Pengaruh Tingkat Globalisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pendapatan Di Asean.

PENGARUH TINGKAT GLOBALISASI TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN
PENDAPATAN DI ASEAN

STANNIA CAHAYA SUCI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Tingkat
Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di
ASEAN adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Stannia Cahaya Suci
NIM H151130381

RINGKASAN
STANNIA CAHAYA SUCI. Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di ASEAN. Dibimbing oleh
ALLA ASMARA dan SRI MULATSIH.
Pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sebagai
salah satu kawasan berintegrasi tinggi merupakan cerminan proses globalisasi.
Salah satu dampak positif dari globalisasi adalah peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Namun hal ini tidak terdistribusikan secara merata pada negara-negara
di dunia yang ditunjukkan dengan peningkatan tingkat globalisasi ASEAN tidak
selalu diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
Penelitian ini menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN dengan menggunakan indeks
globalisasi KOF yang mencangkup integrasi ekonomi, sosial dan politik.
Penelitian ini menggunakan data panel dari enam negara anggota ASEAN pada
tahun 2006-2012.

Tingkat globalisasi secara keseluruhan ditemukan mempunyai dampak yang
positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Globalisasi ekonomi dan
politik juga ditemukan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
namun globalisasi sosial tidak mempunyai dampak yang signifikan. Dalam hal
ketimpangan pendapatan, tingkat globalisasi secara keseluruhan juga ditemukan
memiliki dampak yang negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Tingkat
globalisasi ekonomi dan sosial ditemukan mempunyai dampak pemerataan
pendapatan, namun peningkatan globalisasi politik akan meningkatkan
ketimpangan pendapatan. Kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di ASEAN harus memerhatikan dampak pemerataan dalam
distribusi pendapatan.

Kata kunci: globalisasi, pertumbuhan ekonomi, ketimpangan, ASEAN, panel

SUMMARY
STANNIA CAHAYA SUCI. The Impact of Globalization on Economic
Growth and Income Inequality in ASEAN. Supervised by ALLA ASMARA and
SRI MULATSIH.
The establishment of ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) as a
high integrated area is one of the process of globalization. One of the positive

impacts of globalization is enhanced economic growth. However the benefits of
globalization is unequally distributed among countries. This is shown by the
increasing globalization’s degree in ASEAN is not always followed by an increase
in economic growth and income equality. This research analyzed the impact of
globalization on economic growth and income inequality. This research used the
KOF Index of Globalization that covering its three main dimensions: economic
integration, social integration and political integration. This research employed
panel data for six ASEAN developing countries from 2006-2012.
This research concluded that globalization has significantly positive impact
on economic growth. Economic and political globalization also have positive
impact on economic growth, but social globalization has no effect to growth. This
research also suggested that globalization has negative impact on income
inequality. Economic and social globalization are good for income equality but
higher political globalization can increase income inequality. In order to improve
economic growth, the economic, social and political policies between nations in
ASEAN need to consider the equality impact for income distribution.

Keywords: globalization, growth, income inequality, ASEAN, panel data

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH TINGKAT GLOBALISASI TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN
PENDAPATAN DI ASEAN

STANNIA CAHAYA SUCI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di ASEAN berhasil diselesaikan. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Alla Asmara S.Pt, M.Si
dan Ibu Dr. Ir Sri Mulatsih M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
masukan serta motivasi yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian ini,
serta Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si selaku penguji luar komisi dan Ibu
Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku penguji komisi pendidikan atas kritik dan
saran dalam penyempurnaan penelitian ini. Di samping itu, penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada ayah, ibu serta adik-adik tercinta atas segala
dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan Kelas
Magister Ilmu Ekonomi angkatan VIII Mas Mujiburrahman, Mas Ilhamdi, Mas
Zikra Masegus, Fauziyah Adzimatinur, Fatimah Zachra Fauziah, Silvia Sari
Busnita, Bramastyo Agung Wibowo, Muhammad Fazri dan Tri Ari Darsono atas
kebersamaan, kerjasama dan motivasi selama ini, kemudian Mba Ratna sebagai
teman sharing dalam penyelesaian tesis dan Kak Eno atas bantuannya dalam
proses pengajuan jurnal. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada pada sahabat
terdekat Idham Nur Khalid, Desy Irianty, Ovilla Marshafeni, Malla Dewi Agisty,
Wida Mayashinta, Assrianti, Tamiyah Alatas, Karlina Pratiwi, Choirunissa, Selvi
Wulandari, Latira Lestiyani, Lisa Triana Putri, Nikki Ariesta dan Artika Nur
Hidayat atas kasih sayang, dukungan, semangat dan motivasi dimanapun berada.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh civitas Sekolah
Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Stannia Cahaya Suci


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian


1
1
2
4
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Globalisasi
Globalisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Globalisasi dan Ketimpangan Pendapatan
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Tinjauan Empiris
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

5
5
8
11

13
14
17
19

3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data

20
20
22

4 GAMBARAN UMUM ASEAN
Perkembangan Tingkat Globalisasi ASEAN
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
ASEAN
Perkembangan Tingkat Kualitas Infrastruktur, Kualitas Pendidikan dan
Kesiapan Teknologi ASEAN
Tingkat Inflasi, Belanja Pemerintah, Ketenagakerjaan dan Angka

Harapan Hidup ASEAN

27
27

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Ketimpangan Pendapatan

39
39
44

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

49
49
49


DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

54

RIWAYAT HIDUP

64

32
34
36

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan GDP dan indeks Gini di
beberapa negara ASEAN
2 Indeks globalisasi KOF menurut ETH Zurich
3 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan pertumbuhan
ekonomi
4 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan ketimpangan
pendapatan
5 Data dan sumber data
6 Uji d Durbin- Watson: aturan keputusan
7 Peringkat tingkat globalisasi beberapa negara di dunia tahun 2012
8 Peringkat Global Competitiveness Indeks dari kualitas infrastruktur,
kualitas pendidikan dan kesiapan teknologi di ASEAN tahun 2012
9 Perkembangan tingkat inflasi di ASEAN tahun 2006-2012
10 Tingkat belanja pemerintah, ketenagakerjaan dan angka harapan hidup di
ASEAN tahun 2012
11 Hasil analisis regresi pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di ASEAN
12 Hasil analisis regresi pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan
pendapatan di ASEAN

3
6
14
16
20
26
31
35
36
37
39
44

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kurva keseimbangan AS dan AD
Kurva Kuznets
Kerangka pemikiran
Perkembangan tingkat globalisasi KOF di ASEAN tahun 2006-2012
Perkembangan tingkat globalisasi ekonomi, sosial dan politik KOF di
ASEAN tahun 2006-2012
6 Perkembangan GDP per kapita di ASEAN tahun 2006 - 2012
7 Perkembangan indeks Gini di ASEAN tahun 2006 - 2012

9
13
18
28
29
33
34

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Uji Chow untuk model pertama pertumbuhan ekonomi
Hasil regresi pooled least square model pertumbuhan ekonomi pertama
Hasil regresi fixed effect model pertumbuhan ekonomi pertama
Uji multikolinearitas model pertumbuhan ekonomi pertama
Uji Chow untuk model kedua pertumbuhan ekonomi
Hasil regresi pooled least square model pertumbuhan ekonomi kedua
Hasil regresi fixed effect model pertumbuhan ekonomi kedua
Uji multikolinearitas model pertumbuhan ekonomi kedua
Uji Chow untuk model ketimpangan pertama

54
54
55
55
56
56
57
58
58

10 Hasil regresi pooled least square
model pertama ketimpangan
pendapatan
11 Hasil regresi fixed effect model pertama ketimpangan pendapatan
12 Uji multikolinearitas model ketimpangan pertama
13 Uji Chow untuk model kedua ketimpangan pendapatan
14 Hasil regresi pooled least square model ketimpangan pendapatan kedua
15 Hasil regresi fixed effect model ketimpangan pendapatan kedua
16 Uji multikolinearitas model ketimpangan pendapatan kedua

58
59
60
60
61
62
63

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang mengacu pada peningkatan
integrasi antar masyarakat dan negara di dunia. Globalisasi dicirikan dengan
keterbukaan aliran barang, jasa, keuangan, dan masyarakat antar negara serta
perubahan kebijakan di tingkat nasional dan internasional. Globalisasi terjadi
dalam berbagai aspek, tidak hanya terjadi pada aspek ekonomi, namun juga
berkembang dalam aspek politik, sosial, budaya, lingkungan dan masalah
keamanan dunia. Terdapat argumen dari berbagai penelitian mengenai dampak
positif dari globalisasi, salah satunya adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Dampak positif dari globalisasi tersebut didukung oleh Pelegrinova dan
Lancy (2013), Dreher (2006), Zhuang dan Koo (2007), Kakar et al. (2011), Rao
dan Vadlamannati (2009), Deluna dan Chelly (2014) yang menemukan bahwa
globalisasi berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia.
Namun juga terdapat kekhawatiran pada masyarakat dunia bahwa dampak negatif
dari globalisasi melebihi dampak positifnya, seperti degradasi standar sosial dan
lingkungan, tingginya tingkat kemiskinan pada negara berkembang dan frekuensi
krisis keuangan yang lebih sering terjadi (Dreher 2006). Globalisasi juga sering
dikaitkan dengan ketimpangan pendapatan.
Meskipun globalisasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
namun keuntungan dari globalisasi tidak didistribusikan secara merata. Adanya
perbedaan yang signifikan dalam hal sumber daya alam, kualitas dan kuantitas
dari modal tenaga kerja, kualitas pemerintahan dan kondisi sosial politik, dampak
dari globalisasi telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
masyarakat pada negara-negara dengan sangat berbeda. Dampak dari kenaikan
pendapatan yang ada tidak didistribusikan secara merata pada semua bagian
masyarakat dunia baik antar negara maupun antar wilayah dalam negara.
Penelitian yang dilakukan Wang et al. (2008) menemukan bahwa
globalisasi berdampak pada peningkatan pemerataan pendapatan. Namun terdapat
beberapa penelitian lain yang menemukan hal sebaliknya, bahwa globalisasi
merupakan salah satu kontributor dari peningkatan ketimpangan pendapatan di
dunia. Bergh dan Nilsson (2010) menemukan bahwa dengan adanya liberalisasi
perekonomian dari globalisasi cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan
di negara maju. Ezcurra dan Rodriguez-pose (2013) juga menemukan bahwa
negara dengan tingkat integrasi perekonomian yang lebih tinggi cenderung
mengalami tingkat ketimpangan yang lebih tinggi. Mah (2013) menemukan
bahwa liberalisasi perdagangan telah meningkatkan ketimpangan pendapatan di
China serta Atif et al. (2012) yang menemukan bahwa globalisasi meningkatkan
ketimpangan pendapatan di negara berkembang dan negara maju tergantung dari
struktur dan institusi di setiap negara.
Pada masa sekarang ini globalisasi tidak dapat dihindari oleh negara-negara
di dunia, karena perdagangan bebas dan aliran informasi, barang dan jasa antar
negara di dunia terus meningkat, yang secara langsung maupun tidak langsung
berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Namun, globalisasi juga dianggap sebuah
masalah ketika negara dirugikan oleh proses globalisasi dengan mendapat lebih

2
banyak masalah ekonomi dan lingkungan serta ketimpangan pendapatan.
Meningkatnya ketimpangan pendapatan dapat menghilangkan dampak positif dari
globalisasi dan menimbulkan pertanyaan apakah globalisasi telah berkontribusi
pada ketidakstabilan ekonomi suatu negara seperti tingkat pertumbuhan ekonomi
dan ketimpangan pendapatan yang berfluktuatif.
Perumusan Masalah
Proses globalisasi semakin berkembang pada beberapa dekade terakhir.
Pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sebagai sebuah
kawasan berintegrasi ekonomi tinggi merupakan salah satu cerminan proses
globalisasi. Pembentukan suatu kelompok kerjasama antar negara akan
menguntungan negara anggota dilihat dari segi perdagangan yang semakin bebas
antar negara, aliran modal dan tenaga kerja yang semakin mudah karena
hambatan-hambatan yang ada semakin dihilangkan.
Negara-negara di dunia terutama negara anggota ASEAN mengalami
tingkat globalisasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat
globalisasi suatu negara salah satunya dapat dilihat dari indeks globalisasi KOF
(Konjunkturforschungsstelle). Nilai indeks yang semakin mendekati 100
mengindikasikan tingkat globalisasi yang dilaksanakan suatu negara semakin
tinggi. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pendapatan pada tahun 2006 dan tahun 2012 pada
beberapa negara ASEAN.
Tabel 1 menunjukkan ternyata tidak semua negara-negara ASEAN
mengalami peningkatan nilai indeks globalisasi KOF pada tahun 2012 dari tahun
2006. Negara- negara yang memiliki indeks globalisasi KOF yang meningkat
mengindikasikan perkembangan pelaksanaan globalisasi di negara-negara tersebut
semakin meningkat. Hal ini terjadi pada negara Cambodia, Malaysia, Thailand
dan Vietnam. Namun Indonesia mengalami penurunan tingkat globalisasi dimana
pada tahun 2006 tingkat globalisasi KOF Indonesia mencapai 57.50 yang
menurun pada tahun 2012 menjadi sebesar 57.39. Demikian juga Philippines
mengalami penurunan tingkat globalisasi dimana pada tahun 2006 indeks
globalisasi KOF mencapai 58.45 namun menurun menjadi 57.12 pada tahun 2012.
Kemudian peningkatan tingkat globalisasi negara-negara anggota ASEAN
tersebut ternyata tidak selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang besar dan
terus meningkat serta pemerataan ketimpangan pendapatan. Pertumbuhan
ekonomi salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhan gross domestic product
(GDP) suatu negara. Indeks Gini merupakan salah satu ukuran yang digunakan
untuk melihat tingkat ketimpangan pendapatan pada suatu negara. Indeks Gini
yang semakin besar mengindikasikan ketimpangan pendapatan yang semakin
tinggi. Tabel 1 menunjukkan masing-masing negara anggota ASEAN mengalami
perubahan dalam hal tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan yang berbeda-beda.
Thailand mengalami peningkatan tingkat globalisasi, peningkatan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pemerataan pendapatan. Namun negara
lainnya tidak mengalami hal yang serupa. Cambodia dan Vietnam memiliki
tingkat globalisasi yang meningkat pada tahun 2006-2012 sedangkan
pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan, namun disisi lain Cambodia dan

3
Vietnam mengalami peningkatan pemerataan pendapatan. Cambodia mengalami
pertumbuhan GDP sebesar 10.77 persen pada tahun 2006, namun pada tahun 2012
hanya sebesar 7.31 persen. Vietnam yang mengalami pertumbuhan GDP sebesar
6.97 persen pada tahun 2006, dan pada tahun 2012 hanya mencapai sebesar 5.24
persen. Di sisi lain, Cambodia memiliki nilai indeks Gini sebesar 41.57 pada
tahun 2006 yang menurun menjadi 36. Vietnam memiliki nilai indeks Gini
sebesar 35.80 pada tahun 2006 yang menurun menjadi 35.60 pada tahun 2012.
Tabel 1 Perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan GDP dan indeks Gini di
beberapa negara ASEAN
Negara

Tahun

Cambodia

2006
2012
2006
2012
2006
2012
2006
2012
2006
2012
2006
2012

Indonesia
Malaysia
Thailand
Philippines
Vietnam

Globalisasi
(Indeks KOF)
47.00
49.17
57.50
57.39
77.41
78.79
62.67
71.02
58.45
57.12
43.64
49.12

Pertumbuhan
GDP (Persen)
10.77
7.31
5.50
6.26
5.58
5.64
5.09
7.67
5.24
6.80
6.97
5.24

Indeks
Gini
41.57
36.00
35.70
41.00
46.02
46.20
42.35
39.40
45.85
43.00
35.80
35.60

Sumber: World Development Indicator (2015), ETH Zurich (2015)
Sedangkan Malaysia mengalami peningkatan tingkat globalisasi dan
pertumbuhan ekonomi namun diikuti oleh peningkatan ketimpangan pendapatan.
Pada tahun 2006 nilai indeks Gini Malaysia mencapai sebesar 46.02 yang
meningkat menjadi 46.20 pada tahun 2012. Lain hal nya dengan Indonesia dan
Philippines. Indonesia dan Philippines mengalami tingkat globalisasi yang
menurun namun pertumbuhan ekonominya tetap meningkat. Pada tahun 2006
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5.50 persen yang meningkat
menjadi sebesar 6.26 persen pada tahun 2012. Kemudian Philippines yang
mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5.24 persen yang meningkat menjadi
sebesar 6.80 persen pada tahun 2012. Pada rentang tahun 2006-2012, Indonesia
mengalami penurunan tingkat globalisasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan ketimpangan pendapatan, sedangkan Philippines mengalami
penurunan tingkat globalisasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
ketimpangan pendapatan.
Ying et al. (2014) menemukan bahwa globalisasi ekonomi berdampak
positif bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. Namun pada
kenyataanya, peningkatan tingkat globalisasi yang dilaksanakan negara-negara
ASEAN tidak selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu,
peningkatan tingkat globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi negaranegara anggota ASEAN juga tidak selalu diikuti dengan pemerataan pendapatan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah globalisasi benar-benar menguntungkan
bagi negara-negara ASEAN. Oleh karena itu penelitian ini melihat hubungan
antara tingkat globalisasi dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat globalisasi

4
dengan ketimpangan pendapatan. Penelitian ini ingin mengetahui hubunganhubungan tersebut secara lebih spesifik dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu
ingin melihat pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan di negara-negara berkembang ASEAN. Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan di ASEAN?
2. Bagaimana pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
ASEAN?
3. Bagaimana pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan di
ASEAN?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan di ASEAN.
2. Menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
ASEAN.
3. Menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan di
ASEAN.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam
pengambilan kebijakan yang dijalankan dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan di ASEAN. Penulis juga mengharapkan
penelitian ini dapat berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
dapat menjadi referensi yang baik untuk penelitian-penelitian lebih lanjut terkait
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk memberikan analisis perkembangan tingkat
globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN.
Selanjutnya penelitian ini mengkaji pengaruh tingkat globalisasi secara
keseluruhan dan tingkat globalisasi pada aspek ekonomi, sosial dan politik
terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN pada
tahun 2006-2012. Penelitian ini mencakup negara-negara ASEAN yang
dikategorikan berada dibawah/lebih rendah dari tingkat pembangunan manusia
yang sangat tinggi/very high human development country yaitu Cambodia,
Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand dan Vietnam.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Globalisasi
Globalisasi adalah proses yang membuat perekonomian berbagai negara
semakin menyatu, mendorong perekonomian global, dan semakin mengglobalkan
perumusan kebijakan ekonomi. Globalisasi juga merujuk pada timbulnya budaya
global yang berarti bahwa masyarakat semakin sering mengonsumsi barang dan
jasa yang serupa di banyak negara dan menggunakan bahasa bisnis yang sama.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan definisi ekonomi dari globalisasi sebagai
meningkatnya keterbukaan perekonomian suatu negara terhadap perdagangan
internasional, aliran dana internasional dan investasi asing langsung. Dreher
(2006) membagi globalisasi pada aspek ekonomi, sosial dan politik. Globalisasi
pada aspek ekonomi atau globalisasi ekonomi adalah istilah yang digunakan
sebagai peningkatan internasionalisasi dari pasar barang dan jasa, sistem
keuangan, perusahaan dan industri. Globalisasi budaya dianggap sebagai
konvergensi dari budaya antar negara. Kemudian globalisasi politik merupakan
konvergensi dari sistem politik.
Menurut Mutascu dan Fleischer (2011) globalisasi menghasilkan dampak
positif dan negatif. Dampak positif dari globalisasi seperti peningkatan
pendapatan nasional melalui keunggulan komparatif, jalan masuk terhadap global
capital, penyebaran teknologi, penyebaran human rights dan peningkatan
kesempatan yang lebih terbuka lebar untuk masyarakat. Sedangkan dampak
negatif yang dapat ditimbulkan oleh globalisasi adalah melemahnya posisi dari
negara yang kekurangan skill atau capital, perdagangan internasional tidak dapat
dikelola oleh negara miskin, eksploitasi pekerja di negara miskin, resiko pasar
modal global yang tidakstabil, melemahnya stabilitas budaya nasional, autonomi
perekonomian nasional dirusak oleh keterbukaan pasar modal dan flexible
exchange rates, dan negara yang lebih “lemah” harus menerima kebijakan yang
dibuat negara yang lebih kaya.
Indeks globalisasi KOF (Konjunkturforschungsstelle) merupakan salah satu
ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat globalisasi yang dijalankan oleh
suatu negara. Indeks globalisasi KOF pertama kali dipublikasikan tahun 2002.
Pada indeks globalisasi KOF, globalisasi didasarkan pada tiga sub-indeks yaitu
globalisasi ekonomi, globalisasi sosial, globalisasi politik. Pada indeks globalisasi
KOF, konsep globalisasi mencakup proses yang mengurangi batasan-batasan
negara, mengintegrasi ekonomi nasional, budaya, teknologi dan pemerintahan
serta menghasilkan hubungan yang lebih kompleks dari ketergantungan yang
saling menguntungkan antar negara. Indeks dibangun dari masing-masing variabel
ditransformasikan ke dalam sebuah indeks pada skala 1 sampai dengan 100,
dimana angka 100 adalah nilai maksimal untuk variabel tertentu selama periode
1970-2012. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan globalisasi yang lebih besar.
Data dihitung sesuai dengan nilai presentil dari distribusi asli. Bobot yang
digunakan untuk menghitung sub-indeks ditentukan dengan analisis komponen
utama (principal components analysis) untuk semua sampel dari negara dan tahun.
Analisis tersebut membagi variansi dari variabel yang dipakai di setiap sub-grup.
Bobot tersebut kemudian ditentukan dari yang memaksimalkan varian hasil

6
komponen utama. Prosedur yang sama digunakan pada masing-masing sub-indeks
untuk menentukan indeks globalisasi secara keseluruhan.
Tabel 2 Indeks globalisasi KOF menurut ETH Zurich

Globalisasi Ekonomi

Indikator

Kontribusi
(%)

36

Sub Indikator

Kontribusi
(%)

Variabel

Aliran Aktual

50

Total perdagangan
Foreign Direct Invesment
Investasi portofolio
Income payment to foreign
nationals
Hambatan impor tersembuyi
Tingkat tarif rata-rata
Pajak pada perdagangan
internasional
Hambatan Capital account
Trafik telepon
Transfer (persen dari GDP)
Pariwisata internasional
Populasi warga negara asing
Surat internasional (per
kapita)
Penggunaan internet ( per
1000 orang)
Televisi (per 1000 orang)
Perdagangan koran (persen
dari GDP)
Jumlah outlet restauran
Mc.Donald (per kapita)
Jumlah outlet Ikea (per
kapita)
Perdagangan buku (persen
dari GDP)

Hambatanhambatan

Globalisasi Sosial

Kontak
personal

Aliran
informasi

33

35

38

Ukuran
kedekatan
kebudayaan

Jumlah duta
besar
Keanggotaan
pada organisasi
internasional
26
Partisipasi
Dewan
Keamanan
PBB
Perjanjian
internasional
Sumber: ETH Zurich 2015
Globalisasi Politik

50

32

Bobot
(%)

22
27
24
27
24
28
26
23
25
3
26
21
25
36
38
26
44
44
11

25
27

22

26

Indeks yang tinggi menunjukkan nilai yang lebih tinggi didapatkan melalui
formula ((Vi-Vmin)/(Vmax-Vmin)*100). Prosedur ini juga digunakan oleh
Gwartney et al. (2015) dalam membangun indeks kebebasan ekonomi (economic

7
freedom indeks). Tahun 2000 digunakan sebagai tahun dasar. Bobot kemudian
ditentukan dari nilai yang memaksimalkan variasi komponen utama tersebut. Oleh
karena itu, indeks terdiri dari variasi yang maksimal. Indeks yang digunakan pada
tahun dasar kemudian digunakan untuk menghitung indeks setiap tahun
kebelakang sampai pada tahun 1970. Globalisasi pada aspek politik, sosial dan
politik telah meningkat tajam semenjak tahun 1970, terutama semenjak perang
dingin terakhir (Dreher 2006). Masing-masing indeks ditetapkan pada bobot yang
berbeda yaitu globalisasi ekonomi sebesar 36 persen, globalisasi sosial sebesar 38
persen dan globalisasi politik sebesar 26 persen. Ketersediaan indeks untuk 207
negara pada tahun 1970 sampai dengan tahun 2012 memungkinkan perbandingan
empiris perkembangan globalisasi selama periode tersebut.
Globalisasi ekonomi mempunyai dua dimensi yang pertama yaitu aliran
ekonomi aktual yang sering digunakan sebagai ukuran dari globalisasi. Kedua
adalah hambatan perdagangan dan modal. Aliran aktual terdiri dari data
perdagangan, FDI dan investasi portofolio. Data-data tersebut berasal dari World
Bank dan UNCTAD STAT. Investasi portofolio didapat dari IMF’s International
Financial Statictics. Secara khusus, perdagangan adalah jumlah dari ekspor dan
impor suatu negara dan investasi portofolio adalah jumlah dari aktiva dan
kewajiban dari suatu negara. Income payment to foreign nationals digunakan
sebagai proksi untuk menunjukkan tingkat suatu negara menggunakan modal dan
tenaga kerja asing pada proses produksinya.
Indeks kedua adalah hambatan pada perdagangan dan modal yang terdiri
dari hambatan impor tersebunyi, tingkat tarif rata-rata, pajak pada perdagangan
internasional dan indeks dari capital controls. Pada tingkat perdagangan tertentu,
sebuah negara dengan pendapatan yang lebih tinggi dari tarif perdagangan,
menandakan bahwa negara tersebut memiliki tingkat globalisasi yang lebih rendah.
Dalam menentukan besarnya proksi dari capital account dan tingkat tarif rata-rata
digunakan berdasarkan data yang dibangun oleh Gwartney et al. (2015). Indeks
ini berdasarkan IMF’s Annual Report on Exchange Arrangements and Exchange
Restrictions dan meliputi 13 tipe capital control yang berbeda. Sumber data dari
hambatan impor tersembunyi berasal dari World Economic Forum’s Global
Competitiveness Report.
Globalisasi sosial diklasifikasikan menjadi tiga kategori yang terdiri dari
kontak personal, aliran data dan informasi serta kedekatan budaya. Indeks kontak
personal menggambarkan interaksi langsung antara masyarakat yang tinggal di
berbagai negara yang berbeda. Kontaks personal meliputi lalu lintas telepon,
transfer, pariwisata internasional, penduduk asing dalam negeri, surat
internasional. Aliran informasi digunakan untuk menggambarkan interaksi yang
dapat diukur antara masyarakat di berbagai negara yang berbeda, sub-indeks dari
aliran informasi mengukur aliran potensial dari ide-ide. Aliran informasi terdiri
dari data pengguna internet dan televisi serta perdagangan koran internasional.
Semua variabel tersebut menggambarkan bagaimana kemungkinan suatu
masyarakat menerima informasi dari negara lain dan penyebaran ide-ide tersebut.
Data-data yang digunakan untuk membangun indeks ini berasal dari World Bank,
International Telecommunication Union, UNESCO dan United Nations
Commodity Trade Statictics. Kedekatan budaya merupakan dimensi dari
globalisasi yang paling sulit untuk digambarkan. Indeks kedekatan budaya
menggunakan data buku yang diimpor dan diekspor. Dreher (2006) menganut

8
argumen bahwa globalisasi budaya lebih mengarah kepada dominasi dari produk
budaya Amerika Serikat, karena Amerika Serikat merupakan trend setter dari
berbagai sosial-budaya global. Oleh karena itu digunakan data dari jumlah cabang
McDonald yang terletak di berbagai belahan dunia, dengan maksud yang serupa
juga digunakan data jumlah cabang Ikea di berbagai negara. Globalisasi politik
terdiri dari banyaknya duta besar dalam suatu negara, keanggotaan dalam
organisasi internasional, partisipasi dalam misi Dewan Keamanan PBB dan
jumlah perjanjian internasional yang ditandatangi oleh satu atau lebih negara
semenjak tahun 1945. Data yang digunakan untuk membangun indeks berasal dari
Europa Worlds Yearbook, CIA World Factbook, UN Department of Peacekeeping
Operations dan United Nations Treaties Collection.
Globalisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Produk domestik bruto (gross domestic product, GDP) menyatakan
pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa.
Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai
uang tertentu selama periode waktu tertentu. Oleh karena itu untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan data GDP yang mengukur
pendapatan total setiap orang dalam perekonomian (Mankiw 2007).
Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) merupakan teori
pertumbuhan yang menolak asumsi model Solow tentang perubahan teknologi
yang berasal dari luar (eksogen). Secara sederhana model pertumbuhan endogen
yang dikemukakan oleh Romer dapat ditulis sebagai berikut:
Y=AK α+β L1-α
(2.1)
Asumsi dasar dari teori pertumbuhan endogen adalah bahwa pengetahuan
baru akan menciptakan kemajuan teknologi dan produksi ekonomi yang
meningkat sedikit demi sedikit melalui upaya perusahan/individual untuk
menciptakan mesin dan pabrik yang lebih efisien dalam kegiatan investasi mereka.
Pertambahan human capital adalah salah satu cara untuk mempertahankan proses
pertumbuhan. Bahkan, jika sebuah negara tidak dapat meningkatkan ketersediaan
tenaga kerja selamanya, negara tersebut dapat meningkatkan kualitas dari tenaga
kerja. Kualitas tersebut mengarah pada “human capital” dengan menggabungkan
pendidikan, pengalaman serta kesehatan.
Sehubungan dengan globalisasi yang salah satunya dicirikan dengan adanya
keterbukaan perdagangan, teori pertumbuhan menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang. Pada model tradisional perdagangan internasional,
keterbukaan perdagangan pada kondisi autarki meningkatkan nilai dari total
produksi dalam perekonomian. Oleh karena itu keterbukaan meningkatkan
efisiensi alokasi ekonomi. Pada model Ricardian, dengan perdagangan yang
semakin terbuka, negara yang berspesialisasi pada produksi barang akan
mempunyai keuntungan produktivitas tenaga kerja dibandingkan dengan negara
lain yang tidak mempunyai spesialisasi, karena negara tersebut memproduksi
barang dengan lebih mudah, namun sulit bagi negara lain. Pada model Hecksher
Ohlin, negara mengeskpor barang yang menggunakan faktor “abundant” mereka
secara lebih intensif. Semakin terbukanya perekonomian menyebabkan pergeseran

9
sumber daya ke arah sektor yang memanfaatkan faktor berlimpah, dengan
demikian nilai total produksi meningkat (Deluna dan Chelly, 2014).
Penelitian ini menggunakan variabel GDP per kapita sebagai pendekatan
pertumbuhan ekonomi. Pengukuran kualitas pendidikan digunakan sebagai
indikator dari tenaga kerja atau human capital serta kesiapan teknologi dan
infrastruktur digunakan sebagai indikator dari kemajuan teknologi. Human capital
dan kemajuan teknologi diturunkan dari teori pertumbuhan endogen. Infrastruktur
yang efisien sangat penting dalam keefektifan suatu perekonomian. Infrastruktur
merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan wilayah dari beberapa
kegiatan perekonomian dan beberapa sektor potensial yang dapat dikembangkan.
Infrastuktur yang maju dapat mengurangi jarak antar wilayah, mengintegrasikan
pasar nasional dan menghubungkan pasar antara negara dan benua dengan harga
pasar yang rendah. Selain itu, kualitas dan perkembangan yang luas dari jaringan
infrastruktur secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, mengurangi
ketimpangan pendapatan serta kemiskinan dengan berbagai cara.
Penelitian ini menggunakan variabel penjelas lain yang diduga
memengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tingkat inflasi dan pengeluaran.
Variabel-variabel tersebut dapat diturunkan dari hubungan aggregate supply (sisi
penawaran) maupun aggregate demand (sisi permintaan). Hubungan aggregate
supply (AS) menunjukkan dampak dari output terhadap tingkat harga yang
diturunkan dari upah dan harga. Hubungan AS mempunyai dua implikasi penting.
Implikasi pertama dari hubungan AS adalah kenaikan pada output akan
mendorong kenaikan pada tingkat harga, yang berasal dari tahap-tahap yaitu (1)
kenaikan pada ouput akan meningkatkan tenaga kerja (employment), (2) kenaikan
pada tenaga kerja akan mengurangi pengangguran dan mengurangi tingkat
pengangguran, (3) tingkat pengangguran yang lebih rendah akan mendorong
peningkatan pada upah nominal, (4) peningkatan upah nominal akan mendorong
peningkatan harga yang ditentukan oleh perusahaan, oleh karena itu akan terjadi
kenaikan pada tingkat harga. Implikasi kedua dari kurva AS adalah peningkatan
pada tingkat harga yang diharapkan (expected price level) akan mendorong
peningkatan pada tingkat harga aktual (actual price level).

Gambar 1 Kurva keseimbangan AS dan AD

10
Hubungan antara tingkat harga P, dan output Y pada tingkat harga yang
diharapkan Pe digambarkan melalui kurva AS. Kurva AS menggambarkan
hubungan yang positif antara tingkat output dan tingkat harga. Peningkatan
tingkat harga yang diharapkan akan menggeser kurva AS keatas, sedangkan
penurunan tingkat harga yang diharapkan akan menggeser kurva AS kebawah.
Hubungan AS dapat dirumuskan melalui persamaan berikut:
P=Pe (1+µ)F (1- Y/L, z)
(2.2)
Hubungan aggregate demand (AD) menunjukkan dampak dari tingkat harga
terhadap output. Hal ini diturunkan dari kondisi keseimbangan antara pasar barang
dan pasar keuangan. Keseimbangan pada pasar barang terjadi ketika ouput sama
dengan permintaan untuk barang yaitu jumlah dari konsumsi, investasi dan
pengeluaran pemerintah yang dapat disebut dengan hubungan IS. Keseimbangan
pada pada barang dapat digambarkan melalui persamaan:
Y= C (Y-T) + I (Y,i) + G
(2.3)
Keseimbangan pada pasar keuangan terjadi ketika money supply sama
dengan money demand. Keseimbangan pasar keuangan ditujukkan melaui
persamaan:
M/P = Y, L (i)
(2.4)
Hubungan antara tingkat harga dan tingkat output dapat digambarkan
dengan hubungan IS dan LM. Kurva AD yang berbentuk meningkat dari kanan
bawah ke kiri atas menunjukkan hubungan yang negatif antara tingkat output dan
tingkat harga dimana ketika terjadi kenaikan tingkat harga akan mengurangi
tingkat output. Perubahan pada kebijakan fiskal dan moneter akan menggeser
kurva AD, contohnya dengan peningkatan pengeluaran pemerintah akan
menggeser kuva AD ke kanan atau dengan penurunan uang nominal akan
menggeser kurva AD ke kiri. Pada kurva AD digambarkan output Y sebagai
fungsi yang meningkat dari real money stock M/P dan pengeluaran pemerintah
serta fungsi yang menurun dari pajak T. Pada kebijakan fiskal dan moneter (pada
M, G, T yang diberikan), kenaikan dari tingkat harga akan mengurangi real money
stock M/P yang akan mendorong penurunan ouput. Hubungan AD dapat
dirumuskan melalui persamaan berikut:
Y= Y (M/P, G, T)
(2.5)
Inflasi adalah perubahan tingkat harga-harga secara berkelanjutan. Jika
tingkat inflasi yang lebih tinggi hanya berarti peningkatan yang lebih cepat namun
proposional di setiap tingkat harga dan upah, yang sering disebut inflasi murni,
maka inflasi hanya akan menjadi sebuah gangguan kecil karena harga relatif tidak
akan terpengaruh. Blanchard (2011) menyatakan para ekonom sangat
memerhatikan inflasi, karena sebenarnya tidak terdapat inflasi murni. Selama
periode inflasi terjadi, tidak semua harga dan upah naik secara proposional, oleh
karena itu inflasi memengaruhi ketimpangan pendapatan. Kemudian, inflasi
menyebabkan distorsi lainnya seperti keberagaman harga relatif menyebabkan
tingginya ketidakpastian, sehingga sulit bagi perusahaan dan pelaku ekonomi
lainnya untuk membuat keputusan tentang masa depan, seperti keputusan
berinvestasi. Hal ini sesuai dengan hubungan kurva AD yang menyatakan bahwa
kenaikan tingkat harga akan mengurangi output. Oleh karena itu, kenaikan tingkat
inflasi diduga akan mengurangi tingkat output. Kemudian pengeluaran pemerintah
(kebijakan fiskal yang dapat menggeser kurva AD) merupakan salah satu

11
komponen utama dari GDP selain konsumsi, investasi dan ekspor neto.
Pengeluaran pemerintah dapat berupa pembelian senjata, pembayaran pegawai
pemerintah, pembangunan gedung-gedung dan fasilitas publik, dan lain
sebagainya. Ketika pemerintah mengubah pengeluarannya, perubahan tersebut
akan memengaruhi permintaan terhadap output barang dan jasa perekonomian.
Globalisasi dan Ketimpangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan menggambarkan ketimpangan pendapatan
masyarakat di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Semakin rendah share
pendapatan dari tingkat pendapatan yang tinggi dan semakin tinggi share
pendapatan dari tingkat pendapatan yang rendah, maka semakin merata
ketimpangan pendapatan. Hayami (2001) menyatakan terdapat beberapa faktor
yang mungkin menjadi penyebab dari peningkatan ketimpangan pendapatan pada
perekonomian yang sedang berkembang di tahap awal dari pembangunan
ekonomi. Faktor penyebab peningkatan ketimpangan pendapatan antara lain
peningkatan pada share faktor produksi seperti modal, struktur ekonomi ganda,
perbedaan pendapatan dari pertanian dan non pertanian, redistribusi dari
pendapatan dan aset-aset seperti pajak progresif, pajak warisan serta sistem
keamanan sosial. Menurut Todaro dan Smith (2006) ketimpangan dapat
menyebabkan beberapa hal, antara lain:
1. Inefisiensi ekonomi. Ketimpangan pendapatan yang tinggi akan menyebabkan
tingkat tabungan secara keseluruhan di dalam perekonomian cenderung rendah,
karena tingkat tabungan marjinal tertinggi biasanya berada pada kelas
menengah.
2. Ketimpangan yang tinggi juga menyebabkan alokasi aset yang tidak efisien
yang dapat mengakibatkan pendapatan rata-rata dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah.
3. Ketika ketimpangan terjadi di antara penduduk yang berada di atas garis
kemiskinan, ketimpangan pendapatan yang ekstrem akan melemahkan
stabilitas sosial dan solidaritas. Ketimpangan yang tinggi akan memperkuat
kekuatan politis golongan kaya selain kekuatan tawar-menawar ekonomi
mereka. Akhirnya, ketimpangan pendapatan yang ekstrem umumnya
dipandang sebagai ketidakadilan.
Ketimpangan pendapatan juga berhubungan dengan fungsi kesejahteraan.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan fungsi kesejahteraan yaitu:
W = W(Y, I, P)
(2.6)
dimana Y adalah pendapatan per kapita dan berhubungan positif dengan
fungsi kesejahteraan, I adalah ketimpangan dan berhubungan negatif dan P adalah
kemiskinan absolut yang juga berhubungan negatif. Ketiga elemen tersebut perlu
dipertimbangankan untuk mendapatkan penilaian menyeluruh terhadap
ketimpangan di negara berkembang.
Salah satu ukuran untuk mengukur derajat ketimpangan pendapatan relatif
di suatu negara adalah indeks Gini. Indeks Gini adalah ukuran ketimpangan
agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga 10
(ketimpangan sempurna). Koefisien gini digunakan untuk mengukur tingkat
ketimpangan secara menyeluruh, yang didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah
kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel

12
tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi seragam yang mewakili
persentase kumulatif penduduk.
Globalisasi salah satunya dicirikan dengan peningkatan perdagangan
internasional. Perdagangan internasional seringkali menimbulkan berbagai
pengaruh yang kuat terhadap pola ketimpangan pendapatan di dalam suatu negara,
sehingga perdagangan internasional seringkali memunculkan pihak-pihak yang
dirugikan dan pihak-pihak yang diuntungkan. Dampak perdagangan internasional
terhadap pola ketimpangan pendapatan timbul karena faktor-faktor produksi tidak
dapat berpindah dengan cepat dan murah dari satu sektor ke sektor ekonomi
lainnya dan perubahan-perubahan dalam keragaman output mempunyai dampak
yang berbeda terhadap tingkat permintaan atas berbagai faktor produksi.
Pandangan terkait tentang perdagangan internasional salah satunya
Krugman dan Obstfeld (2004) yang menyatakan kesimpulan umum tentang
dampak perdagangan internasional terhadap pola distribusi perdagangan adalah
para pemilik faktor-faktor produksi yang melimpah di suatu negara akan
memperoleh keuntungan dari adanya hubungan perdagangan, namun para pemilik
faktor-faktor produksi yang langka di suatu negara sebaliknya akan mengalami
kerugian dari terselenggarakannya perdagangan. Pandangan Stopler-Samuelson
menyatakan bahwa pengembalian dari tenaga kerja cenderung meningkat dengan
liberalisasi perdagangan di negara-negara berkembang yang mempunyai
kelimpahan tenaga kerja. Menurut argumen Stopler-Samuelson, perdagangan
terhadap GDP akan meningkatkan ketimpangan pendapatan jika negara adalah
dengan berkelimpahan modal, dan akan mengurangi ketimpangan pendapatan jika
negara berkelimpahan tenaga kerja (Wang et al. 2008; Asteriou et al. 2013).
Penelitian ini menggunakan indeks Gini sebagai pendekatan dari
ketimpangan pendapatan dan menggunakan variabel penjelas lainnya yang diduga
memengaruhi ketimpangan pendapatan. Variabel tersebut antara lain GDP per
kapita dalam US dollar dan kuadratnya sebagai variabel untuk menguji hipotesis
kurva U-terbalik dari Kuznet seperti yang digunakan juga dalam penelitian Sato
dan Fukushige (2009); Bergh dan Nilsson (2010); Ezcurra dan Rodriguez-pose
(2013). Jika variabel GDP per kapita memengaruhi ketimpangan pendapatan
secara positif, kemudian GDP per kapita kuadrat memengaruhi ketimpangan
secara negatif, hal ini akan sesuai dengan hipotesis kurva U-terbalik dimana
ketimpangan akan meningkat pada tahap awal dari industrialisasi dan menurun
pada tahap pembangunan yang selanjutnya. Kemudian variabel ketenagakerjaan,
angka harapan hidup dan kualitas pendidikan sebagai pendekatan human capital.
Gkinni dan Vasilaki (2013) menyatakan kebijakan pemerintah seperti proteksi
ketenagakerjaan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan. Menurut Hayami
(2001), human capital mempunyai dampak yang penting dan peran positif ada
pertumbuhan jangka panjang. Pendidikan dan human capital juga dapat dianggap
sebagai sebuah pengganti dari faktor produksi lainnya, menentukan tingkat dari
inovasi teknologi dan memfasilitasi penyerapan teknologi. Di sisi lain,
peningkatan dari pendidikan juga terkadang dianggap sebagai salah satu alat yang
paling signifikan dalam mengurangi ketimpangan.

13
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Koefisien Gini

Hubungan dampak ketimpangan pendapatan terhadap pertumbuhan
ekonomi terbagi menjadi pendekatan klasik dan modern. Pendekatan klasik
menekankan ketimpangan pendapatan akan meningkatkan pertumbuhan,
sedangkan pendekatan modern menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan
mengurangi pertumbuhan melalui berbagai kondisi. Kondisi tersebut contohnya
berupa difusi dari ketidakstablikan sosial dan politik yang menyebabkan
ketidakpastian dan rendahnya investasi serta biaya transaksi yang tinggi. Hipotesis
Kuznets menyatakan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan berupa kurva-U terbalik (Nissanke dan Thorbecke, 2010).
Hipotesis Kuznets menyatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan
ekonomi, ketimpangan pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap
selanjutnya ketimpangan pendapatan akan membaik. Kurva Kuznets membentuk
sebuah hubungan kurva U-terbalik antara ketimpangan dan pendapatan per kapita.
Ketimpangan meluas selama tingkat awal pembangunan ekonomi, kemudian
stabil dan akhirnya menurun pada tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi.
Penjelasan utama yang dikemukakan Kuznets adalah pergeseran dari sektor
pertanian kepada sektor industri, yang kemudian dicirikan dengan pendapatan
rata-rata yang lebih tinggi dan ketimpangan yang lebih tinggi dari sebelumnya
(Hoeller et al. 2014).
Kurva
Kuznets
dapat
dihasilkan
oleh
proses
pertumbuhan
berkesinambungan yang berasal dari perluasan sektor modern, seiring dengan
perkembangan sebuah negara dari perekonomian tradisonal ke perekonomian
modern. Imbalan yang diperoleh dari investasi di sektor pendidikan mungkin akan
meningkat terlebih dahulu, karena sektor modern yang muncul memerlukan
tenaga kerja terampil, namun imbalan ini akan menurun karena penawaran tenaga
kerja terdidik akan meningkat dan penawaran tenaga kerja tidak terdidik akan
menurun. Secara prinsip hipotesis Kuznets konsisten dengan proses bertahap
dalam pembangunan ekonomi. Beberapa ekonom pembangunan berpendapat
bahwa tahapan peningkatan dan kemudian penurunan ketimpangan pendapatan
yang dikemukakan Kuznets tidak dapat dihindari (Todaro dan Smith, 2006).

0

Pendapatan nasional bruto per kapita
Gambar 2 Kurva Kuznets

14

Tinjauan Empiris
Globalisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Terdapat beberapa penelitian yang melihat dampak dari globalisasi terhadap
pertumbuhan ekonomi. Beberapa penelitian tersebut menggunakan ukuran
globalisasi yang berbeda-beda. Umunya penelitian yang dilakukan Dreher (2006),
Zhuang dan Koo (2007), Rao dan Vadlamannti (2009), Kakar et al. (2011),
Pelegrinova dan Lancy (2013) serta Deluna dan Chelly (2014) menemukan bahwa
globalisasi mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tabel 3
menunjukkan ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu terkait hubungan
globalisasi dengan pertumbuhan ekonomi. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis pengaruh tingkat
globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan analisis wilayah
yang lebih spesifik dari penelitian yang dilakukan Dreher (2006) yaitu negaranegara ASEAN dengan tahun analisis terbaru yaitu tahun 2006-2012 dengan
metode yang berbeda yaitu panel data statis. Penelitian Ying et al. (2014) juga
menggunakan indeks globalisasi KOF dalam melihat dampak globalisasi terhadap
pertumbuhan ekonomi ASEAN tahun 1970-2008, namun penelitian ini
menggunakan tahun terbaru dengan metode yang berbeda dan juga menggunakan
variabel penjelas lain selain globalisasi ekonomi, sosial dan politik. Variabelvariabel penjelas yang digunakan terdiri dari tingkat inflasi, kualitas infrastruktur,
kesiapan teknologi, kualitas pendidikan dan pengeluaran pemerintah.
Tabel 3 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan pertumbuhan
ekonomi
Peneliti
Dreher (2006)

Metode
GMM

Data dan Variabel
Menggunakan 123 negara
pada
tahun
1970-2000.
Pertumbuhan
ekonomi
didekati dengan pertumbuhan
GDP.
Globalisasi
menggunakan
indeks
globalisasi
KOF
secara keseluruhan, ekonomi,
sosial dan politik. Variabel
penjelas yang digunakan
adalah GDP per kapita tahun
sebelumnya,
secondary
school enrollment dan angka
harapan hidup.

Hasil
Globalisasi adalah hal yang
baik untuk pertumbuhan
ekonomi.
Negara yang mengalami
lebih banyak globalisasi
memiliki
tingkat
pertumbuhan yang tinggi.

15
Lanjutan Tabel 3 Tinjauan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan
pertumbuhan ekonomi
Peneliti
Metode
Zuang
dan Panel Data
Koo (2007)

Data dan Variabel
Menggunakan data dari 56
negara tahun 1991-2004,
yang teridiri dari 19 negara
maju dan 37 negara
berkembang.
Pertumbuhan
ekonomi
didekatkan
dengan
pertumbuhan GDP.
Globalisasi diukur melalui
FDI, portofolio capital flow
dan perdagangan. Variabel
lain yang digunakan adalah
consumer price indeks, GDP
per kapita, human capital
dan teknologi.

Hasil
Globalisasi meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
untuk negara berkembang.
Globalisasi
menguntungkan
semua
negara yang ada di dunia.

Kakar et al.
(2011)

Globalisasi diukur oleh
trade openess dan FDI
inflow.
Pertumbuhan
ekonomi didekatkan dengan
pertumbuhan GDP. V