Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan pada PT. Lentera Abadi Periode 2007-2011

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PADA
PT LENTERA ABADI PERIODE 2007-2011

APRILYA HERFIANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perkembangan
Kinerja Keuangan pada PT Lentera Abadi Periode 2007-2011 adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Aprilya Herfiana
NIM H24090083

ABSTRAK
APRILYA HERFIANA H24090083. Analisis PerkembanganKinerja Keuangan
Pada PT. Lentera Abadi Periode 2007-2011. Dibimbing oleh ABDUL BASITH
dan YUSRINA PERMANASARI
PT. Lentera Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor
penerbitan. Adanya kemajuan teknologi e-book membuat PT. Lentera Abadi
memiliki banyak pesaing sehingga menyebabkan perlunya kinerja keuangan yang
baik pada PT. Lentera Abadi. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan kinerja keuangan pada PT. Lentera Abadi periode
2007-2011 dengan menggunakan analisis rasio, analisis Du Pont, analisis trend,
serta analisis common size statement, sekaligus mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan analisis rasio dan
analisis Du Pont terdapat perkembangan kinerja keuangan pada PT. Lentera Abadi
yang cenderung meningkat setiap tahunnya, tetapi berdasarkan analisis trend
kondisi laba bersih perusahaan akan terus mengalami penurunan hingga tahun

2014. Hasil analisis persentase per komponen menunjukkan bahwa pada periode
2007-2011 perusahaan lebih banyak menginvestasikan dananya pada investasi
jangka pendek. Untuk faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan antara lain piutang serta kerja sama dengan perusahaan lain
dan kinerja tenaga penjual.
Kata kunci: Common Size Statement, Du Pont, Kinerja Keuangan, Rasio, Trend

ABSTRACT
APRILYA HERFIANA H24090083. Analysis of Development of Financial
Performance of PT. Lentera Abadi for the Period of 2007-2011. Supervised by
ABDUL BASITH and YUSRINA PERMANASARI
PT. Lentera Abadi is a company specializing in the publishing sector. The
presence of e-book technology make this company has many competitors, thus
causing the need for good financial performance in this company. To that end, the
goal of this research is to determine the development of the financial performance
of PT. Lentera Abadi 2007-2011 period using ratio analysis, Du Pont analysis,
trend analysis, and common size statements analysis as well as to identify the
factors that affect the company’s financial performance. Based on the ratio
analysis and analysis of Du Pont, development financial performance on this
company tend to increase every year, while based on the trend analysis of the

company net profit condition would continue to decline until 2014. The results of
analysis showed that the percentage per component in the period 2007-2011 for
the company are more invested funds in short term investment. For internal and
external factors that affect the company’s financial performance is accounts
receivable as well as cooperation with other companies and sales person
performance.
Keywords: Common Size Statement, Du Pont, Kinerja Keuangan, Rasio, Trend

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PADA
PT LENTERA ABADI PERIODE 2007-2011

APRILYA HERFIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi :Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan pada PT. Lentera Abadi
Periode 2007-2011
Nama
: Aprilya Herfiana
NIM
: H24090083

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Basith, MS
Pembimbing I

Yusrina Permanasari, S.Sos, ME
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar, M.Sc
NIP 19610123 198601 1002

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari2013 ini adalah
kinerja keuangan, dengan judul Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan pada
PT Lentera Abadi Periode 2007-2011.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Basith, MS dan
IbuYusrina Permanasari S.SOS, ME selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc.
selaku ketua departemen. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, 4 September 2013

Aprilya Herfiana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3


TINJAUAN PUSTAKA

3

METODE

9

Kerangka Pemikiran

10

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

Metode Pengolahan dan Analisis Data

10


HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Gambaran Umum Perusahaan

15

Struktur Organisasi Perusahaan

15

SIMPULAN DAN SARAN

26

DAFTAR PUSTAKA

27


LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13

Kondisi penjualan perusahaan pesaing di tahun 2011
Kondisi laba bersih PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Kaitan rasio dengan ukuran mutlak
Perkembangan rasio likuiditas PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Perkembangan rasio aktivitas PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Perkembangan rasio solvabilitas PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Perkembangan rasio profitabilitas PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Perkembangan analisis Du Pont PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Proporsi aktiva berdasarkan analisis persentase per komponen
Proporsi passiva berdasarkan analisis persentase per komponen
Proporsi laba rugi berdasarkan analisis persentase per komponen
Perkembangan kondisi neraca pada PT Lentera Abadi 2007-2014
Perkembangan kondisi laba rugi pada PT Lentera Abadi 2007-2014

1
2
7
16
17
18
20
22
23
24
24
24
25

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Struktur organisasi perusahaan

10
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Laporan neraca PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2007
Laporan neraca PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2008
Laporan neraca PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2009
Laporan neraca PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2010
Laporan neraca PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2011
Laporan laba rugi PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2007
Laporan laba rugi PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2008
Laporan laba rugi PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2009
Laporan laba rugi PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2010
Laporan laba rugi PT. Lentera Abadi periode 31 Desember 2011

29
29
30
30
31
32
33
34
35
36

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah panjang di bidang
penulisan penerbitan. Berdasarkan keterangan pada sejarah PT Balai Pustaka
(persero), industri penerbitan buku di Indonesia sudah berkembang sejak zaman
penjajahan Belanda dengan didirikannya Komisi Bacaan Rakyat oleh pemerintah
Hindia-Belanda pada 14 September 1908 yang kemudian diganti namanya
menjadi Balai Pustaka pada 22 September 1917.
Menurut seorang filsuf teori komunikasi Marshal McLuhan, dunia buku
cetak akan mati pada abad ke-21, meskipun hingga kini buku cetak ternyata masih
digunakan namun perkembangan penerbitan buku elektronik atau yang biasa kita
kenal dengan sebutan e-book berkembang pesat seiring dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi global. Salah satu buku elektronik yang legal
di Indonesia dirilis oleh Kementrian Pendidikan Nasional dengan sebutan BSE
(Buku Sekolah Elektronik). Buku-buku di BSE bebas diunduh, dan dapat di
produksi ulang, serta direvisi dan diperjualbelikan sesuai dengan batas harga yang
telah ditentukan. Kemudahan yang ditawarkan oleh buku elektronik seperti,
mengurangi kebutuhan akan ruang penyimpanan, tidak memerlukan ongkos untuk
perbaikan fisik buku, mengurangi ongkos tukar-menukar koleksi, serta
memudahkan sistem belajar jarak jauh membuat keberadaan e-book mulai
dirasakan penting. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi dunia penerbitan
buku cetak di tanah air.
PT Lentera Abadi merupakan salah satu dari sekitar 700 perusahaan
penerbitan buku cetak di tanah air yang masih berdiri hingga kini (Trim, 2013).
Perusahaan penerbitan yang berdiri sejak 2004 ini merupakan perusahaan yang
menerbitkan buku seri ensiklopedia. Untuk menjawab tantangan persaingan dunia
penerbitan di Indonesia, PT Lentera Abadi harus terus meningkatkan kualitas
perusahaannya.
Tabel 1 Kondisi penjualan perusahaan pesaing di tahun 2011
No
Nama Perusahaan
Penjualan di tahun 2011
1
PT Aku Bisa
4,614,600,000
2
PT Adhe Utama Jaya
3,685,000,000
3
PT Mandiri Abadi Pratama
3,596,000,000
4
PT Lentera Abadi
3,097,800,500
5
PT Kurnia Perkasa
2,251,200,000
Sumber: PT Lentera Abadi

Pada Tabel 1 dapat dilihat kondisi penjualan perusahaan pesaing yang
memperlihatkan bahwa penjualan pada PT Lentera Abadi berada di posisi
keempat diantara empat perusahaan lainnya. Empat perusahaan pesaing di atas
merupakan perusahaan yang sering bersama-sama terlibat dalam proyek
pengadaan buku.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku yang berjudul Jagat
Penulisan dan penerbitan (Trim, 2013), kemajuan suatu perusahaan dapat dilihat

2
melalui perubahan kondisi keuangannya. Selain itu kondisi keuangan memberikan
gambaran tentang apakah perusahaan memperoleh laba dalam melaksanakan
kegiatannya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kondisi keuangan
dapat diketahui melalui laporan keuangan, yang dapat memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat dalam
membuat keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan.
Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dilihat kondisi laba bersih perusahaan
yang mengalami penurunan di tahun 2011 meskipun penjualan di tahun tersebut
mengalami kenaikan.
Tabel 2 Kondisi laba bersih PT Lentera Abadi periode 2007-2011
Tahun
Laba Bersih (Rp)
Penjualan (Rp)

2007

2008

2009

2010

2011

43,899,800

101,540,250

213,852,900

354,780,500

302,850,250

1,928,858,050

2,152,700,200

2,581,606,000

2,979,070,800

3,097,800,500

Sumber: Data olahan

Dengan melakukan analisis perkembangan kinerja keuangan dapat diketahui
apakah penurunan laba bersih yang terjadi di tahun 2011 berpengaruh pada
kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu peneliti melakukan analisis
perkembangan kinerja keuangan pada PT. Lentera Abadi.

Perumusan Masalah
Untuk melihat perkembangan kinerja keuangan pada PT Lentera Abadi
dilakukan dengan menganalisis laporan keuangannya secara periodik sehingga
dapat dilihat perkembangan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun. Alat analisis
yang digunakan pada penelitian ini antara lain analisis rasio, analisis Du Pont,
analisis Trend, serta analisis persentase per komponen (common size statement).
Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan penerbitan di
Indonesia membuat penulis tertarik untuk melakukan analisis kinerja keuangan
pada PT Lentera Abadi yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
penerbitan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT Lentera Abadi selama lima
tahun terakhir (2007-2011) berdasarkan analisis rasio, analisis DuPont serta
analisis persentase per komponen (common size statement)?
2. Bagaimana peramalan kondisi keuangan PT. Lentera Abadi di tahun 2014
berdasarkan analisis Trend?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT. Lentera Abadi selama
lima periode, yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dengan

3

2.

menggunakan analisis rasio, analisis Du Pont serta analisis persentase per
komponen (common size statement).
Meramalkan kondisi keuangan PT. Lentera Abadi di tahun 2014 dengan
menggunakan analisis Trend.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dan penyusunan strategi.
2. Bagi penulis
Melalui
penelitian
ini
penulis
diharapkan
mampu
mengimplementasikan teori serta ilmu khusus mengenai manajemen
keuangan yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan.
3. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan pembanding
bagi penelitian selanjutnya serta sebagai tambahan dalam bidang analisis
kinerja keuangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis laporan keuangan PT. Lentera
Abadi yaitu neraca dan laporan laba-rugi. Alat analisis yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan tersebut adalah analisis rasio, analisis Du Pont,
analisis Trend, serta analisis persentase per komponen (Common Size Statement).
Periode analisis selama lima tahun, yaitu tahun 2007-2011 mengingat alasan
ketersediaan data keuangan perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang
disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Dari kinerja keuangan dapat
diketahui penyimpangan yang terjadi setelah dilakukan perbandingan dengan
kinerja keuangan periode yang lalu, kemudian manajemen perusahaan
mengadakan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan (Darsono, 2007)

4
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi
yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi yang bersifat finansial dicatat,
digolongkan dan diringkaskan dalam satuan uang, kemudian diadakan penafsiran
untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan disusun dan ditafsirkan untuk
kepentingan manajemen dan pihak lain yang berkepentingan dengan data
keuangan perusahaan (Jumingan, 2008).

Laporan Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu.Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal
(Munawir, 2007). Menurut Prihardi (2012), aset yang juga disebut sebagai sumber
daya adalah bentuk (fisik) alokasi dana perusahaan, misalnya persediaan,
peralatan, uang tunai, dan sebagainya. Aset secara umum akan dibagi menjadi aset
lancar (current asset) dan aset tidak lancar (noncurrent asset).
Hutang atau liabilitas merupakan kewajiban perusahaan terhadap pihak lain.
Secara umum utang dapat dikaitkan dengan kegiatan operasional atau kegiatan
pendanaan.Kegiatan operasional yang menyebabkan timbulnya utang misalnya
pinjaman kepada pemasok.Utang yang berkaitan dengan pendanaan misalnya
adalah pinjaman dari bank.Dalam laporan neraca, utang dibagi atas utang jangka
pendek dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek sering disebut dengan
utang lancar, yang merupakan utang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun dari tanggal neraca (Prihardi, 2012).
Modal adalah bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan).Kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya juga disebut modal (Munawir, 2007).

Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu (Munawir, 2007). Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan
beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep pengaitan.Laporan laba
rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi
(Warren, Reeve dan Fees, 2006).

5
Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama
jangka waktu tertentu.Laporan tersebut dibuat setelah laporan laba rugi, karena
laba bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini (Warren, Reeve,
dan Fees, 2006).

Analisis Rasio
Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu (Munawir,
2007). Aspek-aspek yang dinilai dalam analisis rasio adalah:
1.

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Prihadi, 2012). Rasio likuiditas terdiri dari:

a.

b.

2.

Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi
oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu
dekat (Brigham dan Houston, 2010).
Rasio Cepat (Quick Ratio)
Menurut Munawir (2007), rasio cepat merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu
yang relatif lama untuk direalisir sebagai uang kas.

Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menulai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemapuan
perusahaan dalan penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva
yang dimiliki. Rasio aktivitas terdiri atas:
a.

b.

c.

d.

Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa sering perusahaan menagih piutangnya
dari penjualan dalam satu periode tertentu.
Lama Penagihan Rata-rata (Average Collecting Period)
Rasio ini biasanya dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat
likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka pendek.
Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis
terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta
menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.

6
3.

Rasio Solvabilitas
Menurut Munawir (2007), rasio ini merupakan rasio untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Dengan mengetahui
rasio ini, akan dapat dinilai beberapa hal, diantaranya posisi perusahaan
terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain, kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap dan mengetahui
keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal. Rasio solvabilitas
terdiri dari:
a.

b.

c.

d.

4.

Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya.
Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang
jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.
Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk
menandai seluruh aktiva perusahaan.
Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang digunakan
untuk menandai aktiva perusahaan tetap.

Rasio Profitabilitas
Menurut Munawir (2007), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) dalam periode tertentu.
Profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh dalam satu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki
perusahaan dalam periode yang sama. Rasio profitabilitas terdiri atas rasio
marjin laba bersih, ROI, dan ROE, walaupun terdapat analisis lain seperti
EVA. Menurut G.T. Lumpkin, Gregory G. Dess dan Alan B. Eisner (2006),
definisi EVA sendiri adalah suatu metode pengukuran kinerja keuangan
dengan cara mengurangi keuntungan setelah pajak dengan biaya total modal.
Penulis tidak dapat menggunakan analisis EVA pada rasio profitabilias dalam
penelitian kali ini karena data laporan keuangan yang diberikan oleh
perusahaan dan digunakan oleh penulis tidak memuat pajak.
a.

b.

Rasio Marjin Laba Bersih (NetProfit Margin Ratio)
Net Profit Margin adalah rasio untuk menghitung seberapa besar
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return of Invesment)
Return of invesment (ROI) menunjukkan hasil yang dicapai dari
investasi-investasi yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor.
Selain itu rasio ini juga mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi
perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan
yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi
tersebut (Munawir, 2002).

7
c.

Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return on Equity (ROE))
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas
modal yang ditanam oleh pemilik modal.Nilai rasio yang tinggi
menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola
modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, dimana laba yang
diperoleh tinggi.

Menurut Prihadi (2012), Analisis rasio tidak bebas dari beberapa
keterbatasan. Beberapa catatan yang perlu diketahui antara lain adalah:
a. Hubungan matematik vs. hubungan ekonomi
Hubungan ekonomis yang bisa ditarik dari perbandingan secara
matematik bisa tidak muncul apabila rasio yang dibuat tidak
mencerminkan hubungan ekonomis.
b. Rasio menghilangkan ukuran
Ukuran perusahaan yang diwakili oleh nilai aset atau penjualan akan
menjadi hilang pada waktu dibuat rasio. Sebagai contoh dapat dilihat
kondisi rasio pada perusahaan A, B, dan C di Tabel 3.
Tabel 3 Kaitan rasio dengan ukuran mutlak
Keterangan
Laba Bersih

A

B

C

10

1,000

1,000,000

Penjualan

100

10,000

10,000,000

Laba bersih terhadap penjualan

10%

10%

10%

c. Keberadaan angka negatif dapat menyulitkan intepretasi.
d. Melakukan analisis rasio membutuhkan pembanding.
e. Analisis mempunyai preferensi
Analisis dari pihak kreditor akan lebih memerhatikan soal utang, arus
kas, dan bunga. Sementara analisis dari sisi investor akan lebih
memerhatikan profitabilitas.

Analisis Du Pont
Menurut Jumingan (2008), analisis Du Pont adalah suatu metode yang
digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian
ekuitas. Analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio
keuangan.Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit
margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk
menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat
pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan.Analisis ini memfokuskan pada
ROE perusahaan karena dalam analisis Du Pont menganggap bahwa keberhasilan
perusahaan dapat dilihat dari perkembangan ROE yang dimiliki, semakin tinggi
ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam mengelola
manajemennya (Sawir, 2000).
Analisis ini dikembangkan dalam suatu bagan Du Pont.Bagan Du Pont
merupakan bagan yang dirancang untuk menunjukkan hubungan di antara tingkat

8
pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, marjin laba, dan hutang (Brigham
dan Houston, 2010).
Analisis Persentase per Komponen
Menurut Munawir (2007), analisis prosentase per komponen (Common
Size Statement) digunakan untuk membandingkan atau memperoleh gambaran
tentang perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun
dalam hubungannya dengan total aktiva atau total penjualan. Analisis ini
dibutuhkan ketika, ingin membandingkan bagaimana proporsi suatu pos dari suatu
perusahaan untuk dua waktu yang berbeda, atau untuk membandingkan pos yang
sama pada yang sama untuk dua perusahaan atau lebih yang sejenis.
Analisis Trend
Analisis trend atau analisis horizontal adalah suatu analisis yang
meperbandingkan laporan keuangan perusahaan seperti neraca dan laporan labarugi untuk beberapa tahun terakhir (Munawir, 2007).
Menurut Munawir (2007), analisis trend dapat menunjukkan suatu pos itu
mempunyai kecenderungan atau arah yang menurun, meningkat atau tetap serta
menunjukkan apakah kecenderungan tersebut menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Agar trend itu dapat dperbandingkan, maka harus dipenuhi
beberapa syarat, antara lain bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada
waktu melakukan pencatatan akuntansi dilakukan secara konsisten dalam tahuntahun yang bersangkutan, dan selama periode yang bersangkutan tidak terjadi
perubahan nilai uang atau kenaikan harga yang amat berbeda (inflasi maupun
deflasi). Apabila kedua syarat ini tidak dapat dipenuhi maka data yang diperoleh
tidak dapat diperbandingkan, kecuali diadakan penyesuaian terlebih dahulu guna
menetralisir akibat dari perubahan yang terjadi.

Penelitian Terdahulu
Budiman (2006) melakukan penelitian terhadap analisis perkembangan
kinerja keuangan PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK Periode 20012005.Tujuan dari penelitiannya adalah mempelajari dan menganalisis laporan
keuangan dengan menggunakan metode analisis Trend, analisis persentase per
komponen, analisis rasio dan analisis Du Pont; mempelajari penilaian kinerja
perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No.Kep-100/M-BUMN/2002; serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja
keuangan perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain
analisis trend, analisis presentase per komponen, analisis rasio, serta analisis Du
Pont. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan kinerja
keuangan PT PUPUK KUJANG berdasarkan SK Menteri BUMN No.Kep-100/MBUMN/2002 menunjukkan kondisi yang sangat baik.

9
Anggari (2011) melakukan penelitian terhadap analisis kinerja keuangan
Pada PT. Musi Hutan Persada Muara Enim (Sum-Sel) Berbasis laporan Keuangan
2007-2010. Tujuan penelitiannya adalah mengidentifikasi kondisi keuangan PT.
Musi Hutan Persada dan meramalkan kondisi keuangan pada tahun 2011;
menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio dan analisis
Du Pont; menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT.
Musi Hutan Persada. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah analisis
rasio dan analisis Du Pont. Hasil dari analisis rasio dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan cenderung menurun, pada
tingkat solvabilitas memperlihatkan bahwa kondisi perusahaan cukup beresiko,
sedangkan dari rasio aktivitas kondisi perusahaan belum bisa dikatakan baik
karena perusahaan belum mampu menginvestasikan aktivanya secara optimal;
kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

METODE
Kerangka Pemikiran
Dengan menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT. Lentera Abadi,
diharapkan peneliti dapat melihat perkembangan usaha perusahaan, tercermin dari
laporan keuangannya yang secara periodik dianalisis dari tahun ke tahun. Pada
akhirnya hasil dari analisis kinerja keuangan PT. Lentera Abadi tersebut akan
berguna sebagai masukan bagi pihak manajemen perusahaan untuk menetapkan
kebijakan yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
Analisis perkembangan kinerja keuangan pada PT. Lentera Abadi dapat
dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode
waktu tertentu melalui analisis laporan keuangan, yang terdiri dari analisis rasio,
analisis Trend, serta analisis Du Pont. Laporan keuangan yang digunakan adalah
laporan neraca, laporan laba rugi, serta laporan perubahan ekuitas dengan sumber
data dari pihak perusahaan. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagaimana disajikan dalam Gambar.

10
PT. Lentera Abadi

Laporan
Keuangan

Neraca

Laba Rugi

Perubahan Ekuitas

Analisis Kinerja Keuangan :
1. Analisis Rasio
2. Analisis Du Pont
3. Analisis Persentase Per
Komponen
4. Analisis Trend

Hasil dan
Rekomendasi

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan yaitu pada bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2013, di PT. Lentera Abadi yang berlokasi di Gd.
Emerald 34 Jl. Arteri Permata Hijau, Jakarta Selatan.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi laporan neraca kurun
waktu lima tahun (2007-2011), laporan laba rugi kurun waktu lima tahun (20072011), dan laporan perubahan ekuitas kurun waktu lima tahun (2007-2011). Data
primer juga meliputi profil perusahaan serta literatur-literatur perusahaan terkait
kebutuhan data penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dan dianalisis.Analisis data
merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan data

11
tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.

Analisis Rasio
Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analsisi rasio dapat memberikan
pandangan yang lebih baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan prestasi
perusahaan dibandingkan degan analisis yang hanya didasarkan pada data
keuangan yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu pos-pos
yang dihitung adalah pos neraca pada bagian aset lancar dan hutang lancar
(Prihadi, 2012). Rasio-rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Perhitungan rasio lancar bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh
sebenarnya jumlah aset lancar perusahaan dapat menjamin utang dari kreditor
jangka pendek. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin terjamin pembayaran
utang jangka pendek perusahaan kepada kreditor (Prihadi, 2012)
Rasio Lancar =

…………….………….…. (1)

Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Persediaaan
merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit
untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini
dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
b.

Rasio Cepat =

…………….……….. (2)

2.

Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas
perusahaan di dalam mengelola dan menggunakan asset untuk memperoleh
keuntungan (profit) dari penjualan.Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan
dengan angka rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat
memanfaatkan aktivanya dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. Analisis
aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut:

Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio)
Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya
piutang yang belum ditagih.Perusahaan yang mempunyai kesulitan dalam
a.

12
penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio
yang rendah.Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan
prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi.
Perputaran Piutang =

…………….………….……. (3)

b. Lama Penagihan Rata-rata (Average Collecting Period)
Rasio ini biasanya dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat
likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka pendek. Dalam
menginterprestasikan rasio lama penagihan rata-rata ini, dasar perbandingan yang
paling tepat dipergunakan ialah jangka waktu kredit penjualan.
Lama Penagihan Rata-rata =

………….…. (4)

Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi
utang lancar.
c.

Rasio Perputaran Modal Kerja =

…. (5)

Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
Rasio ini dihitung dari membagi penjualan dengan persediaan.Perputaran
persediaan menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti
dalam satu tahun.Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang,
dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan
perputaran persediaan (Munawir, 2007).
d.

Rasio Perputaran Persediaan =

……………….…. (6)

3.

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau bisa disebut juga dengan Leverage Ratio, adalah
kemampuan perusahaan menggunakan utang untuk membiayai investasi. Rasio
total utang terhadap harta idealnya sebesar 40% (Darsono, 2007). Rasio
solvabilitas yang digunakan adalah:
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun
jangka panjang dengan jumlah ekuitas perusahaan.Bila nilai rasio lebih besar dari
satu, maka kemampuan ekuitas untuk menjamin hutang semakin rendah, demikian
pula sebaliknya.
a.

Rasio Hutang Terhadap Ekuitas =

………….…. (7)

13
Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt Ratio)
Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai
pembelian atau investasi atau aktiva perusahaan.Semakin besar nilai rasio berarti
semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan.Semakin kecil nilainya berarti
semakin baik, karena jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil.
b.

Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva =

… (8)

Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio).
Besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva.Standar
yang baik untuk rasio ini adalah 50%.
c.

Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva =

.… (9)

Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio)
Rasio antara ekuitas dengan aktiva tetap ini ditentukan dengan cara
membagi total ekuitas pemilik dengan nilai buku dari aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan (Munawir, 2007).
d.

Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap =

... (10)

4.

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh
laba.Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih.Untuk memperoleh
laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan dan
mengurangi semua beban atas pendapatan.Itu berarti manajemen harus
memperluas pangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan
menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai tambah (Darsono, 2007).
Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)
Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba
setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha,beban lain-lain dan pajak
sehubungan dengan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap
hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran.
a.

Marjin Laba Bersih =

……………….…... (11)

Rasio Return on Investment (ROI)
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Rasio
ini juga membandingkan laba operasional dengan total aktiva.Semakin tinggi
rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik.
b.

ROI =

…………….……….…….………. (12)

14
Rasio Return on Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan produktivitas dana-dana pemilik perusahaan.Rasio
ini membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan modal
sendiri.Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin baik karena posisi modal
pemilik semakin kuat.
c.

……………….………….……… (13)

ROE =
.
b.

Analisis Du Pont
Menurut Sawir (2000), analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio
aktivitas dan profit marjin serta menunjukkan bagaimana rasio-rasio aktivitas
tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki
perusahaan. Rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan,
hasilnya adalah tingkat pengembalian investasi (ROI). Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
ROI =

x

…………….…….…. (14)

1.
Tiga kemampuan tersebut dapat disajikan dalam bentuk ukuran kemampuan
memperoleh tingkat pengembalian modal sendiri atau Return on Equity atau ROE
(Darsono, 2007).
ROE =

x

x

….…. (15)

c.

Analisis Persentase Per Komponen
Analisis prosentase per komponen menurut Munawir (2007), dilakukan
untuk memperoleh dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai
pembanding. Pertama-tama total aktiva, pasiva, serta total penjualan netto
dinyatakan dengan 100%, kemudian dilanjutkan dengan menghitung rasio dari
tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah
rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah
masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos laba
rugi dengan total penjualan nettonya, kemudian dikalikan 100%.
Analisis Trend
Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam presentase ini,
diperlukan tahun dasarnya.Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang
paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut dianggap
sebagai tahun dasar.Jadi, trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan
antara masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir, 2007).
d.

R

x 100% …………….….………….……… (16)

15

Keterangan :
R = nilai presentase untuk tahun ke-t
P = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
P = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PT Lentera Abadi merupakan perusahaan yang bergerak di dunia penerbitan.
PT Lentera Abadi didirikan pada tahun 2003 atas gagasan tiga orang, Hendro
Kawi, Hanggoro Santoso, dan Michael Andin, yang sampai saat ini merupakan
pemegang saham utama dalam PT Lentera Abadi. Terhitung sejak tahun 2003, PT
Lentera Abadi telah menggeluti dunia penerbitan selama sepuluh tahun.Hingga
saat ini PT Lentera Abadi memiliki 33 orang karyawan tetap yang menjalankan
aktivitas harian perusahaan. Untuk pemasaran produk, PT Lentera Abadi memiliki
+ 100 orang sales yang merupakan pekerja lepas tanpa gaji tetap yang
mendapatkan komisi apabila berhasil menjual produk.
Struktur Organisasi PT. Lentera Abadi

Director
General Manager

Publishing Director

General Manager

Engslish Editorial Division

Ind Editorial Division

General Affair Manager

Finance Manager

Deputy Finance Manager
Del/Credit

Warehouse

Finance
Secretary
Gambar 2 Struktur organisasi PT Lentera Abadi

16
Hasil Analisis Rasio Keuangan pada PT. Lentera Abadi
Analisis rasio digunakan untuk mengintepretasikan rasio keuangan untuk
menentukan kesehatan atau kinerja suatu perusahaan baik pada saat sekarang
maupun masa mendatang. Rasio yang dihitung pada penelitian ini adalah rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Oleh karena itu pos-pos yang dihitung adalah pos neraca pada bagian aset
lancar dan hutang lancar. Perkembangan rasio likuiditas pada PT. Lentera
Abadi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan rasio likuiditas PT.Lentera Abadi periode 2007-2011
Tahun

Aktiva Lancar
(Rp)

Persediaan
(Rp)

2007
2008
2009
2010
2011

2,236,468,500
2,706,838,500
2,697,943,550
2,882,817,200
2,746,610,150

1,192,709,550
1,496,303,000
1,641,741,500
1,698,249,500
1,497,097,000

Kewajiban
Lancar
(Rp)
1,332,255,820
1,880,348,042
1,686,445,110
1,499,233,160
1,067,095,860

Rasio
Lancar
(%)
168%
144%
160%
192%
257%

Rasio
Cepat
(%)
78%
64%
63%
79%
117%

a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Dari hasil perhitungan melalui laporan keuangan, diperoleh rasio
lancar (current ratio) PT. Lentera Abadi yang menunjukkan bahwa
setiap hutang lancar sebesar Rp 1,- dijamin oleh aktiva lancar sebesar
Rp 1.68,- (2007), Rp 1.44,- (2008), Rp 1.60,- (2009), Rp 1.92,- (2010),
dan Rp 2.57,- (2011). Nilai rasio lancar tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan PT. Lentera Abadi dalam menjamin hutang lancarnya
terlihat baik, dimana rasio lancar mengalami penurunan pada tahun
2008 namun mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009.
Penurunan rasio lancar pada tahun 2008 disebabkan oleh kenaikan
yang tidak seimbang pada komponen aktiva lancar dan kewajiban
lancarnya.
Aktiva lancar mengalami kenaikan sebesar Rp 470.370.000,sedangkan peningkatan kewajiban lancar mencapai Rp 548.092.222,-.
Peningkatan kewajiban lancar di tahun 2008 didominasi oleh
peningkatan hutang kepada percetakan yang mencapai Rp
552.425.300,- karena peningkatan penjualan di tahun 2008 mengalami
peningkatan sehingga hutang kepada percetakan juga meningkat.
Namun pada tahun 2009 rasio lancar mengalami kenaikan sebesar
16%. Hal ini disebabkan penurunan kewajiban lancar yang mencapai
Rp 193.902.932,- karena di tahun 2009 perusahaan mulai mebayar
hutang-hutangnya kepada percetakan. Pada tahun 2010, rasio lancar
mengalami kenaikan sebesar 32% begitu juga pada tahun 2011 rasio
lancar kembali mengalami peningkatan sebesar 65%. Kenaikan nilai
rasio tersebut tidak lepas dari usaha perusahaan untuk terus

17
mengurangi nilai hutang-hutangnya setiap tahunnya. Baik itu hutang
kepada percetakan, hutang kepada ekspedisi, maupun kewajiban lainlain perusahaan, terus turun hingga tahun 2011.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Hasil perhitungan pada rasio cepat (quick ratio) pada PT. Lentera
Abadi menunjukkan setiap hutang lancar sebesar Rp 1,- dijamin oleh
kas sebesar Rp 0.78,- (2007), Rp 0.64,- (2008), Rp 0.63,- (2009), Rp
0.79,- (2010), dan Rp 1.17,- (2011). Rasio cepat cenderung mengalami
penurunan sampai tahun 2009, hal ini dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah persediaan barang jadi setiap tahunnya. Jumlah persediaan
barang jadi pada PT. Lentera Abadi pada tahun 2007 sebesar Rp
646.852.800,- kemudian meningkat hingga mencapai Rp 840.952.000,di tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah persediaan barang jadi
meningkat, namun nilai rasio cepat tetap meningkat, hal tersebut
terjadi karena perusahaan memperkecil nilai kewajiban lancarnya
dengan mengurangi hutang kepada percetakan sebesar Rp
141.277.168,-. Apabila dibandingkan dengan rasio lancar, nilai rasio
cepat terlihat lebih rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang
besar dalam persediaan.
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan
efektivitas perusahaan di dalam mengelola dan menggunakan asset untuk
memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan. Semakin cepat
perputarannya yang ditunjukkan dengan angka rasio yang lebih besar
adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan aktivanya
dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. Perkembangan rasio
aktivitas pada PT. Lentera Abadi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perkembangan rasio aktivitas PT. Lentera Abadi periode 2007-2011
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Rasio
Perputaran
Piutang
(kali)
1.41
1.09
1.56
1.96
1.61

Lama
Penagihan
Rata-rata
(hari)
259
336
234
187
226

Rasio
Perputaran
Modal Kerja
(kali)
0.87
1.09
1.13
0.99
0.82

Rasio
Perputaran
Persediaan
(kali)
0.66
0.60
0.70
0.80
0.92

a. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio)
Berdasarkan hasil perhitungan rasio aktivitas, didapatkan nilai
rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio) yang menunjukkan
bahwa penagihan piutang kira-kira 1.41 kali (2007), 1.09 kali (2008),
1.56 kali (2009), 1.96 kali (2010), dan 1.61 kali (2011). Penurunan
nilai rasio perputaran piutang pada tahun 2008 dikarenakan terjadinya
peningkatan pada pos piutang, hal tersebut terjadi karena pada tahun

18
2007 terdapat beberapa piutang yang mengalami keterlambatan dalam
pelunasan sehingga menimbulkan akumulasi di tahun 2008.
Keadaan tersebut kemudian diperbaiki oleh perusahaan dengan
melakukan penagihan kepada pihak-pihak terkait (konsumen) sehingga
nilai rasio ini kembali meningkat dua tahun berturut-turut sampai
tahun 2010 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2011.
Penurunan tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata pengumpulan
piutang menjadi lebih lama. Penurunan perputaran piutang disebabkan
karena adanya peningkatan penjualan yang diiringi peningkatan
piutang. Apabila dibandingkan dengan tahun 2007, nilai rasio
perputaran piutang mengalami peningkatan, hal ini menandakan bahwa
perputaran piutang semakin tinggi atau semakin cepat dan hal tersebut
baik bagi perusahaan karena itu berarti piutang yang terjadi cepat
dilunasi.

b. Lama Penagihan Rata-rata (Average Collecting Period)
Berdasarkan hasil perhitungan lama penagihan rata-rata dapat
dilihat bahwa average collecting period mengalami perubahan yang
berfluktuatif dari tahun ke tahunnya. Average collecting period
mengukur kemampuan perusahaan dalam menagih piutangnya, 259
hari (2007), 336 hari (2008), 234 hari (2009), 287 hari (2010) dan 226
hari (2011), dengan rata-rata penagihan 248 hari. Jangka waktu kredit
penjualan yang digunakan PT Lentera Abadi adalah enam bulan (180
hari), sehingga rata-rata penagihan 248 hari menunjukkan piutang
mengalami keterlambatan pembayaran rata-rata 68 hari.
c. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio)
Pada rasio perputaran modal kerja, menunjukkan banyaknya
penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal
kerja. Nilai rasio perputaran modal kerja PT. Lentera Abadi
menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi yang menunjukkan
setiap Rp 1,- modal kerja akan menghasilkan penjualan sebesar Rp
0.87,- (2007), Rp 1.09,- (2008), Rp 1.13,- (2009), Rp 0.99,- (2010),
dan Rp 0.82,- pada tahun 2011. Penurunan nilai rasio di tahun 2011
diakibatkan oleh penurunan nilai aktiva lancar yang tidak sebanding
dengan penurunan utang lancar perusahaan. Meskipun utang
perusahaan turun, namun nilai piutang perusahaan tetap tinggi, bahkan
mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2010.
d. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rasio, menunjukkan jumlah
persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun, 0.66 kali (2007),
0.60 (2008), 0.70 (2009), 0.80 (2010), dan 0.92 (2011). Penurunan
rasio persediaan yang terjadi pada tahun 2008 disebabkan oleh
peningkatan nilai penjualan yang tidak seimbang dengan peningkatan
persediaan. Namun secara keseluruhan rasio perputaran persediaan
pada PT. Lentera Abadi semakin baik setiap tahunnya karena

19
perputaran persediaan terus meningkat setiap tahun semakin cepat,
sehingga penumpukan persediaan tidak berlebihan.
3. Analisis Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau bisa disebut juga dengan Leverage Ratio,
digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan menggunakan utang
untuk membiayai investasi. Perkembangan nilai rasio solvabilitas dapat
dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perkembangan rasio solvabilitas PT. Lentera Abadi periode 2007-2011
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Rasio Hutang
Terhadap
Ekuitas
(%)
86
127
89
61
42

Rasio Hutang
Terhadap
Total Aktiva
(%)
38
49
40
33
28

Rasio Ekuitas
Terhadap
Total Aktiva
(%)
45
38
45
54
66

Rasio Ekuitas
Terhadap
Aktiva Tetap
(%)
650
340
371
489
564

a. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Berdasarkan laporan keuangan periode 2007-2011, nilai rasio
hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) pada PT. Lentera Abadi
cenderung mengalami penurunan, meskipun sempat mengalami
kenaikan pada tahun 2008 sebesar 41%. Di tahun 2009, nilai rasio
hutang terhadap ekuitas pada PT. Lentera Abadi mengalami penurunan
sebesar 38%, menjadi 89%. Begitu pula tahun 2010 dan 2011, terus
menurun menjadi 61% dan 42%. Nilai tersebut menunjukkan
kemampuan ekuitas perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya.
Pada tahun 2007, nilai rasio hutang terhadap ekuitas menunjukkan
angka 86%, hal itu berarti setiap Rp1,- ekuitas, menjamin Rp 0.86,hutang perusahaan.
Kondisi rasio hutang terhadap ekuitas pada PT. Lentera Abadi
cenderung baik meskipun sempat mengalami kenaikan pada tahun
2008 hingga mencapai 127%. Hal tersebut terjadi disebabkan adanya
kenaikan tingat hutang yang mencapai Rp 573,125,350,- karena
peningkatan penjualan di tahun 2008 memicu peningkatan hutang
kepada percetakan. Setelah itu PT. Lentera Abadi terus melakukan
peningkatan laba dan memperkecil hutang-hutangnya sehingga nilai
rasio hutang terhadap ekuitas terus menurun hingga tahun 2011.
b. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt Ratio)
Rasio hutang terhadap total aktiva menghitung sejauh mana hutang
perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian, investasi, atau
aktiva perusahaan. Kondisi rasio hutang terhadap total aktiva pada PT.
Lentera Abadi periode 2007-2011 cenderung mengalami penurunan,
38% (2007), 49% (2008), 40% (2009), 33% (2010), dan 28% (2011).
Pada tahun 2008 nilai rasio hutang terhadap total aktiva mengalami
peningkatan, hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan hutang

20
perusahaan akibat peningkatan penjualan sehingga terjadi peningkatan
penggunaan hutang dalam mendanai aktiva perusahaan. Namun setelah
itu perusahaan terus mengurangi hutangnya dengan pelunasan piutang
dagang, sehingga nilai rasiopun semakin baik terhitung 2009-2011
yaitu 40% pada tahun 2009, 33% pada 2010, dan semakin rendah pada
2011 sebesar 28%.
c. Rasio Ekuitas Terhadap Total aktiva (Equity to Total Assets Ratio)
Nilai rasio ini melihat sejauh mana total aktiva didanai oleh modal
sendiri, sehingga semakin tinggi nilai rasio ini, semakin baik kondisi
perusahaan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan nilai rasio menjadi
38%, penurunan nilai rasio sebesar 7% tersebut terjadi akibat adanya
lonjakan nilai total aktiva, peningkatan nilai total aktiva di tahun 2008
karena peningkatan penjualan di tahun 2008 memicu peningkatan
piutang. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya 38% aktiva
perusahaan yang didanai oleh ekuitas, sisanya yaitu sebesar 62%
didanai oleh hutang.