Identifikasi Tingkat Ketahuan Masyarakat Tentang Upaya-Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung (Studi Kasus: Kelurahan Tamansari)

(1)

(2)

IDENTIFIKASI TINGKAT KETAHUAN MASYARAKAT TENTANG UPAYA-UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN SUNGAI CIKAPUNDUNG

KOTA BANDUNG

(Studi Kasus : Kelurahan Tamansari)

TUGAS AKHIR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : Saona Angkotasan

1.06.07.013

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

ABSTRAK

Lingkungan Sungai Cikapundung memiliki masalah yang kompleks. Masalah tersebut antara lain : adanya pemukiman padat di kawasan sempadan Sungai Cikapundung yang juga melanggar peraturan sempadan sungai yang ditetapkan, pencemaran air sungai yang disebakan oleh bangunan rumah masyarakat di kawasan sempadan Sungai Cikapundung mengarah langsung ke badan sungai. Hal ini menyebabkan lingkungan Sungai Cikapundung telah rusak oleh faktor manusia. Sebagai upaya memperbaiki kerusakan lingkungan Sungai Cikapundung, pihak pemerintah Kota Bandung, pihak swasta maupun masyarakat melakukan upaya-upaya untuk perbaikan lingkungan sungai tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan pada kenyataannya belum membawa lingkungan Sungai Cikapundung khususnya Kelurahan Tamansari ke kondisi yang lebih baik. Hal ini diduga masyarakat kurang mengetahui upaya-upaya yang dilakukan, sehingga upaya tersebut kurang berjalan dengan efektif dan efesien. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi tingkat ketahuan masyarakat Tamansari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung. Tingkat ketahuan masyarakat yang paling rendah terdapat pada pengetahuan mengenai bantuan 1000 bibit pohon dan yang paling tinggi terdapat pada pelaksanaan festival kukuyaan. Masyarakat yang mengetahuai informasi mengenai upaya-upaya tersebut banyak bersumber dari melihat langsung dan tetangga. Masyarakat yang belum mengetahui informasi upaya-upaya perbaiakan lingkungan Sungai Cikapundung, banyak memilih Ketua RT untuk mendapatkan informasi tersebut. Tinggi dan rendahnya pengetahuan tergantung pada karakteristik upaya-upaya yang dilakukan dan sumber informasi, sedangkan metode pengembangan masyarakat yang cocok digunakan adalah tatap muka dan demonstrasi. Selain itu, perbandingan yang paling menonjol antara perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung dan lingkungan Sungai Code Kota Yogyakarta yaitu upaya perbaikan di lingkungan Sungai Code melibatkan semua pihak (masyarakat, perguruan tinggi, pemerintah Yogyakarta), sedangkan upaya perbaikan di lingkungan Sungai Cikapundung hanya pihak-pihak tertentu.


(5)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulispanjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena hanya denganrahmat dan hidayah-Nya laporan Tugas Akhiryang berjudul “Identifikasi Tingkat Ketahuan Masyarakat Tentang Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung di Kelurahan Tamansari” dapat tersusun hingga selesai serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Laporan ini merupakan hasil penelitian terhadap masyarakat di kawasan sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Perencanaan Wilayah dan KotaUniversitas Komputer Indonesia.

Penulisdalam melakukan penelitiandan menyusun laporan Tugas Akhir ini,telah melibatkan berbagai pihak,untuk itu tidak lupa ucapan terima kasih yang sebsar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT, hanya karena-Nya penulis bisa menyelesaikan menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

2. Ibu dan Ayah tercinta, kakak-kakak tersayang (Halim A, ST., Nispa A, SE., dan Saldi A), dan adik-adik tersayang (Hajar A dan Rifaldi A) yang selalu memberikan do’a, nasehat, dukungan moril, fasilitas dan banyak hal yang telah diberikan selama ini, dan akhirnyapenulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga dengan izin Allah SWT, penulis dapat membalas semuanya dan dapat membanggakan keluarga, Amin.

Thanks my beloved family, I love you all.

3. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, MSc., selaku Rektor Utama Universitas Komputer Indonesia.

4. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNIKOM.

5. Ibu Romeiza Syafriharti, Ir., MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota UNIKOM, yang selalu membantu dalam


(6)

ii

masalah legalitas surat-menyurat dan perijinan untuk penelitian Tugas Akhir.Terimakasih Ibu…

6. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si. selaku dosen wali dan dosen pembimbing, yang telah memberikan nasehat, semangat, saran-saran yang baik maupun kritik yang membangun, arahan/tata cara dalam penulisan Tugas Akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maupun banyak hal yang bermanfaat yang telah diberikan selama penulis menjalani studi di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota UNIKOM. Terimakasih Ibu…

7. Para dosen dan staf di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota UNIKOM, Bapak Tatang Suheri, ST., MT., Ibu Rifiati Safariah, ST., MT. dan dosen lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan ilmu mengenai Perencanaan Wilayah dan Kota, sehingga dapat diaplikasikan, salah satunya pada penulisan Tugas Akhir ini, Ibu vitri (Sekjur) terimakasih selalu membantu dalam masalah perijinan, Bpk Muis yang selalu direpotkan untuk kesekian kali dalam hal kegiatan presentasi yang dilakukan, terimakasih pak….

8. Dear Brother Abang terimakasih atas do’a dan bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

9. My Fighter Abang Risman yang selalu setia membantu dan mendo’akan

dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini. Always be my great King.

10.Saudara-saudaraku pernah maupun yang sedang seatap di Kota Bandung, yang selalu memberi bantuan, nasehat semasa studi juga sampai pada penulisan Tugas Akhir ini (Fahmi Rahmani, Ria, Eni, bg Ujang, Aji, Ala, Rena). Terimakasih, semoga persaudaraan ini abadi selamanya. Amin.Love U All

11.Teman-teman seperjuangan yang sama-sama meyelesaikan penulisan Tugas Akhir 2012 yaitu : Fahmi Iskandar Alam, Melati, Dwi, Hegar, Budi, Dedi, Herdi, Riski, kang Cucuyang saling membantu, menyemangati maupun berbagi keluh kesah.


(7)

iii

12.Sahabatku tercinta Fahmi Iskandar Alam, yang telah banyak berbagi waktu, cerita, ilmu, tawa, canda, suka duka, bantuan selama menjalani studi di Jurusan PWK UNIKOM. Terimakasih Ami.I’ll always

remember these things.

13.Teman-teman Jurusan PWK angkatan2007 dan 2008, terimakasih untuk sudah banyak berbagi selama studi .

14.Teman-teman seperjuangan dari Indonesia Bagian Timur yang sedang menjalani studi di Kota Bandung (William, Ivan, Diva, Rani, Barnes dan lain-lain), terimakasih untuk telah berbagi waktu dan cerita semasa studi.Tetap semangat dan terus berjuang.

15.Teman-teman Jurusan PWK angkatan lainnya, terimakasih untuk kerjasama dan bantuannya semoga pertemanan ini tidak akan selalu terjaga. Herry dan Ismed terimakasih telah membantu dalam melakukan survey untuk Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima sebagai masukan berharga dengan tangan terbuka.Akhir kata, semoga apa yang ditulis dalam laporan ini dapat memberikan manfaat semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2012

Saona Angkotasan 1.06.07.013


(8)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN ...…………..……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………..……… 4

1.3 Tujuan Penelitian …………..……… 7

1.4 Sasaran Penelitian ………. 8

1.5 Ruang Lingkup ……….. 8

1.5.1 Ruang Lingkup Kajian ……….………. 8

1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian……….. 8

1.6 Metodologi Penelitian …………..……… 8

1.6.1 Penentuan Jumlah Sampel ……….……… 9

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ……… 9

1.6.3 Teknik Analisis Data ………. 13

1.6.4 Variabel Penelitian ……… 14

1.7 Kerangka Pemikiran …..……….………... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 18

2.1 Lingkungan Hidup ……… 18

2.2 Permukiman ……….. 19

2.3 Definisi dan Penyebab Permukiman Kumuh ……….……… 20

2.4 Kebijakan Perbaikan Pembangunan Permukiman di Indonesia ……… 21

2.5 Model Penanganan Lingkungan Sempadan Sungai Code Kota Yogyakarta ……… 23

2.6 Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung ……….……… 27

2.6.1 Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Pemerintah Kota Bandung ………. 27

2.6.2 Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Pihak Swasta ……… 29

2.6.3 Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Masyarakat ……… 29

2.7 Ruang Terbuka Hijau (RTH) ……….………. 32

2.7.1 Tujuan Fungsi dan Manfaat RTHKP ... 32

2.7.2 Penyedian RTHKP ………. 34

2.7.3 Arahan Penyediaan RTHKP ……….. 34


(9)

v

2.8 Sungai dan Komponen-komponennya ………... 40

2.9 Pengetahuan dan Sikap……….………... 41

2.10 Konsep Pengembangan Masyarakat dalam Penataan Kawasan ……….……… 43

BAB III GAMABARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN…….…… 47

3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari ………..………. 47

3.1.1 Batas Administrasi ………. 47

3.1.2 Kondisi Geografis………... 47

3.1.3 Kependudukan ………. 47

3.1.3.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah KK ………... 47

3.1.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 50

3.1.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ……… 51

3.2 Kondisi Lingkungan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari ……….. 51

3.2.1 Permukiman ……….. 51

3.2.2 Pencemaran Air Sungai Cikapundung ………...…… 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ….………..… 54

4.1 Karakteristik Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung KelurahanTamansari ………..…. 54

4.1.1 Kondisi Masyarakat……… 54

4.1.1.1 Jumlah Penghuni Rumah ……….. 54

4.1.1.2 Pendidikan ………..………. 55

4.1.1.3 Jenis Pekerjaan Utama Kepala Keluarga (KK) ..… 56

4.1.1.4 Pendapatan Rata-rata Rumah Tangga di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari ……… 57

4.1.2 Keadaan Rumah Tinggal Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung ... 58

4.1.2.1 Status Kepemilikan Rumah ..……… 58

4.1.2.2 Status Kepemilikan Lahan …..…….……… 58

4.1.2.3 Tahun Rumah didirikan ……..………. 59

4.1.2.4 Luas Bangunan Rumah …..………. 60

4.2 Tingkat Ketahuan Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Mengenai RTH ……… 61

4.3 Tingkat Ketahuan Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari tentang Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung………. 62

4.3.1 Tingkat Ketahuan Masyarakat tentang Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Pemerintah Kota Bandung……….. 62

4.3.2 Tingkat Ketahuan Masyarakat tentang Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Pihak Swasta ..……. 69


(10)

vi

4.3.3 Tingkat Ketahuan Masyarakat tentang Upaya Perbaikan

Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Masyarakat………... 69

4.4 Tingkat Ketahuan Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari tentang Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Secara

Keseluruhan……….. 76

4.5 Analisis Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan Masyarakat dengan Karakteristik Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sempadan

Sungai Cikapundung Serta Metode Pengembangan Masyarakat ….. 77

4.6 Sumber Informasi untuk Masyarakat yang Tahu dan Masyarakat

yang Ingin Tahu……… 81

4.7 Analisis Keterkaiatan antara Tingkat Ketahuan dengan Sumber

Informasi……….. 82

4.8 Analisis Keterkaiatan antara Keinginan untuk Tahu dengan

Sumber Informasi……… 86

4.9 Analisis Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan dengan Karakteristik Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai

Cikapundung………... 87

4.9.1 Analisis Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan dengan Pendidikan KK di Kawasan Sempadan Sungai

Cikapundung………... 87

4.9.2 Analisis Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan dengan Pekerjaan Utama KK di Kawasan Sempadan Sungai

Cikapundung……… 89

4.9.3 Analisis Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan dengan Pendapatan Rata- rata Rumah Tangga di Kawasan

Sempadan Sungai Cikapundung……….. 90

4.10 Perbandingan antara Upaya-upaya yang dilakukan untuk Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota

Bandung dengan Upaya-upaya yang dilakukan untuk Perbaikan Lingkungan Sempadan Sungai Code Kota

Yogyakrta………. 91

BAB V KESIMPULAN………. 97

5.1 Kesimpulan………. 97

5.1.1 Karakteristik Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai

Cikapundung Kelurahan Tamansari……… 97

5.1.2 Tingkat Ketahuan Masyarakat tentang Upaya-upaya

Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapudung……… 99

5.1.3 Perbandingan antara Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung Dengan Upaya-upaya yang dilakukan untuk

Perbaiakan Lingkungan Sungai Code Kota Yogyakrta…….. 99


(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA………. 103


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I-1 Perhitungan Populasi Penghuni Rumah …... 10

Tabel I-2 Penyebaran Sampel di Masing-masing RW………... 10

Tabel I-3 Variabel Penelitian……….. 14

Tabel II-1 Pembagian Segmen dalam RTRK Strategis Sungai Cikapundung……… 28

Tabel II-2 Tujuan Fungsi dan Manfaat Penataan RTHKP ………... 33

Tabel II-3 Kepemilikan RTH……… 39

Tabel II-4 Ragam Metoda Pemberdayaan Masyarakat……… 44

Tabel III-1 Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Taman Sari ……….. 49

Tabel III-2 Jumlah Kepala Keluarga Kelurahan Taman Sari yang Berada di WilayahPenelitian………... 49

Tabel III-3 Jumlah Penduduk Kelurahan Taman Sari Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….. 50

Tabel III-4 Jumlah Penduduk Kelurahan Taman Sari Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok……… 51

Tabel IV-1 Jumlah Penghuni Rumah di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung ……….. 55

Tabel IV-2 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Kawasan SempadanSungai Cikapundung……… 56

Tabel IV-3 Pendidikan Tertinggi Anggota Keluarga di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung………. 56

Tabel IV-4 Jenis Pekerjaan Utama Kepala Keluarga di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung………. 57

Tabel IV-5 Pendapatan Rata-rata Rumah Tangga Setiap Bulan di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari……….. 57

Tabel IV-6 Status Kepemilikan Rumah Tinggal Masyarakat di KawasanSempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari……….. 58

Tabel IV-7 Status Kepemilikan Lahan Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari…… 59

Tabel IV-8 Tahun Rumah didirikan di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari ………. 60

Tabel IV-9 Luas Bangunan Rumah Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari ….. 61

Tabel IV-10 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari mengenai Rencana Penyediaan RTH……….. 63

Tabel IV-11 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai


(13)

ix

Cikapundung Kelurahan Tamansari mengenai

Program GCB………. 64

Tabel IV-12 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari

mengenai Rencana Perubahan Arah Bangunan ………. 66

Tabel IV-13 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan

Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari mengenai Sanksi Membuang Sampah ke

Sungai Cikapundung ……… 67

Tabel IV-14 Prilaku Masyarakat di Sempadan Sungai Cikapundung

Kelurahan Taman Sari terhadap Sungai Cikapundung …….. 68

Tabel IV-15 Warga yang Melihat Prilaku Orang Lain terhadap

SungaiCikapundung ……… 68

Tabel IV-16 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari

mengenai Bantuan 1000 Bibit Pohon Trembesi ……… 70

Tabel IV-17 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung

Kelurahan Tamansari mengenai Bantuan Perahu Karet……. 71

Tabel IV-18 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari mengenai Pelaksanaan Festival

Kukuyaan ………... 73

Tabel IV-19 Pengetahuan Masyarakat mengenai Tujuan Utama PelaksanaanFestival Kukuyaan di Sungai Cikapundung

KelurahanTaman Sari……… 74

Tabel IV-20 Tingkat Ketahuan Sumber Pengetahuan Keinginan untuk Mengetahui Informasi dan Pemilihan Sumber Informasi Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari mengenai Pemungutan Sampah dan

Penebaran Benih Ikan oleh Siswa SD………. 75

Tabel IV-21 Karakteristik dan Tingkat Katahuan tentang Upaya- upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung

serta Metode Pengembangan Masyarakat ……….. 81

Tabel IV-22 Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan Masyarakat dengan Sumber Informasi Mengenai Upaya-upaya

Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung………. 85

Tabel IV-23 Keterkaitan antara Keinginan untuk Tahu dengan


(14)

x

Tabel IV-24 Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan dengan Tingkat

Pendidikan KK……… 88

Tabel IV-25 Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan Masyarakat dengan

Jenis Pekerjaan Utama KK………. 90

Tabel IV-26 Keterkaitan antara Tingkat Ketahuan Masyarakat dengan

Pendapatan Rumah Tangga ……… 91

Tabel IV-27 Persamaan dan Perbedaan Upaya-upaya yang dilakukan untuk Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung dan Lingkungan Sungai Code


(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pemukiman Padat di Sempadan Sungai Cikapundung

(Kelurahan Taman Sari) ………... 5

Gambar 1.2 Sungai Cikapundung Tercemar Sampah

(Kelurahan Taman Sari) ……… 6

Gambar 1.3 Saluran Pembuangan Limbah Rumah Tangga Mengarah

Langsung ke Sungai (Kelurahan Taman Sari) ………. 6

Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran……… 17

Gambar 3.1 Pemukiman Padat di Bantaran Sungai Cikapundung

(Keluran Taman Sari)………. 52

Gambar 3.2 Saluran Pembuangan Limbah Rumah Tangga Mengarah

Langsung ke Sungai (Kelurahan Taman Sari) ………... 53

Gambar 4.1 Tingkat Ketahuan Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari

Mengenai RTH………... 62

Gambar 4.2 Tingkat Ketahuan Masyarakat di Kawasan Sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari tentang Upaya-upaya Memperbaiki Lingkungan Sungai

Cikapundung Secara Keseluruhan………. 77

Gambar 4.3 Tanaman yang disediakan oleh Masyarakat di Kawasan

Sempadan Sungai Code Kota Yogyakarta ……… 93

Gambar 4.4 Peran Masyarakat atau Komunitas dalam Menata


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi perkembangan Kota Bandung, karena sungai ini berfungsi sebagai sumber air baku bagi Kota Bandung. Kawasan Sungai Cikapundung dalam Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun 2011-2030, ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Kota (KSK) yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi daya dukung lingkungan hidup, (BAPPEDA Kota Bandung, 2011). Sungai Cikapundung juga memiliki potensi antara lain berpotensi menjadi area pariwisata, diantaranya budaya tradisional kukuyaan (berpotensi menjadi olahraga arung jeram).

Sungai Cikapundung yang mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting bagi perkembangan Kota Bandung sudah seharunya dijaga kelestarian dan fungsi sungai tersebut. Sebagai upaya utama dalam menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi sungai, pemerintah Indonesia menetapkan daerah sempadan sungai dalam perundangan/peraturan tentang sungai.

Salah satu peraturan tentang sungai yang menetapkan daerah sempadan sungai adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai. Peraturan tersebut menjelaskan daerah sempadan adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk, sedangkan garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai


(17)

2

(Pemerintah Republik Indonesia, 2011). Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Penetapan garis sempadan sungai bertujuan sebagai berikut:

• Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang disekitarnya.

• Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga ke fungsi sungai.

• Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi. Berdasarkan penjelasan penetapan daerah sempadan sungai dalam peraturan tersebut, harusnya menjadi acuan untuk penduduk Indonesia agar tidak bermukim di sempadan sungai demi menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi sungai, namun peraturan yang telah berlaku belum diikuti. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih banyak bangunan perumahan yang terdapat dalam garis sempadan sungai di kawasan perkotaan di Negara Indonesia. Salah satunya terjadi pada kawasan sempadan Sungai Cikapundung yang melewati Kelurahan Tamansari Kota Bandung.

Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan. Kelurahan Tamansari berada di kawasan tengah Sungai Cikapundung dengan jumlah penduduk sebesar 24.897 jiwa dengan kepadatan 244 jiwa/Ha (BPS Kota Bandung,2011). Kondisi pemukiman di daerah sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari sangat padat. Pemukiman di kawasan tersebut memiliki kepadatan yang tinggi dengan coverage area antara 60-70%, KDB mencapai 80-90%. Selain itu, status tanah yang digunakan untuk mendirikan bangunan rumah di bantaran sungai sebagian besar adalah tanah milik negara. Permukiman warga Kelurahan Tamansari yang berada di daerah sempadan Sungai Cikapundung


(18)

3

mencakup 5 RW antara lain RW 06, RW 07, RW 10, RW 13 dan RW 15 (PT. Monekatama Selaras, 2011).

Permasalahan turunan yang terjadi akibat dari adanya permukiman warga Kelurahan Tamansari di sempadan Sungai Cikapundung adalah pencemaran air sungai yang disebabkan oleh pembuangan sampah maupun limbah rumah tangga ke dalam sungai tersebut. Pemukiman yang padat serta tercemarnya air sungai, menandakan kerusakan lingkungan Sungai Cikapundung oleh faktor manusia. Hal ini juga menandakan manusia dan alam berada dalam krisis ekologi berupa ‘keterpisahan’ antara manusia dan alam. Manusia berada dalam alam dan terikat serta tergantung dari alam dan seluruh isinya, sudah seharusnya lingkungan alam dijaga demi menyelamatkan kehidupan yang terus berlanjut.

Kelurahan Tamansari yang berada di kawasan tengah Sungai Cikapundung dengan aliran sungai berkelok-kelok juga rawan terhadap erosi (PT. Monekatama Selaras, 2011). Masalah tersebut jika tidak ditangani maka tidak menutup kemungkinan akan terjadinya banjir maupun longsor suatu waktu, yang dapat membahayakan masayarakat maupun pemukiman di sempadan sungai tersebut.

Lingkungan Sungai Cikapundung yang telah rusak memicu berbagai pihak untuk melakukan upaya perbaikan terhadap lingkungan Sungai Cikapundung sebagai bentuk kepedulian terhadap sungai tersebut. Pihak-pihak yang terkait dalam perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung antara lain pihak pemerintah Kota Bandung, pihak swasta maupun masyarakat. Masyarakat yang dimaksudkan disini adalah komunitas Sungai Cikapundung dan masyarakat luar di Kelurahan Tamansari yang peduli cikapundung.

Berbagai upaya yang dilakukan pada kenyataannya belum membuat lingkungan Sungai Cikapundung khususnya Kelurahan Tamansari menjadi lebih baik, karena air Sungai Cikapundung masih tercemar oleh pembungan sampah dan limbah domestik rumah tangga ke sungai tersebut. Hal ini diduga masyarakat


(19)

4

kurang mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan, sehingga masih minimmnya kesadaran masyarakat, rasa penghargaan serta partisipasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan untuk perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.

Upaya-upaya tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal jika masyarakat Kelurahan Tamansari juga secara langsung ikut serta dalam melaksanakan upaya-upaya tersebut. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam penataan ruang sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 yang menjelaskan pada dasarnya keterlibatan/peranserta masyarakat sangat penting dalam penataan ruang kawasan, dalam hal ini kawasan sempadan Sungai Cikapundung. Jika pengetahuan sesorang tentang sesuatu positif dan selanjutnya akan muncul niat untuk berpartisipasi terhadap kegiatan tersebut, demikian sebaliknya (Djamaludin Ancok, 1995).

Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketahuan masyarakat Tamansari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.

1.2Perumusan Masalah

Permukiman warga Kelurahan Tamansari memiliki kepadatan yang tinggi dengan coverage area antara 60-70%, KDB mencapai 80-90% (PT. Monekatama Selaras, 2011). Selain itu, banyak bangunan rumah warga Kelurahan Tamansari yang masuk dalam daerah sempadan sungai. Hal tersebut telah melanggar peraturan yang berlaku, sebagaiman telah dijelaskan pada latar belakang dalam penelitian ini.


(20)

5

Gambar 1.1 Pemukiman Padat di Sempadan Sungai Cikapundung

(Kelurahan Tamansari)

Selain pemukiman yang padat dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan, adanya pemukiman tersebut juga menyebabkan permasalahan turunan yaitu pencemaran air Sungai Cikapundung. Kondisi Sungai Cikapundung yang melewati Kelurahan Tamansari pada saat ini jika dilihat secara kasat mata telah tercemar. Hal ini ditandakan dengan air sungai tersebut berwarna coklat serta masih banyaknya tumpukan-tumpukan sampah yang terdapat di dalam Sungai Cikapundung. Sungai Cikapundung menampung limbah domestik sebanyak 2,5 juta liter. Produksi sampah untuk Kelurahan Tamansari sebanyak 53,080 liter /hari atau 1,98 liter/orang/hari (BAPPEDA Kota Bandung, 2011). Saluran pembuangan air limbah rumah tangga masayarakat Tamansari yang bertempat tinggal di sempadan Sungai Cikapundung juga mengarah langsung ke badan Sungai Cikapundung karena tata letak bangunan masih banyak membelakangi sungai tersebut.


(21)

6

Gambar 1.2 Sungai Cikapundung Tercemar Sampah (Kelurahan Tamansari)

Gambar 1.3 Saluran Pembuangan Limbah Rumah Tangga Mengarah Langsung ke Sungai (Kelurahan Tamansari)

Sempadan sungai yang padat dengan pemukiman warga Tamansari serta pencemaran air Sungai Cikapundung yang disebabkan oleh adanya pemukiman padat tersebut, menandakan lingkungan Sungai Cikapundung telah rusak oleh faktor manusia.

Sebagai upaya perbaikan kerusakan lingkungan Sungai Cikapundung Sungai Cikapundung, pihak pemerintah Kota Bandung, pihak swasta maupun masyarakat melakukan berbagai upaya dalam perbaikan lingkungan sempadan sungai tersebut.


(22)

7

Berbagai upaya yang dilakukan pada kenyataannya belum membuat lingkungan Sungai Cikapundung khususnya Kelurahan Tamansari menjadi lebih baik, karena air Sungai Cikapundung masih tercemar oleh pembungan sampah dan limbah domestik rumah tangga ke Sungai Cikapundung. Hal ini diduga masyarakat kurang mengetahui upaya-upaya tersebut, sehingga masih minimnya kesadaran masyarakat, rasa penghargaan serta partisipasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan untuk perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.

Upaya-upaya tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal jika masyarakat Kelurahan Tamansari juga secara langsung ikut serta dalam melaksanakan upaya-upaya tersebut. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam penataan ruang sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 yang menjelaskan pada dasarnya keterlibatan/peranserta masyarakat sangat penting dalam penataan ruang kawasan, dalam hal ini kawasan sempadan Sungai Cikapundung. Jika pengetahuan sesorang tentang sesuatu positif dan selanjutnya akan muncul niat untuk berpartisipasi terhadap kegiatan tersebut, demikian sebaliknya (Djamaludin Ancok, 1995).

Berangkat dari latar belakang dan penjelasan di atas maka dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana tingkat ketahuan masyarakat Tamansari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.

1.3Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat ketahuan masyarakat tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.


(23)

8

1.4Sasaran Penelitian

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka sasaran yang ingin dicapai antara lain :

1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari

2. Mengidentifikasi tingkat ketahuan masyarakat yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Tamansari tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung

1.5Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini mencakup ruang lingkup kajian dan ruang lingkup wilayah.

1.5.1 Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini yaitu membahas tentang tingkat ketahuan masyarakat Tamansari di kawasan sempadan Sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah pemukiman di sempadan Sungai Cikapundung yang melewati Kelurahan Tamansari, yang mencakup 5 RW yaitu RW 06, RW 07, RW 10, RW 13 dan RW 15 (PT. Monekatama Selaras, 2011).

1.6Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 2003). Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Pembahasan dalam metodologi penelitian ini terdiri dari penentuan jumlah sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan variabel penelitian.


(24)

9

1.6.1 Penentuan Jumlah Sampel

Sampel ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan dengan menggunakan teknik tertentu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampling random sederhana. Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih (Usman, 2004). Populasi yang dimaksud dalam hal ini adalah penghuni rumah di sempadan Sungai Cikapundung. Responden pada penelitian adalah kepala keluarga (KK) yang tinggal di sempadan Sungai Cikapundung. Rumusan yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian sebagai berikut:

Dimana : n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan, misalnya 10 %

Berdasarkan rumus diatas dapat dihitung besarnya sampel dalam penelitian ini dengan data-data :

1. Data jumlah kepala keluarga Kelurahan Tamansari yang berada di daerah sempadan Sungai Cikapundung ( RW 06, RW 07, RW 10, RW 13 dan RW 15) adalah N=1145 KK.

Populasi keseluruhan untuk wilayah penelitian sebenarnya N=2289 KK, namum berdasarkan hasil survey awal, tidak semua bangunan di setiap RW Kelurahan Tamansari masuk pada daerah sempadan sungai atau hanya sebagian yang masuk ke dalam daerah sempadan Sungai Cikapundung. Maka diasumsikan setiap populasi keseluruhan dari masing-masing RW dibagi dua. Misalnya populasi keseluruhan RW 06 N=257 maka populasi

n

n

=

=

N


(25)

10

untuk penghuni rumah di sempadan Sungai Cikapundung N=257/2=128,5 dibulatkan menjadi 129. Perhitungannya selengkapnya dapat dilihat pada tabel I-1.

Tabel I-1

Perhitungan Populasi Penghuni Rumah

No RW Jumlah KK N Penghuni Rumah

1 06 257 129

2 07 652 326

3 10 290 145

4 13 340 170

5 15 750 375

Total 1145

Sumber : Analisis 2012

2. e = persen kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%

maka didapatkan jumlah smapel : n = 1145/1+(1145 x 0,12) = 92. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak maka sampel penelitian ini dibulatkan menjadi 100.

Penyebaran sampel pada tiap RW akan dibandingkan dengan jumlah KK tiap RW (x) dibagi dengan jumlah populasi KK (N). Bila jumlah KK di RW 06 x = 257 KK, sedangkan jumlah populasi N = 1145 dan rencana sampel yang diambil adalah 100, maka besarnya sebaran sampel di RW 06 adalah :

Jumlah sampel RW 06 = (257/1145) x 100 = 11 sampel

Demikian seterusnya untuk masing-masing RW dalam lingkup wilayah penelitian ini. Untuk lebih jelas mengenai penyebaran sampel di setiap RW dapat dilihat pada tabel I-2 dan pada gambar 1.4.

Tabel I-2

Penyebaran Sampel di Masing-masing RW

No RW Jumlah KK Sampel

1 06 129 11

2 07 326 28

3 10 145 13

4 13 170 15

5 15 375 33

Total 100


(26)

11

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari proposal penelitian ini, maka penelitian ini cenderung menggunakan pendekatan survey, yaitu suatu pendekatan yang pada umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang luas dan banyak. Survey dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari responden dalam hal ini adalah masyarakat Kelurahan Tamansari yang bertempat tinggal di sempadan Sungai Cikapundung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi atau pengamatan: merupakan salah satu teknik pengumpulan data/atau fakta yang cukup efektif. Observasi adalah pengamatan langsung/tinjauan lapangan.

b. Wawancara : merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

c. Kuesioner : merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey dan (b) memperoleh informasi yang realibilitas dan validitas setinggi mungkin (Singarimbun, 1995).


(27)

12


(28)

13

Adapun kebutuhan data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data berisi uraian data yang akan diperlukan dalam analisis yang berupa data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diproleh melelui kuesioner, wawancara dan observasi. Sasaran data primer adalah penghuni/masyarakat Kelurahan Tamansari yang bertempat tinggal di daerah sempadan Sungai Cikapundung.

Sasaran pengumpulan data primer melalui kuesioner dan wawancara bagi para penghuni rumah digunakan untuk mengetahui karakteristik dan pengetahuan penghuni rumah yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung, sedangkan sasaran pengumpulan data primer melalui observasi digunakan untuk mengetahui gambaran visual mengenai lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Jenis data sekunder diperoleh melalui literatur atau studi pustaka yang berkaiatan dengan data statistik mengenai wilayah penelitian, kebijakan yang ditetapkan, seperti Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRK) Strategis Sungai Cikapundung Kota Bandung maupun tulisan-tulisan lain yang memiliki hubungan dengan lokasi penelitian. Hal tersebut untuk dapat memperoleh gambaran awal mengenai lokasi permukiman di wilayah penelitian dan untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas selanjutnya.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data-data yang telah didapat dari responden melalui survey yaitu data yang berkaitan dengan variabel-variabel pengetahuan dan pelaksanaan peran serta masyarakat Kelurahan Tamansari yang bermukim di bantaran sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung, selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan analisis deskriftif .


(29)

14

Analisis deskriftif yaitu suatu analisis yang digunakan untuk memberikan penjelasan tentang informasi atau data yang diperoleh. Data yang diperoleh dalam hal ini adalah data karakteristik dan pengetahuan masyarakat Kelurahan Tamansari yang bermukim di bantaran sungai Cikapundung tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung.

1.6.4 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang terpilih dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel I-3.

Tabel I-3 Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Output

Pengetahuan mengenai RTH

- Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) - Fungsi ruang terbuka hijau di

lingkungan rumah dan lingkungan Sungai Cikapundung

- Peran serta masyarakat dalam penyediaan RTH kawasan perkotaan - Penyediaan RTH dalam bentuk pot

Pengetahuan

Tingkat Ketahuan tentang upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung

- Rencana penyediaan RTH di sempadan Sungai Cikapundun

- Program GCB

- Sanksi terhadap masayarakat yang membuang sampah ke sungai

Tingkat Ketahuan

Tingkat Ketahuan tentang upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung yang dilakukan oleh pihak swasta

- Bantuan 1000 bibit pohon Ki Hujan (trembesi)

- Bantuan perahu karet

Tingkat Ketahuan

Tingkat Ketahuan tentang upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung yang dilakukan oleh masyarakat

- festival kukuyaan setiap satu minggu sekali

- pemungutan sampah dan penebaran benih ikan oleh siswa SD

Tingkat Ketahuan


(30)

15

DESAIN SURVEY

No Jenis Data Variabel

Jenis Survey

Penggunaan Sumber

P

S O W K

1

Data Fisik Wilayah, dan Sosial di Wilayah Penelitian

Luas wilayah  Untuk memberikan

gambaran umum tentang wilayah penelitian

BAPPEDA Kota Bandung, BPS Kota Bandung/Jawa Barat, Kantor Kelurahan,

Kondisi Geografi 

Kependudukan

2 Penghuni Rumah Kondisi Masyarakat

Jumlah penghuni rumah   Untuk memberikan gambaran umum tentang karakteristik penghuni rumah di wilayah penelitian

Masyarakat Taman Sari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung) Tingkat pendidikan  

Pekerjaan  

Penghasilan  

Keadaan Rumah Tinggal

Status kepemilikan rumah   Untuk memberikan gambaran umum tentang keadaan rumah tinggal di wilayah penelitian

Masyarakat Taman Sari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung) Status kepemilikan lahan  

Tahun rumah tinggal dibangun  

Luas lahan   

Tingkat Ketahuan

- Pengertian RTH - Fungsi RTH

- Peran serta masyarakat dalam penyediaan RTH

- Penyediaan RTH dalam bentuk pot

 

Untuk mengetahui tingkat ketahuan mengenai RTH

Masyarakat Taman Sari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung)

Rencana penyediaan RTH di daerah sempadan Sungai

Cikapundung

Untuk mengetahui tingkat ketahuan terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung

Masyarakat Taman Sari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung)


(31)

16

No Jenis Data Variabel

Jenis Survey

Penggunaan Sumber

P

S O W K

2 Penghuni Rumah Tingkat Ketahuan

Program GCB   Untuk mengetahui tingkat ketahuan terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung

Masyarakat Taman Sari yang bermukim di sempadan Sungai Cikapundung) Sanksi membuang sampah ke

sungai  

Bantuan 1000 bibit pohon Ki

Hujan (trembesi)   Bantuan perahu karet   Festival kukuyaan setiap satu

minggu sekali  

P emungutan sampah dan penebaran benih ikan oleh siswa SD

 

Sumber : Hasil Analisi 2012


(32)

17

1.7 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

.

Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran Tingkat ketahuan terhadap

upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung

Tingkat Ketahuan Masyarakat Upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung

Adanya permukiman padat di daerah sempadan Sungai

Cikapundung

Pencemaran air Sungai Cikapundung

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung:

 Rencana Penyediaan RTH  Program GCB

 Sanksi membuang sampah ke sungai

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak swasta :

 Bantuan 1000 bibit pohon Ki Hujan (trembesi)

 Bantuan perahu karet Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat :

 Festival kukuyaan setiap satu minggu sekali

 Pemungutan sampah dan penebaran benih ikan oleh siswa SD Upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Code Yogyakarta Upaya-upaya perbaikan lingkungan

Sungai Cikapundung P e r b a n d i n g a n


(33)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan Hidup

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolan Lingkungan Hidup menjelaskan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (Pemerintah RI, 1997).

Penyebab kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Bentuk kerusakan lingkungan hidup oleh faktor manusia antara lain :

• Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.

• Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem

pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

• Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:


(34)

19

b. Perburuan liar

c. Merusak hutan bakau

d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman e. Pembuangan sampah di sembarang tempat. f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

2.2 Permukiman

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Menpera, 2011).

Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan, sedangkan lingkungan hunian terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman (Menpera, 2011).

Menurut M Sastra dan Marlina permukiman dapat diimplementasikan sebagai suatu tempat bermukim manusia yang menunjuk suatu tujuan tertentu, dengan demikian permukiman seharusnya memberikan kenyamanan kepada penghuninya serta orang yang datang ke tempat tersebut (M Sastra dan Marlina, 2006).

Salah satu komponen permukiman adalah perumahan. Perumahan merupakan kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.


(35)

20

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

2.3 Definisi dan Penyebab Permukiman Kumuh

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, sedangkan perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian (Menpera, 2011).

Permukiman kumuh/slums merupakan kawasan dimana

bangunan-bangunannya tidak layak huni untuk masyarakat ditinjau dari beberapa aspek yaitu terjadi degradasi kualitas bangunan, hunian yang terlalu padat, pemeliharaan jalan yang kurang baik, kurangnya ventilasi, serta fasilitas pencahayaan dan pelayanan umum yang kurang baik. slums juga seringkali disebut sebagai permukiman yang mengalami degradasi kualitas fisik dan lingkungannya karena kurangnya pemeliharaan bangunan dan lingkungan permukiman.

Penurunan kualitas yang dimaksud dapat menyebabkan permukiman menjadi kumuh adalah sebagai berikut :

- Turunnya kualitas fisik lingkungan seperti menumpuknya sampah domestik, becek dan banjir, pencemaran air, udara dan sanitasi lingkungan.

- Turunnya kualitas sosial seperti menurunnya tingkat kesehatan

masyarakat, meningkatnya tingkat kejahatan, meningkatnya kenakalan remaja dan sebagainya.

- Turunnya kualitas ekonomi seperti menurunnya tingkat pendapatan masyarakat hingga ekonomi kawasan yang disebabkan oleh masalah diatas.


(36)

21

Berdasarkan penjelasan di atas diatas, karakteristik permukiman kumuh yang sama pada wilayah penelitian yaitu kepadatan bangunan yang tinggi dan penurunan kualitas fisik lingkungan karena menumpuknya sampah di Sungai Cikapundung yang juga menyebabkan pencemaran sungai tersebut.

2.4 Kebijakan Perbaikan Pembangunan Permukiman di Indonesia 2.4.1 Penyelenggaraan Kawasan Permukiman Perkotaan

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjelaskan pengendalian penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.

Penyelenggaraan kawasan permukiman bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Penyelenggaraan kawasan permukiman mencakup lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di perdesaan dan di perkotaan. Penyelenggaraan lingkungan hunian perkotaan yang merupakan upaya perbaikan permukiman melalui:

a. Pengembangan lingkungan hunian perkotaan mencakup:

- Peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perkotaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan;

- Peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan;

- Peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan hunian perkotaan;

- Penetapan bagian lingkungan hunian perkotaan yang dibatasi dan yang didorong pengembangannya;

- Pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman


(37)

22

- Pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak terencana dan tidak teratur.

b. Pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan/ pembangunan

kembali lingkungan hunian perkotaan mencakup : - Penyediaan lokasi permukiman;

- Penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman; - Penyediaan lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,

dan kegiatan ekonomi.

Perbaikan kawasan permukiman meliputi perbaikan rumah dan prasarana, sarana, atau utilitas umum dilakukan melalui rehabilitasi atau pemugaran.

2.4.2 Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan/ Permukiman Kumuh

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilaksanakan berdasarkan pada prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati/memiliki tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang.

Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru mencakup:

- Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi; - Ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;


(38)

23

- Penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum;

- Pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Pencegahan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui: a) pengawasan dan pengendalian, b) pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan atau pemukiman kembali.

2.5 Model Penanganan Lingkungan Sempadan Sungai Code Kota Yogyakarta

Sungai Code merupakan salah satu dari tiga sungai yang mengalir melalui Kota Yogyakarta dan di sekitar pusat pariwisata Yogyakarta yang telah dikenal secara luas oleh wisatawan. Sejak tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1980, lahan di sepanjang 7 kilometer pinggir sungai dari arah utara ke selatan dipenuhi dengan pemukiman penduduk miskin, yang umumnya merupakan kaum migran. Banyaknya kaum migran di bantaran Sungai Code ini mengakibatkan penduduk di daerah tersebut sangat padat dan mulai bermunculan pemukiman kumuh yang tidak mencerminkan hidup sehat. Air Sungai Code juga tercemar oleh pembuangan sampah dan limbah rumah tangga (Zamroni, 2008).

Sungai Code yang mengalir melalui sekitar pusat pariwisata Kota Yogyakarta yang telah dikenal secara luas oleh wisatawan, sudah seharusnya sebagai tempat wisata. Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini mengambil kebijakan yang berorientasi pada partisipasi masyarakat. Model-model partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian dan fungsi Sungai Code antara lain : pembentukan komunitas Sungai Code, merealisasikan program kali bersih (proksih), mengelola sampah dengan baik, pembuatan IPAL komunal, memasang himbauan, pembangunan fasilitas umum di bantaran sungai dan merealisasikan


(39)

24

program jalur hijau (Zamroni, 2008). Berikut ini akan diuraikan mengenai Model-model partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian dan fungsi Sungai Code.

1. Membentuk Komunitas Sungai Code

Partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam melestarikan lingkungan di bantaran Sungai Code. Agar setiap masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kebersihan kelestarian lingkungan, maka mereka membentuk komunitas sosial yang mencurahkan perhatiaannya kepada Sungai Code dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengembalikan kebersihan Sungai Code.

Elemen yang terlibat dalam komunitas tersebut antara lain masyarakat setempat, LSM (lembaga swadaya masyarakat), perguruan tinggi dan pemerintah kota Yogyakarta. Dalam komunitas tersebut terdapat nilai sinergitas antara berbagai elemen yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Contohnya seperti tokoh masyarakat mempunyai peran penting untuk mendorong warganya berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan Sungai Code. Komunitas yang dibentuk adalah komunitas yang independen dan bersifat sukarela, sehingga lebih mengutamakan diri dalam pembangunan lingkungan Sungai Code.

2. Merealisasikan Prokasih

Realisasi program kali bersih (Prokasih) sebagai wujud dari kepedulian sosial terhadap lingkungan termanifestasi dalam kegiatan kerja bakti atau gotong royong yang dilakukan warga secara berkala dan dikoordinir oleh komunitas sosial yang sudah terbentuk dan aparat desa. Selain itu masyarakat juga selalu menghimbau baik secara individual maupun kolektif kepada keluaraga dan lingkungan sekitarnya, agar tidak membuang sampah sembarangan di sekitar lingkungan Sungai Code. Kerja bakti dalam hal ini tidak dimaknai sebagai akumulasi pekerjaan untuk membersihkan lingkungan dalam jangka waktu tertentu, tetapi lebih dimaknai sebagai bentuk kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan di bantaran Sungai Code. Peran elit atau tokoh masyarakat menjadi sangat penting, karena mereka menjadi motor atau penggerak untuk mendorong keterlibatan masyarakat sebagai akar rumput


(40)

25

secara langsung dalam merealisasikan program-program yang telah direncanakan. Prokasih Sungai Code Yogyakarta sudah dilaksanakan pada tahun 1993.

3. Mengelola Sampah Dengan Baik

Selain terdapat himbauan untuk tidak membuang sampah di sungai, masyarakat di sekitar Sungai Code juga belajar untuk mengelola sampah dengan baik. Sampah rumah tangga diambil oleh petugas regular dan warga mengeluarkan iuran sesuai dengan yang disepakati bersama. Model pengelolaan sampah seperti ini memang sudah jamak dilakukan oleh masyarakat perkotaan, akan tetapi jika tidak diikuti dengan partisipasi masyarakat secara total tentunya hanya akan menjadi slogan belaka, karena partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan program tersebut. Oleh karena itu, pemerintah bersama dengan pihak-pihak terkait harus mendorong dan memfasilitasi masyarakat agar mereka bersedia berperanserta dalam mensukseskan program tersebut. Peningkatan pengelolaan sampah dengan baik yang dilakukan disini adalah komunitas dan perorangan memanfaatkan sampah sebagai bahan pupuk organik bagi sejumlah tanaman, seperti bunga. Kreatifitas masyarakat perlu mendapakan dukungan dari berbagai pihak agara terus berkembang dengan baik. Karena kita tahu bahwa, masalah sampah di perkotaan menjadi persoalan penting yang harus diselesaikan secara bersama-sama dengan mengutamakan keterlibatan masyarakat di dalammnya. Tentunya semua program yang dicanangkan tidak dapat dirasakan hasilnya jika partisipasi masyarakat tidak bisa dihadirkan dalam setiap program kerja yang dicanangkan oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait.

4. Pembuatan Ipal Komunal

Untuk menunjang kebersihan lingkungan dan kelestarian alam di bantaran Sungai Code, beberapa masyarakat membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) secara komunal. Adapun kapasitas IPAL komunal yang dibuat warga antara 30 kepala keluarga sampai 70 kepala keluarga. Pembuatan IPAL ini dilakukan secara komunal karena biaya pembuatannya relatif banyak menelan biaya, dan jika ditanggung secara bersama-sama akan terasa lebih ringan. IPAL


(41)

26

komunal bertujuan untuk mengurangi tingkat pembuangan limbah rumah tangga yang selalu menjadi permasalahan krusial dalam menciptakan air sungai yang bersih. Inilah salah satu realisasi pembanguan yang berpusat pada rakyat untuk menjaga kelestarian lingkungan di bantaran Sungai Code.

5. Memasang Himbauan

Selain warga berpartisipasi dalam mengelola Sungai Code komunitas tersebut juga memasang himbauan di sepenjang bibir/tepian sungai seperti larangan membuang sampah dan himbauan-himbauan lainnya yang bertujuan menjaga eksistensi Sungai Code dan mengembalikan fungsi sungai seperti dahulu kala. Jika masyarakat di bantaran Sungai Code sudah sadar akan pentinggnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat maka masyarakat lain harus disadarkan juga untuk tidak mengotori dan membuang sampah di sungai. Karena yang membuang sampah di sungai tidak hanya masyarakat di sekitar sungai saja melainkan masyarakat luar sungai juga ikut membuang sampah di sungai.

6. Pembangunan Fasilitas Umum di Bantaran Sungai

Kepadatan rumah penduduk dan warga secara tidak langsung telah mendorong masyarakat untuk membuang limbah rumah tangga ke sungai. Berangkat dari persoalan tersebut, maka warga beserta pemerintah desa membangun bebrapa fasilitas umum yang dikelola oleh masyarakat setempat seperti pembangunan kamar mandi umum dan WC umum, gardu sebagai pos ronda dan jalan setapak juga diperkeras. Penduduk juga menghias lingkungan tepi Sungai Code dengan pot-pot yang ditanami dengan berbagai macam bunga yang dilengkapi dengan lampu penerang, serta elemen-elemen lainnya.

7. Merealisasikan Program Jalur Hijau

Dalam perkampungan bantaran Sungai Code Yogyakarta, seperti Prawirodirjan dan Sayidan terdapat program pembuatan taman yang diadakan oleh pemerintah setempat dan dikelola secara penuh oleh masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat berusaha untuk menciptakan jalur hijau dengan membudidayakan berbagai macam bunga yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya. Meskipun hanya terbatas di jalan yang sempit


(42)

27

atau gang yang dihimpit oleh rumah warga setempat , akan tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangat warga untuk menciptakan jalur hijau agar para pengguna jalan merasa nyaman ketika memasuki lokasi perkampungan.

Selain itu pemerintah Kota Yogtyakarta sendiri merancang bangunan di bantaran sungai code menghadap ke sungai. Perubahan arah bengunan ke sungai membuat masyarakat berpikir dua kali untuk membuang sampah di sungai, karena risih melihat sampah menumpuk di depan rumah mereka. Sungai akan dianggap sebagai halaman rumah yang harus selalu bersih dan rapi.

2.6 Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung

Kondisi lingkungan Sungai Cikapundung yang didominasi oleh pemukiman padat serta tercemarnya air sungai tersebut sudah seharusnya dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki lingkungan Sungai Cikapundung. Adapun pihak-pihak yang terkait dalam memperbaiki lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung antara lain pemerintah Kota Bandung, swasta/dunia usaha dan masyarakat.

2.6.1 Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Pemerintah Kota Bandung

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Kota Bandung dalam memperbaiki lingkungan Sungai Cikapundung terdiri dari: a)upaya yang sedang direncanakan (Penyediaan RTH Publik Di Sempadan Sungai Cikapundung), b)upaya yang sedang berjalan (Gerakan Cikapundung Bersih), dan c)upaya yang telah ditetapkan (sanksi).

A. Rencana Penyediaan RTH Publik di Sempadan Sungai Cikapundung

Kebijakan pemerintah Kota Bandung dalam dokumen Fakta dan Analisis Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRK) Strategis Sungai Cikapundung menjelaskan bahwa salah satu konsepsi dasar pengembangan kawasan Sungai Cikapundung adalah pengembangan bantaran Sungai Cikapundung. Kawasan bantaran sungai


(43)

28

(sempadan sungai) akan dijadikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu sebagai ruang publik termasuk sempadan sungai di Kelurahan Tamansari yang berada pada segmen 3 yang merupakan kawasan pengendalian 1. Untuk lebih jelas tentang pebagian segmen dalam RTRK Strategis Sungai Cikapundung dapat dilihat pada table II-1.

Tabel II-1

Pembagian Segmen dalam RTRK Strategis Sungai Cikapundung

Segmen Penataan Kawasan terbatas (Dago

Bengkok, Babakan Siliwangi)

Segmen 1a

Zona konservasi Punclut/Tahura Dago bengkok Segmen 1b Konservasi Babakan Siliwangi

Kawasan Pengendalian 1 (Babakan Siliwangi-PLN)M Kawasan Prioritas menurut SPPIP)

Segmen 2 (Babakan Siliwangi- Cihampelas Bawah Segmen 3 (Cihampelas Bawah-wastukencana) Segmen 4 (Wastukencana-Kebonsirih

Segmen 5 (Kebonsirih – Kantor PLN

Kawasan pengendalian 2 (Kantor PLN - Jl. Sokarno Hatta)

Segmen 6 (Kantor PLN- Lingkar Selatan Segmen 7 Lingkar selatan – Jl. Soekarno Hatta

Kawasan pengembangan Segmen 8 Jl. Soekarno Hatta – Tol Purbaleunyi

Sumber : RTRK Strategis Sungai Cikapundung 2011

Kelurahan Tamansari yang termasuk dalam zona pengembangan segmen 3, yang lingkup wilayahnya mencakup Cihampelas Bawah – Wastu Kencana memiliki karakteritik sebagai berikut :

1) Dekat dengan pusat kegiatan perkotaan dan perdagangan

(perbelanjaan Balubur)

2) Dekat dengan kegiatan pendidikan 3) Dilalui oleh jalan layang Pasupati

4) Berkembangnya permukiman padat penduduk (Kelurahan

Tamansari)

5) Berkembnagnya kegiatan komersial khusus, yaitu pusat penjualan bunga Wastu Kencana.

Pengendalian kawasan sempadan Sungai Cikapundung yang akan dilakukan termasuk zona segmem 3 dalam memperbaiki lingkungan di sempadan


(44)

29

Sungai Cikapundung yaitu daerah sempadan Sungai Cikapundung akan dijadikan sebagai RTH publik.

B. Program Gerakan Cikapundung Bersih (GCB)

Sebagai upaya untuk memperbaiki sungai Cikapundung dan kawasan sekitarnya sejak tahun 2004 bulan februari pemerintah Kota Bandung mencanangkan program GCB merupakan acara tahunan atau diadakan setiap satu tahun satu kali. Gerakan Cikapundung Bersih (GCB) yang mencakup tujuh tahapan secara berturut-turut antara lain :

1) Bakti sosial

2) Pengerukan sedimen 3) Normalisasi sungai

4) Inventarisasi bangunan di bantaran sungai serta perubahan tata letak bangunan yang semula membelakangi menjadi menghadap sungai 5) Penataan sempadan sungai

6) Pembangunan bangunan air dan 7) Penghijauan

Pemerintah Kota Bandung dalam hal ini menjalin kerjasama dengan pihak swasta maupun masyarakat. Pihak swasta didorong untuk terlibat secara aktif, untuk mengolah limbah maupun berpartisipasi aktif dalam Gerakan Cikapundung Bersih. Sedangkan masyarakat difasilitasi untuk terus bergerak membersihkan sungai secara berkala, menanam pohon di bantaran sungai, peningkatan peran untuk menjaga warga lainnya agar tidak membuang sampah ke sungai, serta menjadikan sungai ini menjadi pusat kegiatan olah raga, hiburan, seni budaya, dan kegiatan lainnya yang produktif dan pro-lingkungan (Pemerintah Kota Bandung, 2011).

C. Sanksi Membuang Sampah ke Sungai Cikapundung

Pemerintah Kota Bandung mulai tanggal 19 Juni 2011 menerapkan sanksi hukum bagi masyarakat ataupun perusahaan yang membuang kotoran ke Sungai Cikapundung. Bagi masyarakat yang ketahuan membuang sampah, limbah dan


(45)

30

kotoran lainnya ke Sungai Cikapundung akan dikenai sanksi denda sebesar Rp 5.000.000 (PR, 2011). Hal ini merupakan komitmen pemerintah Kota Bandung untuk memperlakukan dan menjaga Sungai Cikapundung serta menjaga kebersihan dan kelestariannya.

Sanksi tersebut sebenarnya sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan Dan Keindahan yaitu membuang air besar atau kecil dan memasukan kotoran lainnya pada sumber mata air, kolam air minum, sungai dan sumber air bersih lainnya dikenakan pembebanan biaya paksaan penegakan hukum sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah), atau sanksi administrasi berupa penahanan untuk sementara waktu Kartu Tanda Penduduk, atau Kartu Identitas Kependudukan lainnya dan pengumuman di media masa. Hal ini merupakan salah satu uapaya pemerintah Kota Bandung dalam mengurangi pencemaran air Sungai Cikapundung, (Pemerintah Kota Bandung, 2005).

2.6.2 Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Pihak Swasta

Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki lingkungan Sungai Cikapundung oleh pihak swasta antara lain bantuan 1000 bibit pohon Ki Hujan (trembesi) dan bantuan perahu karet dan pelampung. Pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan upaya tersebut yaitu PT.Bio Farma, Pikiran Rakyat, Bank Sinar Mas, Bank BJB dan PTPN VIII.

A. Bantuan 1000 bibit Pohon

PT Bio Farma (Persero) menyelenggarakan kegiatan sosial dalam rangka “Bio Farma Peduli Cikapundung” di daerah Sangkuriang RT 06 RW 13 Kecamatan Coblong, Bandung berupa bantuan 1 buah perahu karet untuk patroli kebersihan sungai Cikapundung dan 1000 bibit pohon Ki Hujan (trembesi). Kegiatan ini dilakukan hanya satu kali pada bulan mei tahun 2011.

Ki Hujan atau biasa disebut Pohon Hujan (Trembesi atau Albizia saman/Samanea saman) diharapkan dapat menjadi penyejuk serta penyerap air yang baik di sekitar Sungai Cikapundung. Pohon Ki Hujan memiliki kemampuan


(46)

31

menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa. Pohon ini diperkirakan mampu menyerap 28,5 ton karbondioksida setiap tahun-nya, bila dibandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata hanya mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya, sehingga pohon ini memiliki kontribusi yang besar dalam menanggulangi pencemaran udara dan ancaman pemanasan global (Pemprov Jabar, 2011).

B.Bantuan Perahu Karet

Komunitas peduli Cikapundung selama ini dalam membersihkan sampah di Sungai Cikapundung hanya dengan menggunakan ban-ban bekas. Berangkat dari hal tersebut, “Pikiran Rakyat” dan Bank Sinar Mas, disokong oleh Bank BJB dan PTPN VIII, dan dihadiri oleh Walikota Bandung dalam kegiatan “Peduli Cikapundung Bersih” menyerahkan bantuan berupa dua unit perahu karet di Kelurahan Tamansari.

Penyerahan perahu karet bertujuan untuk membantu komunitas peduli Cikapundung dalam operasi di lapangan yaitu membersihkan sampah di dalam Sungai Cikapundung, sekaligus untuk memperlancar komunikasi antar komunitas. Kegiatan ini dilakukan hanya satu kali pada bulan mei 2011 (Pikiran Rakyat, 2011).

2.6.3 Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung oleh Masyarakat

Pada bagian akan dibahas mengenai upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam memeperbaiki Sungai Cikapundung, khususnya di Kelurahan Tamansari. Masyarakat yang melakukan upaya-upaya perbaikan lingkungan Sungai Cikapundung terdiri dari komunitas dan masyarakat diluar kelurahan Tamansari.

A. Festival Kukuyaan

Salah satu komunitas yang terkait dalam pelaksanaan pembersihan Cikapundung adalah Komunitas Kuya 13. Komunitas ini merupakan kumpulan orang-orang yang peduli terhadap kebersihan sungai Cikapundung untuk wilayah


(47)

32

Kelurahan Tamansari, Bandung Wetan. Anggota komunitas ini bekerja bersama-sama membersihkan bantaran sungai dari sampah.

Kegiatan tersebut juga dibantu oleh warga sekitar yang peduli terhadap lingkungannya. Komunitas kuya 13 bekerjasama dengan pemerintah Kota Bandung dalam menggelar festival kukuyaan setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari sabtu dan sudah dimulai pada bulan maret 2011.

Festival tersebut berisi aneka permainan air. Komunitas ini menyediakan ban karet, perahu karet, dan membangun wahana permainan flying fox. Salah satu perlombaan yang digelar adalah pacu ban. Lomba pacu ban ini diikuti sekitar 200 peserta yang berlomba mengikuti arus sungai dengan ban dari Tamansari hingga garis akhir di sungai Cikapundung dekat PLN distribusi Jabar, Jl Asia Afrika. Peserta tidak dinilai dari kecepatannya, tetapi seberapa banyak peserta mengumpulkan sampah (Kuya 13 , 2011).

B.Pemungutan Sampah dan Penebaran Benih Ikan oleh Siswa SD

Siswa SD Juara Kota Bandung melakukan aksi peduli lingkungan “ Hayo Hejo” dengan membersihkan sampah di bantaran Sungai Cikapundung yang melintasi Kelurahan Tamansari. Aksi ini dilakukan tepat pada hari ulang tahun Kota Bandung ke 201 yang jatuh pada tanggal 25 september 2011 (Kuya 13, 2011). Selain membersihkan sungai, dalam kegiatan yang diikuti seluruh siswa dari kelas I hingga VI itu juga dilaksanakan penebaran benih ikan sebanyak 201 ekor (Pikiran Rakyat, 2011).

2.7 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Pada bagian ini akan dibahas tentang tujuan, fungsi dan manfaat RTHKP, penyedian RTHKP, serta tipologi RTHKP.

2.7.1 Tujuan Fungsi dan Manfaat RTHKP

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. RTHKP publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab


(48)

33

Pemerintah Kabupaten/Kota., sedangkan RTHKP privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi (Mendagri, 2007). Adapun tujuan, fungsi dan manfaat dari penataan RTHKP dapat dilihat pada tabel II-2.

Tabel II-2

Tujuan Fungsi dan Manfaat Penataan RTHKP

Penataan RTHKP

Tujuan Fungsi Manfaat

• Menjaga keserasian dan keseimbangan

ekosistem lingkungan perkotaan

• Mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan

• Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

• Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan

• Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara

• Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati

• Pengendali tata air

• Sarana estetika kota.

• Sarana untuk mencerminkan identitas daerah

• Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan

• Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial

• Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan

• Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah

• Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula

• Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat

• Memperbaiki iklim mikro

• Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

Sumber :Mendagri, 2007

Penataan RTHKP melibatkan peranserta masyarakat, swasta, lembaga/badan hukum dan perseorangan. Peranserta masyarakat dimulai dari pembangunan visi dan misi, perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Peranserta masyarakat dapat dilakukan dalam proses pengambilan keputusan mengenai penataan RTHKP, kerjasama dalam pengelolaan, kontribusi dalam pemikiran, pembiayaan maupun tenaga fisik untuk pelaksanaan pekerjaan.


(49)

34

2.7.2 Penyedian RTHKP

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan RTHKP dapat dilakukan berdasarkan luas wilayah dan berdasrkan fungsi tertentu.

a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan yaitu ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

b. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air. RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.

2.7.3 Arahan Penyediaan RTHKP

Arahan penyediaan RTH yang akan dibahas dalam tinjauan teori ini, terdiri dari arahan RTH pada bangunan/perumahan dan arahan RTH pada lingkungan/permukiman.


(50)

35

2.7.3.1 RTH Bangunan/Perumahan

Arahan penyediaan RTH pada bangunan/perumahan meliputi arahan penyediaan RTH pekarangan, RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha serta RTH dalam bentuk taman atap bangunan (Roof Garden).

a. RTH Pekarangan

Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas. Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di kawasan perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di masing-masing kota. Untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian pekarangan maka ditentukan kategori pekarangan sebagai berikut:

• Pekarangan Rumah Besar

Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah besar adalah sebagai berikut:

1) kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan di atas 500 m

2) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m

2

2

) dikurangi luas dasar bangunan (m2

3) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.

) sesuai peraturan daerah setempat

• Pekarangan Rumah Sedang

Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah sedang adalah sebagai berikut:

1) kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas lahan antara 200 m2 sampai dengan 500 m

2) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m

2

2

) dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat


(51)

36

3) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

• Pekarangan Rumah Kecil

Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah kecil adalah sebagai berikut:

1) kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan dibawah 200 m

2) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m

2

2

) dikurangi luas dasar bangunan (m2

3) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

) sesuai peraturan daerah setempat;

Keterbatasan luas halaman rumah dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan menggunakan pot atau media tanam lainnya.

b. RTH Halaman Perkantoran Pertokoan dan Tempat Usaha

RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa jalur trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam

pot

2. Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki minimal 2 (dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada pot berdiameter diatas 60 cm

3. Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan


(1)

101

Cikapundung karena masyarakat menganggap sampah tersebut membawa manfaat untuk mereka. Selain itu, pemerintah juga harus tegas dalam merealisasikan sanksi yang telah berlaku bagi warga yang membuang sampah di sungai. Pemerintah dapat membangun pos-pos pengawasan di sempadan Sungai Cikapundung Kelurahan Taman Sari, dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengawasi setiap warga yang membuang sampah ke Sungai Cikapundung. Jika ada warga yang melihat orang lain membuang sampah di Sungai Cikapundung, maka warga tersebut langsung melaporkan kepada Ketua RT dan selanjutnya ditindaklanjuti dengan peraturan tentang sanksi yang berlaku.

3. Pemerintah dapat bekerjasama dengan lembaga/tokoh masyarakat dalam memberikan informasi yang jelas mengenai perubahan tata letak bangunan menghadap ke sungai, agar dapat membantu untuk meralisasikan rencana tersebut. Karena rencana tersebut apabila tidak diketahui dan mendapatkan persetujuan masyarakat maka rencana tersebut tidak akan berjalan dengan optimal. Oleh karena itu pemerintah dan tokoh/lembagna masyarakat dapat memberikan penyuluhan mengenai manfaat dari perubahan tata letak bangunan tentang lingkungan sempadan Sungai Cikapundung, sehingga rencana tersebut akan dapat direalisasikan dengan mudah.

4. Pengetahuan masyarakat rata-rata tinggi tentang upaya-upaya memperabiki lingkungan sempadan Sungai Cikapundung, artinya upaya-upaya tersebut haruslah berjalan dengan lancar, tapi pada kenyataanya hasil dari upaya-upaya yang dilakukan untuk menata lingkungan sempadan Sungai Cikapundung tidak optimal. Oleh karena itu sebelum pemerintah maupun pihak-pihak terkait sebelum melaksanakan program/upaya-upaya penataan haruslah ada pendekatan dengan masyarakat melalui penyuluhan. Penyuluhan tersebut bukan semata-mata membicarakan apa yang harus dilakukan tapi lebih ditekankan pada manfaat dari apa yang


(2)

102

dilakukan, sehingga masyarakat akan tertarik untuk berpartisipasi dalam menata lingkungan sempadan Sungai Cikapundung.

5. Budaya gotong royong harus ditingkatkan, karena gotong royong sangat menetukan keberhasilan suatu kegiatan. Seperti yang telah dilakukan masyarakat di Sungai Code Yogyakarta.


(3)

103

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta

BAPPEDA Kota Bandung. (2011). Dokumen RAPERDA RTRW Kota Bandung

2011-2030,Bandung.

BAPPEDA Kota Bandung. (2011). Dokumen Fakta Analisis RTRK Strategis

Sungai Cikapundung, Bandung.

BAPPENAS. (1984). Pedoman Pembangunan Perumahan Rakyat dan

Permukiman, Jakarta.

Budiharjo, Eko. (2005). Tata Ruang Perkotaan, P.T.ALUMNI, Bandung.

Budiharjo, Eko. (2006 ). Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, P.T. ALUMNI,Bandung.

Bisnis Jabar. (2011). Komunitas Kuya 13 Dibalik Bersihnya Cikapundung, Bisnis Jabar, Bandung

Djamaludin,Ancok. (1995). Teknik Penyususnan Skala Pengukur, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

M,Sastra Suparno & Marlina, Endi. (2006). Perencanaan & Pembangunan

Perumahan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Mendagri RI. (2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Jakarta.

Menpera RI. (2011).Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Permukiman, Jakarta.

Pemerintah Kota Bandung. (2011), Diskusi Citarum II, Bandung

Pemerintah Kota Bandung. (2005), Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan Dan

Keindahan, Bandung

Pemerintah Kota Bandung. (2009). Workshop City Branding Perumusan Logo dan

Slogan Kota Bandung, Bandung.

Pemerintah Kota Bandung. (1998). Perda Kota Madya Bandung Nomor 14 tahun


(4)

104

Pemerintah RI. (1997). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997

tentang Pengelolan Lingkungan Hidup, Jakarta.

Pemerintah RI. (2011). Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang

Sungai, Jakarta.

Pemerintah RI. (2007). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 26 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang, Jakarta.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (2011). Bio Farma Tanam 1000 Pohon Trembesi

Sepanjang Cikapundung, Bandung

Pikiran Rakyat. (20011). Siswa SD Juara Bersihkan Sungai Cikapundung, Pikiran Rakyat Bandung.

Pikiran Rakyat. (20011). Penanganan Cikapundung Harus Berkesinambungan, Pikiran Rakyat Bandung.

PT Monekatama Selaras. (2011). Dokumen Usulan Teknis Penyusunan Rencana

Tata Ruang Kawasan Strategis Sungai Cikapundung Kota Bandung,

Bandung.

Rahayuningsih, Sri Utami. (2008). Psikologi Umum, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Usman Husaini, (2003). Metodologi Penelitian Sosial, PT Bumi Aksara, Jakarta. Yudohusodo, Siswono.1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan Padamu

Negri, Jakarta.

Yusuf, M Pawit. 2012. Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi,

Pendidikan dan Perpustakaan, Raja Grafindo Aksara, Jakarta

Zamroni, Muhammad Imam. (2008). Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat


(5)

DATA PRIBADI

Nama : Saona Angkotasan Tempat / Tanggal Lahir : Wahai, 23 Februari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Sukasari II No 269 Kota Bandung No Tlp/Hp : 087825666255

E-Mail address :

No. KTP : 3273026302880006

PENDIDIKAN FORMAL

- Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung,Jawa Barat.Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

- SMA Negeri 1 Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah - SMP Negeri 1 Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah - SD Inpres 2 Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah - TK Wahai

PENDIDIKAN NON FORMAL

2012 : Seminar “Ready to Clouds Computing with Windows 8 and Office 365” Auditorium UNIKOM, Bandung.

2012 : Seminar “Geologi” Auditorium UNIKOM, Bandung.


(6)

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

2009 : Penelitian mengenai Identifikasi Pergerakan bekerja di Kota Bandung 2010 : Penelitian mengenai RDTR Kecamatan Pacet

2011 : Penelitian mengenai Pengembangan Konsep Cyber City di Kota Cimahi

PENGALAMAN ORGANISASI

Organisasi Tempat Pelaksanaan Tahun OSIS SMA Negeri 1 Wahai Wahai 2003-2005

HIMA PWK UNIKOM Bandung 2007-2010

Himpunan Mahasiswa MALUKU Bandung 2007-2008

PENGALAMAN KERJA

Perusahaan/Instansi Program Tempat Tahun

Bappeda Kota Bandung Kerja Praktek Bandung 2011

KEMAMPUAN BERBAHASA

Jenis Membaca Menulis Berbicara

Bahasa Indonesia Baik Baik Baik

Bahasa Maluku (Seram) Bahasa Indonesia Baik Baik

Bahasa Inggris Baik Baik Rata-rata

Demikian daftar riwayat hidup diatas saya buat, dengan ini saya menyatakan bahwa informasi diatas adalah benar dan tepat.

Bandung, Agustus 2012

1.06.07.013 Saona Angkotasan