 Jumlah CIF = Rp 46.259.913,79

COF 20%

1. Investasi = Rp 3.469.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)

= Rp 166.824 x 2,991 = Rp 498.970,58 Jumlah COF = Rp 3.967.970,58

NPV 20% = CIF – COF

= Rp 46.259.913,79 – Rp 3.967.970,58 = Rp 42.291.943,21

Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.680.403,76 dan NPV 20% adalah Rp 42.291.943,21. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.


(29)

Lampiran 15. Internal rate of return

Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilihan suatu alat atau mesin padatingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV = Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

Dan

(

% %

)

(positif dan positif)

% x q p

Y X X q IRR − − + =

Dimana : p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba – coba (> dari p) X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

Suku bunga bank paling atraktif (p) = 16 % Suku bunga coba – coba (> dari p) (q) = 20% Untuk K1

(

% %

)

% x q p

y x x q IRR − − + =

(

20% 16%

)

96 , 970 . 023 . 42 96 , 807 . 386 . 46 96 , 807 . 386 . 46 % 20 − − + = x = 0,62529

(

% %

)

(positif dan negatif)

% x q p

Y X X p IRR − − + =


(30)

= 62,529%

• Untuk K2

(

% %

)

% x q p

y x x q IRR − − + =

(

20% 16%

)

26 , 867 . 069 . 42 87 , 092 . 437 . 46 87 , 092 . 437 . 46 % 20 − − + = x = 0,62532 = 62,532%

• Untuk K3

(

% %

)

% x q p

y x x q IRR − − + =

(

20% 16%

)

21 , 943 . 291 . 42 76 , 403 . 680 . 46 76 , 403 . 680 . 46 % 20 − − + = x = 0,62548 = 62,548%


(31)

Stolk, J. dan C. Kross., 1986. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Sularso dan K. Suga., 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya Paramitha, Jakarta.

Widianata, A., dan Widi. P. D., 2008. Ubi Kayu sebagai Bahan Alternatif. http://isnanimurti.wordpress .com.


(32)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong, ubi jalar, kentang, kawat las, baut dan mur, plat aluminium, support siku, plat siku, pulley, motor listrik, bearing (bantalan), sabuk V (V belt), cat dan mata pisau bentuk gerigi.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah mesin las, mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mistar siku, jangka sorong, water pass, kunci pas dan ring, gergaji besi, timbangan, ember, stopwatch, kalkulator, alat tulis, dan komputer. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL), non faktorial yang terdiri dari tiga taraf, yaitu :

K1 = Singkong K2 = Ubi jalar K3 = Kentang

Dengan K adalah komoditi yang akan diiris oleh mata pisau bergerigi dan dilakukan tiga kali pengulangan pada setiap komoditi.


(33)

Pelaksanaan Penelitian Komponen alat

Alat pengiris ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu: 1. Kerangka alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 75 cm, tinggi 70 cm, dan lebar 60 cm.

2. Piringan pengiris

Piringan pengiris adalah komponen utama yang akan mengiris bahan. Pada alat ini digunakan mata pisau pengiris yang diameter piringan pengiris 30 cm dan tebal piringan sebesar 0,8 cm dengan sudut kemiringan mata pisau pengiris lebih kurang 45o. Piringan pengiris ini berputar searah dengan arah putaran motor listrik.

3. Motor listrik

Motor listrik berguna sebagai sumber penggerak. Pada alat ini digunakan motor listrik berkekuatan 0,25 HP dengan kecepatan 1250 rpm.

4. Lubang pemasukan

Lubang pemasukan (hopper) berguna untuk memasukkan bahan yang akan diiris pada piringan pengiris. Dimensi hopper, ukuran lubang bagian atas dengan panjang 25 cm, lebar 20 cm, ukuran lubang bagian bawah dengan panjang 20 cm, lebar 5,5 cm dan tinggi 15 cm. Hopper ini terbuat dari bahan aluminium.


(34)

5. Pengumpan

Pengumpan (feeder) berguna untuk memasukkan bahan yang akan diiris pada piringan pengiris. Bahan yang akan diiris yang turun dari hopper didorong secara manual menuju pisau pengiris.

6. Saluran pengeluaran

Saluran pengeluaran ini berguna untuk menyalurkan bahan yang sudah diiris dengan piringan pengiris ke tempat penampungan bahan hasil parutan.

Persiapan bahan

1. Disiapkan bahan yang akan diiris (dalam penelitian ini bahan yang diiris adalah singkong, ubi jalar dan kentang).

2. Dikupas dan dibersihkan bahan yang akan diiris.

3. Ditimbang bahan yang akan diiris (dimana dalam penelitian berat bahan adalah 1 kg) dalam satu kali ulangan.

4. Bahan siap untuk diiris dengan ukuran irisan 1 mm. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pengujian alat adalah :

1. Dipasang mata pisau sesuai dengan yang diinginkan. 2. Ditimbang bahan yang akan diiris sebanyak 1 kg 3. Dinyalakan alat pengiris mekanis.

4. Dimasukkan bahan ke dalam saluran pemasukan. 5. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan. 6. Dihitung kapasitas alat, kapasitas hasil, dan kerusakan hasil. 7. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan


(35)

Parameter yang Diamati

1. Kapasitas efektif alat (kg/jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat bahan yang diparut terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan.

T BB

KA= ………(1 )

Keterangan:

KA = kapasitas alat (kg/jam)

BB = berat bahan yang telah diiris (kg)

T = waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan (jam). 2. Persentase bahan yang rusak

Kriteria bahan yang rusak yaitu bahan yang hancur, bahan dalam bentuk butiran serta bahan berbentuk setengah lingkaran. Pengukuran persentase bahan yang tidak teriris dapat ditentukan dengan rumus:

= Ptt

% x 100%

BA BBR

... ( 2 )

Dimana:

Ptt : persentase bahan yang tidak teriris (%) BBR : bahan yang rusak (kg)


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian penggunaan berbagai komoditi pada alat pengiris dengan mata pisau bergerigi terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian

Perlakuan Kapasitas Persentase Bahan

Efektif Alat yang Rusak

(kg/jam) (%)

K1 47.52 5.07

K2 50.54 4.63

K3 73.07 3.92

Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh dari K3 dengan menggunakan komoditi kentang sebesar 73,07 kg/jam sedangkan kapasitas efektif alat terendah diperoleh dari K1 dengan menggunakan komoditi singkong sebesar 47,52 kg/jam. Persentase bahan yang rusak tertinggi diperoleh pada K1 dengan menggunakan komoditi singkong sebesar 5,07 %, sedangkan persentase bahan yang rusak terendah diperoleh pada K3 dengan menggunakan komoditi kentang sebesar 3,92 %.

Proses Pengirisan

Proses pengirisan ini terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan dengan membersihkan bahan dan mengupas kulitnya. Bahan yang dipakai pada penelitian tersebut adalah singkong, ubi jalar dan kentang. Selanjutnya dilakukan persiapan alat dengan membersihkan alat dan pemasangan mata pisau. Bahan yang siap untuk diiris selanjutnya dimasukkan ke dalam hopper. Dari hopper selanjutnya bahan akan diteruskan pada saluran pengumpan yang terbuat dari pipa stainless dengan diameter 6,5 cm dan panjang 55 cm.


(37)

Pada rumah pengiris terdapat piringan pengiris dengan satu mata pisau. Piringan pengiris berfungsi sebagai tempat melekatnya mata pisau untuk mengiris bahan. Piringan pengiris ini berputar searah dengan putaran motor listrik. Pada penelitian ini digunakan mata pisau bergerigi dengan satu mata pisau saja. Bahan yang akan diiris masuk pada bagian rumah pengiris akan diiris mata pisau pada piringan. Piringan pengiris ini terbuat dari bahan stainless steel agar tidak mudah mengalami korosi (perkaratan), piringan tersebut memiliki diameter 30 cm dan tebal 0,8 cm.

Setelah bahan teriris, maka hasil irisan tersebut akan berada di saluran pengeluaran. Saluran pengeluaran ini terbuat dari bahan plat aluminium. Bahan yang teriris ditandai dengan hasil irisan yang berbentuk chips karena diiris secara membujur. Bahan tersebut kemudian ditampung pada wadah penampungan hasil pengirisan.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh dengan membagi banyaknya bahan yang diiris pada alat pengiris mekanis terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat.

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat hubungan antara berbagai komoditi pada alat pengiris memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian Least Significant Range (LSR) pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 2.


(38)

Tabel 2. Hasil uji LSR berbagai komoditi terhadap kapasitas efektif alat

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- K1 47.52 A A

2 14.4890

21.9429 K2 50.54 A A

3 6.6582

23.0735 K3 73.07 B B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa perlakuan K1 (singkong) memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K2 (ubi jalar) tetapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3 (kentang) sedangkan perlakuan K2 (ubi jalar) memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3 (kentang).

Hubungan antara berbagai komoditi terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini

Gambar 1.Hubungan berbagai komoditi terhadap kapasitas efektif alat (kg/jam). -10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

Singkong Ubi jalar Kentang

K ap as it as e fe k ti f al at ( k g /j am ) Komoditi


(39)

Dari Gambar 1. dapat dilihat kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh dari perlakuan K3 (kentang) kemudian diikuti oleh perlakuan K2 (ubi jalar) dan kapasitas alat terendah diperoleh dari perlakuan K1 (singkong). Hal ini diduga karena waktu yang dibutuhkan untuk mengiris dengan menggunakan komoditi kentang lebih sedikit dibandingkan mengiris dengan menggunakan komoditi singkong dan ubi jalar karena kentang memiliki umbi yang lunak sehingga cepat hancur setelah diiris. Hal ini sesuai dengan literatur Kartasapoetra (1994) Singkong adalah umbi akar yang memiliki tekstur cukup keras, sehingga apabila akan diubah menjadi panganan harus diolah terlebih dahulu seperti diiris atau diparut. Dibandingkan dengan singkong, tekstur ubi jalar lebih berair dan lebih lembut. Kentang adalah umbi batang yang memiliki tekstur agak lunak diantara umbi-umbi yang lain.

Hasil olahan dari penggunaan mata pisau bergerigi lebih bervariasi dan lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan mata pisau biasa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan mata pisau biasa dengan komoditi singkong didapat nilai kapasitas efektif alat sebesar 43.68 kg/jam sedangkan dengan menggunakan mata pisau bergerigi didapat nilai kapasitas efektif alat sebesar 47.52 kg/jam.

Persentase Bahan yang Rusak

Persentase bahan yang rusak diperoleh dengan membandingkan berat bahan yang rusak dengan berat bahan awal bahan dan dinyatakan dalam persen.

Kriteria bahan yang rusak dalam penelitian ini dilakukan dengan cara manual yaitu dengan melihat langsung fisik bahan yang teriris. Adapun kriteria bahan yang rusak ditentukan dalam penelitian ini yaitu :


(40)

1. Bahan yang teriris tidak berbentuk bulat penuh atau berbentuk separuh dari penampang membujur irisan bahan.

2. Bahan yang teriris hancur ataupun berbentuk lumatan atau gumpalan. Dari hasil sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai komoditi pada alat pengiris memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap persentase bahan yang rusak. Hasil pengujian Least Significant Range (LSR) untuk mengetahui pengaruh pengunaan mata pisau bergerigi terhadap persentase bahan yang rusak pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji LSR berbagai komoditi terhadap persentase bahan yang rusak.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- K3 3.92 a A

2 0.4924 0.7458 K2 4.63 b A 3 0.2263 0.7842 K1 5.07 c B Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa perlakuan K3 (kentang) memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K2 (ubi jalar) tetapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K1 (singkong) sedangkan perlakuan K2 (ubi jalar) memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K1 (singkong).


(41)

Hubungan antara berbagai komoditi terhadap persentase bahan yang rusak dapat dilihat pada Gambar 2. di bawah ini.

Gambar 2. Hubungan berbagai komoditi terhadap persentase bahan yang rusak. Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa persentase bahan yang rusak tertinggi diperoleh dari perlakuan K1 (singkong) kemudian diikuti oleh perlakuan K2 (ubi jalar) dan persentase bahan yang rusak terendah diperoleh dari perlakuan K1 (kentang). Hal ini diduga karena hasil irisan bahan dengan menggunakan komoditi singkong lebih banyak bahan yang rusak dibandingkan hasil irisan bahan dengan menggunakan komoditi ubi jalar dan kentang karena singkong memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan tekstur ubi jalar maupaun tekstur kentang. Hal ini sesuai dengan literatur Samadi (2007) umbi kentang termasuk produk yang sukar rusak untuk diolah karena memiliki tekstur yang lunak dibandingkan dengan singkong dan ubi jalar yang disebabkan oleh berbagai faktor yakni cara budi daya, iklim, hama, penyakit, umur panen dan selama panen dan pascapanen.

-1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Kentang Ubi jalar Singkong

P e rs e n ta se b a h a n ru sa k ( %) Komoditi


(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggunaan mata pisau bergerigi pada alat pengiris singkong memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas alat dan persentase bahan yang rusak.

2. Kapasitas efektif alat tertinggi terjadi pada penggunaan mata pisau bergerigi dengan menggunakan komoditi kentang yaitu sebesar 73,07 kg/jam dan kapasitas efektif alat terendah terjadi pada penggunaan mata pisau bergerigi dengan menggunakan komoditi singkong yaitu sebesar 47,52 kg/jam.

3. Persentase bahan yang rusak tertinggi terdapat pada penggunaan mata pisau bergerigi pada komoditi singkong yaitu sebesar 5,07 % sedangkan yang terendah terdapat pada penggunaan mata pisau pada komoditi kentang yaitu sebesar 3,92 %.

4. Adapun yang mempengaruhi kapasitas efektif alat adalah umbi yang lunak dan tingkat kelelahan operator yang mempengaruhi waktu pengirisan. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan jumlah mata pisau bergerigi agar kinerja alat semakin baik.


(43)

TINJAUAN PUSTAKA

Singkong

Singkong atau ubi kayu adalah tanaman dikotil yang ditanam untuk diambil patinya yang sangat layak untuk dicerna, yang terkandung di dalam akar lumbung (ubi) yang secara salah kaprah disebut umbi. Genus manihot hanya ada pada belahan bumi bagian barat. Dan kebanyakan dijumpai di daerah tropika. Pusat asal ubi kayu atau singkong diduga adalah bagian utara amazon di wilayah Brazil, yang ribuan tahun lalu menyebar keragaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Singkong (Manihot utilisima Pohl) digolongkan ke dalam keluarga Euphorbiaceae. Batangnya tegak setinggi 1,5-4 m. Bentuk batang bulat dengan diameter 2,5-4 cm, berkayu dan bergabus. Batang berwarna kecoklatan dan bercabang ganda tiga. Daun singkong merupakan daun majemuk menjari dengan anak daun berbentuk elips yang berujung runcing. Akar tanaman masuk ke dalam tanah sekitar 0,5-0,6 m. Akar ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan (karbohidrat), akar inilah yang disebut sebagai umbi singkong.

Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae


(44)

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima Pohl (Danarti, 1999).

Antara umur 3-4 bulan umbi singkong telah cukup untuk dipanen, namun yang lebih tepat diperhatikan pada tanamannya, yaitu apabila daun-daun dan batangnya telah tampak menguning, tetapi yang lebih tepat lagi kalau kita periksa umbinya, apakah memang sudah tua, kulit umbi tidak melecet atau mengelupas apabila digosok dengan ibu jari (Kartasapoetra, 1994).

Panenan dilakukan dengan ‘mencabut tanaman, cara pencabutan pada tanah yang gembur tentu akan mudah, sedang pada tanah yang agak berat sampai sampai pencabutan berat harus dibantu dengan peralatan, cangkul, potongan bambu atau linggis, tetapi yang penting dalam pencabutan ini hendaknya diperhatikan agar umbi tidak terluka atau terpotong (Kartasapoetra, 1994).

Ubi Jalar

Keistimewaan ubi jalar dalam kandungan gizi terletak pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibanding jenis tanaman pangan lainnya. Kandungan beta karoten ubi jalar mencapai 7100 Iu. Dengan demikian ubi jalar sangat baik untuk mengatasi dan penyakit mata. Ubi jalar yang mengandung beta karoten tinggi hanya varietas ubi jalar yang daging ubinya berwarna jingga kemerah-merahan. Sedangkan varietas ubi jalar yang daging ubinya berwarna kuning atau putih memiliki kandungan beta karoten lebih rendah.

Tanaman ubi jalar dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan : Divisi : Spermatophyta


(45)

Kelas : Dicotyledonae Ordo : Convolvulales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L. Sin batatas edulis choisy (Juanda dan Cahyono, 2000).

Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat. Panjang batang tanaman bertipe tegak 1 m - 2 m, sedangkan tipe merambat antara 2 m - 3 m. Ukuran batang dibedakan atas tiga macam yaitu besar, sedang dan kecil.

Tanaman ubi jalar yang sudah berumur tiga minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk umbi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 gram - 250 gram per umbi. Kulit umbi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung jenis varietasnya (Rukmana, 1997).

Kentang

Kentang merupakan tanaman semusim yang sifatnya menyemak dan menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50 - 120 gram, dan tidak berkayu, namun batang bawah yang tua bisa berkayu. Batang dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan.


(46)

Berikut klasifikasi kentang : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Seksi : Petota

Spesies : Solanum tuberosum (Setiadi. 2009).

Spesies Solanum tuberosum mempunyai banyak varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang varietas genjah berumur 90 - 120 hari, varietas medium berumur 120 - 150 hari dan varietas dalam berumur 150 - 180 hari. Tanaman kentang dapat dipanen setelah berumur antara 3 - 4 bulan, tergantung varietasnya. Umbi kentang termasuk produk yang sukar rusak untuk diolah karena memiliki tekstur yang lunak dibandingkan dengan singkong dan ubi jalar yang disebabkan oleh berbagai faktor yakni cara budi daya, iklim, hama, penyakit, umur panen dan selama panen dan pascapanen.

Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5 - 1,2 m, tergantung varietasnya. Misalnya, varietas Cipanas mampu tumbuh hingga 56 cm, sementara varietas Cosima bisa mencapai 75 cm. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5 m - 1,2 m tergantung varietasnya. Misalnya,


(47)

varietas Cipanas mampu tumbuh hingga 56 cm, sementara varietas Cosima bisa mencapai 75 cm (Samadi, 2007).

Umbi-umbian merupakan hasil tanaman sumber karbohidrat yang cukup penting. Yang termasuk jenis umbi-umbian adalah ubi kayu, ubi jalar, talas, kentang, dan sebagainya. Singkong adalah umbi akar yang memiliki tekstur cukup keras, sehingga apabila akan diubah menjadi panganan harus diolah terlebih dahulu seperti diiris atau diparut. Dibandingkan dengan singkong, tekstur ubi jalar lebih berair dan lebih lembut. Kentang adalah umbi batang yang memiliki tekstur agak lunak diantara umbi – umbi yang lain (Kartasapoetra, 1994).

Lingkup Alat-Alat Mesin Pertanian Ditinjau dari Ilmu Mekanisasi Pertanian Pertanian sebagai suatu sistem produksi, dengan keluaran berupa hasil produksi pertanian (ton/ha), dibutuhkan masukan seperti sarana produksi (pupuk, obat, bibit, dan lain sebagainya), masukan daya dan alat mesin pertanian untuk memperlancar proses produksi. Ada pun tujuan dari mekanisasi pertanian adalah :

a. Mengurangi kejerihan tenaga kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia

b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian c. Menurunkan ongkos produksi

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. Meningkatkan taraf hidup petani

f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian keluarga) menjadi tipe pertanian yang komersil

g. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri


(48)

Tujuan tersebut dapat terjadi apabila penggunaan dan pemilihan alat pertanian tepat dan benar (Rizaldi, 2006).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/ mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008).

Pemilihan Ekonomis Peralatan

Pada saat ini, tersedia banyak alternatif peralatan di pasaran yang masing-masing memiliki karakteristik ekonomis yang berbeda. Masalahnya manakah yang merupakan pilihan yang lebih ekonomis di antara banyak alat tersebut. Pemilihan ekonomis peralatan-peralatan berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar ekonomi. Dengan melakukan suatu analisis ekonomi teknik, seseorang dapat menentukan peralatan yang mana yang paling ekonomis. Analisis ekonomi teknik dapat diadakan setelah fakta-fakta dan semua estimasi relevan dan alternatif-alternatif peralatan terkumpul (Harun, 1994).

Ekonomi teknik adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi dalam teknik; yang terdiri dari evaluasi sistematis dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat usulan proyek teknik. Prinsip-prinsip dari dan metodologi ekonomi teknik merupakan bagian dari integral manajemen sehari-hari dan operasi perusahaan-perusahaan swasta dan koperasi. Prinsip-prinsip ini dimanfaatkan untuk menganalisis penggunaan-penggunaan alternatif terhadap


(49)

sumberdaya uang, khususnya yang berhubungan dengan aset-aset fisik dan operasi suatu organisasi (Degarmo,dkk., 1999).

Mekanisme Kerja Alat

Alat pengiris menggunakan mata pisau yang bergerak. Mata pisau yang bergerak diletakkan pada piringan yang berputar. Putaran piringan digerakkan oleh motor listrik. Bahan yang akan dirajang diumpankan dengan arah yang tegak lurus terhadap piringan yang berputar. Bahan akan teriris oleh pisau dengan adanya tenaga yang dihasilkan oleh piringan. Bahan yang telah teriris akan jatuh ke bawah dengan sendirinya dan akan masuk ke penampungan. Bentuk irisan yang dihasilkan dapat berupa lembaran datar dan lembaran bergelombang (Widianata dan Widi, 2008).

Elemen Mesin Motor listrik

Motor listrik dapat digolongkan menjadi dua golongan sesuai dengan sumber arus listrik, yaitu motor listrik arus searah atau DC dan motor listrik arus bolak-balik atau AC. Motor listrik AC yang kecil banyak dipakai pada peralatan rumah tangga misalnya alat cukur, alat kecantikan, alat dapur, dan sebagainya. Sedangkan motor listrik yang besar banyak digunakan pada kompresor, penggiling jagung, dan alat-alat bengkel atau pabrik. Dasar utama yang menyebabkan motor berputar ialah reaksi antar kutub magnet. Kutub yang senama tolak-menolak dan kutub yang tak senama tarik-menarik. Reaksi medan magnet listrik pada stator dan medan magnet penghantar yang dialiri arus listrik (Hartanto, 1997).


(50)

Motor listrik mempunyai keuntungan yakni dapat dihidupkan dengan hanya memutar saklar, suara dan getaran tidak menjadi gangguan, udara tidak ada yang dihisap juga tidak ada gas buang dan pada motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah dan pada motor AC menggunakan sumber daya umum yang tidak mudah mengubah putarannya. Namun motor listrik memiliki kekurangan yakni, motor listrik membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya sangat terbatas oleh panjang kabel, dan kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya maka beratnya akan menjadi bertambah besar. Secara umum biaya listrik motor listrik lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak dan untuk menghasilkan daya yang sama yang dihasilkan oleh sebuah motor pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat (Soenarta, 2002).

Mata pisau bergerigi

Pada umumnya pisau pengiris yang dibuat dari bahan bukan stainless steel (baja tahan karat) bila dibiarkan basah atau disimpan dalam keadaan lembab akan cepat mengalami oksidasi. Oleh karena itu, bila tidak digunakan, alat pengiris harus disimpan dalam keadaan kering atau ditempat yang udaranya kering dan tidak bocor oleh air hujan (Wiriaadmadja, 1995).

Dalam pengerjaan bengkel mesin, benda kerja yang akan dijadikan bentuk tertentu menjadi bahan siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, memerlukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas misalnya mesin bubut. Mesin bubut digunakan untuk mengerjakan bidang-bidang silinder demikian pula bidang rata (Daryanto, 2007).


(51)

Mata pisau berfungsi untuk mencacah bahan menjadi potongan-potongan kecil. Pengirisan yang baik harus menggunakan mata pisau yang tajam. Hal ini dapat mempercepat pemotongan bahan dan membutuhkan tenaga yang lebih kecil. Disain rangkaian mata pisau pengiris memungkinkan mesin pengiris mampu mengolah jenis bahan yang lunak maupun bahan yang keras. Pada mesin konvensional, yang memiliki rangkaian paralel, biasanya kerap macet jika bahan dimasukkan sekaligus. Rangkaian mata pisau terbuat dari baja tahan aus yang kokoh. Disain rangkaian pisau sengaja dibuat berjejer secara spiral, tidak paralel, agar cakupan gerakannya lebih luas dan daya potongnya lebih kuat (Pratomo dan Irwanto, 1983).

Poros putaran

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu di pegang oleh poros.

Menurut Sularso dan Suga (2004), hal-hal yang perlu diperhatikan didalam merencanakan sebuah poros adalah :

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.


(52)

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis.

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mempunyai poros berbeban sehingga gerakan bolak-balik dapat berlangsung dengan halus, aman, dan tahan lama. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun


(53)

atau tidak dapat bekerja dengan semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung (Stolk dan Kross, 1986).

Bantalan (bearing) berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin). Beberapa macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan menjadi:

- Bantalan luncur - Bantalan gelinding

- Bantalan dengan beban radial - Bantalan dengan beban aksial

- Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial) (Maleev, 1991).

Sabuk-V

Sabuk-V mempunyai penampang trapesium yang terbuat dari karet, tenunan atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-V lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2004).

Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :

1. Regangan sabuk pada pulley. 2. Gesekan antara sabuk dan pulley.

3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley. 4. Kecepatan sabuk.


(54)

(Pratomo dan Irwanto, 1983). Pulley

Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau rantai yang dibelitkan di sekeliling puli (pulley) atau sproket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter Dp dan puli yang digerakkan n2 dan diameternya dp, maka perbandingan putaran dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

p p

D d n

N =

2 1

(Roth, dkk., 1982).

Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:

-Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

-Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk


(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Untuk itu diperlukan alat pengiris umbi-umbian mekanis agar dapat meningkatkan produktivitas. Singkong memiliki nama latin manihot utilissima. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Ubi jalar atau ketela rambat (ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran dan dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. Ubi jalar berasal dari Amerika Selatan. .

Kentang (solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut kentang. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa. Tanaman kentang berasal dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan tanaman pendek tidak berkayu dan menyukai iklim yang sejuk. Tanaman ini cocok ditanam di daerah tropis dan di


(56)

dataran tinggi. Sebagai sumber bahan pangan, kentang merupakan salah satu komoditas sayuran umbi yang kaya vitamin C dan kalium, selain karbohidrat dan protein.

Pengiris merupakan salah satu bentuk operasi pengecilan ukuran dengan cara pemotongan. Tujuan dari pengiris adalah memperkecil ukuran bahan hingga membentuk chips. Kualitas hasil pengiris sangat tergantung pada karakteristik mata pisau, sedangkan efisiensi pengiris sangat dipengaruhi oleh sifat geometri dan kondisi kinematik bagian fungsional.

Mesin pengiris (slicer) adalah suatu alat yang dirancang untuk mengiris bahan baku menjadi berbentuk tipis sesuai dengan ukuran yang diinginkan yang biasa dikenal dengan pengirisan. Mesin ini dapat digunakan untuk mengiris segala macam bahan baku, seperti : pisang, singkong, ubi, kentang, wortel, bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe. Hasil irisan yang diperoleh dari alat ini cukup baik namun kapasitas efektif alatnya masih jauh dari maksimal, mata pisau mudah berkarat, dan mudah rusak.

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Penggunaan alat dan mesin pertanian dimanfaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat guna mendapatkan hasil produksi yang lebih besar dengan efisiensi sumber daya manusia, efisiensi waktu dan biaya yang lebih hemat.Alat pengiris singkong ini berfungsi untuk mengiris singkong untuk diolah menjadi keripik dan dapat juga digunakan untuk mengiris bahan lain.

Pada umumnya, masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi keripik. Keripik yang ada saat ini di pasaran cenderung hanya berbentuk bulat datar. Oleh


(57)

karena itu, maka dibuatlah hasil irisan keripik berbentuk gerigi untuk menarik perhatian konsumen dan sebagai inovasi baru di pasaran.

Mata pisau ini menonjolkan mata bergerigi tajam yang memungkinkan menghasilkan potongan yang rapi. Mata pisau ini terbuat dari bahan stainlesssteel sehingga mudah dibersihkan agar tidak berkarat. Untuk mempertahankan ketajaman mata pisau dapat dilakukan dengan cara mengasah mata pisau dengan menggunakan batu khusus. Hasil olahan dari penggunaan mata pisau ini diharapkan lebih bervariasi dan menarik bagi konsumen.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pengaruh penggunaan mata pisau bergerigi terhadap kapasitas efektif alat dan persentase bahan yang rusak pada alat pengiris mekanis. Hipotesa Penelitian

Diduga ada pengaruh bentuk mata pisau bergerigi pada alat pengiris dengan komoditi singkong, ubi jalar dan kentang terhadap kapasitas efektif alat dan persentase bahan yang rusak pada alat pengiris singkong mekanis..

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pengiris singkong mekanis.

3. Bagi masyarakat, khususnya bagi pengusaha makanan agar dapat membantu proses produksi lebih efektif dan efisien.


(58)

ABSTRAK

REMON PURBA : Penggunaan Mata Pisau Bergerigi pada Alat Pengiris, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Salah satu proses pengolahan adalah dengan proses pengirisan bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan mata pisau bergerigi terhadap kapasitas efektif alat dan persentase bahan yang rusak pada alat pengiris mekanis, dilakukan pada Bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) non factorial. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat dan persentase bahan yang rusak.

Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat sebesar 47,52 kg/jam, 50,54 kg/jam dan 73,07 kg/jam dengan persentase bahan yang tidak teriris sebesar 5,07%, 4,63% dan 3,92%.

Kata kunci : mata pisau, pengolahan, iris, kapasitas.

ABSTRACT

REMON PURBA : The Use of Serrated Razor Blade in Slicer, supervised by AINUN ROHANAH and SAIPUL BAHRI DAULAY.

One of fabricated process is slicing. This study was aimed to examine the effect of using a serrated blade on the effective capacity of the tool and the percentage of broken material on the mechanical slicer, conducted in December 2012 to January 2013 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, using non-factorial completely randomized design (CRD). The parameters measured were the effective capacity of the tool and the percentage of broken materials.

The results showed an effective tool capacity of 47.52 kg/hr, 50.54 kg hr and 73.07 kg/hr respectively the percentage of unsliced material of 5.07%, 4.63% and

3.92% respectively.


(59)

SKRIPSI

OLEH

REMON PURBA

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(60)

PENGGUNAAN MATA PISAU BERGERIGI PADA ALAT

PENGIRIS

SKRIPSI

Oleh :

REMON PURBA

080308019/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

(Ainun Rohanah, STP, M.Si) Ketua

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) Anggota


(61)

ABSTRAK

REMON PURBA : Penggunaan Mata Pisau Bergerigi pada Alat Pengiris, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Salah satu proses pengolahan adalah dengan proses pengirisan bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan mata pisau bergerigi terhadap kapasitas efektif alat dan persentase bahan yang rusak pada alat pengiris mekanis, dilakukan pada Bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) non factorial. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat dan persentase bahan yang rusak.

Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat sebesar 47,52 kg/jam, 50,54 kg/jam dan 73,07 kg/jam dengan persentase bahan yang tidak teriris sebesar 5,07%, 4,63% dan 3,92%.

Kata kunci : mata pisau, pengolahan, iris, kapasitas.

ABSTRACT

REMON PURBA : The Use of Serrated Razor Blade in Slicer, supervised by AINUN ROHANAH and SAIPUL BAHRI DAULAY.

One of fabricated process is slicing. This study was aimed to examine the effect of using a serrated blade on the effective capacity of the tool and the percentage of broken material on the mechanical slicer, conducted in December 2012 to January 2013 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, using non-factorial completely randomized design (CRD). The parameters measured were the effective capacity of the tool and the percentage of broken materials.

The results showed an effective tool capacity of 47.52 kg/hr, 50.54 kg hr and 73.07 kg/hr respectively the percentage of unsliced material of 5.07%, 4.63% and

3.92% respectively.


(62)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau pada tanggal 12 Maret 1990, merupakan anak keempat dari empat orang bersaudara, dari pasangan Bapak Kaliaman Purba dan Ibu Relianna br Simarmata.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta St. Thomas 2 Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti masa perkuliahan penulis aktif dalam Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Universitas Sumatera Utara sebagai Wakil Ketua di Bidang Pendidikan dan sebagai anggota organisasi Gerakan Mahasiwa Kristen Indonesia (GMKI) Medan.

Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama satu bulan di pabrik pengolahan karet PTPN III Gunung Para Kabupaten Simalungun Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011.


(63)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “Penggunaan Mata Pisau Bergerigi pada Alat Pengiris Singkong” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai masukan, saran, dan kritik berharga kepada penulis sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Terkhususnya kepada orang tua penulis yang telah memberi dukungan doa dan materi untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2013


(64)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Singkong ... 4

Ubi Jalar ... 5

Kentang ... 6

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 9

Pemilihan Ekonomis Peralatan ... 9

Mekanisme Kerja Alat ... 10

Elemen Mesin... 10

Motor listrik ... 11

Mata pisau bergerigi ... 12

Poros putaran ... 13

Bantalan ... 14

Sabuk V ... 15

Pulley ... 15

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

Bahan dan Alat Penelitian ... 17

Metode Penelitian... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Prosedur Penelitian... 19

Parameter yang Diamati ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pengirisan ... 21

Kapasitas Efektif Alat ... 22

Persentase Bahan yang Rusak ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN


(65)

DAFTAR TABEL

1. Data PengamatanHasil Penelitian ... 21 2. Hasil Uji LSR penggunaan mata pisau bergerigi

terhadap kapasitas alat... 23 3. Hasil Uji LSR penggunaan mata pisau bergerigi


(66)

DAFTAR GAMBAR

1. Hubungan penggunaan mata pisau bergerigi terhadap

kapasitas efektif alat ... 24 2. Hubungan penggunaan mata pisau terhadap persentase


(67)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data pengamatan hasil penelitian... 31

2. Data kapasitas efektif alat ... 32

3. Data persentase bahan yang rusak... 33

4. Flowchart pengujian alat... 34

5. Gambar teknik alat ... 36

6. Gambar alat ... 39

7. Gambar komoditi ... 41

8. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis... 43

9. Prinsip kerja alat ... 44

10.Pemeliharaan alat ... 45

11.Keselamatan kerja ... 47

12.Analisis ekonomi ... 48

13.Break even point ... 51

14.Net present value ... 53

15.Internal rate of return ... 59


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau pada tanggal 12 Maret 1990, merupakan anak keempat dari empat orang bersaudara, dari pasangan Bapak Kaliaman Purba dan Ibu Relianna br Simarmata.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta St. Thomas 2 Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti masa perkuliahan penulis aktif dalam Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Universitas Sumatera Utara sebagai Wakil Ketua di Bidang Pendidikan dan sebagai anggota organisasi Gerakan Mahasiwa Kristen Indonesia (GMKI) Medan.

Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama satu bulan di pabrik pengolahan karet PTPN III Gunung Para Kabupaten Simalungun Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “Penggunaan Mata Pisau Bergerigi pada Alat Pengiris Singkong” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai masukan, saran, dan kritik berharga kepada penulis sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Terkhususnya kepada orang tua penulis yang telah memberi dukungan doa dan materi untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Singkong ... 4

Ubi Jalar ... 5

Kentang ... 6

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 9

Pemilihan Ekonomis Peralatan ... 9

Mekanisme Kerja Alat ... 10

Elemen Mesin... 10

Motor listrik ... 11

Mata pisau bergerigi ... 12

Poros putaran ... 13

Bantalan ... 14

Sabuk V ... 15

Pulley ... 15

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

Bahan dan Alat Penelitian ... 17

Metode Penelitian... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Prosedur Penelitian... 19

Parameter yang Diamati ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pengirisan ... 21

Kapasitas Efektif Alat ... 22

Persentase Bahan yang Rusak ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

1. Data Pengamatan Hasil Penelitian ... 21 2. Hasil Uji LSR penggunaan mata pisau bergerigi

terhadap kapasitas alat... 23 3. Hasil Uji LSR penggunaan mata pisau bergerigi


(5)

DAFTAR GAMBAR

1. Hubungan penggunaan mata pisau bergerigi terhadap

kapasitas efektif alat ... 24

2. Hubungan penggunaan mata pisau terhadap persentase


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data pengamatan hasil penelitian... 31

2. Data kapasitas efektif alat ... 32

3. Data persentase bahan yang rusak... 33

4. Flowchart pengujian alat... 34

5. Gambar teknik alat ... 36

6. Gambar alat ... 39

7. Gambar komoditi ... 41

8. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis... 43

9. Prinsip kerja alat ... 44

10. Pemeliharaan alat ... 45

11. Keselamatan kerja ... 47

12. Analisis ekonomi ... 48

13. Break even point ... 51

14. Net present value ... 53

15. Internal rate of return ... 59