Analisis nilai kerusakan lingkungan dan kesediaan membayar masyarakat terhadap program perbaikan lingkungan kasus pemukiman Bantaran sungai Ciliwung
PROGRAM PERBAIKA LI GKU GA
(Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung)
EMILEA YAVA ICA
PROGRAM STUDI EKO OMI PERTA IA DA SUMBERDAYA FAKULTAS PERTA IA
I STITUT PERTA IA BOGOR 2009
(2)
RI GKASA
EMILEA YAVA ICA. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan (Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung). Dibimbing oleh EVA A GGRAI I.
Adanya ketimpangan pembangunan ekonomi mengakibatkan wilayah yang satu tumbuh lebih cepat daripada wilayah yang lainnya, dalam hal ini pembangunan perkotaan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan pedesaan, sehingga tercipta lapangan kerja yang luas di perkotaan. Hal ini menyebabkan terjadinya urbanisasi yaitu mendorong sebagian besar penduduk di pedesaan berpindah ke perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan. Urbanisasi mengakibatkan kepadatan penduduk di perkotaan, sedangkan daya dukung lahan di kota'kota besar sangat terbatas. Hal ini menyebabkan para pendatang (urbanit) yang membutuhkan tempat tinggal terpaksa membangun tempat tinggal di lahan milik negara, seperti di bantaran sungai. Padatnya pemukiman di bantaran sungai beserta aktivitas yang dilakukan penghuni pemukiman tersebut di bantaran sungai seperti: dijadikan lokasi pembuangan sampah, mencuci peralatan rumahtangga dan pakaian, merupakan beberapa hal yang menjadi penyebab banjir dan pencemaran yang dapat merusak lingkungan.Oleh karena itu, pemerintah daerah melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan memperbaiki kualitas lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung dan juga untuk penataan DAS Ciliwung agar masyarakat tidak lagi tinggal di pemukiman yang kumuh dan masyarakat tercegah dari banjir. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam program tersebut untuk menciptakan kualitas lingkungan yang sehat dan manusiawi diantaranya dengan cara membayar biaya perbaikan lingkungan untuk memperoleh kualitas lingkungan yang lebih baik.
Tujuan penelitian ini adalah menghitung besarnya kerugian ekonomi akibat banjir, menganalisis persepsi dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan serta faktor'faktor yang mempengaruhinya, menghitung besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan dan faktor'faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa total kerugian yang diterima masyarakat ketika terjadi banjir adalah Rp.1.254.097.156,1. Nilai ini mencerminkan total biaya yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan masih rendah, namun sebagian besar masyarakat menerima upaya perbaikan lingkungan, faktor'faktor yang mempengaruhinya adalah jumlah tanggungan, lama tinggal, status kependudukan dan jenis kelamin. Nilai rataan WTP responden sebesar Rp.206.800,1 dan total WTP masyarakat sebesar Rp.160.673.400,1. Besarnya nilai WTP ini dipengaruhi oleh faktor tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan luas tempat tinggal.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan kualitas sungai dengan menerapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di lokasi penelitian.
(3)
A ALISIS ILAI KERUSAKA LI GKU GA DA
KESEDIAA MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP
PROGRAM PERBAIKA LI GKU GA
(Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung)
EMILEA YAVA ICA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKO OMI PERTA IA DA SUMBERDAYA FAKULTAS PERTA IA
I STITUT PERTA IA BOGOR 2009
(4)
Judul Skripsi : Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan (Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung) Nama : Emilea Yavanica
NRP : A14304046
Disetujui Dosen Pembimbing
Eva Anggraini, S. Pi, M. Si. NIP. 132 321 428
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
(5)
PER YATAA
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS NILAI KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PERBAIKAN LINGKUNGAN (Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR'BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN'BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2009
Emilea Yavanica A14304046
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jember, 18 Juni 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Sugiyono, MM dan Hanifah Zahro.
Penulis mengawali pendidikannya di SD AL'FALAH Mampang Jakarta Selatan pada tahun 1991, dilanjutkan di SDN WISMA JAYA Bekasi Timur dari tahun 1993 sampai 1996. Pada tahun 1997, melanjutkan di SLTP Negeri 3 Bekasi, kemudian penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMU ASSALAAM Ponpes Modern Islam Assalaam Solo pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu'Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
(7)
KATA PE GA TAR
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan (Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung)” ini dengan baik, semata'mata atas kehendakNya dan rahmat cinta'kasihNya yang berlimpah. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.
Skripsi ini bertujuan menghitung besarnya kerugian ekonomi akibat banjir, menganalisis persepsi dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan serta faktor'faktor yang mempengaruhinya, menghitung besarnya WTP masyarakat untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik dan faktor'faktor yang mempengaruhinya. Dengan penelitian ini, penulis berharap bisa memberikan masukan bagi pihak pemerintah dan masyarakat khususnya dalam mengambil langkah dengan mengedepankan kualitas lingkungan serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva Anggraini, S.Pi, M.Si. sebagai dosen pembimbin skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan'masukannya selama penyusunan skripsi ini. Serta pihak'pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa kepada penulis.
Pada skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dari pembaca yang budiman.
(8)
UCAPA TERIMAKASIH
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan cinta kasihNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai selesainya skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar'besarnya kepada:
1. Keluargaku tersayang: Bapak (Ir. Sugiyono, MM), Mama (Hanifah Zahro) atas do’a, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan, jazakalloh khoir, semoga Allah membalas semuanya dengan berlipat ganda. Adik'adikku (Mirza Aulia dan Syamsa Arrizal) atas do’a, semangat dan bantuannya.
2. Ibu Eva Anggraini, S. Pi, M. Si. Sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan, kesabaran, semangat, pengertian dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama.
4. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Bapak Sapto dari Dinas Perumahan DKI Jakarta, Bapak Jefry dari Suku Dinas
Perumahan Jakarta Selatan, pihak BPS DKI Jakarta, pihak Kementrian Lingkungan Hidup DKI Jakarta, pihak Kesatuan Bangsa Jakarta Selatan, Bapak Rokib Lurah Manggarai dan Bapak Rachmat Basuki Wakil Lurah Manggarai dari Kelurahan Manggarai, serta aparat Kelurahan Manggarai atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.
6. Ibu Sri warga RW 04 Kelurahan Manggarai dan teh Oom yang telah membantu penelitian penulis.
7. Masyarakat RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.
8. Sahabat'sahabat penulis antara lain Ida, Zakya, Rahma, Rolas, Agris, Sari, Nisa, Owin, Yudi, Zae, Erfan, Budi, Anggie, Wulan dan teman'teman EPS’41 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, do’a dan dukungan yang diberikan.
(9)
9. Teman'teman sebimbingan Natalia dan Lingga atas bantuan, kerjasama, semangat dan do’a yang diberikan.
10. Sahabatku tercinta Asrama A2'158 (Riza, Rian, Wellya) atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan do’a yang diberikan.
11. Teman'teman KKP Curugagung Subang yaitu Tatu, Ratna, Aci dan Ipul atas kebersamaan dan pengalaman yang diberikan kepada penulis.
12. Om Iskandar dan Bulik Iin, Om Samsul dan Bulik Nina, Om Susilo dan Bulik Wati, Om Toro dan Bulik Mar’ah, atas do’a dan motivasinya kepada penulis. 13. Keluarga besar di Jember dan Mempawah atas dukungan dan doanya kepada
penulis, Love you all.
14. Mas Aditya Prima Yudha atas do’a, bantuan, semangat, bimbingan, pengertian dan perhatiannya kepada penulis.
15. Teman'teman Kos Sangga Buana (Vina, Devita, Mba Fifi, Fika, Anggie, Dina Putri), Kos Regina (Ratih, Bunga, Vivin, dan semuanya) dan Kos Tetra (Indra, Cahyo, Yudi, Ivan, Galih) atas do’a dan semangatnya kepada penulis.
16. Teman'teman Jalur 2 (Nurul, Prima, Eka, Lina, Lia, Aini, Ade, Ichfan, Anjas) atas semangat dan do’anya, thanks for all.
17. Staf'staf administrasi departemen yang telah membantu penulis serta semua pihak yang telah membantu penulis atas bantuan dan dukungannya. Semoga Allah merahmati.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRA ... xiv
I. PE DAHULUA ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
II. TI JAUA PUSTAKA ... 7
2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan ... 7
2.2 Penilaian Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan ... 9
2.3 Konsep Contingent Valuation Method (CVM)... 10
2.4 Persepsi... ... 11
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12
III. KERA GKA PEMIKIRA ... 16
IV. METODE PE ELITIA ... 20
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 20
4.3 Penentuan Jumlah Responden ... 21
4.4 Pengumpulan Data ... 22
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 24
4.5.1 Teknik Penghitungan Nilai Kerugian Ekonomi ... 24
4.5.1.1 Hilangnya Pendapatan ... 24
4.5.1.2 Biaya Berobat ... 25
4.5.1.3 Biaya Perbaikan ... 25
4.5.2 Analisis Persepsi ... 26
4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan ... 26
4.5.3.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan ... 26
4.5.3.2 Memperoleh Nilai Rataan dan Total WTP ... 29
4.5.4 Analisis Faktor'Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 30
4.6 Pengujian Parameter ... 32
4.7 Batasan Operasional ... 37
V. KEADAA UMUM ... 38
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
5.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Manggarai RW 04 ... 38
5.1.2 Kondisi Lingkungan ... 39
5.2 Karakteristik Responden ... 40
5.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 41
(11)
5.2.3 Pendidikan Formal ... 42
5.2.4 Jenis Pekerjaan ... 43
5.2.5 Tingkat Pendapatan ... 44
5.2.6 Jumlah Tanggungan ... 45
5.2.7 Lama Tinggal di Kelurahan Manggarai RW 04 ... 46
5.2.8 Luas Tempat Tinggal ... 46
5.2.9 Status Kependudukan ... 47
VI. KERUGIA RESPO DE AKIBAT BA JIR DI RW 04 KELURAHA MA GGARAI ... 49
6.1 Kerugian Materil ... 49
6.2 Biaya Berobat ... 50
6.3 Biaya dari Waktu (Cost of Time) ... 51
6.4 Biaya Kerusakan Sarana Umum ... 54
VII. PERSEPSI RESPO DE TERHADAP UPAYA PERBAIKA KUALITAS LI GKU GA ... 56
Penilaian Responden terhadap Kebersihan Lingkungan Kelurahan Manggarai RW 04 ... 56
Pengetahuan Responden terhadap Manfaat Sungai dan Bantaran Sungai Ciliwung ... 57
Pengetahuan Responden terhadap Dampak Negatif dari Aktivitas yang Dilakukan terhadap Sungai dan Bantaran Sungai ... 58
Penilaian Responden terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Sungai dan Bantaran Sungai ... 59
VIII. A ALISIS WILLI G ESS TO PAY RESPO DE TERHADAP UPAYA PERBAIKA KUALITAS LI GKU GA SU GAI DA BA TARA SU GAI... 62
8.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Sungai dan Bantaran Sungai ... 62
8.2 Analisis Willingness to Pay terhadap Program perbaikan Kualitas Lingkungan ... 68
8.3 Analisis Faktor'Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay ... 70
8.4 Kebijakan Lingkungan Pemukiman Responden ... 73
IV. PE UTUP ... 77
9.1 Kesimpulan ... 77
9.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai Total Kerugian yang Ditanggung oleh Responden RW 04 Akibat Banjir ... 51 2. Nilai Total Kerugian Cost of Time yang Ditanggung oleh Responden
RW 04 Akibat Banjir ... 54 3. Nilai Total Kerugian yang Ditanggung oleh Masyarakat RW 04 Akibat
Banjir . ... 55 4. Hasil Logit Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam
Membayar Perbaikan Lingkungan terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Sungai dan Bantaran Sungai di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 65 5. Distribusi WTP Responden RW 04 Kelurahan Manggarai. ... 69 6. Total WTP Masyarakat terhadap Program Perbaikan Kualitas
Lingkungan ... 70 7. Hasil Analisis Nilai WTP Responden RW 04 Kelurahan Manggarai
(13)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Alur Kerangka Berfikir ... 19 2. Proses Pembentukan Persepsi Berdasarkan Model Solomon ... 22 3. Karakteristik Responden di RW 04 Kelurahan Manggarai Berdasarkan
Jenis Kelamin Tahun 2008 . ... 41 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Usia di RW 04
Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 42 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RW 04
Kelurahan Manggarai Tahun 2008. ... 43 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RW 04
Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 44 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Responden
per bulan di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 45 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Responden
di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 45 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Responden di RW
04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008... 46 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Tempat Tinggal Responden
di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 47 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kependudukan di RW 04
Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 48 12. Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian terhadap Kebersihan
Lingkungan di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 56 13. Persepsi Responden terhadap Manfaat Sungai dan Bantaran Sungai
Ciliwung di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 58 14. Persepsi Responden terhadap Dampak Negatif dari Penggunaan
Bantaran Sungai Ciliwung di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008. ... 59 15. Persepsi Responden terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan
Sungai dan Bantaran Sungai di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 60 16. Program Perbaikan Lingkungan yang Diinginkan oleh Responden Di
RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008 ... 61 17. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden dalam
Membayar Perbaikan Lingkungan terhadap Rencana Program Perbaikan Kualitas Lingkungan Sungai dan Bantaran Sungai di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008. ... 63
(14)
DAFTAR LAMPIRA
Nomor Halaman
1. Jumlah dan Persentase Penduduk Daerah Perkotaan dan Perdesaan
di Indonesia Tahun 2000'2025 (dalam juta jiwa) ... 83
2. Hasil Logit Kesediaan Responden Membayar Perbaikan Lingkungan... 84
3. Hasil Regresi Berganda Nilai WTP Responden RW 04 Kelurahan Manggarai ... 85
4. Uji Heteroskedastisitas ... 86
5. Kuisioner ... 87
6. Kondisi Wilayah Penelitian di RW 04 Kelurahan Manggarai ... 91
7. Peta Lokasi Penelitian ... 93
8. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Kotamadya Jakarta Selatan ... 94
(15)
Ketimpangan yang terjadi antara perkotaan dan pedesaan merupakan salah satu bentuk permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Menurut (Tambunan, 2003) beberapa faktor penyebab terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut antara lain: adanya perbedaan sumberdaya alam antar daerah, mutu sumberdaya manusia, alokasi investasi, konsentrasi kegiatan ekonomi daerah, serta perbedaan kondisi demografis antar daerah. Kondisi tersebut di atas akan berpengaruh terhadap paradigma tatanan pemerintah dalam menerapkan perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan perkotaan yang lebih menitikberatkan dan mengutamakan kepada modernisasi industri, kecanggihan teknologi serta pertumbuhan metropolis yang menyebabkan terpusatnya segala aktivitas ekonomi di perkotaan. Ketimpangan pembangunan tersebut menyebabkan ketersediaan lapangan kerja perkotaan lebih besar dari pedesaan.
Perbedaan ketersediaan lapangan kerja antara perkotaan dan pedesaan menyebabkan terjadinya urbanisasi yaitu mendorong sebagian besar penduduk di pedesaan berpindah ke perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data SP (Sensus Penduduk) 1980, 1990 dan 2000, persentase proporsional tingkat keurbanan di Indonesia relatif mengalami peningkatan yang cukup berarti yang secara nasional berturut'turut menunjukkan angka pencapaian dari 22,3 persen pada tahun 1980, meningkat menjadi 30,9 persen pada tahun 1990 dan menjadi
(16)
42,0 persen pada tahun 2000 1, kemudian mencapai 48,30 persen pada tahun 2005 (BPS, 2000).
Keadaan ini menyebabkan jumlah penduduk di perkotaan meningkat setiap tahunnya. Data BPS (2000) memproyeksikan terjadinya kenaikan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akibat adanya urbanisasi, yaitu sebesar 86,16 juta penduduk pada tahun 2000 menjadi 186,49 juta penduduk pada tahun 2025. Selaras dengan kondisi ini diproyeksikan penurunan jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan, yaitu sebesar 118,97 juta penduduk pada tahun 2000 menjadi 86,73 juta penduduk pada tahun 2025.
Kepadatan penduduk di perkotaan yang semakin meningkat menuntut adanya ketersediaan lahan khususnya untuk pemukiman. Kenyataannya jumlah lahan yang tersedia untuk pemukiman semakin berkurang karena tingginya penggunaan lahan untuk kegiatan industri, perdagangan dan perkantoran. Hal ini menyebabkan penggunaan lahan milik pemerintah secara illegal, ruang terbuka hijau dan lainnya untuk lokasi pemukiman, diantaranya penggunaan bantaran sungai sebagai lokasi pemukiman. Menurut Keputusan Presiden No. 32/1990 pasal 1 bantaran sungai diartikan sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Adapun fungsi ekologis dari sungai dan bantaran sungai adalah sebagai daerah resapan saat debit air maksimal, penyaring materi tanah dan air, penahan kecepatan angin, penyerap polutan dan pengendali iklim mikro. Sehingga penggunaan bantaran sungai diatur
1 TRANSMIGRASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP URBANISASI. Sarjono Herry
Warsono
(17)
oleh Keputusan Presiden No. 32/1990 pasal 16 bahwa jarak daerah bantaran sungai dengan daerah pemukiman sekurang'kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan untuk sungai kecil (Departemen Pekerjaan Umum, 1994).
Padatnya pemukiman di bantaran sungai menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya adalah pencemaran oleh limbah domestik dan kurangnya daerah resapan air. Hal ini akan menyebabkan banjir pada musim penghujan, karena daerah resapan air semakin sempit sehingga volume air sungai cepat meluap. Kondisi ini mengakibatkan berbagai kerugian besar baik kerugian materi dan non materi.
Kerugian besar yang terjadi akibat padatnya pemukiman di daerah bantaran sungai yang telah melanda DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi ditetapkan sebagai daerah yang bermasalah. Berdasarkan data BPS (2007), DKI Jakarta yang mempunyai luas wilayah hanya sekitar 661,52 kilometer persegi, menampung jumlah penduduk 8,96 juta jiwa sehingga dapat dihitung kepadatan penduduknya sebesar 13,5 ribu jiwa per kilometer persegi. Sebagai kasus yang difokuskan dalam penelitian ini dapat dilihat pada pembangunan pemukiman penduduk di bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
1.2 Perumusan Masalah
Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai terbesar dan terpanjang yang membelah kota Jakarta. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung mengalir dari wilayah Kabupaten Bogor menuju Teluk Jakarta sepanjang 117 km dan luas 36.839 Ha. Sungai Ciliwung Hilir (wilayah DKI Jakarta) di batasi oleh: sebelah
(18)
barat (wilayah kotamadya Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara), sebelah timur (wilayah kotamadya Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara). Terdapat banyak permukiman kumuh illegal di DAS Ciliwung. Salah satu permukiman kumuh illegal yang terletak di bantaran Sungai Ciliwung adalah RW 04 Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, karena jika dibandingkan dengan RW 01 dan RW 10 yang juga berada di bantaran sungai, RW 04 menghadapi masalah lingkungan yang paling berat karena memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi dan merupakan wilayah kumuh. Berdasarkan data monografi Kelurahan Manggarai (2007), RW tersebut terdiri dari 16 RT dengan jumlah penduduk 3.327 jiwa dan luas wilayah kurang lebih 6 Ha (termasuk wilayah untuk sarana umum) dengan kepadatan 50.328,358 jiwa/km2.
Keberadaan pemukiman penduduk RW 04 Kelurahan Manggarai di bantaran sungai tersebut menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi keseimbangan ekosistem yang ada di sekitarnya. Kondisi lingkungan bantaran sungai cenderung memburuk karena dimanfaatkan sebagai pemukiman dengan berbagai aktivitas penduduk, diantaranya dijadikan lokasi pembuangan sampah, mencuci peralatan rumahtangga dan pakaian, yang lambat laun akan mempersempit badan sungai yaitu lebar bantaran sungai yang idealnya 60 meter tetapi kenyataannya hanya terdapat 20 meter.2 Hal ini sewaktu'waktu akan menyebabkan terjadinya bencana banjir walaupun tidak terjadi hujan lebat. Selain itu, banjir juga disebabkan oleh keadaan topografi pemukiman, karena RW 04
2 Banjir Jakarta. [email protected]
(19)
Kelurahan Manggarai merupakan daerah dataran rendah sehingga banjir yang menggenangi pemukiman tersebut dapat mencapai ketinggian 3 sampai 6 meter.3
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memperbaiki kualitas lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung dan juga untuk penataan DAS Ciliwung agar masyarakat tidak lagi tinggal di pemukiman yang kumuh dan masyarakat tercegah dari banjir, Hal tersebut dimaksudkan agar tercipta lingkungan yang sehat dan manusiawi.4
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, meliputi:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi responden di bantaran Sungai Ciliwung?
2. Berapa besarnya nilai kerugian yang dikeluarkan oleh responden ketika terjadi banjir?
3. Bagaimana persepsi responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung?
4. Bagaimana tingkat penerimaan responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung dan faktor'faktor apa yang mempengaruhinya?
5. Berapa besarnya WTP responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung dan faktor'faktor apa yang mempengaruhinya?
3 Hasil wawancara dengan pihak Kelurahan Manggarai tanggal 25 Februari 2008. 4 Arsip Dinas Perumahan DKI Jakarta
(20)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi responden di bantaran Sungai Ciliwung;
2. Menghitung besarnya nilai kerugian yang dikeluarkan oleh responden ketika terjadi banjir;
3. Mengkaji persepsi responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran sungai ciliwung;
4. Menganalisis tingkat penerimaan responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung serta faktor'faktor yang mempengaruhinya;
5. Menganalisis WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung serta faktor'faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang perbaikan lingkungan di pemukiman bantaran Sungai Ciliwung diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Akademisi dan peneliti, khususnya di dalam menganalisis penilaian ekonomi mengenai lingkungan;
2. Pemerintah dalam menerapkan kebijakan mengenai lingkungan bantaran Sungai Ciliwung;
3. Masyarakat luas, khususnya masyarakat pemukiman bantaran Sungai Ciliwung dalam mengedepankan kualitas lingkungan.
(21)
II. TI JAUA PUSTAKA 2.1 ilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Menurut Fauzi (2004), penilaian barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan lingkungan dapat dinilai secara moneter. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai rupiah atau nilai ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga transaksi barang dari sumberdaya alam tersebut dapat dilakukan.
Selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung, sumberdaya alam juga menghasilkan jasa'jasa (services) lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat ini sering lebih terasa dalam jangka panjang. Manfaat fungsi ekologis (ecological function) tersebut sering tidak terkuantifikasi dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumberdaya.
Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis/CBA) yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan di atas karena konsep CBA yang konvensional sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya. Demikian juga, meskipun kita mengetahui kerusakan lingkungan akibat aktivitas ekonomi, pengambil kebijakan sering tidak mampu mengkuantifikasikan kerusakan tersebut dengan metode ekonomi yang konvensional. Permasalahan'permasalahan di atas kemudian menjadi dasar pemikiran lahirnya konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non'pasar (non market valuation.
(22)
Menurut Pearce dan Turner (1990) dalam Pearson (2000) untuk mengukur sejumlah nilai (nilai total ekonomi), para ahli ekonomi telah membedakan nilai pengguna (user value) dari nilai non pengguna (non user value). Nilai total ekonomi merupakan nilai kegunaan aktual (actual value) ditambah nilai pilihan (option value) dan ditambah nilai eksistensi (existence value).
Menurut Fauzi (2004), pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu tersebut adalah pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian, kita menggunakan apa yang disebut nilai ekonomi sumberdaya alam.
Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. WTP juga dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu.
(23)
Keinginan untuk Membayar
Keinginan untuk membayar atau Willingness to Pay adalah keinginan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash, 1993).
2.2 Penilaian Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Menurut Hufschmidt, et.al (1987) teknik untuk menilai manfaat perubahan lingkungan dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:
a. yang langsung berdasarkan pada nilai pasar atau produktivitas,
b. yang menggunakan nilai pasar barang subtitut (surogat/ganti) atau pelengkap/komplementer,
c. pendekatan yang menggunakan teknik survei.
Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok (Garrod dan Willis, 1999). Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah travel cost dan hedonic pricing. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana
(24)
keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM).
Dalam penelitian ini penghitungan WTP untuk valuasi non market dilakukan secara langsung (direct method) dengan pendekatan CVM, dengan cara survei dan melakukan wawancara terhadap masyarakat bantaran sungai.
2.3 Konsep (CVM)
Menurut Hanley dan Spash (1993), Contingent Valuation Method yang diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1963 merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar.
Contingent Valuation Method menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat mengenai berapa besar nilai maksimum dari WTP untuk manfaat tambahan atau berapa besar nilai maksimum dari WTA sebagai kompensasi yang timbul akibat kerusakan barang lingkungan.
Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan yang mendekati nilai sebenarnya, jika pasar dari sumberdaya non market tersebut benar'benar ada. Pasar hipotetik sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Dengan kata lain, responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuisioner dan alat hipotesis yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.
(25)
Kuisioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu: 1) penulisan detail tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian sumberdaya non market, jenis kesanggupan dan alat pembayaran; 2) pertanyaan tentang WTP yang diteliti; 3) pertanyaan tentang karakteristik sosial demografi responden seperti usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain'lain. Sebelum menyusun kuisioner terlebih dahulu dibuat skenario'skenario yang diperlukan dalam rangka membangun suatu pasar hipotesis sumberdaya non market yang menjadi pengamatan. Selanjutnya dilakukan pembuktian pasar hipotesis yang menyangkut pertanyaan perubahan kualitas lingkungan yang dijual atau dibeli.
Asumsi dasar dari metode CVM ini adalah bahwa individu'individu memahami benar pilihan mereka dan bahwa mereka cukup familiar atau tahu kondisi lingkungan yang dinilai, dan bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh'sungguh apa yang akan mereka lakukan jika pasar untuk sumberdaya non market (lingkungan) benar'benar terjadi.
2.4 Persepsi
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995) dalam Handoko (2003), persepsi merupakan salah satu dasar utama dan fundamental dari proses psikologi dalam kehidupan manusia. Menurutnya proses persepsi tersebut dimulai sejak manusia lahir dan terus berlangsung serta mempunyai peranan penting sepanjang hidup manusia.
Veitch dan Arkkelin (1995) menyatakan persepsi adalah:
“It is the process by which sensory impressions of stimuli in the
environment are translated into mental representations, and, therefore, it is the
(26)
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa persepsi ditandai dengan adanya indera manusia yang menangkap stimuli dalam lingkungannya. Lebih lanjut Veitch dan Arkkelin (1995), menyatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan tidak hanya sekedar proses indera yang menangkap stimuli (informasi) semata, namun persepsi juga merupakan proses “menamai” stimuli, melukiskan, menggambarkan serta memberikan arti bagi stimuli/dunia di sekitarnya.
Menurut Sarwono (1999):
‘Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor'faktor yang terdapat dalam individu, seperti jenis kelamin, umur, motif, tingkat pendidikan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan di luar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial budaya (misalnya suku bangsa) dan media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu’.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi adalah merupakan interpretasi atau penafsiran seseorang akan makna sesuatu baginya di dalam memahami informasi tentang “dunianya”, baik melalui penglihatan, pendengaran, perasaan dan penalaran. 2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan analisis willingness to pay dengan metode CVM pernah dilakukan oleh Ayu (2004). Penelitian yang dilakukan adalah menganalisis WTP masyarakat terhadap perbaikan ekosistem Hutan Mangrove. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan CVM dengan alat analisis Regresi Logit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor'faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk ikut atau tidaknya berpartisipasi
(27)
dalam perbaikan kualitas lingkungan HMMA (Hutan Mangrove Muara Angke) adalah kegiatan pemanfaatan HMMA untuk berwisata, biaya yang dikeluarkan untuk sekali kunjungan, kemudahan mencapai lokasi, tingkat kenyamanan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Sedangkan faktor'faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung untuk kawasan HMMA adalah pengetahuan mengenai manfaat mangrove, tingkat umur, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.
Penelitian yang juga menggunakan metode CVM dilakukan oleh Harianja (2005). Penelitian yang dilakukan adalah menganalisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Bantargebang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor'faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan dalam menerima dana kompensasi TPA sampah bantargebang adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan tingkat kepuasan terhadap dana kompensasi yang selama ini diberikan. Sedangkan faktor'faktor yang mempengaruhi nilai WTA responden Ciketing Udik adalah faktor tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, ada tidaknya biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi dampak dari TPA sampah, dan penilaian responden terhadap pengolahan sampah yang dilakukan selama ini.
Penelitian yang terkait dengan persepsi dilakukan oleh Handoko (2003) yang menganalisis tentang persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung terhadap Sungai Ciliwung yang menggunakan tabulasi frekuensi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor'faktor yang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang aspek lingkungan sungai adalah faktor umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan.
(28)
Sedangkan penelitian terdahulu yang terkait dengan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung lebih dilakukan dengan analisis kualitatif. Penelitian tersebut lebih menekankan pada aspek sosial dari perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Penelitian tersebut tidak menggunakan analisis kuantitatif, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya permasalahan lingkungan dianggap tidak mempunyai nilai pasar sehingga akan ditemukan kesulitan di dalam perhitungannya.
Priambodo (2005) di dalam penelitiannya yang berkaitan dengan lingkungan di bantaran sungai adalah menganalisis tentang perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa masyarakat memiliki sifat yang positif terhadap program kebersihan sungai. Sikap ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya. Namun masyarakat memiliki sifat negatif terhadap aktivitas membuang sampah. Hal ini ditunjukkan dengan sikap persetujuan masyarakat dalam membuang sampah ke sungai dengan alasan tidak terdapatnya sistem pembuangan sampah yang baik di sekitar tepian Sungai Ciliwung. Keadaan tersebut dianggap sebagai penyebab terjadinya banjir dan menunjukkan bahwa rendahnya kualitas lingkungan di bantaran sungai sehingga perlu penelitian lanjutan dalam upaya perbaikan lingkungan sekitar bantaran sungai dari berbagai kajian seperti aspek kajian ekonomi, tata ruang dan antropologi.
Penelitian yang terkait dengan lingkungan di bantaran sungai yang dikaji dari aspek ekonomi dilakukan oleh Dimyati (2006) yang menganalisis tentang WTP masyarakat bantaran sungai terhadap program pembangunan rumah susun
(29)
untuk meningkatkan kualitas lingkungan di bantaran sungai. Penelitiannya menggunakan pendekatan CVM dengan alat analisis Regresi Logit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor'faktor yang mempengaruhi kesediaan dan ketidaksediaan masyarakat terhadap program pembangunan rumah susun adalah jumlah tanggungan, pendidikan, rasio sewa dengan pendapatan. Sedangkan faktor'faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat untuk membayar sewa rumah susun adalah rasio sewa dengan pendapatan dan lama tinggal.
Untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitar bantaran sungai, terdapat banyak program perbaikan lingkungan yang dapat diterapkan, untuk itu diperlukan penelitian mengenai kajian ekonomi yang lebih mendalam, agar dapat menerapkan kebijakan yang tepat dalam melaksanakan upaya perbaikan lingkungan sekitar bantaran sungai.
(30)
III. KERA GKA PEMIKIRA
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya ketimpangan pembangunan ekonomi yang mengakibatkan wilayah yang satu tumbuh lebih cepat daripada wilayah yang lainnya, dalam hal ini pembangunan perkotaan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan pedesaan, sehingga tercipta lapangan kerja yang luas di perkotaan. Hal ini menyebabkan terjadinya urbanisasi yaitu mendorong sebagian besar penduduk di pedesaan berpindah ke perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan.
Urbanisasi mengakibatkan kepadatan penduduk di perkotaan, sedangkan daya dukung lahan di kota'kota besar sangat terbatas. Hal ini menyebabkan para pendatang (urbanit) yang membutuhkan tempat tinggal terpaksa membangun tempat tinggal di lahan milik negara, seperti di bantaran sungai.
Padatnya pemukiman di bantaran sungai beserta aktivitas yang dilakukan penghuni pemukiman tersebut di bantaran sungai seperti: dijadikan lokasi pembuangan sampah, mencuci peralatan rumahtangga dan pakaian, merupakan beberapa hal yang menjadi penyebab banjir dan pencemaran yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah daerah melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan memperbaiki kualitas lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung dan juga untuk penataan DAS Ciliwung agar masyarakat tidak lagi tinggal di pemukiman yang kumuh dan masyarakat tercegah dari banjir. Hal ini untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan manusiawi. Selain itu program perbaikan lingkungan diharapkan dapat menguntungkan berbagai pihak termasuk masyarakat sekitar. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam program tersebut untuk menciptakan kualitas lingkungan yang sehat dan manusiawi
(31)
diantaranya dengan cara membayar biaya perbaikan lingkungan untuk memperoleh kualitas lingkungan yang lebih baik.
Tahap awal dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi responden di bantaran sungai dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahap kedua adalah menghitung besarnya nilai kerugian yang dikeluarkan oleh responden ketika terjadi banjir dengan menggunakan pendekatan pendapatan, biaya perbaikan dan biaya berobat. Tahap ketiga adalah menentukan persepsi responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran sungai ciliwung dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahap selanjutnya adalah menganalisis tingkat penerimaan responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran sungai ciliwung dengan menggunakan analisis regresi logit. Tahap berikutnya menganalisis besarnya nilai WTP responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung dengan menggunakan pendekatan CVM. Sedangkan faktor'faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP tersebut didekati dengan analisis regresi linier berganda.
Variabel'variabel yang diduga mempengaruhi model'model dalam analisis, dipilih berdasarkan teori'teori, penelitian terdahulu yang relevan dan hasil observasi lapang. Variabel'variabel yang digunakan di dalam model penelitian ini adalah variabel tingkat pendidikan, variabel jumlah tanggungan, variabel tingkat pendapatan, variabel luas tempat tinggal, variabel lama tinggal, variabel status kependudukan, variabel jenis kelamin dan variabel usia.
Hasil analisis tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah guna menghasilkan orientasi kebijakan pengelolaan lingkungan yang tepat dan menguntungkan berbagai pihak terutama masyarakat RW 04 Kelurahan
(32)
Manggarai. Kerangka pemikiran terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1, gambar tersebut menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang hingga tujuan penelitian serta metode yang digunakan.
(33)
Ketimpangan Pembangunan
Urbanisasi dan Kepadatan Penduduk di Perkotaan Kebutuhan Lahan Pemukiman
Kerusakan Lingkungan Bantaran Sungai Ciliwung Rencana Program Perbaikan
Lingkungan Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Kondisi Sosial Ekonomi Responden di Bantaran Sungai Penerimaan Responden Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan WTP Responden Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Analisis
Deskriptif Analisis Regresi Logit Contingent Valuation Method (CVM)
Willingness to Pay (WTP)
Faktor'faktor yang Mempengaruhi Besarnya WTP Analisis Regresi Berganda • Pendekatan Pendapatan yang
Hilang
• Pendekatan Biaya Berobat • Pendekatan Biaya Perbaikan
Bencana Banjir
Nilai Kerugian Ekonomi
Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Berpikir
Lapangan Kerja
(34)
IV. METODE PE ELITIA 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pemukiman bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan, Propinsi DKI Jakarta, khususnya RW 04. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan data sekunder dari Kelurahan Manggarai maka daerah tersebut memiliki pemukiman liar yang sangat padat di sepadan sungai dan dengan tingkat pencemaran yang tinggi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuisioner terhadap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung RW 04 Kelurahan Manggarai yang merupakan responden terpilih. Data primer yang dibutuhkan meliputi: kondisi tempat tinggal yang selama ini di tempati, besarnya biaya yang dikeluarkan responden ketika banjir, respon responden terhadap lingkungan, respon kesediaan responden terhadap program perbaikan kualitas lingkungan bantaran sungai, besarnya nilai WTP responden terhadap program perbaikan kualitas lingkungan sungai.
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data'data yang terkait dengan daerah penelitian serta data lainnya yang dibutuhkan di dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dengan jalan pengumpulan data dari kantor pemerintahan daerah penelitian, Badan Pusat Statistik, kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Perumahan DKI Jakarta.
(35)
4.3 Penentuan Jumlah Responden
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan metode judgement sampling, dengan pertimbangan responden yang diambil benar'benar berada di bantaran sungai dan lingkungan pemukiman responden terkena banjir tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan tidak ada sampling frame dan keterbatasan waktu. Responden diambil sebanyak 42 orang dari 674 masyarakat yang ada di bantaran Sungai Ciliwung. Jumlah responden diperoleh dari rumus Slovin (Umar, 2005) yaitu:
n = 2
1 *e * + dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 674 orang dan persen kelonggaran yang digunakan adalah 15 persen dengan pertimbangan karena penelitian ini termasuk sosial ekonomi sehingga persen error maksimum yaitu 20 persen. Perhitungan jumlah sampel sebesar 42 orang adalah sebagai berikut:
n = 2
) 15 , 0 ( 674 1
674 +
(36)
4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi literatur, observasi, pengisian kuisioner dan wawancara langsung dengan responden.
Untuk memperoleh nilai kerugian ekonomi dilakukan wawancara langsung dengan responden RW 04 Kelurahan Manggarai mengenai besarnya nilai kerugian yang mereka tanggung ketika terjadi banjir.
Untuk mendapatkan persepsi responden diperoleh dengan proses pembentukan persepsi berdasarkan Model Solomon. Dengan tahapan dalam proses pembentukan persepsi dapat dilihat pada Gambar 2. Dalam proses pembentukan persepsi, alat indera berperan dalam menangkap stimuli dari lingkungannya yang berupa perubahan energi dalam lingkungan. Stimuli'stimuli tersebut kemudian diseleksi, diorganisasikan dan kemudian diinterpretasikan.
Sumber: Sutisna (1999) dalam Astuti (2008)
Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Berdasarkan Model Solomon Persepsi yang ingin dimunculkan pada penelitian ini adalah persepsi yang berasal dari responden mengenai kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan
Indera Penerima
(sensasi) Perhatian Interpretasi
Tanggapan
Persepsi
Stimulus (penglihatan, suara, bau, rasa, tekstur)
(37)
kualitas lingkungan bantaran Sungai Ciliwung. Tahapan'tahapan pembentukan persepsi yang terjadi pada diri responden dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan dalam penginterpretasian. Persepsi yang terbentuk pada diri responden, akan membantu pengevaluasian kebijakan pemerintah yang nantinya tentu saja akan menjadi indikator dalam pembuat kebijakan selanjutnya.
Untuk pengumpulan data mengenai nilai WTP diperoleh dengan pendekatan CVM yang mempunyai beberapa tahapan, yaitu (Hanley dan Spash, 1993 dalam Garrod dan Willis, 1999):
1. Membangun Pasar Hipotesis
Jika ada perbaikan kualitas lingkungan dan pemukiman di bantaran Sungai Ciliwung oleh pemerintah setempat dan perbaikan tersebut memiliki pengaruh terhadap masyarakat sekitar bantaran Sungai Ciliwung, maka responden diberi pertanyaan mengenai besarnya keinginan untuk membayar perbaikan tersebut. Alat survei yang digunakan biasanya berupa kuisioner yang memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar untuk perbaikan tersebut dan bagaimana mekanisme pembayaran itu dilakukan. Informasi yang diberikan kepada responden meliputi keseluruhan aspek dari pasar hipotetik.
2. Mendapatkan ilai WTP !
Jika alat survei telah dibuat, maka survei dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung, wawancara melalui telepon, atau melalui e'mail. Secara individu, responden ditanya mengenai besar maksimum WTP mereka untuk memperoleh perbaikan kualitas lingkungan, yang dalam hal ini akan digunakan metode dichotomous choice, yaitu menawarkan kepada responden jumlah uang
(38)
tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh perbaikan kualitas lingkungan. Metode ini lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibandingkan metode yang lain. Metode ini memudahkan pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan untuk mau membayar perbaikan lingkungan dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk mau membayar perbaikan lingkungan.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini akan menganalisis data yang telah diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 14.2.
4.5.1 Teknik Penghitungan ilai Kerugian Ekonomi 4.5.1.1 Hilangnya Pendapatan
Hilangnya pendapatan responden karena banjir dihitung berdasarkan Cost of Time. Cost of Time adalah kerugian yang ditanggung oleh seseorang karena hilangnya waktu untuk bekerja. Kerugian responden yang tidak masuk kerja pada saat terjadi banjir dihitung berdasarkan tingkat pendapatan per hari. Dalam hal ini jumlah hari tidak kerja responden dikali dengan tingkat pendapatan responden per hari. Selanjutnya nilai kerugian responden tidak masuk kerja dapat dihitung dengan rumus:
∑
=
×
= n
i
TPRi JHTKi KRTK
0
)
( ……… (1)
dimana:
(39)
JHTK = Jumlah hari tidak kerja responden ke'i (hari) TPR = Tingkat pendapatan responden ke'i per hari (Rp) n = Jumlah responden
i = Responden ke'i (1,2,3…..,n) 4.5.1.2 Biaya Berobat
Biaya berobat yang ditanggung oleh responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk berobat. Sehingga untuk memperoleh biaya rata'ratanya, maka total jumlah uang yang dikeluarkan untuk berobat dibagi jumlah responden yang mengeluarkan biaya untuk berobat.
n
BB
RBB
n i∑
==
0 ... (2) dimana:RBB = Rata'rata biaya berobat (Rp) BB = Biaya berobat (Rp)
n = Jumlah responden
i = Responden ke'i (1,2,3…..,n) 4.5.1.3 Biaya Perbaikan
Biaya perbaikan yang ditanggung oleh responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk perbaikan. Sehingga untuk memperoleh biaya rata' ratanya, maka total jumlah uang yang dikeluarkan untuk perbaikan dibagi jumlah responden yang mengeluarkan biaya untuk perbaikan.
n BP RBP n i
∑
== 0 ... (3) dimana:
RBP = Rata'rata biaya perbaikan (Rp) BP = Biaya perbaikan (Rp)
(40)
i = Responden ke'i (1,2,3…..,n) 4.5.2 Analisis Persepsi
Untuk menganalisis persepsi responden digunakan analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney, 1960 dalam Nazir, 2003). Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta' fakta, sifat'sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik sosial ekonomi masyarakat RW 04 di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan, DKI Jakarta dan persepsi responden terhadap rencana program perbaikan lingkungan bantaran Sungai Ciliwung.
4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan
4.5.3.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan
Untuk menentukan tingkat penerimaan responden terhadap upaya perbaikan lingkungan, bentuk data yang dikumpulkan berupa data binner. Data binner merupakan bentuk data yang menggambarkan pilihan “Ya/Tidak”. Dengan kondisi seperti ini, jenis penggunaan regresi yang sesuai untuk pemodelan adalah regresi logit atau logistic regression (Ramanathan, 1997). Hal yang membedakan model regresi logit dengan regresi biasa adalah peubah terikat dalam model bersifat dikotomi (Hosmer dan Lameshow, 1989). Bentuk fungsi dari model logit adalah:
(41)
Persamaan disebut dengan persamaan logistik/logit. Dimana Li dikenal
dengan Logit, yang merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linear dalam variabel independen dan parameter. Metode estimasinya adalah Maximum Likelihood Estimator (MLE) dan koefisien yang didapatkan konsisten.
Model dugaan faktor'faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan responden terhadap upaya perbaikan lingkungan dalam rangka mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik adalah sebagai berikut:
Li = ß0 + ß1PDDK +ß2 PDPT + ß3 TANG + ß4 LMTGL + ß5 LSTGL + ß6
KPNDDKN + ß7 JK + ß8 USIA + Űi
dimana:
Li = Peluang responden bersedia (bernilai 1 untuk “setuju” dan
bernilai 0 untuk “tidak setuju”) ß0 = Intersep
ß1, ß2,…, ß8 = Koefisien dari regresi
PDDK = Tingkat pendidikan (tahun) PDPT = Tingkat pendapatan (rupiah/bulan) TANG = Jumlah tanggungan (orang) LMTGL = Lama tinggal (tahun)
LSTGL = Luas tempat tinggal (meter persegi)
KPNDDKN = Status kependudukan (bernilai 1 jika “asli Jakarta”, bernilai 0 jika “bukan Jakarta”)
JK = Jenis Kelamin (bernilai 1 jika ”laki'laki”, bernilai 0 jika
”perempuan”)
USIA = Tingkat usia (tahun)
i = Responden ke'i (i = 1,2,…,n)
Ű = Galat
k k i
i
i X X X
P P
β β
β
β + + + +
= − = .... 1 ln
(42)
ß1,ß2,ß4,ß6,ß7,ß8 > 0 dan ß3,ß5 < 0
Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama tinggal, status kependudukan, jenis kelamin dan tingkat usia. Interpretasi variabel tingkat pendidikan adalah jika semakin tinggi tingkat pendidikan responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar perbaikan lingkungan. Interpretasi variabel tingkat pendapatan adalah jika semakin tinggi tingkat pendapatan responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar perbaikan lingkungan. Interpretasi variabel lama tinggal adalah jika semakin lama responden tinggal, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar perbaikan lingkungan.
Interpretasi variabel status kependudukan adalah jika status kependudukannya asli Jakarta, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar perbaikan lingkungan. Interpretasi variabel jenis kelamin adalah jika berjenis kelamin laki'laki, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar perbaikan lingkungan. Interpretasi variabel tingkat usia adalah jika semakin tinggi tingkat usia responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar perbaikan lingkungan.
Variabel yang diduga mempengaruhi secara negatif adalah variabel jumlah tanggungan dan variabel luas tempat tinggal. Interpretasi variabel jumlah tanggungan adalah jika semakin banyak jumlah tanggungan responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya untuk tidak membayar perbaikan lingkungan. Interpretasi variabel luas tempat tinggal adalah jika
(43)
semakin luas tempat tinggal responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya untuk tidak membayar perbaikan lingkungan.
4.5.3.2 Memperoleh ilai Rataan dan Total WTP
Untuk memperoleh nilai rataan WTP dan nilai total WTP dapat digunakan rumus dibawah ini:
1. Menghitung Dugaan ilai Rataan WTP " #"
Jika data mengenai nilai WTP telah terkumpul, maka diperlukan penghitungan nilai rataannya. Perhitungan dari dugaan nilai rataanWTP (EWTP) responden ditentukan dengan rumus:
i n i i Pf W EWTP . 0 .
∑
== ……….. (4)
dimana:
EWTP = Dugaan nilai rataan WTP (Rp) Wi = Batas bawah WTP pada kelas ke'i
Pfi = Frekuensi relatif kelas ke'i
n = Jumlah kelas
i = Sampel (1,2,…,n)
2. Menjumlahkan data $ %
Penjumlahan data merupakan proses dimana penawaran rata'rata (nilai tengah penawaran) dikonversikan ke dalam bentuk nilai total populasi.
Menurut Pearce dan Turner dalam Arianti (1999) total WTP dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara keseluruhan dengan rumus:
P * n WTP TWTP i n i i =
∑
=0 ………... (5) dimana:(44)
WTPi = WTP Individu ke'i
P = Jumlah Populasi
ni = Jumlah Sampel ke'i
N = Jumlah Sampel
i = Responden WTP (1,2,…,n)
4.5.4 Analisis Faktor1Faktor yang Mempengaruhi ilai WTP
Untuk mengevaluasi penggunaan CVM yaitu dengan menggunakan uji keandalan (Reliability Test) atas penawaran'penawaran WTP yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi R2 dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP dengan menggunakan analisis regresi berganda. Menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Garrod dan Willis (1999) studi CVM yang menghasilkan nilai R2 lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliabel. Sedangkan nilai R2 yang
tinggi dapat menunjukkan tingkat reabilitas penggunaan CVM.
Faktor'faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat dapat dianalisa dengan menggunakan model regresi linear berganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:
WTPi = ß0 + ß1PDDK +ß2 PDPT + ß3 TANG + ß4 LMTGL + ß5 LSTGL + ß6
KPNDDKN + ß7 JK + ß8 USIA + Űi
dimana:
WTPi = NilaiWTP responden (Rp)
ß0 = Intersep
ß1, ß2,…, ß8 = Koefisien dari regresi
PDDK = Tingkat pendidikan (tahun) PDPT = Tingkat pendapatan (rupiah/bulan) TANG = Jumlah tanggungan (orang) LMTGL = Lama tinggal (tahun)
(45)
KPNDDKN = Status kependudukan (bernilai 1 jika “asli Jakarta”, bernilai 0 jika “bukan Jakarta”)
JK = Jenis Kelamin (bernilai 1 jika ”laki'laki”, bernilai 0 jika
”perempuan”)
USIA = Tingkat usia (tahun)
i = Responden ke'i (i = 1,2,…,n)
Ű = Galat
ß1,ß2,ß4,ß6,ß7,ß8 > 0 dan ß3,ß5 < 0
Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama tinggal, status kependudukan, jenis kelamin dan tingkat usia. Interpretasi variabel tingkat pendidikan adalah jika semakin tinggi tingkat pendidikan responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi variabel tingkat pendapatan adalah jika semakin tinggi tingkat pendapatan responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi variabel lama tinggal adalah jika semakin lama responden tinggal, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi.
Interpretasi status kependudukan adalah jika status kependudukannya asli Jakarta, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi variabel jenis kelamin adalah jika berjenis kelamin laki'laki, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi tingkat usia adalah jika semakin tinggi tingkat usia responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi.
(46)
Variabel yang diduga mempengaruhi secara negatif adalah variabel jumlah tanggungan dan variabel luas tempat tinggal. Interpretasi variabel jumlah tanggungan adalah jika semakin banyak jumlah tanggungan responden, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih rendah. Interpretasi variabel luas tempat tinggal adalah jika semakin lama responden tinggal, diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih rendah.
4.6 Pengujian Parameter
Pengujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa kebaikan suatu model yang telah dibuat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Uji G
The log likelihood biasa dikenal sebagai '2LL (two times the log likelihood) dimana nilai tersebut dapat memperkirakan distribusi chi square (χ2) dan memungkinkan penentuan level signifikansi. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara serentak. Rumus umum untuk uji G adalah: (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
i
l l G=−2ln 0 dimana:
l0 = nilai likelihood tanpa variabel penjelas
l1 = nilai likelihood model penuh
Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden masyarakat bantaran sungai di RW 04 Kelurahan Manggarai adalah sebagai berikut:
(47)
H0 : β1 = β2 =…= βk = 0
H1 : minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, dimana i = 1,2,….,n
Statistik G akan mengikuti sebaran χ2 dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > χ2 p(α), maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
2. Uji Wald
Uji Wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut yang variabel bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang semua variabelnya bernilai nol.
( )
=
i i
SE W
β β
Ho : βi = 0
H1 : βi ≠ 0
dimana:
βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE (βi) = Galat kesalahan dari βi
Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak Ho
jika │W│> Zα/2 (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
3. Uji Odds Ratio
Odds ratio merupakan kemunculan dari peubah respon (Y=1) sebesar exp (β) kali jika taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata lain, odds ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang.
(48)
4. Uji Keandalan
Uji ini dilakukan dalam pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan CVM dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) dari OLS (Ordinary Least Square) WTP. Nilai R2 lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliabel. Sedangkan nilai R2 yang tinggi dapat menunjukkan tingkat reabilitas penggunaan
CVM.
5. Uji Statistik t
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing'masing variabelnya (Xi) mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat (Yi) sebagai
variabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan,1997) adalah sebagai berikut:
H0 : βi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebasnya (Yi)
H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebasnya (Yi)
( )
i i k n hit
s t
β
β −0
= −
Jika thit (n'k) > tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh
nyata terhadap (Yi)
Jika thit (n'k) < tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata
terhadap (Yi)
6. Uji Statistik F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi secara
bersama'sama terhadap variabel tidak bebasnya Yi). Prosedur pengujiannya
(Ramanathan, 1997) antara lain: H0 = β1 = β2 =…= βk = 0
(49)
Variabel bebas (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebas (Yi)
H0 = β1 = β2 =…= βk ≠ 0
Variabel bebas (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebas (Yi)
) 1 ( /
) 1 /(
− − =
n k JKG
k JKK Fhit
dimana:
JKK = Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom JKG = Jumlah Kuadrat Galat
n = Jumlah sampel k = Jumlah peubah
Jika Fhit < F tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak
berpengaruh nyata terhadap (Yi)
Jika Fhit > F tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) secara serentak
berpengaruh nyata terhadap (Yi)
7. Uji terhadap Multikolinear ( )
Dalam model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multicollinearity, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar variabel' variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multicollinearity dalam sebuah model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R2)
dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r2). Untuk hal ini dapat dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebas.
Multicollinearity dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai
(50)
koefisian determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Namun multicollinearity dianggap sebagai masalah serius jika koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan, atau secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut: r2 χ
i , χj > R2 χi ,…., χj
Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output computer, dimana apabila nilai VIF < 10 maka tidak ada masalah multicollinearity.
8. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedatisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti yang di sarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1997). Langkah' langkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji White heteroskedasticity sebagai berikut:
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
H1 : ada masalah heteroskedastisitas
Tolak H0 jika obs* R2 > χ2df'2 atau probability obs* R2 < α
Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antara residual dengan fits'nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.
(51)
4.7 Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini mempunyai beberapa batasan operasional sebagai berikut:
1. Menurut Keputusan Presiden No. 32/1990 pasal 16, bantaran sungai yaitu sekurang'kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan untuk sungai kecil yang berada diluar pemukiman (Departemen Pekerjaan Umum, 1994);
2. Responden adalah masyarakat yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh di bantaran Sungai Ciliwung, yaitu RW 04 Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
3. WTP adalah sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan yang akan lebih baik dari kondisi sebelumnya.
4. Biaya yang dikeluarkan responden merupakan biaya yang dikeluarkan ketika terjadi bencana banjir (untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik).
5. Tingkat pendapatan responden adalah pendapatan yang diperoleh responden tiap bulannya.
6. Penduduk asli yang dimaksud adalah penduduk RW 04 Kelurahan Manggarai yang sejak dilahirkan sudah bertempat tinggal di Kelurahan Manggarai.
(52)
V. KEADAA UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Manggarai RW 04
Daerah wilayah penelitian pada masyarakat bantaran Sungai Ciliwung RW 04 secara administratif merupakan wilayah Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Kodya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Secara topografi wilayah Kelurahan Manggarai merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian tanah tiga belas meter di atas permukaan laut. Kelurahan ini tiap tahunnya memiliki curah hujan rata'rata 18 mm/tahun dan kisaran suhu 18 – 300C.
Kelurahan Manggarai terdiri atas dua belas rukun warga. Terdapat tiga rukun warga yang lokasinya berada langsung di bantaran Sungai Ciliwung. Namun dalam penelitian ini secara khusus hanya difokuskan pada wilayah RW 04 karena selain lokasinya yang berada langsung di bantaran Sungai Ciliwung, menurut monografi Kelurahan Manggarai (2007) RW 04 merupakan wilayah yang padat dan kumuh. Oleh karena itu, wilayah ini merupakan salah satu daerah yang direncanakan akan dilakukan perbaikan lingkungan diantaranya dengan pembangunan rumah susun.
Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Manggarai (2007), luas wilayah RW 04 adalah 6,7 ha dengan jumlah penduduk yang tercatat yaitu sebesar 3.372 jiwa yang terdiri dari 674 rumah tangga dengan kepadatan 50.328,358 jiwa/km2.
Secara administratif, wilayah RW 04 Kelurahan Manggarai berbatasan dengan Sungai Ciliwung dan Kelurahan Kebon Manggis di sebelah Utara, Kelurahan Manggarai Selatan di sebelah Selatan, Kelurahan Pasar Manggis di
(53)
sebelah Barat, Kelurahan Bukit Duri dan RW 12 Kelurahan Manggarai di sebelah Timur. Lokasi RW 04 cukup strategis karena dekat dengan stasiun dan terminal Manggarai.
Sumber penghasilan mayoritas penduduk di RW 04 adalah di sektor informal, yaitu sebagai buruh. Potensi ekonomi di lokasi RW 04 adalah adanya produksi ikan pindang dan alternatif sumber penghasilan antara lain membuka warung di rumah (Hasil wawancara dengan pihak Kelurahan Manggarai, 2008).
Jenis perumahan yang terdapat di RW 04 terbagi menjadi tiga bagian yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen. Kondisi perumahan tersebut sangat memprihatinkan, karena umumnya berada langsung di bibir Sungai Ciliwung yang tumbuh memanfaatkan timbunan tanah dan lumpur setelah banjir dan dibangun dengan bahan bangunan yang mudah rapuh dan terbawa oleh banjir. Setelah peristiwa kebakaran pada tahun 2003, masyarakat membangun perumahan mereka kembali, sebagian membangunnya secara permanen, namun sebagian besar lainnya membangun secara semi permanen dan tidak permanen.
Fasilitas sosial dan umum yang terdapat di wilayah tersebut adalah masjid, musholla, sarana pendidikan, sarana kebersihan, sarana kesehatan, sarana olahraga, posyandu dan MCK umum. Wilayah RW 04 merupakan wilayah yang kumuh sehingga terdapat program pemberdayaan ekonomi masyarakat diantaranya PPMK (Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan).
5.1.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di Kelurahan Manggarai cukup memprihatinkan karena letaknya yang berada di daerah bantaran sungai. Selain itu, hampir setiap tahun minimal satu kali banjir tersebut terjadi. Kondisi Sungai Ciliwung di daerah
(54)
lokasi penelitian setiap tahun semakin terjadi penyempitan dan pendangkalan karena menimbunnya endapan lumpur dan tumbuhnya hunian liar di tepi sungai.
Warga di sekitar sungai melakukan berbagai aktivitas, diantaranya pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk buang air kecil atau besar yang masih dilakukan warga walaupun pemerintah setempat telah menyediakan fasilitas MCK. Selain itu, masyarakat memanfaatkan Sungai Ciliwung untuk membuang limbah dan sampah rumah tangga akibat fasilitas pembuangan sampah yang minim. Hal tersebut menyebabkan Sungai Ciliwung menjadi kotor, tercemar dan berbau. Khususnya apabila kondisi sungai kering, akan mengeluarkan bau yang sangat tajam.
Tipe jalan di lokasi penelitian berupa gang'gang sempit yang hanya mampu dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua seperti motor dan sepeda. Penerangan jalan di bantaran sungai hanya mengandalkan pada penerangan lampu masing'masing rumah. Kondisi saluran di lokasi tersebut umumnya sudah rusak, karena timbunan sampah yang disebabkan kondisi saluran yang tidak terawat.
Penyediaan air bersih mengandalkan dari pompa'pompa air dan air PAM. Kondisi air di lokasi penelitian menurut beberapa warga masih tergolong jernih dan layak minum.
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden di Kelurahan Manggarai khususnya RW 04 diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 42 responden. Karakteristik umum responden ini dijelaskan dari beberapa kriteria, seperti dijelaskan di bawah ini.
(55)
5.2.1 Jenis Kelamin Responden
Sebagian besar responden yang masuk dalam survei adalah laki'laki, yaitu berjumlah 29 orang (69 persen), sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 13 orang (31 persen). Dominasi responden laki'laki dikarenakan pada umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah tangga adalah laki'laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei laki'laki lebih berperan. Perbandingan responden laki'laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 3.
Jenis Kelamin 69%
31% 0%
20% 40% 60% 80%
laki'laki perempuan
Gambar 3. Karakteristik Responden di RW 04 Kelurahan Manggarai Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008
5.2.2 Tingkat Usia Responden
Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia 22 tahun 77 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia 30'37 tahun, yaitu berjumlah 9 orang (21 persen) dan pada sebaran usia 38'45 tahun, yaitu berjumlah 9 orang (21 persen). Responden yang berusia antara 22'29 tahun berjumlah 3 orang (7 persen), reponden yang berusia antara 46'53 tahun berjumlah 6 orang (14 persen), responden yang berusia antara 54'61 tahun berjumlah 8 orang (19 persen), responden yang berusia antara 62'69 tahun berjumlah 5 orang (12 persen) dan responden yang berusia antara 70'77 tahun
(56)
berjumlah 2 orang (5 persen). Tingkat usia seseorang mencerminkan tingkat kedewasaan orang tersebut dalam mengambil suatu tindakan/keputusan mengenai hal'hal yang berhubungan dengan dirinya. Perbandingan distribusi usia responden di Kelurahan Manggarai khususnya RW 04 pada tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.
Tingkat Us ia
7% 21% 21% 14% 19% 12% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 22'29 tahun 30'37 tahun 38'45 tahun 46'53 tahun 54'61 tahun 62'69 tahun 70'77 tahun
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Usia di RW 04 Kelurahan Manggarai Tahun 2008
5.2.3 Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi, mulai dari tidak pernah menempuh pendidikan sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebanyak 12 orang responden (29 persen) tidak pernah menempuh pendidikan, sejumlah 11 orang responden (26 persen) hanya tamatan SD, 11 orang responden (26 persen) tamatan SMP dan 6 orang responden (19 persen) tamatan SMA. Mayoritas responden tidak pernah menempuh jenjang pendidikan, karena kondisi perekonomian tergolong sulit sehingga tidak ada biaya untuk menempuh jenjang pendidikan. Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 5.
(1)
87 B. Karakteristik Tempat Tinggal
13. Status tempat tinggal saudara: a. Berpindah'pindah
b. Milik sendiri
c. Sewa/Kontrak. Berapa bayar sewa per bulan? Rp. ... d. Menumpang dengan siapa? ...
14. Berapakah luas tempat tinggal saudara dan sudah berapa lama saudara tinggal di tempat tinggal saudara saat ini?
Sebutkan: ... x ... meter2 dan ... tahun
15. Bagaimana kebersihan lingkungan di tempat tinggal saudara? a. Bermasalah dan perlu perhatian b. Tidak bermasalah 16. Permasalahan apa saja yang ada di lingkungan tempat tinggal saudara?
a. Pencemaran air b. Pencemaran udara c. Lingkungan yang kotor d. Banyaknya sampah berserakan
d. Semua jawaban diatas, atau lainnya, sebutkan ... 17. Jika terjadi banjir, adakah biaya yang selalu dikeluarkan untuk bersih'bersih?
a. Ada, besarnya biaya Rp. ... b. Tidak
18. Berapakah besarnya kerugian materil yang hilang/rusak karena banjir? Rp. ...
19. Adakah gangguan kesehatan selama terjadi banjir?
a. Ada, apa saja...(lanjut ke no. 20) b. Tidak (lanjut ke no. 21)
20. Berapakah besarnya biaya untuk berobat yang disebabkan oleh gangguan kesehatan? Rp. ...
21. Bagaimana kondisi air di tempat tinggal saudara?
a. Keruh b. Jernih
22. Dari manakah sumber air di tempat tinggal saudara?
a. Untuk MCK (Mandi,Cuci,Kakus): ... b. Untuk Memasak: ... 23. Bagaimanakah kemudahan jangkauan saudara (jauh/dekat) dari tempat tinggal ke:
a. Kantor: ... b. Tempat Usaha: ... c. Pasar: ... d. Sarana Umum: ...
(2)
C. Persepsi Responden Tentang Kondisi, Lingkungan, Fasilitas dan Infrastruktur di Lingkungan Bantaran Sungai
24. Apakah saudara tahu manfaat sungai dan bantaran sungai ini?
a. Ya (lanjut ke no. 25) b. Tidak (lanjut ke no. 26) 25. Apa saja manfaat sungai dan bantaran sungai yang anda ketahui?
a. Mengatur aliran secara alami
b. Penampung dan penyimpan air secara alami c. Menunjang perekonomian masyarakat
d. Sebagai daerah resapan saat debit air maksimal
e. Semua jawaban di atas, atau lainnya, sebutkan ... 26. Apakah saudara tahu dampak negatif dari menggunakan bantaran sungai sebagai
tempat tinggal?
a. Ya (lanjut ke no. 27) b. Tidak (lanjut ke no. 29) 27. Dampak negatif apa saja yang saudara ketahui?
... ... 28. Bagaimana dampak tersebut?
a. Berbahaya b. Tidak berbahaya
29. Menurut saudara siapa yang bertanggungjawab atas kebersihan lingkungan saudara ini?
... D. Willingness to Pay Responden
Kartu 1
Sungai dan bantaran sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan perekonomian masyarakat. Namun, karena kepadatan penduduk di perkotaan yang semakin meningkat, maka terjadi penggunaan alih fungsi bantaran sungai sebagai pemukiman, sehingga berkurangnya fungsi ekologis bantaran sungai sebagai daerah resapan air. Saat ini, kondisi lingkungan bantaran sungai cenderung memburuk karena dimanfaatkan sebagai pemukiman dan dijadikan lokasi pembuangan sampah yang lambat laun mempersempit badan sungai, secara keseluruhan semakin mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan,seperti pencemaran air sungai. Hal ini akan menyebabkan banjir pada musim penghujan, serta adanya ancaman longsor.
Kartu 2
Peningkatan kualitas lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung akan menimbulkan manfaat ekonomi dan manfaat lingkungan. Dimana lingkungan bantaran sungai akan berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Sungai menjadi bersih dan bebas dari sampah. Kualitas air di sekitar wilayah bantaran sungai pun akan mengalami peningkatan. Selain itu, masyarakat terlindungi dari terjadinya banjir dan masyarakat dapat hidup di dalam lingkungan yang bersih dan nyaman. Manfaat dengan adanya perbaikan kualitas lingkungan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, karena terjadi peningkatan kesehatan masyarakat sehingga meningkatkan produktivitas.
(3)
89 30. Apakah saudara setuju jika dilakukan perbaikan kualitas lingkungan di wilayah
bantaran sungai?
a. Setuju (lanjut ke no. 31)
b. Tidak Setuju (lanjut pada pertanyaan no. 32)
31. Jika dilakukan perbaikan kualitas lingkungan di wilayah bantaran sungai, program apa yang saudara inginkan?
... 32. Alasan anda tidak setuju dengan adanya perbaikan kualitas lingkungan di bantaran
sungai adalah ...
a. Perbaikan tersebut tidak mempengaruhi saya secara langsung b. Alam akan memperbaiki sendiri kerusakan ekosistemnya c. Tidak ada perbedaan antara adanya perbaikan dengan tidak d. Lain'lain, sebutkan ...
33. Jika dilakukan perbaikan kualitas lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung, berapa keinginan saudara untuk membayar guna mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik? (Pengisian dipandu)
Rp. ...
34. Berikan alasan mengapa saudara memilih besarnya biaya yang bersedia saudara bayar tersebut!
Alasannya: ... ... ... ...
35. Apakah saudara setuju dengan kebijakan pemerintah berupa pembangunan rumah susun dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan seperti yang telah dijelaskan di atas?
a. Setuju b. Tidak setuju
36. Apakah saudara bersedia tinggal dan membayar besarnya sewa di rumah susun tersebut?
a. Ya (lanjut ke no.37) b. Tidak (lanjut ke no.38) 37. Jika saudara menjawab “ya” alasan apa yang mendasari pilihan saudara?
... 38. Jika saudara menjawab “tidak” alasan apa yang mendasari pilihan saudara?
... Kartu 3
Jika pemerintah daerah Jakarta memberlakukan suatu kebijakan baru dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan sungai Ciliwung, agar masyarakat dapat hidup di dalam lingkungan yang bersih dan nyaman. Adapun kebijakan itu adalah adanya pembangunan rumah susun. Rumah susun tersebut akan dibuat dengan bentuk panggung. Hal ini untuk mencegah warga dari bahaya banjir dan untuk normalisasi sungai. Lokasi pembangunan terletak di Kelurahan Manggarai, salah satunya RW 04 yang merupakan tempat tinggal responden. Terdapat berbagai fasilitas sosial dan umum yang lengkap yang dapat dimanfaatkan warga di rumah susun tersebut. Tipe bangunan yang akan di bangun adalah tipe 30. Sistem pembayaran berupa sewa tiap bulan. Proses dari penggusuran warga sampai tinggal di rumah susun merupakan tanggungjawab pemerintah.
(4)
(5)
91
Lampiran 6
(6)