Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan Kapal qCV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah
JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL PURSE SEINE
DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA,
TEGAL, JAWA TENGAH
CHARIS WIBOWO
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jaringan Kerja Produksi
Kapal Purse Seine di Galangan Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Agustus 2014
Charis Wibowo
NIM C44080068
ii
ABSTRAK
CHARIS WIBOWO. Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan
Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh WAWAN
OKTARIZA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Penyusunan analisis jaringan kerja dari rangkaian tahap proses produksi
pembangunan kapal purse seine diharapkan mampu menentukan urutan dan kurun
waktu proses kegiatan produksi serta dapat digunakan untuk memperkirakan
waktu produksi secara keseluruhan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
proses produksi kapal purse seine, menyusun jaringan kerja dan menentukan jalur
kritis dalam proses produksi kapal purse seine. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan
narasumber. Kapal purse seine yang akan diproduksi memiliki ukuran panjang
total (LOA) 28 m, lebar (B) 7 m, dan dalam (D) 4,10 m. Total waktu pengerjaan
kapal purse seine direncanakan berlangsung selama 163,5 hari, dengan jumlah
total tenaga kerja sebanyak 7 orang. Hasil perhitungan jaringan kerja dengan
menggunakan analisis CPM menunjukkan kegiatan yang merupakan jalur kritis
yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan,
pemasangan kulit papan, pengerjaan palka, peluncuran kapal, pemasangan
geladak atau dek, pengerjaan bangunan atas, dan penyelesaian akhir.
Kata kunci: Analisis CPM, jalur kritis, jaringan kerja, kapal purse seine
ABSTRACT
CHARIS WIBOWO. Production Networks of Purse Seiner in the Shipyard CV.
Pantura Bersaudara, Tegal, Central Java.Supervised by WAWAN OKTARIZA
and VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Network analysis of the production process of a Purse Seiner is expected
to determine the order and the period of production processes and estimate the
overall production time. Research aimed to identify the process and stages of
production activities, to arrange network and to identify the activities which are
critical related the processand stages of production activities. Data were collected
through direct observationand interview with resource person. A PurseSeiner was
built with length over all (LOA) was 28 m, breadth (B) was7 m, and depth (D)
was 4.10 m. Total processing timeof purse seiner was planned for 163.5days, and
a total workforce was 7people. CPM analysis showed that the critical path along
production process of a Purse seiner were keel laying, assembly of bow frames
and stern frames, hull assembly, fish hold construction, ship launching, deck
assembly, superstructure assembly, andfinishing.
Keywords: CPM analysis, critical path, networks, purse seiner
iii
JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL PURSE SEINE
DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA,
TEGAL, JAWA TENGAH
CHARIS WIBOWO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
v
Judul Skripsi : Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan Kapal
qCV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah
Nama
: Charis Wibowo
NIM
: C44080068
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Ir Wawan Oktariza, MSi
Pembimbing I
Vita Rumanti Kurniawati, SPi, MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan april 2013 ini adalah
produksi kapal kayu, dengan judul skrispi Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse
Seine di Galangan Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Wawan Oktariza, MSi, Vita
Rumanti Kurniawati, SPi, MT, serta (Alm) Dr. Ir. Dinarwan, MS selaku
pembimbing, Dr. Roza Yusfiandayani, SPi selaku dosen penguji, dan Dr. Iin
Solihin, SPi, M Si selaku komisi pendidikan Departemen PSP, serta seluruh dosen
dan staf di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada H. Sadikin atas izin lokasi penelitian, H.
Warsito pemilik kapal, serta seluruh karyawan Grup Kembar Jaya yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga atas segala perhatian,
do’a dan kasih sayangnya, dan keluarga besar Hj. Bahijah Hamid dan KH. Yazid
Ramly LC, keluarga besar Asrama Sylvasari IPB (khususnya USMAWAN’45),
keluarga besar Asrama Sylvapinus IPB serta keluarga besar Departemen PSP
(khususnya angkatan 45). Serta seluruh pihak yang telah memberikan saran dan
masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Charis Wibowo
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Waktu dan Tempat
2
Metode Pengumpulan Data
2
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Spesifikasi Kapal Purse Seine
5
Material Kapal
6
Sistem Produksi Kapal di CV. Pantura Bersaudara
8
Tahapan Proses Produksi Kapal Purse Seine
9
Analisis Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine
KESIMPULAN DAN SARAN
12
15
Kesimpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
viii
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
Kebutuhan data
Ukuran dimensi utama kapal purse seine
Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi utama kapal
Jenis material non-kayu dan bahan
Hasil perhitungan ES, EF, LS, dan LF, slack, dan critical path
pada produksi kapal purse seine
3
6
7
8
13
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir jaringan kerja produksi kapal purse seine
14
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi penelitian
17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Tegal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki
potensi hasil tangkapan dengan jumlah cukup besar. Tahun 2012 Kota Tegal
memiliki total produksi perikanan tangkap sebesar 28.567.660 ton. Besarnya
potensi perikanan tangkap tersebut salah satunya dikarenakan secara geografis
Kota Tegal memiliki lokasi yang strategis yakni terletak di daerah pantura Jawa
disertai dengan karakteristik demografi masyarakatnya yang bergantung pada
potensi perikanan tersebut (Pemerintah Kota Tegal 2013). Pemanfaatan dan
pengolalaan potensi tersebut tentunya harus didukung oleh unit operasi
penangkapan yang memadai diantaranya nelayan, alat tangkap serta kapal
perikanan. Proses pengembangan pada unit kapal perikanan tidak terlepas dari
industri galangan kapal.
Salah satu industri galangan kapal yang beroperasi di Kota Tegal yaitu CV.
Pantura Bersaudara.CV. Pantura Bersaudara berdampingan dengan Dock KUD
Karya Mina. Fasilitas pelayanan jasa yang diberikan oleh galangan kapal meliputi
fasilitas penyewaan tempat, perbaikan kapal maupun pembuatan kapal baru. CV.
Pantura Bersaudara memiliki lokasi yang cukup strategis dikarenakan letaknya
tidak jauh dengan lokasi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota Tegal.
Tentunya hal tersebut menjadi salah satu potensi bagi pengelola galangan kapal
untuk dapat meningkatkan fasilitas layanan.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapang. Salah satu jenis kapal
yang diproduksi yakni kapal purse seine dengan ukuran 68 GT. Waktu produksi
dimulai dari bulan April 2013 dan direncanakan akan selesai pada bulan Oktober
2013. Namun, saat ini dari hasil terdapat permasalahan yang terjadi di galangan
kapal yang mengakibatkan terhambatnya proses layanan produksi. Ada beberapa
hal yang mengakibatkan terhambatnya proses layanansalah satu diantaranya
kurangnya pemahaman pekerja dalam pembuatan jadwal produksi. Hal tersebut
mengakibatkan beberapa kerugian diantaranya penambahan biaya yang harus
dikeluarkan serta kemungkinan akanmengakibatkan waktu antrian baik pada
aktivitas reparasi kapal maupun produksi kapal baru berikutnya.
Metode Critical Path Method (CPM) dikembangkan untuk membantu dalam
proses menjadwal, memonitor, dan mengendalikan kegiatan produksi. Kelebihan
metode CPM diantaranya membantu menentukan jadwal proyek serta membantu
menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebih dekat (Heizer dan Render
2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap beberapa faktor
meliputi teknis proses produksi, serta penyusunan jaringan kerja dari proses
produksi kapal purse seine.
Perumusan Masalah
Permasalahan pada manajemen produksi CV. Pantura Bersaudara salah satu
diantaranya adalah keterlambatan waktu produksi khususnya pada aktivitas
2
layanan produksi kapal baru. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
masih kurangnya pemahaman pekerja dalam pembuatan jadwal produksi terkait
tahapan proses produksi waktu produksi, minimnya fasilitas pendukung produksi
meliputi gudang penyimpanan bahan baku, ketersediaan alat produksi serta
adanya dugaan menurunnya ketersediaan bahan baku. Hal tersebut akan
mengakibatkan terjadinya keterlambatan pada rangkaian tahapan produksi,
beberapa kerugian yang terjadi diantaranya pemborosan waktu, penambahan biaya
produksi, serta kemungkinan akan mengakibatkan waktu antrian layanan produksi
kapal baru berikutnya.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji
diantaranya:
1. Bagaimana proses dan tahapan kegiatan produksi kapal Purse Seine di galangan
kapal CV. Pantura Bersaudara?; dan
2. Proses dan tahapan mana saja yang termasuk ke dalam jalur kritis disepanjang
proses produksi kapal?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.Mengidentifikasi proses produksi kapal purse seine; dan
2.Menyusun jaringan kerja dan menentukan jalur kritis dalam proses produksi
kapal purse seine.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Menghasilkan informasi tentang pengelolaan proses jaringan kerja pada
aktivitas produksi di suatu perusahaan galangan kapal;
2. Masukan bagi CV. Pantura Bersaudara dalam upaya mengembangkan fasilitas
produksi, sehingga akan mampu memaksimalkan potensi pendapatan yang
diperoleh; dan
3. Dasar penelitian lanjutan sebagai penyempurnaan penelitian.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013, dengan penelitian lapang
dan studi literatur.Pengambilan data primer bertempat di galangan kapal CV.
Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan metode studi kasus yang meneliti proses dan
tahapan produksi kapal purse seine. Menurut Nazir (1983) metode penelitian
kasus merupakan metode penelitian yang terinci tentang suatu unit dalam kurun
3
waktu tertentu.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan
langsung pada proses produksi kapal purse seine dan wawancara dengan
narasumber. Proses wawancara dibantu dengan menggunakan interview guided
atau panduan wawancara. Narasumber pada penelitian ini adalah pengelola
galangan, pembuat kapal dan pemilik kapal. Kebutuhan data penelitian disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Data
Data
Sumber
Jenis
Data
Primer
Sistem layanan produksi galangan
Pengelola
galangan
Penyediaan material kayu dan non-kayu,
sistem upah tenaga kerja
Pemilik kapal
Primer
Spesifikasi kapal, dimensi utama kapal,
kebutuhan waktu produksi, teknis produksi,
dan tahapan proses produksi.
Ketua tim pembuat
kapal
Primer
Prosedur Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran teknis produksi
kapal purse seine yang dimulai dari pemasangan lunas sampai dengan proses
penyelesaiaan akhir. Proses ini diamati berdasarkan alur prose atau tahapan yang
terjadi. Tahapan tersebut selanjutnya digambarkan dalam bentuk diagram alir.
Analisis Jaringan Kerja
Analisis jaringan kerja menggunakan metode CPM.Heizer dan Render (2006)
menyatakan proses analisis jaringan kerja CPM meliputi beberapa tahap, yaitu :
1. Mendefinisikan aktivitas dan menyiapkan struktur pecahan kerja;
2. Membangun hubungan antara kegiatan serta memutuskan kegiatan mana
yang harus dahulu dan mana yang harus mengikuti yang lain;
3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan;
4. Menetapkan perkiraan waktu dan atau biaya untuk tiap kegiatan;
5. Menentukan jalur waktu terpanjang melalui jaringan yang sering disebut
dengan jalur keritis;
6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian aktivitas.
Analisis CPM dalam perhitungan waktu menggunakan tiga asumsi dasar yaitu:
Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event
(finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga,
saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES. Penentuan waktu
penyelesaian diagram jaringan kerja menggunakan two-pass, yaitu perhitungan
maju (forward pass) dan perhitungan mundur (backward pass), untuk menentukan
jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES (earleist start) dan EF (earliest finish)
4
ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan
selama backward pass.
1. Hitungan Maju(Forward Pass)
Hitungan maju dimulai dari start (initial event) menuju finish (terminal event)
untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu
tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa
(E). Menurut Heizer dan Render (2006) menyatakan mengenai aturan perhitungan
waktu mulai terdahulu (earliest start) dan waktu selesai terdahulu (earliest finish),
sebagai berikut:
Aturan waktu mulai terdahulu (earliest start)
1. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, maka waktu
mulai terdahulu (earliest start) sama dengan waktu selesai terdahulu
(earliest finish) dari pendahulunya.
2. Jika suatu kegiatan mempunyai beberapa pendahulu langsung, maka waktu
mulai terdahulu adalah nilai maksimum dari semua waktu selesai terdahulu
(earliest finish) pendahulunya yaitu:
ES= Max [EF pendahulu langsung]
Keterangan:
ES = Waktu mulai terdahulu (earliest start)
EF = Waktu selesai terdahulu (earliest finish)
Aturan selesai terdahulu (earliest finish)
Waktu selesai terdahulu dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai
terdahulu (earliest start) dan waktu kegiatannya, yaitu:
EF = ES + t
Keterangan:
EF = Waktu selesai terdahulu (earliest finish)
ES = Waktu mulai terdahulu (earliest start)
t = Waktu kegiatan
2. Hitungan Mundur(Backward Pass)
Hitungan mundur dimulai dari finish menuju start untuk mengidentifikasi
saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat
terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi
(L). Menurut Heizer dan Render (2006) dinyatakan mengenai aturan
perhitungan waktu selesai terakhir (latest finish) dan waktu mulai terakhir
(latest start), sebagai berikut:
Aturan waktu selesai terakhir (latest finish)
1. Jika suatu kegiatan merupakan pendahulu langsung bagi hanya satu
kegiatan, maka waktu selesai terakhir (latest finish) sama dengan waktu
mulai terakhir (latest start) dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya.
2. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan,
maka waktu selesai terakhir (latest finish) adalah minimum dari seluruh nilai
waktu mulai terdahulu (latest start) dari kegiatan-kegiatan yang secara
langsung mengikutinya, yaitu:
5
LF= Min [LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya]
Keterangan:
LF = Waktu selesai terakhir (latest finish)
LS = Waktu mulai terakhir (latest start)
Aturan waktu mulai terakhir (latest start)
Waktu mulai terakhir (latest start) dari suatu kegiatan adalah perbedaan
antar waktu selesai terakhir (latest finish) dan waktu kegiatannya, yaitu:
LS= LF- t
Keterangan:
LS = Waktu mulai terakhir (latest start)
LF = Waktu selesai terakhir (latest finish)
t = Waktu kegiatan
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai
slack atau float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas
dalam sebuah jaringan kerja. Heizer dan Render (2006) menyatakan slack
adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan. Untuk menghitung nilai
slack dapat menggunakan rumus:
Slack (S) = LS – ES atau LF – EF
Keterangan:
LS = Waktu mulai terakhir (latest start)
ES = Waktu mulai terdahulu (earliest start)
LF = Waktu selesai terakhir (latest finish)
EF = Waktu selesai terdahulu (earliest finish)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesfikasi Kapal Purse Seine
Fyson (1985) menyatakan kapal purse seine adalah jenis kapal ikan yang
mempergunakan alat tangkap purse seine, dimana alat tangkap ini tidak
membutuhkan tenaga penarikan yang besar untuk menghela jaring.Perhitungan
tenaga ditujukan untuk mencapai kecepatan melingkar serta memilki bentuk
lambung yang dirancang khusus agar memiliki kemampuan olah gerak dan
berputar yang baik.Proses penangkapan ikan dilakukan dengan cara melingkarkan
jaring pada gerombolan ikan secepat mungkin (encircling gear), dilanjutkan
dengan mengangkat hasil tangkapan dari salah satu sisi kapal serta membawa
hasil tangkapan menuju fishing base (pelabuhan). Oleh karena itu, maka dalam
proses produksi kapal khususnya pada kapal purse seine harus
6
mempertimbangkan dengan benar stabilitas serta kemampuan olah gerak dari
kapal tersebut.
Kapal purse seine yang diteliti merupakan kapal kayu yang saat penelitian
dilaksanakan sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan kapal tersebut
dilakukan secara tradisional dan tidak menggunakan gambar-gambar desain yang
terdiri dari rencana garis (lines plan), rencana umum (general arrangement),
gambar konstruksi, dan perhitungan-perhitungan dalam ilmu perkapalan modern.
Total waktu pengerjaan kapal purse seine ini berlangsung selama 163,5
hari.Berdasarkan hasil penelitian lapang dapat diperoleh spesifikasi kapal purse
seine, seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Ukuran dimensi utama kapal purse seine
No
Spesifikasi
1
Panjang seluruh kapal(LOA)
2
Lebar kapal maksimum(Bmax)
3
Dalam kapal (D)
4
Sarat air kapal (d)
5
Tonase kapal (GT)
Ukuran
28 m
7m
4,10 m
2m
68 GT
Proses produksi kapal purse seine dimulai dari bulan April 2013 dan
direncanakan akan selesai pada bulan Oktober 2013. Perkiraan biaya yang
dibutuhkan yaitu untuk penyediaan kebutuhan material, upah tenaga kerja, sewa
lokasi, serta penyediaan mesin dan alat pendukung sebesar Rp 2.000.000.000.
Proses produksi dilakukan dalam beberapa tahapan produksi yang dimulai dari
proses persiapan, pengerjaan lunas, serta sampai dengan proses penyelesaian akhir.
Kapal ini rencana akan dioperasikan disekitar perairan utara Pulau Jawa.
Material Kapal
Material kapal yang digunakan selama proses pembangunan kapal terdiri
dari kayu sebagai material utama dan material non-kayu yang digunakan sebagai
material penunjang konstruksi. Berikut penjelasan dari tiap material yang
digunakan dalam proses pembangunan kapal purse seine:
1) Kayu
Pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan
pada sifat-sifatnya.Umumnya sifat-sifat yang diperhatikan terdiri dari keawetan,
kekuatan, masa jenis, dan kelembapan kayu sehingga dapat dipilih jenis kayu
dengan struktur konstruksi yang kuat.Selain itu, faktor yang menjadi
pertimbangan yaitu cacat kayu yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu
tersebut dikerjakan dan dibentuk (BKI 1989). Proses produksi kapal purse
seineyang diteliti dari tiap bagian konstruksi kapal memiliki jenis kayu yang
berbeda. Perbedaan jenis kayu tersebut didasarkan pada persyaratan teknis pada
bagian-bagian kapal kayu, seperti disajikan pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi utama kapal
Bagian kontruksi yang
Nama
Nama latin
Kekuatan
menggunakan
No local
1
Bangkirai Shorea laevis
Awet I- Kuat I Lunas, linggi haluan,
2
Laban
3
Merbau
Vitexpubesceus
vahl
Intsia bijuga
Awet I- Kuat II
linggi buritan
Gading-gading
Awet I- Kuat II Kulit, lantai dek, pondasi
mesin
Sumber: Data Primer, 2013 & Sutisna et al, 1998
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dalam proses pemilihan kayu
disesuaikan dengan fungsi dari tiap-tiap bagian konstruksi. Konstruksi pada
bagian lunas, linggi haluan, dan linggi buritan jenis kayu yang digunakan dari
jenis kayu bangkirai.Hal tersebut dikarenakan kayu bangkirai (Shorea laevis)
memiliki kekuatan awet I - kuat I, dengan kekuatan tersebut akan mampu
menunjang kekuatan dari konstruksi kapal khususnya pada bagian lunas, linggi
haluan, dan linggi buritan yang merupakan bagian pondasi dari kapal.
Jenis kayu yang digunakan pada bagian konstruksi gading-gading yaitu
kayu laban. Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemilihan
jenis kayu yang digunakan untuk konstruksi gading-gading yaitu mudah untuk
dibentuk dan ukuran diameter batang kayu tidak terlalu besar. Hal tersebut
bertujan untuk memudahkan mobilitas proses produksi. Kayu laban (Vitex
pubesceus vahl) yang digunakan berasal dari daerah serang. Kekuatan dari kayu
laban (Vitex pubesceus vahl) berada pada kekuatan awet I – kuat II.
Bagian konstruksi kulit, lantai dek, dan pondasi mesin jenis kayu yang
digunakan yaitu kayu merbau (Intsia bijuga). Kayu merbau (Intsia bijuga)
memiliki kekuatan awet I – kuat II. Bagian konstruksi tersebut terutama pada kulit
memerlukan jenis kayu yang tidak mudah pecah, karena selama proses produksi
konstruksi kulit harus dibentuk dengan mengikuti rancangan bentuk kapal
terutama pada bagian-bagian yang memiliki kelengkungan yang ekstrim.
Proses pemasangan pada bagian tersebut dibantu dengan proses
pemanasan papan. Sebelum dilakukan proses pemanasan, papan harus terlebih
dahulu disesuaikan dengan papan yang sudah terpasang sebelumnya. Pemanasan
berfungsi untuk menghindari kerusakan atau keretakan pada papan yang akan
dibentuk. Lamanya proses pemanasan disesuaikan dengan tingkat kekuatan
tekstur kayu serta tingkat kelengkungan yang diinginkan.
2) Non-Kayu
Material non-kayu pada produksi kapal kayu digunakan untuk menyambung,
menguatkan, melapisi bagian-bagian tiap bagian konstruksi kapal.Pemasangan
material-material ini selama proses produksi dibantu dengan menggunakan peralatan
seperti bor, pendel, palu besi, dan palu kayu, klem, serkel dan sebagainya.Pada
produksi kapal purse seinejenis material non-kayu dan bahan pembuatnya yang
digunakan disajikan pada Tabel 4.
8
Tabel 4. Jenis material non-kayu dan bahan
No
Jenis Material
1
Paku besi
2
Paku tak
3
Paku tandur
4
Baut dan mur
5
Gelam
6
Lem FOX
7
Semen Putih
Bahan Material
Besi
Alumunium
Alumunium
Alumunium
Kulit kayu putih
Bahan lem
Bahan semen
Penggunaan material non-kayu pada proses produksi kapal purse seine
disesuaikan dengan pengerjaan bagian dari tiap kontruksi. Jenis material non-kayu
diantaranya pakubesi, paku tak, paku tandur, baut dan mur berfungsi untuk
menghubungkan atau memasang antar tiap bagian kontruksi kapal. Gelam
digunakan untuk melapisi antar sisi bangian antar papan terutama pada
pemasangan kulit kapal. Penggunaan gelam berfungsi untuk menghindari gesekan
antar tiap papan yang akan mengakibatkan keretakan atau kerusakan papan. Lem
FOX dan semen putih digunakan pada proses pelapisan diding kulit kapal serta
bagian sisi dari konstruki kapal.
Sistem Produksi Kapal di CV. Pantura Bersaudara
Sistem pengelolaan layanan produksi kapal baru di CV. Pantura Bersaudara
dilakukan dengan dua cara. Pertama pengelola galangan bertanggung jawab penuh
terhadap pemenuhan material dan tenaga kerja untuk melakukan produksi kapal
yang dipesan oleh pemilik kapal. Kedua pengelola galangan hanya menyewakan
tempat sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan material dan tenaga kerja menjadi
tanggung jawab pemilik kapal atau penyewa tempat.
Produksi kapal purse seine yang berlangsung pada saat penelitian pengelola
galangan hanya menyewakan tempat, sehingga dalam pemenuhan material dan
tenaga kerja menjadi tanggung jawab pemilik kapal. Sistem penggunaan tenaga
kerja dan pembayaran upah pada produksi kapal purse seine yang dijalankan oleh
pemilik kapal menggunakan sistem borongan. Definisi pekerja borongan atau
tenaga kerja borongan diatur dalam Pasal 1 angka 3 Kepmenaker No. KEP150/MEN/1999 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu.Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah didasarkan
atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja. Upah borongan adalah upah atau
imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan
berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Proses produksi kapal purse seine yang diteliti total tenaga kerja yang
digunakan sebanyak 7 orang. Total banyaknya tenaga kerja disesuaikan dengan
besar – kecilnya ukuran kapal yang akan diproduksi. Masing-masing tenaga kerja
memiliki fungsi dan peran yang saling melengkapi. Fungsi dan peran tersebut
berkaitan dengan tugas dan pengalaman dari tenaga kerja.
Jabatan tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu ketua atau koordinator dan
pekerja biasa. Ketua tim bertanggung jawab terhadap proses pelaksanaan produksi
9
yang dimulai dari peletakkan lunas sampai dengan terbentuk kasko kapal. Pekerja
biasa merupakan pekerja yang secara teknis dan pengalaman dalam bidang
konstruksi produksi kapal masih baru dengan pengalaman kerja rata-rata dibawah
satu tahun. Sistem kerjapekerja biasa yang berjalan lebih pada mengikuti instruksi
dari koordinator tim untuk memastikan proses produksi berjalan dengan optimal.
Sistem pembayaran upah borongan tenaga kerja yang selama ini berjalan
dari pemilik atau pemesan kapal diserahkan kepada ketua tim. Ketua tim membagi
upah tersebut yang disesuaikan dengan tugas dan pengalaman dari setiap tenaga
kerja. Upah yang diterima oleh masing-masing tenaga kerja terdiri dari upah kerja
harian yang diambil dari upah borongan dan uang makan harian diluar upah
borongan yang diberikan langsung oleh pemilik atau pemesan kapal. Upah kerja
harian untuk ketua tim berkisar antara Rp.80.000-90.000, dan untuk pekerja biasa
berkisar antara Rp. 50.000-60.000. Uang makan harian yang diterima tenaga kerja
sebesar Rp. 50.000/ tenaga kerja yang diterima setiap hari kerja.
Tahapan Proses Produksi Kapal Purse Seine
Menurut Assauri (1980) menyatakan proses produksi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu proses produksi yang bersifat terus menerus dan proses
produksi yang bersifat terputus. Salah satu karakteristik proses produksi terputus
yakni produk yang dihasilkan dalam jumlah yang terbatas, serta memiliki tingkat
variasi yang tinggi.Proses produksi pada industri kapal kayu dapat dikatakan
termasuk kedalam proses produksi yang bersifat terputus. Berikut proses dan
tahapan kegiatan produksi kapal Purse Seine:
1) Pengerjaan lunas
Soegiono (2006) menyatakan lunas adalah bagian konstruksi utama pada alas
kapal yang membentang sepanjang garis tengah kapal dari haluan sampai
buritan. Proses pemasangan konstruksi lunas diawali dengan persiapan lokasi
yaitu dengan pemasangan bantalan balok sepanjang badan lunas. Kekuatan
bantalan balok yang digunakan disesuaikan dengan bobot dan ukuran kapal
yang akan dibangun. Peletakkan lunas pada bantalan balok dibantu dengan
menggunakan crane atau penggerek, untuk memudahkan proses
pengangkatan balok lunas. Proses selanjutnya dilakukan penyerutan bagian
atas lunas serta pengukuran untuk menentukan titik pemasangan bangian
konstruksi linggi haluan dan buritan. Balok yang digunakan pada konstruksi
lunas merupakan balok panjang tanpa sambungan dengan panjang 19 meter.
Penggunaan balok tanpa sambungan untuk konstruksi lunas sangat dianjurkan
karena akan mampu menunjang kekuatan memanjang kapal. Iskandar (1990)
menjelaskan bahwa sistem kapal dengan kayu tanpa sambungan (kayu utuh)
akan memberikan beban konstruksi merata, sehingga beban kapal secara
keseluruhan menjadi lebih kuat dan kokoh. Selain itu, sistem konstruksi kapal
tersebut juga dapat menghindari kelemahan-kelemahan dari sifat kayu yang
non-isotropic (mempunyai sifat-sifat mekanis yang tidak sama ke berbagai
arah).
2) Pemasangan linggi haluan
Linggi adalah kayu melengkung pada haluan dan buritan perahu atau kapal.
Haluan adalah bagian perahu atau kapal yang sebelah muka. Linggi haluan
merupakan lanjutan dari lunas dan berfungsi menghubungkan papan kulit
10
3)
4)
5)
bagain kiri dan kanan, serta menghubungkan galar-galar pada kedua sisi
kapal (KBBI 1999). Pemasangan linggi haluan dilakukan dengan cara
menghubungkan balok linggi haluan pada titik lubang yang terdapat pada
lunas. Ujung balok linggi haluan sebelumnya harus dibuat purus terlebih
dahulu dengan ukuran penampang dan dalam lubang pada lunas. Linggi
haluan dan lunas setelah terpasang, konstruksi linggihaluan terhadap lunas
diperkuat oleh siku linggi. Pemasangan siku linggi diawali dengan pembuatan
lubang dengan bor pada bagian siku terpasang. Pemasangan batang baut dan
sekerup mur untuk memastikan bahwa pemasangan linggi haluan dan lunas
terpasang dengan kuat dan kokoh.
Pemasangan linggi buritan
Proses pemasangan linggi buritan secara umum sama dengan proses pada
pemasangan linggi haluan. Balok untuk konstruki linggi buritan memiliki
ukuran tebal yang lebih besar jika dibandingkan dengan balok untuk
konstruksi linggi haluan. Hal tersebut disebabkan karena pada linggi buritan
akan dibuat lubang poros baling-baling. Soegiono (2006) menyatakan linggi
buritan adalah suatu kerangka konstruksi yang membentuk ujung buritan
kapal dan yang menyangga kemudi serta poros baling-baling.
Pemasangan gading-gading
Gading-gading adalah rangka atau penguat konstruksi kapal secara melintang
serta tempat melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak
berubah (KBBI 1999). Pemasangan gading-gading terdiri dari beberapa
tahapan pemasangan diantaranya gading-gading dasar (keprok), miring
(sengkol), dan tegak.Pemasangan gading-gading dimulai dari bagian tengah
kapal (midship), untuk pemasangan gading-gading selanjutnya dilakukan
dengan cara sambung-menyambung mengikuti gading-gading yang terpasang
terlebih dahulu serta disesuaikan dengan kulit terpasang.
Pemasangan kulit atau papan
Pemasangan kulit atau papan kapal terdiri dari beberapa tahap penyusunan
papan yang memiliki perbedaan nama istilah disetiap tahapnya. Susunan
papan-papan tersebut dari alas hingga lambung kapal adalah sebagai berikut:
papan dasar atau papan pertama (papan pengapit), papan kedua (karon),
papan ketiga sampai kelima (cantel), papan keenam sampai kesepuluh
(gedok), papan kesebelas (golak). Pemasangan dimulai dengan pemilihan
papan, setiap susunan kulit atau papan antara bagian kiri dan kanan
menggunakan ukuran papan yang sama. Papan terpilih selanjutnya dilakukan
proses penghalusan papan dan pengukuran untuk menentukan titik
pemasangan paku. Titik pemasangan paku terdapat tepat ditengah sisi papan
sehingga pada bagian konstruksi ini dibantu dengan menggunakan jangka,
dilanjutkan dengan pengeboran pada bagian tersebut. Papan sudah siap
dipasang, sebelumnya pada bagian sisi alas pemasangan papan dipasang
gelam (kulit kayu putih) yang berfungsi untuk menghindari gesekan langsung
antar kulit terpasang serta sebagai bahan pelapis yang mengisi celah antar
kulit. Proses pemasangan papan selanjutnya dilakukan dengan cara yang
sama, namun untuk pemasangan kulit pada bagian yang lengkung
sebelumnya harus dilakukan pelengkungan dengan cara pemanasan papan.
Pemanasan papan berfungsi untuk menghindari keretakan atau kerusakan
papan.
11
6)
Pemasangan pondasi mesin
Pemasangan pondasi mesin ditempatkan pada bagaian buritan kapal.
Konstruksi pondasi mesin dilakukan dengan cara mempertimbangkan letak
poros pemasangan baling-baling. Kontruksi pondasi mesin menggunakan
papan dan balok yang kuat dan kokoh. Pengunaan dan pemasangan pondasi
mesin yang kokoh dan kuat berfungsi untuk menjaga kedudukan mesin agar
tetap pada posisinya yang diakibatkan dari olah gerak kapal dan getaran
mesin itu sendiri.
7) Pengerjaan lambung kapal
Pengerjaan lambung kapal terdiri dari beberapa proses kegiatan diantaranya
pemakalan dan pendempulan, cat dasar seluruh sisi lambung kapal, dan cat
warna seluruh sisi lambung kapal. Pemakalan dilakukan dengan cara
memasang serat benang pada alas antar sambungan kulit kapal. Pendempulan
berfungsi untuk melapisi bidang pemakalan sebelum dilakukan proses
pengecatan dasar lambung kapal. Pengecatan dasar dan warna lambung kapal
berfungsi untuk melapisi lambung kapal untuk mengurangi kerusakan
lambung kapal diakibatkan oleh gangguan hewan air yang menempel dan
perendaman lambung kapal.
8) Pengerjaan palka
Pengerjaan palka dilakukan setelah kulit kapal dan gading-gading kapal
terpasang. Proses pengerjaan palka dimulai dengan pemasangan alas palka.
Pemasangan alas palka terdiri dari alas palka yang fungsi sebagai alas dasar
dan dinding palka. Proses pemasangan alas palka menggunkan lembaranlembaran papan yang dilakukan dengan cara melakukan proses pengukuran
dan penghalusan lapisan papan terlebih dahulu. Papan terpilih selanjutnya
dieratkan pada bidang terpasang dengan menggunakan paku besi. Setelah alas
palka terpasang dilanjutkan dengan pemasangan sekat palka. Proses
pemasangan sekat palka sama halnya dengan proses pemasangan kulit kapal.
Sekat dipasang menggunakan lembaran papan yang disusun secara berurutan.
Proses tersebut dimulai dengan pengukuran dan penghalusan lapisan papan,
selanjutnya dilakukan penentuan titik dan pengeboran untuk pemasangan
paku pada papan terpasang. Setelah paku terpasang alas papan dilapisi
dengan gelam barulah papan selanjutnya dapat dipasang. Proses terakhir pada
pengerjaan palka yaitu pembuatan tutup palka.
9) Pemasangan instalasi mesin
Pemasangan intalasi mesin merupakan proses intalasi antara baling-baling
kapal, mesin kapal, serta instalasi pada ruang kemudi atau kapten. Pengerjaan
pemasangan instalasi mesin dilakukan oleh tenaga kerja khusus yang khusus
mengerjakan instalasi mesin, yakni berbeda dengan tenaga kerja pada
konstruksi kasko kapal.
10) Peluncuran kapal
Peluncuran kapal dilakukan setelah kasko atau lambung kapal terbentuk.
Proses peluncuran kapal dilakukan dengan cara melepaskan bantalan balok
yang digunakan sebagai penyangga. Proses selanjutnya dilakukan pelepasan
tali yang terdapat pada slipway dengan perlahan untuk menghindari kapal
terbalik pada saat proses peluncuran kapal.
12
11) Pemasangan geladak atau dek
Pemasangan geladak atau dek menggunakan lembaran papan yang disusun
secara berurutan. Geladak atau dek berfungsi sebagai lantai kapal yang
menjadi salah satu pusat aktivitas nelayan diatas kapal. Proses pemasangan
geladak atau dek dimulai dengan pemasangan balok penyangga yang
dipasang secara melintang menghubungkan antar sisi kiri dan kanan dinding
kapal.
12) Pengerjaan bangunan atas
Pengerjaan bangunan atas terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya
pemasangan tiang atau rangka, usuk, atap dan dinding. Pengerjaan bangunan
atas salah satu diantaranya berfungsi sebagai ruang kemudi kapal serta tempat
beristirahat anak buah kapal atau nelayan pada saat melakukan operasi
penangkapan ikan.
13) Penyelesaian akhir
Penyelesaian akhir meliputi pengecatan akhir bangunan kapal terdiri dari
pengecetan bangunan atas, serta bagian kapal lainnya membutuhkan
pengecetan, serta pengecekan pada instalasi mesin kapal.
Analisis Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine
Proses dan tahapan kegiatan produksi kapal purse seine terdiri pengerjaan
lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan, pemasangan gadinggading, pemasangan kulit atau papan, pemasangan pondasi mesin, pengerjaan
lambung kapal, pengerjaan palka, pemasangan instalasi mesin, peluncuran kapal,
pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan atas, dan penyelesaian akhir.
Analisis jaringan kerja pada produksi kapal purse seine dimulai dengan
melakukan perhitungan waktu kerja menggunakan metode CPM.
Heizer dan Render (2006) menyatakan metode CPM dikembangkan untuk
membantu dalam proses menjadwal, memonitor, dan mengendalikan kegiatan
produksi. Penentuan waktu penyelesaian jaringan kerja menggunakan two-pass,
yaitu perhitungan maju (forward pass) dan perhitungan mundur (backward pass),
untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan.ES (earleist start) dan EF
(earliest finish) ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest
finish) ditentukan selama backward. Asumsi yang digunakan selama proses
produksi adalah: aliran bahan baku atau material yang dibutuhkan berjalan lancar,
tenaga kerja selalu ada atau terpenuhi selama proses produksi, serta pembayaran
upah tenaga kerja terpenuhi oleh pemilik atau pemesan kapal.
13
Tabel 5. Hasil perhitungan ES, EF, LS, dan LF, slack, dan critical path pada
produksi kapal purse seine
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Slack
LS ES
Critical
path
4
0
Ya
4
5
0
Ya
5
4
5
0
Ya
5
73
9
77
4
-
72
5
77
5
77
0
Ya
D,E
6
77
83
104
110
27
-
G
D,E
19
77
96
96
115
19
-
H
D,E
38
77
115
77
115
0
Ya
I
F
5
83
88
110
115
27
-
J
G,H,I
0.5
115
115.5
115
115.5
0
Ya
K
I
21
115.5
136.5
115.5
136.5
0
Ya
L
K
24
136.5
160.5
136.5
160.5
0
Ya
M
L
3
160.5
163.5
160.5
163.5
0
Ya
Kode
kegiatan
Kegiatan
sebelumnya
Waktu
(hari)
Pengerjaan
lunas
Pemasangan
linggi
haluan
Pemasangan
linggi
buritan
Pemasangan
gadinggading
Pemasangan
kulit/papan
A
-
B
Pemasangan
pondasi
mesin
Pengerjaan
lambung
kapal
Pengerjaan
palka
Pemasangan
instalasi
mesin
Peluncuran
kapal
Pengerjaan
geladak/dek
Pengerjaan
bangunan
atas
Penyelesaian
akhir
ES
EF
LS
LF
4
0
4
0
A
1
4
5
C
A
1
4
D
B,C
68
E
B,C
F
Tabel 5 menunjukkan diperolehnya nilai ES yaitu waktu paling cepat
dimulainya kegiatan, EF yaitu waktu paling cepat berakhirnya kegiatan, LS yaitu
waktu paling lambat dimulainya kegiatan, dan LF yaitu waktu paling lambat
berakhirnya kegiatan dari setiap proses dan tahapan kegiatan produksi kapal purse
seine. Berdasarkan hasil perhitungan dari total 13 kegiatan produksi kapal purse
seine masing-masing terdapat 9 kegiatan yang berada pada jalur kritis dan 4
kegiatan tidak berada pada jalur kritis karena memiliki waktu tenggang (slack).
Heizer dan Render (2006) menyatakan kegiatan yang berada pada jalur kritis
adalah kegiatan yang tidak memiliki waktu tenggang (slack= 0), artinya kegiatan
tersebut harus dimulai tepat pada saat waktu ES (earleist start) agar tidak
mengakibatkan keterlambatan kegiatan secara keseluruhan. Salah satu kegiatan
pada jalur kritis yaitu pemasangan kulit atau papan. Total hari kerja yang
dibutuhkan berlangsung selama 72 hari, dengan nilai slack = 0.
14
Kegiatan pemasangan gading-gading merupakan salah satu kegiatan yang
tidak berada pada jalur kritis. Nilai slack pada kegiatan tersebut sebanyak 4 hari.
Heizer dan Render (2006) menyatakan Slack merupakan sejumlah kelonggaran
waktu dan elastisitas dalamsebuah jaringan kerja, serta waktu yang dimiliki oleh
sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek
keseluruhan. Gambar diagram alir dari kegiatan proses produksi kapal purse seine,
dengan menggunakan metode CPM disajikan pada Gambar 1.
77
96
B
4
0
0
A
4
4
1
5
5
5
5
E
72
77
77
4
77
4
C
1
5
5
5
9
D
68
19
96
115
115
115
I
115.5
115.5
0.5 115.5
115.5
K
136.5
21 136.5
77
4
4
G
73
77
77
104
H
38
F
6
115
136.5
115
136.5
83
83
110
110
J
5
88
160.5
115
160.5
L
160.5
24 160.5
M
3
163.5
163.5
Keterangan :
A : Pengerjaan lunas
B : Pemasangan linggi haluan
C : Pemasangan linggi buritan
D : Pemasangan gading-gading
E : Pemasangan kulit/papan
F : Pemasangan pondasi mesin
G : Pengerjaan lambung kapal
H : Pengerjaan palka
I : Pemasangan instalasi mesin
J : Peluncuran kapal
K : Pengerjaan geladak/dek
L : Pengerjaan bangunan atas
M: Penyelesaian akhir
: Alur kegiatan
: Jalur kritis
: Dummy
Gambar 1. Diagram alir jaringan kerja produksi kapal purse seine
Gambar 1 menunjukkan kegiatan yang berada di jalur kritis pada produksi
kapal purse seine yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan
linggi buritan, pemasangan kulit papan, pengerjaan palka, peluncuran kapal,
pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan atas, dan penyelesaian akhir.
Kegiatan pemasangan gading-gading, pemasangan pondasi mesin, pengerjaan
lambung, dan pemasangan instalasi mesin memiliki waktu slack (kelonggaran)
sehingga kegiatan tersebut tidak berada pada jalur kritis.
Kegiatan yang berada pada jalur kritis dapat dilakukan beberapa alternatif
kegiatan salah satunya dengan menambahkan jumlah tenaga kerja yang
disesuaikan dengan beban kerja pada kegiatan kritis yang berlangsung. Hal
tersebut dikarenakan akan berkaitan dengan penambahan upah tenaga kerja yang
harus dikeluarkan.
15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proses dan tahapan kegiatan produksi kapal purse seine terdiri dari 13 kegiatan
yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan,
pemasangan gading-gading, pemasangan kulit atau papan, pemasangan pondasi
mesin, pengerjaan lambung kapal, pengerjaan palka, pemasangan instalasi
mesin, peluncuran kapal, pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan
atas, dan penyelesaian akhir.
2. Total waktu pengerjaan kapal purse seine berlangsung selama 163,5 hari,
dengan jumlah total tenaga kerja sebanyak 7 orang. Fungsi dan peran tenaga
kerja dibagi menjadi dua yaitu ketua atau koordinator dan pekerja biasa.
Kegiatan yang berada pada jalur kritis yaitu: pengerjaan lunas, pemasangan
linggi haluan, pemasangan linggi buritan, pemasangan kulit papan, pengerjaan
palka, peluncuran kapal, pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan
atas, dan penyelesaian akhir. Kegiatan yang berada pada jalur kritis dapat
dilakukan beberapa alternatif kegiatan salah satunya dengan menambahkan
jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan beban kerja pada kegiatan kritis
yang berlangsung.
Saran
Penelitian selanjutannya mengenai jaringan kerja proses dan tahapan
kegiatan produksi kapal baru perlu dilakukan pada lokasi penelitian yang berbeda
dengan ukuran kapal yang seragam dan jenis kapal yang berbeda, sehingga dapat
diketahui perbandingan dari jaringan kerja proses dan tahapan kegiatan produksi
kapal baru yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
[BKI] Biro Klasifikasi Indonesia, 1989. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu.
Jakarta : Biro Klasifikasi Indonesia, 112 hal.
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessel. Farnham, Surrey, England:
Fishing News Book Ltd. Hal 21-118.
Heizer, J dan Render, B. 2006. Manajemen Operasi. Edisi 7.Jakarta : Salemba
Empat.
Iskandar, B.H. 1990. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di
Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
[KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999. Edisi Baru. Cetakan ke-10. Jakarta:
Balai Pustaka. 1208 hal
16
KEPMENAKER, 1999.Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu. [21 – Mei – 2014]
[Kota Tegal] Pemerintah Kota Tegal. 2013. Tegal Maritim 2013. Kota Tegal (ID):
Pemerintah Kota Tegal
Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soegiono. 2006. Kamus Teknik Perkapalan Edisis Empat. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sutisna U, Kalima T, Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di
Indonesia. N Wulijarni, Soetjipto, Soekotjo, Editor. Bogor: Yayasan
PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan Sumberdaya Manusia
Kehutanan.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi penelitian
Pembuatan lubang purus lunas
Pemasangan baut linggi haluan
Penyerutan kulit/papan
Pengeboran linggi haluan
Pelengkungan kulit/papan
Penyambungan balok gading-gading
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, pada tanggal 09 September 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Muhammad Sunardi
dan Sudarsih. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SDN 01 Wonotirto
(1996-2002), selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP AL-Hikmah (2002-2005). Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di
SMA Muhammadiyah Cileungsi (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf Divisi Penelitian dan Pengembangan
periode 2011-2012, Pengurus Asrama Sylvasari IPB sebagai Staf Departemen
Olahraga dan Seni periode 2009-2010, Pengurus Asrama Sylapinus IPB sebagai
Staf Divisi Olahraga dan Seni periode 2012-2013. Selain itu, penulis aktif
dibeberapa kepanitian kegiatan mahasiswa diantaranya Ketua Pelaksana Up
Grading Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) periode 2011-2012, Staf
Divisi Logistik dan
Transportasi Pada Musyawarah Nasional Himpunan Mahasiswa Perikanan
Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) tahun 2011, serta Staf Divisi Humas Pada
Dies Natalis Asrama Sylvasari IPB tahun 2009.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan
Kapal CV Pantura Bersaudara Kota Tegal, Jawa Tengah” dibimbing oleh Ir
Wawan Oktariza, MSi dan Vita Rumanti Kurniawati, SPi, MT.
DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA,
TEGAL, JAWA TENGAH
CHARIS WIBOWO
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jaringan Kerja Produksi
Kapal Purse Seine di Galangan Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Agustus 2014
Charis Wibowo
NIM C44080068
ii
ABSTRAK
CHARIS WIBOWO. Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan
Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh WAWAN
OKTARIZA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Penyusunan analisis jaringan kerja dari rangkaian tahap proses produksi
pembangunan kapal purse seine diharapkan mampu menentukan urutan dan kurun
waktu proses kegiatan produksi serta dapat digunakan untuk memperkirakan
waktu produksi secara keseluruhan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
proses produksi kapal purse seine, menyusun jaringan kerja dan menentukan jalur
kritis dalam proses produksi kapal purse seine. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan
narasumber. Kapal purse seine yang akan diproduksi memiliki ukuran panjang
total (LOA) 28 m, lebar (B) 7 m, dan dalam (D) 4,10 m. Total waktu pengerjaan
kapal purse seine direncanakan berlangsung selama 163,5 hari, dengan jumlah
total tenaga kerja sebanyak 7 orang. Hasil perhitungan jaringan kerja dengan
menggunakan analisis CPM menunjukkan kegiatan yang merupakan jalur kritis
yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan,
pemasangan kulit papan, pengerjaan palka, peluncuran kapal, pemasangan
geladak atau dek, pengerjaan bangunan atas, dan penyelesaian akhir.
Kata kunci: Analisis CPM, jalur kritis, jaringan kerja, kapal purse seine
ABSTRACT
CHARIS WIBOWO. Production Networks of Purse Seiner in the Shipyard CV.
Pantura Bersaudara, Tegal, Central Java.Supervised by WAWAN OKTARIZA
and VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Network analysis of the production process of a Purse Seiner is expected
to determine the order and the period of production processes and estimate the
overall production time. Research aimed to identify the process and stages of
production activities, to arrange network and to identify the activities which are
critical related the processand stages of production activities. Data were collected
through direct observationand interview with resource person. A PurseSeiner was
built with length over all (LOA) was 28 m, breadth (B) was7 m, and depth (D)
was 4.10 m. Total processing timeof purse seiner was planned for 163.5days, and
a total workforce was 7people. CPM analysis showed that the critical path along
production process of a Purse seiner were keel laying, assembly of bow frames
and stern frames, hull assembly, fish hold construction, ship launching, deck
assembly, superstructure assembly, andfinishing.
Keywords: CPM analysis, critical path, networks, purse seiner
iii
JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL PURSE SEINE
DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA,
TEGAL, JAWA TENGAH
CHARIS WIBOWO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
v
Judul Skripsi : Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan Kapal
qCV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah
Nama
: Charis Wibowo
NIM
: C44080068
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Ir Wawan Oktariza, MSi
Pembimbing I
Vita Rumanti Kurniawati, SPi, MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan april 2013 ini adalah
produksi kapal kayu, dengan judul skrispi Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse
Seine di Galangan Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Wawan Oktariza, MSi, Vita
Rumanti Kurniawati, SPi, MT, serta (Alm) Dr. Ir. Dinarwan, MS selaku
pembimbing, Dr. Roza Yusfiandayani, SPi selaku dosen penguji, dan Dr. Iin
Solihin, SPi, M Si selaku komisi pendidikan Departemen PSP, serta seluruh dosen
dan staf di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada H. Sadikin atas izin lokasi penelitian, H.
Warsito pemilik kapal, serta seluruh karyawan Grup Kembar Jaya yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga atas segala perhatian,
do’a dan kasih sayangnya, dan keluarga besar Hj. Bahijah Hamid dan KH. Yazid
Ramly LC, keluarga besar Asrama Sylvasari IPB (khususnya USMAWAN’45),
keluarga besar Asrama Sylvapinus IPB serta keluarga besar Departemen PSP
(khususnya angkatan 45). Serta seluruh pihak yang telah memberikan saran dan
masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Charis Wibowo
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Waktu dan Tempat
2
Metode Pengumpulan Data
2
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Spesifikasi Kapal Purse Seine
5
Material Kapal
6
Sistem Produksi Kapal di CV. Pantura Bersaudara
8
Tahapan Proses Produksi Kapal Purse Seine
9
Analisis Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine
KESIMPULAN DAN SARAN
12
15
Kesimpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
viii
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
Kebutuhan data
Ukuran dimensi utama kapal purse seine
Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi utama kapal
Jenis material non-kayu dan bahan
Hasil perhitungan ES, EF, LS, dan LF, slack, dan critical path
pada produksi kapal purse seine
3
6
7
8
13
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir jaringan kerja produksi kapal purse seine
14
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi penelitian
17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Tegal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki
potensi hasil tangkapan dengan jumlah cukup besar. Tahun 2012 Kota Tegal
memiliki total produksi perikanan tangkap sebesar 28.567.660 ton. Besarnya
potensi perikanan tangkap tersebut salah satunya dikarenakan secara geografis
Kota Tegal memiliki lokasi yang strategis yakni terletak di daerah pantura Jawa
disertai dengan karakteristik demografi masyarakatnya yang bergantung pada
potensi perikanan tersebut (Pemerintah Kota Tegal 2013). Pemanfaatan dan
pengolalaan potensi tersebut tentunya harus didukung oleh unit operasi
penangkapan yang memadai diantaranya nelayan, alat tangkap serta kapal
perikanan. Proses pengembangan pada unit kapal perikanan tidak terlepas dari
industri galangan kapal.
Salah satu industri galangan kapal yang beroperasi di Kota Tegal yaitu CV.
Pantura Bersaudara.CV. Pantura Bersaudara berdampingan dengan Dock KUD
Karya Mina. Fasilitas pelayanan jasa yang diberikan oleh galangan kapal meliputi
fasilitas penyewaan tempat, perbaikan kapal maupun pembuatan kapal baru. CV.
Pantura Bersaudara memiliki lokasi yang cukup strategis dikarenakan letaknya
tidak jauh dengan lokasi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota Tegal.
Tentunya hal tersebut menjadi salah satu potensi bagi pengelola galangan kapal
untuk dapat meningkatkan fasilitas layanan.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapang. Salah satu jenis kapal
yang diproduksi yakni kapal purse seine dengan ukuran 68 GT. Waktu produksi
dimulai dari bulan April 2013 dan direncanakan akan selesai pada bulan Oktober
2013. Namun, saat ini dari hasil terdapat permasalahan yang terjadi di galangan
kapal yang mengakibatkan terhambatnya proses layanan produksi. Ada beberapa
hal yang mengakibatkan terhambatnya proses layanansalah satu diantaranya
kurangnya pemahaman pekerja dalam pembuatan jadwal produksi. Hal tersebut
mengakibatkan beberapa kerugian diantaranya penambahan biaya yang harus
dikeluarkan serta kemungkinan akanmengakibatkan waktu antrian baik pada
aktivitas reparasi kapal maupun produksi kapal baru berikutnya.
Metode Critical Path Method (CPM) dikembangkan untuk membantu dalam
proses menjadwal, memonitor, dan mengendalikan kegiatan produksi. Kelebihan
metode CPM diantaranya membantu menentukan jadwal proyek serta membantu
menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebih dekat (Heizer dan Render
2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap beberapa faktor
meliputi teknis proses produksi, serta penyusunan jaringan kerja dari proses
produksi kapal purse seine.
Perumusan Masalah
Permasalahan pada manajemen produksi CV. Pantura Bersaudara salah satu
diantaranya adalah keterlambatan waktu produksi khususnya pada aktivitas
2
layanan produksi kapal baru. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
masih kurangnya pemahaman pekerja dalam pembuatan jadwal produksi terkait
tahapan proses produksi waktu produksi, minimnya fasilitas pendukung produksi
meliputi gudang penyimpanan bahan baku, ketersediaan alat produksi serta
adanya dugaan menurunnya ketersediaan bahan baku. Hal tersebut akan
mengakibatkan terjadinya keterlambatan pada rangkaian tahapan produksi,
beberapa kerugian yang terjadi diantaranya pemborosan waktu, penambahan biaya
produksi, serta kemungkinan akan mengakibatkan waktu antrian layanan produksi
kapal baru berikutnya.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji
diantaranya:
1. Bagaimana proses dan tahapan kegiatan produksi kapal Purse Seine di galangan
kapal CV. Pantura Bersaudara?; dan
2. Proses dan tahapan mana saja yang termasuk ke dalam jalur kritis disepanjang
proses produksi kapal?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.Mengidentifikasi proses produksi kapal purse seine; dan
2.Menyusun jaringan kerja dan menentukan jalur kritis dalam proses produksi
kapal purse seine.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Menghasilkan informasi tentang pengelolaan proses jaringan kerja pada
aktivitas produksi di suatu perusahaan galangan kapal;
2. Masukan bagi CV. Pantura Bersaudara dalam upaya mengembangkan fasilitas
produksi, sehingga akan mampu memaksimalkan potensi pendapatan yang
diperoleh; dan
3. Dasar penelitian lanjutan sebagai penyempurnaan penelitian.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013, dengan penelitian lapang
dan studi literatur.Pengambilan data primer bertempat di galangan kapal CV.
Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan metode studi kasus yang meneliti proses dan
tahapan produksi kapal purse seine. Menurut Nazir (1983) metode penelitian
kasus merupakan metode penelitian yang terinci tentang suatu unit dalam kurun
3
waktu tertentu.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan
langsung pada proses produksi kapal purse seine dan wawancara dengan
narasumber. Proses wawancara dibantu dengan menggunakan interview guided
atau panduan wawancara. Narasumber pada penelitian ini adalah pengelola
galangan, pembuat kapal dan pemilik kapal. Kebutuhan data penelitian disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Data
Data
Sumber
Jenis
Data
Primer
Sistem layanan produksi galangan
Pengelola
galangan
Penyediaan material kayu dan non-kayu,
sistem upah tenaga kerja
Pemilik kapal
Primer
Spesifikasi kapal, dimensi utama kapal,
kebutuhan waktu produksi, teknis produksi,
dan tahapan proses produksi.
Ketua tim pembuat
kapal
Primer
Prosedur Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran teknis produksi
kapal purse seine yang dimulai dari pemasangan lunas sampai dengan proses
penyelesaiaan akhir. Proses ini diamati berdasarkan alur prose atau tahapan yang
terjadi. Tahapan tersebut selanjutnya digambarkan dalam bentuk diagram alir.
Analisis Jaringan Kerja
Analisis jaringan kerja menggunakan metode CPM.Heizer dan Render (2006)
menyatakan proses analisis jaringan kerja CPM meliputi beberapa tahap, yaitu :
1. Mendefinisikan aktivitas dan menyiapkan struktur pecahan kerja;
2. Membangun hubungan antara kegiatan serta memutuskan kegiatan mana
yang harus dahulu dan mana yang harus mengikuti yang lain;
3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan;
4. Menetapkan perkiraan waktu dan atau biaya untuk tiap kegiatan;
5. Menentukan jalur waktu terpanjang melalui jaringan yang sering disebut
dengan jalur keritis;
6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian aktivitas.
Analisis CPM dalam perhitungan waktu menggunakan tiga asumsi dasar yaitu:
Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event
(finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga,
saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES. Penentuan waktu
penyelesaian diagram jaringan kerja menggunakan two-pass, yaitu perhitungan
maju (forward pass) dan perhitungan mundur (backward pass), untuk menentukan
jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES (earleist start) dan EF (earliest finish)
4
ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan
selama backward pass.
1. Hitungan Maju(Forward Pass)
Hitungan maju dimulai dari start (initial event) menuju finish (terminal event)
untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu
tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa
(E). Menurut Heizer dan Render (2006) menyatakan mengenai aturan perhitungan
waktu mulai terdahulu (earliest start) dan waktu selesai terdahulu (earliest finish),
sebagai berikut:
Aturan waktu mulai terdahulu (earliest start)
1. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, maka waktu
mulai terdahulu (earliest start) sama dengan waktu selesai terdahulu
(earliest finish) dari pendahulunya.
2. Jika suatu kegiatan mempunyai beberapa pendahulu langsung, maka waktu
mulai terdahulu adalah nilai maksimum dari semua waktu selesai terdahulu
(earliest finish) pendahulunya yaitu:
ES= Max [EF pendahulu langsung]
Keterangan:
ES = Waktu mulai terdahulu (earliest start)
EF = Waktu selesai terdahulu (earliest finish)
Aturan selesai terdahulu (earliest finish)
Waktu selesai terdahulu dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai
terdahulu (earliest start) dan waktu kegiatannya, yaitu:
EF = ES + t
Keterangan:
EF = Waktu selesai terdahulu (earliest finish)
ES = Waktu mulai terdahulu (earliest start)
t = Waktu kegiatan
2. Hitungan Mundur(Backward Pass)
Hitungan mundur dimulai dari finish menuju start untuk mengidentifikasi
saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat
terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi
(L). Menurut Heizer dan Render (2006) dinyatakan mengenai aturan
perhitungan waktu selesai terakhir (latest finish) dan waktu mulai terakhir
(latest start), sebagai berikut:
Aturan waktu selesai terakhir (latest finish)
1. Jika suatu kegiatan merupakan pendahulu langsung bagi hanya satu
kegiatan, maka waktu selesai terakhir (latest finish) sama dengan waktu
mulai terakhir (latest start) dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya.
2. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan,
maka waktu selesai terakhir (latest finish) adalah minimum dari seluruh nilai
waktu mulai terdahulu (latest start) dari kegiatan-kegiatan yang secara
langsung mengikutinya, yaitu:
5
LF= Min [LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya]
Keterangan:
LF = Waktu selesai terakhir (latest finish)
LS = Waktu mulai terakhir (latest start)
Aturan waktu mulai terakhir (latest start)
Waktu mulai terakhir (latest start) dari suatu kegiatan adalah perbedaan
antar waktu selesai terakhir (latest finish) dan waktu kegiatannya, yaitu:
LS= LF- t
Keterangan:
LS = Waktu mulai terakhir (latest start)
LF = Waktu selesai terakhir (latest finish)
t = Waktu kegiatan
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai
slack atau float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas
dalam sebuah jaringan kerja. Heizer dan Render (2006) menyatakan slack
adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan. Untuk menghitung nilai
slack dapat menggunakan rumus:
Slack (S) = LS – ES atau LF – EF
Keterangan:
LS = Waktu mulai terakhir (latest start)
ES = Waktu mulai terdahulu (earliest start)
LF = Waktu selesai terakhir (latest finish)
EF = Waktu selesai terdahulu (earliest finish)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesfikasi Kapal Purse Seine
Fyson (1985) menyatakan kapal purse seine adalah jenis kapal ikan yang
mempergunakan alat tangkap purse seine, dimana alat tangkap ini tidak
membutuhkan tenaga penarikan yang besar untuk menghela jaring.Perhitungan
tenaga ditujukan untuk mencapai kecepatan melingkar serta memilki bentuk
lambung yang dirancang khusus agar memiliki kemampuan olah gerak dan
berputar yang baik.Proses penangkapan ikan dilakukan dengan cara melingkarkan
jaring pada gerombolan ikan secepat mungkin (encircling gear), dilanjutkan
dengan mengangkat hasil tangkapan dari salah satu sisi kapal serta membawa
hasil tangkapan menuju fishing base (pelabuhan). Oleh karena itu, maka dalam
proses produksi kapal khususnya pada kapal purse seine harus
6
mempertimbangkan dengan benar stabilitas serta kemampuan olah gerak dari
kapal tersebut.
Kapal purse seine yang diteliti merupakan kapal kayu yang saat penelitian
dilaksanakan sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan kapal tersebut
dilakukan secara tradisional dan tidak menggunakan gambar-gambar desain yang
terdiri dari rencana garis (lines plan), rencana umum (general arrangement),
gambar konstruksi, dan perhitungan-perhitungan dalam ilmu perkapalan modern.
Total waktu pengerjaan kapal purse seine ini berlangsung selama 163,5
hari.Berdasarkan hasil penelitian lapang dapat diperoleh spesifikasi kapal purse
seine, seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Ukuran dimensi utama kapal purse seine
No
Spesifikasi
1
Panjang seluruh kapal(LOA)
2
Lebar kapal maksimum(Bmax)
3
Dalam kapal (D)
4
Sarat air kapal (d)
5
Tonase kapal (GT)
Ukuran
28 m
7m
4,10 m
2m
68 GT
Proses produksi kapal purse seine dimulai dari bulan April 2013 dan
direncanakan akan selesai pada bulan Oktober 2013. Perkiraan biaya yang
dibutuhkan yaitu untuk penyediaan kebutuhan material, upah tenaga kerja, sewa
lokasi, serta penyediaan mesin dan alat pendukung sebesar Rp 2.000.000.000.
Proses produksi dilakukan dalam beberapa tahapan produksi yang dimulai dari
proses persiapan, pengerjaan lunas, serta sampai dengan proses penyelesaian akhir.
Kapal ini rencana akan dioperasikan disekitar perairan utara Pulau Jawa.
Material Kapal
Material kapal yang digunakan selama proses pembangunan kapal terdiri
dari kayu sebagai material utama dan material non-kayu yang digunakan sebagai
material penunjang konstruksi. Berikut penjelasan dari tiap material yang
digunakan dalam proses pembangunan kapal purse seine:
1) Kayu
Pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan
pada sifat-sifatnya.Umumnya sifat-sifat yang diperhatikan terdiri dari keawetan,
kekuatan, masa jenis, dan kelembapan kayu sehingga dapat dipilih jenis kayu
dengan struktur konstruksi yang kuat.Selain itu, faktor yang menjadi
pertimbangan yaitu cacat kayu yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu
tersebut dikerjakan dan dibentuk (BKI 1989). Proses produksi kapal purse
seineyang diteliti dari tiap bagian konstruksi kapal memiliki jenis kayu yang
berbeda. Perbedaan jenis kayu tersebut didasarkan pada persyaratan teknis pada
bagian-bagian kapal kayu, seperti disajikan pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi utama kapal
Bagian kontruksi yang
Nama
Nama latin
Kekuatan
menggunakan
No local
1
Bangkirai Shorea laevis
Awet I- Kuat I Lunas, linggi haluan,
2
Laban
3
Merbau
Vitexpubesceus
vahl
Intsia bijuga
Awet I- Kuat II
linggi buritan
Gading-gading
Awet I- Kuat II Kulit, lantai dek, pondasi
mesin
Sumber: Data Primer, 2013 & Sutisna et al, 1998
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dalam proses pemilihan kayu
disesuaikan dengan fungsi dari tiap-tiap bagian konstruksi. Konstruksi pada
bagian lunas, linggi haluan, dan linggi buritan jenis kayu yang digunakan dari
jenis kayu bangkirai.Hal tersebut dikarenakan kayu bangkirai (Shorea laevis)
memiliki kekuatan awet I - kuat I, dengan kekuatan tersebut akan mampu
menunjang kekuatan dari konstruksi kapal khususnya pada bagian lunas, linggi
haluan, dan linggi buritan yang merupakan bagian pondasi dari kapal.
Jenis kayu yang digunakan pada bagian konstruksi gading-gading yaitu
kayu laban. Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemilihan
jenis kayu yang digunakan untuk konstruksi gading-gading yaitu mudah untuk
dibentuk dan ukuran diameter batang kayu tidak terlalu besar. Hal tersebut
bertujan untuk memudahkan mobilitas proses produksi. Kayu laban (Vitex
pubesceus vahl) yang digunakan berasal dari daerah serang. Kekuatan dari kayu
laban (Vitex pubesceus vahl) berada pada kekuatan awet I – kuat II.
Bagian konstruksi kulit, lantai dek, dan pondasi mesin jenis kayu yang
digunakan yaitu kayu merbau (Intsia bijuga). Kayu merbau (Intsia bijuga)
memiliki kekuatan awet I – kuat II. Bagian konstruksi tersebut terutama pada kulit
memerlukan jenis kayu yang tidak mudah pecah, karena selama proses produksi
konstruksi kulit harus dibentuk dengan mengikuti rancangan bentuk kapal
terutama pada bagian-bagian yang memiliki kelengkungan yang ekstrim.
Proses pemasangan pada bagian tersebut dibantu dengan proses
pemanasan papan. Sebelum dilakukan proses pemanasan, papan harus terlebih
dahulu disesuaikan dengan papan yang sudah terpasang sebelumnya. Pemanasan
berfungsi untuk menghindari kerusakan atau keretakan pada papan yang akan
dibentuk. Lamanya proses pemanasan disesuaikan dengan tingkat kekuatan
tekstur kayu serta tingkat kelengkungan yang diinginkan.
2) Non-Kayu
Material non-kayu pada produksi kapal kayu digunakan untuk menyambung,
menguatkan, melapisi bagian-bagian tiap bagian konstruksi kapal.Pemasangan
material-material ini selama proses produksi dibantu dengan menggunakan peralatan
seperti bor, pendel, palu besi, dan palu kayu, klem, serkel dan sebagainya.Pada
produksi kapal purse seinejenis material non-kayu dan bahan pembuatnya yang
digunakan disajikan pada Tabel 4.
8
Tabel 4. Jenis material non-kayu dan bahan
No
Jenis Material
1
Paku besi
2
Paku tak
3
Paku tandur
4
Baut dan mur
5
Gelam
6
Lem FOX
7
Semen Putih
Bahan Material
Besi
Alumunium
Alumunium
Alumunium
Kulit kayu putih
Bahan lem
Bahan semen
Penggunaan material non-kayu pada proses produksi kapal purse seine
disesuaikan dengan pengerjaan bagian dari tiap kontruksi. Jenis material non-kayu
diantaranya pakubesi, paku tak, paku tandur, baut dan mur berfungsi untuk
menghubungkan atau memasang antar tiap bagian kontruksi kapal. Gelam
digunakan untuk melapisi antar sisi bangian antar papan terutama pada
pemasangan kulit kapal. Penggunaan gelam berfungsi untuk menghindari gesekan
antar tiap papan yang akan mengakibatkan keretakan atau kerusakan papan. Lem
FOX dan semen putih digunakan pada proses pelapisan diding kulit kapal serta
bagian sisi dari konstruki kapal.
Sistem Produksi Kapal di CV. Pantura Bersaudara
Sistem pengelolaan layanan produksi kapal baru di CV. Pantura Bersaudara
dilakukan dengan dua cara. Pertama pengelola galangan bertanggung jawab penuh
terhadap pemenuhan material dan tenaga kerja untuk melakukan produksi kapal
yang dipesan oleh pemilik kapal. Kedua pengelola galangan hanya menyewakan
tempat sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan material dan tenaga kerja menjadi
tanggung jawab pemilik kapal atau penyewa tempat.
Produksi kapal purse seine yang berlangsung pada saat penelitian pengelola
galangan hanya menyewakan tempat, sehingga dalam pemenuhan material dan
tenaga kerja menjadi tanggung jawab pemilik kapal. Sistem penggunaan tenaga
kerja dan pembayaran upah pada produksi kapal purse seine yang dijalankan oleh
pemilik kapal menggunakan sistem borongan. Definisi pekerja borongan atau
tenaga kerja borongan diatur dalam Pasal 1 angka 3 Kepmenaker No. KEP150/MEN/1999 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu.Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah didasarkan
atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja. Upah borongan adalah upah atau
imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan
berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Proses produksi kapal purse seine yang diteliti total tenaga kerja yang
digunakan sebanyak 7 orang. Total banyaknya tenaga kerja disesuaikan dengan
besar – kecilnya ukuran kapal yang akan diproduksi. Masing-masing tenaga kerja
memiliki fungsi dan peran yang saling melengkapi. Fungsi dan peran tersebut
berkaitan dengan tugas dan pengalaman dari tenaga kerja.
Jabatan tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu ketua atau koordinator dan
pekerja biasa. Ketua tim bertanggung jawab terhadap proses pelaksanaan produksi
9
yang dimulai dari peletakkan lunas sampai dengan terbentuk kasko kapal. Pekerja
biasa merupakan pekerja yang secara teknis dan pengalaman dalam bidang
konstruksi produksi kapal masih baru dengan pengalaman kerja rata-rata dibawah
satu tahun. Sistem kerjapekerja biasa yang berjalan lebih pada mengikuti instruksi
dari koordinator tim untuk memastikan proses produksi berjalan dengan optimal.
Sistem pembayaran upah borongan tenaga kerja yang selama ini berjalan
dari pemilik atau pemesan kapal diserahkan kepada ketua tim. Ketua tim membagi
upah tersebut yang disesuaikan dengan tugas dan pengalaman dari setiap tenaga
kerja. Upah yang diterima oleh masing-masing tenaga kerja terdiri dari upah kerja
harian yang diambil dari upah borongan dan uang makan harian diluar upah
borongan yang diberikan langsung oleh pemilik atau pemesan kapal. Upah kerja
harian untuk ketua tim berkisar antara Rp.80.000-90.000, dan untuk pekerja biasa
berkisar antara Rp. 50.000-60.000. Uang makan harian yang diterima tenaga kerja
sebesar Rp. 50.000/ tenaga kerja yang diterima setiap hari kerja.
Tahapan Proses Produksi Kapal Purse Seine
Menurut Assauri (1980) menyatakan proses produksi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu proses produksi yang bersifat terus menerus dan proses
produksi yang bersifat terputus. Salah satu karakteristik proses produksi terputus
yakni produk yang dihasilkan dalam jumlah yang terbatas, serta memiliki tingkat
variasi yang tinggi.Proses produksi pada industri kapal kayu dapat dikatakan
termasuk kedalam proses produksi yang bersifat terputus. Berikut proses dan
tahapan kegiatan produksi kapal Purse Seine:
1) Pengerjaan lunas
Soegiono (2006) menyatakan lunas adalah bagian konstruksi utama pada alas
kapal yang membentang sepanjang garis tengah kapal dari haluan sampai
buritan. Proses pemasangan konstruksi lunas diawali dengan persiapan lokasi
yaitu dengan pemasangan bantalan balok sepanjang badan lunas. Kekuatan
bantalan balok yang digunakan disesuaikan dengan bobot dan ukuran kapal
yang akan dibangun. Peletakkan lunas pada bantalan balok dibantu dengan
menggunakan crane atau penggerek, untuk memudahkan proses
pengangkatan balok lunas. Proses selanjutnya dilakukan penyerutan bagian
atas lunas serta pengukuran untuk menentukan titik pemasangan bangian
konstruksi linggi haluan dan buritan. Balok yang digunakan pada konstruksi
lunas merupakan balok panjang tanpa sambungan dengan panjang 19 meter.
Penggunaan balok tanpa sambungan untuk konstruksi lunas sangat dianjurkan
karena akan mampu menunjang kekuatan memanjang kapal. Iskandar (1990)
menjelaskan bahwa sistem kapal dengan kayu tanpa sambungan (kayu utuh)
akan memberikan beban konstruksi merata, sehingga beban kapal secara
keseluruhan menjadi lebih kuat dan kokoh. Selain itu, sistem konstruksi kapal
tersebut juga dapat menghindari kelemahan-kelemahan dari sifat kayu yang
non-isotropic (mempunyai sifat-sifat mekanis yang tidak sama ke berbagai
arah).
2) Pemasangan linggi haluan
Linggi adalah kayu melengkung pada haluan dan buritan perahu atau kapal.
Haluan adalah bagian perahu atau kapal yang sebelah muka. Linggi haluan
merupakan lanjutan dari lunas dan berfungsi menghubungkan papan kulit
10
3)
4)
5)
bagain kiri dan kanan, serta menghubungkan galar-galar pada kedua sisi
kapal (KBBI 1999). Pemasangan linggi haluan dilakukan dengan cara
menghubungkan balok linggi haluan pada titik lubang yang terdapat pada
lunas. Ujung balok linggi haluan sebelumnya harus dibuat purus terlebih
dahulu dengan ukuran penampang dan dalam lubang pada lunas. Linggi
haluan dan lunas setelah terpasang, konstruksi linggihaluan terhadap lunas
diperkuat oleh siku linggi. Pemasangan siku linggi diawali dengan pembuatan
lubang dengan bor pada bagian siku terpasang. Pemasangan batang baut dan
sekerup mur untuk memastikan bahwa pemasangan linggi haluan dan lunas
terpasang dengan kuat dan kokoh.
Pemasangan linggi buritan
Proses pemasangan linggi buritan secara umum sama dengan proses pada
pemasangan linggi haluan. Balok untuk konstruki linggi buritan memiliki
ukuran tebal yang lebih besar jika dibandingkan dengan balok untuk
konstruksi linggi haluan. Hal tersebut disebabkan karena pada linggi buritan
akan dibuat lubang poros baling-baling. Soegiono (2006) menyatakan linggi
buritan adalah suatu kerangka konstruksi yang membentuk ujung buritan
kapal dan yang menyangga kemudi serta poros baling-baling.
Pemasangan gading-gading
Gading-gading adalah rangka atau penguat konstruksi kapal secara melintang
serta tempat melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak
berubah (KBBI 1999). Pemasangan gading-gading terdiri dari beberapa
tahapan pemasangan diantaranya gading-gading dasar (keprok), miring
(sengkol), dan tegak.Pemasangan gading-gading dimulai dari bagian tengah
kapal (midship), untuk pemasangan gading-gading selanjutnya dilakukan
dengan cara sambung-menyambung mengikuti gading-gading yang terpasang
terlebih dahulu serta disesuaikan dengan kulit terpasang.
Pemasangan kulit atau papan
Pemasangan kulit atau papan kapal terdiri dari beberapa tahap penyusunan
papan yang memiliki perbedaan nama istilah disetiap tahapnya. Susunan
papan-papan tersebut dari alas hingga lambung kapal adalah sebagai berikut:
papan dasar atau papan pertama (papan pengapit), papan kedua (karon),
papan ketiga sampai kelima (cantel), papan keenam sampai kesepuluh
(gedok), papan kesebelas (golak). Pemasangan dimulai dengan pemilihan
papan, setiap susunan kulit atau papan antara bagian kiri dan kanan
menggunakan ukuran papan yang sama. Papan terpilih selanjutnya dilakukan
proses penghalusan papan dan pengukuran untuk menentukan titik
pemasangan paku. Titik pemasangan paku terdapat tepat ditengah sisi papan
sehingga pada bagian konstruksi ini dibantu dengan menggunakan jangka,
dilanjutkan dengan pengeboran pada bagian tersebut. Papan sudah siap
dipasang, sebelumnya pada bagian sisi alas pemasangan papan dipasang
gelam (kulit kayu putih) yang berfungsi untuk menghindari gesekan langsung
antar kulit terpasang serta sebagai bahan pelapis yang mengisi celah antar
kulit. Proses pemasangan papan selanjutnya dilakukan dengan cara yang
sama, namun untuk pemasangan kulit pada bagian yang lengkung
sebelumnya harus dilakukan pelengkungan dengan cara pemanasan papan.
Pemanasan papan berfungsi untuk menghindari keretakan atau kerusakan
papan.
11
6)
Pemasangan pondasi mesin
Pemasangan pondasi mesin ditempatkan pada bagaian buritan kapal.
Konstruksi pondasi mesin dilakukan dengan cara mempertimbangkan letak
poros pemasangan baling-baling. Kontruksi pondasi mesin menggunakan
papan dan balok yang kuat dan kokoh. Pengunaan dan pemasangan pondasi
mesin yang kokoh dan kuat berfungsi untuk menjaga kedudukan mesin agar
tetap pada posisinya yang diakibatkan dari olah gerak kapal dan getaran
mesin itu sendiri.
7) Pengerjaan lambung kapal
Pengerjaan lambung kapal terdiri dari beberapa proses kegiatan diantaranya
pemakalan dan pendempulan, cat dasar seluruh sisi lambung kapal, dan cat
warna seluruh sisi lambung kapal. Pemakalan dilakukan dengan cara
memasang serat benang pada alas antar sambungan kulit kapal. Pendempulan
berfungsi untuk melapisi bidang pemakalan sebelum dilakukan proses
pengecatan dasar lambung kapal. Pengecatan dasar dan warna lambung kapal
berfungsi untuk melapisi lambung kapal untuk mengurangi kerusakan
lambung kapal diakibatkan oleh gangguan hewan air yang menempel dan
perendaman lambung kapal.
8) Pengerjaan palka
Pengerjaan palka dilakukan setelah kulit kapal dan gading-gading kapal
terpasang. Proses pengerjaan palka dimulai dengan pemasangan alas palka.
Pemasangan alas palka terdiri dari alas palka yang fungsi sebagai alas dasar
dan dinding palka. Proses pemasangan alas palka menggunkan lembaranlembaran papan yang dilakukan dengan cara melakukan proses pengukuran
dan penghalusan lapisan papan terlebih dahulu. Papan terpilih selanjutnya
dieratkan pada bidang terpasang dengan menggunakan paku besi. Setelah alas
palka terpasang dilanjutkan dengan pemasangan sekat palka. Proses
pemasangan sekat palka sama halnya dengan proses pemasangan kulit kapal.
Sekat dipasang menggunakan lembaran papan yang disusun secara berurutan.
Proses tersebut dimulai dengan pengukuran dan penghalusan lapisan papan,
selanjutnya dilakukan penentuan titik dan pengeboran untuk pemasangan
paku pada papan terpasang. Setelah paku terpasang alas papan dilapisi
dengan gelam barulah papan selanjutnya dapat dipasang. Proses terakhir pada
pengerjaan palka yaitu pembuatan tutup palka.
9) Pemasangan instalasi mesin
Pemasangan intalasi mesin merupakan proses intalasi antara baling-baling
kapal, mesin kapal, serta instalasi pada ruang kemudi atau kapten. Pengerjaan
pemasangan instalasi mesin dilakukan oleh tenaga kerja khusus yang khusus
mengerjakan instalasi mesin, yakni berbeda dengan tenaga kerja pada
konstruksi kasko kapal.
10) Peluncuran kapal
Peluncuran kapal dilakukan setelah kasko atau lambung kapal terbentuk.
Proses peluncuran kapal dilakukan dengan cara melepaskan bantalan balok
yang digunakan sebagai penyangga. Proses selanjutnya dilakukan pelepasan
tali yang terdapat pada slipway dengan perlahan untuk menghindari kapal
terbalik pada saat proses peluncuran kapal.
12
11) Pemasangan geladak atau dek
Pemasangan geladak atau dek menggunakan lembaran papan yang disusun
secara berurutan. Geladak atau dek berfungsi sebagai lantai kapal yang
menjadi salah satu pusat aktivitas nelayan diatas kapal. Proses pemasangan
geladak atau dek dimulai dengan pemasangan balok penyangga yang
dipasang secara melintang menghubungkan antar sisi kiri dan kanan dinding
kapal.
12) Pengerjaan bangunan atas
Pengerjaan bangunan atas terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya
pemasangan tiang atau rangka, usuk, atap dan dinding. Pengerjaan bangunan
atas salah satu diantaranya berfungsi sebagai ruang kemudi kapal serta tempat
beristirahat anak buah kapal atau nelayan pada saat melakukan operasi
penangkapan ikan.
13) Penyelesaian akhir
Penyelesaian akhir meliputi pengecatan akhir bangunan kapal terdiri dari
pengecetan bangunan atas, serta bagian kapal lainnya membutuhkan
pengecetan, serta pengecekan pada instalasi mesin kapal.
Analisis Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine
Proses dan tahapan kegiatan produksi kapal purse seine terdiri pengerjaan
lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan, pemasangan gadinggading, pemasangan kulit atau papan, pemasangan pondasi mesin, pengerjaan
lambung kapal, pengerjaan palka, pemasangan instalasi mesin, peluncuran kapal,
pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan atas, dan penyelesaian akhir.
Analisis jaringan kerja pada produksi kapal purse seine dimulai dengan
melakukan perhitungan waktu kerja menggunakan metode CPM.
Heizer dan Render (2006) menyatakan metode CPM dikembangkan untuk
membantu dalam proses menjadwal, memonitor, dan mengendalikan kegiatan
produksi. Penentuan waktu penyelesaian jaringan kerja menggunakan two-pass,
yaitu perhitungan maju (forward pass) dan perhitungan mundur (backward pass),
untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan.ES (earleist start) dan EF
(earliest finish) ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest
finish) ditentukan selama backward. Asumsi yang digunakan selama proses
produksi adalah: aliran bahan baku atau material yang dibutuhkan berjalan lancar,
tenaga kerja selalu ada atau terpenuhi selama proses produksi, serta pembayaran
upah tenaga kerja terpenuhi oleh pemilik atau pemesan kapal.
13
Tabel 5. Hasil perhitungan ES, EF, LS, dan LF, slack, dan critical path pada
produksi kapal purse seine
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Slack
LS ES
Critical
path
4
0
Ya
4
5
0
Ya
5
4
5
0
Ya
5
73
9
77
4
-
72
5
77
5
77
0
Ya
D,E
6
77
83
104
110
27
-
G
D,E
19
77
96
96
115
19
-
H
D,E
38
77
115
77
115
0
Ya
I
F
5
83
88
110
115
27
-
J
G,H,I
0.5
115
115.5
115
115.5
0
Ya
K
I
21
115.5
136.5
115.5
136.5
0
Ya
L
K
24
136.5
160.5
136.5
160.5
0
Ya
M
L
3
160.5
163.5
160.5
163.5
0
Ya
Kode
kegiatan
Kegiatan
sebelumnya
Waktu
(hari)
Pengerjaan
lunas
Pemasangan
linggi
haluan
Pemasangan
linggi
buritan
Pemasangan
gadinggading
Pemasangan
kulit/papan
A
-
B
Pemasangan
pondasi
mesin
Pengerjaan
lambung
kapal
Pengerjaan
palka
Pemasangan
instalasi
mesin
Peluncuran
kapal
Pengerjaan
geladak/dek
Pengerjaan
bangunan
atas
Penyelesaian
akhir
ES
EF
LS
LF
4
0
4
0
A
1
4
5
C
A
1
4
D
B,C
68
E
B,C
F
Tabel 5 menunjukkan diperolehnya nilai ES yaitu waktu paling cepat
dimulainya kegiatan, EF yaitu waktu paling cepat berakhirnya kegiatan, LS yaitu
waktu paling lambat dimulainya kegiatan, dan LF yaitu waktu paling lambat
berakhirnya kegiatan dari setiap proses dan tahapan kegiatan produksi kapal purse
seine. Berdasarkan hasil perhitungan dari total 13 kegiatan produksi kapal purse
seine masing-masing terdapat 9 kegiatan yang berada pada jalur kritis dan 4
kegiatan tidak berada pada jalur kritis karena memiliki waktu tenggang (slack).
Heizer dan Render (2006) menyatakan kegiatan yang berada pada jalur kritis
adalah kegiatan yang tidak memiliki waktu tenggang (slack= 0), artinya kegiatan
tersebut harus dimulai tepat pada saat waktu ES (earleist start) agar tidak
mengakibatkan keterlambatan kegiatan secara keseluruhan. Salah satu kegiatan
pada jalur kritis yaitu pemasangan kulit atau papan. Total hari kerja yang
dibutuhkan berlangsung selama 72 hari, dengan nilai slack = 0.
14
Kegiatan pemasangan gading-gading merupakan salah satu kegiatan yang
tidak berada pada jalur kritis. Nilai slack pada kegiatan tersebut sebanyak 4 hari.
Heizer dan Render (2006) menyatakan Slack merupakan sejumlah kelonggaran
waktu dan elastisitas dalamsebuah jaringan kerja, serta waktu yang dimiliki oleh
sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek
keseluruhan. Gambar diagram alir dari kegiatan proses produksi kapal purse seine,
dengan menggunakan metode CPM disajikan pada Gambar 1.
77
96
B
4
0
0
A
4
4
1
5
5
5
5
E
72
77
77
4
77
4
C
1
5
5
5
9
D
68
19
96
115
115
115
I
115.5
115.5
0.5 115.5
115.5
K
136.5
21 136.5
77
4
4
G
73
77
77
104
H
38
F
6
115
136.5
115
136.5
83
83
110
110
J
5
88
160.5
115
160.5
L
160.5
24 160.5
M
3
163.5
163.5
Keterangan :
A : Pengerjaan lunas
B : Pemasangan linggi haluan
C : Pemasangan linggi buritan
D : Pemasangan gading-gading
E : Pemasangan kulit/papan
F : Pemasangan pondasi mesin
G : Pengerjaan lambung kapal
H : Pengerjaan palka
I : Pemasangan instalasi mesin
J : Peluncuran kapal
K : Pengerjaan geladak/dek
L : Pengerjaan bangunan atas
M: Penyelesaian akhir
: Alur kegiatan
: Jalur kritis
: Dummy
Gambar 1. Diagram alir jaringan kerja produksi kapal purse seine
Gambar 1 menunjukkan kegiatan yang berada di jalur kritis pada produksi
kapal purse seine yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan
linggi buritan, pemasangan kulit papan, pengerjaan palka, peluncuran kapal,
pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan atas, dan penyelesaian akhir.
Kegiatan pemasangan gading-gading, pemasangan pondasi mesin, pengerjaan
lambung, dan pemasangan instalasi mesin memiliki waktu slack (kelonggaran)
sehingga kegiatan tersebut tidak berada pada jalur kritis.
Kegiatan yang berada pada jalur kritis dapat dilakukan beberapa alternatif
kegiatan salah satunya dengan menambahkan jumlah tenaga kerja yang
disesuaikan dengan beban kerja pada kegiatan kritis yang berlangsung. Hal
tersebut dikarenakan akan berkaitan dengan penambahan upah tenaga kerja yang
harus dikeluarkan.
15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proses dan tahapan kegiatan produksi kapal purse seine terdiri dari 13 kegiatan
yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan,
pemasangan gading-gading, pemasangan kulit atau papan, pemasangan pondasi
mesin, pengerjaan lambung kapal, pengerjaan palka, pemasangan instalasi
mesin, peluncuran kapal, pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan
atas, dan penyelesaian akhir.
2. Total waktu pengerjaan kapal purse seine berlangsung selama 163,5 hari,
dengan jumlah total tenaga kerja sebanyak 7 orang. Fungsi dan peran tenaga
kerja dibagi menjadi dua yaitu ketua atau koordinator dan pekerja biasa.
Kegiatan yang berada pada jalur kritis yaitu: pengerjaan lunas, pemasangan
linggi haluan, pemasangan linggi buritan, pemasangan kulit papan, pengerjaan
palka, peluncuran kapal, pemasangan geladak atau dek, pengerjaan bangunan
atas, dan penyelesaian akhir. Kegiatan yang berada pada jalur kritis dapat
dilakukan beberapa alternatif kegiatan salah satunya dengan menambahkan
jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan beban kerja pada kegiatan kritis
yang berlangsung.
Saran
Penelitian selanjutannya mengenai jaringan kerja proses dan tahapan
kegiatan produksi kapal baru perlu dilakukan pada lokasi penelitian yang berbeda
dengan ukuran kapal yang seragam dan jenis kapal yang berbeda, sehingga dapat
diketahui perbandingan dari jaringan kerja proses dan tahapan kegiatan produksi
kapal baru yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
[BKI] Biro Klasifikasi Indonesia, 1989. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu.
Jakarta : Biro Klasifikasi Indonesia, 112 hal.
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessel. Farnham, Surrey, England:
Fishing News Book Ltd. Hal 21-118.
Heizer, J dan Render, B. 2006. Manajemen Operasi. Edisi 7.Jakarta : Salemba
Empat.
Iskandar, B.H. 1990. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di
Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
[KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999. Edisi Baru. Cetakan ke-10. Jakarta:
Balai Pustaka. 1208 hal
16
KEPMENAKER, 1999.Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu. [21 – Mei – 2014]
[Kota Tegal] Pemerintah Kota Tegal. 2013. Tegal Maritim 2013. Kota Tegal (ID):
Pemerintah Kota Tegal
Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soegiono. 2006. Kamus Teknik Perkapalan Edisis Empat. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sutisna U, Kalima T, Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di
Indonesia. N Wulijarni, Soetjipto, Soekotjo, Editor. Bogor: Yayasan
PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan Sumberdaya Manusia
Kehutanan.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi penelitian
Pembuatan lubang purus lunas
Pemasangan baut linggi haluan
Penyerutan kulit/papan
Pengeboran linggi haluan
Pelengkungan kulit/papan
Penyambungan balok gading-gading
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, pada tanggal 09 September 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Muhammad Sunardi
dan Sudarsih. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SDN 01 Wonotirto
(1996-2002), selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP AL-Hikmah (2002-2005). Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di
SMA Muhammadiyah Cileungsi (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf Divisi Penelitian dan Pengembangan
periode 2011-2012, Pengurus Asrama Sylvasari IPB sebagai Staf Departemen
Olahraga dan Seni periode 2009-2010, Pengurus Asrama Sylapinus IPB sebagai
Staf Divisi Olahraga dan Seni periode 2012-2013. Selain itu, penulis aktif
dibeberapa kepanitian kegiatan mahasiswa diantaranya Ketua Pelaksana Up
Grading Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) periode 2011-2012, Staf
Divisi Logistik dan
Transportasi Pada Musyawarah Nasional Himpunan Mahasiswa Perikanan
Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) tahun 2011, serta Staf Divisi Humas Pada
Dies Natalis Asrama Sylvasari IPB tahun 2009.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan
Kapal CV Pantura Bersaudara Kota Tegal, Jawa Tengah” dibimbing oleh Ir
Wawan Oktariza, MSi dan Vita Rumanti Kurniawati, SPi, MT.