Analisis kerugian ekonomi dan kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan (Studi kasus Perumahan Dosen IKIP, RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)

ANALISIS KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR DAN
KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP
UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
(Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat,
Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)

SYAFIRA SALZABELLA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kerugian Ekonomi Akibat
Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan
Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan
Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini
saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
`
Bogor, Desember 2014

Syafira Salzabella
NIM H4410077

ABSTRAK
SYAFIRA SALZABELLA. Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan
Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan
Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat,
Kecamatan
Jatiasih,
Kota
Bekasi).
Dibimbing
oleh

TRIDOYO
KUSUMASTANTO dan NUVA.
Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan
Jatiasih yang terkena banjir. Genangan banjir yang terjadi menimbulkan kerugian
bagi masyarakat sehingga dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan perumahan
untuk meminimalisir banjir di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi karakteristik responden, mengestimasi nilai kerugian ekonomi
masyarakat, mengkaji besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya
perbaikan lingkungan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini
menggunakan empat metode analisis, yaitu (1) analisis deskriptif, (2) analisis
penilaian kerusakan, (3) analisis willingness to pay, dan (4) analisis regresi linear
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari banjir di Perumahan
Dosen IKIP RW 02 adalah terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat,
kondisi lingkungan perumahan yang menjadi tidak terawat dan kotor. Total
kerugian ekonomi masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 pada banjir
periode bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp1.055.129.468,20. Hasil
rata-rata kesediaan membayar dari 95 responden untuk upaya perbaikan
lingkungan adalah sebesar Rp26.736,84 per bulan per kepala keluarga. Faktorfaktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat sampai pada taraf

alpha 5% adalah pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, status
tempat tinggal, dan ketinggian banjir.
Kata kunci: banjir, Bekasi, kerugian ekonomi, perbaikan lingkungan, willingness
to pay

ABSTRACT
SYAFIRA SALZABELLA. An Analysis of Economic Loss Due to Flood Disaster
and Willingness to Pay for Environmental Improvement (Case Study in RW 02
IKIP
Lecture’s
Housing
Complex).
Supervised
by
TRIDOYO
KUSUMASTANTO and NUVA.
RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex in one of the housing areas in Jatiasih
District that has been affected by flood. As flood water had brought loss to the
society, it takes effort to restore the residential neighborhood, to minimize the
effect of flood in the future. The purposes of this study are to identify the

characteristic of respondents, to estimate the economic loss, to estimate
willingness to pay for environmental improvement, and to identify the factors that
influence willingness to pay for the environmental improvement. This study used
four methods of analyses, namely: (1) descriptive analysis, (2) damage assessment
analysis, (3) willingness to pay analysis, and (4) multiple linear regression
analysis. The result showed that the impact of flood in RW 02 IKIP Lecture’s
Housing Complex are the disruption of activity, public health, income losses, the
damage on houses and household furniture also the decreasing of housing
environmental condition. Total estimated of economic loss of the society in RW
02 IKIP Lecture’s Housing Complex by flood in January to February period 2014
was as much as IDRRp1,055,129,468.20. The mean value of willingness to pay
for 95 respondents, who are willing to pay for environmental improvement is
IDR26,736.84 per month per household. Factors that influence the willingness to
pay were education, family dependent, income, housing status, and flood
elevation.
Keyword: Bekasi, economic loss, environmental improvement, flood, willingness
to pay

ANALISIS KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR DAN
KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP

UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
(Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat,
Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)

SYAFIRA SALZABELLA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat
terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan
Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan
banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Kepada orang tua tercinta, yaitu Bapak Almendri dan Ibu Komariah, adik
tersayang, segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Ibu Nuva, SP, MSc
selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah
diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Rizal Bahtiar SPi, MSi selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Fitria DR
MSi selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas masukan dan saran yang
telah diberikan.
4. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu,
bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di
ESL.
5. Seluruh warga Perumahan Dosen IKIP, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan
Jatiasih.
6. Khibran Ridwan yang telah memberi semangat, saran, dan bantuan selama

menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman bimbingan skripsi, yaitu Intan, Putri Nurul, Try, Taufiq, Reza,
Laras, dan Tudrika atas semangat dan dukungannya selama menyelesaikan
skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan, yaitu Donna, Intan, Miranti, Naya, Retno,
Ayu, Esatri, Tuty, Syafira, Hernita, Puti, Yola, Fakhri, danRifal yang telah
memberikan bantuan, motivasi dan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji
nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan upaya perbaikan lingkungan perumahan.
Bogor, Desember 2014

Syafira Salzabella

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
I.


PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7
2.1 Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir ...................................................... 7
2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) ........... 8
2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ..................................... 11
2.2.2 Pendekatan Modal Manusia ........................................................... 11
2.2.3 Pendekatan Biaya Kesempatan ...................................................... 13
2.3 Konsep Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA).... 13
2.4 Regresi Linear Berganda .......................................................................... 16
2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 17
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 21
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................ 25
4.1 Lokasi dan Waktu ..................................................................................... 25
4.2 Metode Penelitian ..................................................................................... 25

4.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 26
4.4 Metode Pengambilan Sampel ................................................................... 27
4.5 Metode Analisis ........................................................................................ 27
4.5.1 Identifikasi Karakteristik Responden yang Terkena
Dampak Banjir................................................................................ 29
4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ........................... 30
4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan
Perumahan ...................................................................................... 33
4.5.3.1 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
WTP responden .................................................................. 36
4.5.3.2 Pengujian Parameter ........................................................... 38
4.6 Batasan Penelitian .................................................................................... 41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 43
5.2 Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir .......................... 45
5.2.1 Karakteristik Demografi Responden .............................................. 46
5.2.1.1 Usia dan Jenis Kelamin Responden ................................... 46

xv


5.2.1.2 Pendidikan Formal .............................................................47
5.2.1.3 Jumlah Tanggungan ...........................................................47
5.2.1.4 Pekerjaan ............................................................................48
5.2.1.5 Pendapatan Rumah Tangga................................................49
5.2.1.6 Lama Tinggal .....................................................................49
5.2.1.7 Status Tempat Tinggal .......................................................50
5.2.2 Karakteristik Tempat Tinggal Responden di Perumahan Dosen
IKIP RW 02 ....................................................................................51
5.2.2.1 Jumlah Tingkat Rumah .......................................................51
5.2.2.2 Luas Rumah ........................................................................52
5.2.2.3 Karakteristik Ketinggian Air Banjir....................................52
5.2.3 Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan
Perumahan.......................................................................................53
5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir.............................55
5.3.1 Kerugian Langsung .........................................................................56
5.3.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah Tangga................................56
5.3.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah Tangga ..................................57
5.3.1.3 Perbaikan Bangunan Rumah ...............................................58
5.3.1.4 Total Kerugian Tidak Langsung .........................................59
5.3.2 Kerugiam Tidak Langsung .............................................................60

5.3.2.1 Biaya Pengobatan................................................................60
5.3.2.2 Pendapatan yang Hilang .....................................................61
5.3.2.3 Biaya Tambahan .................................................................62
5.3.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung .........................................63
5.3 Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ...............................63
5.4 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan
Perumahan................................................................................................64
5.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP ........................69
5.6 Kebijakan Pengelolaan Perawatan Tanggul untuk Meminimalisir
Dampak Banjir .........................................................................................73
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ...................................................................................................76
6.2 Saran .........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................78
LAMPIRAN ..........................................................................................................80
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................132

xvi

DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2010-2012 ...................................... 1
2. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 26
3. Matriks Metode Analisis Data ........................................................................ 28
4. Matriks Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden ...................... 36
5. Wilayah Menurut Rukun Warga di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ......... 42
6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir di Kelurahan
Jatikramat Tahun 2013 ................................................................................... 63
7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Jatikramat
Tahun 2013 ..................................................................................................... 63
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin..................... 45
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ............................ 46
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan .......................... 47
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ........................................... 47
12. Karakteristik Responden Bersadarkan Pendapatan Rumah Tangga .............. 49
13. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal .................................... 50
14. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal ...................... 50
15. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Rumah ................................. 51
16. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Rumah ...................................... 52
17. Karakteristik Responden Berdasarkan Ketinggian Air Banjir ....................... 53
18. Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan .... 54
19. Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Tinggal .................................. 55
20. Rata-rata Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga ................................. 57
21. Rata-rata Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga.................................... 58
22. Rata-rata Biaya Perbaikan Bangunan Rumah ................................................ 59
23. Total Kerugian Langsung yang Dialami Masyarakat ..................................... 59
24. Rata-rata Biaya Pengobatan ........................................................................... 61
25. Rata-rata Pendapatan yang Hilang ................................................................. 62
26. Rata-rata Biaya Tambahan ............................................................................. 62
27. Total Kerugian Tidak Langsung yang Dialami Masyarakat .......................... 63
28. Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ...................................... 63
29. Distribusi Nilai WTP yang Bersedia Dibayarkan oleh Responden ................ 65
30. Distribusi Rataan WTP Respoden .................................................................. 67
31. Distribusi Total WTP Responden................................................................... 69
32. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda......................................................... 70

xvii

xvii

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Diagram Kerangka Pemikiran .........................................................................22
2. Kurva WTP Respodnen .................................................................................68
3. Usulan Mekanisme Perawatan Tanggul di Perumahan Dosen IKIP ..............74

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Peta Wilayah Kota Bekasi ..............................................................................82
2. Kondisi Lokasi Penelitian ...............................................................................83
3. Kuesioner Penelitian .......................................................................................84
4. Perhitungan Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga .............................90
5. Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga ..................................................101
6. Biaya Perbaikan Bangunan Rumah...............................................................107
7. Biaya pengobatan ..........................................................................................113
8. Biaya Kehilangan Pendapatan ......................................................................118
9. Biaya Tambahan ...........................................................................................119
10. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .......................................................130
11. Hasil Uji Normalitas, Hasil Uji White dan Hasil Uji Breusch-Godfrey........131

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banjir termasuk bencana alam yang sering terjadi pada musim penghujan di
beberapa wilayah Indonesia. Banjir terdiri dari dua perisistiwa, yaitu pertama,
peristiwa yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua,
terjadi akibat limpasan air dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh
alur sungai atau debit air lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada
(Kodoatie, 2013). Setiap tahunnya lebih dari 300 peristiwa banjir yang
menggenangi 150.000 ha dan merugikan sekitar satu juta orang. Kecenderungan
bencana banjir pun terus bertambah, khususnya di daerah perkotaan yang jumlah
penduduknya meningkat setiap tahun, kebutuhan akan lahan semakin tinggi yang
berdampak pada perubahan tata guna lahan secara signifikan sehingga
menyebabkan hilangnya daerah resapan air (Kodoatie, 2013), seperti terjadi di
Kota Bekasi.
Kota Bekasi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan
langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Kota Bekasi (lokasi penelitian disajikan
pada Lampiran 1) dengan luas wilayah sekitar 210,49 km2 terbagi menjadi 12
kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Seiring
berjalannya waktu, Kota Bekasi mengalami peningkatan penduduk yang pesat.
Data mengenai kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012 dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut,
Tabel 1. Kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012
Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2012

210.49

2.523.032

11.632

2011

210.49

2.453.328

11.292

2010

210.49

2.384.032

11.093

Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS),Kota Bekasi(2012)

Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk di Kota Bekasi mengalami
peningkatan setiap tahunnya, hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk
sebesar 2.384.032 jiwa meningkat menjadi 2.523.032 jiwa pada tahun 2012. Hal
ini menyebabkan kepadatan penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2012 mencapai
11.632 jiwa/km2 sedangkan tahun 2011 hanya 11.292 jiwa/km2. Peningkatan

2

jumlah penduduk yang pesat seperti di Kota Bekasi memerlukan berbagai fasilitas
dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
terjadinya masalah banjir. Salah satunya adalah pembangunan di daerah dataran
rendah atau daerah rawan banjir untuk berbagai keperluan seperti pemukiman,
industri, dan perkantoran yang kurang memperhatikan adanya resiko genangan
banjir yang bisa terjadi setiap saat.
Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah
dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian antara 0 - 25 m di atas permukaan
laut. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi selalu mengalami
banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013).
Pembangunan di daerah dataran rendah atau daerah rawan banjir untuk kawasan
pemukiman, industri, perkantoran, dan untuk kepentingan lainnya dapat berakibat
semakin berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan sedikitnya air yang
terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir. Pada awal tahun 2014, banjir
melanda Kota Bekasi yang diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali Bekasi
yang merupakan aliran dari Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Selain itu,
minimnya ruang terbuka hijau sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang
kurang baik serta limpasan air sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Pada awal
tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar di 10 kecamatan di
Kota Bekasi, salah satunya adalah Kecamatan Jatiasih1.
Pada tahun 2013, Kecamatan Jatiasih merupakan kecamatan yang memiliki
luas genangan banjir paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu
sebesar 330 ha dengan rata-rata ketinggian genangan sebesar 148,75 cm dan ratarata lama genangan banjir sebesar 26,5 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Salah
satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir adalah Perumahan
Dosen IKIP RW 02. Perumahan ini terletak di daerah cekungan dengan dataran
rendah serta dataran perumahan lebih rendah daripada sungai yang melintas.
Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian sosial, ekonomi
dan lingkungan bagi masyarakat sekitar. Upaya perbaikan lingkungan menjadi
salah satu cara untuk memimalisir dampak banjir di kemudian hari. Oleh karena
1

“Bekasi Dikepung Banjir Musiman”. http://sindonews.com/. Diakses 28 Januari 2014

3

itu, berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang “Analisis Kerugian
Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya
Perbaikan Lingkungan Perumahan” penting dilakukan untuk melihat dampakdampak yang ditimbulkan akibat banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih menjaga lingkungan
sekitar dan mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam
penanggulangan di daerah yang rentan terhadap banjir.
1.2 Perumusan Masalah
Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di
Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir pada tahun 2014. Perumahan ini dilintasi
oleh aliran sungai Jatikramat atau anak Kali Cakung yang mempunyai hulu di
Pondok Melati dan berujung di Banjir Kanal Timur (BKT). Penyebab banjir di
perumahan ini adalah kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi
dengan baik untuk mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain
itu, perumahan ini juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air
mudah tergenang akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah
dengan kebaradaan kali di depan pintu masuk perumahan. Kali ini mengalami
penyempitan akibat penggunaan lahan untuk perumahan, sehingga ketika curah
hujan tinggi kali akan meluap ke perumahan.
Pada tahun 2007, perumahan ini mengalami banjirselama tiga hari dengan
ketinggian air mencapai kurang lebih 300 cm dari permukaan jalan. Lalu banjir
kembali terulang pada awal tahun 2013 dengan ketinggian 250 cm dengan lama
genangan 30 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Pada awal tahun 2014,
perumahan ini kembali terkena banjir dengan ketinggian kurang lebih 100 cm
sampai 250 cm dari permukaan jalan dengan lama genangan 24 jam. Masyarakat
Perumahan Dosen IKIP secara swadaya membuat tanggul di perumahan ini untuk
mengurangi luapan banjir dari saluran air yang ada di perumahan. Swadaya ini
berupa iuran warga dan bersifat sukarela. Sementara itu, Pemda Kota Bekasi telah
melakukan penanggulangan banjir di perumahan ini melalui pembuatan pintu air
dengan pompa penyedot air mobile (tidak permanen) yang berlokasi di depan
perumahan guna mempercepat mengurangi genangan banjir. Kebaradaan tanggul

4

dirasakan masyarakat dapat mengurangi banjir di perumahan ini, oleh karena itu
masyarakat perlu melakukan perawatan tanggul untuk menjaga keberlangsungan
fungsinya. Selama ini masyarakat hanya melakukan perbaikan tanggul untuk
mengantisipasi banjir dengan melakukan peninggian tanggul setiap musim
penghujan. Upaya perawatan tanggul ini akan bersifat swadaya karena
perwatannya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan tujuan untuk melindungi
tempat tinggal mereka dari banjir.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di daerah penelitian, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik responden banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02.
2. Besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat pada periode banjir bulan
Januari sampai Februari 2014 di Perumahan Dosen IKIP RW 02 belum
teridentifikasi dengan baik.
3. Besarnya Willingness to Pay (WTP) masyarakat terhadap upaya perbaikan
lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya
perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian
ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak-dampak yang timbul akibat
banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Adapun tujuan khusus tersebut dapat
dijawab dengan tujuan-tujuan penelitian di bawah ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir di Perumahan
Dosen IKIP RW 02
2. Mengestimasi nilai kerugian yang ditanggung oleh masyarakat pada periode
banjir bulan Januari sampai Februari 2014.
3. Mengkaji besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan
perumahan.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat
terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan.

5

1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan
kesediaan

membayar

masyarakat

terhadap

upaya

perbaikan

lingkungan

perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Penelitian ini hanya difokuskan
untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir, mengestimasi
kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung pada bulan Januari sampai Februari 2014, mengkaji
besarnya WTP masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan serta
faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya
perbaikan

lingkungan.

Metode

yang

digunakan

untuk

mengidentifikasi

karakteristik responden ini adalah analisis deskriptif. Selanjutnya besarnya
kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat dilihat dari kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian ini
antara lain biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan
rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah tangga. Kerugian tidak
langsung mencakup biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya
tambahan.
Penelitian ini juga mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap
upaya perbaikan lingkungan melalui analisis willingness to pay (WTP). Hasil dari
kesediaan membayar masyarakat tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya
perbaikan lingkungan melalui analisis regresi linear berganda. Estimasi nilai
kerugian ekonomi akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap
upaya perbaikan lingkungan perumahan dievaluasi untuk memberikan informasi
mengenai informasi terkait nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan
perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, dan pemerintah
dalam mengambil kebijakan. Hasil penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan
dapat bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain:

6

1. Bagi peneliti, hasil penelitian menjadi syarat kelulusan di Departemen
Ekonomi Sumberdaya Lingkungan dan diharapkan bermanfaat secara
akademis sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian,
serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga faktorfaktor lingkungan agar tetap dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi
kualitasnya.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan akan membuat masyarakat di
kawasan perumahan tersebut lebih mengedepankan kualitas lingkungandan
mengupayakan

pencegahan

banjir

untuk

mengurangi

kerugian

yang

ditimbulkan.
3. Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat
mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam penanggulangan di
daerah yang rentan terhadap banjir.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang menyebabkan kerusakan pada
kehidupan, sumberdaya alam, lingkungan, dan juga berdampak pada kesehatan
manusia (Suriya et al, 2012). Menurut Asdak (2002), banjir luapan sungai berbeda
dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
Selain itu, banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan
dapat berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.
Penyebab dari banjir luapan sungai adalah hutan gundul, kelongsoran daerahdaerah yang biasanya mampu menahan kelebihan air ataupun perubahan
suhu/musim. Besarnya banjir tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi tanah
yang meliputi kelembaban tanah, vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan
permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan batu bata, semen, beton,
pemukiman atau perumahan dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan air.
Berbagai

aktivitas

manusia

dan

pembangunan

yang

pesat

akan

mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan. Perubahan
penggunaan lahan dari lahan pertanian atau lahan hutan menjadi lahan untuk
perumahan akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam
tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan
air tanah. Penyebab banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah pembangunan rumah yang melewati batas
Garis Sempadan Bangunan (GSB), sistem drainase yang tidak terencana dengan
baik dan masih kurangnya kesadarannya masyarakat terhadap pengelolaan
sampah (Kodoatie, 2013).
Secara umum penyebab banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori,
yaitu banjir yang disebabkan oleh alam dan banjir yang disebabkan oleh manusia.
Penyebab banjir karena alam diantaranya curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi
dan sedimentasi, kapasitas sungai, dan kapasitas drainase yang tidak memadai.
Selain itu juga, penyebab banjir karena tindakan manusia antara lain perubahan
kondisi daerah pengaliran sungai, kawasan kumuh, drainasi lahan, bendungan dan

8

bangunan liar, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan perencanaan sistem
pengendalian banjir yang tidak tepat (Kodoatie, 2013).
2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL)
Sumberdaya alam lingkungan menyediakan berbagai layanan barang dan
jasa yang sangat bernilai bagi manusia (Hanley dan Barbier 2009). Hanley et al
(2000) dalam Hanley dan Barbier (2009) menyatakan bahwa keterkaitan antara
sumberdaya alam dan lingkungan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan manusia
dicirikan dalam empat peran, yaitu:
1. Peran SDAL sebagai pemasok input energi dan material untuk proses
produksi seperti minyak, biji besi, dan kayu
2. Peran SDAL sebagai penyerap sisa produksi dan konsumsi, seperti limbah
domestik atau emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan makan
minyak.
3. Peran SDAL sebagai sumber langsung kesenangan (amenity) dan
perbaikan kualitas hidup manusia, seperti duck watching dan bird
watching.
4.

Peran SDAL sebagai penyedia dukungan kehidupan dasar (basic life
support), seperti pengaturan iklim global, daur ulang dan nutrien.
Menurut Fauzi (2014), fungsi dan peran dari SDAL tersebut dalam

kehidupan manusia sebagian dapat dilihat dari “nilai” barang dan jasa dari SDAL
melalui mekanisme pasar. Pemahaman mengenai konsep “nilai” dalam sumber
daya alam dan lingkungan akan sangat membantu dalam memahami dampak dari
kebijakan publik baik sebelum terjadinya kebijakan maupun setelah terjadinya
kebijakan, serta perilaku individu terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.
Penilaian dampak kebijakan sebelum dilaksanankan disebut sebagai penilaian exante sedangkan penilaian ketika dampak telah timbul khususnya yang terkait
dengan degradasi dan kerusakan lingkungan disebut sebagai penilaian ex-post.
Kedua penilaian dampak kebijakan tersebut didasarkan pada premis yang
sama, yakni adanya perubahan dalam layanan barang dan jasa dari sumberdaya
alam dan lingkungan yang mengubah kesejahteraan maupun kepuasan individu
yang diukur dari utility (Fauzi, 2014). Kebijakan publik atau tindakan individu

9

dapat saja berdampak negatif pada SDAL yang menyebabkan perubahan pada
layanan barang dan jasa SDAL. Perubahan tersebut pada akhirnya akan mengubah
kesejahteraan

individu melalui perubahan manfaat dan biaya. Analisis yang

berkaitan dengan dampak negatif suatu kebijakan publik atau tindakan individu
dalam kerusakan sumberdaya alam lingkungan disebut dengan damage
assessment atau penilaian kerusakan (Fauzi, 2014).
Menurut Bureau Land Management (BLM) (2008), penilaian kerusakan
sumberdaya alam adalah sebuah proses penilaian di mana pihak yang melakukan
penilaian mengumpulkan informasi mengenai sumberdaya alam yang rusak untuk
menunjukkan bahwa dibutuhkan tindakan pemulihan dan tindakan pemulihan
yang dipilih dirasakan cukup mengompensasi masyarakat. Tujuan utama dari
penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah untuk mengidentifikasikan tindakan
yang diperlukan untuk memulihkan sumberdaya alam yang rusak dan memberikan
kompensasi pada layanan yang rusak sementara. Proses penilaian kerusakan
sumberdaya ini terdiri dari tiga langkah yaitu menentukan layanan sumberdaya
yang terkena dampak, menghitung tingkat layanan setelah terkena dampak dan
menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan sesudah
terkena dampak.
1. Menentukan layanan sumberdaya yang terkena dampak
Langkah ini mengidentifikasi metodologi pengumpulan data dan analisis
yang digunakan untuk menilai tipe sumberdaya yang berpotensi terkena kerusakan
dengan menggunakan metode yang dipilih dan dilakukan dengan biaya yang tepat.
Biaya ini termasuk dalam biaya yang digunakan untuk mempelajari kerusakan,
menentukan kerusakan dan mengidentifikasi kegiatan restorasi yang sebanding
dengan nilai dari sumberdaya tersebut. Langkah ini pun menentukan apakah telah
terjadi kerusakan pada sumberdaya alam dan berdampak luas bagi lingkungan
yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Langkah ini diharapkan
dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara layanan yang rusak dan
layanan yang hilang.

10

2. Menguantifikasikan tingkat layanan setelah terkena dampak
Perhitungan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan bermanfaat untuk
menginformasikan berapa besar perikraan kerugian yang ditanggung. Beberapa
kunci kuantifikasi perhitungan kerusakan tersebut adalah:
a. Karakteristik kondisi dasar atau kondisi awal: kuantifikasi terhadap kondisi
dan jasa sumberdaya jika pencemaran menyebabkan kerusakan tidak terjadi
b. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal dari kerusakan: penentuan lokasi
dan waktu terjadinya kerusakan, kemudian dibandingkan dengan kondisi
dasar atau level jasa sumberdaya alam dan lingkungan, menggunakan data
zat pencemar, data respon biologis terhadap zat pencemar, krononologi
pencemaran, dan informasi pengguna sumberdaya alam dan lingkungan oleh
masyarakat
c. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal bagi jasa sumberdaya alam dan
lingkungan yang hilang: penentuan jasa lingkungan yang biasanya
disediakan oleh sumberdaya alam dan lingkungan di bawah standar atau
kondisi dasar dan perbandingannya dengan jasa lingkungan yang disediakan
sumberdaya alam dan lingkungan ketika pencemaran telah terjadi
d. Kuantifikasi pengembaliaan kondisi standar sumberdaya alam dan
lingkungan: estimasi terhadap waktu yang dibutuhkan untuk merusak
sumberdaya dan jasa lingkungan yang disediakan oleh sumberdaya alam
dan lingkungan untuk mengembalikan ke kondisi awal, umumnya termasuk
beberapa responden nyata dan skenario pengembalian jasa lingkungan
tersebut.
3. Menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan
sesudah terkena dampak.
Perhitungan kerusakan dimaksdukan untuk menetapkan jumlah uang yang
harus disediakan untuk mengompensasi sumberdaya alam dan lingkungan yang
rusak yang disebabkan oleh zat berbahaya dan zat pencemar. Perhitungan
kerusakan termasuk dalam biaya untuk pemulihan sumberdaya ke kondisi
awalnya dan kompensasi terhadap jasa lingkungan yang hilang. Perhitungan ini
didasarkan pada kebijakan BLM dalam menentukkan kerugiaan yang didasarkan
pada kepentingan dalam restorasi dan kompensasi daripada nilai instrinsik dari

11

sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak atau nilai moneter dari layanan jasa
lingkungan yang hilang. Kegiatan restorasi terdiri dari restorasi, rehabilitasi dan
penggantian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) (2006), perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pemabangunan
berkelanjutan. Penurunan kualitas SDAL dapat diukur dengan menggunakan
metode before and after project, penilaian untuk waktu atau tahun yang berbeda
secara kuantitatif, dinilai secara ekonomi dengan menggunakan teknik penilaian
yang bergantung pada jenis dan manfaat atau pelayanan jasa lingkungan yang ada
(Suparmoko, 2006).
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), menyatakan bahwa
pendekatan harga pasar untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi tiga
pendekatan, yaitu pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal
manusia, dan pendekatan biaya kesempatan.
2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang sebenarnya
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam
menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan itu terlihat
bahwa sesungguhnya kita memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan
kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa
buatan. Pada saat menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek,
selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari
adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar.
2.2.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital)
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), pendekatan ini disebut pula
cost of illness approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi
kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya
sebagai akibat dari adanya suatu proyek. Cost of ilnness mengukur biaya
kesehatan secara penuh termasuk biaya berobat, obat, dan perawatan. Menurut

12

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, pendekatan ini
melakukan valuasi guna memberikan nilai pada modal manusia yang terkena
dampak akibat perubahan kualitas SDAL. Pendekatan ini sedapat mungkin
menggunakan harga pasar yang sebenarnya ataupun harga bayangan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkan
kematian dapat dikuantifikasikan harganya di pasar. Pendekatan ini dapat
dilakukan melalui teknik, yaitu (1) pendekatan pendapatan yang hilang, (2) biaya
pengobatan, dan (3) keefektifan biaya penanggulangan.
1. Pendapatan yang hilang (loss of earning)
Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghitung kerugian akibat
pendapatan yang hilang karena perubahan fungsi lingkungan berdampak pada
kesehatan manusia. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1)
memastikan bahwa terjadi dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia
akibat adanya perubahan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan seseorang
kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan, (2) mengidentifikasi
sumber pendapatan yang hilang akibat terganggunya kesehatan masyarakat, misal
upah yang hilang selama sakit, (3) mengetahui lamanya waktu yang hilang akibat
gangguan kesehatan yang terjadi, dan (4) menghitung seluruh potensi hilangnya
pendapatan.
2. Pendekatan biaya pengobatan (cost of illness)
Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada
kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit. Adapun
tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengetahi bahwa telah terjadi
gangguan kesehatan yang berakibat perlunya biaya pengobatan atau kerugian
akibat penurunan produktivitas kerja, (2) mengetahui biaya pengobatan yang
dibutuhkan sampai sembuh, (3) mengetahui kerugian akibat penurunan
produktivitas kerja, dan (4) menghitung total biaya pengobatan dan penurunan
produktivitas. Apabila dampak perubahan kualitas lingkungan menyebabkan
kematian, maka nilai kematian dapat dihitung dengan pendekatan ganti rugi
sebagaimana yang dihitung oleh lembaga asuransi.

13

3. Pendekatan keefektifan biaya penanggulangan
Pendekatan ini dilakukan apabila perubahan fungsi atau kualitas SDAL
tidak

dapat

diduga

nilainya

namun

dipastikan

bahwa

tujuan

dari

penanggulangannya penting. Fokus pendekatan ini adalah mencapai tujuan
dengan biaya yang paling efektif. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk
mengetahui harga moneter dari suatu efek kesehatan atau perubahan kualitas air
atau harga, dan untuk mengalokasikan dana yang tersedia secara lebih efektif.
Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) menetapkan target
tingkat perubahan kualitas, (2) menetapkan berbagai alternatif untuk mencapai
target, dan (3) mengevaluasi berbagai alternatif dan memilih alternatif biaya
terkecil.
2.2.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, apabila
data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya kesempatan atau
pendapatan yang hilang dari penggunaan SDAL dapat digunakan sebagai
pendekatan. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus
dikeluarkan guna melestarikan suatu manfaat, dan bukan untuk memberikan nilai
terhadap manfaat itu sendiri. Sebagai contoh, untuk menilai besaran manfaat
ekonomi yang harus dikorbankan jika terjadi perubahan yang menyebabkan
kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula. Adapun
tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengidentifikasi kesempatan
yang hilang karena suatu kegiatan lain atau perubahan, (2) menilai besaran setiap
jenis manfaat ekonomi yang hilang, dan (3) menjumlahkan besaran semua
manfaat ekonomi yang hilang.
2.3 Konsep Willingness To Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA)
Menurut Freeman (2003) dalamFauzi (2014), salah satu transmisi nilai
ekonomi SDAL pada aspek kesejahteraan terjadi pada perubahan kepuasan
dengan asumsi bahwa preferensi individu memiliki sifat substitutability
(kemampuan untuk mengganti) antara komoditas yang memiliki nilai pasar dan
komoditas yang tidak terpasarkan seperti jasa lingkungan. Penilaian yang

14

didasarkan pada substutability dapat diindikasikan baik melalui WTP atau
kesanggupan membawayar dan WTA atau kemauan menerima kompensasi.
Willingness to Pay (WTP) adalah kesediaan membayar seseorang terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. WTP
memiliki basis atau titik referensi ketiadaan perubahan, misalnya tidak ada
perbaikan lingkungan. Sehingga WTP dapat digunakan untuk melihat kesediaan
membayar seseorang untuk memulihkan kembali barang dan jasa SDAL yang
rusak, sebagai contoh adalah nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan dapat
diukur dari kesediaan seseorang untuk membayar agar kembali ke aslinya (Fauzi,
2014). Sementara itu, Willingness to Accept (WTA) adalah kesediaan menerima
seseorang terhadap kompensasi yang diberikan kepada seseorang untuk manfaat
yang hilang dalam satuan moneter. WTA memiliki basis atau titik referensi yakni
perubahan yang terjadi sebagai basis pengukuran kesejahteraan, misalnya
perbaikan lingkungan. Pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai WTP
digunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM).
Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non
pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan.
CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui kesediaan membayar (WTP)
dari masyarakat dan kesediaan menerima (WTA). Metode CVM didasarkan pada
asumsi hak kepemilikian individu, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak
atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang
relevan adalah dengan mengukur seberapa besar kesediaan membayar masyarakat
untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya
memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah dengan seberapa
besar kesediaan membayar masyarakat untuk menerima kompensasi yang paling
minimum untuk hilang atau rusaknya sumberdaya yang dimiliki. Terdapat lima
tahapan operasional dalam pendekatan CVM, yaitu (Fauzi, 2006):
1. Membuat hipotesis pasar
Pada awal proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat hipotesis pasar
terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi.

15

2. Mendapatkan nilai lelang (bids)
Tahapan berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang
melalui survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner atau wawancara.
Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum kesediaan
membayar (WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misal perbaikan
lingkungan. Nilai lelang dapat dilakukan dengan teknik:


Permainan lelang (bidding game). Pada teknik ini responden diberikan
pertanyaan secara berulang-ulang apakah mereka ingin membayar sejumlah
tertentu. Nilai ini kemudian dapat dinaikan atau diturunkan tergantung
respon atas pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai
tetap diperoleh.



Pertanyaan terbuka. Pada teknik ini responden diberikan kebebasan untuk
menyatakan nilai rupiah yang bersedia dibayarkan untuk suatu proyek
lingkungan.



Payment Cards. Pada teknik ini responden diberikan pertanyaan apakah
ingin membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan
sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu.



Model referendum (dichotomous choice). Pada teknik ini responden
diberikan suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.

3. Menghitung rataan WTP
Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai
rataan WTP setiap individu. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (rataan)
dan nilai median (tengah).
4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve)
Kurva lelang diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variabel tidak
bebas dengan beberapa variabel bebas.
5. Mengagregatkan data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengangregatkan rataan lelang
yang diperoleh pada tahap ketiga. Proses ini melibatkan koversi data rataan
sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk
mengkonversi adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga.

16

2.4 Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan
antara peubah respon dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu
prediktor. Regresi linear berganda hampir sama dengan regresi linear sederhana,
hanya saja pada regresi linear berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel
penduga. Tujuan analisis regresi linear berganda adalah untuk mengukur
intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi
perkiraan nilai Y atas X. Pada regresi linear berganda variabel tidak bebas (Y)
tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (X). Bentuk persamaan regresi
linear berganda yang mencakup dua atau lebih variabel dapat ditulis sebagai
berikut (Gujarati, 2007):
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +…..+ βnXn + ε
Dimana

:

Y

: variabel tak bebas

β0

: konstanta

β1,β2,…,βn

: koefisien regresi

n

: ukuran sampel

ε

: galat
Sebelum melakukan analisis regresi linear, terlebih dahulu dilakukan

pengujian terhadap data, apakah data yang kita gunakan dalam penelitian ini layak
untuk digunakan dalam penelitian atau tidak. Pada data yang bersifat skala
menggunakan uji kelayakan dengan asumsi klasik berupa uji normalitas,uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Pada dasarnya
pengujian regresi linear berganda dapat dikatakan baik bila telah memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estim

Dokumen yang terkait

Nilai Ekonomi Perdagangan Satwa Liar (Studi Kasus: Kelurahan Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi dan Desa Sembahe, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)

3 45 81

Keterkaitan Sektor Pertanian, Agroindustri Dan Sektor Ekonomi Lain Dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan Studi Kasus :Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun

1 30 83

Pola partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan perbaikan saluran drainase (studi kasus: Perumahan Pondok Ungu Permai, Kelurahan Kaliabang Tengah, Bekasi Utara)

1 7 1

Identifikasi Tingkat Ketahuan Masyarakat Tentang Upaya-Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung (Studi Kasus: Kelurahan Tamansari)

1 8 121

Keterkaitan Tingkat Kebisingan dan Kesediaan Membayar Masyarakat Untuk Menurunkan Tingkat Kebisingan Di Sekitar Bandara (Studi Kasus: Perumahan Masyarakat di Bandar Udara Soekarno - Hatta, Jakarta)

0 10 104

Analisis nilai kerusakan lingkungan dan kesediaan membayar masyarakat terhadap program perbaikan lingkungan kasus pemukiman Bantaran sungai Ciliwung

3 21 108

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi

1 16 95

KESEDIAAN MEMBAYAR PETANI KOPI UNTUK PERBAIKAN LINGKUNGAN

1 11 13

Keragaman Mata Pecaharian Masyarakat Kelurahan Kuranji Pasca Berdirinya Berbagai Perumahan. Studi Kasus: Pendirian Perumahan Di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang.

0 0 6

KESEDIAAN MEMBAYAR PETANI KOPI UNTUK PERBAIKAN LINGKUNGAN

0 0 13