Spatial Modelling Of Flood Inundation and Risk Case Study Mangottong River Area, Sinjai Regency

SAMPUL DEPAN

MODEL SPASIAL GENANGAN DAN RISIKO BENCANA BANJIR:
STUDI KASUS WILAYAH SUNGAI MANGOTTONG,
KABUPATEN SINJAI

SENIARWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Model Spasial Genangan Dan
Risiko Bencana Banjir: Studi Kasus Wilayah Sungai Mangottong, Kabupaten
Sinjai adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2013

Seniarwan
NRP A153100021

ABSTRACT
SENIARWAN. Spatial Modelling Of Flood Inundation and Risk: Case Study
Mangottong River Area, Sinjai Regency. Supervised by DWI PUTRO TEJO
BASKORO and KOMARSA GANDASASMITA.
Flood is one of the natural disasters that often happens in Indonesia due to
high rainfall. Sinjai is one of the regencies in South Sulawesi which had been
severely hit by flood. It happened in 2006 which caused many losses and victims,
especially in the capital regency due to the overflow of Mangottong River. The
objectives of the research were to develop and simulate spatial modeling of flood
inundation, analyzing hazard, vulnerability, and risk level of flood in Mangottong
River area. Spatial modelling of flood inundation is using GIS based DEM and
flood volume data, while the risk was analyzed by combining of hazard and
vulnerability components. Inundation model validation results showed a fairly

good accuracy for the flood depth in 2006 simulation with the value of R 2 was
0.72. Flood hazard level based on water depth of 25 year return period simulation
model result showed that most area of North Sinjai District are in low and middle
class, while East Sinjai District are in high class of hazards. Flood vulnerability
and flood risk level showed North Sinjai District has a higher percentage of area
than East Sinjai District for all classes.
Keywords: Flood inundation of spatial modelling, DEM, flood volume, flood
risk, Mangottong River

RINGKASAN
SENIARWAN. Model Spasial Genangan Dan Risiko Bencana Banjir: Studi
Kasus Wilayah Sungai Mangottong, Kabupaten Sinjai. Dibimbing oleh DWI
PUTRO TEJO BASKORO dan KOMARSA GANDASASMITA.
Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia dan
penyebab utamanya adalah curah hujan yang tinggi. Kabupaten Sinjai merupakan
salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang pernah dilanda banjir
bandang pada tanggal 20 Juni 2006. Bencana banjir yang terjadi di daerah tersebut
menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa, khususnya di ibukota kabupaten.
Kurangnya informasi khususnya data spasial mengenai kondisi wilayah yang
berpotensi atau terkena dampak banjir dapat memperparah kerugian yang akan

ditimbulkan kedepannya. Kajian spasial wilayah bencana banjir sangat diperlukan
sebagai referensi upaya mitigasi. Penelitian ini difokuskan pada wilayah Sungai
Mangottong di Kabupaten Sinjai yang memiliki kondisi topografi yang relatif
datar atau merupakan dataran banjir. Penelitian ini bertujuan untuk membangun
model spasial genangan, menganalisis tingkat bahaya, kerentanan, serta tingkat
risiko bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong, Kabupaten Sinjai. Model
spasial genangan dan risiko banjir diharapkan dapat memberikan arahan kebijakan
bagi perencanaan tata ruang wilayah berbasis mitigasi bencana di Kabupaten
Sinjai khususnya pada wilayah Sungai Mangottong.
Metode penelitian terdiri dari beberapa tahapan analisis yaitu: 1) Pembuatan
DEM (Digital Elevation Model), 2) Klasifikasi penggunaan lahan, 3) Pemodelan
spasial genangan banjir, dan 4) Analisis risiko bencana banjir.
Pembuatan DEM dilakukan dengan metode penggabungan DEM yaitu
DEM SRTM 30 m dan DEM yang dibuat dari data titik tinggi (point height)
melalui proses interpolasi. DEM yang dibuat terdiri dari DEM Awal dan DEM
Sungai. DEM Awal merupakan hasil interpolasi titik tinggi daratan dari berbagai
sumber peta dengan metode interpolasi semivariogram kriging spherical,
sedangkan DEM Sungai merupakan hasil interpolasi titik tinggi wilayah sungai
dari sumber pengukuran cross section sungai dengan metode interpolasi spline
with barrier.

Metode untuk klasifikasi penggunaan lahan pada citra satelit WorldView-2
(resolusi spasial 0.5 m) adalah metode visual dengan teknik dijitasi on screen
berdasarkan warna/rona, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan, asosiasi spasial
dan kedekatan interpreter dengan objek. Penggunaan lahan di lokasi penelitian
dibedakan menjadi 12 kelas yaitu dari Pemukiman/Perumahan, Bisnis,
Perkantoran, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Ruang Terbuka/Lapangan,
Sawah, Kebun Campuran, Semak Belukar, Tambak/Empang, Mangrove, dan
Sungai. Hasil klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai input untuk analisis
kerentanan.
Pemodelan spasial genangan banjir menggunakan algoritma aproksimasi
(approximation algorithm) untuk menganalisis ketinggian genangan berdasarkan
perbandingan antara volume air daerah yang tergenang dan volume air sumber
banjir. Pengembangan algoritma dilakukan melalui proses distribusi limpasan
genangan antar piksel pada data DEM. Simulasi model dilakukan pada kejadian
banjir tahun 2006 dan divalidasi berdasarkan ketinggian genangan yang dihasilkan

viii

terhadap ketinggian genangan hasil observasi di lokasi penelitian melalui survei
dan wawancara penduduk (rekonstruksi kejadian tahun 2006). Simulasi model

dilanjutkan untuk memprediksi genangan berdasarkan periode ulang debit banjir
25, 50, dan 100 tahun
Analisis risiko bencana banjir terdiri 3 tahapan analisis yaitu analisis bahaya
(hazard), analisis kerentanan (vulnerability), dan analisis risiko (risk). Analisis
bahaya banjir dilakukan dengan memilih hasil simulasi genangan periode ulang
25 tahun sebagai peta bahaya banjir. Tingkat bahaya banjir dikelaskan
berdasarkan kelas kedalaman banjir. Kedalaman banjir 1.5 m merupakan kelas bahaya tinggi (BNPB 2012).
Analisis kerentanan dikaji berdasarkan kriteria kerentanan fisik, kerentanan sosial,
dan eksposur lahan. Kerentanan fisik dinilai berdasarkan jumlah bangunan (data
titik) yang dianalisis dengan metode Point Statistics. Kerentanan sosial dinilai
berdasarkan kepadatan penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk
(mewakili 1 unit bangunan pemukiman) per km2 menggunakan metode Point
Density. Ekposur lahan dinilai berdasarkan nilai kerugian (ekonomi) setiap kelas
penggunaan lahan yang dihitung secara relatif berupa bobot, berdasarkan
penilaian pakar (responden) dengan metode perbandingan berpasangan dalam
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari setiap kriteria
kerentananan digabungkan dengan metode spasial Multi Criteria Decision
Analysis (MCDA). Analisis risiko merupakan penggabungan dari hasil analisis
bahaya dan kerentanan dengan menggunakan metode spasial MCDA.
Data DEM Awal menghasilkan ketinggian berkisar antara 0 – 130.03 m.

Data error DEM Awal menunjukkan bahwa nilai error ketinggian berkisar antara
0.25 – 2.43 meter. DEM Gabungan menghasilkan nilai ketinggian berkisar antara
-2.37 – 130.81 m. Berdasarkan 100 data titik yang digunakan untuk mengevaluasi
data DEM Gabungan, diperoleh nilai Root Mean Square Error (RMSE) sebesar
2.62. Nilai RMSE tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh kesalahan nilai pada
daerah perbukitan. Pada daerah dengan kerapatan titik yang tinggi yaitu titik
tinggi yang bersumber dari peta Dasar Pendaftaran memiliki nilai rata-rata
kesalahan yang rendah, sedangkan pada daerah dengan kerapatan titik yang
rendah yaitu titik tinggi yang bersumber dari peta Rupabumi Indonesia memiliki
nilai rata-rata kesalahan yang tinggi. Secara keseluruhan, nilai RMSE tersebut
untuk DEM Gabungan dianggap cukup baik sehingga dapat digunakan untuk
mensimulasikan genangan banjir.
Hasil interpretasi citra satelit WorldView-2 akuisisi tahun 2011 memberikan
gambaran distribusi penggunaan lahan di sekitar wilayah Sungai Mangottong.
Penggunaan lahan sawah dan tambak/empang merupakan penggunaan lahan
utama di lokasi penelitian.
Hasil simulasi model untuk kejadian banjir tahun 2006 menunjukkan
kedalaman air berkisar antara 0 – 6.25 m. Hasil validasi menunjukkan nilai R2
sebesar 0.72 yang berarti cukup akurat dalam menggambarkan kondisi genangan..
Data luasan daerah yang tergenang secara aktual (kondisi real) di lapangan tidak

tersedia, sedangkan luas daerah yang tergenang berdasarkan hasil simulasi model
yaitu 903.92 ha atau 32.43% dari luas daerah penelitian. Simulasi model
berdasarkan nilai volume pada periode ulang 25, 50 dan 100 tahun menghasilkan
kedalaman air maksimum masing-masing yaitu 6.24 m, 6.31 m dan 6.34 m. Luas

daerah yang tergenang untuk model periode ulang 25, 50, dan 100 tahun masingmasing yaitu 903.36 ha, 934.36 ha, dan 961.20 ha.
Tingkat bahaya banjir di lokasi penelitian menghasilkan 3 kelas bahaya
berdasarkan kedalaman air (genangan). Persentase luas masing-masing kelas
bahaya banjir yaitu kelas tinggi 36.63%, kelas sedang 35.17%, dan kelas rendah
28.20%. Kecamatan Sinjai Utara didominasi oleh kelas bahaya rendah dan sedang
(di Kelurahan Lappa), sedangkan Kecamatan Sinjai Timur didominasi oleh kelas
bahaya tinggi (di Kelurahan Samataring).
Tingkat kerentanan banjir di lokasi penelitian menghasilkan 3 kelas
kerentanan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Persentase luas masing-masing kelas
kerentanan banjir yaitu kelas tinggi 16.34%, kelas sedang 7.21%, dan kelas rendah
76.45%. Kecamatan Sinjai Utara memiliki persentase luasan yang lebih tinggi
untuk semua kelas kerentanan (di Kelurahan Lappa dan Kelurahan Biringere).
Tingkat risiko bencana banjir di lokasi penelitian menghasilkan 3 kelas
yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kelas risiko sedang mendominasi dengan
persentase luas 48% dari total luas daerah yang berisiko, kemudian diikuti oleh

kelas risiko rendah dengan persentase luasan 40%, sedangkan kelas risiko tinggi
memiliki luasan yang terendah yaitu 12%. Kecamatan Sinjai Utara memiliki
persentase luasan yang lebih tinggi untuk semua kelas risiko bencana banjir (di
Kelurahan Lappa dan Kelurahan Biringere).
Kata Kunci: Model spasial genangan banjir, DEM, volume banjir, risiko bencana,
Sungai Mangottong

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

HALAMAN JUDUL

MODEL SPASIAL GENANGAN DAN RISIKO BENCANA BANJIR:

STUDI KASUS WILAYAH SUNGAI MANGOTTONG,
KABUPATEN SINJAI

SENIARWAN
A153100021

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

xiv

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc


Judul Tesis
Nama
NRP

: Model Spasial Genangan Dan Risiko Bencana Banjir: Studi
Kasus Wilayah Sungai Mangottong, Kabupaten Sinjai
: Seniarwan
: A153100021

HALAMAN PENGESAHAN

Disetujui:
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc

Ketua


Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi
Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Baba Barus, M. Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 1 Maret 2013

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah banjir dengan
judul Model Spasial Genangan Dan Risiko Bencana Banjir: Studi Kasus Wilayah
Sungai Mangottong, Kabupaten Sinjai.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing,
dan Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku anggota komisi
pembimbing, atas segala bimbingan, arahan dan masukannya, selama
proses penelitian berlangsung hingga penulisan tesis ini selesai.
2. Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi.
3. Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc dan Dr. Budi Tjahjono, DEA, selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan, atas segala
perhatiannya kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan
tesis.
4. Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil, Prof. Dr. Ir. Hazairin Zubair, MS,
dan Dr. Ir. Burhanuddin Rasyid M.Sc, yang telah memberikan
rekomendasi kepada penulis untuk melanjutkan studi S2 di IPB.
5. Ir. Bambang H. Trisasongko, M.Sc yang telah membantu dalam
memberikan beberapa referensi yang terkait dengan penelitian, dan Cecep
Saipul Rahman, S.TP yang telah membantu dalam pembuatan script
model, serta para staf instansi Kantor Pertanahan Kab. Sinjai, BPS Kab.
Sinjai, Kanwil BPN Sulsel, Balai Besar Wilayah Sungai Jeneberang
Pompengang dan LAPAN Pare-Pare yang telah memberikan data untuk
mendukung penelitian ini.
6. Rekan-rekan MBK 2010, Ikqra, SP dan Muh. Munawir Sarif, SP, serta
rekan-rekan PWL 2010, khususnya Muh. Ahmad Lanta, SP, Dwi
Maryanto, S.Si, dan Djoko Purnomo Adi, S.Si atas diskusinya terkait
penelitian ini.
7. Muh. Dirham, SP, Miswar Farid, SP, Muh. Fitrah Irawan, SP, Akbar, dan
Hadi atas bantuannya di lokasi penelitian.
8. Kedua orang tua Bapak H. Arifin, SP dan Hj. Marwati, S.Pd, atas segala
pengorbanan, doa dan dukungan yang tak ternilai yang diberikan kepada
penulis. Saudara-saudari penulis Seniarfan, SP, Aswar Hermawan, dan
St. Surya Musdalifah atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
kemajuan ilmu dan pengetahuan bangsa Indonesia.
Bogor, Maret 2013
Seniarwan

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1986 di Bantaeng, Sulawesi
Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan
Bapak H. Arifin, SP dan Ibu Hj. Marwati S.Pd. Penulis lulus dari SMA Negeri 1
Bantaeng pada tahun 2004 dan melanjutkan pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin hingga lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan program magister sains di Program
Studi Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan, Sekolah Pascasarjana IPB.
Selama mengikuti program S2, penulis terlibat dalam beberapa kegiatan
ilmiah di Bogor. Penulis juga terlibat dalam beberapa kegiatan terkait analisis
spasial dan zonasi tata ruang pesisir yang dilaksanakan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Karya ilmiah berjudul Model Spasial Genangan Banjir:
Studi Kasus Wilayah Sungai Mangottong, Kabupaten Sinjai telah dikirim ke
Majalah Ilmiah Globe. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari tesis penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xxv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxvii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Perumusan Masalah ..................................................................................... 2
Tujuan Penelitian......................................................................................... 3
Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
Banjir ........................................................................................................... 5
Pemodelan Banjir ........................................................................................ 6
Pengertian Model dan Sistem ...................................................................... 6
Model Spasial Genangan Banjir .................................................................. 8
Risiko Bencana .......................................................................................... 10
Bahaya (Hazard) ....................................................................................... 11
Kerentanan (Vulnerability) ........................................................................ 11
Eksposur/Keterpaparan (Eksposure) ......................................................... 12
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 13
Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 13
Bahan dan Alat .......................................................................................... 14
Metode Penelitian ...................................................................................... 14
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................................ 33
Topografi ................................................................................................... 33
Curah Hujan .............................................................................................. 33
Hidrologi ................................................................................................... 35
Tanah ......................................................................................................... 36
Administrasi dan Demografi ..................................................................... 36
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 39

xxii

DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian ................................ 39
Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian ..................................................... 41
Model Genangan Banjir ............................................................................ 43
Risiko Bencana Banjir ............................................................................... 49
Bahaya Banjir ............................................................................................ 49
Kerentanan Banjir ..................................................................................... 51
Risiko Banjir ............................................................................................. 57
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 61
Kesimpulan................................................................................................ 61
Saran .......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN .......................................................................................................... 67

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Beberapa penyebab banjir (Kodoatie & Sugiyanto 2002) ............................... 5

2

Jenis, bentuk, dan sumber data penelitian ...................................................... 14

3

Tampilan penggunaan lahan pada citra satelit dan foto lapangan ................. 19

4

Kelas bahaya banjir berdasarkan kedalaman genangan (BNPB 2012) .......... 27

5

Skala nilai kepentingan untuk perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) ................................................................................................... 29

6

Nilai RI pada berbagai tingkat order.............................................................. 30

7

Periode ulang debit puncak Sungai Mangottong (Rahayu 2008) .................. 35

8

Jumlah penduduk dan rumah tangga di setiap desa/kelurahan di lokasi
penelitian ........................................................................................................ 37

10 Jumlah rata-rata penduduk per unit bangunan berdasarkan administrasi
wilayah desa/kelurahan di daerah bahaya ...................................................... 51
11 Matriks penilaian komposit untuk bobot kriteria eksposur lahan, perhitungan
nilai CR (Consistency Ratio), dan normalisasi skor. ..................................... 53
12 Matriks penilaian komposit untuk bobot kriteria kerentanan dan perhitungan
nilai CR (Consistency Ratio) ......................................................................... 54

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Lokasi studi. ................................................................................................... 13

2

Sebaran titik tinggi di lokasi penelitian.......................................................... 16

3

DEM SRTM resolusi 30 meter ...................................................................... 16

4

Bagan alir metode pembuatan DEM. ............................................................. 18

5

Citra satelit WorldView-2 akuisisi tahun 2011. ............................................. 19

6

Header data DEM dalam format ascii ........................................................... 22

7

Tipe ketetanggaan piksel: (a) 4 tetangga, (b) 8 tetangga. .............................. 23

8

Algoritma model genangan banjir. ................................................................ 24

9

Ilustrasi simulasi model genangan dengan data DEM ukuran matriks 4×4
berdasarkan tahapan algoritma. ...................................................................... 24

10 Alur proses analisis kerentanan dengan metode spasial MCDA. .................. 31
11 Alur proses analisis risiko dengan metode spasial MCDA. ........................... 32
12 Peta lereng lokasi penelitian .......................................................................... 33
13 Peta curah hujan lokasi penelitian berdasarkan polygon thiessen.................. 34
14 Grafik curah hujan harian maksimum tiap stasiun di lokasi penelitian
dalam kurun waktu tahun 1992 – 2006 (Rahayu 2008). ................................ 34
15 Kurva hidrograf debit banjir Sungai Mangottong. ......................................... 35
16 Peta jenis tanah lokasi penelitian. .................................................................. 36
17 Peta administrasi di lokasi penelitian ............................................................. 37
18 DEM Awal (prediction map). ........................................................................ 39
19 Error DEM Awal (prediction standart error map). ...................................... 40
20 DEM Gabungan. ............................................................................................ 40
21 Peta sebaran titik tinggi validasi data DEM ................................................... 41
22 Peta penggunaan lahan di sekitar wilayah Sungai Mangottong tahun 2011. . 42
23 Luas kelas penggunaan lahan di lokasi penelitian. ........................................ 42
24 Verifikasi model: (a) sebagian wilayah penelitian,
(b) perbedaan ketinggiaan genangan, dan
(c) perbedaan luasan daerah yang tergenang. ................................................ 43
25 Peta genangan banjir tahun 2006. .................................................................. 45
26 Peta titik validasi genangan hasil observasi lapangan. .................................. 45
27 Hasil validasi model genangan banjir tahun 2006. ........................................ 46
28 Peta genangan banjir periode ulang 25 tahun. ............................................... 47

xxvi

29 Peta genangan banjir periode ulang 50 tahun. ............................................... 47
30 Peta genangan periode ulang 100 tahun. ........................................................ 48
31 Perbandingan ketinggian genangan antara hasil simulasi model
periode ulang 25, 50, dan 100 tahun. ............................................................. 48
32 Peta daerah genangan berdasarkan hasil simulasi model
periode ulang 25, 50, dan 100 tahun. ............................................................. 49
33 Persentase luas kelas bahaya banjir. .............................................................. 49
34 Peta bahaya banjir. ......................................................................................... 50
35 Luas setiap kelas bahaya berdasarkan administrasi desa/kelurahan
di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur. ................................................ 50
36 Peta sebaran bangunan. .................................................................................. 52
37 Peta jumlah bangunan di daerah bahaya. ....................................................... 52
38 Peta kepadatan penduduk di daerah bahaya. .................................................. 53
39 Peta eksposur lahan di daerah bahaya. ........................................................... 54
40 Peta kerentanan di daerah bahaya. ................................................................. 55
41 Persentase luas kelas kerentanan.................................................................... 56
42 Luas setiap kelas kerentanan berdasarkan administrasi desa/kelurahan
di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur. ................................................ 56
43 Peta risiko bencana banjir. ............................................................................. 57
44 Matriks penentuan kelas risiko bencana. ....................................................... 58
45 Persentase luas kelas risiko. ........................................................................... 58
46 Luas setiap kelas risiko berdasarkan administrasi desa/kelurahan
di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur. ................................................ 59

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Pengaturan parameter metode semivariogram ................................. 69
Lampiran 2 Script algoritma genangan banjir dengan menggunakan
Macro VBA Microsoft Excel 2007. ................................................. 70
Lampiran 3 Perbandingan ketinggian (kedalaman air) genangan ....................... 72
Lampiran 4 Kuisioner untuk tim pakar (ahli) ...................................................... 73
Lampiran 5 Dokumentasi di lokasi penelitian ..................................................... 80

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia.
Faktor penyebab utamanya adalah curah hujan, mengingat Indonesia berada pada
wilayah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Kejadian bencana banjir
memberikan dampak negatif pada wilayah yang berkaitan dengan aktivitas
manusia yaitu dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian material serta efek
psikologis (trauma) terhadap masyarakat yang terkena dampak. Berdasarkan data
dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) bahwa dalam kurun waktu
tahun 1998 – 2012 di seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 228
kejadian banjir dimana jumlah kejadian banjir yang paling tinggi yaitu pada tahun
2010 sebanyak 74 kejadian yang tersebar di beberapa kabupaten.
Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan yang pernah dilanda banjir bandang pada tanggal 20 Juni 2006. Bencana
banjir yang terjadi di daerah tersebut menimbulkan banyak kerugian dan korban
jiwa, khususnya di ibukota kabupaten. Kejadian banjir di Kabupaten Sinjai
menyebabkan kerusakan pada fasilitas pendidikan, ibadah, transportasi, areal
pertanian, perkebunan dan bangunan pemerintah serta bangunan pengatur sungai
yang ada di sepanjang Sungai Tangka dan Mangottong (Dep. PU 2006),
sedangkan jumlah korban tercatat 210 orang meninggal, 16 orang dirawat inap, 50
orang hilang dan 10.343 orang mengungsi (Depkes 2007). Terjadinya banjir
disebabkan oleh meluapnya Sungai Tangka yang ada di bagian utara Kota Sinjai
dan Sungai Mangottong yang berada di bagian selatan, yang disebabkan beberapa
faktor diantaranya adalah curah hujan yang tinggi tercatat tanggal 19 – 20 Juni
2006 pada stasiun pengamat curah hujan Sinjai yaitu 332 mm dan 120 mm,
longsornya tebing sungai di beberapa lokasi di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai),
terjadinya pasang air laut bersamaan saat banjir bandang, penampang sungai di
beberapa tempat tidak mampu mengalirkan debit banjir sehingga melimpas
melewati kapasitas alur sungai, dan topografi Kota Sinjai yang relatif datar
(Rahayu 2008). Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Kabupaten Sinjai masih
sering mengalami bencana banjir.

2

Kurangnya informasi khususnya data spasial mengenai kondisi wilayah
yang berpotensi terkena dampak banjir dapat memperparah kerugian yang akan
ditimbulkan kedepannya. Kajian spasial wilayah bencana banjir sangat diperlukan
sebagai referensi upaya mitigasi. Menurut Plate (2002) langkah pertama dalam
manajemen risiko banjir adalah pemetaan bahaya banjir.
Banjir adalah proses yang kompleks dipengaruhi oleh banyak faktor di
mana karakteristik debit banjir dan topografi wilayah yang terendam air adalah
sangat penting (Jing 2010). Untuk memodelkan kondisi nyata banjir (real world)
yang sangat kompleks, diperlukan pendekatan yang dapat menyederhanakan
proses-proses kejadian di alam yang bersifat dinamis dan berdasarkan lokasi
ruang (spasial) kejadiannya. Pemodelan berbasis spasial dapat dilakukan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan data Digital Elevation
Model (DEM).
Penelitian tentang prediksi genangan melalui simulasi model dengan
menggunakan data DEM telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Yulianto, et al.
(2009), Wang et al. (2010), Jing (2010), dan Zhou (2011). Pada penelitian ini,
kajian tentang pemodelan spasial genangan dan analisis risiko bencana banjir
difokuskan pada wilayah Sungai Mangottong di Kabupaten Sinjai yang memiliki
kondisi topografi yang relatif datar atau merupakan dataran banjir (flood plain).
Analisis dilakukan berdasarkan data DEM dan data volume banjir berdasarkan
periode ulang debit banjir.
Perumusan Masalah
Kabupaten Sinjai didukung oleh beberapa DAS yang memiliki potensi
debit yang besar dan curah hujan yang tinggi. Diantaranya adalah DAS
Mangottong membentang dari barat daya ke arah timur dan bermuara di Teluk
Bone. DAS Mangottong secara administrasi berada di Kabupaten Sinjai, memiliki
luas 128 km2 dengan panjang sungai 44.53 km. Hulu DAS berada di Gunung
Lompobattang, mempunyai topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada
bagian hilir DAS yang relatif datar dan dataran rendah (depresion storage) yang
rawan terhadap banjir.

3

Permasalahan bencana banjir tidak hanya dipengaruhi oleh fenomena alam
yang ekstrim, tetapi juga dipengaruhi oleh fenomena sosial masyarakat khususnya
penduduk yang bermukim pada daerah yang rawan bencana banjir. Pertambahan
penduduk yang semakin meningkat menuntut ketersediaan lahan yang tinggi
untuk menjalankan berbagai aktivitas, tidak terkecuali pada daerah yang rawan
bencana. Namun tidak berarti bahwa lahan yang ada di daerah rawan bencana
tidak dapat dimanfaatkan, melainkan secara bijaksana pemanfaatannya harus
disesuaikan dengan potensi bencana yang ada.
Pengembangan wilayah secara keruangan perlu memperhatikan kendala
pengembangan secara fisik, termasuk diantaranya risiko banjir. Menurut Carter
(1992) penilaian risiko (risk) bencana dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
tingkat bahaya (hazard) dan menduga tingkat kerentanan (vulnerability). Tingkat
bahaya banjir dapat diketahui melalui pemodelan spasial genangan, sedangkan
tingkat kerentanan dapat diketahui melalui analisis secara spasial aspek-aspek
yang rentan terhadap bencana banjir.

Penelitian tentang pemodelan spasial

genangan dan risiko banjir di wilayah Sungai Mangottong perlu dilakukan,
mengingat ibukota Kabupaten Sinjai yang padat penduduk dilalui oleh sungai ini
dan telah memberikan dampak yang merugikan saat kejadian banjir pada tahun
2006.
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan-pertanyaan yang mendasari
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana membangun model spasial genangan banjir di wilayah Sungai
Mangottong?
2. Bagaimana tingkat bahaya banjir di wilayah Sungai Mangottong?
3. Bagaimana tingkat kerentanan banjir di wilayah Sungai Mangottong?
4. Bagaimana tingkat risiko bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membangun model spasial genangan banjir di wilayah Sungai Mangottong.
2. Menganalisis tingkat bahaya bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong.

4

3. Menganalisis

tingkat

kerentanan

bencana

banjir

di

wilayah

Sungai

Mangottong.
4. Menganalisis tingkat risiko bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dapat memberikan arahan kebijakan bagi perencanaan tata ruang
wilayah berbasis mitigasi bencana di Kabupaten Sinjai khususnya pada
wilayah Sungai Mangottong.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan informasi dalam melakukan mitigasi bencana
khususnya banjir.

TINJAUAN PUSTAKA

Banjir
Banjir didefinisikan sebagai kenaikan drastis dari aliran sungai, kolam,
danau, dan lainnya dimana kelebihan aliran tersebut menggenangi keluar dari
tubuh air dan menyebabkan kerusakan dari segi sosial ekonomi dari sebuah
populasi (Smith & Ward 1998).
Apabila suatu peristiwa terendamnya air di suatu wilayah yang mengancam
dan

mengganggu

kehidupan

dan

penghidupan

masyarakat

sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis maka banjir tersebut dapat disebut Bencana
Banjir (Reed 1995).
Banjir dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah seperti
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Beberapa penyebab banjir (Kodoatie & Sugiyanto 2002)
No.

Penyebab banjir

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Perubahan land-use
Pembuangan sampah
Erosi dan sedimentasi
Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Curah Hujan
Fisiografi/ geofisik sungai
Kapasitas sungai/ drainase yang tidak memadai
Air pasang (rob)
Penurunan tanah
Drainase lahan
Bendung dan bangunan air
Kerusakan bangunan pengendali banjir

Alam

Manusia

VV

V
V
V
V
V

V
VV
V
V
V
V

V
VV

V
V
V
V
Keterangan: tanda V menunjukkan penyebab banjir, VV menunjukkan dominan penyebab.

Secara umum penyebab terjadinya banjir di berbagai belahan dunia adalah
(Smith & Ward 1998):
1. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan
mengakibatkan banjir sungai. Banjir di daerah muara pantai umumnya
disebabkan karena kombinasi dari kenaikan pasang surut, tinggi muka air

6

laut dan besarnya ombak yang di asosiasikan dengan terjadinya gelombang
badai yang hebat.
2. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tataguna lahan
dari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan banjir.
Banyak lokasi yang menjadi subjek dari banjir terutama daerah muara.
Perencanaan penaggulangan banjir merupakan usaha untuk menanggulangi
banjir pada lokasi-lokasi industri, komersial dan pemukiman. Proses
urbanisasi, kepadatan bangunan, kepadatan populasi memiliki efek pada
kemampuan kapasitas drainase suatu daerah dan kemampuan tanah
menyerap air, dan akhirnya menyebabkan naiknya volume limpasan
permukaan. Meskipun luas area perkotaan lebih kecil dari 3% dari
permukaan bumi, tapi sebaliknya efek dari urbanisasi pada proses terjadinya
banjir sangat besar.
3. Land subsidence; adalah proses penurunan level tanah dari elevasi
sebelumnya. Ketika gelombang pasang datang dari laut melebihi aliran
permukaan sungai, area land subsidence akan tergenangi.
Pemodelan Banjir
Pengertian Model dan Sistem
Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau
proses (Muhammadi et al. 2001). Model menurut Marimin (2005) adalah
simplifikasi dari sistem. Model spasial adalah model yang berbasis data spasial,
baik masukan (input), analisis, maupun keluaran (output) datanya dari model
spasial tersebut (Munibah 2008).
Menurut Manetch dan Park (1977) sistem adalah suatu gugus atau
kumpulan dari elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai tujuan,
sedangkan menurut Marimin (2005) sistem adalah kumpulan berbagai komponen
atau elemen yang saling terkait dan terorganisir dengan baik serta mempunyai
tujuan yang sama.
Klasifikasi model terdiri dari model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik.
Model kuantitatif adalah model yang berbentuk rumus-rumus, matematika,
statistik atau komputer. Model kualitatif adalah model yang berbentuk , diagram

7

atau matriks, yang menyatakan hubungan antar unsur dan tidak digunakan rumusrumus, matematika, statistik atau komputer. Model ikonik adalah model yang
mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya
dapat diperbesar atau diperkecil (Muhammadi et al. 2001).
Menurut Jorgensen (1988) kegunaan model sebagai alat bantu dalam
ekologi dapat dikelompokkan ke dalam empat kegunaan :
1. Model merupakan instrumen yang berguna untuk memahami sistem yang
kompleks.
2. Model dapat dipakai untuk menggambarkan karakteristik sistem secara
sederhana.
3. Model dapat dipakai untuk menyusun prioritas-prioritas penelitian.
4. Model dapat dipakai untuk menguji hipotesis ilmiah dengan jalan
mensimulasikan reaksi ekosistem dan dibandingkan dengan hasil
observasi.
Model simulasi lebih berguna dan dapat diandalkan bila memenuhi ketiga.
syarat berikut :
1. Model merupakan sistem yang rill, harus realistis dan inovatif.
2. Model harus sederhana agar mudah dikelola.
3. Model merupakan distorsi dari sistem, karena itu dalam aplikasi harus
seksama dan waspada.
Ada 10 tahap dalam pemodelan (Dahuri 1995; Hall & Day 1977;
Jorgensen 1988) meliputi :
1. Pendefinisian masalah : menentukan masalah yang akan dicari solusinya
sekaligus menetapkan tujuan yang akan dicapai.
2. Pembatasan masalah berdasarkan waktu, ruang dan komponen dari model.
3. Penyusunan model konseptual/verbal : menjelaskan variabel keadaan
(state variables) dan variabel luar (exogenous variables) yang penting
serta kaitan keduanya secara konseptual.
4. Penyusunan model diagram.
5. Penyusunan model persamaan matematika untuk setiap fungsi transfer
melalui tiga tahap. Pertama, menentukan nilai awal (initial value) untuk
setiap variabel keadaan berdasarkan hasil riset atau informasi lain. Kedua,

8

menentukan variabel luar yang dapat mengubah nilai variabel keadaan.
Ketiga, merumuskan setiap hubungan fungsional antar variabel menjadi
persamaan matematika serta penentuan nilai koefisien dan konstanta.
6. Penerjemahan persamaan matematika kedalam bahasa komputer.
7. Melakukan simulasi komputer dengan cara menentukan nilai awal
kemudian membatasi skenario simulasi lalu dieksperimentasikan sesuai
dengan batas waktu yang akan diestimasi.
8. Verifikasi, untuk melihat logika internal model, yaitu keluaran model hasil
simulasi sesuai dengan logika ilmiah.
9. Analisis kepekaan (sensitivity analysis), dilakukan dengan merubah nilai
setiap peubah/parameter ke atas dan ke bawah, sehingga dapat dilihat
respon model terhadap perubahan tersebut. Bila respon model kecil maka
dikatakan bahwa model tidak sensitif terhadap peubah dan parameter
tersebut, sebaiknya bila respon model besar terhadap perubahan dikatakan
bahwa model peka terhadap peubah/parameter tersebut.
10. Validasi model, membandingkan keluaran model dengan hasil observasi
untuk melihat kelayakan model.
Model Spasial Genangan Banjir
Simulasi dan pemodelan untuk estimasi banjir adalah bidang yang
berkembang pesat dalam hidrologi (Boughton & Droop 2003). Simulasi banjir
dan hasil model adalah cara yang baik untuk memberikan informasi yang relevan
tentang bagaimana banjir akan berperilaku pada lokasi (spasial) di mana orang
beraktifitas dan bagaimana banjir akan mempengaruhi mereka. Menurut Plate
(2002) untuk prosedur perencanaan dan evakuasi, permintaan untuk informasi
peta digital banjir hasil prediksi dan risiko banjir telah meningkat. Untuk
menghasilkan peta-peta tersebut, SIG, remote sensing (penginderaan jauh) dan
pemodelan banjir sangat berguna.
SIG didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer yang mempunyai
kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan
data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan
analisis serta output (Aronoff 1989). SIG dapat digunakan untuk membangun

9

model spasial, salah satunya adalah model untuk analisis banjir dengan
menggunakan pemodelan numerik (Meijerink et al. 1994).
SIG berbasis algoritma dengan menggunakan data DEM umumnya
mensimulasikan banjir dalam dua kasus yaitu berdasarkan volume banjir dan
berdasarkan ketinggian banjir (Jing 2010; Zhou 2011). Kasus yang pertama cocok
untuk genangan yang meluap melewati badan sungai atau gagalnya suatu
tanggul/dam, dengan memperhitungkan tingkat air banjir berdasarkan pada
akumulasi massa air (volume banjir yaitu sama dengan volume genangan), dan
kasus yang kedua digunakan untuk dataran banjir.
Liu R dan Liu N (2001) dan Wang et al. (2010) menambahkan bahwa dua
kasus tersebut dapat disebut sebagai "source flood" untuk kasus berdasarkan
volume banjir dan "non-source flood" untuk kasus berdasarkan ketinggian banjir.
"Non-source flood" adalah metode sederhana untuk mengekstrak daerah genangan
dengan mencari sel (nilai piksel) pada daerah yang berada di bawah ketinggian
banjir satu per satu, sedangkan "source flood" memiliki algoritma yang lebih
kompleks yang mempertimbangkan konektivitas daerah, dimana sel-sel (piksel)
genangan harus memenuhi kedua kondisi, yaitu daerah yang memiliki ketinggian
di bawah ketinggian banjir dan memiliki koneksi ke titik sumber.
Yulianto et al. (2009) membuat model simulasi luapan banjir Sungai
Ciliwung di wilayah Kampung Melayu – Bukit Duri, Jakarta, dengan melakukan
pengembangan aplikasi neighbourhood operation berupa perhitungan raster piksel
yang diterapkan pada nilai model ketinggian suatu tempat dengan model iterasi
untuk menentukan daerah genangan berdasarkan data DEM dari peta topografi.
Hasil penelitian menggambarkan kondisi di lapangan ketika luapan banjir terjadi
dan dampaknya terhadap penggunaan lahan di sekitar daerah penelitian. Wang et
al. (2010) memprediksi daerah genangan banjir di Sungai Nanpanjiang dan
Lujiang, Cina, dengan menggunakan suatu algoritma dan data DEM.
Penelitian tersebut menghasilkan pemetaan daerah genangan banjir
berdasarkan

ketinggian

genangan

banjir

yang

pernah

terjadi

dan

berdasarkan volume banjir yang telah diketahui. Berdasarkan isu dan
pendekatan yang sama, Jing (2010) melakukan pemodelan daerah genangan
banjir menggunakan SIG di Kota Wenshan, Provinsi Yunnan, Cina, akibat

10

meluapnya Sungai Zhujiang. Berdasarkan data DEM dan menggunakan algoritma
berdasarkan ketinggian genangan dan volume debit banjir yang telah diketahui,
hasil yang diperoleh adalah peta daerah genangan banjir untuk periode ulang 20
tahun.
Risiko Bencana
Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam sehingga mengakibatkan timbulnya korban manusia, kerusakan, kerugian
dan dampak psikologis (BAKORNAS PB 2007).
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (Carter 1992). Lebih lanjut Carter
menambahkan bahwa untuk menentukan ancaman bencana, maka diperlukan
penilaian risiko (risk) bencana dengan mengidentifikasi tingkat bahaya (hazard)
dan menduga tingkat kerentanan (vulnerability). Saat ini, penelitian dan praktek
penanggulangan bencana makin fokus pada pengurangan kerentanan sosial dari
masyarakat (Wisner 2006; Birkmann 2006; Pelling 2003; Bankoff et al. 2004;
Wisner et al. 2004; UNISDR 2004). Pemahaman ini datang dari kesadaran bahwa
kerentanan terhadap bencana sesungguhnya dihasilkan dari proses-proses sosial,
ekonomi dan politik yang memodifikasi cara bagaimana masyarakat mereduksi
risiko, berhadapan (coping) dan respon terhadap ancaman (hazards) secara
beragam (Wisner et al. 2004).
Konsep risiko dalam berbagai literatur tentang bencana berevolusi
sepanjang waktu dengan dilengkapi hal baru, dan menyempurnakan elemen yang
ada. Aspek seperti eksposur/keterpaparan (exposure) terhadap bahaya, jangka
waktu periode analisis, pencantuman aspek sosial-budaya dan kerentanan telah
dimasukkan dalam konsep risiko. Hal ini secara luas diterima dalam komunitas
ilmiah bahwa risiko tidak hanya bisa ditentukan sebagai fungsi dari bahaya,
menggambarkan kemungkinan kerusakan fisik, tetapi juga harus mencakup
kerentanan dari elemen yang berisiko (Cannon 1993; Bollin et al. 2003).

11

Bahaya (Hazard)
Menurut UNISDR (2009) bahaya adalah potensi kehancuran fisik dan
aktifitas manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa atau terluka, kehancuran
harta benda, gangguan sosial dan ekonomi atau degradasi lingkungan. Bahaya
dapat digolongkan dalam kondisi yang terpendam (laten) yang menggambarkan
ancaman dan dapat disebabkan oleh alam (geologi, hidrometeorologi dan biologi)
atau aktifitas manusia (degradasi lingkungan dan bahaya teknologi).
Bahaya banjir merupakan suatu ancaman yang ditimbulkan oleh kejadian
banjir yang memberikan dampak negatif pada daerah yang terkena dampak.
Bahaya banjir diukur berdasarkan probabilitas kejadian yang memunculkan nilai
kerusakan, dipahami secara umum sebagai risiko banjir, atau dampaknya berupa
hilangnya nyawa dan kerusakan material pada masyarakat (Rossi et al. 1994).
Kerentanan (Vulnerability)
Kerentanan (vulnerability) adalah karakteristik dari seseorang atau
kelompok dan situasi yang mempengaruhi kapasitasnya untuk mengantisipasi,
mengatasi, melawan dan pulih dari dampak bahaya alam (suatu peristiwa alam
atau proses yang ekstrim) (Wisner et al. 2004). Penilaian kerentanan digambarkan
sebagai sesuatu yang berguna untuk menentukan potensi kerusakan dan hilangnya
nyawa dari peristiwa ekstrim (Cutter 1996) dan juga dalam mengusulkan alternatif
pengurangan bahaya di mana mitigasi biasanya dilakukan dengan pendekatan
bentuk struktural (rekayasa) untuk pengurangan bahaya (Coburn & Spence 1992;
Clayton 1994).
Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru
akan terjadi bila bahaya terjadi pada kondisi yang rentan (BAKORNAS PB 2007).
Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik (infrastruktur), sosial dan
ekonomi (Carter 1992), seperti diuraikan oleh BAKORNAS PB (2007) sebagai
berikut:
1. Kerentanan Fisik yaitu suatu kondisi fisik (infrastruktur) yang rawan
terhadap faktor bahaya tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari
berbagai indikator seperti: persentase kawasan terbangun, kepadatan

12

bangunan, persentase bangunan konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio
panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jalan KA, dll.
2. Kerentanan sosial yaitu suatu kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam
menghadapi bahaya. Beberapa indikator kerentanan sosial yaitu
kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase usia tuabalita dan penduduk wanita.
3. Kerentanan ekonomi yaitu suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi
dalam menghadapi ancaman bahaya. Beberapa indikator kerentanan
ekonomi yaitu persentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan
terhadap PHK dan persentase rumah tangga miskin.
Eksposur/Keterpaparan (Eksposure)
Eksposur didefinisikan oleh Adger (2006) sebagai derajat, durasi atau
tingkat dimana sistem mengalami kontak atau terkena gangguan. Sedangkan
menurut Barus (2011) eksposur adalah nilai atau tingkat kerugian atau kerusakan
suatu komponen akibat adanya suatu proses. Menurut Davidson dan Shah (1997)
eksposur merupakan komponen dari risiko. Betapa pun besarnya suatu bahaya
tidak ada artinya tanpa eksposur populasi dan infrastruktur karena tidak ada
kerusakan ataupun kerugian yang dialami sehingga seberapa besar eksposur
sebesar itu pula risiko. Komponen eksposur terdiri dari populasi, ekonomi, fisik
infrastruktur dan sosial-politik. Beberapa disiplin ilmu juga menyertakan konsep
eksposur mengacu terutama pada aspek fisik kerentanan atau merupakan bagian
dari konsep kerentanan (Baas et al. 2008).

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan wilayah hilir Sungai Mangottong yang secara
administrasi wilayah berada di Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai
Timur, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas sekitar 27,86
km2. Pemilihan daerah studi berdasarkan kondisi topografi yang relatif rendah
(dataran banjir) yang berkontribusi terhadap kejadian banjir di kota Kabupaten
Sinjai dan sekitarnya, dan berdasarkan ketersediaan data spasial untuk mendukung
penelitian (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Desember
2012.

Gambar 1 Lokasi studi.

14

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi data spasial dan data
tabular seperti yang tersaji pada Tabel 2. Adapun alat yang digunakan berupa
seperangkat komputer dengan perangkat lunak (software) Microsoft Word,
Microsoft Excel, ArcGIS, dan peralatan penunjang lain seperti alat tulis, kamera
dijital, Global Positioning System (GPS) Garmin Oregon.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu: 1) pengumpulan data dan 2)
analisis data.
Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder seperti tersaji pada Tabel 2. Data primer berupa data citra dan data yang
diperoleh melalui survei dan wawancara penduduk. Data sekund