Biologi Dan Perilaku Apanteles Taragamae Viereck (Hymenoptera: Braconidae), Parasitoid Larva Diaphania Indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae).

BIOLOGI DAN PERILAKU Apanteles taragamae VIERECK
(HYMENOPTERA: BRACONIDAE), PARASITOID LARVA
Diaphania indica (SAUNDERS) (LEPIDOPTERA:
CRAMBIDAE)

NURUL NOVIANTI PUSPITANINGTYAS

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Biologi dan Perilaku
Apanteles taragamae Viereck (Hymenoptera: Braconidae), parasitoid larva
Diaphania indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae) adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Nurul Novianti Puspitaningtyas
NIM A34110016

ABSTRAK
NURUL NOVIANTI PUSPITANINGTYAS. Biologi dan Perilaku Apanteles
taragamae Viereck (Hymenoptera: Braconidae), parasitoid larva Diaphania
indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae). Dibimbing oleh DAMAYANTI
BUCHORI.
Apanteles taragamae (Hymenoptera: Braconidae) merupakan parasitoid
dari larva Diaphania indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae), yang
merupakan hama minor yang sering menyerang tanaman Cucurbitaceae.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku dan biologi A. taragamae.
Penelitian dilakukan pada kondisi laboratorium dengan memaparkan 11 imago
parasitoid A. taragamae terhadap 930 larva D. indica. Tiap betina dipaparkan
pada 15 larva setiap hari hingga imago mati. Parameter yang diamati yaitu,

perilaku A. taragamae, waktu pencarian (searching) dan penanganan (handling)
inang, siklus hidup, keperidian, lama hidup, dan persentase parasitisasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama hidup imago betina adalah 5.64
hari, persentase parasitisasi 96%, telur harian 76.40, telur yang diletakkan 611.18,
keperidian potensial 752.73. Waktu pencarian inang tidak bervariasi berdasarkan
umur imago, akan tetapi bervariasi berdasarkan urutan larva terparasit. Waktu
penanganan inang konstan, berdasarkan umur parasitoid maupun berdasarkan
urutan larva terparasit. Secara umum, waktu pencarian dan penanganan inang
pada hari pertama dan pada larva pertama cenderung lebih lama.
Kata kunci: Pengendalian hayati, interaksi inang parasitoid, perilaku, lama hidup,
siklus hidup.

ABSTRACT
NURUL NOVIANTI PUSPITANINGTYAS. Biology and Behaviour of
Apanteles taragamae Viereck (Hymenoptera: Braconidae), a larval parasitoid of
Diaphania indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae). Supervised by
DAMAYANTI BUCHORI.
Apanteles taragamae (Hymenoptera: Braconidae) is a major larval
parasitoid of Diaphania indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae), a minor pest
of Cucurbitaceae crop. The aim of this study is to determine the behavior and

biology of A. taragamae. Research study have been conducted under laboratory
conditions by exposing 930 larvae D. indica to 11 adult female parasitoid A.
taragamae. Each female were exposed to 15 larvae each day until they die. The
observed parameters were behaviour of parasitoid, searching and handling time,
life cycle, fecundity, longevity, and percentage parasitism. The results showed
that the mean longevity of adult females was 5.64 days, percentage parasitism was
reached 96% , the daily egg production was 76.40, realized fecundity was 611.18,
and potential fecundity was 752.73. Searching time didn’t vary between days, but
varied between sequences of larval parasitized. Handling time were constant,
across days and larval parasitized. In general, the searching and handling time on
the first day and the first larvae tend to be longer.
Keyword: Biological control, host parasitoid interaction, behavior, fecundity, life
cycle, longevity.

©

Hak Cipta Milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

BIOLOGI DAN PERILAKU Apanteles taragamae VIERECK
(HYMENOPTERA: BRACONIDAE), PARASITOID LARVA
Diaphania indica (SAUNDERS) (LEPIDOPTERA:
CRAMBIDAE)

NURUL NOVIANTI PUSPITANINGTYAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

3

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Biologi dan Perilaku Apanteles taragamae Viereck (Hymenoptera:
Braconidae), parasitoid larva Diaphania indica (Saunders) (Lepidoptera:
Crambidae)”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tamanan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman dari bulan
Januari hingga Juni 2015.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Mujaedi, Ibunda

Silaturachim, Nur Hamidah, Wahyu Pamungkas, serta keluarga besar penulis
yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan yang luar biasa kepada
penulis. Kepada Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan pengetahuan, pengarahan, dukungan, dan
bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi. Dr. Ir. Abdjad Asih
Nawangsih, M.Si. selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan dukungan
dan saran atas penulisan skripsi ini. Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc. selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, dan
dukungan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Proteksi Tanaman. Tak
lupa penulis menucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan laboran
Departemen Proteksi Tanaman.
Terima kasih penulis ucapkan pada keluarga Laboratorium Pengendalian
Hayati atas dukungan, motivasi, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini,
Mbak Adha, Pak Jalu, Bu Eva, Mbak Ayas, Kak Ihsan, Kak Manda, Mbak Ratna,
Kak Nika, Kak Ita, Kak Susi, Kak Kidung, Kak Cici, Kak Arfi, Kak Laila, Kak
Winda, Kak Badrus, Mbak Nita, Pak Ucup, Trini, Iga, dan Donio. Sahabat dari
TPB 307 Amel dan Bunga, sahabat seperjuangan di PTN Mute, ka Vera, Retno,
terimakasih atas semangat dan dukungannya. Terimakasih juga untuk kak Vita,
Yeni, dan teman-teman PTN 48 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
atas motivasi dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penulisan
yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan meberikan
pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.
.

Bogor, September 2015
Nurul Novianti Puspitaningtyas

4

5

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian

Metode Penelitian
Perbanyakan dan pemeliharaan larva D. indica
Pemeliharaan imago A. taragamae
Pengamatan Karakter Biologi A. taragamae
Pengamatan Siklus Hidup A. taragamae
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus Hidup A. taragamae
Keperidian, Lama Hidup, Persentase Parasitisasi A. taragamae pada
Larva D. indica
Distribusi Telur A. taragamae yang Diletakkan pada Inang D.
indica
Nisbah Kelamin A. taragamae
Perilaku A. taragamae dalam Memarasit Inang D. indica
Waktu Pencarian dan Penanganan inang oleh Imago Betina A.
taragamae
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
5
5
6
8
10
12

14
18
18
18
19
22

7

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Keperidian, lama hidup, dan persentase parasitisasi
6
Jumlah telur per larva yang diletakkan oleh imago betina A. taragamae
9
Waktu pencarian dan penanganan inang oleh betina A. taragamae 15

berdasarkan urutan larva terparasit
Waktu pencarian dan penanganan inang oleh betina A. taragamae 17
berdasarkan umur imago

DAFTAR GAMBAR
Siklus hidup A. taragamae
5
Jumlah telur A. taragamae yang diletakkan oleh betina A. taragamae per
8
larva inang per hari
3 Jumlah telur A. taragamae yang diletakkan pada inang D. indica
9
4 Persentase imago betina A. taragamae di lapangan dan di laboratorium
10
5 Kemunculan imago jantan dan betina berdasarkan urutan umur imago A. 11
taragamae
6 Kemunculan imago jantan dan betina berdasarkan urutan larva D. indica 11
yang terparasit
7 Spermateka imago betina kawin dan spermateka imago betina belum 11
kawin
8 Perilaku imago A. taragamae saat memarasit larva D. indica
13
9 Waktu pencarian inang oleh imago betina A. taragamae pada inang ke-i
14
10 Waktu penanganan inang oleh imago betina A. taragamae pada inang ke-i
15
11 Waktu pencarian inang berdasarkan umur imago betina A. taragamae
16
12 Waktu penanganan inang berdasarkan umur imago betina A. taragamae
16
1
2

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diaphania indica (Saunders) (Lepidoptera: Crambidae) merupakan hama
yang umum ditemukan menyerang tanaman famili Cucurbitaceae (Ganehiarachchi
1997). Selain menyerang tanaman famili Cucurbitaceae, D. indica juga dilaporkan
menyerang tanaman famili Leguminoceae dan Malvaceae (Macleod 2005).
Larva D. indica hidup dengan cara memakan daun, bunga atau buah mentimun
sehingga berpotensi mengurangi jumlah buah yang dihasilkan. Serangan D. indica
dapat menyebabkan penurunan hasil panen. Kualitas buah juga mengalami
penurunan karena serangan larva D. indica pada permukaan buah, yang terkadang
menyebabkan buah menjadi berlubang. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh
D. indica dapat mencapai 80-100% pada tanaman pare di lahan rawa pasang surut
(Thamrin dan Asikin 2003). Vanisree et al. (2005) melaporkan bahwa serangan
tertinggi D. indica pada tanaman mentimun terjadi pada stadia generatif atau
diawal pembentukan bunga. Larva D. indica juga dilaporkan menyerang kedelai
di Belanda (Vander 1935 dalam Ganehiarachchi 1997) dan menyerang kapas di
Korea (Chill et al. 2003).
Salah satu pengendalian D. indica adalah dengan menggunakan musuh
alami. Hingga saat ini belum banyak pengendalian D. indica dengan
memanfaatkan musuh alami. Musuh alami, khususnya parasitoid yang dilaporkan
berasosiasi dengan larva D. indica adalah Elasmus indicus Rowher (Ramachandra
dan Cherian 1927 dalam Peter dan David 1991), Apanteles taragamae Viereck
(Peter dan David 1990), A. machaeralis Wilkinson (Peter dan David 1990), A.
hemara Nixon, A. africanus, Apanteles sp., Bracon hebetor Say, Phanerotoma
hendecasisella Cameron, Chelonus sp., Campoletis chlorideae Uchida, Trathala
flavoorbitalis Cameron, Pristomelus testaceus Morley, Goniozus sensorius Gordh
(Peter dan David 1990).
Ganehiarchchi (1997) melaporkan bahwa terdapat dua jenis parasitoid larva
D. indica yaitu Elasmus indicus dan A. taragamae, yang memiliki potensi sebagai
agens pengendali hayati. A. taragamae (Hymenoptera: Braconidae) merupakan
endoparasitoid larva yang bersifat gregarius (Peter dan David 1991). Selain
memarasit D. indica, A. taragamae juga dapat memarasit larva M. vitrata (Huang
et al. 2003, Dannon et al. 2012). Kemampuan A. taragamae memarasit larva D.
indica dapat mencapai 46% (Peter dan David 1990). Parasitoid ini memiliki siklus
hidup 14-22 hari (Peter dan David 1992). Pada M. vitrata kemampuan parasitisasi
A taragamae dapat mencapai 67% dengan siklus hidup berlangsung selama 12-13
hari (Dannon et al. 2012).
Penelitian mengenai A. taragamae yang pernah dilaporkan sebelumnya
antara lain berkaitan dengan kisaran inang (Dannon et al. 2012), biologi pada
inang Maruca vitrata (Dannon 2011) dan D. indica (Peter dan David 1992)
pengaruh volatil terhadap perilaku (Dannon et al. 2010), tanggap fungsional dan
parameter daur hidup (Dannon et al. 2010), pembiakan massal pada larva Corcyra
cephalonica (Mohan dan Sathiamma 2007), hiperparasitoid (Peter dan David
1990; Peter dan David 1991).

2

Penelitian terkait perilaku dan biologi A. taragamae di Indonesia masih
sangat terbatas. Berkaitan dengan potensi A. taragamae yang dapat menekan
populasi D. indica di lapangan, maka banyak aspek dasar yang perlu dikaji.
Biologi dan perilaku A. taragamae merupakan informasi dasar yang dapat
digunakan untuk menilai potensi A. taragamae sebagai agens pengendali hayati.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari biologi dan perilaku Apanteles
taragamae pada inang Diaphania indica.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
biologi dan perilaku Apanteles taragamae, yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai acuan dalam mengoptimalkan peran A. taragamae sebagai musuh alami
D. indica di lapangan.

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dimulai pada bulan Januari dan berakhir pada bulan Juni 2015.
Metode Penelitian
Perbanyakan dan pemeliharan larva D. indica
Larva D. indica didapatkan dari lahan pertanaman mentimun di Kabupaten
Bogor dan sekitarnya. Larva yang didapat dari lapangan selanjutnya dipelihara di
laboratorium untuk dikembangbiakkan. Larva dipelihara dalam wadah plastik
berukuran 14 cm x 9 cm x 7 cm. Larva diberi pakan setiap hari berupa daun
mentimun segar. Larva yang telah menjadi pupa kemudian ditempatkan pada
wadah plastik dengan diameter 3 cm dan tinggi 18 cm sampai menjadi imago.
Pakan untuk imago berupa larutan madu 20% yang diberikan setiap hari. Pakan
diberikan dengan kapas yang dibasahi larutan madu. Imago jantan dan betina yang
muncul diletakkan dalam satu wadah agar dapat berkopulasi. Imago dipelihara
hingga menghasilkan telur dan mati. Telur yang dihasilkan dipindahkan ke dalam
tabung plastik dengan diameter 9 cm dan tinggi 12 cm. Larva hasil perbanyakan
yang berumur 3-4 hari digunakan untuk pengujian. Pemeliharaan D. indica
dilakukan selama penelitian berlangsung.
Pemeliharaan imago A. taragamae
Parasitoid A. taragamae yang digunakan adalah parasitoid yang dikoleksi
dari larva D. indica yang mengalami kejadian parasitisasi di lapangan.
Pemeliharaan imago A. taragamae diawali dengan pengumpulan larva D. indica
dari lahan mentimun. Larva D. indica dipelihara hingga kokon A. taragamae
muncul dari larva. Kelompok kokon A. taragamae dimasukkan ke dalam tabung
yang dinding tabungnya telah diolesi larutan madu 20%. Setiap tabung diberi
label yang berisi informasi berupa tanggal saat menjadi kokon dan tanggal muncul
imago. Jenis kelamin imago parasitoid yang muncul dicatat. Imago parasitoid
berumur satu hari langsung dipaparkan terhadap D. indica.
Pengamatan karakter biologi parasitoid A. taragamae
Pengamatan karakter biologi parasitoid A. taragamae dilakukan dengan
cara memaparkan 15 larva D. indica berumur 3-4 hari terhadap satu betina A.
taragamae. Masing-masing larva yang telah terparasit kemudian dipisahkan
sesuai urutan terparasit dan disimpan dalam gelas plastik dengan diameter 3 cm
dan tinggi 3 cm yang sudah diberi label. Pengujian parasitisasi dilakukan setiap
hari hingga imago betina mati. Imago betina yang sudah mati kemudian dibedah
untuk dihitung jumlah telur yang tersisa di ovariumnya. Selama pemaparan,
dilakukan pencatatan terhadap waktu yang diperlukan parasitoid untuk
menemukan dan menangani inang pertama, kedua, dan seterusnya. Waktu
pencarian inang (searching time) adalah waktu yang dibutuhkan betina parasitoid

4

untuk menemukan inangnya, sedangkan waktu penanganan inang (handling time)
adalah waktu yang dibutuhkan betina parasitoid dalam menangani inangnya,
mulai dari saat betina menusukkan ovipositornya pada tubuh inang sampai
ovipositor terlepas dari tubuh inang.
Larva D. indica yang telah terparasit dipelihara dengan diberi pakan daun
mentimun setiap hari dan dipisahkan apabila terdapat larva yang mati. Larva
inang yang mati dipisahkan dan dibedah untuk menghitung dan mengamati
pradewasa parasitoid yang ditemukan di dalam tubuh larva D. indica..
Pengamatan dilakukan sebanyak 11 ulangan. Parameter yang diamati meliputi
perilaku imago dalam memarasit inang, waktu yang diperlukan parasitoid untuk
menemukan dan menangani inang, produksi telur, distribusi peletakkan telur,
lama hidup imago, dan tingkat parasitisasi yang dihitung dengan rumus:

Pengamatan siklus hidup A. taragamae
Pengamatan siklus hidup A. taragamae dilakukan dengan memaparkan 30
larva D. indica berumur 3-4 hari terhadap imago betina A. taragamae. Larva yang
terparasit selanjutnya dibedah setiap hari untuk melihat perkembangan A.
taragamae di dalam tubuh D. indica.
Analisis Data
Data yang sudah didapatkan diinput dalam database yang kemudian
dianalisis menggunakan sidik ragam dan perbandingan nilai tengah (ANOVA)
dengan uji Duncan pada kepercayaan 95% menggunakan Statistic Analytical
Software (SAS) versi 9.0., untuk melihat perbandingan rata-rata jumlah telur, dan
untuk mengetahui sebaran searching dan handling time menggunakan box plot (R
statistic 3.0).

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus Hidup A. taragamae
Siklus hidup A. taragamae terdiri dari fase telur, larva, pra pupa, pupa, dan
imago (holometabola) (Gambar 1). Penelitian Peter dan David (1992) tentang
biologi A. taragamae digunakan sebagai acuan untuk membedakan tiap fase
perkembangan pradewasa A. taragamae dalam tubuh inang.

Gambar 1 Siklus hidup Apanteles taragamae
Telur A. taragamae berwarna bening (hialin) dengan permukaan telur
yang terlihat halus, telur akan terus mengalami perkembangan hingga menjadi
larva. Fase ini dapat berlangsung selama satu hingga dua hari. Larva A. taragamae
terdiri dari tiga instar. Tiap instar dibedakan dengan melihat perbedaan segmentasi
abdomen dan bentuk mandibel dari larva. Larva instar pertama berlangsung 2-5
hari. Larva instar satu berkembang bebas di hemosol. Larva instar pertama
memiliki delapan segmen abdomen. Peter dan David (1992) menggambarkan
selain jumlah segmen pada abdomen, ciri lain dari larva instar pertama A.
taragamae terletak pada mandibel larva yang berbentuk bulan sabit. Larva instar
kedua berlangsung 1-2 hari. Larva instar kedua memiliki 10 segmentasi abdomen.
Peter dan David (1992) menyatakan bahwa mandibel pada larva instar kedua sulit
untuk ditemukan. Larva instar ketiga mirip dengan instar kedua dan berlangsung

6

selama 2-3 hari. Pada larva instar ketiga memiliki 13 segmentasi abdomen yang
jelas terlihat. Larva instar ketiga berwarna putih, sistem pernafasan sudah
berkembang dengan baik dan spirakel dapat terlihat pada fase ini. Mandibel larva
instar ketiga terlihat bergerigi (Peter dan David 1992). Larva A. taragamae yang
telah berkembang sempurna akan keluar dari tubuh inang dan membentuk kokon
dengan menjalin benang-benang mengelilingi tubuhnya. Fase ini dapat
berlangsung 5-8 jam. Kokon yang terbentuk sempurna berwarna putih dan
membutuhkan waktu 5-6 hari hingga imago muncul dari kokon.
Imago dalam satu kelompok kokon tidak muncul secara bersamaan.
Setelah imago muncul, imago akan segera makan jika tersedia sumber makanan.
Peter dan David (1992) menyatakan bahwa imago tidak muncul pada saat malam
hari dan biasanya imago jantan akan keluar sebelum imago betina. Tubuh imago
A. taragamae berukuran kecil dan berwarna hitam. Sayap A. taragamae berwarna
hialin dan transparan. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dengan ada
tidaknya ovipositor, ukuran tubuh, dan panjang antena. Imago betina berukuran ±
2.89 mm, kepala berukuran panjang 0.55 mm dan lebar 0.62 mm, panjang antenna
2.26 mm dengan 15 segmentasi, pada ujung abdomen terdapat ovipositor. Imago
jantan berukuran lebih kecil (panjang tubuh ±2.38 mm), panjang antena lebih
panjang dari betina (±2.59 mm) (Peter dan David 1992).
Keperidian, Lama Hidup, dan Persentase Parasitisasi A. taragamae pada
Larva D. indica
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah telur yang
diletakkan imago betina sebanyak 611 telur (Tabel 1). Jumlah tersebut hampir
mencapai tiga kali lipat dari hasil pengamatan Peter dan David (1992) yang
melaporkan bahwa A. taragamae yang menyerang inang D. indica meletakkan
telur rata-rata 243 telur per betina. Jumlah telur yang diletakkan imago pada inang
dipengaruhi oleh sumber makanan imago dan jumlah inang. Imago cenderung
meletakkan telur lebih banyak apabila makanan dan inang selalu tersedia. Schmidt
(1994) menjelaskan bahwa jumlah telur yang diletakkan pada inang bervariasi
tergantung pada kualitas dan jumlah inang.
Tabel 1 Keperidian, lama hidup, dan persentase parasitisasi A. Taragamae
Parameter biologi
Rataan ± SD
Minimum Maksimum
n*
Telur yang diletakkan
611.18 ± 203.02
191
857
11
Sisa telur dalam ovarium
141.55 ± 88.36
51
335
11
Keperidian potensial
752.73 ± 258.66
245
1120
11
Telur harian
76.40 ± 51.17
17
115
11
Lama hidup (hari)
5.64 ± 1.86
2
8
11
Persentase parasitisasi (%)
96.04 ± 3.58
87.8
100
11
*n= Jumlah imago betina A. taragamae yang diamati

Keperidian potensial (potential fecundity) merupakan kemampuan
maksimum parasitoid betina menghasilkan telur selama hidupnya, yang meliputi
jumlah telur yang diletakkan dalam inang dan jumlah telur yang tersisa dalam
ovarium (Handayani 2004). Rata-rata keperidian potensial betina A. taragamae

7

adalah 753 telur selama hidupnya dan telur harian adalah 76.40 telur. Produksi
telur oleh imago betina dipengaruhi oleh ketersediaan pakan, ketersediaan inang,
dan ukuran ovarium. Pada penelitian ini imago A. taragamae dipelihara dengan
pakan yang selalu tersedia dan inang dengan jumlah yang mencukupi. Hal
tersebut dijelaskan juga oleh Handayani et al. (2004) yang menyatakan bahwa
total produksi telur meningkat dengan tersedianya pakan setiap hari, atau
tersedianya jumlah inang yang cukup bagi imago. Ketersediaan inang bagi imago
dapat merangsang imago untuk memproduksi telur lebih banyak (Handayani
2004). Ukuran ovarium juga diketahui memengaruhi produksi telur, seperti yang
diungkapkan oleh Price (1997) yang menyatakan bahwa potensi produksi telur
berhubungan erat dengan jumlah telur yang diproduksi dan ukuran ovarium dari
masing-masing parasitoid. Akan tetapi dalam penelitian ini tidak dilakukan
pengukuran terhadap ovarium imago parasitoid.
Rata-rata jumlah telur yang tersisa dalam ovarium yaitu sebanyak 141.55
telur (Tabel 1). Kualitas inang memengaruhi keputusan imago betina dalam
meletakkan telurnya (Godfray 1994). Imago betina akan lebih banyak meletakkan
telur jika inang yang tersedia menyediakan nutrisi yang cukup untuk
perkembangan telur yang akan diletakkan. Hal ini yang menyebabkan telur yang
diletakkan lebih banyak daripada telur yang tersisa dalam ovarium. Semakin
banyak telur yang diletakkan pada tubuh inang, maka telur yang tersisa dalam
ovarium akan lebih sedikit.
Pada penelitian ini diketahui bahwa A. taragamae memiliki tingkat
parasitisasi mencapai 96%. Hasil tersebut meningkatkan potensi A. taragamae
sebagai agens pengendali hayati. Akan tetapi, keberhasilan hidup dari telur A.
taragamae yang diletakkan pada proses pengujian masih sangat rendah (4.08%).
Larva inang mati sebelum telur A. taragamae yang diletakkan berkembang hingga
menjadi kokon. Hal ini menyebabkan potensi A. taragamae sebagai agens
pengendali hayati menurun, karena tingkat parasitisasi yang tinggi tidak diikuti
dengan keberhasilan hidup yang tinggi juga. Vinson dan Iwantsch dalam Darwati
(1999) menyatakan bahwa keberhasilan hidup parasitoid di dalam tubuh inang
dipengaruhi oleh kemampuan parasitoid bertahan melawan pertahanan inang dan
ketersediaan makanan. Penelitian Mohan and Sathiamma (2007) menunjukkan
bahwa rata-rata persen parasitisasi A. taragamae pada Corcyra cephalonica
adalah 60.6% dan pada Opisina arenosella adalah 64.6%. Peter and David (1990)
dalam penelitiannya melaporkan bahwa persen parasitisasi A. taragamae pada
inang D. indica berbeda-beda pada tanaman inang yang berbeda. Selain itu,
persen parasitisasi juga berbeda pada umur inang yang berbeda yaitu 64% pada
larva berumur 4 hari, 56% pada inang berumur 5 hari dan 24% pada inang
berumur 6 hari (Peter dan David 1992). Pada penelitian lainnya yang dilakukan
Dannon (2010) menunjukkan rata-rata persen parasitisasi A taragamae pada
Maruca vitrata berkisar 15-35%, persen parasitisasi akan meningkat seiring
dengan bertambahnya kepadatan inang. Berdasarkan hasil penelitian ini dan
penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa tingkat parasitisasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain, spesies, umur dan kepadatan inang, serta
tanaman yang ditempati inang.
Imago betina A. taragamae memiliki rata-rata lama hidup yaitu 5.64 hari
(Tabel 1). Hasil penelitian Mohan dan Sathiamma (2007) melaporkan bahwa lama

8

hidup imago betina yang dipaparkan pada inang Opisina arenosella dan Corcyra
cephalonica berturut-turut adalah 11 hari dan 13 hari. Penelitian yang dilakukan
oleh Dannon (2011) menunjukkan bahwa lama hidup imago betina A. taragamae
yang dipaparkan pada inang Maruca vitrata berkisar 8-11 hari. Godfray (1994)
menyatakan lama hidup imago dipengaruhi oleh jenis sumber makanan yang
disediakan dan ketersediaan inang. Godfray (1994) menjelaskan bahwa lama
hidup parasitoid yang relatif pendek dapat disebabkan karena adanya penggunaan
energi yang lebih besar dalam menghasilkan keturunan yang lebih banyak
sehingga energi dan usaha yang dibutuhkan juga semakin besar.
Distribusi Telur A. taragamae yang Diletakkan pada Inang D. indica
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah telur yang diletakkan oleh
imago betina A. taragamae cenderung konstan setiap harinya. Jumlah telur yang
diletakkan terlihat lebih banyak pada hari pertama, kemudian menurun pada hari
kedua namun terlihat stabil hingga hari ke-6 (Gambar 2). Imago betina yang baru
muncul dari kokon sudah mempunyai telur dalam ovariumnya (pro-ovigenik)
sehingga baik betina yang sudah kawin ataupun yang belum kawin, dapat
langsung melakukan oviposisi (Nurkomar 2015, data belum dipublikasikan).

Gambar 2 Jumlah telur A. taragamae yang diletakkan oleh imago betina A.
taragamae per larva inang per hari.
Jumlah telur yang diletakkan pada hari pertama berbeda nyata dengan hari
berikutnya (P= 0.0270, P0.05). Secara umum,

16

variasi waktu pencarian inang antar individu parasitoid per hari tidak berbeda
nyata secara signifikan.

Gambar 11

Waktu pencarian inang berdasarkan umur
taragamae

imago betina

A.

Rata-rata waktu penanganan (handling time) inang oleh A. taragamae
terlihat bahwa waktu menangani inang pada hari pertama lebih lama daripada hari
kedua, dan cenderung konstan pada hari berikutnya (Gambar 12). Hasil uji lanjut
juga menunjukkan bahwa waktu penanganan inang oleh imago betina A.
taragamae pada hari pertama berbeda nyata dengan hari berikutnya (Tabel 4)
(P=0.0001, P