Penggunaan Mata Pisau Bergerigi pada Alat Pengiris
29
Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian
Perlakuan
K1
Total
Rataan
K2
Total
Rataan
K3
Total
Rataan
Ulangan
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Kapasitas
efektif alat
(kg/jam)
51.42
46.15
45.00
142.75
47.52
64.28
45.00
42.35
151.63
50.54
75.00
72.25
71.95
219.20
73.07
Persentase Bahan
yang Rusak (%)
5.25
5.15
4.80
15.20
5.07
4.85
4.60
4.45
13.90
4.63
3.60
4.00
4.17
11.77
3.92
Universitas Sumatera Utara
30
Lampiran 2. Data kapasitas efektif alat (kg/jam)
Perlakuan
K1
K2
K3
Total
Rataan
I
51.42
64.28
75.00
190.70
63.57
Analisis Sidik Ragam
SK
Db
Perlakuan
2
Galat
6
Total
8
Ket :
FK =
Ulangan
II
46.15
45.00
72.25
163.40
54.47
JK
1168.883
315.644
1484.527
III
45.00
42.35
71.95
159.30
53.10
KT
584.441
52.607
Total
Rataan
142.57
151.63
219.20
513.40
47.52
50.54
73.07
57.04
Fhit.
11.109 **
F.05
5.14
F.01
10.92
29286.61778
** =
sangat nyata
*=
tn =
nyata
tidak nyata
Universitas Sumatera Utara
31
Lampiran 3. Data persentase bahan yang rusak (%)
Perlakuan
Ulangan
II
5.15
4.60
4.00
13.75
4.58
I
5.25
4.85
3.60
13.70
4.57
K1
K2
K3
Total
Rataan
III
4.80
4.45
4.17
13.42
4.47
Total
Rataan
15.20
13.90
11.77
40.87
5.07
4.63
3.92
4.54
Analisis Sidik Ragam
SK
Perlakuan
Galat
Total
Ket :
Db
2
6
8
FK =
** =
*=
tn =
JK
1.999
0.365
2.364
KT
1.000
0.061
Fhit.
16.449
**
F.05
5.14
F.01
10.92
185.5952
sangat
nyata
nyata
tidak nyata
Universitas Sumatera Utara
32
Lampiran 4. Flow Chart pengujian alat
Mulai
Dipersiapkan Bahan
Dikupas Kulit Bahan
Dicuci Bahan
Ditibang Bahan sebanyak
1 kg
Dipersiapkan Alat
Dimasukkan Bahan ke
hopper
Dinyalakan Alat
Pengirisan Bahan
Pengukuran Parameter
Data
Analisa data
Selesai
Universitas Sumatera Utara
33
Lampiran 5. Gambar teknik alat
Tampak depan
Universitas Sumatera Utara
34
Tampak samping
Universitas Sumatera Utara
35
Tampak atas
Universitas Sumatera Utara
36
Lampiran 6.Gambar alat
Tampak depan
Universitas Sumatera Utara
37
Tampak samping
Universitas Sumatera Utara
38
Tampak atas
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 7. Gambar komoditi
Singkong sebelum dikupas
Singkong sesudah dikupas
Ubi Jalar sebelum dikupas
Ubi Jalar sesudah dikupas
Kentang sebelum dikupas
Kentang sesudah dikupas
Universitas Sumatera Utara
40
K1. Singkong 1 kg
K2. Ubi jalar 1 kg
K3. Kentang 1 kg
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 8. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis
Dimensi
Panjang
:
75 cm
Lebar
:
50 cm
Tinggi
:
80 cm
Tebal
:
0,8 cm
Diameter
:
30 cm
Diameter
:
30 cm
Lebar
:
15 cm
Piringan pengiris
Sarang / rumah pengiris
Saluran pemasukan (hopper)
Panjang
: 20 cm
Lebar
: 20 cm (atas), 7 cm (bawah)
Tinggi
: 15 cm
Pengumpan
Diameter
: 6,5 cm
Panjang
: 55 cm
Saluran Pengeluaran
Panjang
: 50 cm
Lebar
: 15 cm
Kapasitas efektif
: 54,05 kg/jam
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 9. Prinsip kerja alat
Pengirisan singkong adalah suatu proses untuk mengecilkan ukuran bahan
dengan proses pengirisan bahan. Singkong dimasukkan ke dalam alat melalui
hopper pada saat piringan pengiris sudah berputar. Pada saat piringan berputar,
pisau akan mengiris bahan yang masuk secara horizontal. Piringan pengiris
dipasang tegak lurus dengan poros yang dihubungkan dengan pulley. V-belt
menghubungkan pulley 9 inci yang terdapat di poros dengan pulley 3 inci yang
terdapat pada motor listrik dan pulley akan digerakkan dengan motor listrik
dengan tenaga 0,25 HP dan kecepatan putaran 1450 rpm. Untuk menghasilkan
jarak mata pisau yang diinginkan seperti jarak 1mm, 2 mm, dan 3 mm, digunakan
jangka sorong bentuk T untuk mengukur jarak mata pisau.
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 10. Pemeliharaan alat
Tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta
menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pemarut singkong
mekanis agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan
lama.Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat
pemarut singkong mekanis maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai
dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai
- Menghindari kerusakan yang lebih berat
- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik
- Hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Pemeliharaan bagian-bagian alat
Agar pemeliharaan alat pemarut singkong mekanis dapat dilakukan dengan
baik dan benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja dari alat
tersebut.Diharapkan dengan menguasai prinsip kerja maka kemungkinan
kerusakan
yang
terjadi
dapat
ditanggulangi
sedini
mungkin.Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan adalah perawatan preventif.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 6. Pemeliharaan bagian-bagian alat pengiris singkong mekanis
No
Bagian alat
1.
Sabuk V
Bentuk pemeliharaan
-
Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur
-
Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang
dapat erusak sabuk
2.
Pulley
-
Membersihkan dari minyak dan kotoran yang
menyebabkan terganggunya pentransmisian daya
dari pulley motor listrik pada pulley silinder
pengiris
3.
Piringan Pengiris
-
Dibersihkan sebelum digunakan untuk menjaga
kebersihan bahan hasil irisan
4.
5.
Sarang/ rumah
-
Dibersihkan setiap selesai digunakan
-
Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat
pengiris
menyebabkan korosi
Motor Listrik
Hindari terkena air untuk mencegah hubungan
pendek listik
6.
Hopper
-
Dibersihkan sebelun dan sesudah digunakan
7.
Poros
-
Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat
menyebabkan korosi
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 11. Keselamatan Kerja
Pada saat pengoperasian alat pengiris singkong mekanis dipastikan pulley
dan sabuk v terpasang dengan baik untuk menghindari kecelekaan jika terlepas
dari tempatnya.Rumah pengiris dipastikan tertutup dengan rapat untuk
menghindari mata pisau dan bahan yang telah teriris terlempar ke luar karena
piringan pisau pengiris berputar dengan kencang. Dipastikan alat pendorong
bahan tidak mengenai mata pisau pengiris jika terlalu dekat karena akan terjadi
benturan yang kuat. Dipastikan juga semua kabel tidak ada yang terbuka dan tidak
terkena air untuk menghidari hubungan pendek arus listrik.
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 12. Analisis Ekonomi
1. Unsur Produksi
1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp 3.469.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= 346.900
4. Jam kerja
= 8 jam/hari
5. Produksi/hari
= K1 = 380,16 kg/hari
K2 = 404,32 kg/hari
K3 = 584,56 kg/hari
dimana : K1 = singkong;
K2 = ubi rambat;
K3 = kentang
6. Biaya operator
= Rp 40.000/hari (1 jam=Rp. 5000)
7. Biaya listrik
= Rp 63,46/jam
8. Biaya perbaikan
= Rp 15,61/jam
9. Bunga modal dan asuransi = Rp 374.652/tahun
10. Biaya sewa gedung
= Rp 34.690/tahun
11. Pajak
= Rp 69.380/tahun
12. Jam kerja alat per tahun
= 2.400 jam/tahun (asumsi 300 hari efektif
berdasarkan tahun 2012)
2. Perhitungan Biaya Produksi
1.
Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
D=
P−S
n
dimana:
D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)
Universitas Sumatera Utara
47
P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)
S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)
n = Umur ekonomi (tahun)
D=
Rp3.469.000 − Rp346.900
= Rp624.420 / tahun
5tahun
2. Bunga modal dan asuransi (I)
Bunga modal pada bulan Februari 16% dan Asuransi 2%
I=
i(P )(n + 1) (18%) Rp3.469.000(5 + 1)
=
2n
2(5)
= Rp 374.652/tahun
3. Biaya sewa gedung
Sewa gedung = 1% x P
= 1% x Rp 3.469.000
= Rp 34.690/tahun
4. Pajak
Pajak = 2% x P
= 2% x Rp 3.469.000
= Rp 69.380/tahun
Total biaya tetap = Rp 1.103.142/tahun
2.
Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =
=
1,2%(P − S )
X
1,2%(Rp3.469.000 − Rp346.900 )
2400 jam
= Rp 15,61/jam
Universitas Sumatera Utara
48
2. Biaya listrik
Motor listrik 1 HP = 0.75 KW
Motor listrik 0,25 HP = 0,19 KW
Biaya listrik = 0,19 KW x Rp 334/KWH
= Rp 63,46/H
= Rp 63,46/jam
3. Biaya operator
Biaya operator = Rp 5000/jam
Total biaya tidak tetap = Rp 5079,07/jam
3.
Biaya Proses Pembuatan Singkong (K1), Ubi Rambat (K2) dan Kentang (K3)
BT
+ BTT C
- Biaya pokok K1 =
x
= Rp1.103.142 / tahun + Rp5.079,07 / jam x0,021 jam / kg
2.400 jam / tahun
= Rp 116,313/kg
-
BT
+ BTT C
Biaya pokok K2 =
x
= Rp1.103.142 / tahun + Rp5.079,07 / jam x0,020 jam / kg
2.400 jam / tahun
= Rp 110,774/kg
BT
+ BTT C
- Biaya pokok K3 =
x
= Rp1.103.142 / tahun + Rp5.079,07 / jam x0,014 jam / kg
2.400 jam / tahun
= Rp 77,512/kg
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 13. Break even point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
N=
BT
(R − BTT )
Biaya Tetap (BT)
•
Biaya Tetap K1 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 9,673/kg (1 jam = 47,52 kg)
•
Biaya Tetap K2 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 9,095/kg (1 jam = 50,54 kg)
•
Biaya Tetap K3 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 6,290/kg (1 jam = 73,07 kg)
Biaya Tidak Tetap (BTT)
•
Biaya Tidak Tetap K1 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 47,52 kg)
= Rp 106,883/kg
•
Biaya Tidak Tetap K2 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 50,54 kg)
= Rp 100,496/kg
Universitas Sumatera Utara
50
•
Biaya Tidak Tetap K3 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 73,07 kg)
= Rp 69,510/kg
Penerimaan setiap kg produksi (R)
•
Untuk K1 = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)
= (0,16 x (Rp 9,673/kg + Rp 106,883/kg)) + (Rp 9,673/kg + Rp 106,883/kg)
= Rp 135,205/kg
•
Untuk K2 = (0,16% x (Rp 9,095/kg + Rp 100,496/kg)) + (Rp 9,095/kg + Rp 100,496/kg)
= Rp 127,126/kg
•
Untuk K3 = (0,16% x (Rp 6,290/kg + Rp 69,510/kg)) + (Rp 6,290/kg + Rp 69,510/kg)
= Rp 87,928/kg
Alat akan mencapai break even point jika alat mampu menghasilkan tiap komoditi
sebanyak :
N=
•
BT
(R − BTT )
Untuk K1 → N =
Rp1.103.142 / tahun
Rp135,205 / kg − Rp106,883 / kg
= 38.950,004 kg/tahun
•
Untuk K2 → N =
Rp1.103.142 / tahun
Rp127,126 / kg − Rp100,496 / kg
= 41.424,784 kg/tahun
•
Untuk K3 → N =
Rp1.103.142 / tahun
Rp87,928 / kg − Rp69,510 / kg
= 59.894,777 kg/tahun
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 14. Net present value
CIF - COF ≥ 0
Dimana :
CIF = Chas inflow
COF = Chas outflow
Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)
Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaaan (P/A, i, n).
Kriteria NPV yaitu :
-
NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
-
NPV < 0, berarti sampai dengan 1 tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
-
NPV = 0, berarti tambahan manfaaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CIF - COF ≥ 0
•
Untuk K1
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.859,84/tahun
(RK1 x 2.400 x Kapasitas alat K1 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 256.519,2/tahun
(BTTK1 x 2.400)
Universitas Sumatera Utara
52
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.859,84 x 3,277 = Rp 50.530.880,7
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.421,38
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 256.519,2 x 3,277 = Rp 840.613,42
Jumlah COF = Rp 4.309.613,42
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.421,38 – Rp 4.309.613,42
= Rp 46.386.807,96
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.859,84 x 2,991 = Rp 46.120.800,78
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.260.219,89
Universitas Sumatera Utara
53
COF 20%
1. Investasi = Rp 346.900
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 256.519,2 x 2,991 = Rp 767.248,93
Jumlah COF = Rp 4.236.248,93
NPV 20% = CIF – COF
= Rp 46.260.219,89 – Rp 4.236.248,93
= Rp 42.023.970,96
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.386.807,96 dan NPV 20% adalah Rp
42.023.970,96. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
•
Untuk K2
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.875,84/tahun
(RK2 x 2.400 x Kapasitas alat K2 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 241.190,4/tahun
(BTTK2 x 2.400)
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.875,84 x 3,277 = Rp 50.530.933,13
Universitas Sumatera Utara
54
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.473,81
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 241.190,4 x 3,277 = Rp 790.380,94
Jumlah COF = Rp 4.259.380,94
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.473,81 – Rp 4.259.380,94
= Rp 46.437.092,87
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.875,84 x 2,991 = Rp 46.120.848,64
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.260.267,75
COF 20%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 241.190,4 x 2,991 = Rp 721.400,49
Jumlah COF = Rp 4.190.400,49
NPV 20% = CIF – COF
Universitas Sumatera Utara
55
= Rp 46.260.267,75 – Rp 4.190.400,49
= Rp 42.069.867,26
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.437.092,87 dan NPV 20% adalah Rp
42.069.867,26. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
•
Untuk K3
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.757,5/tahun
(RK3 x 2.400 x Kapasitas alat K3 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 166.824/tahun
(BTTK3 x 2.400)
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.757,5 x 3,277 = Rp 50.530.545,33
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.086,01
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 166.824 x 3,277 = Rp 546.682,25
Jumlah COF = Rp 4.015.682,25
Universitas Sumatera Utara
56
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.086,01 – Rp 4.015.682,25
= Rp 46.680.403,76
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.757,5 x 2,991 = Rp 46.120.494,68
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.259.913,79
COF 20%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 166.824 x 2,991 = Rp 498.970,58
Jumlah COF = Rp 3.967.970,58
NPV 20% = CIF – COF
= Rp 46.259.913,79 – Rp 3.967.970,58
= Rp 42.291.943,21
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.680.403,76 dan NPV 20% adalah Rp
42.291.943,21. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 15. Internal rate of return
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilihan suatu alat atau mesin padatingkat keuntungan
tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana
diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif)
atau NPV = Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif),
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = p % +
X
x(q % − p % )(positif dan negatif)
X −Y
Dan
IRR = q % +
X
x(q % − p % )(positif dan positif)
X −Y
Dimana : p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba – coba (> dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (p) = 16 %
Suku bunga coba – coba (> dari p) (q) = 20%
Untuk K1
IRR = q % +
x
x(q % − p % )
x− y
= 20% +
46.386.807,96
x(20% − 16% )
46.386.807,96 − 42.023.970,96
= 0,62529
Universitas Sumatera Utara
58
= 62,529%
•
Untuk K2
IRR = q % +
x
x(q % − p % )
x− y
46.437.092,87
x(20% − 16% )
46.437.092,87 − 42.069.867,26
= 20% +
= 0,62532
= 62,532%
•
Untuk K3
IRR = q % +
x
x(q % − p % )
x− y
= 20% +
46.680.403,76
x(20% − 16% )
46.680.403,76 − 42.291.943,21
= 0,62548
= 62,548%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian
Perlakuan
K1
Total
Rataan
K2
Total
Rataan
K3
Total
Rataan
Ulangan
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Kapasitas
efektif alat
(kg/jam)
51.42
46.15
45.00
142.75
47.52
64.28
45.00
42.35
151.63
50.54
75.00
72.25
71.95
219.20
73.07
Persentase Bahan
yang Rusak (%)
5.25
5.15
4.80
15.20
5.07
4.85
4.60
4.45
13.90
4.63
3.60
4.00
4.17
11.77
3.92
Universitas Sumatera Utara
30
Lampiran 2. Data kapasitas efektif alat (kg/jam)
Perlakuan
K1
K2
K3
Total
Rataan
I
51.42
64.28
75.00
190.70
63.57
Analisis Sidik Ragam
SK
Db
Perlakuan
2
Galat
6
Total
8
Ket :
FK =
Ulangan
II
46.15
45.00
72.25
163.40
54.47
JK
1168.883
315.644
1484.527
III
45.00
42.35
71.95
159.30
53.10
KT
584.441
52.607
Total
Rataan
142.57
151.63
219.20
513.40
47.52
50.54
73.07
57.04
Fhit.
11.109 **
F.05
5.14
F.01
10.92
29286.61778
** =
sangat nyata
*=
tn =
nyata
tidak nyata
Universitas Sumatera Utara
31
Lampiran 3. Data persentase bahan yang rusak (%)
Perlakuan
Ulangan
II
5.15
4.60
4.00
13.75
4.58
I
5.25
4.85
3.60
13.70
4.57
K1
K2
K3
Total
Rataan
III
4.80
4.45
4.17
13.42
4.47
Total
Rataan
15.20
13.90
11.77
40.87
5.07
4.63
3.92
4.54
Analisis Sidik Ragam
SK
Perlakuan
Galat
Total
Ket :
Db
2
6
8
FK =
** =
*=
tn =
JK
1.999
0.365
2.364
KT
1.000
0.061
Fhit.
16.449
**
F.05
5.14
F.01
10.92
185.5952
sangat
nyata
nyata
tidak nyata
Universitas Sumatera Utara
32
Lampiran 4. Flow Chart pengujian alat
Mulai
Dipersiapkan Bahan
Dikupas Kulit Bahan
Dicuci Bahan
Ditibang Bahan sebanyak
1 kg
Dipersiapkan Alat
Dimasukkan Bahan ke
hopper
Dinyalakan Alat
Pengirisan Bahan
Pengukuran Parameter
Data
Analisa data
Selesai
Universitas Sumatera Utara
33
Lampiran 5. Gambar teknik alat
Tampak depan
Universitas Sumatera Utara
34
Tampak samping
Universitas Sumatera Utara
35
Tampak atas
Universitas Sumatera Utara
36
Lampiran 6.Gambar alat
Tampak depan
Universitas Sumatera Utara
37
Tampak samping
Universitas Sumatera Utara
38
Tampak atas
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 7. Gambar komoditi
Singkong sebelum dikupas
Singkong sesudah dikupas
Ubi Jalar sebelum dikupas
Ubi Jalar sesudah dikupas
Kentang sebelum dikupas
Kentang sesudah dikupas
Universitas Sumatera Utara
40
K1. Singkong 1 kg
K2. Ubi jalar 1 kg
K3. Kentang 1 kg
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 8. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis
Dimensi
Panjang
:
75 cm
Lebar
:
50 cm
Tinggi
:
80 cm
Tebal
:
0,8 cm
Diameter
:
30 cm
Diameter
:
30 cm
Lebar
:
15 cm
Piringan pengiris
Sarang / rumah pengiris
Saluran pemasukan (hopper)
Panjang
: 20 cm
Lebar
: 20 cm (atas), 7 cm (bawah)
Tinggi
: 15 cm
Pengumpan
Diameter
: 6,5 cm
Panjang
: 55 cm
Saluran Pengeluaran
Panjang
: 50 cm
Lebar
: 15 cm
Kapasitas efektif
: 54,05 kg/jam
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 9. Prinsip kerja alat
Pengirisan singkong adalah suatu proses untuk mengecilkan ukuran bahan
dengan proses pengirisan bahan. Singkong dimasukkan ke dalam alat melalui
hopper pada saat piringan pengiris sudah berputar. Pada saat piringan berputar,
pisau akan mengiris bahan yang masuk secara horizontal. Piringan pengiris
dipasang tegak lurus dengan poros yang dihubungkan dengan pulley. V-belt
menghubungkan pulley 9 inci yang terdapat di poros dengan pulley 3 inci yang
terdapat pada motor listrik dan pulley akan digerakkan dengan motor listrik
dengan tenaga 0,25 HP dan kecepatan putaran 1450 rpm. Untuk menghasilkan
jarak mata pisau yang diinginkan seperti jarak 1mm, 2 mm, dan 3 mm, digunakan
jangka sorong bentuk T untuk mengukur jarak mata pisau.
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 10. Pemeliharaan alat
Tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta
menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pemarut singkong
mekanis agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan
lama.Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat
pemarut singkong mekanis maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai
dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai
- Menghindari kerusakan yang lebih berat
- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik
- Hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Pemeliharaan bagian-bagian alat
Agar pemeliharaan alat pemarut singkong mekanis dapat dilakukan dengan
baik dan benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja dari alat
tersebut.Diharapkan dengan menguasai prinsip kerja maka kemungkinan
kerusakan
yang
terjadi
dapat
ditanggulangi
sedini
mungkin.Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan adalah perawatan preventif.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 6. Pemeliharaan bagian-bagian alat pengiris singkong mekanis
No
Bagian alat
1.
Sabuk V
Bentuk pemeliharaan
-
Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur
-
Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang
dapat erusak sabuk
2.
Pulley
-
Membersihkan dari minyak dan kotoran yang
menyebabkan terganggunya pentransmisian daya
dari pulley motor listrik pada pulley silinder
pengiris
3.
Piringan Pengiris
-
Dibersihkan sebelum digunakan untuk menjaga
kebersihan bahan hasil irisan
4.
5.
Sarang/ rumah
-
Dibersihkan setiap selesai digunakan
-
Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat
pengiris
menyebabkan korosi
Motor Listrik
Hindari terkena air untuk mencegah hubungan
pendek listik
6.
Hopper
-
Dibersihkan sebelun dan sesudah digunakan
7.
Poros
-
Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat
menyebabkan korosi
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 11. Keselamatan Kerja
Pada saat pengoperasian alat pengiris singkong mekanis dipastikan pulley
dan sabuk v terpasang dengan baik untuk menghindari kecelekaan jika terlepas
dari tempatnya.Rumah pengiris dipastikan tertutup dengan rapat untuk
menghindari mata pisau dan bahan yang telah teriris terlempar ke luar karena
piringan pisau pengiris berputar dengan kencang. Dipastikan alat pendorong
bahan tidak mengenai mata pisau pengiris jika terlalu dekat karena akan terjadi
benturan yang kuat. Dipastikan juga semua kabel tidak ada yang terbuka dan tidak
terkena air untuk menghidari hubungan pendek arus listrik.
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 12. Analisis Ekonomi
1. Unsur Produksi
1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp 3.469.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= 346.900
4. Jam kerja
= 8 jam/hari
5. Produksi/hari
= K1 = 380,16 kg/hari
K2 = 404,32 kg/hari
K3 = 584,56 kg/hari
dimana : K1 = singkong;
K2 = ubi rambat;
K3 = kentang
6. Biaya operator
= Rp 40.000/hari (1 jam=Rp. 5000)
7. Biaya listrik
= Rp 63,46/jam
8. Biaya perbaikan
= Rp 15,61/jam
9. Bunga modal dan asuransi = Rp 374.652/tahun
10. Biaya sewa gedung
= Rp 34.690/tahun
11. Pajak
= Rp 69.380/tahun
12. Jam kerja alat per tahun
= 2.400 jam/tahun (asumsi 300 hari efektif
berdasarkan tahun 2012)
2. Perhitungan Biaya Produksi
1.
Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
D=
P−S
n
dimana:
D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)
Universitas Sumatera Utara
47
P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)
S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)
n = Umur ekonomi (tahun)
D=
Rp3.469.000 − Rp346.900
= Rp624.420 / tahun
5tahun
2. Bunga modal dan asuransi (I)
Bunga modal pada bulan Februari 16% dan Asuransi 2%
I=
i(P )(n + 1) (18%) Rp3.469.000(5 + 1)
=
2n
2(5)
= Rp 374.652/tahun
3. Biaya sewa gedung
Sewa gedung = 1% x P
= 1% x Rp 3.469.000
= Rp 34.690/tahun
4. Pajak
Pajak = 2% x P
= 2% x Rp 3.469.000
= Rp 69.380/tahun
Total biaya tetap = Rp 1.103.142/tahun
2.
Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =
=
1,2%(P − S )
X
1,2%(Rp3.469.000 − Rp346.900 )
2400 jam
= Rp 15,61/jam
Universitas Sumatera Utara
48
2. Biaya listrik
Motor listrik 1 HP = 0.75 KW
Motor listrik 0,25 HP = 0,19 KW
Biaya listrik = 0,19 KW x Rp 334/KWH
= Rp 63,46/H
= Rp 63,46/jam
3. Biaya operator
Biaya operator = Rp 5000/jam
Total biaya tidak tetap = Rp 5079,07/jam
3.
Biaya Proses Pembuatan Singkong (K1), Ubi Rambat (K2) dan Kentang (K3)
BT
+ BTT C
- Biaya pokok K1 =
x
= Rp1.103.142 / tahun + Rp5.079,07 / jam x0,021 jam / kg
2.400 jam / tahun
= Rp 116,313/kg
-
BT
+ BTT C
Biaya pokok K2 =
x
= Rp1.103.142 / tahun + Rp5.079,07 / jam x0,020 jam / kg
2.400 jam / tahun
= Rp 110,774/kg
BT
+ BTT C
- Biaya pokok K3 =
x
= Rp1.103.142 / tahun + Rp5.079,07 / jam x0,014 jam / kg
2.400 jam / tahun
= Rp 77,512/kg
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 13. Break even point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
N=
BT
(R − BTT )
Biaya Tetap (BT)
•
Biaya Tetap K1 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 9,673/kg (1 jam = 47,52 kg)
•
Biaya Tetap K2 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 9,095/kg (1 jam = 50,54 kg)
•
Biaya Tetap K3 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 6,290/kg (1 jam = 73,07 kg)
Biaya Tidak Tetap (BTT)
•
Biaya Tidak Tetap K1 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 47,52 kg)
= Rp 106,883/kg
•
Biaya Tidak Tetap K2 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 50,54 kg)
= Rp 100,496/kg
Universitas Sumatera Utara
50
•
Biaya Tidak Tetap K3 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 73,07 kg)
= Rp 69,510/kg
Penerimaan setiap kg produksi (R)
•
Untuk K1 = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)
= (0,16 x (Rp 9,673/kg + Rp 106,883/kg)) + (Rp 9,673/kg + Rp 106,883/kg)
= Rp 135,205/kg
•
Untuk K2 = (0,16% x (Rp 9,095/kg + Rp 100,496/kg)) + (Rp 9,095/kg + Rp 100,496/kg)
= Rp 127,126/kg
•
Untuk K3 = (0,16% x (Rp 6,290/kg + Rp 69,510/kg)) + (Rp 6,290/kg + Rp 69,510/kg)
= Rp 87,928/kg
Alat akan mencapai break even point jika alat mampu menghasilkan tiap komoditi
sebanyak :
N=
•
BT
(R − BTT )
Untuk K1 → N =
Rp1.103.142 / tahun
Rp135,205 / kg − Rp106,883 / kg
= 38.950,004 kg/tahun
•
Untuk K2 → N =
Rp1.103.142 / tahun
Rp127,126 / kg − Rp100,496 / kg
= 41.424,784 kg/tahun
•
Untuk K3 → N =
Rp1.103.142 / tahun
Rp87,928 / kg − Rp69,510 / kg
= 59.894,777 kg/tahun
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 14. Net present value
CIF - COF ≥ 0
Dimana :
CIF = Chas inflow
COF = Chas outflow
Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)
Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaaan (P/A, i, n).
Kriteria NPV yaitu :
-
NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
-
NPV < 0, berarti sampai dengan 1 tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
-
NPV = 0, berarti tambahan manfaaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CIF - COF ≥ 0
•
Untuk K1
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.859,84/tahun
(RK1 x 2.400 x Kapasitas alat K1 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 256.519,2/tahun
(BTTK1 x 2.400)
Universitas Sumatera Utara
52
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.859,84 x 3,277 = Rp 50.530.880,7
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.421,38
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 256.519,2 x 3,277 = Rp 840.613,42
Jumlah COF = Rp 4.309.613,42
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.421,38 – Rp 4.309.613,42
= Rp 46.386.807,96
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.859,84 x 2,991 = Rp 46.120.800,78
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.260.219,89
Universitas Sumatera Utara
53
COF 20%
1. Investasi = Rp 346.900
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 256.519,2 x 2,991 = Rp 767.248,93
Jumlah COF = Rp 4.236.248,93
NPV 20% = CIF – COF
= Rp 46.260.219,89 – Rp 4.236.248,93
= Rp 42.023.970,96
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.386.807,96 dan NPV 20% adalah Rp
42.023.970,96. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
•
Untuk K2
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.875,84/tahun
(RK2 x 2.400 x Kapasitas alat K2 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 241.190,4/tahun
(BTTK2 x 2.400)
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.875,84 x 3,277 = Rp 50.530.933,13
Universitas Sumatera Utara
54
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.473,81
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 241.190,4 x 3,277 = Rp 790.380,94
Jumlah COF = Rp 4.259.380,94
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.473,81 – Rp 4.259.380,94
= Rp 46.437.092,87
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.875,84 x 2,991 = Rp 46.120.848,64
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.260.267,75
COF 20%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 241.190,4 x 2,991 = Rp 721.400,49
Jumlah COF = Rp 4.190.400,49
NPV 20% = CIF – COF
Universitas Sumatera Utara
55
= Rp 46.260.267,75 – Rp 4.190.400,49
= Rp 42.069.867,26
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.437.092,87 dan NPV 20% adalah Rp
42.069.867,26. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
•
Untuk K3
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.757,5/tahun
(RK3 x 2.400 x Kapasitas alat K3 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 166.824/tahun
(BTTK3 x 2.400)
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.757,5 x 3,277 = Rp 50.530.545,33
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.086,01
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 166.824 x 3,277 = Rp 546.682,25
Jumlah COF = Rp 4.015.682,25
Universitas Sumatera Utara
56
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.086,01 – Rp 4.015.682,25
= Rp 46.680.403,76
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.757,5 x 2,991 = Rp 46.120.494,68
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.259.913,79
COF 20%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 166.824 x 2,991 = Rp 498.970,58
Jumlah COF = Rp 3.967.970,58
NPV 20% = CIF – COF
= Rp 46.259.913,79 – Rp 3.967.970,58
= Rp 42.291.943,21
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.680.403,76 dan NPV 20% adalah Rp
42.291.943,21. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 15. Internal rate of return
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilihan suatu alat atau mesin padatingkat keuntungan
tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana
diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif)
atau NPV = Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif),
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = p % +
X
x(q % − p % )(positif dan negatif)
X −Y
Dan
IRR = q % +
X
x(q % − p % )(positif dan positif)
X −Y
Dimana : p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba – coba (> dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (p) = 16 %
Suku bunga coba – coba (> dari p) (q) = 20%
Untuk K1
IRR = q % +
x
x(q % − p % )
x− y
= 20% +
46.386.807,96
x(20% − 16% )
46.386.807,96 − 42.023.970,96
= 0,62529
Universitas Sumatera Utara
58
= 62,529%
•
Untuk K2
IRR = q % +
x
x(q % − p % )
x− y
46.437.092,87
x(20% − 16% )
46.437.092,87 − 42.069.867,26
= 20% +
= 0,62532
= 62,532%
•
Untuk K3
IRR = q % +
x
x(q % − p % )
x− y
= 20% +
46.680.403,76
x(20% − 16% )
46.680.403,76 − 42.291.943,21
= 0,62548
= 62,548%
Universitas Sumatera Utara