Efektivitas Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Perubahan Sikap Dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya

i

EFEKTIVITAS MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP DALAM
PENYULUHAN PERIKANAN BUDIDAYA

FARIS AHMAD SAPUTRA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Media
Video terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan
Perikanan Budidaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Faris Ahmad Saputra
NIM I34120112

iii

ABSTRAK
FARIS AHMAD SAPUTRA. Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya.
Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.
Penyuluhan perikanan sangat penting peranannya dalam pembangunan perikanan
sebagai salah satu sektor potensial. Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Banyak metode dalam melakukan
penyuluhan perikanan, salah satunya adalah melalui penayangan video. Media
video sangat potensial, terutama dalam era teknologi komunikasi dan digital saat
ini. Eksperimen dilakukan dengan melibatkan pembudidaya ikan Desa Purwasari
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor sebagai subyek penelitian menggunakan
desain pre-test post-test control group design dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana efektivitas video penyuluhan perikanan dalam meningkatkan
pengetahuan dan merubah sikap subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
tayangan video dapat meningkatkan pengetahuan secara signifikan, namun belum
mampu merubah sikap pembudidaya ikan secara signifikan. Peningkatan
pengetahuan semakin tinggi pada pembudidaya ikan yang lebih muda, lebih
rendah pendapatannya dan lebih aktif dalam komunikasi interpersonalnya.
Kata Kunci : media video, penyuluhan, perikanan budidaya
ABSTRACT
FARIS AHMAD SAPUTRA. The Effectiveness of Media Video to Increase
Knowledge and Attitude Change in Aquaculture Extension. Supervised by
SUTISNA RIYANTO.
Fisheries extension is a very important role in the development of fisheries as one
of the potential sectors. Through extension, there will be changes in knowledge,
skills, and attitudes. Many methods in conducting fisheries extension, one of them

is through a video presentation. Video is one of potential medium in extension,
especially in the era of communication technology and digital today. Experiments
conducted with the involvement of Purwasari village, Dramaga Sub-Distric,
Bogor District’s fish farmers as research subjects used pre-test post-test control
group design in order to determine how far is the effectiveness of aquaculture
extension video in improving the knowledge and change attitude of research
subjects. The results showed that the video can increase knowledge significantly,
but have not been able to change fish farmers’ attitude significantly. Increased
knowledge is higher on fish marmer whose younger, have lower income, and more
active in interpersonal communication.
Keyword : aquaculture, extension, video media

iv

EFEKTIVIAS MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP DALAM
PENYULUHAN PERIKANAN BUDIDAYA

FARIS AHMAD SAPUTRA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

v

Judul Skripsi : Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya
Nama
: Faris Ahmad Saputra
NIM
: I34120112


Disetujui oleh

Ir. Sutisna Riyanto, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: _____________________

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya” ini
dengan baik dan lancar. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan
pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto,
MS. sebagai pembimbing yang telah dan selalu memberikan saran dan masukan
selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayah saya
Saifudin dan Ibu saya Malilah, beserta semua adik - adik saya, yang selalu berdoa
dan senantiasa memberikan semangat untuk penulis.
Terimakasih kepada Tiffany Ramadianti yang tak pernah lupa
mengingatkan untuk mengerjakan skripsi ini dan selalu memberikan semangat
kepada penulis setiap harinya. Kepada Ridho Pangestu Adhitio Risali dan Syifa
Ibtisamah sebagai teman sepembimbingan yang selalu membantu penulis. Tidak
lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap teman-teman Kabinet
Himasiera 2015, The Kons, dan SKPM 49 yang selalu menemani dan
memberikan semangat kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis berdasarkan panduan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Institut Pertanian Bogor (PPKI IPB) yang menjadi acuan dalam penulisan karya
ilmiah di IPB. Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua

pihak.
Bogor, September 2016

Faris Ahmad Saputra

viii

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

4


Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

5
5

Penyuluhan dan Penyuluhan Perikanan

5

Metode, Media & Teknik Komunikasi dalam Penyuluhan


6

Media Video dalam Penyuluhan Pertanian

7

Efektivitas Media Video dalam Penyuluhan Pertanian

10

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Video Dalam
Penyuluhan Pertanian
12
Kerangka Pemikiran

14

Hipotesis Penelitian

16


PENDEKATAN LAPANG

19

Metode Penelitian

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

20

Teknik Pemilihan Subyek Penelitian dan Informan

20

Teknik Pengumpulan Data

21


Validitas dan Reliabilitas Instrumen

21

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

23

Definisi Operasional

24

GAMBARAN UMUM

27

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

27

Penyuluhan Perikanan di Lokasi

29

Materi Video

30

Karakteristik Subyek penelitian

31

Perilaku Komunikasi

32

EFEKTIVITAS MEDIA VIDEO PENYULUHAN PERIKANAN
Aspek Pengetahuan

35
35

ix

Pengetahuan Awal

35

Pengetahuan Akhir

36

Pengaruh Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Subyek penelitian

38

Aspek Sikap

39

Sikap Awal

39

Sikap Akhir

40

Pengaruh Video terhadap Perubahan Sikap Subyek penelitian

41

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS
VIDEO PENYULUHAN PERIKANAN

43

Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan
Perubahan Sikap

43

Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan
Perubahan Sikap

45

PENUTUP

47

Simpulan

47

Saran

47

DAFTAR PUSTAKA

49

RIWAYAT HIDUP

61

x

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jumlah subyek penelitian dari setiap pokdakan
Hasil uji validitas kuesioner penelitian, 2016
Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian, 2016
Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Purwasari
Jumlah dan persentase penduduk yang bekerja di Desa Purwasari
Data pokdakan Desa Purwasari
Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwasari berdasarkan tingkat
pendidikan
Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan
karakteristik individu, 2016
Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan
perilaku komunikasi, 2016
Rataan skor pre-test pengetahuan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, 2016
Rataan skor post-test dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, 2016
Rataan skor pengetahuan awal, pengetahuan akhir, dan peningkatan
pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016
Rataan skor pre-test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
2016
Rataan skor post-test sikap kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, 2016
Deskripsi peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, 2016
Koefisien korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian, 2016
Koefisien korelasi Rank Spearman perilaku komunikasi dengan
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian, 2016

20
22
23
27
28
28
29
32
33
35
37
38
39
41
42
43
45

xi

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran efektivitas media video terhadap meningkatkan
pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan
dalam penyuluhan perikanan
2 Desain Penelitian pre-test-post-test control group design
3 Beberapa frame gambar (screenshot) dalam video penyuluhan perikanan

16
19
30

xii

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi penelitian
2 Dokumentasi
3 Daftar nama subyek penelitian

56
57
59

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, khususnya di sektor pertanian. Dengan keadaan seperti itu, jelas sekali
bahwa pertanian adalah sektor yang sangat penting dan diandalkan oleh
masyarakat Indonesia. Pertanian dalam arti luas adalah semua yang mencakup
kegiatan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan. Sektor perikanan adalah salah satu sektor yang sangat
potensial di Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya perikanan meliputi,
perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi
produksi 0,9 juta ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain
kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan
teripang),budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan
pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri
dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina
padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan
pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan (Ambara 2014).
Budidaya adalah salah satu sektor potensial di bidang perikanan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia budidaya adalah usaha yang bermanfaat dan
memberi hasil. Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber
daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil
panennya. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Individu yang bekerja di bidang budidaya disebut dengan pembudidaya.
Menurut data Kementerian Pertanian tahun 2014 sumber daya manusia
memang menjadi salah satu masalah dalam pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian diartikan serangkaian berbagai upaya untuk
mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan
petani, peternak, dan nelayan, agar mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi
produktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya
sendiri (Solahuddin 2009). Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain
ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola informasi
pertanian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Nurfathiyah & Suratno 2011). Kebutuhan informasi menjadi sarana produksi
perikanan, karena ketersediaan informasi membantu pembudidaya dalam
mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi permintaan pasar dari
produk yang dihasilkan oleh mereka. Selain itu informasi dapat membantu
pembudidaya ikan dalam menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan
kuantitas produk yang mampu bersaing di pasar. Ketersediaan informasi seperti
informasi tentang inovasi perikanan merupakan hal penting dalam pembangunan
pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pembangunan perikanan

2

sendiri di Indonesia telah mampu meningkatkan produksi, devisa, dan tingkat
konsumsi ikan masyarakat Indonesia. Akan tetapi pembangunan perikanan
nasional masih belum berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan sumber daya
manusia yang bergerak di bidang perikanan.
Saat ini pembudidaya ikan bisa mendapatkan informasi tentang perikanan
dari penyuluhan perikanan. Penyuluhan perikanan merupakan suatu pendidikan
bagi para pembudidaya ikan dan keluarganya untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka. Penyuluhan merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan petani (pembudidaya) terhadap suatu
masalah serta membantu petani (pembudidaya) memperoleh pengetahuan yang
khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang
ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (van
den Ban & Hawkins 1999). Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan memberikan definisi
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Jelas sekali bahwa penyuluhan perikanan bisa membantu sumber daya
manusia perikanan untuk berkembang dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Slamet (2003a) memiliki sebuah gagasan bahwa penyuluhan pertanian yang
efektif ialah yang dapat menimbulkan perubahan informasi pada diri individu –
individu petani, atau memberi informasi baru kepada mereka, memperbaiki
kemampuannya, memberi kemampuan – kemampuan dan kebiasaan – kebiasaan
baru, dan menumbuhkan perasaan – perasaan tertentu terhadap sesuatu yang
dikehendaki.
Pemilihan metode dan media sebuah penyuluhan juga mempengaruhi
keberhasilan sebuah penyuluhan. Saat ini banyak sekali media yang bisa
digunakan untuk melakukan penyuluhan. Media yang digunakan mengikuti
perkembangan teknologi dan informasi. Di Indonesia sendiri, penggunaan media
mulai digunakan dalam penyuluhan pada saat adanya Kelompok Pendengar yang
dibentuk pada tahun 1969 yang memanfaatkan media radio. Lalu setelah itu ada
Kelompok Pembaca yang dimulai pada awal periode 1980-an. Kelompok
Pembaca muncul dengan digalakannya program pers pedesaan yang dikenal
dengan Koran Masuk Desa (KMD). Jahi (1988) yang dikutip oleh Sadono (2009)
mendeskripsikan bahwa KMD terbit seminggu sekali dengan format lembar lebar,
tabloid atau berukuran kecil berupa sisipan dalam majalah seperti Djaka Lodang.
Selanjutnya dengan berkembangnya teknologi televisi, pada dekade 1980-an
berkembang pula forum televisi yang juga memiliki kontribusi bagi
pengembangan kelompok pemirsa (Sadono 2009). Televisi dipandang mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan media lainnya karena mampu menyampaikan
pesan-pesannya secara audio visual dan secara serentak sehingga berhasil
memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya (Sadono 2009).
Akhirnya pada akhir dekade 1980-an, muncul Kelompencapir (kelompok
pendengar, pembaca, pirsawan) yang merupakan gabungan dari kelompok
pendegar yang menggunakan media radio, kelompok pembaca yang

3

menggunakan koran, dan kelompok pirsawan atau kelompok pemirsa yang
menggunakan media televisi. Kelompencapir ini juga menurun peranannya
sejalan dengan meningkatknya kepemilikan media televisi serta dominannya
persepsi pemirsa dalam memandang TV sebagai sumber hiburan (Sadono 2009).
Saat ini muncul cyber extension yang merupakan penyuluhan yang memanfaatkan
teknologi internet. Definisi cyber extension menurut Wijekoon et al. (2009)
adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang
imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan
komunikasi yang memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan
multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagai informasi atau
pengetahuan.
Salah satu media yang bisa digunakan untuk penyuluhan adalah media
audio visual (video). Walaupun awalnya media video sudah ditinggalkan karena
tidak praktis, namun saat ini media video digunakan kembali sebagai media atau
alat bantu dalam penyuluhan. Menurut hasil penelitian Anthy (2002), Sopiana
(2002), dan Ellyta (2006) masyarakat petani di Indonesia sudah terbiasa
menerima informasi melalui media elektronik, selain media personal dan media
cetak. Tubbs dan Moss (1994) yang dikutip oleh Hubeis (2007) mendefinisikan
video sebagai media elektronik dan media komunikasi yang memiliki unsur
audio-visual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi,
grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa
lainnya. Saat ini penyuluhan pertanian pun sudah banyak yang menggunakan
media video karena lebih menarik dan dapat merubah perilaku petani. Laura
(2002) yang dikutip oleh Hubeis (2007) menjelaskan bahwa video sebagai media
instruksional dapat menunjukkan cara penggunaan suatu produk tahap demi tahap
dan sekaligus menggugah perasaan dan menarik minat dengan tujuan terjadi
perubahan perilaku.
Secara umum, pemanfaatan aplikasi multimedia sebagai sarana
penyebaran informasi dan penyuluhan pertanian memberikan gambaran
bagaimana multimedia dapat dikembangkan dengan berbagai macam model untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi pertanian (Nugroho 2009).
Model-model yang sudah dikembangkan antara lain adalah : (1). Video Tutorial,
(2). Multimedia Interaktif, (3). Portal Penyuluhan dan Sarana Informasi Publik
yang memanfaatkan infrastruktur jaringan komputer (Local Area Network) dan
internet (Nugroho 2009). Video sendiri potensial sebagai media penyuluhan
dengan semakin berkembangnya jaringan internet dan banyaknya masyarakat
yang menggunakannya. Video-video pop up yang ada di internet salah satu contoh
dari penggunaan media video di dalam jaringan internet. Dari penjelasan di atas,
jelas menunjukkan bahwa media video adalah media yang potensial digunakan
untuk sebuah penyuluhan.
Dari penelitian yang ada, penggunaan media video baru digunakan untuk
penyuluhan pertanian seperti penyuluhan pertanian sawah, perkebunan,
kehutanan, dan peternakan. Penggunaan media video belum banyak digunakan
untuk penyuluhan perikanan. Pembudidaya ikan mendapatkan informasi dari
penyuluhan perikanan yang menggunakan media video lalu dengan informasi
tersebut mereka bisa mengembangkan produk perikanan mereka dan
menyukseskan pembangunan perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka. Namun apakah pembudidaya ikan mampu menerima dan mencerna

4

konten yang ada di video sama dengan petani sawah, petani kebun, petani
hutan, dan peternak?
Rumusan Masalah
Media video sudah banyak digunakan dalam penyuluhan. Media video
dipilih untuk menjadi media penyuluhan karena media video memilki beberapa
kelebihan seperti lebih menarik karena media video memiliki aspek audio dan
aspek visual. Penyuluhan sendiri memiliki tujuan untuk merubah perilaku
pembudidaya ikan ke arah yang diinginkan dan dari perubahan perilaku tersebut
pembudidaya ikan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Jika mellihat tujuan
penyuluhan di atas, media video akan efektif penggunaannya dalam penyuluhan
jika media video dapat meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap
pembudidaya ikan. Maka dari itu, timbul pertanyaan apakah media video efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan?
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam
menerima konten atau materi dari sebuah video. Selain itu efek yang ditimbulkan
dari konten sebuah video itu pun akan berbeda antar invdividu. Ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media video dalam merubah
perilaku pembudidaya ikan. Maka dari itu, timbul pertanyaan faktor-faktor apa
sajakah yang berhubungan dengan efektivitas media video dalam
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap pembudidaya ikan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki rumusan tujuan:
1. Mengetahui efektivitas video dalam meningkatkan pengetahuan pembudidaya
ikan dan merubah sikap pembudidaya ikan.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas media video
dalam meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun yang terkait dengan penggunaan media video dalam
penyuluhan perikanan, khususnya kepada:
1. Civitas Akademika untuk menjadi salah satu sumber informasi serta referensi
mengenai efektivitas media video dalam penyuluhan perikanan.
2. Pemerintah untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program penyuluhan perikanan.
3. Masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan media video
dalam penyuluhan perikanan.

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Penyuluhan dan Penyuluhan Perikanan
Penyuluhan merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan petani terhadap suatu masalah serta
membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara
pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga
mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (van den Ban & Hawkins 1999).
Penyuluhan dalam pertanian merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
bagi para pelaku usaha tani. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan memberikan definisi
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahterannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Jelas sekali bahwa kegiatan penyuluhan bisa membantu
sumber daya manusia pertanian untuk berkembang dan meningkatkan
kesejahteraan mereka. Slamet (2003a) memiliki sebuah gagasan bahwa
penyuluhan yang efektif ialah yang dapat menimbulkan perubahan informasi pada
diri individu – individu petani, atau memberi informasi baru kepada mereka,
memperbaiki kemampuannya, memberi kemampuan – kemampuan dan kebiasaan
– kebiasaan baru, dan menumbuhkan perasaan – perasaan tertentu terhadap
sesuatu yang dikehendaki.
Perikanan merupakan suatu bagian dari pertanian secara umum. Menurut
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan, sampai dengan
pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisinis perikanan. Amanah dan
Yulianto (2002) menjelaskan bahwa kegiatan sektor perikanan dan kelautan
memiliki dua bidang usaha yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Perikanan tangkap adalah kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap
(capture) dari perairan di daratan (inland capture atau inland fisheries), seperti
sungai, muara sungai, danau, waduk dan rawa; serta perairan laut (marine capture
atau marine fisheries), seperti perairan pantai dan laut lepas (Satria 2013).
Budidaya perairan atau akuakultur adalah kegiatan memproduksi ikan dalam
suatu wadah terkontrol dan berorientasi pada keuntungan. Berbeda dengan
perikanan tangkap yang hanya memanen (capturing) ikan dari perairan. Pada
akuakultur pemanenan (harvesting) dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan ikan
yang mencakup persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, pemberian
pakan, pengelolaan kualitas air, serta penanganan hama dan penyakit (Satria
2013).
Penyuluhan perikanan memiliki definisi dan tujuan yang sama dengan
penyuluhan pertanian. Tujuan penyuluhan ialah upaya mengubah perilaku

6

individu, kelompok, atau komunitas agar tahu, mau, dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapi supaya hidup dapat lebih baik dan bermartabat (Amanah
2006a). Perbedaan antara penyuluhan pertanian dengan penyuluhan perikanan
adalah unit sasarannya. Jika penyuluhan pertanian unit sasaran dari sebuah
program penyuluhannya adalah petani, penyuluhan perikanan unit sasaran dari
sebuah program penyuluhannya adalah nelayan dan pembudidaya ikan. Sama
seperti petani subsisten, nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil juga berada di
strata sosial terbawah dan hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan Kondisi
ini mengakibatkan mereka tidak mampu mengakses modal dan berbagai sarana
untuk pengembangan usaha dan memperbaiki kualitas hidup (Amanah 2006a).
Penyuluhan dapat memberi kontribusi pada peningkatan kemampuan
nelayan dan pembudidaya ikan. Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bisnis mereka akan berkembang, demikian
pula lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat setempat (Amanah 2006a).
Amanah (2006b) menjelaskan bahwa studi tentang model penyuluhan perikanan
untuk mengembangkan masyarakat pesisir menunjukkan bahwa perilaku
masyarakat berhubungan positif dengan peubah dinamika sosial budaya
masyarakat, peran pemimpin informal, keragaan individu/kelompok, kualitas
program penyuluhan, kompetensi fasilitator usaha perikanan, dan kualitas
pendukung usaha perikanan.
Metode, Media & Teknik Komunikasi dalam Penyuluhan
Kusnadi (2011) menjelaskan bahwa metode penyuluhan pertanian adalah
cara penyamapaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh
pertanian kepada petani agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi
baru. Metode dan teknik penyuluhan merupakan cara dan prosedur yang
dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi
perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pemilihan metode
dan teknik penyuluhan pertanian untuk mendorong terjadinya efek/perubahan
perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan komunikasi
dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran
serta untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian petani
(Rokhim et al. 2013). Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan
suatu perantara yang digunakan dalam proses belajar. Media penyuluhan adalah
wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat
merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat (Putri 2016).
Leagans (1960) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) menerangkan
bahwa metode adalah cara-cara yang digunakan untuk menciptakan situasi agar
komunikasi antara pengajar dan orang yang belajar berlangsung. Selanjutnya
Tracey (1977) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) menjelaskan bahwa metode
penyuluhan adalah pendekatan dasar untuk mengajar. Selanjutnya Tracey
membedakan metode penyuluhan ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Primer : suatu pendekatan yang secara obyektif dinilai menjadi paling efektif
dan efisien sebagai alat untuk mencapai tujuan penyuluhan. Contohnya adalah
ceramah.
2. Sekunder (supporting) : suatu pendekatan yang dinilai sangat penting untuk
melengkapi metode penyuluhan yang tergolong primer untuk menjamin
pencapaian tujuan penyuluhan. Contohnya adalah diskusi.

7

3. Alternatif : suatu pendekatan yang digunakan untuk mengganti kedua metode
di atas jika situasi/keadaan tak mengizinkan suatu metode yang optimum.
Metode penyuluhan dapat dibedakan berdasarkan pada indera yang
digunakan individu terhadap materi yang dipelajarinya. Berdasarkan pendapat
Berlo (1960) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006), ditinjau dari indera yang
menerima stimuli (materi pelajarannya) dikenal metode yang terlihat (visual) dan
teraba (terperaga : bisa terlihat, teraba dan tercium dan terasa) saja, metode yang
didengar (audio) saja dan media yang bisa didengar dan dilihat atau yang dikenal
sebagai media audio visual.
Menurut Adams (1988) yang dikutip oleh Musyafik dan Ibrahim (2005),
terdapat tiga klasifikasi metode penyuluhan, yaitu metode penyuluhan media
massa, metode penyuluhan kelompok, dan metode penyuluhan individu.
1. Metode penyuluhan media massa: metode ini ditujukan kepada khalayak petani
umum tanpa adanya hubungan antara penyuluh dengan audien. Beberapa
teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain melalui TV, radio, koran,
pamflet, dan lain-lain.
2. Metode penyuluhan kelompok: metode ini ditujukan kepada kelompok tertentu
dan memerlukan pertemuan tatap muka antara penyuluh dengan para petani.
Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain ceramah,
widyakarya, diskusi kelompok, pelatihan, demonstrasi/peragaan teknologi.
3. Metode penyuluhan individu: metode ini ditujukan kepada individu-individu
yang memperoleh perhatian secara khusus dari petugas penyuluh. Beberapa
teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain konsultasi, diagnosisresep, dan partisipatif.
Paramita et al. (2013) menjelaskan bahwa di provinsi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara metode komunikasi yang paling disukai dalam
mendapatkan ilmu dan informasi adalah praktik, diikuti oleh tatap muka,
audiovisual, melihat, mendengar, dan membaca.
Istilah teknik penyuluhan diartikan sebagai suatu cara penyuluhan yang
melengkapi suatu metode penyuluhan, serta merupakan semua media penyuluhan
yang digunakan untuk mempertemukan materi pelajaran dengan orang yang
belajar (Mugniesyah 2006). Tracey (1977) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006)
menjelaskan bahwa alat/perlengkapan penyuluhan adalah seperangkat peralatan
khusus atau suatu sistem yang secara spesifik didisain untuk membantu
menyajikan suatu penyuluhan. Contoh-contoh dari teknik-teknik penyuluhan
adalah demonstrasi, ceramah, menggunakan media radio, menggunakan artikel
surat kabar, diskusi kelompok, karyawisata, dan film/slide.
Media Video dalam Penyuluhan Pertanian
Slamet (2003b) mengatakan bahwa petani Indonesia sudah banyak
berubah dan berkembang. Pendidikannya sudah lebih baik, berwawasan
kosmopolit dan telah lebih mampu berkomunikasi secara impersonal melalui
media. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat desa khususnya
petani sudah terbiasa dengan kehadiran media massa. Salah satu bentuk dari
media massa adalah media audio visual. Media audio visual merupakan salah satu
kemajuan teknologi informasi yang banyak digunakan di sekitar kita. Media audio
visual adalah media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audio
(suara) dan visual (gambar), jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

8

baik karena meliputi kedua karakteristik tersebut (Haryoko 2009). Media audio
visual adalah seperangkat alat yang dapat menampilkan gambar bergerak dan
suara yang digunakan sebagai alat bantu belajar dalam menyampaikan pesan,
pengetahuan, ide dan bahan pembelajaran (Saberan 2012).
Salah satu contoh media audio visual adalah video. Sebagai media audio
visual, video dapat menampilkan suara, gambar dan gerak sekaligus. Tubbs dan
Moss (1994) yang dikutip oleh Hubeis (2007) mendefinisikan video sebagai
media elektronik dan media komunikasi yang memiliki unsur audio-visual (narasi,
musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai
keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya. Video
sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin
populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta
(kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya ceritera), bisa
bersifat edukatif maupun instruksional (Sadiman et al. 2006). Sadiman et al
(2006) menjelaskan bahwa penggunaan video dalam kegiatan belajar-mengajar
memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari ransangan
luar lainnya;
2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh
informasi dari ahli-ahli/spesialis;
3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga
pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya;
4. Menghemat waktu dari rekaman dapat diputar berulang-ulang;
5. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau
obyek yang berbahaya seperti harimau;
6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi
komentar yang akan didengar;
7. Gambar proyeksi bisa di-“beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa
mengatur di mana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut; kontrol
sepenuhnya di tangan guru; dan
8. Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya.
Selain memiliki kelebihan, video pun memiliki keterbatasan-keterbatasan
yang perlu diperhatikan (Sadiman et al. 2006) di antaranya:
1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikan;
2. Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain;
3. Kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang disajikan secara
sempurna; dan
4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
Sesuai dengan uraian di atas, video dapat digunakan sebagai media untuk
penyuluhan pertanian atau penyuluhan perikanan karena memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan media lainnya. Film dan video berguna untuk
mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan
keterlibatan emosi petani atau nelayan pada masalah yang ingin didiskusikan
penyuluh. Hal ini karena media video atau sejenisnya seperti multi media
memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi
(terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk

9

perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional) (van den Ban &
Hawkins 1999).
Dari penelitian-penelitian yang ada, banyak yang mengungkapkan
berbagai aspek penggunan media video dalam penyuluhan pertanian. Dalam
artikel yang ditulis oleh Paramita et al. (2013) dijelaskan bahwa media video
adalah sebuah media yang menarik untuk penyuluhan karena audiovisual serta
melihat (gambar) diakui sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai, baik
itu bagi laki – laki atau wanita dan juga bagi orang yang berpendidikan rendah
maupun tinggi. Selanjutnya dalam artikel yang ditulis oleh Nugroho (2009)
menjelaskan bahwa Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian
telah mengembangkan beberapa aplikasi Multimedia Informasi Pertanian dengan
berbagai format, salah satunya yaitu video tutorial. Tujuan dari kegiatan
pengembangan aplikasi ini adalah untuk menyusun dan merancang sistem
multimedia untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk membantu
dalam penyampaian materi teknologi informasi dan pengetahuan di bidang
pertanian.
Dalam artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) perkembangan
pada bidang teknologi audio visual menyebabkan pemakaian medium ini semakin
meluas. Video sebagai media penyebaran inovasi pertanian merupakan upaya
seorang ahli untuk menyampaikan pesan sehingga terjadi perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan audiens yang menyaksikan tayangan video. Dalam
pembuatan video pun dibutuhkan sebuah pengembangan pesan. Pengembangan
pesan bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan
suasana yang menarik dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan
audiens untuk menerima inovasi.
Penggunaan media video digunakan dalam penyuluhan bertujuan untuk
memberikan informasi – informasi baru kepada para petani. Dari pustaka yang
telah ditemukan, informasi yang diberikan kepada petani adalah informasi
instruksional. Syam & Sugiana (2001) yang dikutip oleh Benunur (2006)
menjelaskan bahwa komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi
dengan sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan
atau keterampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada
sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Jenis media audio visual yang digunakan dalam penyuluhan pertanian
adalah film dan video yang disimpan ke dalam compact disc (CD). CD digunakan
karena mudah digunakan dan orang desa sudah tidak asing dengan CD. Menurut
Littlejhon (2001) yang dikutip oleh Hubeis (2007) salah satu media massa yang
praktis dan mudah digunakan dalam penyampaian informasi pembangunan adalah
media video dalam bentuk piringan CD.
Perkembangan pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian
media ini semakin meluas. Video telah mengalami perubahan bentuk menjadi CD
atau DVD yang mampu menampilkan pesan menggunakan gambar, suara, musik
dan teks. Pribadi (2003) yang dikutip oleh Nurfathiyah, et al. (2011)
menambahkan bahwa video mempunyai keunggulan sebagai media penyebaran
inovasi pertanian yaitu: (1) memperlihatkan gerak; (2) memperpendek jarak dan
waktu; (3) memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata; (4)
mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audiens) yang spesifik; (5) dapat
digunakan berulang-ulang kali; (6) dapat mengurangi sequence secara akurat; (7)

10

mampu memancing emosi; (8) berisi visualisasi dan suara. Dengan kelebihan
yang dimiliki ini tayangan video mampu merubah pengetahuan audiens dari tidak
tahu menjadi tahu, merubah sikap audiens dari tidak berminat menjadi minat dan
merubah keterampilan audiens dari tidak terampil menjadi terampil.
Efektivitas Media Video dalam Penyuluhan Pertanian
Komunikasi bisa dikatakan efektif jika: (a) pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh komunikan, (b) komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang
dikehendaki oleh komunikator dan (c) ada kesesuaian antar-komponen (Marlina et al.
2009). Unsur-unsur yang mendukung efektivitas pesan adalah: (1) menimbulkan
kebutuhan, (2) menarik perhatian, (3) simbol yang dipahami dan (4) cara memperoleh
(Marlina et al. 2009). Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri
audien akibat keterpaan pesan-pesan media. Berlo (1960) yang dikutip oleh Marlina
et al. (2009) mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam tiga kategori, yaitu
perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata (tindakan). Perubahan
perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya
didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak
(response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feedback). Lionberger dan
Gwin (1982) yang dikutip oleh Marlina et al. (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis efek komunikasi yang dihasilkan dari paparan (exposure) terhadap pesan media
massa yaitu efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect), dan efek
behavioral (behavioral effect) yang sering disebut efek konatif (conative
effect).Efektivitas media video dapat dilihat pada peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap dan perubahan keterampilan yang didapatkan oleh audiens.
Kognisi atau pengetahuan dalam proses komunikasi sering dipandang
sebagai salah satu hasil akhir atau tujuan yang terpenting (Marlina et al. 2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui oleh seseorang. Hidayat (2007) yang dikutip oleh Herlina
(2009) menjelaskan pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap obyek tertentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Notoatmodjo (2003)
yang dikutip oleh Herlina (2009) menjelaskan bahwa pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Proses belajar memiliki tujuan untuk merubah perilaku seseorang. Bloom
& Krathwohl (1956) yang dikutip oleh Nasution (2010) membedakan tiga
golongan, kategori, atau domain tujuan, yaitu kategori kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia
sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. McQuail &
Windhal (1985) yang dikutip oleh Septiana (2008) proses belajar dapat diperoleh
dari rangsangan isi medium yang dirancang untuk menimbulkan pemikiran
tentang informasi yang disampaikan. Karena itu isi medium harus relevan dengan
persepsi yang dituntut dari khalayak. Menurut Rakhmat (2007), apabila kita
merangkai huruf kalimat dan mulai menangkap makna dari apa yang dilihat dan
didengar maka terjadilah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek
peristiwa atau hubungan yang diperoleh melalui kesimpulan informasi dan
penafsiran pesan. Proses penerimaan stimuli atau sensasi dan memberi arti
(persepsi) pada sensasi sangat diperlukan dalam memperoleh pengetahuan baru.

11

efek yang muncul pertama kali dari informasi yang disampaikan adalah adanya
perubahan pengetahuan pada khalayak sasaran (Septiana 2008).
Salah satu domain tujuan dalam belajar adalah afektif. Tujuan afektif
mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang dahulu sering disebut
perkembangan emosional dan moral (Nasution 2010). Sikap merupakan suatu
sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau obyek, sehingga
sikap tersebut melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang
lain. Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus. Sikap belum berupa tindakan, tetapi baru bisa ditafsirkan (Kapti 2010).
Menurut Walgito (2003) yang dikutip oleh Kapti (2010) komponen pokok sikap
terdiri dari tiga, yang pertama yaitu komponen yang berkaitan dengan pandangan
atau keyakinan yang berhubungan dengan persepsi orang terhadap obyek. Kedua,
komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen yang
terakhir adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek.
Menurut Walgito (2003) yang dikutip oleh Kapti (2010) pembentukan
sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor fisiologis, faktor pengalaman, dan
faktor komunikasi sosial. Faktor fisiologis seseorang akan menentukan bagaimana
sikap seseorang. Faktor fisiologis berkaitan dengan usia dan kesehatan. Usia muda
biasanya akan memiliki sikap yang lebih bebas dan berani dibanding dengan usia
tua. Orang yang sering sakit atau dalam kondisi sakit akan memiliki sikap yang
tergantung pada orang lain. Faktor pengalaman, sikap seseorang akan dipengaruhi
oleh pengalaman langsung orang tersebut terhadap obyek sikap. Faktor
komunikasi sosial, komunikasi sosial dapat berbentuk informasi dari seseorang ke
orang lain yang akan mempengaruhi sikap.
Dalam sebuah proses adopsi inovasi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan suatu proses adopsi inovasi (Soekartawi 2005), yaitu:
1. Keuntungan relatif. Apakah suatu teknologi baru akan memberikan keuntungan
daripada teknologi lama yang digantikannya.
2. Kompatibilitas. Apakah suatu teknologi baru tidak jauh berbeda daripada
teknologi lama yang digantikannya.
3. Kompleksitas. Apakah suatu teknologi baru sederhana untuk diterapkan
daripada teknologi lama yang digantikannya.
4. Triabilitas. Apakah suatu teknlogi baru mudah untuk dilakukan daripada
teknologi lama yang digantikannya.
5. Observabilitas. Apakah suatu teknologi mudah diamati hasilnya daripada
teknologi lama yang digantikannya.
Penyampaian informasi inovasi yang baik harus didukung dengan model
komunikasi dan media komunikasi yang baik pula. Pemilihan model komunikasi
dan media komunikasi yang tepat dalam proses difusi inovasi akan meningkatkan
efektivitas penyuluhan. Rogers (1985) yang dikutip oleh Murdiyanto (2011)
menyatakan bahwa model komunikasi linier yang bersifat instruktif, berjalan
searah, dan disampaikan secara singkat kurang tepat dengan kondisi masyarakat
pedesaan, sebab model komunikasi linier tersebut biasanya disampaikan melalui
saluran-saluran formal. Sementara itu masyarakat pedesaan secara sosiologi
tergolong dalam primary society relatif kurang menyukai hal-hal yang bersifat

12

formal. Model komunikasi interaktif dianggap lebih efektif karena dalam
penyampaian pesannya menggunakan saluran informal yang dibentuk secara
swadaya dan swakelola oleh masyarakat desa.
Penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian efektif dalam
meingkatkan pengetahuan petani. Dari beberapa penelitian yang ditemukan,
pengetahuan petani meningkat setelah mendapatkan penyuluhan menggunakan
media audio visual. Selanjutnya media audio visual yang menggunakan visualisasi
gerak (visualisasi video) lebih efektif daripada media audio visual yang
menggunakan visualisasi diam (visualisasi foto). Visualisasi media video adalah
unsur visual yang mendukung penyajian pesan. Visualisasi gerak yaitu jenis
visualisasi berupa gambar hidup hasil rekaman kamera video tentang benda,
obyek atau pariwisata yang sebenarnya dan visualisasi foto (diam) yaitu gambar
yang dibuat dengan teknik fotografi melalui kamera gerak yaitu jenis visualisasi
hasil rekaman media video (Nurfathiyah & Suratno 2011).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Video Dalam
Penyuluhan Pertanian
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
beberapa faktor – faktor dengan efektivitas media audio visual untuk penyuluhan
pertanian khususnya dalam peningkatan pengetahuan petani. Unsur visualisasi
yang ada dalam media audio visual merupakan salah satu faktor penting yang
membuat pengetahuan petani meningkat. Visualisasi gerak lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan petani akan sebuah informasi dibandingkan dengan
visualisasi diam. Hal ini terjadi karena visualisasi gerak lebih realistis dalam
menunjukkan cara dan lebih menarik bagi para petani.
Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain
Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang
Pupuk Agrodyke”, ditemukan bahwa unsur – unsur yang ada di dalam video
adalah faktor – faktor yang memiliki hubungan dengan peningkatan pengetahuan
petani. Unsur penyajian gambar (visual), narasi, materi dan waktu tayang video
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani.
Pada artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) menunjukkan
bahwa pengembangan pesan pada video pun penting untuk meningkatkan
pengetahuan petani. Pengembangan pesan pada video bertujuan agar alur cerita
yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan
memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima
inovasi. Pesan yang akan ditayangkan melalui video dimulai dengan:
1. Tahap pengembangan ide yang meliputi pengumpulan materi pesan,
penyeleksian dan penyusunan pesan kedalam medium yang telah ditetapkan.
2. Tahap penetapan tujuan yang akan dicapai yaitu apakah pesan yang akan
dikembangkan akan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap atau
keterampilan.
3. Tahap analisa audiens yaitu menyangkut karakteristik audiens yang dituju.
Pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan sasaran yang dituju jika
sebelum dilakukan pengembangan pesan terlebih dahulu mempelajari
karakteristik sasaran yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan saluran komunikasi
yang digunakan. Lionberger and Gwin (1982) yang dikutip oleh Nurfathiyah et al.
(2011) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang berpengaruh terhadap

13

kesiapan untuk mengadopsi inovasi yaitu umur, tingkat pendidikan dan
psikologis. Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh
Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani
Tentang Pupuk Agrodyke” ditemukan sebuah pernyataan bahwa efektivitas
penggunaan video sebagai media instruksional suatu informasi dipengaruhi oleh
format kemasan pesan (message packaging). Kuswita (2003) yang dikutip oleh
Hubeis (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa desain pesan instruksional melalui
video dapat didesain dalam bentuk narasi, ceramah, dialog, peragaan, fragmen,
dan visualisasi.
Benunur (2006) dalam tesis yang berjudul “Efektivitas Video Instruksional
Dalam Diseminasi Informasi Pertanian” menjelaskan bahwa pengetahuan petani
yang sudah menonton video meningkat karena beberapa hal yaitu : (1). Kontribusi
Daya Tarik Video Instruksional; (2). Kontribusi Penerimaan Video Instruksional;
dan (3). Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional. Yang dimaksud dengan
daya tarik video instruksional adalah semakin menarik dan jelas keragaan materi
video instruksional, pengetahuan petani tentang materi yang diperagakan, makin
meningkat. Berdasarkan kecenderungan tersebut, tampilan gambar, suara, teks,
dan unsur – unsur pesan, merupakan unsur – unsur tampilan yang penting pada
video instruksional. Maksud dari penerimaan tentang video instruksional adalah
semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan video instruksional, akan
semangkit meningkat tingkat pengetahuan petani. Artinya penyajian materi
menggunakan media audio visual dapat diterima oleh petani. Keterlibatan video
instruksional yang dimaksud adalah performans video dalam meningkatkan
partisipasi petani, makin tinggi partisipasi petani menggunakan video
instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan
partisipasi petani.
Menurut hasil penelitian Hamtiah et al. (2012) ada hubungan antara
karakterisitik individu terhadap peningkatan pengetahuan peternak. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang tingkat pengetahuan yang
diperoleh, selain tinggi rendahnya pendidikan, lama pengalaman berternak juga
berpengaruh besar terhadap tingkat pengetahuan, semakin lama semakin besar
peluang

Dokumen yang terkait

Efektivitas Penyuluhan Dan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Gizi Buruk Di Kecamatan Medan Denai

2 51 103

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN MEDIA VLM (VIDEO LEARNING MULTIMEDIA) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER KESEHATAN

6 37 28

EFEKTIVITAS VIDEO DAN BAHASA ISYARAT SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK PENDERITA TUNARUNGU

3 27 83

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolal

0 1 18

PENDAHULUAN Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolali.

0 2 8

PEMBAHASAN Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolali.

0 0 7

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolal

0 1 16

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

1 3 5

18 EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN PATALOGIS

0 0 7

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KOMIK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI TENTANG PUBERTAS

0 4 12