HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN DERMATITIS KONTAK PADA PEMULUNG DI TPA SUPIT URANG MALANG

(1)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

DENGAN KELUHAN DERMATITIS KONTAK PADA

PEMULUNG DI TPA SUPIT URANG MALANG

Oleh:

MUHAMMAD ADITYA UTOMO

201210330311074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN


(2)

i

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

DENGAN KELUHAN DERMATITIS KONTAK PADA

PEMULUNG DI TPA SUPIT URANG MALANG

Oleh:

MUHAMMAD ADITYA UTOMO

201210330311074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN


(3)

ii

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KELUHAN DERMATITIS KONTAK PADA PEMULUNNG DI TPA

SUPIT URANG MALANG

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh:

Muhammad Aditya Utomo 201210330311074

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah disetujui sebagai hasil penelitian untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang November 2015

Pembimbing I

Dr. Rubayat Indradi, MOH

Pembimbng II

Dr. Djaka Handaja, MPH

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

iv

LEMBAR PENGUJIAN

Karya tulis akhir oleh Muhammad Aditya Utomo ini telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji pada November 2015

Tim Penguji

dr. Rubayat Indradi, MOH ,Ketua

dr. Djaka Handaja, MPH ,Anggota


(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kapada Allah

SWT, berkat rahmat dah hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

yang berjudul “Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Keluhan

Dermatitis Kontak Pada Pemulung Di TPA Supit Urang Malang”. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasullulah SAW, keluarga dan sahabatnya. Ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran tugas akhir ini karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini

Perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Irma Suswati selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan penulis kesempatan untuk menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Rubayat Indradi, MOH, selaku pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing dan banyak memberi masukan serta dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dr. Djaka Handaja, MPH, selaku pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing, serta mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.


(7)

vi

4. Dr. Thontowi Jauhari, M.Kes, selaku penguji yang telah banyak membimbing dengan sabar dan meberi saran kepada kami dalam mengevaluasi demi terselesaikannya tugas akhir ini.

5. Orang tuaku tercinta Drs. Sujodo dan Dra. Rohidah yang dengan sabar banyak memberikan dukungan, saran, dan doa.

6. Adikku Adinda yang telah memberikan support dan hiburan kepada kami. 7. Bude Mur, Pakde Suratman, bi rokayah, bi ronifah, bi risnawati dan mbak

ajeng yang telah memberikan support dan doa kepada kami.

8. Bapak kepala UPT Supit Urang serta para pemulung di TPA Supit Urang yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Segenap tim di Laboratorium Biomedik dan Farmakologi (Mbak Fat, Pak Joko, Mas Miftah, Mas Nyono), serta tim di Laboratorium Skill (Mbak Emi, Mbak Dila, dll) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 10.Segenap Dosen dan Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu dan

memberi banyak kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

11.Keluarga besar Asisten Dosen Patologi Klinik (Hesti, Uli, Sidika, Aulia noor, Merza, Fadhil, Mita, wisnu) yang telah membantu, memberikan dukungan, serta menghibur selama menyelesaikan tugas akhir ini.

12.Sahabat-sahabatku Jauhansyah, Dea, Adit, Suci, Akbar, Lukman, Khansa, Odi, Reni, Chandra, Asri, Fatin, Destra, Hilda, Astrie, Ratna, Andra, Silfi, Debby yang telah memberikan hiburan, inspirasi, semangat, dan dukungan tiada henti kepada kami.


(8)

vii

13.Teman-teman seperjuangan di FK’12 ABDOMEN, semoga kedepannya kita tetap kompak.

14.Semua pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah membantu kami mulai dari awal hingga akhir sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, penulis terbukan terhadap segala saran, kritik membangun dari segala pihak. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Malang, Desember 2015


(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...iii

LEMBAR PENGUJIAN...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK......viii

ABSTRACT......ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR GRAFIK...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang...1

1.2Rumusan Masalah...4

1.3Tujuan Penelitian...4

1.3.1 Tujuan Umum...4

1.3.2 Tujuan Khusus...4

1.4 Manfaat Penelitian...5

1.4.1 Manfaat Akademik...5

1.4.2 Manfaat Masyarakat...5

1.4.3 Manfaat Institusi...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Pelindung Diri...6

2.2 Anatomi Kulit...8

2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja Atau Occupational Dermatosis..14

2.4 Dermatitis Kontak Iritan...21

2.4.1 Definisi...21

2.4.2 Epidemiologi...22

2.4.3 Etiologi...23

2.4.4 Patogenesis...24

2.4.5 Gejala Klinis...26

2.4.6 Histopatologis...27


(10)

ix

2.4.8 Pengobatan...28

2.4.9 Prognosis...29

2.5 Dermatitis Kontak Alergi...29

2.5.1 Definisi...29

2.5.2 Epidemiologi...29

2.5.3 Etiologi...30

2.5.4 Patogenesis...30

2.5.5 Gejala Klinis...33

2.5.6 Diagnosis...33

2.5.7 Diagnosa Banding...35

2.5.8 Pengobatan...35

2.5.9 Prognosis...36

2.6 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Keluhan Dermatitis Kontak... 36

2.7 Pemulung...37

2.8 Sampah...38

2.8.1 Pengertian Sampah...38

2.8.2 Klasifikasi Sampah...38

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep...43

3.2 Hipotesis...44

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian...45

4.2 Waktu Dan Tempat Penelitian...45

4.3 Populasi Dan Sampel...45

4.3.1 Populasi...45

4.3.2 Sampel...45


(11)

x

4.3.4 Teknik Pengambilan sampel...46

4.3.5 Karakteristik Sampel...46

4.3.6 Variabel Peneltian...46

4.4 Definisi Operasional...46

4.5 Alat Dan Bahan Penelitian...47

4.6 Alur Penelitian...48

4.7 Analisa Data...48

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Data Umum Dan Demografi Responden...50

5.2 Data Khusus...56

5.2.1 Pemakaian Alat Pelindung Diri...57

5.2.2 Keluhan Dermatitis Kontak...58

5.2.3 Keterkaitan Antara Keluhan Dermatitis Kontak Dengan Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja, Riwayat Atopi Dan Personal Hygiene Pada Pemulung Di TPA Supit Urang Malang... 60

5.2.4 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Terhadap Keluhan Dermatitis Kontak Pada Pemulung Di TPA Supit Urang Malang ... 64

5.2.5 Pengujian Hipotesis...66

BAB 6 PEMBAHASAN Pembahasan...70

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan...76

7.2 Saran...76


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 50 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pemulung di TPA Supit Urang

Malang ... 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama kerja pemulung di TPA Supit Urang

Malang ... 53 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Adanya Riwayat atopi pada pemulung di TPA

Supit Urang Malang ... 54 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Personal hygiene pada pemulung di TPA Supit

Urang Malang ... 55 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi pemakaian alat pelindung diri (APD) pada

pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 57 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Keluhan Dermatitis Kontak pada pemulung

di TPA Supit Urang Malang ... 58 Tabel 5.8 Keterkaitan Antara usia Dengan keluhan dermatitis kontak pada

pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 60 Tabel 5.9 Keterkaitan Antara Jenis Kelamin Dengan keluhan dermatitis kontak

pada pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 61 Tabel 5.10 Keterkaitan Antara Lama kerja Dengan keluhan dermatitis kontak

pada pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 62 Tabel 5.11 Keterkaitan Antara Adanya Riwayat atopi Dengan keluhan

dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 63 Tabel 5.12 Keterkaitan Antara Personal hygiene Dengan keluhan dermatitis

kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang ... 63 Tabel 5.13 Tabulasi Silang Hubungan pemakaian alat pelindung diri terhadap

keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang

Malang.. ... 65 Tabel 5.14 Chi-Square Test...65


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Pelindung Pernapasan... 7 Gambar 2.2 Struktur Kulit Dan Jaringan subkutan... 11 Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Usia pemulung di TPA Supit Urang Malang

... 51 Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pemulung di TPA Supit Urang

Malang... 52 Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Lama kerja pemulung di TPA Supit Urang

Malang... 53 Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Adanya Riwayat atopi pada pemulung di TPA

Supit Urang Malang ... 55 Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Personal hygiene pada pemulung di TPA Supit

Urang Malang... 56 Gambar 5.6 Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada

pemulung di TPA Supit Urang Malang... 57 Gambar 5.7 Distribusi Frekuensi Keluhan Dermatitis Kontak pada pemulung di


(14)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Hubungan antara pemakaian alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Penelitian... 82

Lampiran 2 Hasil Uji Statistik... 86

Lampiran 3 Kusioner... 107

Lampiran 4 Hasil Kuisioner... 111

Lampiran 5 Time Schedule... 114


(16)

(17)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Nuha Medika

Alice O, Mauricio M, Marzia M, et al. 2010. Occupational Dermatosis. An Bras Dermatol;85(2):137-147

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Maha Satya

Beltrani Sv, Bernstein LI,Cohen ED, et al.2006. Contact Dermatitis; a practice parameter. Annals of allergy, asthma and immunology;97:s1-s38

Bourke j,Coulsion I,English J. 2001.Guidelines for care of contact dermatitis. British Association of Dermatologist;145:877-885

Budiarto E dan anggraeni D. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta:EGC

Budiono dan Cahyawati. 2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada Nelayan. (Jurnal). Kesmas vol 6 hal 134-141

De jong. W, Sjamsuhidajat. R, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi, ECG, Jakarta

Djuanda, Suria et sularsito. 2008. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penervit FK UI

Djunaedi H, Lokananta MD. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Nomor 3 volume 31


(18)

17

Nurtrika, Desi. 2013. Identifikasi Bahaya Dan Gambar Prilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Laundry Di Rumah Sakit Anak Dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Eko Budiarto dan Anggraeni Dewi (2001) Pengantar Epidemiologi, ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

English JSC. 2004. Current Concepts of Irritant Contact Dermatitis. Occup Environ Med;61:722-726

Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu Dan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekrja Paving Block CV.F.Lhoksumawe tahun 2008. Univesitas Sumatra Utara, Medan

Faridawati, Yeni. 2013. Hubungan Antara Personal Higiene dan Karakteristik Individu Dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ginting K. Prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif tangan pada pekerja kebersihan lantai di Rumah Sakit X Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2004

Harrington,2005, J.M. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC

Herlinda, 2010. Persepsi Pemulung Terhadap Resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dikaitkan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Di Tempat


(19)

18

Penampungan Sampah Sementara (TPS) Tegallega, Bandung, 2010. Universitas Indonesia

Hastono, Sutanto Priyo, 2001. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Hogan, D.J. 2009. Impact of Regulation on Contact Dermatitis. Dermatologic Clinics;27(3):385-394

Hudyono J. 20028. Dermatosis Akibat Kerja. Majalah Kedokteran Indonesi, November 2008. 49(9): 16-23

Kampf, G., dan Harald L., 2007. Prevention of irritantContact Dermatitis Among Health Care Workers by Using Evidence-Based Hand Higine Practice: A Revew. Industrial Health 45 (1) : 645-652

Kurniawati, Ratna Dian. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan Denga Kejadian Tinea Pedis pada Pemulung di TPA Jatibarang (Tesis). Universitas Dipenogoro Semarang

Lind M. Dermatitis in hairdressers as a problem in chemical control. Ann. Occup Hyg. 2005;49(6): 457-9

Listautin, 2012. Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Hygien, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Keluhan Kesehatan Pada Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012. (Tesis) FKM USU


(20)

19

Livesley EJ, Ruston L, English JS. 2002. The Prevalence of Occupational Dermatitis in The UK Printing Industry. Occup Environ Med;59:487-492

Mausulli Annisa. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Iritan Pada Pemulung Pengolahan Sampah di TPA Cipayung Kota Depok. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta

Moore.K.L., Anne.M.R. 2002. Abdomen. Dalam: Vivi Sadikin, Virgi Saputra, editor: Anatomi Klinik Dasar. Jakarta: Hipokrates.

National Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH), 2006. Occupational and Enviromental Exposure of Skin to Chemic. Diperoleh dari : http://www.mines.edu/outreach/oeesc tanggal 15 Desember 2014

Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic Allergy : Incidence, Diagnosis and management. Am J Clin Dermatol.5(5): 327-337

Pearce, Evelyn C, 2006, Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Potter., 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi Keempat. Jakarta: EGC

Rianti, E.D.D., Palgunandi, B.U., dan Mansyur. 2010. Analisis tentang Higiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit di Kecamatan Asemrowo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan. 1(1):1-10

Rosemary N, Frowen K, Moyle M, 2005. Occupational Dermatoses. Occupational Dermatology and Venerology. Journal of IMAB;3:14-17


(21)

20

Sajida, Agsa. 2012. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, Medan

Saryono & Widianti, A.T., 2011. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika

Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Streit, M., dan Lasse R. B.,2001. Contact Dermatitis: Clinics and Pathology.

ACTA Odontol Scand 59:309-314

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan ke-5. Bandung: CV Alfabeta

Sularsito, SA. 2007. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta:Balai Penerbit FKUI

Suma’mur. 2010. Diagnosa dan Penilaian Cacat Penyakit Akibat Kerja. PT.

Gunung Agung, Jakarta.

Sumantri, Arif, 2010. Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam. Cetakan Pertama. Kharisma Putra Utama, Jakarta

Taylor S, Sood A. 2003. Occupational Skin Disease. In : Fritzpatricks editors Dermatology in General Medicine 6 th ed. New York: Mc Graw Hill Book co.


(22)

21

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Phsiology. Twelfth Edition. Asia: Wiley

Trihapsoro, I., 2003. Dermatitis Kontak Alergi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP H Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

Utomo Hari Suryo et Lestari Fatma, 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja di PT. Inti Pantja Pers Industri. Departemen Keselamatan dan Kesehatan kerja. Universitas Indonesia, Jakarta


(23)

(24)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis Kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus di tempat kerja (Lind M., 2005). Penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengn 14%-20% (Taylor dkk, 2008). Data di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95 % merupakan dermatitis kontak (Djunaedi, 2003).

Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi (Hudyono, 2002).

Pada sub bagian alergi imunologi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta, insiden dermatitis kontak akibat kerja sebesar 50 kasus per tahun atau 11,9% dari seluruh dermatitis kontak. Di Jawa


(25)

2

Tengah, Prevalensi dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada pekerja mebel sebesar 4,62% dengan proporsi DKI akibat kerja sebesar 23,53% (Perdoski, 2009). Diagnosis dermatitis kontak ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinis, dan tes kulit berupa patch test (Orton dan Wilkinson, 2004).

Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agent penyakit namun apabila manusia tidak bisa mengendalikan agent penyakit maka terjadi ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit, hal ini sesuai dengan teori yag dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa hubungan antara manusia (host), penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan (Budiarto & Anggraeni, 2002).

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah (Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin. 2012).

Menurut Adnani (2011) sampah apabila tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak dalam sampah dan menularkannya kepada manusia.


(26)

3

Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah (Soemirat, 2009). Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebrsihan dan lain-lain (Budiono, 2011 dalam Listautin 2012).

Kondisi lingkungan kerja pemulung yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Kurniawati, 2006). Keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebrsihan kulit, kebersihan tangan, kebersihan kuku dan kaki, dan alat pelindung diri (Rianti et al.,2010).

Kebiasaan memakai alat pelindung diri (APD) diperlukan untuk melindungi pemulung dari kontak dengan bahan iritan, dimana pekerja yang selalu menggunakan alat pelindung diri dengan baik akan menurunkan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) baik jumlah maupun lama perjalanan dermatitis kontak (Bourke, 2001). Berdasarkan penelitian dari Lestari dan Utomo (2007) melaporkan bahwa pekerja dengan penggunaa APD yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 pekerja terkena dermatitis kontak, Sedangkan dengan penggunaan APD yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 pekerja.


(27)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan penggunaan alat pelindung diri

terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang”. 1.2 Rumusan Masalah

Adakah Hubungan penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemakaian alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung di TPA Supit Turang Malang.

2. Mengetahui profil karyawan (alat pelindung diri, lama kerja, usia, riwayat atopi, personal hygiene dan jumlah pemulung yang menderita dermatitis kontak) TPA Supit Turang Malang.

3. Mengetahui pengaruh faktor resiko (alat pelindung diri, lama kerja, usia, riwayat atopi, personal hygiene) terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Turang Malang.


(28)

5

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak.

1.4.2 Manfaat Masyarakat

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis pada pemulung di TPA Supit Urang Malang.

2. Sebagai masukan terhadap pemulung di TPA Supit Urang untuk dapat melakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya keluhan dermatitis kontak

1.4.3 Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait memberikan penyuluhan dan pengetahuan tentang pentingnnya menjaga kesehatan kulit. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan masukan bagi Puskesmas setempat mengenai keluhan dermatitis kontak yang dialami pemulung sehingga bisa diciptakan suatu program kesehatan yang dapat dijangkau pemulung.


(1)

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis Kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

di tempat kerja (Lind M., 2005). Penelitian survailance di Amerika menyebutkan

bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengn 14%-20% (Taylor dkk, 2008). Data di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95 % merupakan dermatitis kontak (Djunaedi, 2003).

Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi (Hudyono, 2002).

Pada sub bagian alergi imunologi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta, insiden dermatitis kontak akibat kerja


(3)

2

Tengah, Prevalensi dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada pekerja mebel sebesar 4,62% dengan proporsi DKI akibat kerja sebesar 23,53% (Perdoski, 2009). Diagnosis dermatitis kontak ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinis, dan tes kulit berupa patch test (Orton dan Wilkinson, 2004).

Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agent penyakit namun

apabila manusia tidak bisa mengendalikan agent penyakit maka terjadi

ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit, hal ini sesuai dengan teori yag

dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa hubungan antara manusia (host),

penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi interaksi

tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan (Budiarto & Anggraeni, 2002).

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah (Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin. 2012).

Menurut Adnani (2011) sampah apabila tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak dalam sampah dan menularkannya kepada manusia.


(4)

Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah (Soemirat, 2009). Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebrsihan dan lain-lain (Budiono, 2011 dalam Listautin 2012).

Kondisi lingkungan kerja pemulung yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Kurniawati, 2006). Keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebrsihan kulit, kebersihan tangan, kebersihan kuku dan kaki,

dan alat pelindung diri (Rianti et al.,2010).

Kebiasaan memakai alat pelindung diri (APD) diperlukan untuk melindungi pemulung dari kontak dengan bahan iritan, dimana pekerja yang selalu menggunakan alat pelindung diri dengan baik akan menurunkan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) baik jumlah maupun lama perjalanan dermatitis kontak (Bourke, 2001). Berdasarkan penelitian dari Lestari dan Utomo (2007) melaporkan bahwa pekerja dengan penggunaa APD yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 pekerja terkena dermatitis kontak, Sedangkan dengan penggunaan APD yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 pekerja.


(5)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan penggunaan alat pelindung diri

terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang”. 1.2 Rumusan Masalah

Adakah Hubungan penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemakaian alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Urang Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung di TPA Supit Turang Malang.

2. Mengetahui profil karyawan (alat pelindung diri, lama kerja, usia, riwayat atopi, personal hygiene dan jumlah pemulung yang menderita dermatitis kontak) TPA Supit Turang Malang.

3. Mengetahui pengaruh faktor resiko (alat pelindung diri, lama kerja, usia, riwayat atopi, personal hygiene) terhadap keluhan dermatitis kontak pada pemulung di TPA Supit Turang Malang.


(6)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis kontak.

1.4.2 Manfaat Masyarakat

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan dermatitis pada pemulung di TPA Supit Urang Malang.

2. Sebagai masukan terhadap pemulung di TPA Supit Urang untuk dapat melakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya keluhan dermatitis kontak

1.4.3 Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait memberikan penyuluhan dan pengetahuan tentang pentingnnya menjaga kesehatan kulit. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan masukan bagi Puskesmas setempat mengenai keluhan dermatitis kontak yang dialami pemulung sehingga bisa diciptakan suatu program kesehatan yang dapat dijangkau pemulung.


Dokumen yang terkait

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

3 53 108

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

11 92 95

Hubungan Karakteristik Individu Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block Cv. F. Lhoksumawe Tahun 2008

3 43 61

INSTALASI PENANGKAP GAS METHANA PADA SAMPAHORGANIK DI TPA SUPIT URANG MALANG

0 4 1

PREDIKSI KEBUTUHAN LAHAN TPA DAN BIAYA PENGOPERASIAN ALAT BERAT DI TPA SUPIT URANG KOTA MALANG PADA TAHUN 2026

6 23 13

Hubungan Tingkat Paparan Bau sampah Dengan Tingkat Keluhan Pernafasan Pada Petugas Sampah di TPA Supit Urang Kota malang

0 10 27

HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG SEMARANG TAHUN 2015

3 11 69

Partisipasi Pemulung dalam Pengelolaan Sampah di TPA Supit Urang, Mulyorejo, Sukun, Kota Malang Scavengers Participation on Waste Management In The Supit Urang Landfill, Mulyorejo, Sukun, Malang

0 3 7

Kajian Fenomenologi Komunitas Pemulung di TPA Supit Urang Kota Malang)

1 1 12

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING PADA PEMULUNG SAMPAH DI TPA PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA

0 0 16