Jenis Badan Usaha Pengaturan Badan Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1

2. Firma Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah nama bersama, para anggota memiliki tanggung jawab bersama terhadap Firma. 3. Persekutuan Komanditer CV Terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasifkomanditer, pesero Aktif bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi, sedangkan pesero pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan ke dalam CV. 2.2.4 Pengertian dan Kreteria Usaha Mikro kecil dan menengah Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM Pengertian UMKM,yaitu; 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Adapun Kriteria UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah dapat dilihat pada table dibawah ini: 33 NO URAIAN KRITERIA ASET OMSET 1 Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta 2 Usaha Kecil Maksimal 50-500 juta 300juta- 2,5 M 3 Usaha Menengah Maksimal 500juta- 10M 2,5M-50M 33 http:www.depkop.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=129 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 dua cara, yaitu: a Pendekatan yuridis normatif atau pendekatan kepustakaan adalah metode atau cara yang digunakan dalam penelitian hukum dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis bentukan lembaga peraturan Perundang- Undangan, kondifikasi, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan seterusnya dan norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang berkepentingan. b Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata, sebagai gejala social yang sifatnya tidak tertulis yang dialami oleh setiap orang dalam hidup bermasyarakat.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Teknik penelitian untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara penelitian, wawancara, dan diskusi terfokus. Pihak yang akan diwawancarai merupakan narasumber, meliputi: 1. Pihak Perpajakan cabang teluk betung kota Bandar Lampung yaitu: 1 Bpk.Siswadi,S.Mn., pangkatgol.penata Muda TK.IIIIB, sebagai account representative . 2. Para Wajib pajak orang atau badan hukum yang memiliki Usaha: 1 Bpk.Budi selaku pelaku Usaha menengah 2 Bpk. M.Brianto Langke selaku pelaku Usaha kecil 3 Bpk.Imam Selaku pelaku Usaha mikro 3. Pihak Akademisi 1 Bpk.Prof.Dr.Yuswanto, S.H.,M.HUM. b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku yang ada kaitanya dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, tersier. a. Badan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya yang berupa Undang-Undang yang memilki otoritas tinggi yang bersifat mengikat untuk penyelengaraan kehidupan masyarakat. Bahan hukum primer antara lain meliputi: 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan 4. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tengtang prubahan ketiga atas Undang-Undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang diterima atau di peroleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. b. Bahan Hukum sekunder yaitu merupakan bahan hukum yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum yang memberikan keterangan terhadap

Dokumen yang terkait

DETERMINAN KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN Determinan ketidakpatuhan wajib pajak Pajak penghasilan studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha atau Yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di kpp pratama Surakarta).

0 2 19

DETERMINAN KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN Determinan ketidakpatuhan wajib pajak Pajak penghasilan studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha atau Yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di kpp pratama Surakarta).

0 3 19

BAB 1 PENDAHULUAN Determinan ketidakpatuhan wajib pajak Pajak penghasilan studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha atau Yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di kpp pratama Surakarta).

0 3 10

INTERPRETASI PAJAK DAN IMPLIKASINYA MENURUT PERSPEKTIF WAJIB PAJAK USAHA MIKRO, KECIL, DAN Interpretasi Pajak Dan Implikasinya Menurut Perspektif Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.

0 7 11

PENDAHULUAN Interpretasi Pajak Dan Implikasinya Menurut Perspektif Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.

0 6 5

INTERPRETASI PAJAK DAN IMPLIKASINYA MENURUT PERSPEKTIF WAJIB PAJAK USAHA MIKRO, KECIL, DAN Interpretasi Pajak Dan Implikasinya Menurut Perspektif Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.

0 5 14

Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM), Haruskah Itu?

0 0 3

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK BADAN USAHA KECIL- MENENGAH DI INDONESIA

0 0 10

Tax Planning Pada Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Suami Istri yang Memiliki Penghasilan Masing-Masing.

0 0 7

PENERAPAN TAX AMNESTY PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MEMILIKI USAHA

0 0 13