Strategi Media Relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa

(1)

HARTA INSAN KARIMAH

DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MASSA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Oleh:

ULVA LATHIFAH NIM: 1110051000059

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M/1435 H


(2)

(3)

(4)

KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Tangerang, Maret 2014

Ulva Lathifah NIM. 1110051000059


(5)

i

(BPRS) Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa”

Menjalankan media relations yang baik merupakan keharusan bagi sebuah organisasi/perusahaan agar perusahaannya dapat dikenal oleh masyarakat luas dan berimplikasi pada publikasi positif di media massa. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Harta Insan Karimah (BPRS HIK) merupakan BPRS yang meraih peringkat pertama dalam Anugerah BPR Indonesia 2013. BPRS HIK menduduki peringkat pertama untuk kategori Finance dan Human Capital untuk BPR dengan aset di atas Rp100 miliar. BPRS HIK tumbuh dan berkembang dengan baik, ia menjadi Benchmark bagi BPRS lainnya. Berkembangnya HIK sudah tentu salah satunya karena peran media relations HIK dalam menjalin dan menjaga hubungan baik dengan media massa.

Adapun penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan. Yakni, bagaimana startegi media relations yang dijalankan HIK untuk menjalin hubungan baik dengan media massa? dan apa tujuan humas HIK dalam menjalin hubungan baik dengan media massa?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model De’Fleur, teori ini merupakan perluasan dari teori yang dikemukakan Shannon dan Weaver. Model teori ini menjelaskan komunikasi dengan memasukkan 7 elemen di dalamnya. Yakni, sumber, pemancar, saluran, penerima, tujuan, perangkat media massa dan perangkat umpan balik. 2 perangkat terakhir merupakan perluasan oleh De’Fleur.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan studi kepustakaan/literatur.

Strategi media relations merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan serta rencana yang telah ditentukan dalam menjalankan kegiatan media relations. Strategi HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa dibagi menjadi tiga. Yaitu: mengelola relasi dengan media massa, mengembangkan strategi dalam berhubungan dengan media dan mengembangkan jaringan untuk mendapatkan akses menuju media massa. Tujuan dilaksanakannya media relations pada BPRS HIK adalah untuk menjadikan HIK lebih dikenal oleh media massa serta publik lainnya. Tanpa media massa maka HIK akan sulit dikenal oleh masyarakat luas, dan hal ini akan menjadikan HIK sulit pula untuk berkembang.


(6)

ii Bismillahirrohmanirrohim....

Alhamdulillahirobbil’alamiin wabihiinasta’iin wa’alaumuriddunyaa waddiin was sholaatuwassalamu ‘alaarosulillah. Waba’du...

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa syukur mendalam kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Media Relations PT. BPR Syariah Harta

Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa” ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Dengan segenap jiwa Peneliti ingin mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, karena tanpa bantuan, saran, kritik, kerja sama, semangat, petunjuk, serta bimbingan mereka rasanya mustahil peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, yaitu kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah danI lmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A. Bapak Suparto Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Drs. Wahidin Saputra M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.


(7)

iii

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky M.A dan Sekretaris Jurusan KPI, Ibu Hj. Umi Musyarofah M.A yang menuntun penulis dalam menempuh birokrasi yang ada.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu yang telah diberikan dengan penuh keihlasan, Allah yubaarik „umuurokum fii mahabbatih.

5. Seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN.

6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Tariq Yazid M.A, selaku dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif, terimakasih atas kesediaannya untuk membantu saya. 8. Bapak Abd. Muid Badrun selaku Corporate Secretary PT. BPR Syariah Harta

Insan Karimah, terimakasih atas segala waktu dan tempat yang disediakan untuk penulis, serta dukungan dan bantuan yang tiada hentinya. Semoga HIK makin jaya dan berkah.

9. Mas Irwan Kelana, selaku Wartawan Republika, terimakasih sudah berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya melalui email.


(8)

iv

mengukir kebahagiaan di wajah kalian, semoga skripsi ini bisa sedikit menggugurkan pengabdianku pada kalian.

11.Ade Zaky Muhtarom, ade terbaik nan sholeh yang pernah penulis miliki sepanjang hidup, makasih de atas hiburan dan semangatnya buat mba.

12.Ibu Tuti, Abi Umi Fathoni, selaku pendukung terbesar bagi kelancaran proses penulisan skripsi ini.

13.Seluruh keluarga besar keduaku, ayah dan mimi terimakasih buat doa tulusnya sepanjang waktu.

14.Terimakasih terindah buat Mas Afif Nukman yang jauh di mata tapi tak pernah lelah mentransfer energi bagi penulis. Indonesia menunggumu mas. 15.Sahabat A4 ku, sahabat sekaligus saudara dalam suka dan duka, dalam senang

dan sedih, dalam canda dan tawa, Midah Iin Uwi, welcome to the real life guys, Allah bless us.

16.Teman-teman terbaik penulis Chandra, Abdel, Fauzi, Masdam, Masde, Tri, Putri, Zha, dan Imas terimakasih buat semangatnya, semoga persahabatan kita abadi selamanya.

17.Teman-teman KPI B 2010, kalian teman-teman seperjuangan yang hebat, semoga ilmu kita bermanfaat.

18.Temen-temen seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010.


(9)

v

persaudaraan kita terkenang dan tak akan pernah redup.

Pada kesempatan ini, penulis juga haturkan rasa terimakasih terbesar bagi seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah senantiasa membaca segala kebaikan mereka dan membalasnya dengan pahala berlipat.

Amiin Yaa Robbal Alamin.

Tangerang, 14 Maret 2014


(10)

vi

ABSTRAK………

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ………… 1

A. Latar Belakang………..……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………..……….. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…... 9

D. Metodologi Penelitian………..………. 11

E. Tinjauan Pustaka………...……….…………. 15

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORITIS ………...……… 19

A. Definisi Stategi………... 19

B. Public Relations (Hubungan Masyarakat)...……… 20

C. Media Relations ……….………. 33

D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ... 44


(11)

vii

A. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah

di Indonesia……… 57

B. Produk-produk Keuangan Syariah di Indonesia.……….….. 61

C. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah ……….……….... 67

D. Gambaran dan Tugas Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah……….……….…. 73

BAB IVANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN……... 77

A.Strategi Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah………..….. 78

B.Fokus Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah………..….. 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……......… 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ……… 100 LAMPIRAN


(12)

viii

Gambar 2.1 Model Press Agentry/Publicity………. 41

Gambar 2.2 Model Public Informan ………... 41

Gambar 2.3 Model One-Way Asymmetrical ………. . 42

Gambar 2.4 Model Two-Way Symetric……… 43

Gambar 2.5 Hubungan Fungsional Organisasi, PR dan Media Relations…… 47

Gambar 2.6 Model Teori De’Fleur……….. 57

Gambar 2.7 Hubungan/Relasi dalam Media Relations……… 58

Gambar 3.1 Perbankan Syariah memicu lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga kesyariahan lainnya... 61


(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sebutan humas adalah salah satu bagian penting dalam sebuah organisasi, baik yang berskala besar maupun kecil. Keberadaannya menjadi hal yang esensial mengingat fungsi humas bukan sekedar pelengkap dalam sebuah organisasi, tetapi lebih jauh dari itu humas berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dengan orang-orang internal maupun eksternal organisasi.

Dalam kenyataan sehari-hari, istilah humas sering dikacaukan dengan istilah “periklanan”, “pemasaran”, “penjualan”, “publisitas” dan bahkan “propaganda”. Diantara istilah-istilah tersebut memang terdapat hubungan yang erat bahkan sebagian aspeknya tumpang-tindih, namun humas merupakan suatu entitas tersendiri yang memiliki definisi berbeda.

Dalam perkembangannya beberapa organisasi atau perusahaan menyebut istilah humas dengan istilah yang lebih modern, yaitu“Public Relation” (PR). Humas sendiri merupakan terjemahan bebas dari istilah public relations, kedua istilah ini dapat digunakan secara bergantian. Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), “Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan


(14)

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.1

J.C., Seidel, Public Relation Director, Devision of Housing State of New York menyatakan Public Relation adalah proses yang kontinu dari uasaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill langganannya, pegawainya, publik umumnya, dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan. Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga menimbulkan opini publik yang menguntungkan bagi keberlangsungan hidup badannya (organisasi atau perusahaan) tersebut.2

Adanya persaingan yang sangat kompetitif, menjadikan perusahaan produk atau jasa merasa betapa pentingnya membangun divisi/bidang PR dan humas untuk memperoleh citra positif dan merebut dukungan publik dalam upaya mengembangkan usaha mereka. PR harus bekerja keras meraih dukungan publik dengan gencar mencari dan memberikan informasi kepada masyarakat agar perusahaan mereka tumbuh subur, karena kepercayaan dan dukungan publiklah perusahaan bisa terus berjalan.

1

M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, (Bumi Aksara, Jakarta: 2008), hal. 1-2.

2

Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 1-4.


(15)

Salah satu kegiatan PR yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah kegiatan Hubungan Media atau Pers (Press Relations/ Media Relations). Kegiatan ini merupakan kegiatan membina hubungan baik dengan kalangan pers atau yang mengelola media massa baik cetak, elektronik, maupun online. Jalinan hubungan baik ini diharapkan membawa dampak kepada perusahaan agar memperoleh pemuatan dan penyiaran secara maksimal melalui media massa tentang jasa atau produk milik mereka yang siap dipasarkan atau dipromosikan atau untuk memberikan pengetahuan dan menciptakan pengertian tentang perusahaan kepada publik.

Frank Jefkins (2000) memberikan definisi hubungan media adalah “Usaha untuk mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi perusahaan yang bersangkutan.3

Media relations atau hubungan media merupakan salah satu fungsi dari public relation eksternal yang tugasnya membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik guna pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan yang dimaksud dapat beragam bentuknya, mulai dari pemasaran produk dan jasa, pembentukan citra baik perusahaan, serta kepercayaan publik pada organisasi perusahaan.

3

Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2008), hal. 12-13.


(16)

Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal, baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (habluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (hablumminannas).

Manusia sebagai makhluk hidup tidak akan bisa terlepas dari kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah kegiatan ekonomi. Oleh karenanya, sebagai subjek ekonomi yang mengemban tugas-tugas sebagai khalifatullah fil ard manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berikhtiar memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus keluar dari syariat-syariat yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta.

Sistem ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi berbasis syari‟ah (sesuai dengan ketentuan ajaran Islam) yang bertujuan untuk menghindarkan umat Islam dari kegiatan ekonomi dalam transaksi investasi yang gharar, masyir, dan riba.

Perkembangan sistem perbankan syari‟ah sebagai suatu lembaga keuangan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan di Indonesia sebagai Negara dengan komposisi penduduk yang sebagian besar memeluk agama Islam.Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan bagi sistem perbankan yang menggunakan nilai-nilai Islam (syari‟ah) dalam pengembangan usahanya.

PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah (BPRS) Harta Insan Karimah (HIK) merupakan salah satu bank berbasis syari‟ah yang hadir di tengah


(17)

-tengah masyarakat sebagai solusi atas kerancuan (syubhat) bidang perbankan konvensional dalam menawarkan pinjaman dan simpanan usaha. Ia hadir sebagai jawaban atas kebingungan masyarakat terhadap halal haramnya pinjaman dan simpanan melalui bank konvensional.

PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah sangat serius dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya insani untuk dijadikan sebagai tenaga yang profesional. Berbagai pelatihan yang berlatar belakang religius dan motivasi prestatif serta keahlian dibidang perbankan senantiasa dilaksanakan dengan tujuan semata-mata untuk tumbuh dan berkembangnya iman, ilmu dan amal.4

PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan pada tanggal 8 September 1993, Perseroan ini berpengalaman selama lebih dari 13 tahun di dunia perbankan syariah dan telah meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang sehat dan berkesinambungan melalui pengembangan sektor pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian (frudential banking) yang berorientasi pada pelayanan cepat dan Islami.5

Salah satu prestasi terbaik yang pernah diraih Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah adalah, meraih peringkat pertama dalam Anugerah BPR Indonesia 2013. BPRS Harta Insan Karimah

4

Profil HIK, diakses dari www.bprshik.co.id, pada Minggu 20 Januari 2013, pkl: 13.00.

5


(18)

menduduki peringkat pertama untuk kategori Finance dan Human Capital untuk BPR dengan aset di atas Rp 100 miliar. Anugerah Penghargaan tersebut diberikan oleh Majalah Economic Review yang bekerja sama dengan Perbanas Institute.6

Menjadi besar, tumbuh subur, serta dikenalnya BPRS Harta Insan Karimah tentu tidak luput dari peran sumber daya manusia yang mengelola perusahaan ini hingga menjadi salah satu Bank Syari‟ah terbaik di Indonesia. Tak luput pula di dalam keberhasilannya ada kinerja humas yang efektif dalam menjalin hubungan baik dengan internal dan eksternal perusahaan. Media massa merupakan salah satu pihak eksternal perusahaan yang memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan PR dan humas BPRS Harta Insan Karimah. Tanpa media massa humas akan menemukan kesulitan dalam memperkenalkan produk, layanan dan jasa serta dalam menjaga eksistensi corporate image di mata publik.

Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun nyatanya media massa memberi efektif lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja memengaruhi sikap seseorang namun dapat pula memengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.

6


(19)

Efek media dapat pula memengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehinggga dengan cepat memengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu yang lama pula. Hal tersebut karena efek media massa tidak hanya terjadi secara sengaja, namun juga ada efek media yang diterima masyarakat tanpa disengaja.7 Pengaruh media massa terhadap sikap bahkan perilaku ini akan sangat berkaitan erat dengan daya beli dan konsumsi masyarakat terhadap apa-apa yang diiklankan atau dipublikasikan melalui media massa.

Saat ini kita hidup dengan media apa yang sudah kita bangun dengan baik bisa runtuh dengan perantara media. Akan tetapi, dengan perantara media pula persepsi positif bisa dengan cepat terbentuk. Bahkan, tak sedikit media berperan untuk meningkatkan penjualan. Maka menghindari hubungan media adalah “kematian”, sedangkan mengelola dan menjalin hubungan baik dengan media adalah “kehidupan” yang menjanjikan di masa datang.8

Perusahaan dapat bahkan harus menggunakan media massa sebagai saluran penyampai pesan dan pencitraan kepada publik. Semakin banyak akses yang didapat publik dari media massa berkaitan dengan produk atau layanan yang diberikan oleh perusahaan, maka diharapkan semakin besar

7

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,(Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2006), hal. 321.

8

Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2008), hal. 12.


(20)

tingkat kepercayaan publik dan pada akhirnya publik akan memakai produk, jasa atau layanan perusahaan yang dipublikasikan media, atau setidaknya publik dapat menjadi saluran kembali yang secara tidak langsung mempromosikan produk atau jasa kepada komunitasnya melalui word of muoth.9

Bagi praktisi PR dan Humas media relations merupakan sebuah keharusan. Bahkan Jerry Dekton Jr salah seorang manajer komunikasi di perusahaan Airfact Company, mengatakan “praktisi PR dan Humas sangat penting perannya dalam menjalin hubungan dengan media”. Artinya, hubungan media sangat penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan kegiatan PR dan humas. Tujuan hubungan media tidak sekedar memberikan informasi semata, tetapi menciptakan citra positif bagi sebuah lembaga yang bersangkutan. Semakin baik hubungan media yang kita lakukan, semakin baik pula citra lembaga atau perusahaan kita.10

Berdasarkan latar belakang tersebut usulan penelitian ini diberi judul

Strategi Media Relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta

Insan Karimah Dalam Menjalin Hubungan Dengan Media Massa”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

9

Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 130-131.

10

Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2008), hal. 12-13.


(21)

Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas. Pokok masalah yang akan dibahas adalah: strategi media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan baik dengan media massa, yaitu pada media cetak berupa koran dan majalah serta media online berupa website, pada rentang waktu Januari hingga Maret 2014.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana strategi media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa?

b. Apa fokus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


(22)

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan strategi media relations humas PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa.

b. Mendeskripsikan fokus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya dapat diaplikasikan secara akademis dan praktis.

a. Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk memperkaya khazanah keilmuan komunikasi khususnya dalam bidang media relations dalam menjalin hubungan dengan media massa guna mendapatkan positive image bagi perusahaan”.

b. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada mahasiswa komunikasi sebagai calon praktisi PR dan humas masa depan tentang strategi komunikasi kehumasan dan media relations dalam menjalin hubungan baik dengan media massa untuk mendapatkan citra


(23)

positif perusahaan, serta memberikan masukan kepada bagian media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah mengenai strategi media relations dalam menjalin hubungan baik dengan media massa sebagai corong untuk meraih citra positif perusahaan di mata publik.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.11

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Secara epistimologi paradigma konstruktivis memandang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Secara metodologis paradigma konstruktivis lebih menekankan kepada empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif.12

11

Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2007), hal. 9.

12

Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal. 52.


(24)

Sedangkan metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.13 Dalam metode ini peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian.14 Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatifmemiliki ciri-ciri diantaranya: analisis data lapangan, intensif, partisipasi dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrument pokok, melaporkan hasil deskripsi secara detail, tidak ada realitas tunggal, setiap periset mengekspresikan realitas sebagai bagian proses risetnya, serta realitas dipandang sebagai dinamis dan produk dari kontruksi sosial.15

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang valid dan akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis.

13

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal. 56.

14

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal. 389.

15

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal.57-58.


(25)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari berbagai literatur atau dokumentasi misalnya berupa buku yang memuat segala informasi terkait dengan judul penelitian dan Harian Umum Republika yang memuat publikasi PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah Corporate Communication PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah.

Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah strategi media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kantor pusat PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah Harta Insan Karimah, yang berlokasi di Jl. Ciledug Raya Nomor 88D Cipadu Larangan Tanggerang- Banten 15155. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Maret 2014.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Proses pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung dan melakukan pencatatan terhadap objek-objek terkait. Yang termasuk dalam


(26)

tehnik observasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diriset.16 Pengamatan ini dilakukan dengan mencermati aktifitas media relations pihak PT. BPRS Harta Insan Karimah dengan pihak media massa.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.17 Dalam penelitian ini yang menjadi nara sumber adalah Bapak Abdul Muid Badrun selaku Kepala Divis pada bagian Corporate Communications PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dan Irwan Kelana selaku Desk Syariah Harian Umum Republika.

c. Dokumentasi

Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi dan wawancara. Peneliti meminta dan mencatat berbagai dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini melalui data berupa buku, brosur, website pribadi, koran atau gambar (foto-foto) yang berkaitan dengan aktifitas PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa seperti kliping foto-foto publikasi di media cetak.

16

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal.110.

17

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal.100.


(27)

6. Analisis dan Interpretasi Data

Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik dalam menganalisis data, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan dan diterangkan secara luas.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis merujuk pada buku, serta penelitian-penelitian yang pernah membahas seputar Public Relations, Kehumasan serta Media Relations. Penulis kemudian menemukan empat hasil penelitian, yakni: 1. Penelitian dari Septi Fahmi Choirisa (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) yang berjudul “Peran Media Relations PT. Bank Muamalat, Tbk Dalam Membangun Citra Perusahaan”.

Penelitian ini membahas tentang peran media relations PT. Bank Muamalat, Tbk Dalam Membangun Citra Perusahaan, terdapat kesamaan dalam subjek penelitian ini yaitu sama-sama merujuk pada industri perbankan, namun peneliti menggunakan PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam penelitiannya, sedangkan penelitian ini pada PT. Bank Muamalat, Tbk. Dalam objek penelitian pun terdapat kesamaan di dalamnya, kedua penelitian ini sama-sama membahas tentang media relations yang


(28)

merupakan salah satu fungsi humas, dan dalam penelitian ini peneliti meneliti kehumasan PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam membangun hubungan dengan media massa, namun penelitian terdahulu mengungkap tentang peran media relations dalam membangun citra perusahaan.

2. Penelitian dari Afra Restiani Choirisa (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) yang berjudul “Aktivitas Seksi Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Haji Jakarta Dalam Membangun Citra Perusahaan”.

Penelitian ini membahas tentang aktivitas humas Rumah Sakit Haji Jakarta dalam membangun citra perusahaan, subjek penelitian ini adalah industri rumah sakit, dan ini jelas berbeda dengan objek peneliti yang merupakan industri perbankan. Subjeknya penelitian ini fokus pada aktivitas seksi humas, sedangkan peneliti fokus pada strategi media relations pada kehumasan PT. BPRS Harta Insan Karimah.

3. Penelitian Elvira Hannum (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) yang membahas tentang “Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014”

Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada strategi kampanye humas partai PPP dan partai PKB dalam membangun citra perusahan menjelang


(29)

pemilu 2014. Subjek penelitian ini adalah lembaga dan partai politik yang jelas berbeda dengan penelitian yang peneliti ajukan yaitu industri perbankan pada PT. BPRS Harta Insan Karimah. Adapun objek pada penelitian ini adalah strategi kampanye humas, sedangkan objek penelitian yang peneliti ajukan adalah strategi media relations humas PT. BPRS Harta Insan Karimah.

4. Penelitian Zaldi Handi Aditia (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), yang berjudul “Strategi Komunikasi Humas Pemerintahan Kota Tanggerang Selatan Dalam Membentuk Citra Kota Cerdas, Modern, Dan Religius”.

Penelitian ini fokus pada strategi komunikasi humas, sedangkan peneliti menggunakan strategi media relations sebagai objek penelitiannya, dan subjek yang digunakan berbeda, penelitian ini menggunakan pemerintahan kota tanggerang selatan sebagai subjek penelitiannya. Sedangkan peneliti menggunakan PT. BPRS Harta Insan Karimah sebagai subjek penelitiannya.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan skripsi pada umumnya, yaitu sebagai berikut:


(30)

BAB I PENDAHULUAN Meliputi: penjelasan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORITIS Memuat: pengertian strategi, pengertian

public relations dan ruang lingkupnya, pengertian media relations dan ruang lingkupnya, strategi media relations dalam humas, definisi BPRS serta fungsi media massa dalam humas.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Memuat: sejarah

perkembangan lembaga syariah di Indonesia, produk-produk syariah di Indonesia, gambaran umum mengenai PT. BPRS Harta Insan Karimah, serta gambaran dan tugas media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN Bab analisis dan

pembahasan ini berisi tentang strategi media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa dan fokus PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa.


(31)

19

A. Definisi Strategi

Kata strategi berasal dari bahsa Yunani klasik yaitu “stratus” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi yang dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya pimpinan tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang jenderal (The Art of General), atas suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya”.

Karl von Clausewits (1780-1831) seorang pensiunan jenderal Prusia dalam bukunya On War merumuskan strategi ialah “suatu seni menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang”.1

Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan ke sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Ketika memiliki sebuah tujuan yang ingin diraih maka hal terpenting yang harus dipikirkan adalah menyusun strategi agar apa yang dilakukan tepat sasaran sehingga membantu pencapaian tujuan tersebut.

1

Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2013), hal. 61.


(32)

B. Public Relations (Hubungan Masyarakat)

a. Definisi Public Relations (Hubungan Masyarakat)

“Saat ini, tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas. Humas adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat komersial atau bertujuan mencari keuntungan (profit) maupun perusahaan nonkomersial yang tidak mencari kentungan.Tidak peduli apakah organisasi itu berada pada sektor pemerintahan maupun sektor swasta.”2

Pernyataan di atas menunjukan betapa pentingnya humas bagi keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Cutlip-Center-Broom dalam bukunya Effective Public Relations mengatakan, dalam perkembangannya, humas memiliki berbagai macam definisi dan interpretasi. Ada definisi yang sangat singkat seperti “PR is doing good and getting credit for it” (humas adalah upaya melakukan hal-hal baik sehingga mendapatakan kepercayaan) hingga definisi humas yang terdiri dari 100 kata sebagaimana tercantum dalam Encyclopedia Britannica.3

Secara teoritis humas adalah salah satu bidang ilmu komunikasi yang bersifat praktis (berhubungan langsung dengan praktik empiris). Jadi penerapan ilmu komunikasi dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun non-pemerintah. Sedangkan secara praktis humas adalah bagian integral dari suatu

2

Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 6.

3

Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 7.


(33)

organisasi yang tugas dan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi dalam konteks organisasi.4

Alo Liliweri dalam Bukunya Strategi Komunikasi juga mengungkapkan:

“hematnya, dalam ilmu komunikasi organisasi humas merupakan suatu unit organisasi yang dikategorikan sebagai staf dan bukan line; jadi humas itu melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dalam rangka membantu pimpinan.”5

Cutlip & Center dalam bukunya Effective Public Speaking mengungkapkan bahwa idealnya humas itu dimasukkan ke dalam staf inti, langsung berada di bawah posisi pimpinan sehingga lebih mampu menjalankan tugasnya. Dengan posisi itu ia dapat mengetahui langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga ia mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada publik yang bersangkutan.6

Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relations) mendefinisikan humas sebagai berikut:

public relations is the art and social science of analyzing tends, predicting their concequences, conseling organization leaders and implementing planned programs of actions which serve both organization‟s and the public interest”.7

4

Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiSYogyakarta, Yogyakarta: 2010), hal. 217.

5

Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiSYogyakarta, Yogyakarta: 2010), hal. 217.

6

Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiS Yogyakarta, Yogyakarta: 2010), hal. 226-227.

7

Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 8.


(34)

Begitu banyak definis humas yang dikemukakan oleh para ahli, namun kesemuanya merujuk pada pengertian yang hampir sama, yaitu humas merupakan bagian dari sebuah organisasi yang bertugas menjalankan komunikasi baik ke dalam maupun ke luar organisasi demi terciptanya sebuah hubungan harmonis dan berharap akan mendatangkan dampak positif bagi organisasi dan perusahaan.

Sekian banyak definisi yang tertulis tentang humas, maka akan ada banyak pula tugas yang harus dikerjakan oleh praktisi humas. Menurut Dominick, humas mencakup hal-hal sebagai berikut:8

a. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik.

Pada satu sisi praktisi humas berupaya untuk memengaruhi publik agar memberikan opini yang positif bagi organisasi atau perusahaan, namun pada sisi lain humas harus berupaya mengumpulkan, menginterpretasi berbagai informasi dari khalayak dan melaporkannya kepada manajemen jika informasi itu dianggap penting bagi organisasi.

b. Humas memiliki kaitan erat dengan komunikasi.

Humas harus menjadi saluran bolak-balik antara organisasi dan khalayak, baik internal maupun ekternal. Humas harus bertanggung jawab menjelaskan seluruh yang berkaitan dengan organisasi kepada khalayak, pun humas harus mengindahkan perasaan dan fikiran khalayak terhadap organisasi, maka disinilah letak komunikasi bagi praktisi humas.

8

Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 8-9.


(35)

c. Humas merupakan fungsi manajemen.

Humas berfungsi membantu manajemen dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai serta menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah. Humas juga harus secara rutin memberikan saran kepada manajemen agar manajemen mempunyai kegiatan yang terencana dengan baik.

b. Macam-macam Public Relations (Hubungan Masyarakat)

Berdasarkan cara kerja serta tujuannya public relations dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: public relations bisnis, public relations pemerintah dan public relations NGO (Non Government Organitation). Secara garis besar ketiga jenis PR ini memiliki kesamaan tugas dan fungsi yaitu sama-sama bertugas untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kepercayaan publik pada organisasinya serta meningkatkan citra baik organisasi. Namun, jika diperhatikan secara seksama maka akan terlihat perbedaan fundamental dari ketiga fungsi dan tugas PR.

PR bisnis merupakan salah satu bagian internal perusahaan yang berorientasi pada profit yang bertugas menjalin komunikasi kepada orang-orang internal dan ekternal perusahaan, baik karyawan, investor, pemerintah, media dan stakeholders lainnya. Hal terpenting yang menjadi kewajiban PR bisnis adalah membantu perusahaan untuk mewujudkan filosofi dari perusahaan tersebut, seperti pembentukan visi dan misi serta mempertahankan dan mengembangkan brand perusahaan. Dari keseluruhan tugas tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan sehingga meningkatkan profit perusahaan.


(36)

PR pemerintah merupakan PR dalam lembaga pemerintah dan lembaga politik yang bekerja untuk membantu pemerintah dalam mensosialisasikan berbagai macam hal terkait kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Publik PR dalam lembaga pemerintah sangat luas baik internal maupun eksternal. Berbeda dengan tugas PR dalam lembaga bisnis, PR pemerintah tidak memiliki tugas sebanyak PR lembaga bisnis, PR pemerintah hanya berperan sebagai teknisi komunikasi, yaitu hanya melakukan hal-hal terkait teknis saja. Tugas pokok PR pemerintah adalah menyampaikan kegiatan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk publisitas. PR pemerintah juga menampung keluh kesah masyarakat terhadap kinerja pemerintah, namun tidak berwewenang memberikan feedback tanpa ada persetujuan dari pemerintah sendiri.

Adapun PR NGO (Non Government Organitation) adalah PR pada lembaga nonprofit dan nonpemerintah yang jauh dari orientasi komersial. PR dalam lembaga ini bertugas memperjuangkan progam misi kepedulian dan kemanusiaan. Mereka menyampaikan pesan tentang berbagai isu kemasyarakatan dan lingkungan, seperti kesejahteraan anak, perlindungan perempuan, hak mendapatkan informasi publik, konservasi hutan atau pelestarian satwa langka. Tujuan utama mereka adalah memberikan kesadaran dan pengetahuan pada masyarakat terkait isu-isu yang mereka lontarkan, melobi pemerintah agar mendapatkan dukungan sosial dan dana serta menggalang dana dari pihak manapun yang rela mengeluarkan dananya untuk kegiatan mereka yang berujung pada kepentingan publik. PR NGO melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh PR di lembaga profit, seperti melakukan


(37)

kegiatan pengumpulan dana dari masyarakat yang disebut dengan social marketing. Social marketing adalah kegiatan pemasaran dan promosi yang hasilnya akan digunakan untuk mencapai perubahan sosial, yaitu perubahan perilaku positif, serta mencapai tujuan spesifik untuk kebaikan hidup masyarakat.

Adapun deskripsi perbedaan definisi, pekerjaan serta tujuan ketiga PR tersebut adalah sebagai berikut:

No Jenis PR Definisi Deskripsi Pekerjaan Tujuan

1

Public Relations Bisnis

Adalah salah satu bagian internal pada perusahaan profit yang menjadi fasilitator antara perusahaan dengan publiknya, baik internal maupun ekternal.

Mengatur laporan tahunan dan rapat umum tahunan, menganalisis keuangan dan media, menjadi communication fasilitator, problem solving fasilitator, meningkatkan loyalitas karyawan dan komunitas lingkungan sekitar, melakukan MPR (Marketing Public Relations), serta menjalankan CSR (Corporate Social Responsibility) Untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk peusahaan, untuk mempertahankan dan mengembangkan brand perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan penjualan dan kenaikan profit perusahaan

2 Public Relations Pemerintah

Adalah bagian dari pemerintahan yang

Menyampaikan kegiatan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk

Untuk


(38)

bertugas untuk menyampaikan komunikasi

pemerintah kepada para publiknya baik legislatif, yudikatif atau masyarakat luas

publisitas, menampung keluh kesah masyarakat terhadap kinerja

pemerintah, menggunakan media untuk mencapai tujuan politik dan kebijakan, promosi kegiatan

pemerintah terhadap publik luar atau dalam negeri, memonitor pendapat umum tentang kegiatan pemerintah

segala kebijakan pemerintah

3 Public Relations NGO

Adalah PR pada lembaga nonprofit dan nonpemerintah yang jauh dari orientasi komersial yang bertugas memperjuangkan progam, misi, kepedulian dan kemanusiaan

Menyampaikan pesan tentang berbagai isu kemasyarakatan dan lingkungan, melakukan kegiatan pengumpulan dana dari masyarakat yang hasilnya akan digunakan untuk mencapai perubahan sosial, yaitu perubahan perilaku positif, serta mencapai tujuan spesifik untuk kebaikan hidup masyarakat.

Untuk memberikan kesadaran dan pengetahuan pada masyarakat, untuk mencapai kebaikan hidup dan perubahan sosial positif.


(39)

c. Fungsi dan Tugas Public Relations (Hubungan Masyarakat)

Humas/PR merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi ini mempunyai ciri tertentu karena berada dalam konteks tertentu, yaitu konteks organisasi. Jadi peranan (tugas dan fungsi) humas/PR tergantung atas:

a. Organisasi, di mana humas itu berada, berkaitan dengan budaya organisasi (organizational culture)

b. Sifat-sifat manusia yang terlibat, (pejabat humas dan publik yang terlibat) c. Faktor-faktor internal organisasi

d. Faktor-faktor eksternal organisasi.

Ralph Currier dan Allan C. Filley dalam bukunya Principles of Management mengatakan bahwa istilah fungsi menunjukan suatu tahap pekerjaan yang jelas dan dapat dibedakan, bahkan terpisah dari tahapan dengan pekerjaan lain. Oleh karena itu, humas (PR) berfungsi dalam sebuah lembaga apabila humas tersebut telah menujukan suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan lainnya.9

Dalam prakteknya, humas memiliki beberapa fungsi, Drs. Onong Uchajana Effendy merangkumnya sebagai berikut:10

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi

b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan publik eksternal

9

Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 49.

10

Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal: 50.


(40)

c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi

d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum

e. Operasional dan organisasi PR adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya.

Dewasa ini, perkembangan pesat di berbagai segi kehidupan masyarakat menyebabkan masyarakat menjadi terbagi-bagi ke dalam segmentasi. Kecenderungan yang terjadi belakangan ini menunjukan bahwa praktik kehumasan yang terjadi pada masa lalu tidak bisa diterapkan lagi pada saat ini, tetapi harus disempurnakan. Salah satu tugas humas adalah menjalin komunikasi dengan khalayak, perlu ditegaskan bahwa khalayak humas saat ini sudah harus diarahkan pada khalayak terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda, dan masing-masing harus dihadapi dengan cara yang berbeda pula.

Pada awal perkembangannya orang hanya menganggap tugas humas adalah berhubungan dengan media massa dan wartawan. Ruang lingkup tugas dan fungsi humas hanya sekedar publisitas atau propaganda. Jelas hal ini sudah tidak relevan lagi diterapkan pada kegiatan humas saat ini. Kegiatan humas dewasa ini telah merambah ke bidang pemasaran dan keuangan. Praktisi humas turut betanggung jawab dalam


(41)

mempersiapkan strategi pemasaran dan dapat menjelaskan seluk-beluk keuangan perusahaan kepada investor dan wartawan media keuangan.

Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan humas dapat dibagi menjadi enam bidang pekerjaan:11

1. Publisitas, yaitu kegiatan menempatkan berita mengenai seseorang, organisasi, atau perusahaan di media massa.

2. Pemasaran, yaitu kegiatan memasarkan produk atau jasa agar dikenal oleh publik.

3. Public Affairs merupakan bidang khusus yang membangun dan mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan komunitas lokal agar dapat memengaruhi kebijakan publik.

4. Manajemen Isu, merupakan upaya organisasi untuk melihat kecenderungan isu atau opini publik yang muncul ditengah masyarakat

5. Lobi, adalah bidang khusus humas yang membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah utamanya untuk tujuan memengaruhi peraturan dan perundang-undangan

6. Hubungan Investor, bidang khusus humas yang membangun dan memelihara hubungan dengan pemegang saham dari pihak lain di luar organisasi.

11

Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 14-31.


(42)

Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan utama bidang kehumasan adalah:12

a. Sebagaimana communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diawali dengan publiknya

b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya

c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan

d. Membentuk corporate image, artinya peranan humas berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.

d. Model-Model Public Relations (Hubungan Masyarakat)

Model ini dikemukakan secara sederhana oleh Grunig dan gambaran tersebut diharapkan dapat mewakili kenyataan mengenai berbagai model Public Relations. Keempat model tersebut adalah:13

1. Press Agentry / Publicity (Model Keagenan Pers atau Model Propaganda) Model ini ditujukan untuk kepentingan propaganda. Komunikasi dalam model ini hanya bersifat satu arah. Pesan yang dimuat dalam proses tersebut sering kali tidak lengkap dan terganggu sehingga mengakibatkan

12

Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 50.

13

James E. Grunig and Larisa A. Grunig, Exellence in Public and Communications Management, (Taylor and Fransis Group, New York: 2008) hal. 285-325.


(43)

hanya sebagian pesan saja yang mengandung kebenaran. Press Agentry ini sangatlah terpaku pada publisitas yang akhirnya melahirkan ungkapan “any publicity is good publicity”. Gambaran modelnya adalah :

Gambar 2.1. Model Press Agentry/Publicity

Model ini memperlihatkan praktek PR (humas) dan segala kegiatan yang dilakukannya memiliki tujuan tunggal yaitu untuk mendapatkan publisitas di media massa yang dapat menguntungkan organisasi. Kadang kebenaran informasi yang disampaikan dengan jalan satu arah ini cukup penting selama publik masih mempercayai perusahaan.

2. Public Information (Model Informasi Publik)

Tujuan utama model ini adalah untuk penyebarluasan atau diseminasi informasi. Komunikasi masih tetap satu arah sebagaimana model press agentry dan hanya terfokus kepada output semata.

Sumber Penerim

Gambar 2.2. Model Public Information

Proses komunikasi yang berlangsung pada model ini cenderung satu arah, model ini berkembang karena adanya reaksi perusahaan-perusahaan

Sumber Penerima


(44)

besar dan pemerintahan di media massa, pihak manajemen perusahaan menyewa wartawan untuk dapat membuat press release yang berisikan tindakan-tindakan perusahaan. Informasi yang disampaikan tersebut diharapkan dapat diterima dan dipercayai oleh publik.

3. One Way Asymmetrical Model (Model Asimetris Satu Arah)

Model ini menggunakan persuasi dan manipulasi untuk memengaruhi khalayak agar berperilaku seperti apa yang diinginkan oleh organisasi. Model ini tidak menggunakan penelitian untuk mengetahui bagaimana perasaan atau respon publik terhadap organisasi. Model ini melakukan komunikasi dua arah, namun feedback yang diberikan tidak seimbang.14

Gambar 2.3. Model One-Way Asymmetrical 4. Two Way Symetrical Model (Model Simetris Dua Arah)

Model ini bertujuan untuk dapat memperoleh mutual understanding, sedangkan pola komunikasi yang dilakukan bersifat dua arah dengan efek-efek yang cukup seimbang.

14

Rini Darmastuti, Media Relations: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Penerbit Andi, Jakarta: 2012).

Sumber Penerima

Sumber

(Feedback tidak Seimbang)


(45)

Gambar 2.4. Model Two-Way Symetric

Dalam prakteknya, PR melakukan kegiatan berdasarkan penelitian dan menggabungannya dengan tehnik komunikasi agar dapat mengelola konflik dan memperbaiki pemahaman yang telah dimiliki publik. Dalam model ini, PR membuka diri dan membantu wartawan untuk meliput, dengan adanya keterbukaan maka wartawan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan tidak bias.

C. Media Relations

a. Pengertian Media Relations

Hubungan Masyarakat/Public Relation (PR) merupakan salah satu bagian dari kajian ilmu komunikasi baik secara teoritis maupun secara praktis. Humas atau PR merupakan bagian internal organisasi atau perusahaan yang bertugas mengembangkan atau membangun hubungan/relasi dengan orang-orang internal dan eksternal organisasi atau perusahaan tersebut.

Aktifitas PR dan humas yang fokus pada manajemen hubungan/relasi dan komunikasi akan berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak,

Grup Grup


(46)

termasuk dengan pihak media massa. Jefkins mengatakan bahwa media massa merupakan salah satu dari target khalayak atau disebut dengan khalayak utama.15

Hubungan media atau media relations merupakan salah satu tugas humas organisasi atau perusahaan demi mendapatkan kesan baik atau citra baik di mata awak media yang akan berimbas pada publisitas dan penyebaran berita milik perusahaan kepada publik/khalayak luas secara maksimal.

Yosal Iriantara mengartikan media relations merupakan bagian dari PR dan humas eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi.16

Jefkins memaparkan bahwa hubungan media atau ia menyebutnya press relation bukan media relations, merupakan usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atau suatu pesan atau informasi PR dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.17

Salah satu tujuan organisasi dan perusahaan adalah membangun, membina, dan menjaga citra positif atau reputasi baik perusahaan. Zaman ini merupakan zaman yang serba bersentuhan dengan media, segala sesuatu bisa didapatkan melalui media massa, meminjam istilah Yosal Iriantara, fenomena ini disebut dengan „dunia sesak

15

Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 80.

16

Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 130.

17


(47)

media‟ (media-saturated world). Maka sudah sepantasnya humas dan PR sebuah organisasi dan perusahaan turut serta menjadikan media sebagai relasi yang digunakan untuk penyampaian pesan perusahaan atau sekedar menjalin hubungan dengan para publiknya. Dapat dikatakan bahwa media massa merupakan salah satu partner organisasi dalam mencapai tujuannya.

b. Teknik-teknik Media Relations

Teknik adalah cara atau metode yang digunakan dalam menjalankan kegiatan tertentu. Media relations merupakan tindakan komunikasi yang dilakukan organisasi kepada publik-publik atau stakeholeders-nya, maka pada dasarnya tehnik-tehnik komunikasi bermedia dipergunakan pula dalam kegiatan media relations.

Yosal Iriantara mengemukakan ada 2 macam teknik yang umum dipergunakan dalam menjalankan media relations, yaitu publisitas dan periklanan.

Publisitas ada yang mengartikan sebagai PR yang bebas biaya dengan cara menyampaikan pesan melalui media massa, dengan maksud menyampaikan informasi dari perspektif pembuat pesan, dalam hal ini adalah organisasi. Publisitas dilakukan antara lain dalam bentuk pemberitaan atau tulisan berupa artikel.18

Periklanan merupakan salah satu metode komunikasi yang juga digunakan sebagai teknik media relations, periklanan adalah komunikasi satu kepada banyak

18

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 41.


(48)

terhadap individu-individu di dalam suatu massa yang heterogen.19 Iriantara mengatakan periklanan adalah penyampaian pesan nonpribadi dengan mengeluarkan biaya melalui media massa untuk menginformasikan atau memengaruhi.20

Seiring dengan perkembangan bisnis media massa di Indonesia sekarang ini, ada percampuran antara publisitas dengan periklanan. “Perkawinan” antara publisitas dan periklanan ini menghasilkan bentuk yang dinamakan pariwara, advertorial (advertising-editorial), infotorial (information editorial) atau infomercial (information comercial). Wujudnya adalah iklan dalam bentuk seperti pemberitaan atau bisa juga dibalik, pemberitaan yang bernafaskan iklan.21

Penggabungan ini terjadi atas kesadaran kedua belah pihak, baik pihak humas maupun pihak media massa dalam hal pemberitaan. Pihak humas terkadang kurang puas dengan pemberitaan mengenai organisasinya yang dimuat media massa, adakalanya pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan keinginan dan harapan organisasi, maka dengan penggabungan prinsip publisitas dan periklanan pihak media massa dapat mengeluarkan berita terkait organisasi dari perspektif humas, dengan menggunakan pendekatan humas namun menerapkan prinsip –prinsip pemberitaan di media massa tersebut.

Dari penggabungan ini bukan hanya pihak humas yang merasa diuntungkan, namun pihak media juga akan memperoleh keuntungan, yaitu dengan menjual ruang

19

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005), hal. 133.

20

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 41

21

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 41.


(49)

atau waktu yang dimilikinya pada organisasi yang membutuhkannya. Pihak media memberikan kebebasan kepada pihak organisasi untuk menuliskan pemberitaan seperti apa yang diinginkannya, sedangkan pihak media akan memperlakukannya sebagai iklan yang menjual. Maka yang akan ditampilkan adalah iklan dalam bentuk liputan pemberitaan.

c. Bentuk Kegiatan Media Relations

Dalam upaya membina hubungan pers/media yang baik maka humas diharuskan melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media. Kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan humas dengan media.

Adapun beberapa kegiatan hubungan media yang dapat dilakukan antara lain:22

1. Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara simultan/ berbarengan oleh seorang pejabat pemerintahan atau swasta kepada sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Amar menyebutkan syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang disampaikan kepada wartawan sangat penting. Sebuah konferensi pers akan kehilangan fungsinya bila berita yang disampaikan kurang penting, apalagi jika diliput juga oleh televisi dan radio. Menurut Oemi Abdurachman,

22

Soleh Soemirat& Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (PT.Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005), hal. 128-129.


(50)

konferensi pers diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting di suatu instansi/perusahaan/badan, atas inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil pers.

2. Press Brefing, yaitu diselenggarakan secara regular oleh seorang pejabat humas. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan bila wartawan belum puas dan menginginkan keterangan lebih rinci.

3. Press Tour yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan mereka pun (pers) diajak menikmati objek wiasata yang menarik.

4. Press Release atau siaran pers sebagai publisitas yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita. Istilah press release mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya berkenaan dengan media cetak, tetapi mencakup media elektronik. Di Negara lain istilah press release disebut news release yang dikirimkan ke media massa dengan harapan dapat disebar luaskan sebagai berita.

5. Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan humas/PR yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. 6. Press Luncheon yaitu pejabat humas/PR mengadakan jamuan makan siang


(51)

pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan/lembaga tersebut.

7. Wawancara Pers yaitu sifarnya lebih pribadi, lebih individual. Humas atau top manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan yang bersangkutan .

Selain ketujuh kegiatan diatas adapula kegiatan yang tak kalah penting untuk menjalin hubungan dengan media massa, adalah kunjungan humas ke kantor media massa itu sendiri, atau yang dikenal dengan sebutan media visit. Selain untuk menjelaskan berbagai kebijakan yang dimiliki organisasi media tersebut, kunjungan ke kantor redaksi media juga dapat digunakan sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antara humas dan organisasinya dengan lembaga media massa.

d. Pendekatan Media Relations

Jika dilihat dari berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan dalam media relations, maka dalam melakukan praktiknya dibutuhkan sejumlah strategi pendekatan yang dapat dilakukan oleh humas yaitu diantaranya:23

1. Pendekatan Reaktif

Pendekatan ini dilakukan dengan hanya menjawab dan merespon permintaan yang dibutuhkan oleh media. Pendekatan ini memiliki beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh humas dalam menghadapi media, diantaranya:

23

Clarke L. Caywood, (ed), The Handbook of Strategic Public Relations and Integrated Communications (New York: Mc Graw Hill, 1977), hal. 61-65.


(52)

a. Hindari mengeluarkan komentar yang tidak didahului dengan persiapan matang

b. Persiapkan berkas catatan isu-isu yang menarik perhatian media c. Pahami dan tepati deadlines

d. Selalu ada ketika media membutuhkan dan hendaknya membalas telepon dengan segera

e. Menjadi sosok humas yang selalu merasa ingin tahu dan bertanya sesuai dengan kapasitas

f. Mencoba menempatkan diri pada posisi wartawan

g. Buatlah sebuah keseimbangan antar wartawan dan humas h. Pahami dan ketahui latar belakang sebuah informasi

i. Catat bagian pembicaraan yang dilakukan oleh humas dan wartawan j. Jangan memberikan sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya 2. Pendekatan Proaktif

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membangun langkah-langkah reaktif yang dapat dilakukan lebih jauh untuk mempromosikan dan mempublikasikan organisasi. Pendekatan proaktif menekankan humas agar bergerak lebih aktif untuk medekati media massa sebagai sarana pencapaian tujuan organisasi. 3. Pendekatan Interaktif

Selain itu banyak juga humas yang menerapkan pendekatan interaktif dalam melaksanakan kegiatan media relations lebih jauh lagi dan mendapatkan suatu hubungan yang terbangun dengan baik dengan media, yang dapat membuat


(53)

langkah humas bergerak lebih jauh dari pendekatan sebelumnya. Adapun beberapa cara yang biasa dilakukan dalam menerapkan pendekatan interaktif adalah:

a. Mendiskusikan isu-isu selain berita organisasi yang sekiranya menarik minat wartawan

b. Menjadi sumber dengan berusaha memberikan komentar sebagai seorang yang ahli di industri yang digeluti

c. Menempatkan diri pada kebutuhan, seperti memahami adanya deadlines yang harus dikejar wartawan

d. Memberikan pandangan yang berbeda pada topik berita dan trend industri yang terjadi saat itu

e. Berbicara tentang publikasi dan wartawan lain serta bagaimana pendekatan mereka terhadap isu yang berbeda

f. Memberikan pujian terhadap artikel yang ditulis oleh wartawan dan bukan memberikan ucapan terimakasih

g. Telepon untuk membicarakan berita yang relevan dan selalu berhubungan h. Mencari legitimasi alasan yang tidak berkaitan dengan berita untuk

berinteraksi dengan media massa

i. Menyesuaikan pesan dan pembicaraan berdasarkan waktu wartawan yang terbatas dan tingkat kepentingan


(54)

e. Strategi Media Relations

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.24 Jadi strategi merupakan langkah awal bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang dimilikinya.

Strategi media relations artinya cara-cara yang digunakan praktisi humas atau PRO dalam berhubungan dengan media massa. Media massa merupakan instansi yang memiliki pengaruh besar bagi keberlangsungan hidup sebuah organisasi, maka merupakan sebuah keharusan bagi organisasi untuk memiliki kiat, strategi dan cara untuk berhubungan dengan media. Media yang dimaksud disini mencakup keseluruhan pihak yang terkait dengan media tersebut, mulai dari wartawan, pimpinan redaksi, editor, penanggung jawab dan lain sebagainya.

Media relations officers terlebih dahulu harus memahami seluk beluk media massa. Seorang media relations officers harus memiliki pemahaman tentang media, mulai dari karakteristik media, publiknya, cara kerja wartawan, sistem politik Negara, sistem media, sistem hukum dan lainnya. Yosal Iriantara mengatakan media relations bukan hanya merupakan pekerjaan teknis seperti menulis siaran pers atau menyiapkan materi presentasi untuk konferensi pers, tetapi juga harus memiliki kemampuan membaca opini publik dan menyiapkan tindakan yang diperlukan bila ternyata opini publik tersebut kontraproduktif atau negatif bagi organisasi.25

24

Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Penerbit Karya Agung, Surabaya: 2005), hal. 486.

25

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 14.


(55)

Jadi pada dasarnya dalam menjalankan kegiatan media relations selain membutuhkan keterampilan teknis komunikasi, juga diperlukan kemampuan otak untuk membaca situasi dan konteks komunikasi. Itu sebabnya ada yang menyebut bahwa dalam menjalankan kegiatan atau program media relations selain merupakan handcraft juga merupakan braincraft, karena dalam media relations itu memang ada bagian-bagian kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan juga ada bagian yang memerlukan kepiawaian berpikir dan menganalisis.26

Berbagai hal yang dilakukan dalam kegiatan dan strategi media relations tidak luput dari sebuah tujuan utama yaitu membentuk suatu hubungan yang harmonis dengan pihak media agar hubungan yang telah terbentuk dapat terjalin terus menerus dan terjaga. Frank Jefkins menyatakan bahwa terdapat beberapa kiat dan prinsip-prinsip yang dapat dilakukan agar hubungan humas dengan pihak media dapat terbina dengan baik, yaitu:27

a. Memahami dan melayani media. Dengan berbekal semua pengetahuan terkait dengan media, maka seorang praktisi PR akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Ia juga akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

b. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para praktisi PR harus senantiasa siap menyediakan materi-materi yang akurat di mana

26

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 14.

27

Frank Jefkins, Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 116-117.


(56)

saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. c. Menyediakan salinan yang baik. Misalnya menyediakan reproduksi

foto-foto yang baik, menarik dan jelas. Komputer bisa digunakan untuk memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti siaran berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting.

d. Bekerjasama dengan penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas PR dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu.

e. Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi PR juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi atas setiap materi yang mereka terima.

f. Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing.

D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Berdasarkan Undang-Undang yang telah diterbitkan oleh pemerintah, definisi dan istilah seputar BPR Syariah adalah sebagai berikut:


(57)

1. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 ayat 3, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU

No. 7 tahun 1992. Pasal 1 ayat 4, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pasal 1 ayat 11, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pasal 1 ayat 12, Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dari ketiga ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan istilah antara singkatan BPR konvensional dengan BPR Syariah adalah terletak pada huruf P dalam singkatan BPR, dimana huruf P untuk BPR konvensional dijabarkan sebagai Bank


(58)

Perkreditan Rakyat sedangkan huruf P pada BPR Syariah dijabarkan sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

3. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pasal 1 ayat 9, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun penjelasan tentang Bank Syariah menurut pasal 1 ayat 7 yaitu Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah yang dimaksud disini menurut pasal 1 ayat 12 yakni prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.28

Dengan demikian sesuai UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU No. 7 tahun 1992 serta UU No. 21 tahun 2008 tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian BPR Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam kegiatannya tersebut tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran serta menerima simpanan hanya

28

Alifia Rahmany, Optimasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Melalui Sinergi dengan Bank Umum Syariah (Apex BPR Syariah), diakses dari

http://alifiarahmany.blogspot.com/2013/11/optimasi-bank-pembiayaan-rakyat-syariah.html, pada Jumat 14 Maret 2014. Pkl. 11.32.


(59)

dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Berdirinya BPRS dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi Indonesia yang tengah mengalami restrukturisasi ekonomi. Restrukturisasi perekonomian di Indonesia itu terwujud dalam berbagai kebijakan, baik di bidang keuangan, moneter, termasuk dalam bidang perbankan. Selain itu, berdirinya BPRS dilatarbelakangi pula oleh adanya peluang bagi pengembangan bank Islam dalam undang-undang perbankan yang membolehkan prinsip bagi hasil.

Kehadiran BPRS diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber pemodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, karena BPRS fokus pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sehingga pada gilirannya bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka pada tingkat yang lebih tinggi akan pula meningkatkan pendapatan perkapita, baik lokal maupun nasional, bagaimanapun pendapatan masyarakat secara kumulatif manjadi indikator yang sangat dominan untuk menentukan pendapatan perkapita.

Pada tujuan akhir pendirian BPRS adalah membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam BPRS ditumbuhkan nilai ta‟awun (saling membantu) antara pemilik modal (rab al-mal) dengan pemilik pekerja („amil). Dengan nilai ta‟awun inilah kemudian di antara bank dan nasabah akan tumbuh kebersamaan, sedangkan kebersamaan itu sendiri merupakan faktor


(60)

terpenting dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah tersebut paling tidakakan terlaksana antara pihak bank dengan para nasabahnya.29

E. Media Massa

a. Definisi Media Massa

Media massa adalah sebuah alat penyampaian pesan kepada khalayak dalam jumlah banyak, biasanya pesan yang disampaikan berisikan pesan yang penting bagi khalayak luas. Media massa juga merupakan sumber berita dan hiburan, selain itu media massa juga dapat menjadi alat penyampaian pesan persuasi seperti periklanan, propaganda dan publisitas. Maka tak jarang sebuah organisasi atau perusahaan juga menjadi objek dari peliputan media, hal tersebut karena media dijadikan jembatan bagi para pemilik organisasi dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Fungsi persuasi yang dimiliki media sering kali dikaitkan dengan agenda setting media, kekuatan media dalam menentukan hal mana yang pantas disebut berita inilah yang dijadikan pertimbangan oleh para praktisi humas untuk berlomba-lomba mendekati dan menjalin hubungan baik dengan media massa.

Effendy dalam bukunya Teori, Filsafat, Ilmu Komunikasi menyebutkan lebih rinci tentang fungsi media massa, yaitu: fungsi menyiarkan informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi memengaruhi. Lebih jauh Harold D Lasswell dan Charles Wright merupakan bagian dari pakar yang benar-benar serius

29

Firman Elpaserie, Bank Pengkreditan Rakyat Syari‟ah (BPRS), diakses dari

http://firmanelpaserie.blogspot.com/2013/04/bank-perkreditan-rakyat-syariah-bprs.html, pada Kamis 13 Maret 2014 pkl. 20.00.


(61)

mempertimbangkan fungsi dan peran media massa di masyarakat, Lasswell mencatat ada tiga fungsi media massa, lalu Wright menambahkan satu fungsi lagi, maka tercatat keduanya memaparkan empat fungsi media massa, yaitu:30

1. Pengawasan (Surveillance)

Dalam membentuk fungsi ini media sering kali mengingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi, seperti kondisi cuaca ekstrem atau berbahaya atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita yang tersedia di media yang penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya.

2. Korelasi (Correlation)

Yaitu seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Fungi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekpos penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah.

3. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi dimana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini,

30

Werner J Dkk, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan didalam Media Massa,


(62)

mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar pengalaman umum mereka.

4. Hiburan (Entertaiment)

Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur, dan sebagian selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang.

Media massa telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat modern. Khususnya media yang telah bersentuhan dengan teknologi informasi mutakhir seperti televisi dan media online. Media massa terbagi menjadi tiga, yaitu media cetak (printed media) seperti koran, majalah, tabloid dan lainnya, lalu media elektronik (electronic media) seperti radio dan televisi, dan terakhir yaitu media online (cyber media) seperti koran dan majalah digital. Kesemuanya memiliki fungsi utama yang sama yaitu fungsi informasi. Dalam penelitian ini, media massa yang akan dianalisis oleh peneliti terkait dengan kegiatan media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah adalah media cetak surat kabar, adapun media elektronik tidak dianalisis karena media elektronik seperti TV dan radio tidak memiliki hubungan dengan kegiatan media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah.


(63)

b. Fungsi Media Massa Dalam Humas

Praktisi humas harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai media massa karena pemilihan media massa yang tepat akan menentukan keberhasilan penyebaran pesan kepada khalayak sasaran. Tidak diragukan lagi manfaat media massa bagi keberlangsungan hidup sebuah organisasi, bahkan ada yang menyebut bahwa hubungan media merupakan ruh yang memberikan kehidupan bagi sebuah organisasi, artinya menghindari media atau menutup diri dari liputan media akan berdampak pada„kematian‟ organisasi.

Hubungan baik dengan media tentu bukan tanpa tujuan, melainkan penuh harapan agar segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dapat diliput media secara jujur, akurat, dan berimbang. Tujuan akhirnya adalah agar citra positif organisasi di mata stakeholders bisa terus terjaga dengan baik.

Media massa memang sebuah alat yang dapat menjadi jembatan bagi organisasi untuk berhubungan dengan publiknya. Namun demikian, seorang media relations officers tidak harus memandang media massa sebagai alat, sebuah alat hanya digunakan apabila diperlukan. Karena itu, merupakan sebuah kekeliruan memandang media massa sebagai alat. Media massa adalah mitra kerja, sebagai mitra keberadaannya akan terus diperlukan sepanjang organisasi itu ada. Ini sejalan dengan kedudukan humas dan PR yang terus diperlukan sepanjang organisasi itu ada.

Komunikasi yang dibangun oleh organisasi dengan publiknya merupakan sebuah keharusan. Menurut John Beardsley dalam masyarakat komunikatif, mereka


(64)

yang gagal atau tidak bisa berkomunikasi akan segera dilupakan. Ungkapan tersebut jelas menunjukan betapa pentingnya menjalin komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Dalam konteks inilah akan terasa betapa pentingnya membangun relasi denga media massa.31

Tanpa kehadiran media massa praktisi humas atau PRO (public relations officers) akan menemui kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan publiknya, karena komunikasi interpersonal atau komunikasi tatap muka tidak akan mampu menjangkau seluruh publik dengan waktu singkat. Kehadiran media massa sebagai partner perusahaan dalam mengembangkan dan menjalin komunikasi dengan publiknya sangat memberikan kemudahan, mengingat media massa memiliki banyak keistimewaan.

Hafied Cangara memaparkan lima karakteristik media massa dibanding media lainnya. Pertama, bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan banyak individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah. Ketiga, jangkauan yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu, juga bergerak secara luas dan simultan dimana dalam waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan faktor demografi, seperti jenis kelamin, tingkat usia, suku bangsa, atau bahkan tingkat

31

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 9-10.


(65)

pendidikan. Kelima, dalam penyampaian pesan media massa menggunakan peralatan teknis dan mekanis.32

Dengan karakteristik yang dimilikinya, media massa akan sangat membantu praktisi humas dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi, salah satunya membangun atau menjaga citra perusahaan.

Maka wajar bila dikatakan bahwa pada dasarnya kegiatan humas merupakan kegiatan media. Saat ini sulit atau bahkan mustahil menyelenggarakan kegiatan humas yang berhasil tanpa melibatkan media massa. media massa sudah menjadi bagian dari hidup banyak orang. Nyaris tak ada kegiatan yang tak melibatkan media massa dalam kehidupan banyak orang di Indonesia.33

F. Teori Model Melvin De’Fleur

Dalam kajian ilmu komunikasi teori merupakan hal yang sangat penting. Teori adalah pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja. Sedangkan model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model merumuskan teori. B Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang

32

Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 131.

33

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 10.


(1)

(2)

(3)

Struktur Organisasi PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan pemberian reward dan punishment dengan kinerja karyawan pada BPRS Harta Insan Karimah

7 51 129

Peranan account officer dalam menekan pembiayaan bermasalah di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah

1 16 97

Strategi Bank perkeditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam pengelolaan risiko pembiayaan UKM: studi BPRS ALSALAAM cabang Cinere

0 3 108

Dampak pembiayaan syariah terhadap profitabilitas usaha mikro pada nasabah bank perkreditan rakyat syariah harta insan karimah kecamatan ciledug kota Tangerang

1 11 73

Rancang bangun sistem informasi penggajian karyawan (studi kasus: bank pembiayaan rakyat syariah harta insan karimah)

0 2 8

Strategi Pembiayaan Musyarakah Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Cileduk

0 17 72

Strategi Media Relations Humas Lembaga Negara (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Relations Hupmas KPU Kota Surakarta dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa Lokal terkait dengan Pelaksanaan Pilkada Kota Surakarta Tahun 2015).

0 0 18

View of Pengembangan Kualitas SDM pada Bank Syariah dalam Perspektif Syariah: Studi Kasus PT. BPRS Harta Insan Karimah Bekasi

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN DENGAN KEPERCAYAAN NASABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH (BPRS HIK) BEKASI - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN DENGAN KEPERCAYAAN NASABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH (BPRS HIK) BEKASI - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 18