Dampak pembiayaan syariah terhadap profitabilitas usaha mikro pada nasabah bank perkreditan rakyat syariah harta insan karimah kecamatan ciledug kota Tangerang

DAMPAK PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS
USAHA MIKRO PADA NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT
SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH KECAMATAN CILEDUG KOTA
TANGERANG

LUTHFI HIBATUR RACHMAN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Pembiayaan
Syariah Terhadap Profitabilitas Usaha Mikro Pada Nasabah Bank Perkreditan
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Kecamatan Ciledug Kota Tangerang adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Luthfi Hibatur Rachman
NIM H54100068

ABSTRAK
LUTHFI HIBATUR RACHMAN. Dampak Pembiayaan Syariah Terhadap
Profitabilitas Usaha Mikro Pada Nasabah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta
Insan Karimah Kecamatan Ciledug Kota Tangerang Dibimbing oleh WIWIEK
RINDAYATI dan LAILY DWI ARSYIANTI
Usaha mikro membutuhkan suntikan modal yang disediakan pihak eksternal
seperti lembaga keuangan formal, bank. Akan tetapi syarat pembiayaan serta
tingkat bunga yang diajukan bank menjadi faktor penghambat usaha mikro untuk
mengakses modal dari bank. Salah satu lembaga keuangan yang dapat
menjangkau usaha mikro adalah bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). BPRS
Harta Insan Karimah menawarkan pembiayaan syariah qardhul hasan dan
murabahah kepada pelaku usaha mikro. Studi ini bertujuan untuk menganalisis

dampak pembiayaan syariah terhadap perubahan pendapatan, perubahan
keuntungan dan perubahan tingkat keuntungan pelaku usaha mikro dan
menganalisis faktor dampak pembiayaan syariah terhadap perubahan pendapatan,
perubahan keuntungan dan perubahan tingkat keuntungan pelaku usaha mikro.
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 pelaku usaha mikro di wilayah Kecamatan
Ciledug yang menerima pembiayaan qardhul hasan dan murabahah dari BPRS
HIK dengan menggunakan metode analisis uji-T berpasangan dan regresi
berganda. Hasil uji-T berpasangan menunjukkan bahwa variable pendapatan,
keuntungan dan tingkat keuntungan mengalami perubahan pada setiap masingmasing pembiayaan. Hasil metode menggunakan regresi berganda pada variable
perubahan pendapatan, faktor yang berpengaruh nyata adalah pengalaman
berdagang, dummy status pernikahan, dummy jenis kelamin dan dummy sedekah.
Pada variabel perubahan keuntungan setelah menerima pembiayaan qardhul
hasan dan murabahah yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang,
dummy skema pembiayaan, dummy jenis kelamin dan dummy sedekah. Pada
variabel perubahan tingkat keuntungan setelah menerima pembiayaan qardhul
hasan dan murabahah yaitu umur, dummy skema pembiayaan, dummy status
pernikahan, dummy jenis dagang makanan dan minuman serta dummy jenis
dagang sayur dan buah.
Kata kunci: Murabahah, Qardhul hasan, Regresi Berganda, Uji-t Berpasangan,
Usaha mikro


ABSTRACT
LUTHFI HIBATUR RACHMAN. Sharia Financing Impact On The Profitability
Of Micro Enterprises For Customers Of Bank Financing Sharia Harta Insan
Karimah District Of Ciledug In Tangerang Supervised by Wiwiek Rindayati and
Laily Dwi Arsyianti
Micro-businesses require capital injections provided by external parties such
as formal financial institutions, banks. However, the terms of financing and the

interest rate offered by the banks become barriers for microfinance to access
capital from banks. One of the financial institutions that can reach micro business
is the people's bank financing sharia (BPRS). BPRS Harta Insan Karimah offering
Islamic financing murabaha and qardhul hasan for micro businesses. This study
aims to analyze the impact of Islamic finance on changes in revenue, profit and
profit rate of the micro and analyzes the impact of Islamic finance on changes in
revenue, profit and profit rate of micro businesses. This study was conducted on
30 microfinance providers in the region Ciledug districts that receive financing
murabaha and qardhul hasan from BPRS HIK by using paired T-test analysis and
multiple regression. Paired T-test results indicate that the variable revenue, profit
and profit rate of change in each individual-each financing. The results of the

multiple regression method using variable change of income, factors that are
significant trading experience, marital status, gender dummy and dummy
shodaqah . In a variable change of profit after receiving qardhul hasan financing
and murabaha is age, formal education, trading experience, dummy financing
scheme, gender dummy and dummy shodaqah. In the variable change of profit
rate after receiving financing qardhul hasan and murabaha is age, dummy
financing scheme, marital status, dummy trade types of food and beverages as
well as a dummy trade types of vegetables and fruits.
Keywords: Micro finance, Multiple Regression, Murabaha, Paired t-test, Qardhul
hasan

DAMPAK PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS
USAHA MIKRO PADA NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT
SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH KECAMATAN CILEDUG KOTA
TANGERANG

LUTHFI HIBATUR RACHMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Prodi Ekonomi Syariah
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Dampak Pembiayaan Syariah Terhadap Profitabilitas Usaha Mikro
Pada Nasabah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan
Karimah Kecamatan Ciledug Kota Tangerang
Nama
: Luthfi Hibatur Rachman
NIM
: H54100068

Disetujui oleh


Laily Dwi Arsyianti, M.Sc.
Pembimbing II

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si.
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak
Pembiayaan Syariah Terhadap Profitabilitas Usaha Mikro Pada Nasabah Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Kecamatan Ciledug Kota
Tangerang”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pembiayaan syariah
terhadap perubahan pendapatan, perubahan keuntungan dan perubahan tingkat
keuntungan serta mengidentifikasi faktor-faktor dampak pembiayaan syariah
terhadap perubahan pendapatan, perubahan keuntungan dan perubahan tingkat
keuntungan para pelaku usaha mikro. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah
Abdurrachman dan Ibu Harin Riandrini, serta adik dari penulis, Ghassani Adani
Rachman atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si dan Laily Dwi Arsyianti, M.Sc selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan,
saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
2.
BPRS Harta Insan Karimah, baik para pegawai maupun nasabah serta
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

4.
Saudara satu bimbingan, Geri Suryadi, Myrella Velika, Dyah Ayu Ninda,
Pramono Widagdo, Putri Eka, Ghina Zahra, Rizki Eka, Raisa yang telah
banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Para sahabat penulis khususnya Iin Zahratain yang telah memberikan
bantuan serta motivasi kepada penulis.
6.
Sahabat-sahabat terdekat penulis Irfan Purnama, Nadilla Ambarfauziah,
Muhammad Haris, Faris Rahman, Qiyammudin Rabbani, Fathony Syaukat,
Abdul Halim, Ukke serta segenap sahabat yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
7.
Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi
Syariah 47 terimakasih atas doa dan dukungannya.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Oktober 2014
Luthfi Hibatur Rachman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

7


TINJAUAN PUSTAKA

7

Bank

8

Profitabilitas

8

Pembiayaan

10

Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

15

Penelitian Terdahulu

16

Kerangka Pikir

17

Karakteristik Pengusaha

19

METODE PENELITIAN

20

Jenis dan Sumber Data

20

Lokasi dan Waktu Penelitian

20

Metode Pengumpulan Data

20

Metode Pengolahan dan Analisis Data

21

GAMBARAN UMUM

24

Gambaran Umum PT. BPRS Harta Insan Karimah Kecamatan Ciledug Kota
Tangerang
24
HASIL DAN PEMBAHASAN

26

Skema Pembiayaan Qardhul Hasan dan Murabahah pada BPRS Harta Insan
Karimah
26
Karakteristik Responden

27

Hasil Estimasi

36

SIMPULAN DAN SARAN

40

Simpulan

40

Saran

41

DAFTAR PUSTAKA

41

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

59

DAFTAR TABEL
1 Jumlah Pengangguran di Indonesia
2 Perkembangan Data Unit, Tenaga Kerja dan PDB Atas Harga Konstan
2000 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
3 Dana Ziswaf dan Qardul Hasan pada Bank Harta Insan Karimah
4 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden
5 Demografi Responden Penerima Pembiayaan Qardhul Hasan dan
Murabahah Dari BPRS Harta Insan Karimah Kecamatan Ciledug
6 Modal Awal Usaha Mikro Responden
7 Pendapatan Usaha Mikro Perbulan
8 Keuntungan Responden Penerima Pembiayaan Qardhul Hasan dan
Murabahah
9 Tingkat Keuntungan Responden Penerima Pembiayaan Qardhul Hasan
dan Murabahah
10 Besar Jumlah Pembiayaan Qardhul Hasan dan Murabahah Yang
Diterima Responden
11 Jumlah Responden Setelah Mendapatkan Pembiayaan Qardhul Hasan
dan Murabahah
12 Perubahan Pendapatan, Perubahan Keuntungan dan Perubahan Tingkat
Keuntungan Responden setelah Mendapatkan Pembiayaan
13 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Pendapatan, Perubahan
Keuntungan dan Perubahan Tingkat Keuntungan Pelaku Usaha Mikro

1
2
4
28
31
32
33
34
35
35
36
37
39

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jumlah Piutang Murabahah
Teori Profitabilitas dalam Islam
Skema Pembiayaan Murabahah
Skema Pembiayaan Qardul Hasan
Kerangka Penelitian
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Status Usaha Responden
Sumber Modal Usaha Awal Responden

4
8
12
15
18
28
29
31
32
33

DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan Penerima Pembiayaan Qardhul Hasan oleh BPRS Harta Insan
Karimah
2 Kuesioner Penelitian
3 Hasil Olahan Uji-t Berpasangan
4 Hasil Olahan Regresi Berganda

45
47
53
56

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan krisis global pada tahun 2008
telah melumpuhkan kegiatan ekonomi di Indonesia, sehingga banyak perusahaan
yang bangkrut dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Sulistyo dan
Hakim (2013) menyatakan bahwa hal tersebut berakibat pada meningkatnya jumlah
pengangguran dan kemiskinan yang ada di Indonesia. Peningkatan jumlah
pengangguran di Indonesia tumbuh pesat terjadi pada tahun 1998 dan 2005 yang
dimana pada kedua tahun ini, jumlah pengangguran yang ada di di Indonesia
mencapai angka 5.05 dan 11.37 juta orang dengan besar tingkat pengangguran
terbuka sebesar 49.50% dan 35.10% sedangkan kemiskinan mencapai angka 49.50
juta orang dan 35.10 juta orang dengan persentase penduduk miskin sebesar 24.20%
dan 15.97% (Tabel 1). Seiring perkembangan perekonomian Indonesia yang mulai
stabil, jumlah pengangguran yang ada di Indonesia mulai menunjukkan penurunan
yang cukup besar setiap tahunnya.
Tabel 1 Jumlah Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia
Tahun

Pengangguran
(juta/orang)

1998
5.05
1999
6.03
2000
5.81
2001
8.01
2002
9.13
2003
9.94
2004
10.25
2005
11.37
2006
11.01
2007
10.28
2008
9.41
2009
9.11
2010
8.45
2011
7.91
2012
7.42
2013
7.28
Sumber : Sakernas (BPS) 2014 (diolah)

Indikator
Tingkat
Kemiskinan
pengangguran
(Desa+Kota)
terbuka (%)
(juta/orang)
5.46
49.50
6.36
57.97
6.08
38.74
8.10
37.87
9.06
38.39
9.67
37.34
9.86
36.15
10.75
35.10
10.36
39.30
9.43
37.17
8.42
34.96
8.00
32.53
7.27
31.02
6.68
29.95
6.23
28.86
6.08
28.07

Persentase
Penduduk Miskin
(%)
24.20
23.43
19.14
18.41
18.20
17.42
16.66
15.97
17.75
16.58
15.42
14.15
13.33
12.42
11.81
11.37

Pengangguran terus berkurang tiap tahunnya dan pada tahun 2013 berjumlah
7.28 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lapangan kerja di Indonesia
semakin meningkat sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk menuntaskan
masalah pengangguran. Selain itu, cara untuk menuntaskan masalah pengangguran di
Indonesia salah satunya adalah melalui pengembangan dan penciptaan lapangan kerja
di sektor informal (Firdausy 1995). Penciptaan lapangan kerja di sektor informal di
antaranya melalui usaha mikro. Usaha mikro merupakan usaha pada bidang informal

2
yang tidak memerlukan modal yang besar, tingkat pendidikan yang tinggi serta dapat
menjadi lapangan kerja sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008,
usaha mikro yang tergolong dalam UMKM, merupakan usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000
(tiga ratus juta rupiah).
Tabel 2 Perkembangan Data Unit, Tenaga Kerja dan PDB Atas Harga Konstan 2000
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
Indikator

Tahun
2011*

2010
Jumlah

Pangsa
(%)

Jumlah

Usaha Mikro
Unit Usaha
53.504.416
98.86
54.559.969
(Unit)
Tenaga kerja
91.729.384
90.83
94.957.797
(Orang)
PDB
atas
harga
719.070.2
32.66
761.228.8
konstan 2000
(Rp Milyar)
Usaha Kecil
Unit Usaha
568.397
1.05
602.195
(Unit)
Tenaga kerja
3.768.885
3.73
3.919.992
(Orang)
PDB
atas
harga
239.111.4
10.74
261.315.8
konstan 2000
(Rp Milyar)
Usaha Menengah
Unit Usaha
42.008
0.08
44.280
(Unit)
Tenaga kerja
2.740.644
2.71
2.844.669
(Orang)
PDB
atas
harga
324.390.2
14.65
346.781.4
konstan 2000
(Rp Milyar)
Sumber : Kementrian koperasi dan UMKM 2013 (diolah)
Keterangan: *angka sementara **angka sangat sementara

Pangsa
(%)

2012**
Pangsa
Jumlah
(%)

98.82

55.856.176

98.79

90.77

99.859.517

90.12

32.02

790.825.6

31.32

1.09

629.418

1.11

3.75

4.535.970

4.09

10.99

294.260.7

11.65

0.08

48.997

0.09

2.72

3.262.023

2.94

14.59

366.373.9

14.51

Pelaku usaha dapat melakukan usaha mikro seperti usaha barang dan jasa
secara mandiri, mengolah sendiri, memasarkan dan menjual sendiri hasil usahanya.
Selain mudah untuk dilakukan, usaha mikro tidak membutuhkan sistem operasional
berskala besar sehingga usaha mikro dapat menjadi solusi alternatif untuk
mengurangi pengangguran. Saat ini, usaha mikro sudah tersebar luas di seluruh
Indonesia. Dalam perkembangannya, usaha mikro memiliki jumlah terbesar diantara
jumlah UMKM lainnya (Tabel 2). Hingga tahun 2012, jumlah usaha mikro mencapai
angka 55 856 176 unit. Yang mana jumlah usaha mikro ini berbeda jauh dengan

3
jumlah usaha kecil maupun usaha menengah yang hanya menunjukkan angka sebesar
629 418 unit dan 48 997 unit pada tahun 2012.
Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia selalu bertumbuh
dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan pertumbuhan positif tiap tahunnya dan tentu
saja akan mengurangi pengangguran yang terjadi di Indonesia. Tetapi usaha mikro
memilki jumlah unit terbesar diantara lainnya dan memberikan kontribusi terbesar
yaitu 98.79 % pada tahun 2012 dari total seluruh jumlah UMKM dan usaha besar.
Usaha mikro menjadi tumpuan penting untuk memerangi pengganguran dengan
jumlah yang sangat besar yaitu dapat dilihat penyerapan tenaga kerja oleh usaha
mikro sebesar 99 859 517 orang dibandingkan usaha kecil maupun menengah.
Peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam menyumbangkan Produk
Domestik Bruto (PDB) harga konstan 2000 di Indonesia sangatlah penting. Terutama
pada sektor usaha mikro, memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan usaha kecil
ataupun usaha menengah. Usaha mikro yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan PDB di Indonesia yaitu sebesar Rp 790 825 6 milyar dengan kontribusi
sebesar 31.32 % pada tahun 2012.
Pelaku usaha mikro memiliki hambatan utama seperti ketidakmilikan modal
maupun kurangnya modal untuk membuat atau mengembangkan usahanya. Para
pelaku usaha berkeinginan untuk meminjam modal kepada bank, tetapi memiliki
kendala yaitu adanya suku bunga kredit yang tinggi dan diperlukannya jaminan
kebendaan (collateral minded) yang sukar dipenuhinya (Uswatun 2010). Padahal,
pengusaha mikro bila mendapatkan modal yang cukup untuk mengembangkan
usahanya tentu pendapatan pelaku usaha mikro akan meningkat dan memperluas
lapangan kerja. Oleh karena itu, perbankan syariah memerankan posisi yang sangat
penting untuk menjaga stabilitas terhadap perkembangan sektor riil yang erat
kaitannya dengan masyarakat kelas menengah kebawah dengan memberikan produkproduk pembiayaan syariah yang terbagi ke dalam lima kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunannya yaitu: (a) Pembiayaan dengan prinsip bay‟
(Murabahah, Salam, dan Istisna); (b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah); (c)
Pembiayaan dengan prinsip syariah (Musyarakah, Mudharabah, Muzara‟ah, dan
Musaqah); (d) Fee based service ata jasa (Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn); dan
(e) Produk sosial (Qard al-Hasan) ( Adnan 2005).
Pembiayaan syariah seperti qardhul hasan dan murabahah menjadi salah satu
solusi untuk mendapatkan pembiayaan. Qardhul hasan yang dapat memberikan
modal tanpa perlu adanya margin dalam pengembalian sedangkan murabahah
menggunakan margin dalam pengembaliannya tanpa menggunakan riba atau bunga.
Pemberian modal oleh bank syariah terhadap pelaku usaha baik untuk pengembangan
usaha dan mempermudah kegiatan usaha mikro tersebut. BPRS Harta Insan Karimah
menjadi salah satu BPRS yang mengeluarkan produk murabahah dan qardhul hasan
di kecamatan Ciledug kota Tangerang. BPRS HIK memberikan dana qardhul hasan
kepada pelaku usaha mikro yang berhak menerimanya karena ketidakmampuan
dalam segi keuangan dan pelaku usaha mikro yang sudah mampu dalam segi
financial dapat diberikan dana murabahah sesuai dengan ketentuan yang telah
dikeluarkan BPRS tersebut. BPRS HIK memilki dana qardhul hasan yang telah
dihimpun selama 4 tahun yang terdapat pada Tabel 3.

4
Tabel 3 Dana ZISWAF dan Qardul Hasan pada Bank Harta Insan Karimah
Tahun

Dana Ziswaf dan Qardhul Hasan

2011
2012
2013
2014
Sumber : BPRS HIK 2014 (diolah)

Rp 201 359 269
Rp 207 901 673
Rp 163 029 074
Rp 168 490 821

BPRS HIK sampai saat ini memiliki dana ZISWAF (zakat Infaq Sedekah dan
Waqaf) dan qardhul hasan yang cukup besar. Untuk membiayai nasabah penerima
qardhul hasan, BPRS HIK mengambil dana tersebut dari dana ZISWAF dan qardhul
hasan yang terkumpul dari nasabah yang aktif berperan dalam pengumpulan dana
dengan memberikan sebagian hartanya dan sebagian keuntungan yang didapatkan
BPRS HIK . Dana ini bila dikelola dengan baik dan penggunannya maksimal, tentu
akan membantu para pelaku usaha mikro untuk berkembang menjadi lebih besar.
Namun dana yang dimiliki dengan perkembangan penerima pembiayaan qardhul
hasan pada BPRS HIK selama selang 2010-2014 belum disalurkan secara maksimal.
Hal ini dikarenakan BPRS HIK bertujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented).
Perkembangan penerima pembiayaan qardhul hasan terbilang cukup sedikit
dilihat dari dana yang dimilki BPRS HIK. Penerima pembiayaan qardhul hasan di
BPRS HIK baru terdapat 18 orang hingga tahun 2014. Perkembangan yang lamban
ini dikarenakan qardhul hasan tidak memilki unsur pengambilan profit kepada
pengusaha mikro, sehingga tidak menjadi peran utama pembiayaan pada BPRS HIK.
Pembiayaan qardhul hasan sangat diharapkan bagi para pelaku usaha mikro, karena
sangat membantu dalam menjalankan usaha. Tetapi perkembangan qardhul hasan
pada BPRS HIK terbilang lamban.
Pelaku usaha untuk memulai atau mengembangkan usaha mikro dengan tidak
memiliki modal maupun jaminan, dapat diberikan dana qardhul hasan dengan
ketentuan yang diberikan oleh bank. Pelaku usaha mikro dengan keterbatasan modal
dapat menggunakan dana murabahah dengan jaminan barang itu sendiri maupun
jaminan lainnya yang dimiliki pelaku usaha. BPRS HIK akan menganalisis terlebih
dahulu pembiayaan mana yang tepat untuk pelaku usaha mikro tersebut. Pembiayaan
murabahah pada BPRS HIK dapat dilihat pada Gambar 1.
JtRp/Tahun
250000000
200000000
150000000
100000000
50000000
0

Piutang Murabahah

Juni 2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: Bank Indonesia 2014 (diolah)

Gambar 1 Jumlah Piutang Murabahah

5
Piutang murabahah yang dikeluarkan BPRS HIK selalu bertumbuh dari tahun
ke tahun. Murabahah menjadi pembiayaan syariah utama pada BPRS HIK. Pelaku
usaha mikro umumnya lebih diutamakan pada pembiayaan murabahah. BPR Syariah
resikonya lebih kecil untuk memberikan pembiayaan murabahah, dikarenakan
adanya jaminan dan pengambilan marjin jual beli yang adil bagi bank dan nasabah
diketahui dan diteliti secara transparan (Mulyanti 2011). Murabahah dapat
membiayai seluruh kepentingan dan keperluan pelaku usaha, sehingga pembiayaan
murabahah dianggap cukup fleksibel dalam membangun usaha mikro.
Prinsip yang digunakan untuk menjalankan pembiayaan tersebut sesuai dengan
aturan syari‟ah. Semakin baik bank menjalankan sesuai dengan syariah, maka bank
akan mendapatkan kepercayaan lebih dari nasabah untuk melakukan pembiayaan.
Sehingga, dengan adanya pembiayaan mudah tanpa jaminan akan membantu para
pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan tumbuh
menjadi lebih mandiri mengambil pembiayaan murabahah yang penerimaan
modalnya lebih tinggi.

Perumusan Masalah
Usaha mikro berkontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat.
Semakin banyak usaha mikro bertumbuh, jumlah pengangguran di Indonesia akan
terus berkurang, namun ditengah pertumbuhan usaha mikro di Indonesia adapun
kendala yang harus dihadapi pelaku usaha mikro seperti kurangnya modal untuk
memulai usaha maupun modal untuk mengembangkan usaha. Modal yang dibutuhkan
untuk menjalankan suatu usaha tentu tidak sedikit bahkan pelaku usaha mikro tidak
berani untuk memulai usaha karena khawatir akan merugi serta modal yang telah
dikeluarkan tidak dapat kembali. Selain itu untuk mendapatkan modal yang cukup,
pelaku usaha mikro diberi tawaran oleh bank konvensional berupa pinjaman modal
dengan pengembalian modal serta bunga yang telah ditentukan oleh bank tersebut.
Umumnya mereka menghadapi kesulitan dalam memperoleh pembiayaan dari bank
umum sebagai lembaga keuangan mikro yang menyediakan pembiayaan untuk usaha
mikro dengan syarat suku bunga yang tinggi (Widiyanto et al. 2011). Hal ini tentu
saja masih memberatkan pelaku usaha mikro untuk mendapatkan modal sesuai
dengan kemampuan pelaku usaha mikro.
Kebutuhan modal bagi pelaku usaha mikro di respon baik oleh bank syariah
untuk mengeluarkan produk-produk pembiayaan syariah. Salah satu produk
pembiayaan syariah yang dikeluarkan oleh bank syariah yaitu qardhul hasan dan
murabahah. Menurut Widiyanto et al (2011) menyimpulkan bahwa pembiayaan
qardhul hasan mampu meningkatkan kinerja usaha mikro ditunjukkan oleh
peningkatan pendapatan dan keuntungan dan penelitian yang dilakukan Sa‟ad (2010)
menyimpulkan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap
perubahan pendapatan nasabah. Pembiayaan murabahah diharapkan dapat terus
diberikan kepada usaha mikro yang terlebih membutuhkan modal karena kondisi saat
ini untuk mencari pekerjaan cukup sulit dan terkendala dengan modal. Hal ini
menjadi menarik apakah sebuah pembiayaan syariah yang dikeluarkan oleh bank

6
syariah seperti qardhul hasan dan murabahah dapat mempengaruhi profitabilitas para
pelaku usaha mikro.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dampak pembiayaan syariah terhadap perubahan pendapatan,
perubahan keuntungan dan perubahan tingkat keuntungan pelaku usaha mikro ?
2. Apasaja faktor-faktor dampak pembiayaan syariah terhadap perubahan pendapatan,
perubahan keuntungan dan perubahan tingkat keuntungan para pelaku usaha
mikro?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis dampak pembiayaan syariah terhadap perubahan pendapatan,
perubahan keuntungan dan perubahan tingkat keuntungan pelaku usaha mikro
2. Identifikasi faktor–faktor dampak pembiayaan syariah terhadap perubahan
pendapatan, perubahan keuntungan, dan perubahan tingkat keuntungan para
pelaku usaha mikro

Manfaat Penelitian

1.

2.

3.
4.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah:
Memberikan informasi mengenai dampak pembiayaan qardhul hasan dan
murabahah terhadap perubahan pendapatan, perubahan keuntungan dan perubahan
tingkat keuntungan pelaku usaha mikro
Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perubahan
pendapatan, perubahan keuntungan dan perubahan tingkat keuntungan pelaku
usaha mikro
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
pemberiaan pembiayaan syariah kepada usaha mikro
Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi para peminat dan peneliti untuk
bahan penelitian lanjutan

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil studi kasus di BPRS HIK yang berada di Kecamatan
Ciledug Kota Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah para penerima
pembiayaan qardhul hasan dan murabahah BPRS HIK. Sampel yang dianalisis
adalah pelaku usaha mikro rumah tangga di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Bank
Pengertian Bank
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut serta memberikan jasa Bank lainnya. Sedangkan pengertian
lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau
kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana. Kemudian pengertian Bank
menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan masalah
bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan utama yaitu: 1). Menghimpun dana; 2). Menyalurkan dana dan; 3).
Memberikan jasa Bank lainnya (Kasmir 2002)
Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 5 Ayat 1 yang
di perbaharui dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa menurut jenisnya,
bank terdiri dari bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, adalah lembaga
keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan
dana sebagai usaha BPR (UU Nomor 7 Tahun 1992, Pasal 1 Ayat 3). Sedangkan pada
UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPRS adalah lembaga
keuangan bank yang melakukan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah.
Menurut UU Perbankan bab III pasal 1 “ bank menurut jenisnya terdiri dari a)
bank umum b) bank perkreditan rakyat.”. lebih jauh lagi pasal 13 butir c menyatakan
bahwa usaha-usaha BPR meliputi: menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan dalam
peraturan pemerintah (Sholahuddin 2006).
Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.
32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkereditan Rakyat
Syariah (BPRS). Dalam hal ini, secara teknis BPRS bisa diartikan sebagai lembaga
keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasionalnya mengikuti prinsipprinsip ekonomi Islam (Sjahdeini 1999)

8
Kegiatan BPRS dijelaskan dalam pasal 27 SK Direktur BI No.
32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999. Menurut surat keputusan ini, kegiatan
operasional BPRS adalah:
1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan meliputi:
a. Tabungan wadiah atau mudharobah.
b. Deposito berjangka mudharobah.
c. Bentuk lain yang mengguanakan prinsip wadiah atau mudharobah.
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a. Transaksi jual beli:
a). Murabahah
b). Istishna
c). Ijarah
d). Salam
e). Jual beli lainya.
b. Pembiayaan bagi hasil berdasrkan prinsip:
a). Mudharobah
b). Musyarakah
c). Rhn
d). Qardh
3. Melalukan Kegiatan lain yang lazim dilakukan BPRS sepanjang disetujui oleh
Dewan Syariah Nasional.
Profitabilitas
Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan menghasilkan laba merupakan ukuran seberapa
baik suatu sistem berfungsi menurut besarnya laba yang berhasil dicetaknya
(Benyamin 2002). Menurut Chen (2004) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan
efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya.
Teori Profitabilitas dalam islam
1.Al-Bay’
2.Al-Ijarah
3.Salam

RESIKO
(Ghorm)

4.Istisna’
5.Mudharabah
6.Musyarakah

KEUNTUNGAN

=

„IWAD
(counter value)

KEWAJIBAN
(Daman)
BERUSAHA
(Kasb)

Sumber: Rosly (2005)

Gambar 2 Teori Profitabilitas dalam Islam

9
Iwad‟ (counter value) menjadi hal yang penting dari transaksi jual beli yang
halal dalam ekonomi syariah (Gambar 2). Transaksi jual beli dalam ekonomi syariah
adalah pertukaran suatu nilai atau harga dengan nilai benda yang setimpal yang sudah
termasuk dalam unsur ‘iwad di dalamnya.Adanya tambahan atau kenaikan harga jual
yang tidak mengandung ‘iwad maka transaksi jual beli tersebut masuk dalam kategori
riba. Keuntungan diperoleh dari usaha dan kesempatan yang diberikan serta resiko
yang diambil oleh penjual. Pada saat transaksi jual beli untuk mendapatkan
keuntungan harus terdapat 3 unsur yaitu adanya risiko pasar, bekerja keras dalam
berusaha serta kewajiban dan bertanggung jawab. Sehingga ‘iwad sangat dianjurkan
dalam setiap bertransaksi jual beli karena jika tidak menggunakan ‘iwad transaksi
tersebut termasuk dalam kategori riba (Rosly 2005).
Pengertian Pendapatan
Lipsey (1995), pendapatan terbagi dua macam, yaitu pendapatan perorangan
dan pendapatan disposable. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang
dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak
penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk
pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi
dengan pajak penghasilan. Pendapatan disposible merupakan jumlah pendapatan saat
ini yang dapat di belanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan
perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. Adapun menurut Gilarso (1998),
pendapatan atau penghasilan adalah sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas
karya terbagi dalam enam (6) kategori, yaitu :
1. Upah/gaji yang merupakan balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dalam
hubungan kerja dengan orang/instansi lain (sebagai karyawan yang dibayar)
2. Laba usaha sendiri yaitu balas karya untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai
pengusaha yang mengorganisir produksi, mengambil keputusan tentang kombinasi
faktor produksi serta menanggung resikonya sendiri entah sebagai petani/
tukang/pedagang dan sebagainya
3. Laba perusahaan (perseroan) atau laba yang diterima atau diperoleh perusahaan
yang berbentuk atau badan hukum
4. Sewa atas jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan hartanya seperti tanah,
rumah atau barang-barang tahan lama
5. Penghasilan campuran yaitu penghasilan yang diperoleh dari usaha seperti petani,
tukang, warung, pengusaha kecil, dan sebagainya
6. Disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai kombinasi unsur-unsur
pendapatan, serta bunga atau balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang
Case and Fair (2007) total penerimaan adalah penerimaan sama dengan harga
per unit (P) dikali kuantitas barang yang terjual (Q). Jika ditulis dalam rumus
adalah TR= PxQ. Dengan demikian pendapatan (TR) adalah perolehan hasil
penjualan yang belum dikurangi dengan harga pokok penjualan, biaya penjualan,
biaya sewa dan biaya lainnya.
TR =

PXQ

10
Pengertian Keuntungan
Suwardjono (2008) berpendapat bahwa laba dimaknai sebagai imbalan atas
upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan
kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi
dan penyerahan barang/jasa). Menurut Harnanto (2003) Laba secara umum adalah
selisih dari penapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu.
Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden,
pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Menurut
Soekartawi (2003) rumus dari keuntungan adalah dimana keuntungan yang
dilambangkan dengan π perolehan hasil total pendapatan atau total Revenue(TR)
dikurangi dengan total biaya atau total cost (TC).
π =

TR -TC

Pengertian Tingkat Keuntungan
Profit margin atau tingkat keuntungan menurut Riyanto (2001) perbandingan
antara net operating income dengan net sales. Besar kecilnya profit margin atau
tingkat keuntungan pada setiap transaksi sales ditentukan oleh 2 faktor, yaitu net
sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha (net operating income) tergantung
pada pendapatan dari penjualan dan besarnya biaya usaha (operating expense).
Menurut Jumingan (2006) menyatakan bahwa rasio laba usaha dengan penjualan neto
disebut profit margin yaitu dihitung dengan membagi laba usaha dengan penjualan
neto. Dengan demikian tingkat keuntungan jika ditulis dalam rumus

Profit Margin =

Laba Bersih
X 100%
Penjualan
Pembiayaan

Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan (kredit) menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan
adalah pendanaan yang di keluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan (Kasmir 2002).

11
Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah juak-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Tingkat keuntungan
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Dalam
murabahah, pejual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian
ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank
membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga
yang ditambh keuntungan atau di mark up. (Sudarsono 2007).
Pengertian mengenai murabahah bermacam-macam yang mengartikannya
antara lain:
a.
Dalam Penjelasan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa murabahah adalah Akad
Pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati.
b.
Dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/46/PBI/2005
Tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah disebutkan bahwa
murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati.
Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah
Setiap pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah tentunya mempunyaisuatu
dasar yang kuat untuk dapat melaksanakan hal tersebut. Pada umumnya dasar yang
digunakan berasal dari surat-surat dalam kitab suci dan Fatwa MUI yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional.
Dasar hukum pelaksanaan murabahah dalam sumber utama hukum Islam
adalah sebagai berikut:
a. QS.Al-Baqarah (2):275, “Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba.”
b. HR.Al-Baihaqi dan Ibnu Majah (Dari Abu SA‟id al-Khudri bahwa Rasullulah
SAW. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu harus dilakukan suka sama suka”).
c. Dari Suaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalam
terdapat keberkahan: jual-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”
(HR. Ibnu Majah)
Fatwa DSN MUI Tentang Murabahah
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 04/DSN MUI/IV/2000. Dalam Fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum
mengenai murabahah yaitu sebagai berikut:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam.

12
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.

Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.

Skema Pembiayaan Murabahah
(1)
Negosiasi

(2)Akad jual-beli
BANK

NASABAH
(6) Bayar
(4)Kirim

(3)Beli barang
Produsen

eli

(5)Teriama
barang &
dokumen

ad jual-b

Sumber: Sudarsono (2007)

Gambar 3 Skema Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Qardul Hasan
Qardhul Hasan gabungan dari dua kata qardh dan hasan. Menurut bahasa
(etimologi) qardh berasal dari kata qat’u yang berarti potongan. Yang dimaksud
adalah potongan atas harta piutang untuk dipinjamkan. Sedangkan hasan artinya baik.
Apabila digabungkan qardhul hasan berarti pinjaman yang baik, dimana pinjaman ini
bertujuan untuk menolong menyelesaikan masalah keuangan atau untuk keperluan
peminjam (Sabran 2002).

13
Qardhul Hasan dalam operasionalisasinya merupakan produk yang ditawarkan
dari segi pembiayaan. Qardhul Hasan atau benevolent loan adalah suatu pinjaman
lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata-mata. Dalam hal ini,
pinjaman tidak dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman
(Zainuddin 2008)
Menurut syara’ (terminologi) pengertian Qardhul Hasan dilihat dari berbagai
mazhab adalah sebagai berikut:
a. Mazhab Hanafi mendefinisikan qard sebagai suatu harta yang diberikan oleh
piutang kepada peminjam yang nantinya peminjam membayarnya kembali
dengan harta yang sama.
b. Mazhab Maliki mendefinisikan qard sebagai pinjaman harta yang bernilai dan
diberikan oleh piutang ke peminjam, semata-mata untuk mendapat manfaat,
piutang hanya akan mengambil ganti harta yang dipinjamkanya dengan jumlah
yang sama.
c. Mazhab Syafi‟i mendefinisikan qard adalah piutang memberikan suatu harta
kepada peminjam yang nantinya dikembalikan sesuai dengan harta yang
diberikan atau dengan bentuk lain yang nilainya sama dengan harta tersebut.
Dasar Hukum Qardhul Hasan
Dasar hukum qardhul Hasan itu mubah (boleh), yang didasarkan atas asas
saling menolong dalam kebaikan (ta’awanu ‘ala al birri). “Siapakah yang mau
memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan
Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah:245)
Landasan qardh Hasan dalam hadis Nabi diantaranya adalah yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah bahwa Nabi bersabda:
“Dari Ibnu Mas‟ud ra, bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang Muslim
memberikan pinjaman kepada orang Muslim lainnya sebanyak dua kali pinjaman,
melainkan layaknya ia telah menyedekahkan satu kali.” (Antonio 2001)
Kemudian dalam hadis lain juga dijelaskan, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Aku melihat pada
waktu malam di israkan, pada pintu surga tertulis: Sedekah dibalas 10 kali lipat dan
qardh 18 kali. Aku bertanya: „Wahai Jibril mengapa qardh lebih utama dari sedekah?‟
ia menjawab: karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam
tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.”(HR. Ibnu Majah)
Hadis-hadis di atas menjelaskan bahwa memberikan pinjaman kepada orang
lain yang membutuhkan lebih utama daripada orang yang bersedekah. Allah akan
lebih banyak melipatgandakan kepada orang yang meminjamkan hartanya di jalan
Allah daripada orang yang bersedekah karena seseorang tidak akan meminjamkannya
jika dia benar-benar membutuhkannya. Dan juga mengajarkan bahwa tolong
menolong merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam

14
untuk selalu memperhatikan sesama Muslim dan memberikan pertolongan jika
seseorang membutuhkannya, yaitu tolong menolong dalam kebaikan.
Fatwa DSN MUI Tentang Qardhul Hasan
Pembiayaan qardul hasan telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 19/DSN MUI/IV/2001 tentang Qardh. Dalam Fatwa tersebut disebutkan
ketentuan mengenai Qardh yaitu:
Pertama: Ketentuan Umum al-Qardh
1. Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqridh) yang
memerlukan.
2. Nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu
yang telah disepakati bersama.
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5. Nasabah qardh dapat meminta tambahan (sumbangan) dengan suka rela kepada
LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya
pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya,
LKS dapat:
a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. Menghapus (write off) sebagian/seluruh kewajibannya.
Kedua: Sanksi
1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau
seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya, LKS dapat
menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah dapat berupa (dan tidak terbatas pada)
penjualan barang jaminan.
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi
kewajibannya secara penuh.
Ketiga: Sumber Dana Qardh
1. Bagian modal LKS/Bank Syariah (paid up capital).
2. Keuntungan LKS yang disisihkan.
3. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaknya kepada
LKS
Keempat
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
3. Rukun dan Syarat Qardhul Hasan

15
Skema Pembiayaan Qardul Hasan
Perjanjian Qard

Modal

Tenaga
NASABAH

BANK
Proyek/Usaha

100%

Kembali Modal
Keuntungan

Sumber: Sudarsono (2007)

Gambar 4 Skema Pembiayaan Qardul Hasan
Rukun Qardhul Hasan adalah:
a. Orang yang meminjamkan pinjaman (muqtaridh)
b. Pihak yang memberi pinjaman (muqridh)
c. Objek akad yang merupakan pinjaman yang dipinjamkan oleh pemilik kepada
pihak yang menerima pinjaman (dana/qardh)
d. Ijab qabul (sighat)
Syarat-Syarat Qardhul Hasan adalah:
1. Pihak yang meminjam (muqtaridh) wajib mengembalikan pinjaman.
2. Orang yang memberikan pinjaman (muqridh) benar-benar memiliki harta yang
akan dipinjamkan.
3. Pinjaman tidak memberikan nilai manfaat yang disyaratkan
4. Tidak digabungkan dengan akad lain.
Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pengertian Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut
Undang-Undang no. 20 tahun 2008, adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000 (tiga ratus juta
rupiah).

16
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 000 000 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha
menengah, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10 000 000 000 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50 000 000 000 (lima puluh
milyar rupiah).

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Uswatun (2010) mengenai bagaimana pengaruh
pembiayaan qardhul Hasan pada BNI Syari‟ah cabang Semarang terhadap
perkembangan usaha kecil. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan penyebaran angket. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis regresi, yang terdiri dari satu
variabel dan independen. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan perhitungan
Uji-T dan menentukan nila F hitung. Temuan pada penelitian ini bahwa variabel
pembiayaan qardhul hasan memiliki pengaruh yang kecil terhadap perkembangan
usaha kecil, qardhul hasan memiliki peranan membantu para pelaku usaha kecil
dalam penambahan modal usaha dan mempertahankan kelangsungan hidup usaha.
Penelitian Sa‟ad (2010) mengenai pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
peningkatan pendapatan nasabah BMT Berkah Madani. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan metode
uji statistic non parametrik yaitu korelasi rank spearman dan uji dua sampel
berpasangan wilcoxon, sedangkan metode kualitatif yang digunakan melalui kuisioner
dan wawancara. Temuan pada penelitian ini bahwa ada hubungan atau pengaruh
positif yang signifikan antara pendapatan sebelum menerima pembiayaan murabahah
terhadap pendapatan sesudah menerima pembiayaan murabahah. Selain itu BMT

17
juga memberikan sejumlah manfaat yang dirasakan oleh anggotanya juga mempunyai
peranan dalam pemberdayaan ekonomi.
Widiyanto et al (2011) menganalisis tentang efektivitas pembiayaan qardhul
hasan sebagai model pengetasan kemiskinan. Metode yang digunakan adalah regresi
logistik. Penelitian ini untuk mengukur tingkat pertumbuhan pendapatan usaha
sebagai pendapatan usaha, di mana perbedaan mengacu pada saat usaha mikro
pertama kali memperoleh pembiayaan qardhul hasan. Dengan mengambil tujuh
variabel independen yaitu ukuran pembiayaan, pengalaman bisnis, pendidikan formal,
usia pengusaha, dummy kontrol bisnis, dummy status perkawinan dan dummy
kegiataan keagamaan yang dilakukan oleh BMT untuk motivasi. Temuan pada
penelitian ini terdapat 3 variabel yang signifikan yaitu ukuran pembiayaan,
pengalaman bisnis dan dummy kontrol bisnis. Selain itu, qardhul hasan mampu
meningkatkan kinerja bisnis usaha mikro secara signifikan yang ditunjukkan oleh
peningkatan pendapatan dan keuntungan bisnis mereka disertai kemampuan
pengusaha.
Penelitian selanjutnya oleh Sulistyo dan Hakim (2013) mengenai model
pembiayaan pedagang kaki lima melalui qardhul hasan. Metode yang digunakan
yaitu deskriptif dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer
melalui kuisioner kepada pedagang kaki lima dan pedagang yang pernah memperoleh
pinjaman qardhul hasan. Variabel PKL mencakup karakteritik pedagang yaitu jenis
kelamin, umur, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, jam
kerja, jenis dagangan, sejarah pekerjaan, dan keterlibatan tenaga kerja lain (termasuk
keluarga). Selain itu analisis pembiayaan qardhul hasan mencakup karakter nasabah,
refrensi dan payment. Hasil temuan p