Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pia Kacang Hijau Pada Usaha Kecil Menengah Papapia

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN
BAKU PIA KACANG HIJAU PADA USAHA KECIL
MENENGAH PAPAPIA

LENY ARYANI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sistem
Pengendalian Persedian Bahan Baku Pia Kacang Hijau Pada Usaha Kecil
Menengah Papapia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor,

September 2013

Leny Aryani
NIM H24114005

ABSTRAK
LENY ARYANI. Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pia
Kacang Hijau Pada Usaha Kecil Menengah PapaPia. Dibimbing oleh ABDUL
BASITH.
Sistem pengendalian persediaan ialah salah satu hal penting dalam suatu
perusahaan. Keseimbangan antara investasi persediaan dan pelayanan pelanggan
dapat dicapai dengan sistem manajemen persediaan yang baik. Manajemen
persediaan yang baik dapat membantu perusahaan untuk mengakomodir

permintaan pelanggan dan mendapatkan biaya persediaan yang rendah.Tujuan
dari penelitian ini adalah mengidentifikasi manajemen pengendalian persediaan
bahan baku di PapaPia, menganalisis bahan baku yang memiliki volume rupiah
tahunan tertinggi, menganalisis tingkat persediaan yang optimal bagi bahan baku
utama produk Papapia, dan menghitung total biaya persediaan yang optimal bagi
produk Papapia. Dari hasil analisis ABC disimpulkan dari sembilan bahan baku
produksi pia kacang hijau, kacang hijau, kotak kemasan dan gula pasir ialah bahan
baku yang masuk dalam kategori A dengan persentase 25.94%, 19.76%, dan
14.86%. Berdasarkan hasil analisis EOQ, total biaya persediaan kacang hijau
dapat dikurangi sebesar Rp 32.488, total biaya persediaan kotak kemasan dapat
dikurangi sebesar Rp 225, dan total biaya persediaan gula pasir dapat dikurangi
sebesar Rp 42.531.
Kata kunci :

Analisis ABC, Economic Order Quantity, sistem pengendalian
persediaan

ABSTRACT

Leny aryani. Analysis of Raw Material Inventory Control System Pia Green

Beans In Small and Medium Enterprises PapaPia. Supervised by ABDUL
BASITH.
Inventory control system is one of the important things in a company.
Balance between inventory investment and customer service can be achieved with
a good inventory management system. Good inventory management can help
company to accommodate customer demand and get lower inventory costs.
The purpose of this study is to identify the raw materials inventory control
management in PapaPia, analyzing raw materials that have the highest annual
rupiah volume, to analyze optimal inventory levels for raw materials Papapias
main products, and calculates the optimal total inventory cost for product Papapia.
Inferred from the results of the ABC analysis of nine raw materials pia
green beans, green beans, white sugar and packaging boxes are raw materials in
the category A with the percentage 25.94%, 19.76%, and 14.86%. Based on the
analysis of EOQ, total inventory cost of green beans can be reduced by Rp 32

488, the total cost of inventory can be reduced packaging box of Rp 225, and the
total inventory cost of sugar can be reduced by Rp 42 531.
Keywords: ABC analysis, Economic Order Quantity, system inventory control

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN

BAKU PIA KACANG HIJAU PADA USAHA KECIL
MENENGAH PAPAPIA

LENY ARYANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pia

Kacang Hijau Pada Usaha Kecil Menengah Papapia
Nama
: Leny Aryani
NIM
: H24114005

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Basith, MS
Pembimbing I

Diketahui Oleh

Dr Ir Jono M Munandar, Msc
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

rahmatNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa shalawat serta
salam penulis panjatkan bagi Nabi kita Muhammad SAW. Tema skripsi penulis
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Juli 2013 ini
ialah pengendalian persediaan, dengan judul Analisis Sistem Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Pia Kacang Hijau Pada Usaha Kecil Menengah PapaPia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Abdul Basith, MS
selaku pembimbing, serta Bapak/Ibu Penguji atas saran-sarannya. Selain itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Bayu Reza selaku pemilik UKM
PapaPia atas ketersediaan waktunya membantu penulis dalam pengumpulan data.
Terima kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua, keluarga, serta seluruh
teman-teman atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2013

Leny Aryani

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI


ix

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Definisi Persediaan

2

Fungsi dan Tujuan Persediaan

3

Jenis-Jenis Persediaan

3

Biaya Persediaan

4

Analisis ABC


4

Model-Model Persediaan

5

Sistem Permintaan Independen

5

Model Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity)

6

Model Kuantitas Pesanan Produksi

8

Model Diskon Kuantitas


9

Sistem Periode Tetap

9

Penelitian Terdahulu

10

METODE

11

Kerangka Pemikiran Penelitian

11

Metode

13

Lokasi dan Waktu Penelitian

13

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

13

Metode Pengolahan dan Analisis Data

13

Analisis ABC

13

Economic Order Quantity (EOQ)

14
ix

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Gambaran Umum Perusahaan

15

Proses Produksi

16

Perencanaan Bahan Baku

17

Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku

18

Perencanaan Produksi

18

Analisis ABC

19

Sumber : Data hasil olahan

20

Economic Order Quantity

20

Implikasi Manajerial

22

KESIMPULAN DAN SARAN

22

Kesimpulan

22

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

24

DAFTAR TABEL
1 Bahan baku papapia kacang hijau

17

2 Kebutuhan bahan baku pia kacang hijau

19

3 Analisis ABC bahan baku pia kacang hijau

20

4 Parameter EOQ periode Januari 2012-Januari 2013

21

5 Perbandingan hasil analisis EOQ dan asumsi perusahaan

21

DAFTAR GAMBAR
1 Representasi grafik analisis ABC ......................................................................... 5
2 Penggunaan persediaan dalam waktu tertentu ...................................................... 6
3 Kerangka pemikiran penelitian........................................................................... 11
4 Diagram alir penelitian ....................................................................................... 12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta aliran proses

24

2 Peta proses operasi

25

3 Rincian biaya pemesanan dan penyimpanan

27

4 Economic Order Quantity kacang hijau

29

5 Economic Order Quantity kotak kemasan

29

6 Economic Order Quantity gula pasir

29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
UKM memiliki campur tangan yang cukup besar terhadap pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Tambunan (2009), di negara maju, UKM
sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling
banyak tenaga kerja dibanding usaha besar, seperti pertumbuhan produk domestik
bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar.
PapaPia ialah salah satu UKM yang memproduksi pia dengan lima varian
rasa, diantaranya pia kacang hijau, pia coklat, pia keju, pia durian, dan pia kacang
merah. Menurut pemilik UKM PapaPia, pia kacang hijau memiliki penjualan yang
lebih tinggi dibandingkan pia dengan varian rasa lainnya. Ketidakjelasan
kuantitas pesanan dan periode pesanan menjadi penyebab utama sering terjadinya
rush order yang kemudian tidak dapat ditangani oleh pemasok.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), manajemen persediaan
(inventory control) atau disebut juga inventory management atau pengendalian
tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa
sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di
pihak lain investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal.
Manajemen persediaan ini dapat mengantisipasi lonjakan permintaan yang
mungkin akan terjadi, namun pemasok tidak dapat memenuhi permintaan akan
sumber daya yang dibutuhkan. Dengan bertujuan untuk mengantisipasi lonjakan
permintaan, tidak lantas mengharuskan perusahaan untuk memiliki persediaan
dalam jumlah yang besar, karena persediaan itu sendiri memiliki biaya khusus.
Semakin banyak persediaan yang terdapat dalam gudang, semakin tinggi biaya
yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, penulis berminat untuk menganalisis
sistem pengendalian persediaan bahan baku dan total biaya persediaan yang
optimal di PapaPia.

Perumusan Masalah
Berikut ini beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam
penelitian ini :
1. Bagaimana manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang sedang
berjalan di Papapia?
2. Bahan baku apa yang masuk dalam kategori volume rupiah tahunan tertinggi
menurut Analisis ABC?
3. Berapakah tingkat persediaan yang optimal bagi bahan baku dengan kategori
A pada analisis ABC?
4. Berapakah total biaya persediaan yang optimal bagi persediaan kacang hijau di
PapaPia?

2

Tujuan Penelitian
Penulis memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini,
antara lain :
1. Mengidentifikasi manajemen pengendalian persediaan bahan baku di Papapia.
2. Menganalisis bahan baku yang memiliki volume rupiah tahunan tertinggi.
3. Menganalisis tingkat persediaan yang optimal bagi bahan baku utama produk
Papapia.
4. Menghitung total biaya persediaan yang optimal bagi produk Papapia.

Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini memiliki manfaat, antara lain :
1. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam pengambilan kebijakan manajemen persediaan bahan baku.
2. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam
melakukan penelitian yang lebih mendalam.
3. Penulis berharap penelitian ini dapat membantu penulis mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapatkan dari bangku perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa ruang lingkup, diantaranya:
1. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat persediaan optimal dan
total biaya persediaan bagi salah satu produk di UKM PapaPia yaitu pia
kacang hijau.
2. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan terhitung dari bulan April-Juli
2013. Segala data yang berhubungan dengan produk merupakan data
primer yg bersumber dari pemilik UKM PapaPia.
3. Pada penelitian ini,analisis EOQ hanya digunakan untuk menganalisa
bahan baku yang berkategori A dalam analisis ABC.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Persediaan
Barang persediaan atau disebut inventory adalah barang yang biasanya dapat
dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat
penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi,

3

barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu
proyek (Indrajit dan Djokopranoto 2003).
Menurut Heizer dan Render (2010), Persediaan adalah salah satu aset
termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan
modal yang diinvestasikan. Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi
biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi dapat berhenti dan
pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak tersedia.
Menurut Prawirosentono (2007), terdapat beberapa faktor yang menentukan
besarnya persediaan yang harus disediakan, dimana faktor-faktor tersebut saling
bertautan satu sama lain. Faktor-faktor dominan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Perkiraan pemakaian bahan
2. Harga bahan
3. Biaya persediaan
4. Waktu menunggu pesanan (lead time)

Fungsi dan Tujuan Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara
investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan Render 2010).
Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), tujuan mengadakan
persediaan antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan normal.
2. Memenuhi kebutuhan mendadak.
3. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.
Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan dapat melayani beberapa
fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi
persediaan adalah sebagai berikut:
1. “Decouple”atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai
contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan
mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
2. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran.
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah
besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.
4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.
Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2010), untuk mengakomodasi fungsi-fungsi
persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan:
1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) telah dibeli, tetapi belum
diproses. Persediaan ini dapat digunkan untuk melakukan decouple
(memisahkan) pemasok dari proses produksi.

4

2. Persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory) adalah
komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses
perubahan, tetapi belum selesai.
3. MRO adalah persediaan-persediaan yang disediakan untuk persediaan
pemeliharaan, perbaikan, operasi (maintenance, repair, operating-MRO) yang
dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif.
4. Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu
pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan
pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.
Biaya Persediaan
Menurut Handoko (2008), biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar
antara 12% - 40% dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan-perusahaan
manufacturing biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar
25%. Biaya dalam sistem persediaan secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Biaya penyimpanan (holding cost)
2. Biaya pemesanan (order cost atau procurement cost)
3. Biaya penyiapan (setup cost)
4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan
semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah
biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya keusangan, biaya perhitungan
fisik dan konsiliasi laporan, biaya asuransi persediaan, biaya pajak persediaan,
biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan, biaya penanganan persediaan,
dan sebagainya.
Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan.
Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi, pemrosesan pesanan dan biaya
ekspedisi, upah, biaya telepon, pengeluaran surat-menyurat, biaya pengepakan
dan penimbangan, biaya pemeriksaan penerimaan, biaya pengiriman ke gudang,
biaya hutang lancar, dan sebagainya.

Analisis ABC
Menurut Heizer dan Render (2010), analisis ABC membagi persediaan yang
ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume dollar tahunan. Gagasannya
adalah untuk membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan
persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada yang
banyak yang tidak terlalu penting.

5

Untuk menentukan volume dollar tahunan dari analisis ABC, kita mengukur
permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya per unitnya.
Barang-barang kelas A adalah barang-barang yang volume dollar tahunannya
tinggi. Walaupun barang-barang ini mungkin hanya merepresentasikan 15% dari
barang-barang persediaan total, mereka merepresentasikan 70% sampai 80% dari
penggunaan uang secara keseluruhan. Barang-barang kelas B adalah barangbarang persediaan dengan volume dollar tahunan sedang. Barang-barang ini
mungkin merepresentasikan sekitar 30% dari barang-barang persediaan dan 15%
sampai 25% dari nilai total. Barang-barang dengan volume dollar tahunan yang
kecil adalah kelas C yang mungkin hanya merepresentasikan 5% dari volume
dollar tahunan, tetapi mereka mewakili 55% barang-barang persediaan total.
Secara grafik, dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
100
80
60
40

20
0
Barang A

Barang B

Barang C

Gambar 1 Representasi grafik analisis ABC
Model-Model Persediaan
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), secara garis besar sistem yang
dikembangkan dibedakan menjadi sistem permintaan independen, sitem
permintaan dependen, dan sistem permintaan dengan ciri tersendiri.
Sistem Permintaan Independen
Permintaan independen ialah jenis permintaan suatu barang yang bebas,
artinya tidak tergantung pada waktu atau jumlah permintaan barang lain (Indrajit
dan Djokopranoto 2003). Menurut Heizer dan Render (2010), ada tiga model
persediaan yang menjawab dua pertanyaan penting: kapan harus memesan dan
berapa pesanan yang harus dipesan. Berikut model-model permintaan independen
tersebut:
1. Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) yang
mendasar.
2. Model kuantitas pesanan produksi (production order quantity).
3. Model diskon kuantitas.

6

Model Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity)
Menurut Prawirosentono (2007), jumlah pesanan yang ekonomis atau
economically order quantity disingkat EOQ adalah upaya menjawab pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apabila persediaan bahan banyak, manfaatnya adalah menjamin kelangsungan
proses produksi, karena tidak akan terjadi kehabisan bahan (stock out). Namun,
persediaan bahan yang banyak menimbulkan naiknya biaya penyimpanan
bahan di gudang. Selain itu, apabila modal banyak terikat dalam persediaan
berarti modal tersebut idle (nganggur). Hal ini tentunya tidak efisien untuk
perusahaan.
2. Apabila persediaan bahan sedikit, berarti biaya penyediaan bahan cukup kecil,
namun tidak akan cepat dapat mengantisipasi kebutuhan bahan, apabila tingkat
produksi tiba-tiba naik. Apabila hal ini terjadi berarti proses produksi dapat
terancam terhenti yang memberi akibat kerugian dan tidak efisien. Tidak
efisien karena harus mengeluarkan biaya tetap walaupun perusahaan berhenti
beroperasi. Kerugian lain, yakni terputusnya hubungan perusahaan dengan
langganan (konsumen).
Menurut Heizer dan Render (2010), teknik ini relatif mudah digunakan,
tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi :
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2. Waktu tunggu, yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata
lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu
waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas
5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyimpan atau melakukan pemesanan dan
biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan
pada waktu yang tepat
Tingkat penggunaan
Kuantitas pesanan = Q

Persediaan rata-rata

(Tingkat persediaan

yang tersedia (Q/2)

maksimum)

Persediaan minimum
Waktu
Gambar 2 Penggunaan persediaan dalam waktu tertentu
Menurut Heizer dan Render (2010), Karena permintaan bersifat konstan
sepanjang waktu, persediaan menurun pada laju yang sama sepanjang wkatu.
Setiap kali persediaan mencapai 0, pesanan baru dibuat serta diterima, dan tingkat
persediaan melompat lagi ke Q unit. Proses ini terus berlanjut sepanjang waktu.

7

Menurut Heizer dan Render (2010), dengan menggunakan variabel-variabel
berikut, kita dapat menentukan biaya penyetelan dan penyimpanan dan
menyelesaikan untuk Q*, dimana :
Q = Jumlah unit per pesanan
Q* = Jumlah optimum unit per pesanan
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan atau penyimpanan per unit per tahun
1. Biaya penyetelan tahunan

..............................................................................................(1)
2. Biaya penyimpanan tahunan

.............................................................................................(2)
3. Kuantitas pesanan optimal ditemukan saat biaya penyetelan tahunan sama
dengan biaya penyimpanan tahunan, yakni:
.....................................................................................................(3)
4. Untuk menyelesaikan Q*, kali silang persamaan dan pisahkan Q di sebelah kiri
tanda sama dengan:

.......................................................................................................(4)
Menurut Heizer dan Render (2010), kita juga dapat menentukan jumlah
pemesanan yang diperkirakan selama tahun (N) dan waktu antara pesanan yang
diperkirakan (T) berikut :
Jumlah pesanan yang diperkirakan:

.......................................................................(5)

8

Waktu antara pesanan yang diperkirakan:
................................................................(6)
Dengan menggunakan variable untuk modelnya, kita dapat menyatakan
biaya tptal TC sebagai:
.....................................................................................................(7)
Menurut Heizer dan Render (2010), keputusan kapan harus memesan
biasanya dinyatakan dengan menggunakan sebuah titik pemesanan ulang (reorder
point-ROP), yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah mencapai
tingkat tersebutm pemesanan harus dilakukan. ROP diberikan sebagai berikut:
..................................................................................................(8)
...............................................................(9)
Model Kuantitas Pesanan Produksi
Menurut Heizer dan Render (2010), model kuantitas pesanan produksi dapat
digunakan dalam dua situasi:
1. Ketika persediaan mengalir atau menumpuk secara berkelanjutan selama suatu
waktu setelah sebuah pesanan ditempatkan.
2. Ketika unit-unit dihasilkan dan dijual secara bersamaan.
Dalam kondisi ini, kita perhitungkan laju produksi harian dan laju
permintaan harian. Model ini berguna ketika persediaan menumpuk secara
berkelanjutan selama waktu tertentu, dan saat asumsi kuantitas pesanan ekonomi
tradisional berlaku. Dengan menggunakan simbol-simbol berikut, kita dapat
menentukan pernyataan untuk biaya penyimpanan persediaan tahunan untuk
model kuantitas pesanan produksi:
Q = jumlah unit per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
p = laju produksi harian
d = laju permintaan harian atau laju penggunaan
t = lamanya produksi berjalan dalam hari
Dengan menggunakan pernyataan ini untuk biaya penyimpanan dan
pernyataan untuk biaya penyetelan yang dikembangkan dalam model EOQ dasar,
kita menyelesaikan jumlah optimalnya dari jumlah potongan per pesanan dengan
membuat persamaan biaya penyetelan dan biaya penyimpanan:
Biaya penyetelan:
...................................................................................................................(10)
Biaya penyimpanan:

............................................................................................(11)

9

Biaya pemesanan dibuat sama dengan biaya penyimpanan untuk mendapatkan
:

.........................................................................................(12)
Model Diskon Kuantitas
Menurut Heizer dan Render (2010), sebuah diskon kuantitas hanyalah
pengurangan harga (P) untuk sebuah barang jika dibeli dalam kuantitas barang.
Jadi pertukaran utama ketika mempertimbangkan diskon kuantitas adalah antara
biaya produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang bertambah. Ketika
kita menyertakan biaya produknya, persamaannya untuk biaya tahunan total dapat
dihitung sebagai berikut.
........................................................................................(13)
Q = kuantitas yang dipesan
D = permintaan tahunan dalam unit
S = biaya pemesanan atau penyetelan per pesanan atau per penyetelan
P = biaya per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Menurut Heizer dan Render (2010), karena ada beberapa diskon, proses ini
melibatkan empat langkah:
1. Untuk setiap diskon, hitunglah nilai untuk ukuran pesanan optimal Q* dengan
menggunakan persamaan berikut.

..........................................................................................................(14)
2. Untuk diskon berapapun, jika kuantitas pesanannya terlalu renddah untuk
mendapatkan diskon, sesuaikan kuantitas pesanan ke atas ke kuantitas terendah
yang akan memenuhi diskonnya.
3. Dengan menggunakan persamaan biaya total sebelumnya, hitung biaya total
untuk setiap Q optimal yang ditentukan pada langkah 1 dan 2
4. Pilih Q optimal yang menghasilkan biaya total terendah yang telah dihitung
pada langkah 3. Ini adalah kuantitas yang akan meminimalkan biaya
persediaan totalnya.
Sistem Periode Tetap
Menurut Heizer dan Render (2010), pada sistem periode tetap (fixed period
system) atau sistem P (P system), di lain pihak, persediaan dipesan pada akhir
periode tertentu. Barulah dan hanya jika demikian, persediaan yang ada akan
dihitung. Jumlah yang dipesan hanyalah sebanyak yang diperlukan untuk
mencapai tingkat target yang telah ditentukan.

10

Sistem-sistem periode tetap memiliki beberapa asumsi yang sama seperti
system kuantitas tetap EOQ dasar (Heizer dan Render 2010).
1. Biaya-biaya yang relevan hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
2. Waktu tunggu diketahui dan konstan
3. Barang-barang saling independen

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan pengendalian persediaan bahan baku
pada sebuah perusahaan manufaktur atau jasa telah banyak dilakukan. Hal ini
menunjukan bukti bahwa pentingnya suatu sistem yang baik untuk pengendalian
persediaan bahan baku.
Juliet Resisca (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Mempelajari
Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Mie Instan di PT. Jakarana Tama.
Hasil dari penelitian ini, ialah bahwa penerapan metode EOQ pada perusahaan
menghasilkan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan metode yang
selama ini diterapkan oleh perusahaan. Perusahaan mampu menghemat sebesar
Rp 11.282.508 jika menerapkan metode ini.
Yusi Saragi dalam penelitiannya (2010) yang berjudul Analisis Perencanaan
dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada UKM Waroeng Coklat, Bogor
menyatakan bahwa EOQ dengan jumlah pemesanan bahan baku terbesar
menghasilkan jumlah pemesanan dan jarak antar pemesanan yang sama pada
bahan baku, yaitu mengikuti jumlah (N) terbesar pada cokelat, sehingga jumlah
pemesanan sebanyak 39 kali dengan jarak waktu antar pemesanan depalan hari
total biaya yang dikeluarkan pada EOQ dengan jumlah pemesanan bahan baku
coklat, yaitu sebesar Rp 2.521. 909 dan dengan metode perusahaan sebesar Rp
2.587.800 sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 65.891
Tri Utami (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis persediaan bahan
baku pada PT XYZ, Jakarta (Studi kasus pada painting plastic part Honda OEM)
bertujuan untuk mengoptimalkan persediaan bahan baku pada PT XYZ
menggunakan analisis ABC dan menganalisis efisiensi total biaya persediaan
bahan baku pada PT XYZ menggunakan metode EOQ. Berdasarkan analisis ABC
dapat disimpulkan terdapat lima jenis bahan baku yang termasuk kedalam
kategori A. Total biaya metode EOQ lebih hemat dibandingkan total biaya
perusahaan. Hasil total biaya selama satu tahun dengan menggunakan metode
EOQ adalah Rp 1.298.380.800, sedangkan total biaya perusahaan Rp
1.663.849.400,.Dengan menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya
perusahaan sebesar Rp 365.468.600 atau sekitar 21,96% per tahun.

11

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian
Makanan ringan kini sedang menjadi trend bagi ide bisnis di kalangan
masyarakat. Berbagai Usaha Kecil Menengah yang memproduksi makanan ringan
pun bermunculan, khususnya di Kota Bogor yang kini seringkali menjadi objek
rekreasi akhir pekan bagi masyarakat dari kota sekitarnya. Dalam menghadapi
persaingan semacam ini, setiap perusahaan diharapkan dapat meningkatkan daya
saing dengan berbagai keunggulan yang diharapkan ada pada produknya. Selain
itu, dengan melakukan perbaikan sistem pengendalian persediaan bahan baku. Hal
ini dilakukan agar perusahaan dapat menjaga ketersediaan bahan baku,
mengoptimalkan kegiatan operasionalnya, dan meminimalkan biaya persediaan.
Pada Gambar 3 dibawah ini, kerangka pemikiran dalam penelitian dapat
digambarkan.
Persaingan usaha makanan
ringan pada UKM di Kota
Bogor

Papapia dituntut untuk
meningkatkan daya saing

Perbaikan sistem
pengendalian persediaan
bahan baku

Menjaga
ketersediaan
bahan baku

Mengoptimalkan
kegiatan
operasional

Meminimalkan
biaya persediaan

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Diagram alir penelitian ialah diagram yang akan meringkas mengenai
kegiatan-kegiatan atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam melakukan
penelitian mengenai manajemen pengendalian persediaan bahan baku di Papapia.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4

12

Identifikasi bahan baku

Identifikasi karakter bahan
baku:
1. Tingkat kebutuhan bahan
baku
2. Harga bahan baku
3. Tata cara pemesanan dan
pembelian bahan baku

Analisis sistem ABC

Identifikasi biaya persediaan

Analisis sistem
bahan baku

Model
pengendalian
persediaan bahan baku di
perusahaan

persediaan

Model
pengendalian
persediaan bahan baku secara
teoritis

Perbandingan total biaya model atau sistem
pengendalian persediaan bahan baku

Kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku yang optimal
Gambar 4 Diagram alir penelitian
Identifikasi bahan baku dan karakter bahan baku dilakukan untuk dapat
melakukan analisis ABC, agar kita mengetahui klasifikasi bahan baku
berdasarkan volume dollar tahunannya. Bahan baku dengan kelas A ialah bahan
baku yang menggunakan sebagian besar uang, meskipun tingkat persediaannya
sedikit. Setelah mendapatkan klasifikasinya, dilakukan identifikasi biaya
persediaan bagi bahan baku dengan kelas A sebagai langkah awal menganalisis

13

sistem pengendalian persediaan bahan baku secara teoritis. Tidak hanya
menganalisa sistem pengendalian persediaan bahan baku secara teoritis saja,
mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan bahan baku yang telah dilakukan
oleh perusahaan pun menjadi penting untuk mengambil kebijakan pengendalian
persediaan bahan baku yang optimal dan total biaya persediaan yang efisien.

Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UKM PapaPia, yang berlokasi di Jl. Kol. Achmad
Syams Komplek IPB Baranangsiang IVB/2. PapaPia menjadi objek penelitian
dikarenakan PapaPia merupakan salah satu UKM yang sedang berkembang di
wilayah Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan
bulan Juli 2013.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari UKM
Papapia dengan berbagai metode. Metode yang dilakukan dalam pengumpulan
data primer ialah dengan observasi langsung dan wawancara bersama pemilik
UKM PapaPia serta beberapa karyawan produksi,
Data sekunder ialah data-data yang berbentuk dokumen tertulis. Data
sekunder dari penelitian ini dikumpulkan dengan cara studi literatur, bahan
pustaka, hasil penelitian terdahulu, internet, serta dokumen-dokumen yang
dimiliki oleh perusahaan,
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan biaya pengendalian
persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang dilakukan
oleh peneliti. Dalam mencapai tujuan ini, digunakan dua alat analisis yaitu
analisis ABC dan analisis model Economic Order Quantity (EOQ).
Analisis ABC
Analisis ABC ialah suatu metode analisis yang mengklasifikasikan
persediaan kedalam tiga kategori. Persediaan diklasifikasikan berdasarkan volume
dollar tahunan. Analisis ABC digunakan untuk lebih memfokuskan pengendalian
persediaan pada jenis persediaan yang kritis.
Analisis ABC dihitung dengan mengalikan jumlah permintaan dengan biaya
per unit nya. Kemudian ditentukan persentasenya berdasarkan jumlah biayanya.

14

Kategori A adalah barang dengan biaya tinggi namun hanya mewakilkan sekitar
15% dari total jumlah persediaan total. Kategori B adalah barang dengan biaya
sedang namun mewakilkan 30% dari total jumlah persediaan. Kategori C adalah
barang dengan biaya rendah namun mewakilkan jumlah persediaan total yang
paling banyak.
Economic Order Quantity (EOQ)
Analisis EOQ dilakukan untuk dapat menganalisis kuantitas pemesanan
optimal, periode pesanan optimal dan total biaya persediaan yang optimal.
Parameter yang digunakan dalam menganalis EOQ ialah jumlah permintaan,
harga per unit permintaan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
a. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan ialah biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan
persediaan dalam waktu tertentu. Contoh dari biaya penyimpanan ialah gaji
pegawai gudang, biaya listrik gudang dan biaya penanganan bahan. Biaya
penyimpanan bahan baku dapat dihitung dengan cara:

...................................................................................................(1)
Keterangan:
D = permintaan tahunan
Q = kuantitas pesanan
S = biaya pemesanan per pesanan
b. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan ialah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan
bahan baku dalam satu kali pesanan.

..................................................................................................(2)
Keterangan:
Q = kuantitas pesanan
H = biaya penyimpanan
Kuantitas pesanan optimal terjadi saat biaya pemesanan per pesanan sama
dengan biaya penyimpanan tahunan, yakni:
.....................................................................................................(3)
Untuk menyelesaikan Q*, kali silang persamaan dan pisahkan Q di
sebelah kiri tanda sama dengan:

15

.......................................................................................................(4)
Kuantitas pemesanan yang diperkirakan (N) , periode per pesanan (T), dan
total biaya (TC) dapat dihitung dengan cara dibawah ini:
..................................................................(5)

............................................................(6)

.......................................................................................(7)
Keterangan:
Q = Jumlah unit per pesanan
Q* = Jumlah optimum unit per pesanan
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan atau penyimpanan per unit per tahun
N = banyaknya pesanan per tahun
T = periode per pesanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
PapaPia merupakan salah satu Usaha Kecil Menengah yang sedang
berkembang di Kota Bogor. Berawal dari kejenuhan pemilik menjadi seorang
karyawan di salah satu perusahaan swasta, membulatkan tekad pemilik bersama
keluarga merintis usaha ini. Motivasi untuk membuka usaha ini dikuatkan dengan
warisan resep pia dari orang tua pemilik.
Lokasi usaha PapaPia kini berada di Jl. Kol. Achmad Syams Komplek IPB
Baranangsiang IVB/2. Pemilik usaha memutuskan untuk membeli sebuah rumah
yang dapat digunakan untuk proses produksi dan outlet penjualan produk Papapia
di lokasi yang sangat strategis.
Menurut Reza (2013) , visi dari Usaha Kecil Menengah ini ialah menjadi
bagian dari citra positif pariwisata kota Bogor khususnya dan menjadi bagian citra
positif pariwisata Indonesia. Misi yang diusung oleh pemilik ialah konsisten
memperkenalkan PapaPia sebagai oleh-oleh khas Bogor masa kini kepada

16

masyarakat kota Bogor maupun wisatawan domestik dan asing yang berkunjung
ke Kota Bogor.
Manajemen dalam Usaha Kecil Menengah PapaPia ini masih sangat
sederhana. Dikatakan sederhana, karena setiap fungsi manajemen yang terdiri dari
keuangan, pemasaran, produksi&operasi, serta sumber daya manusia masih
dikelola oleh keluarga. Namun, hal ini tidak menimbulkan masalah besar bagi
pengelola karena eksistensi PapaPia masih dapat berjalan dengan baik sampai saat
ini.
Proses Produksi
PapaPia kacang hijau memiliki proses produksi yang sederhana. Selain itu
alat yang digunakan untuk memproduksi PapaPia kacang hijau ini pun terbilang
sederhana dan biasa digunakan oleh masyarakat untuk membuat kue. Berikut ini
tahapan proses produksi PapaPia kacang hijau :
1. Pencampuran bahan kulit Pia
Bahan baku untuk pembuatan kulit yaitu tepung terigu, gula, minyak dan
mentega. Bahan-bahan tersebut dimasukan kedalam mixer sesuai kapasitas
mixer tersebut.
2. Pencampuran bahan isi pia
Kacang hijau sebagai bahan baku utama pia ini menggunakan kacang hijau
kupas. Sebelum diproses kacang hijau dicuci bersih kemudian kacang hijau
yang sudah bersih mengalami proses pengukusan. Kacang hijau yang telah
lunak disatukan dengan gula pasir dan butter yang kemudian dimasak selama
dua jam. Jika adonan isi kacang hijau ini telah kalis, produsen menimbang
kacang hijau tersebut sesuai dengan ukuran untuk satu buah PapaPia kacang
hijau untuk memudahkan proses pencetakan.
3. Mengolah kulit Pia
Adonan kulit pia yang sudah tercampur kemudian digiling agar lebih pipih.
Tidak hanya adonan isi pia saja yang ditimbang, namun adonan kulit pia pun
ditimbang sesuai ukuran untuk satu buah PapaPia kacang hijau. Ketika adonan
telah menjadi lempengan per satuan pia, adonan tersebut di giling kembali
untuk memudahkan proses penggabungan dengan adonan isi pia. Setelah
adonan kulit digiling, adonan isi pia diletakan di atasnya untuk kemudian pia
tersebut dicetak dengan sebuah cetakan yang berbentuk bulat.
4. Finishing
Pada proses finishing pia diolesi telur secukupnya sebelum dipanggang
beberapa menit dalam oven. Sebelum dikemas, pia tersebut harus didinginkan
dahulu dengan menggunakan kipas angin. Sementara pia yang sudah dingin
dimasukan ke dalam kemasan, produsen melakukan inspeksi untuk ukuran dan
kelayakan pia tersebut.
Proses produksi pia kacang hijau pun dijelaskan dalam bentuk Peta Aliran
Produksi pada Lampiran 1 dan Peta Proses Operasi pada Lampiran 2.

17

Perencanaan Bahan Baku
Bahan baku berperan penting dalam kegiatan produksi. Untuk mendapatkan
output produksi yang berkualitas, hal yang penting ialah pemilihan bahan baku.
Bahan baku yang berkualitas ialah salah satu cara untuk meminimalisir kegagalan
pada proses produksi dan menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan
kepuasan konsumen.
PapaPia kacang hijau memiliki dua jenis bahan baku, yaitu bahan baku
produksi pia, dan bahan baku pelengkap. Bahan baku produksi pia ialah bahanbahan baku yang digunakan untuk memproduksi kue pia itu sendiri. Bahan baku
produksi ini mutlak diperlukan dan tidak dapat digantikan dengan bahan baku
lainnya baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Sedangkan bahan baku
pelengkap yaitu bahan baku yang hanya diperlukan untuk melengkapi proses
penjualan PapaPia kacang hijau. Bahan baku produksi dan bahan baku pelengkap
ini, tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1 Bahan baku papapia kacang hijau
Bahan Baku Produksi
Bahan Baku Pelengkap
1. Kacang hijau
1. Kotak kemasan
2. Gula pasir
2. Kotak kemasan
3. Tepung terigu
3. Plastik kemasan
4. Telur
5. Minyak sayur
6. Butter Mentega
Sumber : Pengelola UKM PapaPia
Proses pembuatan PapaPia kacang hijau, hampir sebagian besar bahan baku
yang digunakan sama dengan pembuatan PapaPia dengan varian rasa yang lain.
Perbedaan hanya terdapat pada varian rasa saja. PapaPia kacang hijau
menggunakan bahan baku kacang hijau yang sudah dikupas. Pemilihan kacang
hijau kupas ini atas dasar keefektifan waktu, biaya, dan kualitas.
Ketersediaan sebagian besar bahan-bahan baku PapaPia kacang hijau ini
tidak pernah menjadi masalah bagi kegiatan produksi. Tetapi lain halnya dengan
ketersediaan kacang hijau kupas. Ketersediaan kacang hijau kupas ini selalu
menjadi perhatian lebih untuk bagian produksi. Kacang hijau kupas memang
bukan menjadi barang yang langka, tetapi ketersediaannya seringkali mengganggu
kegiatan produksi.
Bagian produksi terkadang sulit untuk mengestimasi berapa kuantitas
kacang hijau yang harus tersedia di gudang agar kualitas serta kuantitasnya dapat
memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya. Karena berdasarkan pengalaman,
kacang hijau kupas yang terlalu lama disimpan di gudang pun akan mengurangi
kualitas dari kacang hijau itu sendiri.
Pada periode 2011-2012, pia kacang hijau diproduksi 7800 kotak kemasan.
Dalam satu kotak kemasan terdapat delapan buah pia. Perencanaan produksi
dirancang kedalam rencana produksi harian. Dalam satu hari kerja, bagian
produksi memproduksi berbagai varian pia. Khusus untuk pia kacang hijau
diproduksi sebanyak 23 kotak kemasan per hari kerjanya.

18

Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku
Proses pembelian bahan baku produksi pada PapaPia dilakukan langsung
oleh pemilik usaha ini. Pemilik menerima langsung permintaan untuk pembelian
bahan baku dari karyawan yang bertugas mengecek ketersediaan barang di
gudang. Karyawan tersebut melaporkan kepada pemilik usaha mengenai
ketersediaan bahan baku produksi telah menipis dan diharapkan segera melakukan
pembelian bahan baku berikutnya untuk menunjang kegiatan produksi. Pemilik
menghitung rencana kebutuhan bahan baku produksi untuk keperluan produksi
berikutnya.
Pemilik usaha melakukan pembelian kebutuhan bahan baku produksi
dengan datang langsung ke pemasok bahan baku yang telah bekerjasama dengan
Papapia sejak awal berdirinya usaha ini. Papapia memilih Yoeks sebagai pemasok
bahan baku karena kualitas, harga dan letak nya yang tidak jauh dari outlet
PapaPia.
Proses penerimaan bahan baku yang dilakukan oleh Papapia cukup
sederhana. Berikut ini langkah-langkah proses penerimaan bahan baku:
1. Pemasok menyediakan bahan baku yang diminta oleh pengelola PapaPia
sesuai rencana kebutuhan bahan-baku.
2. Pengelola PapaPia memeriksa ulang kuantitas dan kualitas bahan baku
yang diberikan agar tidak terjadi kesalahan.
3. Setelah bahan baku dikemas, pengelola PapaPia membawa bahan baku
tersebut ke outlet.
4. Pengelola PapaPia menginformasikan kepada pengelola lainnya bahwa
bahan baku dengan kuantitas tertentu telah datang. Kemudian beberapa
karyawan membantu pengelola untuk proses penyimpanan bahan baku di
gudang.
Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dapat diibaratkan sebagai pedoman kegiatan
produksi. Perencanaan produksi pun dilakukan agar pemakaian bahan baku,
mesin, tenaga kerja dan biaya pun lebih optimal. Perencanaan produksi yang
tersusun dengan baik akan membantu terpenuhinya permintaan konsumen dan
peraihan keuntungan bagi PapaPia yang maksimal.
Perencanaan produksi harian ini disusun berdasarkan jam kerja, kapasitas
mesin, kapasitas tenaga kerja, jumlah varian yang harus diproduksi serta
permintaan konsumen. Kegiatan produksi terbagi menjadi dua shift. Dalam satu
hari kerja PapaPia mentargetkan memproduksi 180 kotak kemasan PapaPia yang
terbagi menjadi lima varian rasa.
Perencanaan kuantitas produksi untuk PapaPia kacang hijau disusun
berdasarkan target tahunan produksi dan permintaan konsumen. Target produksi
dan penjualan PapaPia kacang hijau per tahun yaitu sebanyak 7800 kotak
kemasan. Produksi PapaPia kacang hijau diproduksi setiap harinya sebanyak 22
kotak kemasan. Kebutuhan bahan baku PapaPia kacang hijau pada tahun 20112012 terperinci dalam Tabel 2.

19

Tabel 2 Kebutuhan bahan baku pia kacang hijau
No Bahan Baku
Kebutuhan Bahan Baku
1
Kacang hijau
800 Kg
2
Gula pasir
800 Kg
3
Tepung terigu
1000 Kg
4
Telur
280 Kg
5
Minyak sayur
375 Liter/300 Kg
6
Butter
120 Kg
7
Mentega
120 Kg
8
Plastik kemasan
62400 Pcs
9
Kotak kemasan
7800 Kotak
Sumber : Pengelola UKM PapaPia
Perencanaan produksi ditangani langsung oleh pemilik PapaPia. Pada
periode awal produksi, perencanaan produksi ini sudah disusun dan
diinformasikan kepada karyawan guna mempermudah kegiatan produksi yang
akan berjalan.
Analisis ABC
Analisis ABC ialah salah satu metode yang membagi persediaan menjadi
tiga kategori berdasarkan volume rupiah tahunan. Analisis ABC mengelola
persediaan kritis yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. Analisis
ABC untuk produk PapaPia kacang hijau memasukan sembilan bahan baku yang
digunakan. Dengan menggunakan Analisis ABC, kita dapat mengetahui
klasifikasi bahan baku PapaPia kacang hijau yang memiliki sifat kritis. Sifat kritis
disini berarti bahan baku yang merepresentasikan penggunaan biaya paling tinggi.
Pada tahun 2012-2013 PapaPia mentargetkan untuk memproduksi 7800
kotak kemasan pia kacang hijau. Kebutuhan bahan baku telah disampaikan
sebelumnya pada Tabel 2.
Seperti yang terlampir pada Tabel 3, kategori A dimiliki oleh kacang hijau,
kotak kemasan, dan gula pasir dengan persentase masing-masing 25.94%,
19.76%, dan 14.86%. Tiga bahan baku yang berkategori B masing-masing dengan
persentasenya ialah tepung terigu sebesar 11.14%, telur sebesar 8.44%, dan
minyak sayur sebesar 6.75%. Ketiga bahan baku lainnya berkategori C ialah
plastik kemasan dengan persentase sebesar 5.27%, butter dengan persentase
sebesar 4.05%, mentega dengan persentase sebesar 3.78%.

20

Tabel 3 Analisis ABC bahan baku pia kacang hijau
Nama
Permintaan
bahan
(D)
baku
Kacang
800 kg
hijau
Kotak
7800
kemasan
Gula
800 kg
pasir
Tepung
1000 kg
terigu
Telur
280 kg
Minyak
300 kg
sayur
Plastik
52400
kemasan
Butter
120 kg
Mentega
120 kg
Jumlah
Sumber : Data hasil olahan

Harga
(Rp)

Persentase
(%)

19.200

Biaya
bahan
baku (Rp)
15.360.000

Kategori

25.94

Persentase
kumulatif
(%)
25.94

1500

11.700.000

19.76

45.69

A

11.000

8.800.000

14.86

60.55

A

6600

6.600.000

11.14

71.7

B

17.857
13.333

4.999.960
3.999.960

8.44
6.75

80.14
86.9

B
B

50

3.120.000

5.27

92.16

C

20.000
18.667

2.400.000
2.240.040
59.219.900

4.05
3.78

96.22
100

C
C

A

Economic Order Quantity
Analisis Economic Order Quantity pada pia kacang hijau di UKM PapaPia
ini dipakai untuk menganalisa kuantitas ekonomis pemesanan bahan baku kacang
hijau serta menganalisa total biaya optimum pengendalian persediaan kacang
hijau pada bahan baku kritis.
Alat analisis Economic Order Quantity membutuhkan beberapa parameter.
Parameter tersebut ialah permintaan tahunan, biaya pemesanan, biaya
penyimpanan, dan biaya per unit barang. Komponen yang terlibat ke dalam biaya
pemesanan untuk persediaan bahan baku kacang hijau, kotak kemasan dan gula
pasir ialah biaya transportasi dan biaya telepon untuk kartu Simpati sebesar Rp
755 (Siska.2013). Biaya transportasi ialah biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pemesanan atau pembelian bahan baku. Sedangkan komponen yang
terlibat dalam biaya penyimpanan untuk persediaan kacang hijau dan gula pasir
ialah gaji pegawai dan biaya listrik. Sedangkan, biaya penyimpanan untuk
persediaan kotak kemasan hanya biaya listrik dengan tarif listrik Rp 795/kwh
(Nias.2013). Karena dalam penanganan persediaan kotak kemasan tidak memakai
jasa khusus karyawan. Rincian cara perhitungan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan terdapat di lampiran 3.
Pada periode Januari 2012-Januari 2013, produksi pia kacang hijau di UKM
PapaPia mencapai 7800 kotak kemasan. Setiap kotak kemasan berisi delapan buah
pia kacang hijau. Kebutuhan bahan baku berkategori A menurut analisis ABC
untuk memproduksi 7800 kotak kemasan dalam satu tahun ialah 800 Kg kacang
hijau, 7800 kotak kemasan, dan 800 Kg gula pasir. Ringkasan parameter untuk
keperluan analisis ABC terdapat pada tabel 4.

21

Tabel 4 Parameter EOQ periode Januari 2012-Januari 2013
Permintaan
Harga
Total biaya
Biaya
(Rp)
(Rp)
pemesanan
(Rp)
D
P
DxP
S
Kacang hijau
19.200
15.360.000
6000
Kotak kemasan
1500
1.700.000
755
Gula pasir
11.000
8.800.000
6000
Sumber : Data hasil olahan

Biaya
penyimpanan
(Rp)
H
4822.8
3.24
3617.3

Analisis Economic Order Quantity dilakukan dengan bantuan software
POM for Windows 3. Input untuk perhitungan EOQ dengan POM for Windows 3
ialah parameter-parameter EOQ diantaranya permintaan, biaya pemesanan, biaya
penyimpanan dan harga/unit. Berdasarkan hasil perhitungan EOQ dengan
menggunakan software POM for Windows 3, dapat diketahui kuantitas pesanan
optimal, frekuensi waktu pemesanan dan total biaya persediaan yg bermanfaat
untuk pengendalian persediaan kacang hijau, kotak kemasan, dan gula pasir untuk
bahan baku pia kacang hijau pada UKM PapaPia. Hasil perhitungan EOQ dengan
menggunakan software POM for Windows 3 dapat dilihat pada lampiran 4,
lampiran 5, dan lampiran 6.
Hasil analisis EOQ berbeda dengan perhitungan yang selama ini dipakai
oleh perusahaan. UKM PapaPia tidak menerapkan teori khusus untuk melakukan
pengendalian persediaan bahan baku kacang hijau. Analisis EOQ terbukti dapat
menghemat biaya pengendalian persediaan bahan baku kacang hijau, kotak
kemasan dan gula pasir. Perbandingan hasil analisis EOQ dan asumsi perusahaan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perbandingan hasil analisis EOQ dan asumsi perusahaan
Bahan
Parameter
Hasil Analisis EOQ
Asumsi Perusahaan
Baku
Kuantitas pesanan
44 Kg
75 Kg
Periode pesanan
18 kali/tahun
11 kali/tahun
Kacang
hijau
Total biaya
Rp 15.579.200
Rp 15.611.688
Selisih biaya
Rp 32.488
Kuantitas pesanan
1910 kotak
2500 kotak
Periode pesanan
4 kali/tahun
4 kali/tahun
Kotak
kemasan
Total biaya
Rp 11.706.180
Rp 11.706.405
Selisih biaya
Rp 225
Kuantitas pesanan
52 Kg
100 Kg
Periode pesanan
16 kali/tahun
8 kali/tahun
Gula Pasir
Total biaya
Rp 8.986.349
Rp 9.028.880
Selisih biaya
Rp 42.531
Sumber : Data hasil olahan
Berdasarkan keterangan dari pengelola UKM PapaPia, hasil analisis EOQ
berupa kuantitas pemesanan per pesanan dan periode per pesanan dapat
diterapkan pada sistem pengendalian bahan baku kacang hijau. De