Komposisi Jenis dan Persamaan Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa Kalimendong
KOMPOSISI JENIS DAN PERSAMAAN MATEMATIKA
UNTUK STRUKTUR TEGAKAN HORIZONTAL
HUTAN RAKYAT DI DESA KALIMENDONG
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Jenis dan
Persamaan Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa
Kalimendong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Yuri Dinosia Simangunsong
E14100001
ABSTRAK
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG. Komposisi Jenis dan Persamaan
Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa
Kalimendong. Dibimbing oleh ENDANG SUHENDANG.
Struktur tegakan dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu hutan
tanaman. Struktu tegakan penting untuk menentukan perlakuan silvikultur. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi bentuk persamaan matematika pada
masing-masing pemilik hutan rakyat di Desa Kalimendong. Penelitian ini dilakukan
di Desa Kalimendong, Kabupaten Wonosobo pada bulan Mei 2014 selama dua
minggu. Data yang diambil menggunakan metode sensus, dimana dilakukan
pengukuran seluruh tegakan yang berada pada lahan kepemilikan. Data yang diolah
adalah tegakan yang mendominasi yaitu tegakan Sengon dengan jumlah 519 pohon.
Data peubah Sengon yaitu diameter dan luas bidang dasar dan disajikan dalam bentuk
histogram. Untuk memperjelas bentuk sebaran tegakan, data dianalisis menggunakan
fungsi sebaran normal. Hasil penelitian menunjukkan persamaan matematika pada
setiap lahan kepemilikan dapat diterima dengan koefisien determinasi (R²) lebih dari
0.5 dan p-value kurang dari 0.05. Bentuk sebaran yang didapat yaitu fungsi
polinomial dan eksponensial negatif. Karakteristik hutan tanaman dicirikan dengan
kurva lonceng terbalik namun pada lahan Sutarman dan Waluyo memiliki kurva
‘’J’’ terbalik dikarenakan pada lahan tersebut dilakukan tebang butuh dan
pengelolaan yang kurang baik.
Kata kunci: persamaan matematika, struktur tegakan
ABSTRACT
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG. Species Compotition and Mathematic
Equation for Horizontal Stands Stucture of Community Forest in Kalimendong
Village. Supervised by ENDANG SUHENDANG.
Stand structure can be used to identify the plantation characteristic. That is
important for determining treatment of silviculture. This research purpose is to find
out the information of mathematic equation in every private community forest in
Kalimendong Village. This research was conducted in Kalimendong Village,
Wonosobo Distrct in May 2014 (2 weeks). Data was collected using census method,
where the measurement was done in every stands on private lands. Processed data
was confined to dominating stands which is Sengon with 519 Sengon trees. Sengon’s
variables is diameter and basal area presented in histogram. In order to explain more
about stands distribution, data analyzed using normal distribution function. The result
showed that the mathematic equation in every private land can be accepted with
coefficient of determination (R²) more than 0.5 and p-value less than 0.05.
Distribution form obtained from this research is polynomial function and negative
exponential. Plantation characteristic specifically known from inverted bell curve but
Sutarman and Waluyo land has inverted ‘’J’’ curve because in these lands cut-forneeds and bad management were implemented.
Keywords: mathematic equation, stands structure
KOMPOSISI JENIS DAN PERSAMAAN MATEMATIKA
UNTUK STRUKTUR TEGAKAN HORIZONTAL
HUTAN RAKYAT DI DESA KALIMENDONG
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Komposisi Jenis dan Persamaan Matematika untuk Struktur
Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa Kalimendong
Nama
: Yuri Dinosia Simangunsong
NIM
: E14100001
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Endang Suhendang, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014 ini ialah struktur
tegakan, dengan judul Komposisi Jenis dan Persamaan Matematika untuk Struktur
Tegakan Horizonal Hutan Rakyat Desa Kalimendong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Endang Suhendang, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan selama
penelitian dan penulisan skripsi ini. Di samping itu, ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada pengelola APHR Wonosobo khususnya Mulyadi yang
telah membantu dan bekerja sama dalam pengumpulan data penelitian. Ungkapan
terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Franklin
Simangunsong (Alm) dan Mama Riza Fauzini Nasution, Kakak-Kakakku
tersayang serta seluruh Keluarga atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya.
Selain itu juga ucapan terima kasih kepada Aruni Nurrahim yang menjadi partner
selama belajar di Fahutan yang selalu memberikan semangat dan kepada MNH47,
Keluarga besar MNH, Fahutan IPB serta sahabat-sahabat terbaik saya atas segala
doa dan kekeluargaan yang erat selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur Pengumpulan Data
2
Prosedur Pengolahan Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
5
Keadaan Tegakan
6
Bentuk Sebaran Diameter dan Luas Bidang Dasar Tegakan Sengon
7
Kemencengan Kurva Sebaran Peubah Dimensi Tegakan Sengon
SIMPULAN DAN SARAN
11
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Data kerapatan pohon
Persamaan matematika berdasarkan sebaran diameter
Persamaan matematika berdasarkan sebaran luas bidang dasar
Data statistik kemencengan kurva
6
10
10
12
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian hutan rakyat di Desa Kalimendong
2 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Mintani dengan luas 0.16 Ha
3 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Wondo dengan luas 0.1 Ha
4 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Tuti dengan luas 0.2 Ha
5 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Sutarman dengan luas 0.13 Ha
6 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Waluyo dengan luas 0.53 Ha
7 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Sandur dengan luas 0.25 Ha
6
Sengon lahan
7
Sengon lahan
8
Sengon lahan
8
Sengon lahan
8
Sengon lahan
9
Sengon lahan
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Mintani
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Wondo
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Tuti
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Sutarman
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Waluyo
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Sandur
Nilai data statistik deskriptif
15
16
17
18
19
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan rakyat dalam pengertian menurut Undang-Undang No.41 tahun 1999
adalah hutan hak berupa hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak (milik)
atas tanah. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara yaitu
hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak (milik) atas tanah.
Hardjanto (2000) mendefinisikan hutan rakyat sebagai hutan yang dimiliki oleh
masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya hutan rakyat juga
disebut hutan milik dengan luas minimal 0.25 hektar. Namun, hutan rakyat di
Pulau Jawa pada umumnya tidak memenuhi luasan hutan rakyat sebagaimana
mestinya karena rata-rata pemilikan tanah di Pulau Jawa sempit dan terpencarpencar. Pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat akan memberikan dampak ekologis
yang baik untuk lingkungan, karena mampu mengembalikan fungsi konservasi
tanah dan air, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan peluang usaha dan
lapangan kerja.
Salah satu contoh pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat ada di Desa
Kalimendong, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Desa Kalimendong
memiliki hutan rakyat yang cukup luas dengan tahun tanam yang seragam yakni
1997. Hutan rakyat di desa ini dikelola dengan cukup baik, sehingga mendapatkan
Juara I Perlombaan Hutan Rakyat Tingkat Nasional pada tahun 2006. Hampir
seluruh hutan rakyat di Desa Kalimendong menggunakan pola agroforestri, yakni
pencampuran antara tanaman berkayu dengan tanaman biji-bijian.
Penetapan kombinasi tanaman pada sistem agroforestri didasarkan pada
tingkat kebutuhan hidup masyarakat pemilik hutan serta kesesuaian lahan,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pengkombinasian antar komponen
agroforestri di hutan rakyat relatif fleksibel. Adanya tebang butuh dan penanaman
salak yang terlalu banyak mengakibatkan tegakan tidak tumbuh normal.
Informasi tentang struktur tegakan dipandang penting karena ditinjau dari
faktor ekologi, struktur tegakan dapat memberikan gambaran tentang kemampuan
regenerasi tegakan (Suhendang 1994; Muhdin et al. 2008). Struktur tegakan dapat
dibedakan atas struktur tegakan vertikal, struktur tegakan horizontal, dan struktur
tegakan spasial. Struktur tegakan vertikal adalah sebaran individu tegakan dalam
berbagai lapisan tajuk, sedangkan struktur tegakan horizontal didefenisikan
sebagai banyaknya pohon per satuan luas pada setiap diameternya (Meyer et al.
1961; Davis dan Johnson 1987 dalam Bone, 2010). Dalam penelitian ini,
karakteristik hutan rakyat Sengon yang dimaksud adalah struktur tegakan
horizontal.
Perumusan Masalah
Bentuk biofisik hutan rakyat di Desa Kalimendong merupakan kombinasi
tanaman pada sistem agroforestri, dimana pemanfaatan lahan keseluruhan
ditanami oleh tanaman salak ditambahkan dengan tanaman berkayu seperti
Sengon. Namun, pohon-pohon yang ditanam tidak semua tumbuh dengan baik.
Pola tanam, kerapatan dan tebang butuh diduga menjadi beberapa faktor yang
mempengaruhi struktur tegakannya.
2
Masing-masing kondisi tegakan hutan rakyat di Desa Kalimendong
memiliki karakteristik struktur tegakan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Hal ini dikarenakan struktur tegakan suatu hutan memiliki sifat yang khas untuk
jenis tegakan tertentu dan kondisi tempat tumbuh tertentu (Suhendang 1985).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi komposisi jenis dan
bentuk persamaan matematika untuk struktur tegakan horizontal pada masingmasing pemilik lahan hutan rakyat di Desa Kalimendong.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk menggambarkan kondisi terkini struktur
tegakan Desa Kalimendong, sehingga dapat membantu dalam upaya pengelolaan
hutan dan sebagai salah satu sumber data dalam upaya pemulihan hutan.
METODE
Waktu dan Tempat
Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono,
Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Bahan
Obyek yang diteliti berupa tegakan hutan rakyat yang berada pada lokasi
lahan milik masyarakat Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono, Kabupaten
Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Alat
Alat yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini antara
lain pita ukur, GPS, tallysheet, dan alat tulis. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software ArcGis 9.3, software Microsoft Excel 2010 dan software
Microsoft Word 2010.
Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data-data yang langsung diperoleh melalui
pengukuran di lapangan yang terdiri atas jenis pohon, diameter pohon (D), jumlah
Pohon (N) dan luas lahan. Data sekunder terdiri atas kondisi umum lokasi
penelitian. Data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan penduduk
setempat.
3
Pengumpulan data dimulai dengan melihat kondisi lahan tanaman salak
yang memiliki tegakan Sengon yang cukup mendominasi. Penelitian ini
menggunakan luas lahan sebagai plot yang akan diteliti. Setiap lahan dilakukan
tracking menggunakan GPS untuk mengetahui luas dan pengukuran diameter
terhadap semua pohon yang berukuran ≥ 5 cm kecuali tanaman Salak. Pemilik
lahan berikut luasannya yang terlibat terdiri atas Mintani seluas 0.16 ha, Wondo
seluas 0.10 ha, Tuti seluas 0.20 ha, Sutarman seluas 0.13 ha, Waluyo seluas 0.53
ha dan Sandur seluas 0.25 ha.
.
Prosedur Pengolahan Data
Data yang diolah dan dianalisis berdasarkan peubah diameter dan luas
bidang dasar untuk membuat model struktur tegakannya pada bentuk kepemilikan
lahan yang digunakan untuk hutan rakyat.
Sebaran Diameter
Pada sebaran diameter ditunjukkan hubungan antar jumlah batang persatuan
luas dengan diameter pohon. Diameter pohon yang digunakan dalam pembuatan
kurva sebaran diameter pohon minimal 5 cm. Kurva sebaran diameter ini
memiliki sumbu X untuk diameter dan sumbu Y untuk jumlah pohon. Jumlah
pohon yang ada di dalam kurva adalah semua pohon yang berada di plot contoh
untuk tiap jenis pohonnya mewakili seluruh tegakan.
Sebaran Luas Bidang Dasar
Pada sebaran luas bidang dasar ditunjukkan hubungan antara jumlah batang
per satuan luas dengan luas bidang dasar pohon. Kurva sebaran luas bidang dasar
ini memiliki sumbu X untuk kelas luas bidang dasar serta sumbu Y untuk jumlah
pohon yang berada di lahan masing-masing pemilik untuk jenis Sengon.
Kerapatan Berdasarkan Jumlah Pohon
∑n
L
N
Keterangan :
N
= Kerapatan berdasarkan jumlah pohon (ind/ha)
∑n
= Jumlah pohon (individu)
L
= Luas (ha)
Kerapatan Berdasarkan Luas Bidang Dasar
L
s
∑
L
Keterangan :
LBDs = Luas bidang dasar tegakan (m²/ha)
∑
= Luas bidang dasar per pohon (m²)
L
= Luas (ha)
4
Persamaan Eksponensial Negatif
Persamaan matematika untuk struktur tegakan horizontal disusun
menggunakan fungsi eksponensial negatif dengan persamaan sebagai berikut :
ek
N
Tetapan
berikut :
dan k ditentukan melalui analisis regresi dengan rumus sebagai
lnN = ln
∑
l N
(∑
)
∑
– kD
∑
∑
n
∑l N n
n
∑
Keterangan:
N = Banyaknya pohon per hektar yang berdiameter D cm
= Tetapan yang merupakan intersep (koefisien elevasi dari persamaan yang
disusun)
k = Tetapan yang menunjukkan laju penurunan jumlah pohon pada setiap
kenaikan diameter pohon
D = Nilai tengah dari kelas diameter
n = Jumlah data
Persamaan Polinomial
Regresi polinomial merupakan model regresi linier yang dibentuk dengan
menjumlahkan pengaruh masing-masing variabel prediktor (X) yang dipangkatkan
meningkat sampai orde ke-k. Penggunaan fungsi ini biasanya pada data yang tidak
berpola dan menyebar tidak beraturan. Secara umum, model regresi polinomial
ditulis dalam bentuk :
N b b
b
... bk k
Dimana :
N
= Banyaknya pohon per hektar
= Intersep
= Koefisien – koefisien regresi
D
= Diameter
= Faktor pengganggu yang tidak dapat dijelaskan oleh model
regresi.
Koefisien Kemencengan Kurva
Koefisien kemencengan kurva adalah koefisien berdasarkan nilai selisih
rata-rata dengan modus dibagi simpangan baku. Koefisien kemencengan Pearson
atau nilai koefisien kemencengan kurva dirumuskan sebagai berikut :
SK
̅ Mo
s
5
Apabila secara empiris didapatkan hubungan antar nilai pusat sebagai:
̅ Mo
̅ Me
Maka rumus kemencengan diatas dapat dirubah menjadi:
SK
̅ Me
s
Keterangan :
SK
= Koefisien kemiringan Pearson
Me
= Median
̅
= Rata-rata
S
= Simpangan baku σ
Mo
= Modus
Jika nilai SK dihubungkan dengan keadaan kurva maka :
. SK
→ kurva memiliki bentuk simetris
. SK > → nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri, kurva menceng ke
kiri atau menceng positif
. SK < → nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan, kurva menceng
ke kanan atau menceng negatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Kalimendong merupakan salah satu kawasan di Kabupaten Wonosobo
yang merupakan daerah pegunungan. Secara geografis memiliki luas 4,33 km² dan
terletak antara 21’ 4 ” sampai 23’ 10” Lintang Selatan (LS) dan
50’
38’’ sampai
52’ 50’’ ujur Timur
T , berjarak
km dari Ibu kota
Kabupaten Wonosobo dan 132 km dari Ibu Kota Jawa Tengah. Desa
Kalimendong berada pada ketinggian 600 – 800 m di atas permukaan laut dengan
suhu rata-rata 23 – 24
dan curah hujan 2400 – 2500 mm per tahun. Jenis
tanaman yang terdapat pada hutan rakyat Desa Kalimendong yaitu didominasi
oleh Salak, Sengon, Suren, Duren,Kopi, dan tanaman musim lainnya.
6
Gambar 1 Peta lokasi penelitian hutan rakyat di Desa Kalimendong.
Keadaan Tegakan
Secara umum, hutan tanaman rakyat di kawasan Kalimendong didominasi
oleh tanaman Salak, hal ini karena Salak merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakat setempat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan luasan lahan
pemilik sebagai plot contoh yang akan di ukur. Hasil dari pengukuran pada plot
contoh dibagi berdasarkan jenis tegakan. Jumlah tegakan keseluruhan pada plot
contoh tersebut adalah 626 individu. Berdasarkan jumlah per jenis, yang
terbanyak adalah tegakan Sengon sebanyak 519 individu, Suren 79 individu dan
Jati 28 individu. Namun penelitian kali ini hanya menggunakan data jumlah dan
diameter tegakan Sengon.
Tabel 1 Data kerapatan tegakan
Pemilik Lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
Luas (ha) Jumlah Pohon
0.16
0.10
0.20
0.13
0.53
0.25
56
185
83
67
184
51
Kerapatan
(jlh.tegakan ha- )
350
1850
415
515.38
347.17
204
Kerapatan
(m²ha- )
8.26
27.64
17.04
29.98
8.30
5.40
Kerapatan tegakan pada setiap plot contoh berdasarkan jumlah tegakan
per hektar berbeda-beda. Lahan milik Wondo memiliki tegakan yang paling rapat
sebesar 1850 tegakan
dan kerapatan yang memiliki nilai yang terendah
7
adalah lahan milik Sandur sebesar 204 tegakan
. Hal ini dikarenakan pada
lahan Wondo memiliki jumlah yang banyak dengan luasan yang kecil sedangkan
lahan Sandur memiliki luas lahan yang cukup luas dengan tegakan yang sedikit.
Kerapatan yang dilihat dari LBDs, lahan milik Sutarman memiliki nilai kerapatan
yang tertinggi sebesar 29.98 m²
sedangkan yang terkecil yaitu milik Sandur
sebesar 5.40
. Hal ini terjadi karena tegakan yang berada pada lahan
Sutarman memiliki diameter yang cukup besar dibandingkan dengan tegakan
milik Wondo.
Bentuk Sebaran Diameter dan Sebaran Luas Bidang Dasar Pohon Pada
Tegakan Sengon
Untuk mengetahui data tegakan Sengon berdasarkan sebaran normal
dilakukan perhitungan frekuensi berdasarkan nilai peluang sebaran normal
terhadap selang-selang kelas pada masing-masing kelas untuk peubah diameter
dan luas bidang dasar. Nilai karakteristik tegakan Sengon berupa nilai tengah μ ,
standar deviasi σ , dan varians σ² digunakan untuk menentukan sebaran dari
diameter dan luas bidang dasar pada masing-masing lahan. Hasil pengukuran
frekuensi sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan sengon tercantum pada
gambar 2 sampai dengan gambar 7 berikut :
20
25
N = 0.50D3 - 7.57D2 + 32.19D - 25.79
R² = 0.93
Jumlah Pohon
20
Jumlah Pohon
15
10
5
N = 41.16exp(-0.557D)
R² = 0.93
15
10
5
0
0
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5
Diameter (cm)
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 2 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Mintani dengan luas 0.16 Ha
8
60
N = 1.10D3 - 18.12D2 + 82.73D - 65.93
R² = 0.94
60
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
50
40
30
20
10
50
N = 53.18e-0.23D
R² = 0.85
40
30
20
10
0
0
2
6
10 14 18 22 26 30
Diameter (cm)
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 3 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Wondo dengan luas 0.1 Ha
N = 0.61D3 - 9.50D2 + 41.01D - 30.64
R² = 0.91
25
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
30
20
15
10
5
0
40
35
30
25
20
15
10
5
0
N = 59.91e-0.53D
R² = 0.96
0.01 0.03 0.05 0.07 0.11 0.13 0.15 0.17
Luas Bidang Dasar (m²)
3.5 10.5 17.5 24.5 31.5 38.5 45.5 52.5
Diameter (cm)
Gambar 4 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Tuti dengan luas 0.2 Ha
N = 24.52e-0.44D
R² = 0.87
25
20
15
10
5
0
30
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
30
25
N = 1.51D2 - 14.77D + 36.14
R² = 0.96
20
15
10
5
0
9
15 21 27 33 39 45 51
Diameter (cm)
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.07 0.08
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 5 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Sutarman dengan luas 0.13 Ha
9
50
20
Jumlah Pohon
40
Jumlah Pohon
N = 71.46e-0.52D
R² = 0.89
30
20
10
15
N = 28.36e-0.48D
R² = 0.78
10
5
0
0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.08 0.09
Luas Bidang Dasar (m²)
7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5
Diameter (cm)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
N = 0.61D3 - 8.33D2 + 31.84D - 23
R² = 0.92
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
Gambar 6 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Waluyo dengan luas 0.53 Ha
3
9
15
21
27
Diameter (cm)
33
40
35
30
25
20
15
10
5
0
N = 41.01e-0.37D
R² = 0.98
39
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 7 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Sandur dengan luas 0.25 Ha
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tegakan
Sengon memiliki diameter dan luas bidang dasar yang kecil. Hal ini disebabkan
oleh pola penanaman yang cenderung rapat dengan tanaman Salak, sehingga
menyebabkan pertumbuhan diameter yang kecil dan persaingan pertumbuhan
yang tinggi untuk mendapatkan nutrisi dari tanah.
Apabila pola penanaman tegakan tidak rapat serta nutrisi tanah tempat
tumbuh cukup, maka pertumbuhan diameter dan luas bidang dasar tegakan akan
besar dan pertumbuhan tinggi tegakan akan normal karena persaingan antar
tanaman tidak terlalu tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penjarangan pada lahan
tersebut untuk menstimulasikan pertumbuhan tegakan yang ditinggalkan dan
menambah hasil keseluruhan pada material yang berharga dari tegakan (Smith
1962 dalam Baker et al.1987).
Persamaan matematika merupakan suatu model struktur tegakan yang
dapat menggambarkan pola struktur tegakan sesuai dengan hasil pengukuran di
lapangan. Persamaan yang terdapat pada histogram diatas yaitu fungsi
eksponensial negatif dan fungsi polinomial. Berdasarkan hasil pengolahan data,
10
persamaaan matematika untuk sebaran diameter dan luas bidang dasar masingmasing pemilik lahan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Persamaan matematika berdasarkan sebaran diameter
Pemilik Lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
Persamaan Matematika
N = 0.50D3 – 7.57D2 + 32.19D – 25.79
N = 1.10D3 – 18.12D2 + 82.73D – 65.93
N = 0.61D3 – 9.50D2 + 41.01D – 30.64
N = 24.52e-0.44D
N = 71.46e-0.52D
N = 0.61D3 – 8.33D2 + 31.84D - 23
R²
0.93
0.94
0.91
0.87
0.89
0.92
p-value
0.00
0.01
0.01
0.00
0.00
0.02
Penerimaan persamaan matematika adalah koefisien determinasi (R²) lebih
besar dari 0.5 dan p-value lebih kecil dari 0.05 (Muhdin 2012). Persamaan pada
tiap lahan dapat diterima. Hal ini dibuktikan dengan nilai R² yang lebih dari 0.5
dan p-value yang lebih kecil dari 0.05. Nilai R² paling tinggi dapat dikatakan
sebagai model terbaik karena hampir mendekati nilai 1. Persamaan diatas
menunjukkan bahwa model persamaan matematika lahan Wondo yang paling baik
dengan memiliki nilai R² paling tinggi sebesar 0.94 dengan p-value sebesar 0.01
sedangkan pada lahan Sutarman dan Waluyo memiliki persamaan dengan fungsi
eksponensial negatif yaitu dengan persamaan N = 24.52e-0.44D dan N = 71.46e-0.52D.
Hal ini dikarenakan pada lahan tersebut mengalami gangguan seperti adanya
tebang butuh dan penanaman yang terlalu rapat dengan tanaman salak.
Tabel 3 Persamaan matematika berdasarkan sebaran luas bidang dasar
Pemilik Lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
Persamaan matematika
-0.56D
N = 41.16e
N = 53.18e-0.23D
N = 59.91e-0.53D
N = 1.51D² - 14.77 + 36.14
N = 41.01e-0.37D
N = 28.36e-0.48D
R²
p-value
0.93
0.85
0.96
0.96
0.78
0.98
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Persamaan matematika sebaran luas bidang dasar menggunakan fungsi
eksponensial negatif, Hal ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah pohon seiring
dengan bertambahnya luas bidang dasar pada masing-masing tegakan. Bentuk
kurva pada lahan Sutarman menggunakan fungsi polinomial, hal ini dikarenakan
pada lahan Sutarman memiliki luas bidang dasar yang kurang merata sehingga
model ini lebih cocok digunakan pada lahan tersebut. Persamaan di atas dapat
diterima karena memiliki nilai R² lebih dari 0.5 dan nilai p-value lebih kecil dari
0.05. Nilai R² tertinggi pada tabel diatas adalah lahan milik Sandur dengan
persamaan N = 28.36e-0.48D dengan nilai R² sebesar 0.98 dan dapat dikatakan
sebagai model terbaik.
11
Secara umum, bentuk kurva yang dihasilkan pada hutan tanaman akan
berbentuk lonceng terbalik karena memiliki umur yang sama atau disebut dengan
hutan seumur (even-aged forest), namun pada hasil di atas menunjukkan bahwa
hutan tanaman di Desa Kalimendong memiliki umur tegakan yang beragam atau
disebut dengan hutan tidak seumur (uneven-aged forest). Hal ini dikarenakan
penanaman yang tidak seragam dan kebutuhan ekonomi yang mengakibatkan
masyarakat setempat melakukan penebangan untuk keperluan biaya hidup
masing-masing.
Kemencengan Kurva Sebaran Peubah Dimensi Tegakan Sengon
Kemencengan dari data tersebut dapat diketahui melalui perhitungan
analisis nilai koefisien kemencengan kurva. Menurut Hasan (2008), koefisien
kemencengan Pearson atau nilai koefisien skewness adalah koefisien berdasarkan
nilai selisih rata-rata dengan modus dibagi simpangan baku. Hal ini disebutkan
dalam Prihanto dan Muhdin (2006) bahwa penyebaran data di sekitar ukuran
pemusatannya dapat membentuk bermacam-macam pola, yakni simetris, miring
ke kiri, dan miring ke kanan. Data yang penyebarannya simetris dicirikan oleh
nilai median dan nilai tengah yang berimpit. Jika SK ≈ , maka data dapat
dikatakan menyebar secara simetris. Jika SK > 0 dikatakan miring ke kiri atau
miring positif, dimana sebagian besar data mengumpul di ekor sebelah kiri,
sehingga di ekor sebelah kanan data tidak terlalu banyak. Kondisi sebaliknya jika
SK < 0 dikatakan miring negatif atau miring ke kanan. Hasil dari data pengamatan
yang diperoleh, dapat dilihat nilai kemencengan kurva yang disajikan pada tabel
berikut:
12
Tabel 4 Data statistik kemencengan kurva
Pemilik lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Nilai
Statistik
Modus
Median
Rata-rata
Skewness
Modus
Median
Rata-rata
Skewness
Modus
14
0.015
19
0.028
20.84
0.041
0.80
1.552
Modus
7
0.004
Median
12
0.011
15.84
0.030
2.12
3.929
10
0.008
12
0.011
Rata-rata
15.10
0.023
Skewness
Modus
1.28
2.179
10
0.008
14
0.015
15.51
0.022
1.07
2.494
Median
Rata-rata
Skewness
Sutarman
Rata-rata
Skewness
Waluyo
Sandur
Peubah dimensi tegakan
Diameter (cm)
Luas Bidang Dasar (m²)
10
0.008
14
0.015
15.70
0.024
1.36
2.363
8
0.005
12
0.011
12.77
0.015
0.56
1.228
Modus
Median
Median
Rata-rata
Skewness
Selain itu, menurut Sugiyono (2008) ukuran kemencengan data terdiri
atas tiga bagian, yaitu kemencengan data ke arah kiri (menceng negatif) dimana
nilai modus > mean, kemencengan data simetris (distribusi normal) dimana nilai
mean ≈ modus dan kemencengan data ke arah kanan (menceng positif) dimana
nilai mean lebih dari nilai modus (mean > modus). Berdasarkan pada Tabel 4
dapat dilihat bahwa nilai skewness untuk peubah tegakan diameter dan luas bidang
dasar pada semua lahan memiliki nilai positif (+). Hal ini dikarenakan tegakan
Sengon pada lahan masing-masing pemilik memiliki permudaan yang tinggi,
sehingga grafik yang di hasilkan lebih condong positif. Adapun tindakan
silvikulturnya yaitu tidak boleh dilakukan penebangan hingga tegakan berada
pada masa tebang.
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Struktur tegakan horizontal untuk setiap luasan hamparan pada setiap
kepemilikan lahan hutan rakyat Desa Kalimendong dapat digambarkan dengan
menggunakan dua jenis fungsi sebaran, yaitu sebaran eksponensial negatif dan
sebaran polinomial.
2. Persamaan matematika struktur tegakan horizontal hutan rakyat Desa
Kalimendong dapat diterima dengan persamaan matematika untuk peubah
dimensi diameter masing-masing pemilik lahan yaitu N = 0.50D3 - 7.57D2 +
32.19D - 25.786, N = 1.10D3 - 18.12D2 + 82.73D - 65.93, N = 0.61D3 - 9.50D2 +
41.01D - 30.64, N = 24.52exp-0.44D, N = 71.46e-0.52D, N = 0.61D3 - 8.33D2 +
31.84D - 23 (dicirikan dengan nilai R² sebesar 0.87 – 0.94 dan p-value sebesar
0.00 – 0.02). Peubah dimensi luas bidang dasar masing-masing memiliki
persamaan yaitu N = 41.16exp-0.56D , N = 53.18exp-0.23D , N = 59.91exp-0.53D , N
= 1.51D² - 14.77 + 36.14, N = 41.01exp-0.37D , N = 28.36exp-0.48D (dicirikan
dengan nilai R² sebesar 0.78 – 0.98 dan nilai p-value sebesar 0.00).
Saran
1. Perlu diberikan perlakuan penjarangan tanaman salak serta penanaman teratur
agar tegakan Sengon di hutan rakyat Kalimendong dapat tumbuh secara
optimal baik pertumbuhan tinggi maupun diameternya.
2. Perlu adanya menghindari tebang butuh untuk memperbaiki karakteristik
struktur tegakan di hutan rakyat Kalimendong.
DAFTAR PUSTAKA
Baker FS, Helms JA, Daniel TW. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Terjemahan
Joko Marsono. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.
Bone I. 2010. Model dinamika struktur tegakan untuk pengaturan hasil hutan alam
bekas tebangan: Kasus HPH PT. Gema Hutan Lestari Pulau Buru Propinsi
Maluku [thesis]. Program Pascasarjana IPB. Tidak Diterbitkan.
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan
Republik Indonesia.
Hardjanto, 2000. Beberapa Ciri Pengusahaan Hutan Rakyat di Jawa. Dalam
Suharjito (Penyunting). Hutan Rakyat di Jawa : Perannya Dalam Perekonomian
Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM).
Bogor. pp. 7-11.
Hasan MI. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (edisi kedua). Jakarta (ID): PT.
Bumi Aksara.
Muhdin, Suhendang E, Wahjono D, Purnomo H, Istomo, Simangunsong BCH.
2008. Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika Volume 2: 81-87.
14
Muhdin. 2012. Dinamika Struktur Tegakan Tidak Seumur untuk Pengaturan Hasil
Hutan Kayu Berdasarkan Jumlah Pohon (Kasus pada Areal Bekas Tebangan
Hutan Alam Hujan Tropika Dataran Rendah Tanah Kering di Kalimantan)
[disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.
Prihanto B dan Muhdin. 2006. Metode Statistika Bagian I Diktat Kuliah untuk
Program Strata I untuk Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID): Fakultas
Kehutananan. Institut Pertanian Bogor.
Saefudin A, Anwar NK, Alamudi A, Sadik K. 2009. Statistika Dasar. Jakarta
(ID): PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Suhendang E. 1985. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Alam Hujan Dataran
Rendah di Bengkunat Propinsi DT I Lampung. [thesis]. Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Mintani
Regression Statistics
Multiple R
0.96217408
R Square
0.92577895
Adj R Square
Standard
Error
0.87011317
Observations
8
2.45191859
ANOVA
df
SS
MS
Regression
3
299.952381
99.98412698
Residual
4
24.04761905
6.011904762
Total
7
324
Standard
Error
Coefficients
Significance
F
F
16.6310231
0.010069725
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower
95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-11.520833
3.815154699
-3.01975522
0.039172663
-22.11340092
-0.928265744
-22.1134009
-0.92826574
x
4.99880952
0.839780492
5.952519229
0.003997181
2.667205089
7.330413959
2.667205089
7.330413959
x^2
-0.2728571
0.048878897
-5.58230975
0.005049649
-0.408566717
-0.137147569
-0.40856672
-0.13714757
x^3
0.004
0.000804828
4.970009064
0.007651439
0.001765441
0.006234559
0.001765441
0.006234559
Regression Statistics
Multiple R
R Square
0.962981552
0.92733347
Adj R Square
0.909166838
Standard Error
0.325991393
Observations
6
ANOVA
df
SS
MS
F
Significance
F
51.04598
0.002030184
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper
95,0%
Regression
1
5.424675595
5.42467559
Residual
4
0.425081552
0.10627039
Total
5
5.849757147
Coefficients
Standard
Error
Intercept
3.439096318
0.269007572
12.7843848
0.000216
2.692211561
4.18598107
2.692211561
4.18598107
X Variable 1
-55.6759789
7.792684777
-7.1446466
0.00203
-77.3119404
-34.040017
-77.3119404
-34.040017
16
Lampiran 2 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Wondo
Regression Statistics
Multiple R
0.96744204
R Square
0.935944101
Adj R Square
Standard
Error
0.887902177
Observations
8
7.001198104
ANOVA
MS
F
Regression
df
3
2864.8079
SS
954.9359668
19.48181962
Residual
4
196.0670996
49.01677489
Total
7
3060.875
Significance F
0.007527127
Coefficients
Standard
Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-28.9546807
10.89377681
-2.657910223
0.056513369
-59.20065403
1.291292556
-59.20065403
1.291292556
x
16.36014159
2.997382139
5.458143419
0.005476947
8.038074627
24.68220856
8.038074627
24.68220856
x2
-1.0289164
0.218075935
-4.718156527
0.009184092
-1.634392258
-0.423440534
-1.634392258
-0.423440534
x3
0.01724274
0.004488479
3.841555457
0.018435024
0.004780725
0.029704755
0.004780725
0.029704755
SS
MS
F
Significance
F
38.1463726
0.000455676
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Regression Statistics
Multiple R
0.919211
R Square
0.8449488
Adj R Square
0.8227986
Standard Error
0.294569
Observations
9
ANOVA
df
Regression
1
3.309994032
3.30999403
Residual
7
0.607396108
0.08677087
Total
8
3.91739014
Coefficients
Intercept
X Variable 1
Standard
Error
t Stat
Lower 95,0%
Upper 95,0%
3.8562732
0.197297688
19.5454555
2.2904E-07
3.389738282
4.322808076
3.389738282
4.322808076
-46.975128
7.605737857
-6.17627498
0.00045568
-64.9598406
-28.9904162
-64.95984059
-28.99041621
17
Lampiran 3 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Tuti
Regression Statistics
Multiple R
0.956258868
R Square
0.914431022
Adj R Square
Standard
Error
0.850254289
Observations
8
3.863820979
ANOVA
df
SS
MS
Regression
3
638.1585498
212.7195166
Residual
4
59.71645022
14.92911255
Total
7
697.875
Coefficients
Standard Error
Intercept
-12.4333063
x
F
14.24863774
Significance F
0.013330748
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
6.012057184
-2.068061879
0.107465877
-29.12545302
4.258840465
-29.12545302
4.258840465
4.567937023
0.945254375
4.832494983
0.00844596
1.943490141
7.192383905
1.943490141
7.192383905
x2
-0.17515902
0.039298527
-4.457139663
0.011184935
-0.284269228
-0.066048821
-0.284269228
-0.066048821
x3
0.001774303
0.0004622
3.838822954
0.01847812
0.000491031
0.003057575
0.000491031
0.003057575
MS
F
Significance F
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Regression Statistics
Multiple R
0.982234103
R Square
0.964783832
Adj R Square
Standard
Error
0.958914471
Observations
8
0.264588425
ANOVA
df
SS
Regression
1
11.50749665
11.50749665
Residual
6
0.420042207
0.070007035
Total
7
11.92753885
Coefficients
Standard Error
3.6986657
0.179939583
20.5550421
8.62413E-07
3.258369402
4.138961997
3.258369402
4.138961997
-21.8970095
1.707910938
-12.82093173
1.38324E-05
-26.07611706
-17.71790203
-26.07611706
-17.71790203
Intercept
X Variable 1
t Stat
164.3762905
P-value
1.38324E-05
18
Lampiran 4 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Sutarman
Regression Statistics
Multiple R
0.932920763
R Square
0.870341149
Adj R Square
Standard
Error
0.848731341
Observations
8
0.451214463
ANOVA
df
SS
MS
Regression
1
8.199825743
8.199825743
Residual
6
1.221566949
0.203594492
Total
7
9.421392692
Coefficients
Standard Error
Intercept
3.420303301
0.382931467
8.931894062
X Variable 1
-0.07364214
0.011603984
t Stat
F
40.27528289
P-value
Significance F
0.000717125
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
0.000109875
2.483303755
4.357302847
2.483303755
4.357302847
-6.346281028
0.000717125
-0.102036068
-0.045248217
-0.102036068
-0.045248217
MS
F
Significance F
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Regression Statistics
Multiple R
0.978949544
R Square
0.958342211
Adj R Square
Standard
Error
0.937513316
Observations
7
2.054827123
ANOVA
df
SS
Regression
2
388.5393134
194.2696567
Residual
4
16.88925803
4.222314507
Total
6
405.4285714
Coefficients
Standard Error
34.05149502
2.953841816
11.5278668
0.000323353
25.85031537
42.25267467
25.85031537
42.25267467
-1287.0155
153.2467903
-8.398319475
0.001100039
-1712.496805
-861.5342029
-1712.496805
-861.5342029
11830.01107
1639.70355
7.214725537
0.001957041
7277.464179
16382.55797
7277.464179
16382.55797
Intercept
x
x2
t Stat
46.01022884
P-value
0.001735371
19
Lampiran 5 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Waluyo
Regression Statistics
Multiple R
R Square
0.94267137
0.888629312
Adj R Square
Standard
Error
0.87006753
0.491452518
Observations
8
ANOVA
df
SS
MS
Regression
1
11.56282921
11.56282921
Residual
6
1.449153465
0.241525578
Total
7
13.01198267
Coefficients
Standard Error
Intercept
4.531540175
0.417080234
10.86491232
x
-0.10493912
0.015166554
t Stat
F
47.87413956
P-value
Significance F
0.000451016
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
3.60239E-05
3.510981607
5.552098744
3.510981607
5.552098744
-6.919114074
0.000451016
-0.142050338
-0.067827896
-0.142050338
-0.067827896
MS
F
Significance F
Regression Statistics
Multiple R
0.88506176
R Square
0.783334318
Adj R Square
0.747223371
Standard Error
0.491250004
Observations
8
ANOVA
df
SS
Regression
1
5.234960518
5.234960518
Residual
6
1.447959401
0.241326567
Total
7
6.682919919
t Stat
21.69243357
P-value
0.003476353
Coefficients
Standard Error
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
3.390391726
0.335407362
10.10828057
5.4468E-05
2.569679476
4.211103976
2.569679476
4.211103976
x
-40.4972249
8.695030824
-4.657513668
0.003476353
-61.77319887
-19.22125094
-61.77319887
-19.22125094
20
Lampiran 6 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Sandur
Regression Statistics
Multiple R
0.957039944
R Square
0.915925455
Adj R Square
0.831850911
Standard Error
2.510296258
Observations
7
ANOVA
df
SS
MS
Regression
3
205.952381
68.65079365
Residual
3
18.9047619
6.301587302
Total
6
224.8571429
F
10.89420655
Significance F
0.040325215
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-9.08630952
4.314333969
-2.106074678
0.125835771
-22.81644572
4.643826676
-22.81644572
4.643826676
x
3.994378307
0.908628538
4.396052006
0.021815538
1.102716773
6.88603984
1.102716773
6.88603984
x2
-0.20601852
0.050395458
-4.088037399
0.026453093
-0.366399359
-0.045637678
-0.366399359
-0.045637678
x3
0.002829218
0.000790759
3.577849572
0.037343321
0.000312669
0.005345767
0.000312669
0.005345767
F
Significance F
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Regression Statistics
Multiple R
0.990289147
R Square
0.980672594
Adj R Square
0.976807113
Standard Error
0.164189673
Observations
7
ANOVA
df
SS
MS
Regression
1
6.839307889
6.839307889
Residual
5
0.134791244
0.026958249
Total
6
6.974099134
Coefficients
Standard Error
Intercept
2.868729485
0.110320649
26.00355881
1.57139E-06
2.585141228
3.152317741
2.585141228
3.152317741
x
-35.6829848
2.240272958
-15.92796301
1.77556E-05
-41.44178978
-29.92417984
-41.44178978
-29.92417984
t Stat
253.7000057
P-value
1.77556E-05
21
Lampiran 7 Nilai data statistik deskriptif
Nama
Pemilik
Lahan
Peubah
Dimensi
Tegakan
N
Range
Statistic Statistic
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Sum
Mean
Statistic Statistic
Std.
Deviation
Statistic
Variance Skewness Kurtosis
Statistic
Statistic
Statistic
Diameter
56
31.00
7.000
38.00
879.00
15.70
7.43
55.27
1.36
5.88
LBDs
56
0.11
0.004
0.11
1.32
0.02
0.03
0.00
2.36
5.88
Diameter
185
23.00
5.000
28.00 2362.00
12.77
5.24
27.47
0.56
-0.57
LBDs
185
0.06
0.002
2.76
0.02
0.01
0.00
1.23
1.38
Diameter
83
40.00
6.000
46.00 1730.00
20.84
9.46
89.52
0.80
0.004
LBDs
83
0.16
0.003
0.17
3.41
0.04
0.04
0.00
1.55
1.87
Diameter
51
59.00
6.000
65.00
808.00
15.84
11.78
138.81
2.12
5.35
LBDs
51
0.33
0.003
0.33
1.55
0.03
0.05
0.00
3.93
19.03
Diameter
101
35.00
6.000
41.00 1525.00
15.10
7.53
56.65
1.28
1.15
LBDs
101
0.13
0.003
0.13
2.25
0.02
0.02
0.001
2.18
5.26
Diameter
43
33.00
5.000
38.00
667.00
15.51
6.71
45.02
1.07
1.83
LBDs
43
0.11
0.002
0.11
0.96
0.02
0.02
0.0004
2.49
8.58
Mintani
Wondo
0.01
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 04 Januari 1993 dari pasangan
Franklin Simangunsong (Alm) dan Riza Fauzini Nasution. Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 3 Rantau Utara pada tahun 2007-2010. Pada tahun
2010 penulis diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Program Studi Manajemen Hutan,
Departemen Manajemen, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yaitu sebagai anggota perencanaan Forest Manajement Student
Club (2011-2014), anggota UKM Futsal IPB (2010-2014) dan anggota UKM
Sepak Bola IPB (2010-2014).
Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Sancang Timur dan Gunung Papandayan pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2013, dan Praktek
Kerja Lapang Profesi di Badan Layanan Umum Pusat Kementerian Kehutanan
pada tahun 2014. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis
melakukan penelitian skripsi dengan judul Komposisi Jenis dan Persamaan
Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat Desa Kalimendong
di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir.Endang Suhendang, MS.
UNTUK STRUKTUR TEGAKAN HORIZONTAL
HUTAN RAKYAT DI DESA KALIMENDONG
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Jenis dan
Persamaan Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa
Kalimendong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Yuri Dinosia Simangunsong
E14100001
ABSTRAK
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG. Komposisi Jenis dan Persamaan
Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa
Kalimendong. Dibimbing oleh ENDANG SUHENDANG.
Struktur tegakan dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu hutan
tanaman. Struktu tegakan penting untuk menentukan perlakuan silvikultur. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi bentuk persamaan matematika pada
masing-masing pemilik hutan rakyat di Desa Kalimendong. Penelitian ini dilakukan
di Desa Kalimendong, Kabupaten Wonosobo pada bulan Mei 2014 selama dua
minggu. Data yang diambil menggunakan metode sensus, dimana dilakukan
pengukuran seluruh tegakan yang berada pada lahan kepemilikan. Data yang diolah
adalah tegakan yang mendominasi yaitu tegakan Sengon dengan jumlah 519 pohon.
Data peubah Sengon yaitu diameter dan luas bidang dasar dan disajikan dalam bentuk
histogram. Untuk memperjelas bentuk sebaran tegakan, data dianalisis menggunakan
fungsi sebaran normal. Hasil penelitian menunjukkan persamaan matematika pada
setiap lahan kepemilikan dapat diterima dengan koefisien determinasi (R²) lebih dari
0.5 dan p-value kurang dari 0.05. Bentuk sebaran yang didapat yaitu fungsi
polinomial dan eksponensial negatif. Karakteristik hutan tanaman dicirikan dengan
kurva lonceng terbalik namun pada lahan Sutarman dan Waluyo memiliki kurva
‘’J’’ terbalik dikarenakan pada lahan tersebut dilakukan tebang butuh dan
pengelolaan yang kurang baik.
Kata kunci: persamaan matematika, struktur tegakan
ABSTRACT
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG. Species Compotition and Mathematic
Equation for Horizontal Stands Stucture of Community Forest in Kalimendong
Village. Supervised by ENDANG SUHENDANG.
Stand structure can be used to identify the plantation characteristic. That is
important for determining treatment of silviculture. This research purpose is to find
out the information of mathematic equation in every private community forest in
Kalimendong Village. This research was conducted in Kalimendong Village,
Wonosobo Distrct in May 2014 (2 weeks). Data was collected using census method,
where the measurement was done in every stands on private lands. Processed data
was confined to dominating stands which is Sengon with 519 Sengon trees. Sengon’s
variables is diameter and basal area presented in histogram. In order to explain more
about stands distribution, data analyzed using normal distribution function. The result
showed that the mathematic equation in every private land can be accepted with
coefficient of determination (R²) more than 0.5 and p-value less than 0.05.
Distribution form obtained from this research is polynomial function and negative
exponential. Plantation characteristic specifically known from inverted bell curve but
Sutarman and Waluyo land has inverted ‘’J’’ curve because in these lands cut-forneeds and bad management were implemented.
Keywords: mathematic equation, stands structure
KOMPOSISI JENIS DAN PERSAMAAN MATEMATIKA
UNTUK STRUKTUR TEGAKAN HORIZONTAL
HUTAN RAKYAT DI DESA KALIMENDONG
YURI DINOSIA SIMANGUNSONG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Komposisi Jenis dan Persamaan Matematika untuk Struktur
Tegakan Horizontal Hutan Rakyat di Desa Kalimendong
Nama
: Yuri Dinosia Simangunsong
NIM
: E14100001
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Endang Suhendang, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014 ini ialah struktur
tegakan, dengan judul Komposisi Jenis dan Persamaan Matematika untuk Struktur
Tegakan Horizonal Hutan Rakyat Desa Kalimendong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Endang Suhendang, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan selama
penelitian dan penulisan skripsi ini. Di samping itu, ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada pengelola APHR Wonosobo khususnya Mulyadi yang
telah membantu dan bekerja sama dalam pengumpulan data penelitian. Ungkapan
terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Franklin
Simangunsong (Alm) dan Mama Riza Fauzini Nasution, Kakak-Kakakku
tersayang serta seluruh Keluarga atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya.
Selain itu juga ucapan terima kasih kepada Aruni Nurrahim yang menjadi partner
selama belajar di Fahutan yang selalu memberikan semangat dan kepada MNH47,
Keluarga besar MNH, Fahutan IPB serta sahabat-sahabat terbaik saya atas segala
doa dan kekeluargaan yang erat selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur Pengumpulan Data
2
Prosedur Pengolahan Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
5
Keadaan Tegakan
6
Bentuk Sebaran Diameter dan Luas Bidang Dasar Tegakan Sengon
7
Kemencengan Kurva Sebaran Peubah Dimensi Tegakan Sengon
SIMPULAN DAN SARAN
11
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Data kerapatan pohon
Persamaan matematika berdasarkan sebaran diameter
Persamaan matematika berdasarkan sebaran luas bidang dasar
Data statistik kemencengan kurva
6
10
10
12
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian hutan rakyat di Desa Kalimendong
2 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Mintani dengan luas 0.16 Ha
3 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Wondo dengan luas 0.1 Ha
4 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Tuti dengan luas 0.2 Ha
5 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Sutarman dengan luas 0.13 Ha
6 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Waluyo dengan luas 0.53 Ha
7 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan
Sandur dengan luas 0.25 Ha
6
Sengon lahan
7
Sengon lahan
8
Sengon lahan
8
Sengon lahan
8
Sengon lahan
9
Sengon lahan
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Mintani
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Wondo
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Tuti
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Sutarman
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Waluyo
Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar Sandur
Nilai data statistik deskriptif
15
16
17
18
19
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan rakyat dalam pengertian menurut Undang-Undang No.41 tahun 1999
adalah hutan hak berupa hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak (milik)
atas tanah. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara yaitu
hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak (milik) atas tanah.
Hardjanto (2000) mendefinisikan hutan rakyat sebagai hutan yang dimiliki oleh
masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya hutan rakyat juga
disebut hutan milik dengan luas minimal 0.25 hektar. Namun, hutan rakyat di
Pulau Jawa pada umumnya tidak memenuhi luasan hutan rakyat sebagaimana
mestinya karena rata-rata pemilikan tanah di Pulau Jawa sempit dan terpencarpencar. Pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat akan memberikan dampak ekologis
yang baik untuk lingkungan, karena mampu mengembalikan fungsi konservasi
tanah dan air, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan peluang usaha dan
lapangan kerja.
Salah satu contoh pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat ada di Desa
Kalimendong, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Desa Kalimendong
memiliki hutan rakyat yang cukup luas dengan tahun tanam yang seragam yakni
1997. Hutan rakyat di desa ini dikelola dengan cukup baik, sehingga mendapatkan
Juara I Perlombaan Hutan Rakyat Tingkat Nasional pada tahun 2006. Hampir
seluruh hutan rakyat di Desa Kalimendong menggunakan pola agroforestri, yakni
pencampuran antara tanaman berkayu dengan tanaman biji-bijian.
Penetapan kombinasi tanaman pada sistem agroforestri didasarkan pada
tingkat kebutuhan hidup masyarakat pemilik hutan serta kesesuaian lahan,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pengkombinasian antar komponen
agroforestri di hutan rakyat relatif fleksibel. Adanya tebang butuh dan penanaman
salak yang terlalu banyak mengakibatkan tegakan tidak tumbuh normal.
Informasi tentang struktur tegakan dipandang penting karena ditinjau dari
faktor ekologi, struktur tegakan dapat memberikan gambaran tentang kemampuan
regenerasi tegakan (Suhendang 1994; Muhdin et al. 2008). Struktur tegakan dapat
dibedakan atas struktur tegakan vertikal, struktur tegakan horizontal, dan struktur
tegakan spasial. Struktur tegakan vertikal adalah sebaran individu tegakan dalam
berbagai lapisan tajuk, sedangkan struktur tegakan horizontal didefenisikan
sebagai banyaknya pohon per satuan luas pada setiap diameternya (Meyer et al.
1961; Davis dan Johnson 1987 dalam Bone, 2010). Dalam penelitian ini,
karakteristik hutan rakyat Sengon yang dimaksud adalah struktur tegakan
horizontal.
Perumusan Masalah
Bentuk biofisik hutan rakyat di Desa Kalimendong merupakan kombinasi
tanaman pada sistem agroforestri, dimana pemanfaatan lahan keseluruhan
ditanami oleh tanaman salak ditambahkan dengan tanaman berkayu seperti
Sengon. Namun, pohon-pohon yang ditanam tidak semua tumbuh dengan baik.
Pola tanam, kerapatan dan tebang butuh diduga menjadi beberapa faktor yang
mempengaruhi struktur tegakannya.
2
Masing-masing kondisi tegakan hutan rakyat di Desa Kalimendong
memiliki karakteristik struktur tegakan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Hal ini dikarenakan struktur tegakan suatu hutan memiliki sifat yang khas untuk
jenis tegakan tertentu dan kondisi tempat tumbuh tertentu (Suhendang 1985).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi komposisi jenis dan
bentuk persamaan matematika untuk struktur tegakan horizontal pada masingmasing pemilik lahan hutan rakyat di Desa Kalimendong.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk menggambarkan kondisi terkini struktur
tegakan Desa Kalimendong, sehingga dapat membantu dalam upaya pengelolaan
hutan dan sebagai salah satu sumber data dalam upaya pemulihan hutan.
METODE
Waktu dan Tempat
Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono,
Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Bahan
Obyek yang diteliti berupa tegakan hutan rakyat yang berada pada lokasi
lahan milik masyarakat Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono, Kabupaten
Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Alat
Alat yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini antara
lain pita ukur, GPS, tallysheet, dan alat tulis. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software ArcGis 9.3, software Microsoft Excel 2010 dan software
Microsoft Word 2010.
Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data-data yang langsung diperoleh melalui
pengukuran di lapangan yang terdiri atas jenis pohon, diameter pohon (D), jumlah
Pohon (N) dan luas lahan. Data sekunder terdiri atas kondisi umum lokasi
penelitian. Data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan penduduk
setempat.
3
Pengumpulan data dimulai dengan melihat kondisi lahan tanaman salak
yang memiliki tegakan Sengon yang cukup mendominasi. Penelitian ini
menggunakan luas lahan sebagai plot yang akan diteliti. Setiap lahan dilakukan
tracking menggunakan GPS untuk mengetahui luas dan pengukuran diameter
terhadap semua pohon yang berukuran ≥ 5 cm kecuali tanaman Salak. Pemilik
lahan berikut luasannya yang terlibat terdiri atas Mintani seluas 0.16 ha, Wondo
seluas 0.10 ha, Tuti seluas 0.20 ha, Sutarman seluas 0.13 ha, Waluyo seluas 0.53
ha dan Sandur seluas 0.25 ha.
.
Prosedur Pengolahan Data
Data yang diolah dan dianalisis berdasarkan peubah diameter dan luas
bidang dasar untuk membuat model struktur tegakannya pada bentuk kepemilikan
lahan yang digunakan untuk hutan rakyat.
Sebaran Diameter
Pada sebaran diameter ditunjukkan hubungan antar jumlah batang persatuan
luas dengan diameter pohon. Diameter pohon yang digunakan dalam pembuatan
kurva sebaran diameter pohon minimal 5 cm. Kurva sebaran diameter ini
memiliki sumbu X untuk diameter dan sumbu Y untuk jumlah pohon. Jumlah
pohon yang ada di dalam kurva adalah semua pohon yang berada di plot contoh
untuk tiap jenis pohonnya mewakili seluruh tegakan.
Sebaran Luas Bidang Dasar
Pada sebaran luas bidang dasar ditunjukkan hubungan antara jumlah batang
per satuan luas dengan luas bidang dasar pohon. Kurva sebaran luas bidang dasar
ini memiliki sumbu X untuk kelas luas bidang dasar serta sumbu Y untuk jumlah
pohon yang berada di lahan masing-masing pemilik untuk jenis Sengon.
Kerapatan Berdasarkan Jumlah Pohon
∑n
L
N
Keterangan :
N
= Kerapatan berdasarkan jumlah pohon (ind/ha)
∑n
= Jumlah pohon (individu)
L
= Luas (ha)
Kerapatan Berdasarkan Luas Bidang Dasar
L
s
∑
L
Keterangan :
LBDs = Luas bidang dasar tegakan (m²/ha)
∑
= Luas bidang dasar per pohon (m²)
L
= Luas (ha)
4
Persamaan Eksponensial Negatif
Persamaan matematika untuk struktur tegakan horizontal disusun
menggunakan fungsi eksponensial negatif dengan persamaan sebagai berikut :
ek
N
Tetapan
berikut :
dan k ditentukan melalui analisis regresi dengan rumus sebagai
lnN = ln
∑
l N
(∑
)
∑
– kD
∑
∑
n
∑l N n
n
∑
Keterangan:
N = Banyaknya pohon per hektar yang berdiameter D cm
= Tetapan yang merupakan intersep (koefisien elevasi dari persamaan yang
disusun)
k = Tetapan yang menunjukkan laju penurunan jumlah pohon pada setiap
kenaikan diameter pohon
D = Nilai tengah dari kelas diameter
n = Jumlah data
Persamaan Polinomial
Regresi polinomial merupakan model regresi linier yang dibentuk dengan
menjumlahkan pengaruh masing-masing variabel prediktor (X) yang dipangkatkan
meningkat sampai orde ke-k. Penggunaan fungsi ini biasanya pada data yang tidak
berpola dan menyebar tidak beraturan. Secara umum, model regresi polinomial
ditulis dalam bentuk :
N b b
b
... bk k
Dimana :
N
= Banyaknya pohon per hektar
= Intersep
= Koefisien – koefisien regresi
D
= Diameter
= Faktor pengganggu yang tidak dapat dijelaskan oleh model
regresi.
Koefisien Kemencengan Kurva
Koefisien kemencengan kurva adalah koefisien berdasarkan nilai selisih
rata-rata dengan modus dibagi simpangan baku. Koefisien kemencengan Pearson
atau nilai koefisien kemencengan kurva dirumuskan sebagai berikut :
SK
̅ Mo
s
5
Apabila secara empiris didapatkan hubungan antar nilai pusat sebagai:
̅ Mo
̅ Me
Maka rumus kemencengan diatas dapat dirubah menjadi:
SK
̅ Me
s
Keterangan :
SK
= Koefisien kemiringan Pearson
Me
= Median
̅
= Rata-rata
S
= Simpangan baku σ
Mo
= Modus
Jika nilai SK dihubungkan dengan keadaan kurva maka :
. SK
→ kurva memiliki bentuk simetris
. SK > → nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri, kurva menceng ke
kiri atau menceng positif
. SK < → nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan, kurva menceng
ke kanan atau menceng negatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Kalimendong merupakan salah satu kawasan di Kabupaten Wonosobo
yang merupakan daerah pegunungan. Secara geografis memiliki luas 4,33 km² dan
terletak antara 21’ 4 ” sampai 23’ 10” Lintang Selatan (LS) dan
50’
38’’ sampai
52’ 50’’ ujur Timur
T , berjarak
km dari Ibu kota
Kabupaten Wonosobo dan 132 km dari Ibu Kota Jawa Tengah. Desa
Kalimendong berada pada ketinggian 600 – 800 m di atas permukaan laut dengan
suhu rata-rata 23 – 24
dan curah hujan 2400 – 2500 mm per tahun. Jenis
tanaman yang terdapat pada hutan rakyat Desa Kalimendong yaitu didominasi
oleh Salak, Sengon, Suren, Duren,Kopi, dan tanaman musim lainnya.
6
Gambar 1 Peta lokasi penelitian hutan rakyat di Desa Kalimendong.
Keadaan Tegakan
Secara umum, hutan tanaman rakyat di kawasan Kalimendong didominasi
oleh tanaman Salak, hal ini karena Salak merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakat setempat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan luasan lahan
pemilik sebagai plot contoh yang akan di ukur. Hasil dari pengukuran pada plot
contoh dibagi berdasarkan jenis tegakan. Jumlah tegakan keseluruhan pada plot
contoh tersebut adalah 626 individu. Berdasarkan jumlah per jenis, yang
terbanyak adalah tegakan Sengon sebanyak 519 individu, Suren 79 individu dan
Jati 28 individu. Namun penelitian kali ini hanya menggunakan data jumlah dan
diameter tegakan Sengon.
Tabel 1 Data kerapatan tegakan
Pemilik Lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
Luas (ha) Jumlah Pohon
0.16
0.10
0.20
0.13
0.53
0.25
56
185
83
67
184
51
Kerapatan
(jlh.tegakan ha- )
350
1850
415
515.38
347.17
204
Kerapatan
(m²ha- )
8.26
27.64
17.04
29.98
8.30
5.40
Kerapatan tegakan pada setiap plot contoh berdasarkan jumlah tegakan
per hektar berbeda-beda. Lahan milik Wondo memiliki tegakan yang paling rapat
sebesar 1850 tegakan
dan kerapatan yang memiliki nilai yang terendah
7
adalah lahan milik Sandur sebesar 204 tegakan
. Hal ini dikarenakan pada
lahan Wondo memiliki jumlah yang banyak dengan luasan yang kecil sedangkan
lahan Sandur memiliki luas lahan yang cukup luas dengan tegakan yang sedikit.
Kerapatan yang dilihat dari LBDs, lahan milik Sutarman memiliki nilai kerapatan
yang tertinggi sebesar 29.98 m²
sedangkan yang terkecil yaitu milik Sandur
sebesar 5.40
. Hal ini terjadi karena tegakan yang berada pada lahan
Sutarman memiliki diameter yang cukup besar dibandingkan dengan tegakan
milik Wondo.
Bentuk Sebaran Diameter dan Sebaran Luas Bidang Dasar Pohon Pada
Tegakan Sengon
Untuk mengetahui data tegakan Sengon berdasarkan sebaran normal
dilakukan perhitungan frekuensi berdasarkan nilai peluang sebaran normal
terhadap selang-selang kelas pada masing-masing kelas untuk peubah diameter
dan luas bidang dasar. Nilai karakteristik tegakan Sengon berupa nilai tengah μ ,
standar deviasi σ , dan varians σ² digunakan untuk menentukan sebaran dari
diameter dan luas bidang dasar pada masing-masing lahan. Hasil pengukuran
frekuensi sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan sengon tercantum pada
gambar 2 sampai dengan gambar 7 berikut :
20
25
N = 0.50D3 - 7.57D2 + 32.19D - 25.79
R² = 0.93
Jumlah Pohon
20
Jumlah Pohon
15
10
5
N = 41.16exp(-0.557D)
R² = 0.93
15
10
5
0
0
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5
Diameter (cm)
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 2 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Mintani dengan luas 0.16 Ha
8
60
N = 1.10D3 - 18.12D2 + 82.73D - 65.93
R² = 0.94
60
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
50
40
30
20
10
50
N = 53.18e-0.23D
R² = 0.85
40
30
20
10
0
0
2
6
10 14 18 22 26 30
Diameter (cm)
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 3 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Wondo dengan luas 0.1 Ha
N = 0.61D3 - 9.50D2 + 41.01D - 30.64
R² = 0.91
25
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
30
20
15
10
5
0
40
35
30
25
20
15
10
5
0
N = 59.91e-0.53D
R² = 0.96
0.01 0.03 0.05 0.07 0.11 0.13 0.15 0.17
Luas Bidang Dasar (m²)
3.5 10.5 17.5 24.5 31.5 38.5 45.5 52.5
Diameter (cm)
Gambar 4 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Tuti dengan luas 0.2 Ha
N = 24.52e-0.44D
R² = 0.87
25
20
15
10
5
0
30
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
30
25
N = 1.51D2 - 14.77D + 36.14
R² = 0.96
20
15
10
5
0
9
15 21 27 33 39 45 51
Diameter (cm)
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.07 0.08
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 5 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Sutarman dengan luas 0.13 Ha
9
50
20
Jumlah Pohon
40
Jumlah Pohon
N = 71.46e-0.52D
R² = 0.89
30
20
10
15
N = 28.36e-0.48D
R² = 0.78
10
5
0
0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.08 0.09
Luas Bidang Dasar (m²)
7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5
Diameter (cm)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
N = 0.61D3 - 8.33D2 + 31.84D - 23
R² = 0.92
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon
Gambar 6 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Waluyo dengan luas 0.53 Ha
3
9
15
21
27
Diameter (cm)
33
40
35
30
25
20
15
10
5
0
N = 41.01e-0.37D
R² = 0.98
39
Luas Bidang Dasar (m²)
Gambar 7 Kurva sebaran diameter dan luas bidang dasar tegakan Sengon
lahan Sandur dengan luas 0.25 Ha
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tegakan
Sengon memiliki diameter dan luas bidang dasar yang kecil. Hal ini disebabkan
oleh pola penanaman yang cenderung rapat dengan tanaman Salak, sehingga
menyebabkan pertumbuhan diameter yang kecil dan persaingan pertumbuhan
yang tinggi untuk mendapatkan nutrisi dari tanah.
Apabila pola penanaman tegakan tidak rapat serta nutrisi tanah tempat
tumbuh cukup, maka pertumbuhan diameter dan luas bidang dasar tegakan akan
besar dan pertumbuhan tinggi tegakan akan normal karena persaingan antar
tanaman tidak terlalu tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penjarangan pada lahan
tersebut untuk menstimulasikan pertumbuhan tegakan yang ditinggalkan dan
menambah hasil keseluruhan pada material yang berharga dari tegakan (Smith
1962 dalam Baker et al.1987).
Persamaan matematika merupakan suatu model struktur tegakan yang
dapat menggambarkan pola struktur tegakan sesuai dengan hasil pengukuran di
lapangan. Persamaan yang terdapat pada histogram diatas yaitu fungsi
eksponensial negatif dan fungsi polinomial. Berdasarkan hasil pengolahan data,
10
persamaaan matematika untuk sebaran diameter dan luas bidang dasar masingmasing pemilik lahan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Persamaan matematika berdasarkan sebaran diameter
Pemilik Lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
Persamaan Matematika
N = 0.50D3 – 7.57D2 + 32.19D – 25.79
N = 1.10D3 – 18.12D2 + 82.73D – 65.93
N = 0.61D3 – 9.50D2 + 41.01D – 30.64
N = 24.52e-0.44D
N = 71.46e-0.52D
N = 0.61D3 – 8.33D2 + 31.84D - 23
R²
0.93
0.94
0.91
0.87
0.89
0.92
p-value
0.00
0.01
0.01
0.00
0.00
0.02
Penerimaan persamaan matematika adalah koefisien determinasi (R²) lebih
besar dari 0.5 dan p-value lebih kecil dari 0.05 (Muhdin 2012). Persamaan pada
tiap lahan dapat diterima. Hal ini dibuktikan dengan nilai R² yang lebih dari 0.5
dan p-value yang lebih kecil dari 0.05. Nilai R² paling tinggi dapat dikatakan
sebagai model terbaik karena hampir mendekati nilai 1. Persamaan diatas
menunjukkan bahwa model persamaan matematika lahan Wondo yang paling baik
dengan memiliki nilai R² paling tinggi sebesar 0.94 dengan p-value sebesar 0.01
sedangkan pada lahan Sutarman dan Waluyo memiliki persamaan dengan fungsi
eksponensial negatif yaitu dengan persamaan N = 24.52e-0.44D dan N = 71.46e-0.52D.
Hal ini dikarenakan pada lahan tersebut mengalami gangguan seperti adanya
tebang butuh dan penanaman yang terlalu rapat dengan tanaman salak.
Tabel 3 Persamaan matematika berdasarkan sebaran luas bidang dasar
Pemilik Lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
Persamaan matematika
-0.56D
N = 41.16e
N = 53.18e-0.23D
N = 59.91e-0.53D
N = 1.51D² - 14.77 + 36.14
N = 41.01e-0.37D
N = 28.36e-0.48D
R²
p-value
0.93
0.85
0.96
0.96
0.78
0.98
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Persamaan matematika sebaran luas bidang dasar menggunakan fungsi
eksponensial negatif, Hal ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah pohon seiring
dengan bertambahnya luas bidang dasar pada masing-masing tegakan. Bentuk
kurva pada lahan Sutarman menggunakan fungsi polinomial, hal ini dikarenakan
pada lahan Sutarman memiliki luas bidang dasar yang kurang merata sehingga
model ini lebih cocok digunakan pada lahan tersebut. Persamaan di atas dapat
diterima karena memiliki nilai R² lebih dari 0.5 dan nilai p-value lebih kecil dari
0.05. Nilai R² tertinggi pada tabel diatas adalah lahan milik Sandur dengan
persamaan N = 28.36e-0.48D dengan nilai R² sebesar 0.98 dan dapat dikatakan
sebagai model terbaik.
11
Secara umum, bentuk kurva yang dihasilkan pada hutan tanaman akan
berbentuk lonceng terbalik karena memiliki umur yang sama atau disebut dengan
hutan seumur (even-aged forest), namun pada hasil di atas menunjukkan bahwa
hutan tanaman di Desa Kalimendong memiliki umur tegakan yang beragam atau
disebut dengan hutan tidak seumur (uneven-aged forest). Hal ini dikarenakan
penanaman yang tidak seragam dan kebutuhan ekonomi yang mengakibatkan
masyarakat setempat melakukan penebangan untuk keperluan biaya hidup
masing-masing.
Kemencengan Kurva Sebaran Peubah Dimensi Tegakan Sengon
Kemencengan dari data tersebut dapat diketahui melalui perhitungan
analisis nilai koefisien kemencengan kurva. Menurut Hasan (2008), koefisien
kemencengan Pearson atau nilai koefisien skewness adalah koefisien berdasarkan
nilai selisih rata-rata dengan modus dibagi simpangan baku. Hal ini disebutkan
dalam Prihanto dan Muhdin (2006) bahwa penyebaran data di sekitar ukuran
pemusatannya dapat membentuk bermacam-macam pola, yakni simetris, miring
ke kiri, dan miring ke kanan. Data yang penyebarannya simetris dicirikan oleh
nilai median dan nilai tengah yang berimpit. Jika SK ≈ , maka data dapat
dikatakan menyebar secara simetris. Jika SK > 0 dikatakan miring ke kiri atau
miring positif, dimana sebagian besar data mengumpul di ekor sebelah kiri,
sehingga di ekor sebelah kanan data tidak terlalu banyak. Kondisi sebaliknya jika
SK < 0 dikatakan miring negatif atau miring ke kanan. Hasil dari data pengamatan
yang diperoleh, dapat dilihat nilai kemencengan kurva yang disajikan pada tabel
berikut:
12
Tabel 4 Data statistik kemencengan kurva
Pemilik lahan
Mintani
Wondo
Tuti
Nilai
Statistik
Modus
Median
Rata-rata
Skewness
Modus
Median
Rata-rata
Skewness
Modus
14
0.015
19
0.028
20.84
0.041
0.80
1.552
Modus
7
0.004
Median
12
0.011
15.84
0.030
2.12
3.929
10
0.008
12
0.011
Rata-rata
15.10
0.023
Skewness
Modus
1.28
2.179
10
0.008
14
0.015
15.51
0.022
1.07
2.494
Median
Rata-rata
Skewness
Sutarman
Rata-rata
Skewness
Waluyo
Sandur
Peubah dimensi tegakan
Diameter (cm)
Luas Bidang Dasar (m²)
10
0.008
14
0.015
15.70
0.024
1.36
2.363
8
0.005
12
0.011
12.77
0.015
0.56
1.228
Modus
Median
Median
Rata-rata
Skewness
Selain itu, menurut Sugiyono (2008) ukuran kemencengan data terdiri
atas tiga bagian, yaitu kemencengan data ke arah kiri (menceng negatif) dimana
nilai modus > mean, kemencengan data simetris (distribusi normal) dimana nilai
mean ≈ modus dan kemencengan data ke arah kanan (menceng positif) dimana
nilai mean lebih dari nilai modus (mean > modus). Berdasarkan pada Tabel 4
dapat dilihat bahwa nilai skewness untuk peubah tegakan diameter dan luas bidang
dasar pada semua lahan memiliki nilai positif (+). Hal ini dikarenakan tegakan
Sengon pada lahan masing-masing pemilik memiliki permudaan yang tinggi,
sehingga grafik yang di hasilkan lebih condong positif. Adapun tindakan
silvikulturnya yaitu tidak boleh dilakukan penebangan hingga tegakan berada
pada masa tebang.
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Struktur tegakan horizontal untuk setiap luasan hamparan pada setiap
kepemilikan lahan hutan rakyat Desa Kalimendong dapat digambarkan dengan
menggunakan dua jenis fungsi sebaran, yaitu sebaran eksponensial negatif dan
sebaran polinomial.
2. Persamaan matematika struktur tegakan horizontal hutan rakyat Desa
Kalimendong dapat diterima dengan persamaan matematika untuk peubah
dimensi diameter masing-masing pemilik lahan yaitu N = 0.50D3 - 7.57D2 +
32.19D - 25.786, N = 1.10D3 - 18.12D2 + 82.73D - 65.93, N = 0.61D3 - 9.50D2 +
41.01D - 30.64, N = 24.52exp-0.44D, N = 71.46e-0.52D, N = 0.61D3 - 8.33D2 +
31.84D - 23 (dicirikan dengan nilai R² sebesar 0.87 – 0.94 dan p-value sebesar
0.00 – 0.02). Peubah dimensi luas bidang dasar masing-masing memiliki
persamaan yaitu N = 41.16exp-0.56D , N = 53.18exp-0.23D , N = 59.91exp-0.53D , N
= 1.51D² - 14.77 + 36.14, N = 41.01exp-0.37D , N = 28.36exp-0.48D (dicirikan
dengan nilai R² sebesar 0.78 – 0.98 dan nilai p-value sebesar 0.00).
Saran
1. Perlu diberikan perlakuan penjarangan tanaman salak serta penanaman teratur
agar tegakan Sengon di hutan rakyat Kalimendong dapat tumbuh secara
optimal baik pertumbuhan tinggi maupun diameternya.
2. Perlu adanya menghindari tebang butuh untuk memperbaiki karakteristik
struktur tegakan di hutan rakyat Kalimendong.
DAFTAR PUSTAKA
Baker FS, Helms JA, Daniel TW. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Terjemahan
Joko Marsono. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.
Bone I. 2010. Model dinamika struktur tegakan untuk pengaturan hasil hutan alam
bekas tebangan: Kasus HPH PT. Gema Hutan Lestari Pulau Buru Propinsi
Maluku [thesis]. Program Pascasarjana IPB. Tidak Diterbitkan.
Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan
Republik Indonesia.
Hardjanto, 2000. Beberapa Ciri Pengusahaan Hutan Rakyat di Jawa. Dalam
Suharjito (Penyunting). Hutan Rakyat di Jawa : Perannya Dalam Perekonomian
Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM).
Bogor. pp. 7-11.
Hasan MI. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (edisi kedua). Jakarta (ID): PT.
Bumi Aksara.
Muhdin, Suhendang E, Wahjono D, Purnomo H, Istomo, Simangunsong BCH.
2008. Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika Volume 2: 81-87.
14
Muhdin. 2012. Dinamika Struktur Tegakan Tidak Seumur untuk Pengaturan Hasil
Hutan Kayu Berdasarkan Jumlah Pohon (Kasus pada Areal Bekas Tebangan
Hutan Alam Hujan Tropika Dataran Rendah Tanah Kering di Kalimantan)
[disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.
Prihanto B dan Muhdin. 2006. Metode Statistika Bagian I Diktat Kuliah untuk
Program Strata I untuk Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID): Fakultas
Kehutananan. Institut Pertanian Bogor.
Saefudin A, Anwar NK, Alamudi A, Sadik K. 2009. Statistika Dasar. Jakarta
(ID): PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Suhendang E. 1985. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Alam Hujan Dataran
Rendah di Bengkunat Propinsi DT I Lampung. [thesis]. Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Mintani
Regression Statistics
Multiple R
0.96217408
R Square
0.92577895
Adj R Square
Standard
Error
0.87011317
Observations
8
2.45191859
ANOVA
df
SS
MS
Regression
3
299.952381
99.98412698
Residual
4
24.04761905
6.011904762
Total
7
324
Standard
Error
Coefficients
Significance
F
F
16.6310231
0.010069725
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower
95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-11.520833
3.815154699
-3.01975522
0.039172663
-22.11340092
-0.928265744
-22.1134009
-0.92826574
x
4.99880952
0.839780492
5.952519229
0.003997181
2.667205089
7.330413959
2.667205089
7.330413959
x^2
-0.2728571
0.048878897
-5.58230975
0.005049649
-0.408566717
-0.137147569
-0.40856672
-0.13714757
x^3
0.004
0.000804828
4.970009064
0.007651439
0.001765441
0.006234559
0.001765441
0.006234559
Regression Statistics
Multiple R
R Square
0.962981552
0.92733347
Adj R Square
0.909166838
Standard Error
0.325991393
Observations
6
ANOVA
df
SS
MS
F
Significance
F
51.04598
0.002030184
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper
95,0%
Regression
1
5.424675595
5.42467559
Residual
4
0.425081552
0.10627039
Total
5
5.849757147
Coefficients
Standard
Error
Intercept
3.439096318
0.269007572
12.7843848
0.000216
2.692211561
4.18598107
2.692211561
4.18598107
X Variable 1
-55.6759789
7.792684777
-7.1446466
0.00203
-77.3119404
-34.040017
-77.3119404
-34.040017
16
Lampiran 2 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Wondo
Regression Statistics
Multiple R
0.96744204
R Square
0.935944101
Adj R Square
Standard
Error
0.887902177
Observations
8
7.001198104
ANOVA
MS
F
Regression
df
3
2864.8079
SS
954.9359668
19.48181962
Residual
4
196.0670996
49.01677489
Total
7
3060.875
Significance F
0.007527127
Coefficients
Standard
Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-28.9546807
10.89377681
-2.657910223
0.056513369
-59.20065403
1.291292556
-59.20065403
1.291292556
x
16.36014159
2.997382139
5.458143419
0.005476947
8.038074627
24.68220856
8.038074627
24.68220856
x2
-1.0289164
0.218075935
-4.718156527
0.009184092
-1.634392258
-0.423440534
-1.634392258
-0.423440534
x3
0.01724274
0.004488479
3.841555457
0.018435024
0.004780725
0.029704755
0.004780725
0.029704755
SS
MS
F
Significance
F
38.1463726
0.000455676
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Regression Statistics
Multiple R
0.919211
R Square
0.8449488
Adj R Square
0.8227986
Standard Error
0.294569
Observations
9
ANOVA
df
Regression
1
3.309994032
3.30999403
Residual
7
0.607396108
0.08677087
Total
8
3.91739014
Coefficients
Intercept
X Variable 1
Standard
Error
t Stat
Lower 95,0%
Upper 95,0%
3.8562732
0.197297688
19.5454555
2.2904E-07
3.389738282
4.322808076
3.389738282
4.322808076
-46.975128
7.605737857
-6.17627498
0.00045568
-64.9598406
-28.9904162
-64.95984059
-28.99041621
17
Lampiran 3 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Tuti
Regression Statistics
Multiple R
0.956258868
R Square
0.914431022
Adj R Square
Standard
Error
0.850254289
Observations
8
3.863820979
ANOVA
df
SS
MS
Regression
3
638.1585498
212.7195166
Residual
4
59.71645022
14.92911255
Total
7
697.875
Coefficients
Standard Error
Intercept
-12.4333063
x
F
14.24863774
Significance F
0.013330748
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
6.012057184
-2.068061879
0.107465877
-29.12545302
4.258840465
-29.12545302
4.258840465
4.567937023
0.945254375
4.832494983
0.00844596
1.943490141
7.192383905
1.943490141
7.192383905
x2
-0.17515902
0.039298527
-4.457139663
0.011184935
-0.284269228
-0.066048821
-0.284269228
-0.066048821
x3
0.001774303
0.0004622
3.838822954
0.01847812
0.000491031
0.003057575
0.000491031
0.003057575
MS
F
Significance F
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Regression Statistics
Multiple R
0.982234103
R Square
0.964783832
Adj R Square
Standard
Error
0.958914471
Observations
8
0.264588425
ANOVA
df
SS
Regression
1
11.50749665
11.50749665
Residual
6
0.420042207
0.070007035
Total
7
11.92753885
Coefficients
Standard Error
3.6986657
0.179939583
20.5550421
8.62413E-07
3.258369402
4.138961997
3.258369402
4.138961997
-21.8970095
1.707910938
-12.82093173
1.38324E-05
-26.07611706
-17.71790203
-26.07611706
-17.71790203
Intercept
X Variable 1
t Stat
164.3762905
P-value
1.38324E-05
18
Lampiran 4 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Sutarman
Regression Statistics
Multiple R
0.932920763
R Square
0.870341149
Adj R Square
Standard
Error
0.848731341
Observations
8
0.451214463
ANOVA
df
SS
MS
Regression
1
8.199825743
8.199825743
Residual
6
1.221566949
0.203594492
Total
7
9.421392692
Coefficients
Standard Error
Intercept
3.420303301
0.382931467
8.931894062
X Variable 1
-0.07364214
0.011603984
t Stat
F
40.27528289
P-value
Significance F
0.000717125
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
0.000109875
2.483303755
4.357302847
2.483303755
4.357302847
-6.346281028
0.000717125
-0.102036068
-0.045248217
-0.102036068
-0.045248217
MS
F
Significance F
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Regression Statistics
Multiple R
0.978949544
R Square
0.958342211
Adj R Square
Standard
Error
0.937513316
Observations
7
2.054827123
ANOVA
df
SS
Regression
2
388.5393134
194.2696567
Residual
4
16.88925803
4.222314507
Total
6
405.4285714
Coefficients
Standard Error
34.05149502
2.953841816
11.5278668
0.000323353
25.85031537
42.25267467
25.85031537
42.25267467
-1287.0155
153.2467903
-8.398319475
0.001100039
-1712.496805
-861.5342029
-1712.496805
-861.5342029
11830.01107
1639.70355
7.214725537
0.001957041
7277.464179
16382.55797
7277.464179
16382.55797
Intercept
x
x2
t Stat
46.01022884
P-value
0.001735371
19
Lampiran 5 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Waluyo
Regression Statistics
Multiple R
R Square
0.94267137
0.888629312
Adj R Square
Standard
Error
0.87006753
0.491452518
Observations
8
ANOVA
df
SS
MS
Regression
1
11.56282921
11.56282921
Residual
6
1.449153465
0.241525578
Total
7
13.01198267
Coefficients
Standard Error
Intercept
4.531540175
0.417080234
10.86491232
x
-0.10493912
0.015166554
t Stat
F
47.87413956
P-value
Significance F
0.000451016
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
3.60239E-05
3.510981607
5.552098744
3.510981607
5.552098744
-6.919114074
0.000451016
-0.142050338
-0.067827896
-0.142050338
-0.067827896
MS
F
Significance F
Regression Statistics
Multiple R
0.88506176
R Square
0.783334318
Adj R Square
0.747223371
Standard Error
0.491250004
Observations
8
ANOVA
df
SS
Regression
1
5.234960518
5.234960518
Residual
6
1.447959401
0.241326567
Total
7
6.682919919
t Stat
21.69243357
P-value
0.003476353
Coefficients
Standard Error
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
3.390391726
0.335407362
10.10828057
5.4468E-05
2.569679476
4.211103976
2.569679476
4.211103976
x
-40.4972249
8.695030824
-4.657513668
0.003476353
-61.77319887
-19.22125094
-61.77319887
-19.22125094
20
Lampiran 6 Hasil analisis regresi diameter dan luas bidang dasar lahan Sandur
Regression Statistics
Multiple R
0.957039944
R Square
0.915925455
Adj R Square
0.831850911
Standard Error
2.510296258
Observations
7
ANOVA
df
SS
MS
Regression
3
205.952381
68.65079365
Residual
3
18.9047619
6.301587302
Total
6
224.8571429
F
10.89420655
Significance F
0.040325215
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-9.08630952
4.314333969
-2.106074678
0.125835771
-22.81644572
4.643826676
-22.81644572
4.643826676
x
3.994378307
0.908628538
4.396052006
0.021815538
1.102716773
6.88603984
1.102716773
6.88603984
x2
-0.20601852
0.050395458
-4.088037399
0.026453093
-0.366399359
-0.045637678
-0.366399359
-0.045637678
x3
0.002829218
0.000790759
3.577849572
0.037343321
0.000312669
0.005345767
0.000312669
0.005345767
F
Significance F
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
Regression Statistics
Multiple R
0.990289147
R Square
0.980672594
Adj R Square
0.976807113
Standard Error
0.164189673
Observations
7
ANOVA
df
SS
MS
Regression
1
6.839307889
6.839307889
Residual
5
0.134791244
0.026958249
Total
6
6.974099134
Coefficients
Standard Error
Intercept
2.868729485
0.110320649
26.00355881
1.57139E-06
2.585141228
3.152317741
2.585141228
3.152317741
x
-35.6829848
2.240272958
-15.92796301
1.77556E-05
-41.44178978
-29.92417984
-41.44178978
-29.92417984
t Stat
253.7000057
P-value
1.77556E-05
21
Lampiran 7 Nilai data statistik deskriptif
Nama
Pemilik
Lahan
Peubah
Dimensi
Tegakan
N
Range
Statistic Statistic
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Sum
Mean
Statistic Statistic
Std.
Deviation
Statistic
Variance Skewness Kurtosis
Statistic
Statistic
Statistic
Diameter
56
31.00
7.000
38.00
879.00
15.70
7.43
55.27
1.36
5.88
LBDs
56
0.11
0.004
0.11
1.32
0.02
0.03
0.00
2.36
5.88
Diameter
185
23.00
5.000
28.00 2362.00
12.77
5.24
27.47
0.56
-0.57
LBDs
185
0.06
0.002
2.76
0.02
0.01
0.00
1.23
1.38
Diameter
83
40.00
6.000
46.00 1730.00
20.84
9.46
89.52
0.80
0.004
LBDs
83
0.16
0.003
0.17
3.41
0.04
0.04
0.00
1.55
1.87
Diameter
51
59.00
6.000
65.00
808.00
15.84
11.78
138.81
2.12
5.35
LBDs
51
0.33
0.003
0.33
1.55
0.03
0.05
0.00
3.93
19.03
Diameter
101
35.00
6.000
41.00 1525.00
15.10
7.53
56.65
1.28
1.15
LBDs
101
0.13
0.003
0.13
2.25
0.02
0.02
0.001
2.18
5.26
Diameter
43
33.00
5.000
38.00
667.00
15.51
6.71
45.02
1.07
1.83
LBDs
43
0.11
0.002
0.11
0.96
0.02
0.02
0.0004
2.49
8.58
Mintani
Wondo
0.01
Tuti
Sutarman
Waluyo
Sandur
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 04 Januari 1993 dari pasangan
Franklin Simangunsong (Alm) dan Riza Fauzini Nasution. Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 3 Rantau Utara pada tahun 2007-2010. Pada tahun
2010 penulis diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Program Studi Manajemen Hutan,
Departemen Manajemen, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yaitu sebagai anggota perencanaan Forest Manajement Student
Club (2011-2014), anggota UKM Futsal IPB (2010-2014) dan anggota UKM
Sepak Bola IPB (2010-2014).
Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Sancang Timur dan Gunung Papandayan pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2013, dan Praktek
Kerja Lapang Profesi di Badan Layanan Umum Pusat Kementerian Kehutanan
pada tahun 2014. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis
melakukan penelitian skripsi dengan judul Komposisi Jenis dan Persamaan
Matematika untuk Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat Desa Kalimendong
di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir.Endang Suhendang, MS.