Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat- Kuning Telur.

KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA JONGGOL YANG
DIKOLEKSI MENGGUNAKAN ELEKTROEJAKULATOR
DALAM PENGENCER TRIS DAN SITRAT-KUNING TELUR

DAVIN CHRISTIAN HARTONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Semen Beku
Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer
Tris dan Sitrat-Kuning Telur” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Davin Christian Hartono
NIM B04100129

ABSTRAK
DAVIN CHRISTIAN HARTONO. Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang
Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan SitratKuning Telur. Dibimbing oleh R. Iis Arifiantini.
Domba jonggol merupakan domba hasil persilangan secara acak domba
ekor tipis dengan domba garut atau domba priangan. Penelitian ini dilakukan
untuk mempelajari kualitas semen segar dan semen beku domba jonggol yang
dikoleksi menggunakan elektroejakulator dalam pengencer tris dan sitrat-kuning
telur. Semen dikoleksi dari 3 ekor domba satu minggu satu kali selama tiga
minggu dengan menggunakan elektroejakulator. Segera setelah koleksi, semen
dievaluasi makro dan mikroskopis. Semen yang mempunyai motilitas > 75%,
konsentrasi > 2500 juta/ml dengan morfologi spermatozoa yang abnormal < 15%
dibagi menjadi 3 tabung, masing-masing tabung diencerkan dengan pengencer tris
kuning telur A (TKT A), tris kuning telur (TKT B) dan sitrat kuning telur (SKT)
dengan konsentrasi 200 juta/ml. Semen dikemas dalam straw 0.25 ml,

diekuilibrasi, dibekukan dalam uap nitrogen cair dan disimpan dalam kontainer
nitrogen cair (-196 oC). Data dianalisis menggunakan analysis of variance
(ANOVA) dilanjutkan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Hasil
penelitian menunjukkan secara makroskopis semen segar yang diperoleh adalah
volume semen 0.75±0.19 ml, warna krem, konsistensi kental dengan pH
6.60±0.26. Secara mikroskopis gerakan massa +++, motilitas spermatozoa
77.78±3.63%, spermatozoa hidup 82.19±4.25%, konsentrasi spermatozoa
4380.89±1033.88 juta/ml dengan abnormalitas spermatozoa sebesar 3.47±0.63%.
Kualitas semen beku menunjukkan motilitas spermatozoa pada pengencer TKT A
(46.39±8.34%) paling tinggi dibandingkan pada pengencer TKT B (42.78±7.15%)
dan SKT (22.26±8.49%). Penurunan motilitas spermatozoa dari semen segar ke
setelah thawing sangat tinggi (40.96%). Longivitas spermatozoa setelah thawing
pada pengencer TKT yang lebih lama (7 jam) dibandingkan dengan SKT (4 jam),
tidak terdapat perbedaan recovery rate pada ketiga domba jantan yang digunakan
(p>0.05).
Kata kunci: Domba jonggol, elektroejakulator, semen beku, tris dan sitrat-kuning
telur.

ABSTRACT
DAVIN CHRISTIAN HARTONO. Frozen Semen Quality of Jonggol Ram

Collected By Using Electroejaculator in Tris and Citrate-Yolk Egg Extender.
Supervised by R. Iis Arifiantini.
Jonggol sheep are random crossing of thin tailed sheep with priangan
breed sheep. This research was conducted to study the quality of raw and frozen
jonggol ram semen that collected by using electroejaculator in tris and citrateegg yolk (TEY) extender. Semen was collected from three jonggol ram once a
week for three weeks. Semen was evaluated macro and microscopically after
collection. Semen that demonstrated > 75% sperm motility, > 2500 million in
sperm concentration and < 15% abnormal sperm morphology were divided into
3 tubes, each tube was diluted with tris egg yolk A (TEY A), tris egg yolk B (TEY
B) and citrate egg yolk (CEY), with a 200 million sperm concentration per ml.
Semen packed in straw 0.25 ml, equilibrated, frozen in liquid nitrogen vapor and
stored in liquid nitrogen containers (-196 oC). Data were analyzed using analysis
of variance (ANOVA) followed by Duncan test. The quality of raw semen
demonstrated 0.75±0.19 ml in semen volume, creamy in colour and thick in
consistency with 6.60±0.26 in pH. Microscopycally demonstrated good mass
movement, 77.78±3.63% in sperm motility and 82.19±4.25% live sperm. High
sperm concentration (4380.89±1033.88 million/ml) and low sperm abnormalities
(3.47±0.63%). The quality of frozen semen showed that sperm motility in TEY A
(46.39±8.34%) and TEY B (42.78±7.15%) was highest (p0.05).
Keywords: Electroejaculator, frozen semen, jonggol ram, tris and citrate-egg

yolk.

KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA JONGGOL YANG
DIKOLEKSI MENGGUNAKAN ELEKTROEJAKULATOR
DALAM PENGENCER TRIS DAN SITRAT-KUNING TELUR

DAVIN CHRISTIAN HARTONO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga skripsi ini berhasil
diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Agustus 2014 ini ialah teknologi reproduksi ternak, dengan judul
“Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan
Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat-Kuning Telur”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah sangat sabar mendampingi dan banyak memberi ilmu dan saran yang
sangat membangun keilmuan penulis.
2. Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD selaku sebagai pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis.
3. Nenek, Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Kakak Ipar, dan Keponakan serta
keluarga besar yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan dukungan
kepada penulis.
4. Kakak-kakak pascasarjana dan PPDH yang berjuang bersama dalam
penelitan dan telah banyak membantu: Kak Cholis, Kak Nancy, Kak
Teguh, Kak Abdullah, dan Kak Mutaqinullah yang telah membantu dan
berbagi suka duka selama pengumpulan data.

5. Bapak Bondan, Departemen Klinik, Patologi, dan Reproduksi (KRP), dan
Keluarga besar Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) bagian
Reproduksi dan Kebidanan FKH IPB.
6. Sahabat, pasangan, ataupun teman berbagi dalam senang maupun susah:
Retno Tegarsih, Arvan, Alvin, Agustin, Iwan, dan Nadhear yang selalu
mau mengingatkan, menemani, dan membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
7. Teman-teman Acromion 47 FKH IPB yang sungguh luar biasa.
Tuhan pasti memberikan balasan atas semua bantuan dan dorongan yang
telah diberikan. Penulisan skripsi ini pun masih jauh dari sempurna sehingga
diharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membangun di masa mendatang.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2015

Davin Christian Hartono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


1

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Domba Jonggol

2

Teknik Koleksi Semen Menggunakan Elektroejakulator

2

Kualitas Semen Domba


3

Bahan Pengencer Semen

3

BAHAN DAN METODE

4

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Prosedur Penelitian

4

Analisis Data


6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kualitas Semen Segar Domba Jonggol

6

Motilitas Semen Beku Domba Jonggol Pada Pengencer Tris Kuning Telur
A, Tris Kuning Telur B dan Sitrat Kuning Telur

8

SIMPULAN

11

Simpulan


11

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Komposisi buffer sitrat dan tris
Komposisi bahan pengencer semen beku
Kualitas semen segar domba jonggol
Persentase motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) semen beku
domba jonggol
Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses
pembekuan
Longivitas spermatozoa (%) post thawing semen domba jonggol pada
tiap jam pengamatan
Recovery rate (%) spermatozoa domba jonggol

5
5
7
8
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
1
2

Elektroejakulator (FHK Fujihira Industry Co.)
Grafik penurunan motilitas spermatozoa (%) domba jonggol pada
pengencer tris dan sitrat-kuning telur. SS: semen segar, SP: setelah
pengenceran, SE: setelah ekuilibrasi, ST: setelah thawing

2

9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Kualitas semen segar domba jonggol
Persentase motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) semen beku
domba jonggol
Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses
pembekuan
Longivitas spermatozoa post thawing semen domba jonggol pada tiap
jam pengamatan
Recovery rate post thawing semen domba jonggol

15
16
18
19
20

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan komoditas ternak yang cukup banyak digemari dan
dikembangkan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), total
komoditas domba pada tahun 2013 di Indonesia sebanyak 14.926 ekor.
Keberadaannya telah menjadi salah satu ternak yang berpotensial dalam produksi
daging untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Berbagai macam ras domba yang
banyak dikembangbiakan seperti domba garut, domba jonggol, domba ekor
gemuk, dan domba ekor tipis. Domba jonggol merupakan domba lokal Indonesia
yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan sekitar dan
mempunyai rata-rata performa produksi yang lebih baik dibandingkan domba
lokal Indonesia lainnya. Karakteristik semen domba jonggol belum dilaporkan
sehingga untuk mengetahuinya perlu dilakukan koleksi semen. Aplikasi teknologi
reproduksi inseminasi buatan (IB) dilakukan untuk meningkatkan produktifitas
domba jonggol melalui koleksi semen sebagai preservasi.
Koleksi atau penampungan semen adalah salah satu kegiatan pada teknologi
reproduksi program IB. Koleksi dapat dilakukan menggunakan beberapa macam
cara yaitu post coitum recovery, vagina buatan (VB), masase, dan
elektroejakulator (EE) (Sorenson 1979), dan epididymal recovery (Watson 1978).
Mengingat domba jonggol memiliki libido yang rendah atau menolak
menggunakan VB, elektroejakulator dapat digunakan sebagai alternatif.
Elektroejakulator merupakan salah satu teknik koleksi semen mengunakan
rangsangan listrik ritmik dari tegangan rendah ke tinggi. Penggunaan EE
khususnya ditujukan untuk koleksi semen pada hewan liar seperti rusa, harimau,
dan monyet. Semen yang berhasil dikoleksi kemudian dievaluasi dan diproses
serta disimpan dalam bentuk semen beku.
Kualitas semen beku yang baik menjadi faktor penentu kualitas reproduksi
domba yang ingin dijadikan pejantan. Faktor penentu lainnya adalah sumber
nutrisi spermatozoa selama preservasi sampai diinjeksikan apabila akan
diinseminasikan. Sumber nutrisi ini didapat dari pemberian bahan pengencer atau
krioprotektan ke dalam semen. Hal ini diperlukan dalam melindungi spermatozoa
dari cold shock. Bahan pengencer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
buffer tris dan sitrat dengan penambahan fruktosa dan gliserol di dalamnya dan
kuning telur ayam negeri.
Hal yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah belum adanya
laporan mengenai kualitas semen segar domba jonggol yang dikoleksi
menggunakan elektroejakulator dan kualitas semen beku domba jonggol dalam
pengencer tris dan sitrat-kuning telur. Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kualitas semen segar domba
jonggol yang dikoleksi menggunakan elektroejakulator dan menguji kualitas
semen beku domba jonggol dalam tris dan sitrat-kuning telur.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan teknik koleksi semen
menggunakan elektroejakulator pada domba jonggol dan penyediaan data ilmiah
kualitas semen beku domba jonggol dalam pengencer tris dan sitrat-kuning telur
sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti dan peternak domba jonggol.

TINJAUAN PUSTAKA
Domba Jonggol
Domba jonggol merupakan domba hasil persilangan secara acak domba
ekor tipis dengan domba garut atau domba priangan dan dipelihara dengan sistem
penggembalaan. Domba ini telah terseleksi di lingkungan panas dan kering.
(Sumantri et al. 2007). Rata-rata performa produksi domba jonggol lebih baik
dibandingkan domba lokal Indonesia lainnya dengan bobot tubuh dewasa sebesar
34.9 kg untuk pejantan dan 26.1 kg untuk betina (Sumantri et al. 2007).
Bobot tubuh dewasa domba jonggol tersebut lebih tinggi bila dibandingkan
dengan sejumlah domba lokal Indonesia lainnya, seperti: domba donggala (jantan
24.0 kg dan betina 25.3 kg), domba sumbawa (jantan 33.8 kg dan betina 26.9 kg),
domba kisar (jantan 25.8 kg dan betina 18.9 kg), dan domba rote (jantan 27.9 kg
dan betina 18.9 kg).
Teknik Koleksi Semen Menggunakan Elektroejakulator
Elektroejakulator merupakan salah satu teknik koleksi semen yang
memberikan rangsangan listrik ritmik dari tegangan rendah ke tinggi dengan
intensitas rangsangan dan istirahat yang sama (Arifiantini 2012). Teknik ini lebih
ditujukan untuk koleksi semen pada satwa liar dan aplikasi elektroejakulator
sangat memerlukan tenaga operator yang berpengalaman (Hafez 2000).

Gambar 1 Elektroejakulator (FHK Fujihira Industry Co.)
Sumber: Dokumentasi pribadi (2014)

3
Elektroejakulator untuk domba terdiri atas beberapa komponen, yaitu
sebuah transformator yang berhubungan dengan suatu batang yang disebut rectal
probe atau batang rectal. Rectal probe terdiri atas sebatang karet yang berdiameter
kira-kira 2 cm dan mengandung satu seri cincin-cincin elektroda yang berjarak 2.5
cm antara satu dengan yang lain (Toelihere 1985).
Kualitas Semen Domba
Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa.
Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar
vesikularis dan dalam jumlah kecil disekresikan oleh testes. Plasma semen domba
umumnya berwarna krem yang mungkin disebabkan oleh adanya sekresi
riboflavin oleh kelenjar vesikularis. Semen mengandung 75% air, lebih dari 40
g/ml prostaglandin, dan bersifat isotonik (Evans dan Maxwell 1987).
Kualitas semen yang baik memiliki kriteria presentase motilitas
spermatozoa > 75% dengan konsentrasi spermatozoa > 2500 juta/ml dan
spermatozoa abnormal < 15%. Motilitas merupakan faktor yang sangat
menentukan bagi spermatozoa untuk melewati serviks untuk dapat menembus
kumulus ooforus dan zona pelucida ovum sehingga fertilisasi dapat terjadi
(Garner dan Hafez 2000).
Bahan Pengencer Semen
Toelihere (1985) berpendapat bahwa semen yang tidak diencerkan dan
dibiarkan pada suhu 28-34 oC hanya bertahan selama dua jam, tetapi apabila
semen diencerkan dalam bahan pengencer dan disimpan pada suhu 37-38 oC dapat
bertahan sampai tiga jam (Haenlein et al. 2007). Semen dipreservasi dengan cara
diencerkan kemudian disimpan pada kondisi yang bersuhu rendah untuk dapat
mempertahankan kualitas semen yang telah dikoleksi terutama jika ingin dibuat
menjadi semen beku (Tatik et al. 2007).
Pengencer semen beku harus mengandung sumber nutrisi, buffer, bahan anti
cold shock, antibiotik, dan krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa pada
saat pendinginan, pembekuan, dan thawing (Arifiantini et al. 2005a). Penambahan
antibiotika pada pengencer penting karena berguna untuk membunuh
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak spermatozoa dan memperbaiki
fertilitas berupa peningkatan motilitas dan daya tahan hidup spermatozoa
(Salisbury dan Vandemark 1985). Leboeuf et al. (2000) melaporkan bahwa
konsentrasi gliserol dalam pengencer yang optimum adalah 4-7%.
Larutan yang digunakan sebagai bahan pengencer harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu: (1) tidak bersifat racun; (2) mempertahankan dan tidak membatasi
daya fertilitas spermatozoa; (3) murah, sederhana dan praktis dibuat, tetapi
spermatozoa yang diencerkan mempunyai daya fertilitas yang tinggi; (4)
menjamin kehidupan spermatozoa setelah pengenceran; dan (5) dapat memelihara
kehidupan spermatozoa selama penyimpanan (Lutfi 2009).

4
Pengencer Tris Kuning Telur
Tris hydroxymethyl aminomethane (C4H11NO3) merupakan salah satu
pengencer yang diperlukan spermatozoa sebagai sumber energi dalam jumlah
yang cukup untuk motilitasnya (Susilawati 2011). Paulenz et al. (2002)
menyatakan bahwa pengencer dasar tris dapat mempertahankan spermatozoa
hidup lebih baik daripada pengencer sitrat maupun susu skim pada semen cair
domba pada suhu 5 oC dan 20 oC.
Ax et al. (2000) menyatakan bahwa pengencer tris mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain dapat mempertahankan pH, mempertahankan tekanan
osmotik, dan menjaga keseimbangan elektrolit. Pengencer tris yang ditambahkan
kuning telur akan memberikan perlindungan lebih baik bagi spermatozoa. Kuning
telur mengandung glukosa, protein, dan memiliki viskositas yang menguntungkan
bagi spermatozoa (Yuliyanti 2001).
Pengencer Sitrat Kuning Telur
Arifiantini dan Purwantara (2010) melaporkan bahwa buffer tris dan sitrat
menunjukkan kualitas yang sama pada semen sapi Frisien holstein (FH). Sitrat
memiliki struktur melingkar, mengikat kalsium atau logam berat, dan
memisahkan butiran lemak kuning telur sehingga spermatozoa dapat mudah
dilihat di bawah mikroskop (Salisbury dan Van Demark 1985).
Pengencer sitrat yang ditambahkan kuning telur juga dapat memberikan
perlindungan yang lebih baik bagi spermatozoa. Kandungan lesitin
(phosphatidylcholine) yang terdapat dalam kuning telur berfungsi untuk
melindungi spermatozoa dari pengaruh cold shock dengan cara melapisi membran
spermatozoa (Nalley dan Arifiantini 2010).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Domba
jonggol yang digunakan sebanyak 3 ekor yang dipelihara di Unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan (UP3) Fakultas Peternakan IPB. Domba dipelihara secara
individual dengan ukuran kandang 1.5 x 0.75 x 1.5 m yang dilengkapi dengan
tempat pakan dan minum. Pakan berupa hijauan ditambah ransum konsentrat
serta minum diberikan secara adlibitum.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Bahan Pengencer Semen
Bahan pengencer yang digunakan adalah tris kuning telur dan sitrat kuning
telur. Kuning telur diperoleh dari telur ayam negeri sebanyak 4 butir telur dengan
ukuran yang sama untuk membuat 10 ml tris kuning telur A (TKT A), 10 ml tris
kuning telur B (TKT B), dan 10 ml sitrat kuning telur (SKT).

5
Tabel 1 Komposisi buffer sitrat dan tris
Bahan
Buffer tris Aa
Tris (Hydroxymethyl) aminomethane (g)
3.63
Na-sitrat (g)
D-fruktosa (g)
0.5
Asam sitrat monohidrat (g)
1.99
Akuabidestilata ad. (ml)
100
a
Sumber: Ariantie (2014).
b
Sumber: Arifiantini dan Purwantara (2010).

Buffer tris Ba
3.63
0.5
1.99
74

Buffer sitratb
2.37
1
100

Tabel 2 Komposisi bahan pengencer semen beku
Bahan
TKT Aa
TKT Ba
SKTa
Kuning telur (%)
20
20
20
Gliserol (%)
6
6
6
Buffer tris (%)
74
74
Buffer sitrat (%)
74
Penicilin (IU/ml)
1000
1000
1000
Streptomicin (mg/ml)
1
1
1
TKT A: tris kuning telur A, TKT B: tris kuning telur B, SKT: sitrat kuning telur.
a
Sumber: Pamungkas et al. (2014).

Koleksi Semen dan Evaluasi Semen
Semen dikoleksi 1 kali seminggu pada pagi hari selama tiga minggu
menggunakan elektroejakulator (FHK Fujihira Industry Co.) masing-masing
dalam satu ejakulat. Segera setelah koleksi, semen dievaluasi secara makroskopis
dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume semen dengan melihat
skala pada volume tabung tulip, warna dilihat secara visual, pH diukur
menggunakan pH indikator paper skala 6.4 sampai 8.0 (Merck). Konsistensi
semen dinilai dengan memiringkan tabung penampung dan mengembalikan ke
tempat semula dengan kriteria encer, sedang, dan kental. Evaluasi semen secara
mikroskopis menggunakan mikroskop binokuler (Olympus CH20), meliputi
gerakan massa, konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa, spermatozoa
hidup, dan abnormalitas spermatozoa (Arifiantini 2012).
Pengenceran dan Pengemasan Semen
Semen yang menunjukkan motilitas > 75% dengan konsentrasi > 2500
juta/ml dengan abnormalitas < 15% dibagi ke dalam tiga tabung masing-masing
diencerkan dengan pengencer TKT A, TKT B, atau SKT, dengan konsentrasi
akhir 200 juta/ml (50 juta/straw). Jumlah pengencer yang digunakan dihitung
menggunakan rumus:

Semen dan pengencer dihomogenkan dan dikemas ke dalam straw 0.25 ml
selanjutnya disusun dalam rak pembekuan.

6
Ekuilibrasi dan Pembekuan
Straw yang telah disusun dalam rak pembekuan diekuilibrasi pada suhu 4 oC
selama 4 jam. Pembekuan dilakukan dalam styrofoam, straw diletakkan 5 cm di
atas uap nitrogen cair selama 10 menit. Selanjutnya straw tersebut dimasukkan
dalam container pada suhu -196 oC untuk pengujian lebih lanjut.
Pengujian kualitas
Pengujian motilitas dilakukan pada semen segar, setelah pengenceran,
setelah ekuilibrasi dan setelah pembekuan. Pengujian setelah pembekuan
dilakukan dengan cara melakukan thawing semen beku satu persatu pada bersuhu
37 oC selama 30 detik. Semen yang telah dicairkan kembali, dikeluarkan dari
straw dan dimasukkan ke dalam mikrotub serta disimpan pada water bath (37
o
C). Evaluasi dilakukan terhadap motilitas pada jam ke-0, dilanjutkan setiap jam
untuk menguji longivitas spermatozoa sampai menunjukkan motilitas 0%.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA). Jika
ditemukan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, analisis dilanjutkan
dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993). Data diolah mengunakan program
IBM SPSS Statistics 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Semen Segar Domba Jonggol
Rangsangan elektroejakulator (EE) pada penelitian ini berbeda-beda antara
3 domba yang digunakan. Domba A dan B ejakulasi pada rangsangan 4.00±0.63
dan 4.67±0.52 V sedangkan domba C pada 3.33±1.03 V dengan lama waktu
koleksi antara 3 sampai 5 menit. Kualitas semen domba jonggol hasil koleksi
menggunakan EE secara umum menunjukkan kualitas yang sangat baik (Tabel 3).
Volume semen hampir sama antar individu yaitu 0.75±0.31 ml sampai 0.77±0.03
ml. Volume semen domba ini lebih rendah pada kisaran normal volume semen
menurut Garner dan Hafez (2000) 0.8-1.2 ml perbedaan ini kemungkinan akibat
teknik koleksi semen yang dilakukan. Penggunaan EE menyebabkan proses
ejakulasi dipaksakan sehingga sekresi kelenjar asesoris tidak terjadi dengan
sempurna. Koleksi semen yang paling baik adalah menggunakan vagina buatan.
Penggunaan vagina buatan bisa menghasilkan volume semen yang tinggi seperti
pada domba garut bisa mencapai volume 3.76 ml (Herdis et al. 2003), domba
konya merino sebesar 1.1 ml (Kaya et al. 2002), dan domba st croix sebesar 1.66
ml (Feradis 1999).
Konsistensi semen pada ketiga domba jonggol termasuk kental. Semakin
kental suatu semen maka semakin tinggi pula konsentrasi spermatozoa yang
terkandung di dalamnya (Feradis 2010). Warna semen pada ketiga domba jonggol
adalah krem. Warna ini disebabkan sekresi riboflavin oleh kelenjar vesikularis.
Derajat keasaman (pH) antar pejantan tidak berbeda (p>0.05), yaitu antara

7
6.50±0.71 sampai dengan 6.70±0.30. Hasil tersebut termasuk dalam kisaran
normal domba menurut Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa semen
segar domba kisaran normal memiliki warna krem, pH 5.8-7.3, dan konsistensi
kental.
Gerakan massa pada ketiga domba jonggol menunjukkan hasil +++ yang
tergolong gerakan massa sangat baik, ditandai dengan gelombang massa
spermatozoa yang tebal dengan gerakan yang sangat cepat berpindah. Persentase
motilitas spermatozoa antar domba yang diperoleh selama penelitian tidak
berbeda nyata (p>0.05) antara 76.67±2.89% sampai dengan 80.00±5.00%. Hasil
ini termasuk dalam kisaran normal motilitas spermatozoa domba, yaitu 60-80%
(Garner dan Hafez 2000) dan bahkan termasuk dalam motilitas yang sangat baik,
yaitu 70-80% (Campbell et al. 2003) serta lebih tinggi dibandingkan motilitas
spermatozoa domba garut yang sebesar 74.17% (Herdis et al. 2005).
Persentase spermatozoa hidup antar domba yang diperoleh selama penelitian
tidak berbeda nyata (p>0.05) antara 79.25±4.52% sampai dengan 84.57±2.20%.
Hasil yang diperoleh tidak jauh dengan hasil yang diperoleh Rizal et al. (2003)
yang mendapatkan persentase spermatozoa hidup domba garut sebesar 88.33%.
Hasil tersebut (Tabel 3) sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Bearden dan Fuquay (1997) yang menyatakan bahwa persentase spermatozoa
hidup lebih tinggi daripada persentase spermatozoa motil karena spermatozoa
yang hidup belum tentu motil sehingga nilainya dapat lebih tinggi.
Tabel 3 Kualitas semen segar domba jonggol
Parameter

A

Domba
B

C

Ratarata

Makroskopis
Volume (ml)
0.73 ± 0.23a
0.75 ± 0.31a
0.77 ± 0.03a
0.75 ± 0.19
Warna
Krem
Krem
Krem
Krem
Konsistensi
Kental
Kental
Kental
Kental
Ph
6.50 ± 0.17a
6.60 ± 0.35a
6.70 ± 0.30a
6.60 ± 0.26
Mikroskopis
Gerakan massa
+++
+++
+++
+++
Konsentrasi
4047.00 ±
4902.33 ±
4193.33 ±
4380.89 ±
spermatozoa
1581.36a
324.52a
1020.65a
1033.88
(juta/ml)
Motilitas spermatozoa
76.67 ± 2.89a
80.00 ± 5.00a
76.67 ± 2.89a
77.78 ± 3.63
(%)
a
a
a
Spermatozoa hidup (%)
79.25 ± 4.52
84.57 ± 2.20
82.77 ± 5.01
82.19 ± 4.25
Abnormalitas
a
a
a
3.63 ± 0.65
3.40 ± 0.80
3.37 ± 0.67
3.47 ± 0.63
spermatozoa (%)
Keterangan: Data disajikan dalam rata-rata ± standar deviasi. Huruf yang sama yang mengikuti
angka pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05).

Konsentrasi spermatozoa antar domba yang diperoleh selama penelitian ini
tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan konsentrasi antara 4047.00±1581.36 sampai
dengan 4902.33±324.52 juta/ml. Konsentrasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi spermatozoa menurut Garner dan Hafez (2000) dan Herdis et al.
(2005) yang melaporkan konsentrasi spermatozoa domba berkisar antara 20003000 juta/ml dan 3803 juta/ml. Konsentrasi spermatozoa memiliki peranan
penting untuk menentukan jumlah bahan pengencer yang ditambahkan dan
banyak jumlah betina yang dapat diinseminasi (Campbell et al. 2003).

8
Persentase abnormalitas spermatozoa domba jonggol sangat rendah, yaitu
antara 3.37±0.67% sampai dengan 3.63±0.65% dan tidak terdapat perbedaan antar
individu domba. Menurut Campbell et al. (2003), semen domba yang berkualitas
tinggi maksimal mengandung 5-15% spermatozoa yang abnormal. Abnormalitas
spermatozoa bisa disebabkan oleh kejutan dingin atau panas, ketidakseimbangan
nutrisi, dan endokrin (Arifiantini et al. 2005b), atau dapat juga akibat frekuensi
ejakulasi yang tinggi (Oyeyemi et al. 2000).
Beberapa perbedaan nilai hasil penelitian disebabkan berbagai faktor seperti
individu ternak, umur, musim, nutrisi, rumpun, frekuensi ejakulasi, libido, dan
kondisi ternak itu sendiri terutama teknik koleksi semen yang dilakukan. Roca et
al. (2006) berpendapat bahwa semen segar yang memiliki konsentrasi dan
motilitas tinggi dengan morfologi normal merupakan pilihan yang tepat untuk
diproses menjadi semen beku. Terlebih semen domba dan kambing dapat dibuat
menjadi semen beku dengan tingkat ketahanan yang baik (Dally et al. 2000).
Motilitas Semen Beku Domba Jonggol Pada Pengencer Tris Kuning Telur A,
Tris Kuning Telur B dan Sitrat Kuning Telur
Persentase motilitas spermatozoa semen beku domba jonggol setelah
thawing menunjukkan bahwa pengencer TKT A dan TKT B pada domba A dan B
menunjukkan motilitas yang sama (p>0.05), keduanya lebih baik dibandingkan
pengencer SKT (Tabel 4). Berbeda dengan domba C yang menunjukkan motilitas
terbaik (p0.05).
Penurunan kualitas dari setelah pengenceran ke setelah ekuilibrasi mulai tinggi
sebesar 9.58%, dan penurunan yang paling tinggi terjadi dari setelah ekuilibrasi
ke setelah thawing yaitu sebesar 29.85% sehingga total penurunan dari semen
segar ke setelah thawing adalah 40.96% (Grafik 1).
50%
40,96%
40%

29,85%
30%
20%

9,58%
10%
1,53%
0%
SS-SP

SP-SE

SE-ST

SS-ST

Tahapan penurunan

Gambar 2 Grafik penurunan motilitas spermatozoa (%) domba jonggol pada pengencer sitrat dan
tris kuning telur. SS: semen segar, SP: setelah pengenceran, SE: setelah ekuilibrasi, ST:
setelah thawing.

Penurunan motilitas spermatozoa tanpa memperhatikan jenis pengencer dan
masing-masing individu domba, dari semen segar ke setelah thawing sebesar
40.96%. Nilai ini sama dengan yang dikemukakan oleh Parrish’s (2003) serta
Garner dan Hafez (2000) bahwa penurunan motilitas spermatozoa atau kerusakan
spermatozoa akibat pembekuan berkisar 40%. Penurunan ini juga lebih besar dari

10
domba garut yang hanya menurun sebesar 27.42% (Herdis et al. 2005). Nilai
penurunan spermatozoa inilah yang menjadi titik kritis kualitas semen beku
domba yang perlu dipelajari lebih dalam terutama penetapan standar baku yang
ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Kualitas semen beku domba jonggol dievaluasi lebih lanjut dari daya tahan
hidup spermatozoa atau longivitas spermatozoa yang diamati selama beberapa jam
dari jam ke-0 sampai mati. Longivitas atau daya tahan hidup adalah kemampuan
spermatozoa bertahan pada suhu tertentu. Longivitas spermatozoa setelah thawing
TKT A (7 jam) dan TKT B (7 jam) mempunyai longivitas yang sama (p>0.05),
keduanya lebih tinggi dari SKT (p0.05). Recovery rate antara 48.15±19.21% sampai 48.55±22.55%. Hasil ini
menunjukkan bahwa spermatozoa dari ketiga domba memiliki kemampuan
pemulihan spermatozoa setelah pembekuan yang sama. Berdasarkan hasil yang
terlihat bahwa koleksi semen menggunakan elektroejakulator jika digunakan
bahan pengencer yang tepat dengan teknik pembekuan yang baik mempunyai
kualitas semen beku yang sama baiknya dengan kualitas semen beku yang
dikoleksi menggunakan vagina buatan.

SIMPULAN
Simpulan
Kualitas semen domba jonggol yang dikoleksi menggunakan
elektroejakulator memiliki kualitas semen segar yang sangat baik. Sedangkan
pada evaluasi kualitas semen beku didapatkan bahwa motilitas dan longivitas
spermatozoa dalam pengencer TKT lebih baik dibandingkan dengan SKT. Selain
itu juga, ketiga domba jonggol memiliki recovery rate spermatozoa yang sama.

12

DAFTAR PUSTAKA
Ariantie OS, Yusuf TL, Dondin S, Arifiantini RI. 2014. Kualitas semen cair
kambing peranakan etawah dalam modifikasi pengencer tris dengan
trehalosa dan rafinosa. J Vet. 15(1):11-22.
Arifiantini RI, Yusuf TL, Indah O. 2005a. Kaji banding dua teknik pengemasan
menggunakan tiga macam pengencer untuk pembekuan semen sapi Friesian
Holstein (FH). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
52:366-376.
Arifiantini RI, Yusuf TL, Riyadi M. 2005b. Stimulasi bailey elektroejakulator
pada voltase yang berbeda terhadap volume semen dan konsentrasi
spermatozoa domba lokal. JITAA. 30(3):135-141.
Arifiantini RI, Yusuf TL, Graha N. 2005c. Longivitas dan recovery rate pasca
thawing semen beku sapi Friesiean Holstein (FH) menggunakan bahan
pengencer yang berbeda. Bul Pet. 29(2):53-61.
Arifiantini RI, Purwantara B. 2010. Motility and viability Friesian Holstein
spermatozoa in three different extender stored at 5 oC. JITAA. 35(4):222226.
Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor
(ID): IPB Pr.
Ax RL, Dally MR, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B,Bellin
ME. 2000. Semen evalution. In: Hafez B, Hafez ESE (Eds). Reproduction in
Farm Animals. 7th Ed. Philadelphia (US): Lippincott William & Wilkins.
365-375.
Bearden, Fuquay. 1997. Applied animals reproduction. 2nd Ed. Virginia (US):
Reston Publishing Company Inc. Aprentice-hall company Reston.
Campbell JR, Campbell KL, Kenealy MD. 2003. Artificial Insemination. In: Anim
Sci. 41th Ed. New York (US): McGraw-Hill.
Dally MR, Ax RL, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varmer DD, Hafez B, Bellin
ME. 2000. Semen evaluation. In: Reproduction in Farm, Animals. 7th Ed.
Hafez ESE. 1987. Philadelphia (US): Lea and Febiger.
Eriani K, Boediono A, Djuwita I, Sumarsono SH, Al-azhar. 2008. Development
of domestic cat embryo produced by preserved sperms. J Biosciences.
15:155-160.
El-alamy MA, Foote RH. 2001. Freezability of spermatozoa from finn and dorset
rams in multiple semen extenders. Anim Reprod Sci. 65:245-254.
Evans G, Maxwell WMC. 1987. Solomon’s artificial insemination of sheep and
goat. Butterworths (AUS).
Feradis MP, 1999. Penggunaan antioksidan dalam pengencer semen beku dan
metode sinkronisasi estrus pada program inseminasi buatan domba St. Corix
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Feradis MP. 2010. Bioteknologi Reproduksi Ternak. Bandung (ID): Alphabeta.

13
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. In: Hafez ESE,
Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th Ed. Philadelphia (US):
Lippincott Wiliams & Wilkins.
Gustari S. 2003. Pengujian daya tahan spermatozoa semen beku kambing dan
domba setelah thawing. J Sain Vet. XXI(1):60-63.
Herdiawan I. 2004. Pengaruh laju penurunan suhu dan jenis pengencer terhadap
kualitas semen beku domba Priangan. JITV. 9(2):98-107.
Herdis, Toelihere MR, Supriatna I, Purwantara B, Adikara RTS. 2003. Integritas
dan daya hidup spermatozoa pada pembekuan semen domba Garut (Ovis
aries) dengan pengencer dasar tris dan susu skim kuning telur. JSTI.
2(3):62-68.
Herdis, Rizal M, Boediono A, Arifiantini RI, Saili T, Aku AS, Yulnawati. 2005.
Optimasi kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan trehalosa
ke dalam pengencer kuning telur. JPPT. 30(4):229-236.
Herdis, Darmawan IW. 2013. Pengaruh maltose sebagai krioprotektan
ekstraseluler dalam meningkatkan kualitas semen beku guna mendukung
keberhasilan teknologi inseminasi buatan. J Sain Tek Ind. 14(3):197-202.
Kaya A, Aksoy M, Tekeli T. 2002. Influence of ejaculation frequency on sperm
characteristics, ionic composition and enzymatic activity of seminal plasma
in rams. Small Rum. Res. 44:153-158.
Leboeuf B, Restall B, Salamon S. 2000. Production and storage of goat semen for
artificial insemination. Anim Reprod Sci. 62:113 – 141.
Nalley WMM, Arifiantini RI. 2010. Penggunaan berbagai jenis kuning telur ayam
dalam pengencer tris terhadap kualitas semen cair domba local. Dalam:
Peranan Teknologi Reproduksi dalam Rangka Swasembada Pangan
Nasional. Prosiding Seminar Nasional; Bogor 6-7 Oktober 2010. Bogor
(ID): Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi,
dan Patologi, FKH IPB. 50-52.
Nazli CS. 2004. Kajian kualitas spermatozoa kucing asal epidydimis dan duktus
deferens setelah proses preservasi pada suhu 4 oC [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Oyeyemi MO, Akusu MO, Ola-Davies OE. 2000. Effect of successive
ejaculations on the spermiogram of West African dwarf goats (Capra hircus
L.). Veterinarski Arhiv. 70(4): 215-221.
Pamungkas FA, Batubara A, Anwar. Kriopreservasi spermatozoa kambing boer:
perbandingan dua bahan pengencer terhadap kualitas post-thawing dan
kemampuan fertilitasnya. JITV. 19(2):130-137.
Parrish’s J. 2003. Techniques in domestic animal reproduction – evaluation and
freezing of semen [Internet]. [diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada:
http://www.wisc.edu/ansci_repro.
Paulenz H, Soderquist L, Perez-Pe R, Berg KA. 2002. Effect of different
extenders and storage temperatures on sperm viability of liquid ram semen.
Theriogenology. 57(2):823-836.

14
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Bambang P, Situmorang P. 2002. Kualitas
semen beku domba Garut dalam berbagai dosis gliserol. JITV. 7(3):194-199.
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Bambang P, Situmorang P. 2003.
Kriopreservasi semen domba garut dalam pengencer tris dengan konsentrasi
laktosa yang berbeda. Media Kedok Hew. 7(3):194-199.
Roca J, Hernandez M, Cavajal G, Vazquez JM, Martinez EA. 2006. Factor
influencing boar sperm cryopsurvival. J Anim Sci. 84:2692-2699.
Salisbury GW, Vandemark NL. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan Pada Sapi. Djanuar R, penerjemah, editor. Yogyakarta (ID): UGM
Pr. Terjemahan dari: Physiology of Reproduction and Artificial
Insemination of Cattle.
Sorensen JAM. 1979. Laboratory manual for animal reproduction. 4th Ed. Boston
(US): American Press.
Stafford KJ. 1995. Electroejaculation: a welfare issue? Surveillance 22: 15-17.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Sumantri C, Eintiana A, Salamena JF, Inounu I. 2007. Keragaman dan hubungan
phylogenik antar domba lokal di Indonesia melalui pendekatan analisis
morfologi. JITV. 12(1):42-54.
Susilawati T. 2000. Teknologi Preservasi dan Kriopreservasi Spermatozoa dan
Ova [tesis]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Toelihere MR. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa.
Tatik Y, Siwitri K, Yanti F. 2007. Pengaruh pengencer kuning telur dengan air
kelapa dan lama penyimpanan terhadap kualitas semen kambing Nubian.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia 2(2).
Watson P. 1978. A Review of Techniques of semen collection in mammals. Symp
Zool Soc. 43: 97-126.
Yani A, Nuryadi, Pratiwi T. 2001. Pengaruh tingkat substitusi santan kelapa pada
pengencer tris dan waktu penyimpanan terhadap kualitas semen kambing
peranakan etawah (PE). J Biosain. 1(1):23-29.
Yildiz C, Kaya A, Aksoy M, Tekeli T. 2000. Influence of sugar supplementation
of the extender on motility, viability, and acrosomal integrity of dog
spermatozoa during freezing. Theriogenology. 54:579-585.
Yuliyanti F. 2001. Pengaruh berbagai media pengencer terhadap kualitas semen
kalkun lokal [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kualitas semen segar domba jonggol
Descriptives
N

Mean

Std.

Std.

95% Confidence

Minimu

Maxi

Deviati

Error

Interval for Mean

m

mum

on

Lower

Upper

Bound

Bound

Domba A

3

,7333

,22546

,13017

,1733

1,2934

,50

,95

Domba B

3

,7500

,31225

,18028

-,0257

1,5257

,40

1,00

Domba C

3

,7667

,02887

,01667

,6950

,8384

,75

,80

Total

9

,7500

,19365

,06455

,6011

,8989

,40

1,00

Domba A

3

6,5000

,17321

,10000

6,0697

6,9303

6,40

6,70

Domba B

3

6,6000

,34641

,20000

5,7395

7,4605

6,40

7,00

Domba C

3

6,7000

,30000

,17321

5,9548

7,4452

6,40

7,00

Total

9

6,6000

,25981

,08660

6,4003

6,7997

6,40

7,00

3

4047,000

1581,3

913,000

118,678

7975,321

0

6239

00

1

9

4902,333

324,52

187,364

4096,16

5708,497

3

478

47

91

6

4193,333

1020,6

589,274

1657,88

6728,776

3

5339

51

98

9

4380,888

1033,8

344,625

3586,18

5175,596

9

7638

46

12

6

76,6667

2,8867

1,66667

69,4956

83,8378

75,00 80,00

2,88675

67,5793

92,4207

75,00 85,00

1,66667

69,4956

83,8378

75,00 80,00

1,21081

74,9857

80,5699

75,00 85,00

2,61040

68,0150

90,4783

75,00 84,00

1,27079

79,1022

90,0378

82,71 87,00

2,89041

70,3303

95,2031

77,00 86,00

1,41756

78,9256

85,4633

75,00 87,00

Volume

pH

2221,0 4960,

Domba A
3

0

00

4682,0 5275,

Domba B
Konsentrasi_Sp
erma

3

0

00

3040,0 4980,

Domba C
9

0

00

2221,0 5275,

Total
3

0

00

Domba A
5
3

80,0000

5,0000

Domba B
Motilitas_Sper

0

matozoa

3

76,6667

2,8867

Domba C
5
9

77,7778

3,6324

Total
2
3

79,2467

4,5213

Domba A
4
3

84,5700

2,2010

Domba B
Spermatozoa_

7

Hidup

3

82,7667

5,0063

Domba C
3
9

82,1944

4,2526

Total
7

16
Domba A

3

3,6333

,65064

,37565

2,0171

5,2496

3,00

4,30

Abnormalitas_S Domba B

3

3,4000

,80000

,46188

1,4127

5,3873

2,60

4,20

permatozoa

Domba C

3

3,3667

,66583

,38442

1,7126

5,0207

2,80

4,10

Total

9

3,4667

,62650

,20883

2,9851

3,9482

2,60

4,30

Lampiran 2 Persentase motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) semen
beku domba jonggol
DOMBA A
Descriptives
N

Mean

Std.

Std.

95% Confidence

Minim

Maxim

Deviati

Error

Interval for Mean

um

um

on

TKT A

TKT B

3

46,3900 15,864 9,1591

Upper

Bound

Bound

6,9813

85,7987

30,00

61,67

20,7345

70,9321

40,00

57,50

20,2767 13,566 7,8324 -13,4237

53,9770

6,25

33,33

24,1559

50,8441

6,25

61,67

11,7548

42,7385

21,95

34,12

10,2841

52,0293

21,52

36,95

7,3386

38,7547

18,46

30,26

21,7307

32,5693

18,46

36,95

15
3

Lower

7

45,8333 10,103 5,8333
63

3

Motilitas
SKT

Total

TKT A

TKT B

3

21
9

6

37,5000 17,359 5,7866
99

3

6

27,2467 6,2363 3,6005
2

3

4

31,1567 8,4023 4,8511
6

0

Viabilitas
SKT

Total

3

23,0467 6,3233 3,6507
3

9

8

27,1500 7,0502 2,3500
8

9

DOMBA B
Descriptives
N

Mean

Std.

Std.

95% Confidence

Minim

Maxim

Deviati

Error

Interval for Mean

um

um

31,67

53,75

on

Motilitas

1

3

42,2233 11,072 6,3925
13

0

Lower

Upper

Bound

Bound

14,7186

69,7280

17
2

3

Total

1

2

3

44,1667 7,2168 4,1666

26,2389

62,0944

40,00

52,50

27,5000 18,874 10,897 -19,3871

74,3871

10,00

47,50

27,2288

48,6978

10,00

53,75

7,7617

38,0916

15,91

27,02

18,5104

42,4029

25,42

35,00

14,6662

28,8272

18,62

24,20

20,5696

29,5171

15,91

35,00

8
3

59
9

7

25

37,9633 13,965 4,6550
05

3

2

22,9267 6,1047 3,5245
1

3

5

30,4567 4,8090 2,7764
2

9

Viabilitas
3

Total

3

21,7467 2,8502 1,6456
9

9

1

25,0433 5,8201 1,9400
6

5

DOMBA C
Descriptives
N

Mean

Std.

Std.

95% Confidence

Minim

Maxim

Deviati

Error

Interval for Mean

um

um

on

1
2
Motilitas
3

Total

1

2

Lower

Upper

Bound

Bound

3

50,5567 ,96417 ,55667

48,1615

52,9518

50,00

51,67

3

38,3333 10,103 5,8333

13,2345

63,4321

27,50

47,50

13,4257

25,1876

16,67

21,25

24,8432

47,2879

16,67

51,67

18,4750

70,9650

32,65

52,29

-1,9553

65,5353

16,11

40,00

14,0138

35,9196

21,44

29,91

24,2745

43,3766

16,11

52,29

63
3

19,3067 2,3674 1,3668
1

9

8

44,7200 10,565 6,0997
03

3

3

36,0656 14,599 4,8665
75

3

3

2

31,7900 13,584 7,8429
32

1

Viabilitas
3

Total

3

24,9667 4,4091 2,5456
3

9

1

33,8256 12,425 4,1418
40

0

18
Lampiran 3 Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses
pembekuan
Descriptives
N

Mea

Std.

Std.

95% Confidence

Mi

Ma

Betwe

n

Devi

Error

Interval for Mean

ni

xim

en-

ation

Lower

Upper

mu um

Comp

Bound

Bound

m

onent
Varian
ce

8

75,0

3,77

1,33

000

964

631

78,7

2,31

,818

500

455

32

75,0

4,62

1,63

000

910

663

76,2

3,97

,810

500

000

37

Fixed

3,70

,755

Effects

006

27

Domba A

8

Domba B

8

Domba C
Post_Penge
nceran

24

Total

71,8401

78,1599 70, 80,
00

76,8150

80,6850 75, 80,
00

71,1300

00

78,8700 70, 80,
00

74,5736

00

00

77,9264 70, 80,
00

74,6793

77,8207

70,8717

81,6283

00

Model
Random

1,25

Effects

000
8

65,0

5,34

1,88

000

522

982

68,7

6,40

2,26

500

870

582

66,2

5,82

2,05

500

482

939

66,6

5,83

1,19

667

592

125

Fixed

5,87

1,19

Effect

570

937

Domba A

8

Domba B

8

Domba C

24

Post_Ekuilib Total
ras

2,9761
9

60,5313

69,4687 55, 70,
00

63,3922

74,1078 60, 75,
00

61,3803

00

71,1197 60, 75,
00

64,2024

00

00

69,1310 55, 75,
00

00

64,1724

69,1609

1,19

61,5062

71,8271

-

a

a

a

,66964

18,5

6,55

21,6948

875 3152

188

37,7

14,9

5,27

088 0693

039

s
Model

Rando
m

937

Effect
s
Domba A

8

37,1

52,6802 6,2 61,
5

67

PTM
Domba B

8

25,2462

50,1713 10, 53,
00

75

19
8

15,5

5,48

738 2789

994

36,8

15,6

3,20

233 9695

413

Fixed

16,3

3,34

Effect

9867

736

Domba C

24

Total

35,5

22,5921

48,5554 16, 51,
67

30,1951

67

43,4516 6,2 61,
5

67

29,8621

43,7846

3,34

22,4208

51,2259

-

a

a

a

32,375

s
Model

Rando
m

736

Effect

53

s
a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this
random effects measure.

Lampiran 4 Longivitas spermatozoa post thawing semen domba jonggol pada
tiap jam pengamatan
Descriptives
N

TKT100

Std.

Std.

95% Confidence

Minim

Maxim

Deviation

Error

Interval for Mean

um

um

Lower

Upper

Bound

Bound

0

9

46,3900

10,33533

3,44511

38,4456

54,3344

30,00

61,67

1

9

35,6011

10,50588

3,50196

27,5256

43,6766

17,50

50,