Evaluation of the Integrated Toll Collection System Using The COBIT Framework

1

EVALUASI INTEGRATED TOLL COLLECTION SYSTEM
DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT

BOYKE NURHIDAYAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

1

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Evaluasi Integrated Toll
Collection System dengan Menggunakan Framework COBIT adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis
ini.

Bogor, Juli 2011

Boyke Nurhidayat
NRP G651080184

1

ABSTRACT
BOYKE NURHIDAYAT. Evaluation of the Integrated Toll Collection System
Using The COBIT Framework. Supervised by KUDANG BORO SEMINAR and
FIRMAN ARDIANSYAH.
This research is evaluate the Integrated Toll Collection System. Toll road
industry is an industry that requires substantial investment. Business owners give
priority to use equipment and integrated information systems to ensure the
received revenue accordance with the number of transactions. This research
conducted an evaluation of the Integrated Toll Collection System using the
COBIT framework. This research use the domain Deliver and Support to evaluate

the of ITCS which is provided by the service provider. This research carried out
by processing data from the questionnaire using Likert scale towards the
respondents involved in the use of ITCS. The questionnaire refers to the control
objective of each attribute Deliver and Support domain. The data is processed to
determine the level of Maturity Index Attributes. Maturity index was then
calculated to get the Attribute value Maturity Index. The calculation result is
represented as a Maturity Index Levels. Maturity level of each control objective
has its own meaning, refers to the concentration of each control objective. The
results obtained the conclusion, the whole process on the domain Deliver and
Service provided by ITCS services provider to the PT. JKL generally been ad hoc
at the maturity level, there is evidence that the company is aware of the problems
to be overcome, but there is no standard process, but using ad hoc approaches that
tend to be treated individually or per case. In general the approach to the
management process is not organized.
Keywords : Delivery and Support, COBIT framework, Maturity Level, Toll
Collection System

1

RINGKASAN

BOYKE NURHIDAYAT. Tesis Evaluasi Integrated Toll Collection System
dengan Menggunakan Framework COBIT. Dibimbing oleh KUDANG BORO
SEMINAR dan FIRMAN ARDIANSYAH
PT. JKL sebagai investor dan operator jalan tol menggunakan Integrated
Toll Collection System (ITCS) sebagai sarana untuk menghilangkan potensi
kerugian yang diakibatkan oleh transaksi di gardu tol yang tidak tepat. Front end
system terdiri dari proses pencatatan transaksi yang dilakukan oleh petugas
pengumpul yang bertugas di gardu tol, melalui sebuah TCT (Toll Collector
Terminal) yang terhubung ke LCS (Lane Computer System). LCS adalah sebuah
control box penerima perintah dari TCT untuk mengendalikan kinerja dari
beberapa peralatan mekanis yang mendukung transaksi di gerbang tol, termasuk
salah satunya fungsi post audit.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan suatu pengukuran terhadap
system informasi peralatan tol yang saat ini digunakan dengan menggunakan
framework CobIT. Dengan pengukuran tersebut diharapkan hasil dari penelitian
ini adalah sebuah kesimpulan dan rekomendasi untuk peningkatan efisiensi dan
efektifitas IT yang selaras dengan bisnis, dapat menjawab kebutuhan bisnis dan
dapat membantu eksekutif untuk memahami dan mengelola investasi IT.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap Integrated Toll Collection
System dengan menggunakan framework COBIT. Penelitian ini menggunakan

domain Deliver and Support untuk melakukan evaluasi terhadap ITCS yang
disediakan oleh penyedia jasa. Penelitian dilakukan dengan pengolahan data dari
kuesioner dengan menggunakan skala sikap Likert terhadap responden yang
terlibat dalam penggunaan ITCS. Kuesioner mengacu pada control objective dari
setiap atribut domain Deliver and Support. Data tersebut diolah untuk
menentukan tingkat Indeks Kematangan Atribut. Indeks Kematangan Atribut
kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai Indeks Kematangan. Hasil
perhitungan Indeks Kematangan direpresentasikan sebagai Tingkat Kematangan.
Tingkat Kematangan masing-masing control objective memiliki makna tersendiri,
mengacu pada konsentrasi masing-masing control objective.
Dari hasil penelitian diperoleh simpulan, seluruh proses pada domain
Deliver and Service yang diberikan oleh penyedia jasa ITCS kepada PT. JKL
secara umum berada pada tingkat kematangan ad hoc, yaitu terdapat bukti bahwa
perusahaan mengetahui adanya permasalahan yang harus diatasi, namun tidak
terdapat proses standar, melainkan menggunakan pendekatan ad hoc yang cenderung
diperlakukan secara individu atau per kasus. Secara umum pendekatan kepada
pengelolaan proses tidak terorganisasi.
Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan bahwa tidak ada proses tata
kelola ITCS yang dipertahankan, semua proses tata kelola TI perlu diperbaiki,
seluruh proses tata kelola ITCS menjadi super prioritas. Walaupun ITCS baru

berjalan selama 1.5 tahun, ternyata semua proses masih perlu diperbaiki dengan
penanganan yang bersifat superprioritas.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiyah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

EVALUASI INTEGRATED TOLL COLLECTION SYSTEM
DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT

BOYKE NURHIDAYAT

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi : Rindang Karyadin, ST, M.Kom
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: EVALUASI INTEGRATED TOLL COLLECTION
SYSTEM DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK
COBIT

Nama


: Boyke Nurhidayat

NRP

: G651080184

Program Studi

: Ilmu Komputer

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc
Ketua

Firman Ardiansyah, S.Kom, M.Si
Anggota


Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Komputer

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Komp

Tanggal Ujian : 29 Juli 2011

Dekan Sekolah
Pascasarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah dengan judul Evaluasi Integrated Toll Collection
System dengan Menggunakan Framework COBIT, dapat diselesaikan. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Tim komisi pembimbing Bapak Prof.Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc

dan Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si, selaku pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi.
2. Bapak Rindang Karyadin, ST., M.Kom, atas waktu dan kesediaannya
menjadi penguji di luar komisi.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom, atas perhatian, bimbingan, arahan
serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

4. Staf dosen di program studi Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor, atas
segala

pengetahuan,

bimbingan

dan

motivasinya

selama


proses

perkuliahan, dan terimakasih kepada bapak Ruchyan beserta staf Tata
Usaha atas bantuan dan dukungannya.
5. Rekan-rekan mahasiswa program Magister Ilmu Komputer IPB, atas
motivasi, kebersamaan dan persahabatannya.
6. Chief Executive Officer, Chief Finance Officer, Chief Operation Officer
dan Chief Commercial Officer serta seluruh manajemen di institusi tempat
penulis bekerja yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian
ini.
7. Ayahanda H. Djoni Djanaka, AAAIK, DR. H. Jon Sudiono, MES (alm),
Ibunda Hj. Tien Kartini, Hj. Kom Harkomah, kakak-kakak dan adik-adik
atas segala doa, dukungan dan motivasinya.
8. Isteri tercinta Ir. Nora Karolina dan anak-anakku, terima kasih atas segala
doa,

motivasi,

cinta


dan

kasih

sayangnya.

9. Rekan-rekan IT Division di institusi tempat penulis bekerja, Bagus
Handhaka, Pamudji Adriansyah, Ahmad Kunto Manunggal, Alfa Nugraha,
Wido Aryo Andhika dan Faisal Muzaddiq atas kebersamaan dan
kekompakkan kita selama ini.
10. Rekan Christian Ade Riano, Atep Hilman, Lillyan Hadjaratie, Dede
Juliandar, Anugerah Nhu Ramadhan, atas kebaikan, motivasi dan
bantuannya dalam pelaksanaan dan penyusunan tesis hingga proses
penyelesaian studi penulis.
11. Deden Kuswanda, Helmi Wahyudi, Hendra Setyawan, Faisal Muharam,
Faris Priyanto, Febry Ramdani, serta keluarga besar Winaya Lokatmala,
atas pengertian serta dukungan moril yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih pula kepada rekan-rekan yang tidak disebutkan satu persatu
dan kepada semua pihak, atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini,
semoga Allah membalasnya lebih baik.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan tambahan informasi di bidang ilmu
komputer.

Bogor, Juli 2011

Boyke Nurhidayat

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juni 1975 sebagai anak
pertama dua bersaudara dari pasangan Djoni Djanaka, AAAIK dan Tien Kartini.
Penulis menikah dengan Ir. Nora Karolina.
Penulis menamatkan pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Atas
Negeri 5 Bogor tahun 1994. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Teknik
Industri Jurusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma, lulus pada tahun
1999.
Penulis pernah bekerja sebagai karyawan Divisi IT di perusahaan BUMN
di bidang Asuransi, perusahaan siaran televisi swasta nasional, perusahaan
garmen, konsultan IT, konsultan desain eksterior dan interior dan saat ini bekerja
di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri jalan tol.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................

xii

DAFTAR TABEL .............................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

xviii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................

xix

I. PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1.

Latar Belakang ..............................................................

1

1.2.

Tujuan Penelitian ..........................................................

4

1.3.

Perumusan Masalah ......................................................

4

1.4.

Ruang Lingkup .............................................................

4

1.5.

Manfaat Penelitian ........................................................

5

1.6.

Sistematikan Penulisan .................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

7

2.1.

Sistem Informasi Manajemen .......................................

7

2.2.

Audit Tools.....................................................................

8

2.3.

IT Governance ..............................................................

13

2.4.

Cobit Framework ..........................................................

15

2.5.

Domain dari Delivery and Support ..............................

19

2.6.

Control Objective dari Domain Delivery and Support...

22

2.7.

Maturity Model dari Domain Delivery and Support ….

42

2.8.

Sejarah Industri Jalan Tol di Indonesia ........................

66

2.9.

Profil PT. JKL ..............................................................

67

2.10. Integrated Toll Collection System (ITCS) .....................

68

2.11. Pengadaan dan Pemeliharaan ITCS ..............................

70

2.12. Penelitian Sebelumnya .................................................

72

III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

77

II.

3.1.

Lokasi dan Waktu .........................................................

77

3.2.

Jenis dan Sumber Data Penelitian ................................

77

3.3.

Pendekatan Penelitian ………………………………..

77

3.3.

Teknik dan Metode Pengumpulan Data dan Informasi …... 78

3.4.

Data Komposisi Responden ………………………………

78

3.5.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data …………………….

79

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………...

83

4.1.

Profil Responden …………………………………………

83

4.2.

Karakteristik Demografi Responden ……………………..

83

4.3.

Pengolahan Data Kuisioner ………………………………

86

4.4.

Hasil Evaluasi Maturity Level …………………………… 131

4.5.

Analisa Kesenjangan ..…………………………………… 133

4.6.

Implikasi Manajemen ……………………………………. 134

V. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 153
5.1.

Simpulan ………………………………………………….. 153

5.2.

Saran ……………………………………………………... 153

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..

155

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Matriks proses COBIT vs standar ITIL ...............................................

11

2. Matriks proses COBIT vs standar ISO/IEC 17799 ...............................

12

3. Matriks proses COBIT vs standar COSO ............................................

12

4. Matriks domain COBIT vs ITIL, ISO/IEC 17799, dan COSO ............

13

5. Tingkat kedewasaan umum dalam COBIT ..........................................

17

6. Representasi tingkat kematangan cobit .................................................

81

7. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS1
menurut kategori manajemen ................................................................

86

8. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS1
Menurut kategori staff ...........................................................................

86

9. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS1 pada kategori
responden manajemen ...........................................................................

88

10. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS1 pada kategori
responden staff ......................................................................................

89

11. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS2
menurut kategori manajemen ................................................................

90

12. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS2
menurut kategori staff ...........................................................................

90

13. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS2 pada kategori
responden manajemen ...........................................................................

91

14. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS2 pada kategori
responden staff ......................................................................................

92

15. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS3
menurut kategori manajemen ................................................................

93

16. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS3
menurut kategori staff ...........................................................................

93

17. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS3 pada kategori
responden manajemen ...........................................................................

95

18. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS3 pada kategori
responden staff ......................................................................................

96

19. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS4
menurut kategori manajemen ................................................................

97

20. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS4
menurut kategori staff ...........................................................................

97

21. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS4 pada kategori
responden manajemen ........................................................................... 101
22. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS4 pada kategori
responden staff ...................................................................................... 102
23. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS5
menurut kategori manajemen ................................................................. 103
24. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS5
menurut kategori staff ........................................................................... 105
25. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS5 pada kategori
responden manajemen ........................................................................... 107
26. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS5 pada kategori
responden staff ...................................................................................... 108
27. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS7
menurut kategori manajemen ................................................................ 109
28. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS7
menurut kategori staff ........................................................................... 109
29. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS7 pada kategori
responden manajemen ........................................................................... 111
30. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS7 pada kategori
responden staff ...................................................................................... 112
31. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS8
menurut kategori manajemen ................................................................ 112
32. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS8
menurut kategori staff ............................................................................ 113
33. Penghitungan tingkat kematangan DS8 kategori responden
Manajemen ............................................................................................. 115

34. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS8 pada kategori
responden staff ....................................................................................... 115
35. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS10
menurut kategori manajemen ................................................................. 116
36. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS10
menurut kategori staff ............................................................................. 116
37. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS10 pada kategori
responden manajemen ............................................................................ 118
38. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS10 pada kategori
responden staff ........................................................................................ 119
39. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS11
menurut kategori manajemen ................................................................. 120
40. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS11
menurut kategori staff ............................................................................ 120
41. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS11 pada kategori
responden manajemen ............................................................................ 122
42. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS11 pada kategori
responden staff ....................................................................................... 123
43. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS12
menurut kategori manajemen ................................................................. 124
44. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS12
menurut kategori staff ............................................................................ 124
45. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS12 pada kategori
responden manajemen ............................................................................ 126
46. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS12 pada kategori
responden staff ....................................................................................... 126
47. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS13
menurut kategori manajemen ................................................................. 127
48. Jumlah jawaban responden untuk setiap submodul dari modul DS13
menurut kategori staff ........................................................................... 127
49. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS13 pada kategori
responden manajemen ............................................................................ 129

50. Penghitungan score tingkat kematangan domain DS13 pada kategori
responden staff ....................................................................................... 130
51. Maturity level ITCS PT. JKL menurut responden kategori manajemen. 131
52. Maturity level ITCS PT. JKL menurut responden kategori staff ........... 131
53. Rata-rata maturity ITCS PT. JKL untuk setiap modul DS menurut
responden kategori staff dan kategori manajemen ................................. 132
54. Nilai maturity ITCS PT. JKL menurut responden kategori staff dan
kategori manajemen ............................................................................... 132
55. Kesenjangan CML dan EML ................................................................. 133

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan infrastruktur transportasi jalan tol di Indonesia saat ini
menjadi lebih berkembang, setelah diijinkannya perusahaan swasta atau badan
usaha jalan tol untuk turut serta dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol
selain yang dikerjakan sendiri oleh pemerintah. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
adalah badan yang berwenang untuk melaksanakan sebagian penyelenggaraan
jalan tol meliputi pengaturan, pengusahaan dan pengawasan Badan Usaha Jalan
Tol. Keberadaan BPJT diamanatkan oleh Undang-undang No. 38 tahun 2004
tentang Jalan, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan
Tol

dan

ditetapkan

melalui

Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

No.295/PRT/M/2005 tentang Badan Pengatur Jalan Tol. Terkait dengan
wewenang pengusahaan, BPJT berusaha mendorong keterlibatan Badan Usaha
dan Pemerintah Daerah dalam percepatan pembangunan jalan tol.
Peluang bisnis yang sarat dengan modal ini rupanya tidak membuat
perusahaan swasta mundur karena mahalnya investasi, namun justru bersaing
ketat, salah satunya adalah PT. JKL sebagai Badan Usaha Jalan Tol yang
menguasai konsesi enam ruas tol di pulau jawa dengan total panjang ruas tol
sekitar 300 kilometer. Perusahaan yang memiliki visi menjadi pengembang
infrastruktur jalan tol terpadu yang pertama dan terbaik di Indonesia ini memiliki
hak konsesi selama 35 tahun.
Sebagai kompensasi atas hak konsesi yang didapat oleh PT. JKL, pada saat
pengoperasian telah berjalan 35 tahun, maka PT. JKL harus menyerahkan asset
dan pengelolaan kepada pemerintah, atau hal ini lebih dikenal dengan istilah BOT
(Build, Operate, Transfer). Perusahaan ini memiliki misi untuk membangun jalan
tol terbaik melalui penerapan teknologi yang inovatif, serta memadukannya
dengan pengembangan wilayah di sekitarnya sehingga terjadi proses sinergi yang
maksimal.
Persaingan bisnis dalam era informasi telah mencapai tahapan kompetisi
yang ketat, dimana sistem pengelolaan bisnis secara konvensional tidak lagi
memadai (Marimin et.al. 2006). Menurut Gondodiyoto (2007) sistem informasi

2

terdiri dari berbagai komponen sumber daya informasi yang terintegrasi untuk
menyajikan informasi guna mendukung operasi dan pengambilan keputusan
manajemen dalam organisasi. Masih menurut Gondodiyoto (2007), sumber daya
informasi terdiri dari hardware, software, facilities, database, information,
information system expert dan user.
Sebagai perusahaan swasta yang memiliki hak konsesi hanya 35 tahun, PT.
JKL memperhitungkan untung dan rugi di dalam proyeksi investasi, biaya
pembangunan, maupun biaya pengoperasiannya. Untuk menjaga agar tidak terjadi
loss pada saat fase operasional PT. JKL menginvestasikan nilai yang cukup besar
untuk sebuah sistem informasi peralatan tol.
Pada umumnya transaksi pembayaran di gerbang tol dilakukan dengan
cara konvensional, yaitu petugas di gardu gerbang tol atau yang dikenal dengan
petugas pengumpul tol akan mentransaksikan kendaraan yang bertransaksi sesuai
dengan pengamatan visual saja. Dengan metode ini terbuka peluang terjadinya
human error pada saat pengamatan visual sehingga kendaraan yang bertransaksi
melakukan pembayaran yang tidak seharusnya.
Untuk pertama kalinya di bidang transaksi tol di Indonesia, PT. JKL
mengimplementasikan

peralatan

transaksi

tol

yang

dapat

melakukan

pengklasifikasian secara otomatis terhadap kendaraan yang melakukan transaksi
pembayaran di gardu gerbang tol yaitu dengan menggunakan alat yang dikenal
dengan istilah AVC (Automatic Vehicle Classification). Dengan menggunakan
AVC klasifikasi kendaraan yang bertransaksi serta tarif yang dikenakan saat
transaksi akan diverifikasi dengan menggunakan komputer. Sehingga apabila
terdapat human error maka akan dapat segera diketahui¸ petugas pengumpul tol
tersebut dapat dimintai pertanggungjawabannya dan kerugian selanjutnya dapat
dicegah.
Equipment lain yang telah diinvestasikan untuk memperkecil potential
loss selain menggunakan AVC,

PT. JKL juga mengimplementasikan ALB

(Automatic Line Barrier), OB (Optical Beam Sensor), aplikasi RIMS (Realtime
Information Monitoring System), aplikasi PCS (Plaza Computer System) dan
aplikasi pelaporan transaksi (STACS – Staf Computer System).

3

Secara garis besar bisnis proses dari Integrated Toll Collection System
yang digunakan di PT. JKL terdiri dari front end dan back end. Front end terdiri
dari proses pencatatan transaksi yang dilakukan oleh petugas pengumpul tol yang
bertugas di Gardu Tol, yang diproses di sebuah TCT (Toll Collector Terminal)
yang terhubung ke LCS (Lane Computer System). Sementara back end terdiri dari
proses reporting yang ditangani oleh PCS (Plaza Computer System), proses
monitoring transaksi dan monitoring peralatan dilakukan di sebuah komputer
yang disebut RIMS (Realtime Information Monitoring System), dan proses
pelaporan pertanggungjawaban transaksi dan catatan kejadian selama petugas
pengumpul tol bertugas di gardu tol dilakukan di sebuah komputer yang disebut
STACS (Staf Computer System).
Untuk menjamin bahwa sistem informasi telah telah berjalan, diperlukan
suatu pengukuran yang efektif dan efisien terhadap peningkatan bisnis perusahaan
melalui struktur yang mengkolaborasikan proses-proses IT, sumberdaya IT dan
informasi ke arah dan tujuan perusahaan, yaitu yang dikenal dengan IT
governance. IT Governance memadukan best practices dari proses perencanaan,
pengelolaan, penerapan, pelaksanaan, dan pendukung serta pengawasan kinerja
TI, untuk memastikan informasi dan teknologi yang terkait lainnya benar-benar
menjadi pendukung bagi pencapaian sasaran perusahaan (Gondodiyoto 2007).
Dengan adanya IT governance proses bisnis perusahaan akan menjadi
transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan akuntabilitas setiap fungsi atau
individu menjadi semakin jelas. IT governance bukan hanya penting bagi personil
IT saja, namun juga terutama untuk mereka pengambil keputusan yang
bertanggung jawab dalam penentuan investasi dan pengelolaan resiko perusahaan
(Gondodiyoto 2007).
Untuk mengetahui kondisi tersebut maka diperlukan suatu uji terhadap IT
environment yang sudah berjalan di PT. JKL. Di dalam dunia IT terdapat berbagai
tools yang sudah siap digunakan saat ini. Tools tersebut dikembangkan dan
distandarisasikan oleh berbagai badan di dunia. Standard tools tersebut
dikembangkan sebagai framework yang disusun berdasarkan best pratices dari
hasil riset serta pengalaman bertahun-tahun dalam kegiatan audit TI.

4

1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang, tujuan penelitian ini adalah melakukan
suatu pengukuran terhadap sistem informasi peralatan tol yang saat ini digunakan
dengan

menggunakan framework COBIT. Dengan pengukuran

tersebut

diharapkan hasil dari penelitian ini adalah sebuah kesimpulan dan rekomendasi
untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas IT yang selaras dengan bisnis, dapat
menjawab kebutuhan bisnis dan dapat membantu eksekutif untuk memahami dan
mengelola investasi IT.

1.3 Perumusan Masalah
Sesuai dengan rencana pembangunan dan pengoperasian ruas tol PT. JKL,
antara tahun 2011 sampai dengan 2015, menurut rencana ada tiga ruas tol yang
akan beroperasi lagi. Untuk kemudahan dalam proses manajemen informasi keempat ruas tol tersebut, harus diimplementasikan sistem informasi peralatan tol
yang terintegrasi. Sistem informasi ruas tol yang saat ini telah digunakan, akan
digunakan kembali untuk tiga ruas tol baru tersebut. Namun sebelum hal ini
diputuskan, diperlukan suatu kajian mendalam mengenai : kesesuaian layanan IT
yang tersedia dengan prioritas bisnis, optimalisasi pembiayaan IT dan penelitian
untuk membuktikan bahwa sistem yang tersedia telah dapat digunakan oleh
karyawan secara produktif. Oleh karena itu

diperlukan pengukuran terhadap

kinerja IT untuk mendeteksi permasalahan sebelum menjadi meluas dan
membesar.

Pengawasan internal oleh manajemen terhadap IT harus berjalan

secara efektif dan efisien, keterkaitan kinerja IT dengan tujuan bisnis,
kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi dapat terjamin.
1.4 Ruang Lingkup
Agar penelitian ini lebih fokus, penelitian dibatasi dengan cakupan sebagai
berikut :
1. Evaluasi dilakukan hanya kepada sistem informasi peralatan tol yang telah
digunakan oleh PT. JKL di salah satu ruas jalan tol yang telah beroperasi.
2. Untuk mendapatkan rekomendasi dan saran atas hasil evaluasi tersebut, maka
digunakan domain Deliver and Support yang terdapat dalam framework
COBIT.

5

1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap sistem
informasi peralatan tol yang telah digunakan di PT. JKL, agar dapat diambil suatu
tindakan koreksi atas kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dalam
penelitian ini yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas IT agar
selaras dengan bisnis, dapat menjawab kebutuhan bisnis dan membantu eksekutif
untuk memahami dan mengelola investasi IT.
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan dan penerapan IT governance di Indonesia dan dapat digunakan
sebagai percontohan evaluasi sistem informasi peralatan tol di ruas tol lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut :
I

PENDAHULUAN, yang berisi latar belakang, tujuan penelitian, perumusan
masalah, ruang lingkup, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

II

TINJAUAN PUSTAKA, yang akan membahas teori yang digunakan
sebagai dasar penelitian ini.

III

METODOLOGI PENELITIAN, mencakup kerangka penelitian, prosedur
penelitian, alat bantu, serta data yang dibutuhkan.

IV

HASIL dan PEMBAHASAN, menguraikan tahapan-tahapan pelaksanaan
evaluasi terhadap sistem informasi peralatan tol.

V

KESIMPULAN dan SARAN, memuat kesimpulan penelitian dan saransaran untuk kajian lebih lanjut.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Manajemen
Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya
perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis)
maupun pimpinan pada semua jenjang. Perkembangan ini juga telah
menyebabkan perubahan-perubahan peran dari para manajer dalam pengambilan
keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling
akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Meningkatnya penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, telah
membawa setiap orang dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat,
berkualitas, dan tepat waktu.
Informasi harus dikelola dengan baik dan memadai agar memberikan
manfaat yang maksimal. Penerapan sistem informasi di dalam suatu organisasi
dimaksudkan untuk memberikan dukungan informasi yang dibutuhkan, khususnya
oleh para pengguna informasi dari berbagai tingkatan manajemen. Sistem
informasi yang digunakan oleh para pengguna dari berbagai tingkatan manajemen
ini biasa disebut sebagai: Sistem Informasi Manajemen (Sutono 2007).
Kristanto (2003) menjelaskan bahwa sistem informasi manajemen
merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam suatu organisasi untuk
mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan
oleh semua tingkatan manajemen atau dengan kata lain teknik pengelolan
informasi dalam suatu organisasi.
Silver

et

al.

(1995)

menyatakan

bahwa

Sistem

informasi

diimplementasikan dalam sebuah organisasi untuk tujuan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari organisasi tersebut. Kemampuan sistem informasi
dan karakteristik organisasi, sistem yang bekerja, orang-orangnya, dan
pengembangan serta pelaksanaan metodologi bersama-sama menentukan sejauh
mana tujuan itu tercapai.

8

2.2 Audit Tools
Di dalam dunia IT terdapat berbagai

audit tools yang sudah siap

digunakan saat ini. Berikut ini adalah sebagian dari standard tools/framework
yang banyak digunakan di dunia:
1. COBIT® (Control Objectives for Information and related Technology)
2. COSO (Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway
Commission) Internal Control—Integrated Framework
3. ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security
Management
4. ITIL (Information Technology Infrastructure Library)
Pada tahun 1998 ITGI (IT Governance Institute) didirikan dengan tujuan
untuk

untuk

memajukan

pemikiran

dan

standar

internasional

dalam

memimpin dan mengendalikan teknologi informasi dalam sebuah perusahaan. IT
yang efektif dapat membantu memastikan bahwa TI mendukung tujuan bisnis,
mengoptimalkan bisnis melalui investasi di IT, dan mengelola resiko dan peluang
yang berkaitan dengan IT. ITGI menawarkan penelitian, sumber daya elektronik
dan studi kasus untuk membantu para pemimpin perusahaan dan dewan direksi di
dalam tata kelola IT mereka. ITGI telah merancang dan menciptakan sebuah
publikasi berjudul COBIT (Control Objectives for Information and related
Technology) sebagai sarana dan sumber daya edukasi untuk Chief Information
Officer (CIO), manajemen senior, manajemen TI dan para profesional yang
bertugas melakukan kendali (ITGI, 2007). COBIT dikembangkan oleh IT
Governance Institute, yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and
Control Association (ISACA).
Tema utama dari COBIT adalah orientasi bisnis. COBIT dirancang untuk
digunakan tidak hanya oleh pengguna dan auditor, tetapi juga, dan yang lebih
penting, sebagai pedoman yang komprehensif bagi manajemen dan pemilik
business process. Semakin praktik bisnis melibatkan pemberdayaan yang penuh
dari pemilik business process, mereka memiliki tanggung jawab penuh untuk
semua aspek dari business process, khususnya termasuk melakukan pengawasan
yang memadai (ITGI and OGC 2005). Framework

ini dimulai dari premis

sederhana dan pragmatis: untuk memberikan informasi yang diperlukan organisasi

9

untuk mencapai tujuannya, sumber daya TI harus dikelola oleh serangkaian proses
alami yang telah dikelompokkan (ITGI and OGC 2005). Pedoman tata kelola IT
juga disediakan di dalam framework Cobit. Tata kelola IT menyediakan struktur
yang menghubungkan proses TI, sumber daya TI dan informasi untuk strategi dan
tujuan perusahaan. Tata kelola TI mengintegrasikan cara yang optimal dari :
planning and organizing, acquiring and implementing, delivering and supporting¸
serta monitoring and evaluating dari kinerja TI. Tata kelola TI memungkinkan
perusahaan untuk mengambil keuntungan penuh dari informasi yang dimilikinya,
sehingga memaksimalkan keuntungan, memanfaatkan peluang dan mendapatkan
keuntungan kompetitif (ITGI and OGC 2005).
Sementara itu, menurut Gondodiyoto (2007), Control Objectives for
Information and related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi
best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen
dan pengguna (user) untuk menjembatani kesenjangan antara risiko bisnis,
kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis (Gambar 1)

Gambar 1 COBIT Framework.

ITIL bukan merupakan standar dalam audit TI. ITIL lebih merupakan
framework/best practice bagi IT service management untuk menciptakan layanan
teknologi informasi yang bermutu tinggi. ITIL terdiri atas delapan buku berseri
yang disusun dan diterbitkan oleh Central Computer and Telecommunications
Agency (CCTA) yang sekarang dikenal sebagai the British Office of Government
Commerce (OGC). Delapan serial buku ITIL tersebut terdiri atas:

10

o

Software Asset Management

o

Service Support

o

Service Delivery

o

Planning to Implement Service Management

o

ICT Infrastructure Management

o

Application Management

o

Security Management

o

Business Perspective

ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security
Management adalah standar internasional. Tujuan utama dari penyusunan standar
ini adalah penerapan keamanan informasi dalam organisasi. Framework ini
diarahkan untuk mengembangkan dan memelihara standar keamanan dan praktek
manajemen dalam organisasi untuk meningkatkan ketahanan (reliability) bagi
keamanan informasi dalam hubungan antar organisasi. Dalam framework ini
didefinisikan 11 (sebelas) bagian besar yang dibagi dalam 132 (seratus tigapuluh
dua) strategi kontrol keamanan. Standar ini lebih menekankan pada pentingnya
manajemen resiko dan tidak menuntut penerapan pada setiap komponen tapi dapat
memilih pada bagian-bagian yang terkait saja ((ITGI, 2006).
Edisi pertama dari ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information
Security Management diterbitkan pada tahun 2000 dan edisi keduanya terbit pada
tahun 2005. Sejak edisi kedua tersebut ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for
Information Security Management menjadi standar resmi ISO yang berdampak
pada diperlukannya revisi dan pemutakhiran setiap tiga hingga lima tahun sekali.
Pada bulan April 2007, ISO memasukkan framework ini ke dalam ISO 2700x
series, Information Security Management System sebagai ISO 27002. Standar
tersebut dapat digolongkan dalam best practice termutakhir dalam lingkup sistem
manajemen keamanan informasi ((ITGI, 2006).
COSO adalah organisasi swasta yang menyusun Internal Control –
Integrated Network bagi peningkatan kualitas penyampaian laporan keuangan dan
pengawasan internal untuknya yang lebih efektif. Tujuan dari penyusunan
framework ini adalah peningkatan sistem pengawasan terpadu untuk pengendalian

11

perusahaan/organisasi dalam beberapan langkah. Hal ini diarahkan untuk
memberikan para pemegang kebijakan di organisasi dapat melakukan pengawasan
internal dalam pelaksanaan tugas kepada para eksekutif, mencapai laba yang
menguntungkan

serta

mengelola

resiko-resiko

yang

timbul.

Internal Control – Integrated Framework yang disusun oleh COSO diterbitkan
pertama kali pada tahun 1992 dan masih diperbarui hingga saat ini. Hingga saat
ini COSO maupun organisasi lainnya tidak melakukan/menerbitkan sertifikasi
keahlian/profesional bagi framework ini (ITGI, 2006).
Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam Internal
Control – Integrated Framework COSO adalah:
o

Effectiveness

o

Efficiency

o

Confidentiality

o

Integrity

o

Availability

o

Compliance

o

Reliability

Jika dilihat dari lingkup kriteria informasi di atas maka dapat dilihat
bahwa komponen-komponen yang menjadi perhatian dalam Internal Control –
Integrated Framework COSO identik dengan COBIT. Sedangkan fokus terhadap
pengelolaan sumber daya teknologi informasi pun dalam Internal Control –
Integrated Framework COSO identik dengan COBIT.
Tabel 1 menunjukkan bahwa ITIL sangat fokus kepada proses desain dan
implementasi TI, serta pelayanan pelanggan (customer service), hal ini
diperlihatkan bahwa hampir seluruh proses pada domain AI dan DS COBIT
dilakukan.
Tabel 1 Matriks Proses COBIT vs Standar ITIL
Proses dan Domain COBIT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
+
+
+
PO
+
+
+
+
+
+
AI
+
+
+
+
+
+
+
+
DS
M
+ Addressed
Not or rarely addressed

10
+

11
-

12

13

+

+

+

+

(COBIT Mapping, Overview of International IT Guidance 2nd, 2006)

12

Sebagian proses PO dilakukan, ini menunjukkan bahwa ITIL tidak terlalu
fokus pada proses penyelarasan strategi perusahaan dengan pengelolaan TI.
Proses pada domain M sama sekali tidak dilakukan oleh ITIL, hal ini
menunjukkan ITIL tidak melakukan pengawasan yang akan memastikan
kesesuaian pengelolaan TI dengan keadaan perusahaan di masa yang akan datang.
Tabel 2 menunjukkan bahwa ISO/IEC 17799 melakukan sebagian prosesproses pada seluruh domain COBIT.

Tabel 2 Matriks Proses COBIT vs Standar ISO/IEC 17799
Proses dan Domain COBIT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
+
+
+
+
+
+
+
PO
+
+
+
+
+
+
AI
+
+
+
+
+
+
+
DS
+
+
M
+ Addressed
Not or rarely addressed

10
-

11

12

13

+

+

+

+

(COBIT Mapping, Overview of International IT Guidance 2nd, 2006)

Hal ini menunjukkan ISO/IEC 17799 mempunyai spektrum yang luas
dalam hal pengelolaan TI sebagaimana halnya COBIT, namun ISO/IEC 17799
tidak sedalam COBIT dalam hal detail proses-proses yang dilakukan dalam
domain-domain tersebut.
Tabel 3 menunjukkan bahwa COSO melakukan sebagian proses di domain
PO, AI, dan DS, namun tidak satupun proses pada domain M dilakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa COSO fokus kepada proses penyelarasan TI dengan strategi
perusahaan, dan sangat fokus dalam hal desain dan implementasi TI.

Tabel 3 Matriks Proses COBIT vs Standar COSO
1
2
3
4
+
+
+
+
PO
+
+
+
+
AI
+
+
+
DS
M
+ Addressed
Not or rarely addressed

Proses dan Domain COBIT
5
6
7
8
9
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

10
-

11

12

13

-

+

+

-

(COBIT Mapping, Overview of International IT Guidance 2nd, 2006)

13

Tabel 4 memperlihatkan bahwa model-model standar selain COBIT tidak
mempunyai range spektrum yang seluas COBIT. Model-model tersebut hanya
melakukan sebagian dari proses-proses pengelolaan yang ada di dalam COBIT
Tabel 4 Matriks Domain COBIT vs ITIL, ISO/IEC 17799, dan COSO
Standar

Domain COBIT
PO AI DS M

+
+

+
+

+
+

-

ITIL
ISO/IEC 17799
COSO
+ Frequently addressed
○ Moderately addressed
- Not or rarely addressed
(COBIT Mapping, Overview of International IT Guidance 2nd, 2006)

2.3 IT Governance
Bagi banyak perusahaan, teknologi informasi adalah pendukung utama
yang paling berharga mereka, namun sangat sedikit yang menyadari dan
memahami hal ini. Perusahaan yang sukses menyadari manfaat dari teknologi
informasi dan akan menggunakannya agar mereka mendapatkan nilai. Kebutuhan
kepastian tentang nilai TI, manajemen risiko terkait TI dan persyaratan
peningkatan kontrol atas informasi sekarang dipahami sebagai elemen kunci dari
tata kelola perusahaan. Nilai, resiko dan kontrol merupakan inti dari tata kelola IT
(IT Governance).
Untuk mencapai keberhasilan, manajemen harus mendefinisikan sebuah
strategi dan menyediakan tata kelola perusahaan yang efektif. Strategi
didefinisikan sebagai “sebuah penyesuaian perilaku atau struktur dengan rencana
kerja yang rumit dan sistematis”. Tata kelola perusahaan dapat diartikan sebagai
“perilaku etis para eksekutif perusahaan terhadap pemegang saham dan para
pemangku kepentingan untuk memaksimalkan pengembalian investasi keuangan”.
(Cannon et al. 2006)
Untuk menjamin bahwa sistem informasi telah berjalan, diperlukan suatu
pengukuran yang efektif dan efisien terhadap peningkatan bisnis perusahaan
melalui struktur yang mengkolaborasikan proses-proses IT, sumberdaya IT dan
informasi ke arah dan tujuan perusahaan, yaitu yang dikenal dengan IT

14

governance. IT Governance memadukan best practices dari proses perencanaan,
pengelolaan, penerapan, pelaksanaan, dan pendukung serta pengawasan kinerja
TI, untuk memastikan informasi dan teknologi yang terkait lainnya benar-benar
menjadi pendukung bagi pencapaian sasaran perusahaan (Gondodiyoto 2007).
Tata kelola TI adalah tanggung jawab dari eksekutif dan Board of Director,
yang terdiri dari kepemimpinan, struktur organisasi dan proses – proses yang
memastikan bahwa IT di sebuah perusahaan menopang dan memperluas strategi
dan tujuan organisasi.Tata kelola IT mengintegrasikan best practices untuk
memastikan bahwa IT sebuah perusahaan mendukung kepada tujuan bisnis. Tata
kelola TI memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan penuh dari
informasi yang dimilikinya, sehingga memaksimalkan keuntungan, memanfaatkan
peluang dan mendapatkan keuntungan kompetitif. (ITGI 2007)
Lemahnya sistem informasi (SI) tidak memungkinkan terjadinya deteksi
dini (warning sign) atas kecurangan kecil yang mulanya dilakukan secara cobacoba. Kecurangan kecil meningkat menjadi kecurangan besar karena pelaku
mempunyai kesempatan dan mengetahui kelemahan sistem pengendalian intern
yang ada dalam organisasi,disamping faktor keserakahan.
Menurut Fox dan Zonneveld (2003), membangun kontrol internal yang
kuat dalam TI dapat membantu organisasi untuk meningkatkan pemahaman
tentang TI di kalangan eksekutif, membuat keputusan bisnis yang lebih baik
dalam kualitas yang lebih tinggi dan informasi lebih tepat waktu, menyelaraskan
berbagai inisiatif proyek dengan kebutuhan bisnis, mencegah hilangnya sumber
daya dan kemungkinan pelanggaran sistem. Kontrol internal dalam IT juga dapat
membantu organisasi untuk meningkatkan pemahaman tentang TI mengenai
berkontribusi pada kepatuhan persyaratan peraturan lainnya, seperti untuk privasi,
mendapatkan keuntungan kompetitif melalui operasi yang lebih efisien dan efektif,
mengoptimalkan operasi dengan pendekatan terpadu untuk integritas keamanan,
ketersediaan, dan pengolahan, meningkatkan kompetensi manajemen risiko dan
prioritas inisiatif.
Dengan adanya IT governance proses bisnis perusahaan akan menjadi
transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan akuntabilitas setiap fungsi atau
individu menjadi semakin jelas. IT governance bukan hanya penting bagi personil

15

IT saja, namun juga terutama untuk mereka pengambil keputusan yang
bertanggung jawab dalam penentuan investasi dan pengelolaan resiko perusahaan
(Gondodiyoto 2007).
Weill dan Ross (2004) mendefinisikan IT governance sebagai aktifitas
menetapkan hak pengambilan keputusan dan kerangka kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountability framework) untuk mendorong perilaku
pengunaan TI yang diharapkan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan dalam tatakelola yang baik, peranan IT
Governance (tatakelola TI) merupakan hal yang sangat penting, dalam konteks
organisasi bisnis yang berkembang kebutuhan akan TI bukan merupakan barang
yang langka.

2.4 COBIT Framework
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
merupakan sebuah model framework tata kelola yang representatif dan
menyeluruh yang merupakan salah satu standar dunia dalam pengelolaan IT.
COBIT mencakup kepada masalah perencanaan, implementasi, operasional dan
pengawasan terhadap seluruh proses TI yang dikembangkan oleh IT Governance
Institute (ITGI) yang berbasis di Amerika Serikat. .
COBIT

dapat

digunakan

sebagai

tools

yang

digunakan

untuk

mengefektifkan implementasi IT Governance, yakni sebagai management
guideline dengan menerapkan seluruh domain yang terdapat dalam COBIT.

Gambar 2 The COBIT Cube (ITGI 2007).

16

Prinsip dasar framework secara ringkas adalah: IT resources dikelola oleh
IT processes untuk mencapai IT goals yang menjawab persyaratan bisnis. Di
dalam kerangka kerja COBIT terdapat tujuh persyaratan atau kriteria informasi
bisnis, yaitu: effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity, availability,
compliance, dan reliability. COBIT kemudian menjelaskan bahwa sumber daya
IT yang harus disediakan untuk memberikan kebutuhan bisnis oleh proses bisnis,
yaitu: applications, information, infrastructure dan people seperti tampak dalam
Gambar 2.
COBIT mendefinisikan aktivitas individual di dalam lingkungan IT ke
dalam 34 proses dan kemudian mengelompokkan proses tersebut menjadi empat
domain seperti tampak dalam Gambar 3. Keempat domain tersebut adalah:
Planning and Organization (10 proses), Acquisition and Implementation (7
proses), Delivery and Support (13 proses), dan Monitoring and Evaluation (4
proses).
Framework COBIT disusun dengan karakteristik berfokus pada bisnis
(business-focused), berorientasi pada proses (process-oriented), berbasis pada
pengendalian (controls-based) dan terarah kepada pengukuran (measurementdriven). Model Kematangan (Maturity Models) adalah alat bantu yang dapat
digunakan untuk melakukan benchmarking dan self-assessment oleh manajemen
TI untuk menilai kematangan proses TI.
Dengan Model Kematangan, manajemen bisa mengidentifikasi:
1. Kinerja aktual dari perusahaan – di mana posisi perusahaan saat ini.
2. Status industri saat ini – perbandingan.
3. Target perbaikan bagi perusahaan – ke mana perusahaan ingin dibawa.
4. Jalur pertumbuhan yang diperlukan antara “as-is” dan “to-be”.
Secara umum, tingkat kematangan proses TI dibagi menjadi enam tingkat, mulai
dari tingkat kematangan 0 sampai dengan tingkat kematangan 5 (Tabel 5).
Selain keenam tingkat tersebut, Tingkat Kedewasaan disusun oleh atributatribut sebagai berikut:
1. Awareness and Communication (AC)
2. Policies, Standards and Proce