Kualitas semen beku kambing peranakan etawah menggunakan modifikasi pengencer tris soya dan tris kuning telur

KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN
ETAWAH MENGGUNAKAN MODIFIKASI PENGENCER
TRIS SOYA DAN TRIS KUNING TELUR

BACHTIARI HARY PRAVITASARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Semen Beku
Kambing Peranakan Etawah Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris Soya Dan
Tris Kuning Telur adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Bachtiari Hary Pravitasari
NIM B04080128

ABSTRAK
BACHTIARI HARY PRAVITASARI. Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan
Etawah Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris Soya Dan Tris Kuning Telur.
Dibimbing oleh TUTY LASWARDI YUSUF.
Reproduksi kambing di Indonesia sebagian besar berlangsung secara kawin
alam, sedangkan Inseminasi Buatan (IB) masih terbatas. Tingkat keberhasilan IB
pada kambing masih rendah karena beberapa faktor, salah satu yang telah
diidentifikasi adalah rendahnya kualitas pengencer. Tris Kuning Telur (TKT) dan
AndroMed® telah banyak digunakan untuk pengencer semen beku pada kambing.
Pengaruh Tris Soya (TS) yang memiliki lesitin nabati belum banyak diketahui dan
penelitian mengenai gambaran efek pengencer TS terhadap kualitas spermatozoa
masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan
pengencer TKT, AndroMed® dan TS terhadap motilitas dan viabilitas
spermatozoa sebelum dan sesudah proses pembekuan semen kambing. Semen
dikoleksi dari tiga kambing Peranakan Etawah dewasa kelamin yang dilakukan

dua kali seminggu, masing-masing sampel semen dibagi menjadi tiga tabung
kemudian dicampur dengan TKT, AndroMed® atau TS sebelum dilakukan proses
pembekuan. Motilitas dan viabilitas spermatozoa dievaluasi secara makroskopik
sebelum pembekuan dan mikroskopis sebelum dan setelah pembekuan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa TKT dan AndroMed® menunjukkan persentase
motilitas spermatozoa yang tinggi (68.52 ± 0,64% dan 68,71 ± 1,95%)
dibandingkan TS (37,03 ± 4,25%). Viabilitas spermatozoa juga lebih tinggi pada
TKT dan AndroMed® (73,45 ± 1,52% dan 73,94 ± 1,31%) dibandingkan TS
(46.76 ± 4,76%). Simpulan dari penelitian ini adalah TKT dan AndroMed®
merupakan pengencer yang lebih baik untuk melindungi spermatozoa kambing
dibandingkan TS.
Kata kunci: AndroMed®, kambing Peranakan Etawah, semen beku, Tris Kuning
Telur, Tris Soya.

ABSTRACT
BACHTIARI HARY PRAVITASARI. Frozen Semen Quality of Etawah
Crossbreed Using Modified Extender Tris Soya and Tris Egg Yolk. Supervised by
TUTY LASWARDI YUSUF.
Reproduction of goats in Indonesia mostly managed by natural mating,
while the Artificial Insemination (AI) has been limited. The success rate of AI in

goats has been low because of some factors, one of those has been identified as
the low quality of extender. Tris Egg Yolk (TEY) and AndroMed® have been
widely used for extenders of frozen semen in goats. Effect of Tris Soya (TS) that
have lesitin nabati and studies to describe the profiles of each extenders to the
sperm quality have been quite limited. The aim of this study was to compare TEY,
AndroMed® and TS extenders on sperm motility and viability before and after

freezing of goats semen. Semen was collected from three sexually mature Etawah
Crossbreed goats twice a week, each semen sample was divided into three tubes to
be mixed with TEY, AndroMed® or TS before those got frozen. Sperm motility
and viability were evaluated macroscopically before freezing and microscopically
before and after freezing. The result of this study revealed that TEY and
AndroMed® gave higher sperm motiliy (68.52±0.64% and 68.71±1.95%) than TS
(37.03±4.25%). The viability of sperm was also higher in TEY and AndroMed®
(73.45±1.52% and 73.94±1.31%) compared TS (46.76±4.76%). It was concluded
that TEY and AndroMed® were better extenders to protect goats sperm compared
TS.
Key words: AndroMed®, Etawah Crossbreed, frozen semen, Tris Egg Yolk, Tris
Soya.


© Hak cipta milik IPB, tahun 2013
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN
ETAWAH MENGGUNAKAN MODIFIKASI PENGENCER
TRIS SOYA DAN TRIS KUNING TELUR

BACHTIARI HARY PRAVITASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan Etawah Menggunakan
Modifikasi Pengencer Tris Soya Dan Tris Kuning Telur
Nama
: Bachtiari Hary Pravitasari
NIM
: B04080128

Disetujui oleh

Prof. Dr. drh. Tuty Laswardi Yusuf, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Kualitas Semen Beku
Kambing Peranakan Etawah Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris Soya Dan
Tris Kuning Telur ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. drh. Tuty L Yusuf, MS
selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, nasihat dan kesabaran
yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi, Prof. Dr. Dra. R Iis
Arifiantini, MSi atas bimbingan selama penelitian dan Dr. Nastiti Kusumorini
selaku dosen pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada keluarga tercinta ayah Moch. Hariyono, S.Sos, M.Si dan ibu Chustin
Andarwati, S.Pd, mas Vian, dek Aca atas segala doa dan kasih sayang kepada
penulis; my little angel Nugrah; teman-teman penelitian kak Ocha, Putra, Azmi;
Ayu, Zani, Keisya, Fathia dan teman-teman Avenzoar dan semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Bachtiari Hary Pravitasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


1

Hipotesa

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Bahan Pengencer Semen Beku

2

Tris Kuning Telur

2

Tris Soya


3

Krioprotektan Gliserol

3

MATERI DAN METODE

3

Tempat dan Waktu Penelitian

3

Hewan Percobaan

4

Alat dan Bahan


4

Persiapan Media dan Metode Pembuatan Pengencer

4

Koleksi Semen dengan Vagina Buatan

6

Evaluasi Semen Segar

6

Pengolahan Semen Beku

6

Evaluasi Semen Beku


7

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Evaluasi Semen Segar

7

Evaluasi Semen Beku

8

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

RIWAYAT HIDUP

13

DAFTAR TABEL
1 Komposisi Bahan Pengencer Semen
2 Evaluasi Semen Segar
3 Motilitas dan Spermatozoa Hidup (%) Semen Kambing Peranakan
Etawah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

5
8
9

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Secara umum komoditas kambing terdistribusi di berbagai provinsi di
seluruh wilayah Indonesia terutama di Jawa Tengah. Populasi kambing di
Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan hanya sebesar 5%. Tahun 2010
tercatat jumlah kambing di Indonesia adalah 16.620.000 ekor (Kementrian
Pertanian RI 2011) dan jumlah ini dikhawatirkan akan menurun baik kualitas
maupun kuantitasnya disebabkan oleh penggunaan kambing sebagai hewan
konsumsi. Kepentingan kambing di masyarakat adalah sebagai penghasil daging
dan susu.
Selama ini pengembangbiakan kambing berlangsung secara alami,
meskipun progam Inseminasi Buatan (IB) telah dikembangkan namun belum
banyak digunakan di masyarakat. Tingkat keberhasilan IB pada kambing masih
rendah karena beberapa faktor, salah satu yang telah diidentifikasi adalah
rendahnya kualitas pengencer. Teknik IB dapat menggunakan semen cair maupun
semen beku. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa faktor
pengencer pada semen cair dan semen beku masih belum optimal dan
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Pengencer semen yang telah dikenal untuk semen kambing adalah Tris
Kuning Telur (TKT) dan sudah dikembangkan pengencer komersial seperti
AndroMed® (Minitüb Abfüll- und Labortechnik GmbH & Co. KG, Tiefenbach,
Germany), Biociphos PlusÒ® (IMV Technologies, L’Aigle, French) dan Bioxcell®
(IMV Technologies, L’Aigle, French). Tris Soya (TS) merupakan pengencer tanpa
kuning telur yang belum banyak dikembangkan karena peranannya terhadap
perlindungan spermatozoa masih perlu diteliti. Dalam penelitian ini diharapkan
dapat mengembangkan TS sebagai pengencer semen beku kambing Peranakan
Etawah (PE).

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh pengencer TS
terhadap kualitas semen beku kambing PE (persentase motilitas dan persentase
spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi dan setelah thawing) dan membandingkan
kualitas spermatozoa dengan menggunakan pengencer TKT, TS dan AndroMed®
dalam pembekuan semen kambing PE (persentase motilitas dan persentase
spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi dan setelah thawing).

2
Hipotesa
Motilitas dan persentase spermatozoa hidup pada pengencer TS sama
dengan pengencer TKT dan AndroMed® pada semen kambing PE.

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Pengencar Semen Beku
Pembekuan semen (kriopreservasi) merupakan usaha untuk menjamin daya
tahan sperma dalam waktu yang lama melalui proses pengolahan, pengawetan,
dan penyimpanan semen sehingga dapat digunakan pada suatu waktu sesuai
kebutuhan (Graha 2005). Bahan pengencer semen beku pada kambing Peranakan
Etawah yang telah dikembangkan adalah pengencer Tris Sitrat (Kostaman et al.
2000), pengencer dengan bahan dasar susu skim, sodium sitrat, laktosa atau
larutan garam fisiologis (Werdhany 1999), Tris Fruktosa (Azawi et al. 1993) dan
Skim Kuning Telur (Susilowati dan Tatik 2001). Pengencer Tris dikenal
mempunyai hasil yang baik terhadap keberhasilan pembekuan semen. Hal ini
telah dijelaskan oleh Tambing et al. (2001) bahwa kelebihan dari pengencer
dengan bahan dasar Tris Sitrat Fruktosa dengan motilitas post thawing sebesar
68.43%, terletak pada kapasitas penyangga yang baik dan mempertahankan
osmolaritas semen. Penggunaan krioprotektan gliserol berkisar antara 5-7%
(Tambing et al. 2000) sehingga dapat melindungi sel sperma terhadap proses
pembekuan.

Tris Kuning Telur
Pengencer Tris merupakan larutan penyangga (buffer), yang mengandung
asam sitrat dan fruktosa. Selain itu, pengencer Tris mempunyai kemampuan dalam
mempertahankan motilitas spermatozoa yang lebih tinggi karena pengencer Tris
lebih banyak mengandung zat-zat makanan, antara lain fruktosa dan asam sitrat
yang dapat dipanaskan sebagai buffer dan meningkatkan aktifitas spermatozoa
(Hoesni 1997). Komponen kuning telur yang bertanggung jawab sebagai agen
krioprotektan adalah lesitin, fosfolipid, ekstrak lipid, fraksi lipoprotein dan
lipoprotein spesifik (Vishwanath dan Shannon 2000). Dosis kuning telur yang
digunakan sangat bervariasi misal pengenceran semen sapi 15-3-% v/v
(Vishwanath dan Shannon 2000), semen kambing 10-25% (Deka dan Rao 1986,
Tredjo et al. 1996) dan semen domba 1.5-3% (Salamon dan Maxwell 1995).

3
Tris Soya
Pengencer Tris Soya sudah dikembangkan oleh beberapa peneliti, namun
keberhasilannya masih rendah dibandingkan dengan AndroMed® dan Tris Kuning
Telur. Khasiat utama kacang kedelai adalah kandungan lesitin
(phosphatidilcholin) yang dapat bersifat melapisi membran untuk tetap
mempertahankan konfigurasi normal phospolipid bilayer yang merupakan
susunan utama membran sel spermatozoa. Lesitin yang berasal dari kacang
kedelai merupakan pilihan yang tepat untuk sumber lesitin bahan pengencer
semen di masa datang (Aires et al. 2003).
AndroMed® adalah pengencer semen komersial yang tidak mengandung
kuning telur didalamnya sehingga tidak terkontaminasi mikroorganisme yang
berasal dari kuning telur dan dapat mencegah terjadinya penularan bibit penyakit
yang mungkin terdapat di dalam kuning telur. Konsentrasi 20% AndroMed®
merupakan dosis yang digunakan dalam proses kriopreservasi spermatozoa
epididimis domba (M Surachman et al. 2006).

Krioprotektan Gliserol
Penambahan krioprotektan seperti gliserol merupakan salah satu alternatif
untuk mengatasi rendahnya kualitas semen beku kambing. Peranan gliserol sangat
penting dalam melindungi sel selama proses pembekuan. Rendahnya suhu
pembekuan menyebabkan terjadinya kristal es yang dapat merusak struktur
membran plasma. Selain dapat melindungi sel pada saat pembekuan,
krioprotektan juga bersifat toksik terhadap sel terutama pada saat ekuilibrasi dan
setelah thawing. Gliserol berperan mencegah pengumpulan molekul H2O dan
mencegah kristalisasi es pada daerah titik beku larutan (Mazur 1980). Konsentrasi
gliserol dalam pengencer Tris semen kambing yang optimal adalah sekitar 6%
(Sinha et al. 1992, Tambing et al. 2000).

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR),
Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penampungan semen dilakukan di Koperasi Kambing Perah, Cikarawang, Bogor.
Waktu penelitian pada bulan Mei – Agustus 2011.

4
Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan adalah tiga ekor kambing Peranakan Etawah (PE)
jantan dewasa, umur berkisar antara 2-3.5 tahun dengan berat badan antara 65-95
kg. Memiliki konsentrasi sperma 2500 juta/ml, motilitas sperma lebih dari 70%
dan abnormalitas tidak lebih dari 10%.
Kambing yang digunakan ditempatkan dalam kandang individu yang
dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Pakan yang diberikan berupa hijauan
rumput gajah segar sebanyak 20% per bobot badan dan konsentrat sebanyak 10%
dari pakan rumput, serta air minum yang diberikan secara ad libitum.

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah satu unit vagina buatan, mikroskop
binokuler (Olympus CH 20), sentrifuse, peralatan evaluasi pengencer semen yaitu
mikropipet 10 µL dan 1000 µL, gelas objek, gelas penutup, heating table, pH
paper, pipet ukur, kamar hitung Neubauer, dan mini straw dan container N2 cair.
Bahan yang digunakan adalah :
Bahan pengencer: (1) Tris (hydroxymethyl aminomethane) (Merck KgaA,
Darmstadt, Germany), asam sitrat monohidrat (Merck KgaA, Darmstadt,
Germany), (2) susu kedelai (PT. Melilea internasional Indonesia), (3) AndroMed®
(Minitüb Abfüll- und Labortechnik GmbH & Co. KG, Tiefenbach, Germany).
Bahan sekali pakai: NaCl Fisiologis 0,9% (Pharmaceutical Indonesia),
Gliserol (Sigma Chemical Co., St. Louis, MO, USA), antibiotik streptomisin dan
penisilin (Pharmaceutical Indonesia), pewarna Eosin-Negrosin (Merck KgaA,
Darmstadt, Germany), aquadest, KY Jelly dan alkohol.

Persiapan Media dan Metode Pembuatan Pengencer

Buffer Tris
Bahan utama: Tris (hydroxymethyl aminomethane) sebanyak 2.98 g, asam
sitrat monohidrat 1.65 g dan D-fruktosa 2 g. Pengencer Tris dibuat dengan cara
melarutkan bahan utama dalam 100 ml aquadest (Tabel 1).

Pengencer Tris Soya (TS)
Pengencer TS dibuat dengan cara mencampurkan susu kedelai (Melilea®)
1.25 g dalam 50 ml buffer Tris sehingga dihasilkan pengencer TS dengan
konsentrasi 2.5% (Tabel 1). Pengencer kemudian disentrifugasi. Supernatan

5
diambil sebanyak 9.6 ml dan ditambahkan gliserol sebanyak 0.4 ml (perbandingan
pengencer dan gliserol adalah 96 : 4), dihomogenkan kemudian ditambahkan
antibiotika lalu siap digunakan sebagai pengencer. Panambahan antibiotika
ditujukan agar tidak terjadi cemaran mikroba di dalam bahan pengencer.

Pengencer Tris Kuning Telur (TKT)
Pengencer TKT dibuat dengan mencampurkan 8 ml kuning telur dengan 32
ml buffer Tris (perbandingan kuning telur dan buffer Tris adalah 20 : 80) (Tabel
1). Kemudian disentrifugasi. Supernatan diambil sebanyak 9.6 ml dan
ditambahkan gliserol sebanyak 0.4 ml (perbandingan pengencer dan gliserol
adalah 96 : 4), dihomogenkan kemudian ditambahkan antibiotika lalu siap
digunakan sebagai pengencer. Panambahan antibiotika ditujukan agar tidak terjadi
cemaran mikroba di dalam bahan pengencer.
Pengencer AndroMed®
Pengencer AndroMed® dibuat dengan cara mencampurkan 2 ml AndroMed®
dengan 8 ml aquadest kemudian dihomogenkan. Pada pengencer AndroMed®
tidak perlu ditambahkan antibiotika karena telah terdapat campuran antibiotika di
dalamnya (Tabel 1).
Tabel 1 Komposisi Bahan Pengencer Semen
Komposisi
Tris buffer
Tris (hydroxymethyl aminomethane) (g)
Asam sitrat monohidrat (g)
D-fruktosa (g)
Soya (g)
Aquadest (mL)
Kuning Telur (%)
Gliserol (%)
AndroMed® (mL)
Antibiotika
Penisillin (IU/mL)
Streptomisin (mg/mL)

TKT

Pengencer
TS

AndroMed®

2.98
1.65
2
100
20
4
-

2.98
1.65
2
2.5
100
4
-

80
20

1000
1

1000
1

-

Keterangan: TKT (Tris Kuning Telur), TS (Tris Soya)

6
Koleksi Semen dengan Vagina Buatan
Vagina buatan disiapkan dengan tabung penampung. Suhu vagina buatan
disesuaikan hingga mencapai 39-42⁰C. Penampungan semen dilakukan dengan
vagina buatan yang diberi pelicin (KY Jelly) menggunakan betina pemancing.
Ejakulasi ditandai dengan adanya dorongan dari pejantan pada saat menaiki betina.
Penampungan dilakukan dua kali seminggu.

Evaluasi Semen Segar
Sebelum dilakukan pengenceran, semen terlebih dahulu dievaluasi secara
makroskopis dan mikroskopis.
Secara makroskopis diamati terhadap:
1. Warna dibedakan berdasarkan warna krem, putih susu, atau kuning transparan.
2. Volume dapat dilihat langsung dari skala tabung (cc).
3. Konsistensi merupakan tingkat kekentalan semen.
4. pH diketahui dengan indikator pH (pH paper).
Secara mikroskopis diamati:
1. Motilitas dinilai berdasarkan banyak sedikitnya sperma yang bergerak dan
dinilai dalam persentase (0-100%).
2. Jumlah spermatozoa hidup, menggunakan pewarnaan Eosin-Negrosin.
Spermatozoa yang hidup akan berwarna transparan sedangkan spermatozoa
mati berwarna merah. Presentase spermatozoa hidup adalah jumlah
spermatozoa hidup dibagi dengan jumlah dari spermatozoa hidup dan mati
dikalikan 100% dihitung dari 200 spermatozoa.
3. Konsentrasi spermatozoa, merupakan jumlah spermatozoa per mililiter semen.
Perhitungan konsentrasi spermatozoa menggunakan kamar hitung (Neubauer)
berdasarkan jumlah spermatozoa dari lima kotak kecil x 107.

Pengolahan Semen Beku
Semen yang telah ditampung masing-masing dibagi ke dalam tiga tabung
dan dicampur dengan pengencer TKT, TS 2.5% dan AndroMed®. Semen yang
telah diencerkan dikemas dalam straw (0.25 mL) dengan konsentrasi spermatozoa
100x106. Kemudian diekuilibrasi selama 3 jam kemudian dibekukan dalam uap N2
cair selama 10 menit dan disimpan dalam kontainer berisi N2 cair -196⁰C.

7
Evaluasi Semen Beku
Evaluasi semen dilakukan setelah thawing untuk mengamati motilitas dan
persentase spermatozoa hidup (viabilitas). Motilitas spermatozoa dievaluasi pada
saat semen segar, setelah penambahan pengencer, setelah ekuilibrasi dan setalah
thawing. Presentase spermatozoa hidup di evaluasi pada saat semen segar dan
setelah thawing.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) menggunakan tiga ekor kambing dengan tiga kali ulangan. Data yang
didapat diolah menggunakan uji Anova dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan
dengan uji Duncans.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Semen Segar
Hasil evaluasi pada semen segar, secara makroskopis didapatkan hasil
rataan dari ketiga kambing yang digunakan memiliki volume 1.21±0.33 ml, warna
semen krem, pH 6.60±0.15, dan konsistensi kental. Sedangkan secara mikroskopis
didapatkan konsentrasi spermatozoa 3088.89±639.10x106 sel/mL, motilitas
78.33±1.67%, spermatozoa hidup 83.26±3.01%, serta morfologi normal dan
abnormal masing-masing 95.75±2.48% dan 4.25±2.48% (Tabel 2).
Semen tersebut termasuk dalam kualitas cukup baik dan dapat digunakan
untuk pengolahan semen beku, dimana hasilnya termasuk di dalam syarat
fisiologis normal. Tambing et al. (2000) mendapatkan konsentrasi spermatozoa
pada kambing PE sebesar 2801.43±438.79x106 sel/mL, dengan syarat semen segar
yang akan dibekukan yaitu minimal persentase motilitas 70%, konsentrasi 2x109
sel/mL, gerakan massa ++/+++, persentase hidup minimal 80% dan persentase
abnormal tidak lebih dari 15%.
Motilitas yang didapat cenderung sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Winarto dan Isnaini (2008) dan Yusuf et al. (2005) yaitu berturut-turut
79±0.03% dan 77.50±1.35%, namun lebih tinggi dari motilitas yang didapat oleh
Kostaman dan Sutama (2007) yaitu 64.00±11.41%. Perbedaan motilitas
spermatozoa tergantung faktor lingkungan, pakan dan genetik.

8
Tabel 2 Evaluasi Semen Segar
Evaluasi
Volume (mL)
Warna
pH
Konsistensi
Konsentrasi (sel/mL)
Motilitas (%)
Spermatozoa hidup (%)
Morfologi
Normal (%)
Abnormal (%)

Hasil
1.21±0.33
Krem
6.60±0.15
Kental
3088.89±639.10x106
78.33±1.67
83.26±3.01
95.75±2.48
4.25±2.48

Evaluasi Semen Beku

Motilitas Progresif
Motilitas spermatozoa yang didapat pada semen segar sebelum pembekuan
adalah 78.33±1.67% pada semua pengencer TKT, TS, dan AndroMed®. Setelah
pengenceran, motilitas spermatozoa tidak mengalami penurunan. Bahan
pengencer memiliki peran utama dalam pembekuan semen yaitu sebagai sumber
nutrisi, bahan penyangga, serta mempertahankan tekanan osmotik dan
keseimbangan elektrolit, sehingga kualitas semen dapat dipertahankan tetap tinggi
dan kemungkinan adanya kerusakan spermatozoa dikurangi.
Setelah semen mengalami proses ekuilibrasi selama tiga jam, lalu diamati
kembali motilitasnya. Pada pengencer TKT, motilitas semen yang didapatkan
75.00±2.89% yang menunjukkan adanya penurunan sebesar 3.3% jika
dibandingkan dengan motilitas semen pada saat setelah diencerkan. Pengencer TS
dan AndroMed® masing-masing adalah 68.89±2.55% dan 75.89±4.17%, terjadi
penurunan masing-masing sebesar 9.4% dan 2.4%.
Thawing dilakukan 24 jam setelah semen dibekukan, motilitas spermatozoa
yang telah diencerkan menggunakan pengencer TKT adalah 68.52±0.64% dengan
penurunan motilitas sebanyak 6.5% jika dibandingkan dengan motilitas setelah
ekuilibrasi. Demikian pula pada pengencer AndroMed® persentase motilitas
spermatozoa sebesar 68.71±1.95% terjadi penurunan sebesar 7.2%. Namun pada
penggunaan pengencer TS didapatkan motilitas sebesar 37.03±4.25% dengan
penurunan yang cukup besar yaitu 31.9% (Tabel 3). Perbedaan ini disebabkan
karena fungsi kuning telur dalam pengencer untuk menjaga motilitas spermatozoa
selama masa pembekuan. Fraksi Low Density Lipoprotein (LDL), khususnya
fosfolipid yang ada dalam kuning telur merupakan komponen yang efektif
melindungi spermatozoa terhadap pengaruh pendinginan cepat. Persentase kuning
telur yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20% dari jumlah pengencer
tidak menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa. Meskipun pada semen
kambing terdapat enzim fosfolipase A yang berasal dari kelenjar bulbourethralis
yang bersifat toksik terhadap spermatozoa (Tambing et al. 2001). Penggunaan

9
lesitin yang memiliki High Density Lipoprotein (HDL) dalam soya diperkirakan
lebih rendah dibandingkan kuning telur, sehingga dapat menghambat respirasi dan
motilitas spermatozoa (Moussa et al. 2002). Hasil penelitian Aku (2005)
didapatkan bahwa disamping lesitin, AndroMed® juga mengandung protein,
karbohidrat (fruktosa, glukosa dan maltosa), mineral (natrium, kalsium, kalium,
magnesium, klorida, fosfor dan mangan), asam sitrat, gliserol, lemak dan
gliserilfosforil kolin (GPC). Selanjutnya dilaporkan bahwa AndroMed®
mengandung lesitin yang cukup tinggi, yakni sebanyak 6.76 g/100 ml.
Tabel 3 Motilitas dan Spermatozoa Hidup (%) Semen Kambing Peranakan
Etawah Sebelum dan Sesudah Perlakuan
% Motilitas

% Hidup

Perlakuan
Setelah

TKT

TS

AndroMed®

TKT

TS

AndroMed®

Pengenceran

78.33±1.67aM

78.33±1.67aM

78.33±1.67aM

-

-

-

aM

aN

aM

Ekuilibrasi

75.00±2.89

Thawing

68.52±0.64aN

68.89±2.55

37.03±4.25iP

75.89±4.17

68.71±1.95aN

-

-

-

73.45±1.52a

46.76±4.76i

73.94±1.31a

Huruf vokal (a, i, u, e, o) berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama dan huruf konsonan (M, N, P, Q, R, S, T)
berbeda yang mengikuti angka pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P