Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN HYGIENE PERORANGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT

PADA PEKERJA PENGUPAS UDANG DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN

TAHUN 2012

OLEH:

081000026

FADDILATUL AISYAH

`

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HUBUNGAN HYGIENE PERORANGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT

PADA PEKERJA PENGUPAS UDANG DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Ditujukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

081000026

FADDILATUL AISYAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

Nama Mahasiswa : Faddilatul Aisyah Nomor Induk Mahasiswa : 081000026

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Lingkungan Tanggal Lulus :

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

dr. Devi Nuraini Santi, MKes Ir. Indra Chahaya, Msi NIP. 1970219 19982 2 001 NIP. 19681101 199303 2 005

Medan, 24 Januari 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara D e k a n,

NIP. 196108311989031001 Dr.Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Penyakit kulit merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar 122.076 kasus. Menurut data RISKESDAS (2007), prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%. Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan kasus gangguan kulit tahun 2011 di Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 89 kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

Jenis penelitiaan ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional, untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012 dengan populasi yang diteliti sebanyak 75 orang yang diambil dengan menggunakan metode total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square pada α = 5%.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar karakteristik responden meliputi : umur > 28 tahun 57 orang (76%), lama bekerja > 8 jam 52 orang dan pendidikan rendah 67 orang (89,3%). Sebagian besar responden kebersihan kulit sehari-hari 62 orang (82,7%) baik, kebersihan kulit saat bekerja 55 orang (73,3%) baik, kebersihan kuku 46 orang (61,3%) baik. Umumnya responden tidak memakai pakaian kerja (74,7%), tidak memakai sarung tangan (85,3%) dan tidak memakai sepatu kerja (80%). Sebagian besar responden 52 orang (69,3%) ada keluhan gangguan kulit .

Hasil uji chi-square variabel umur (p=0,000), variabel lama bekerja (p=0,000), variabel pendidikan (p=0,001), variabel kebersihan kulit saat bekerja (p=0,040), variabel penggunaan pakaian kerja (p=0,000), variabel penggunaan sarung tangan kerja (p=0,000) dan variabel penggunaan sepatu kerja (p=0,000) terdapat hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit. Variabel yang tidak berhubungan dengan keluhan gangguan kulit adalah variabel kebersihan kulit sehari-hari dan kebersihan kuku. Berdasarkan hasil penelitian, Bagi pekerja lebih memperhatikan kebersihan diri dan pemakaian alat pelindung diri agar terhindar dari penyakit akibat kerja.


(5)

ABSTRACT

Skin disease is a health problem in Indonesia. Based on the health profile of Indonesia (2010), acquired skin disorder cases in Indonesia amounted to 122,076 cases. According to data RISKESDAS (2007), the prevalence of dermatitis in Indonesia amounted to 6.78%, while the prevalence of dermatitis in North Sumatra at 2.63%. Based on data from Pekan Labuhan Community Health Center skin disorder cases in 2011 in the district of Medan Labuhan many as 89 cases.

The purpose of this study was to determine the relationship of personal hygiene and use of safety equipment to workers complaints of skin disorders in workers at the Pekan Labuhan Subdistrict Medan Labuhan District.

This research is an analytic survey with a cross-sectional design, in order to know the relationship between personal hygiene and use of safety equipment with complaints of skin disorders in workers at the Pekan Labuhan Subdistrict Medan Labuhan District 2012 with the population, as many as 75 people taken using the total sampling. Statistical test used was chi-square test at α = 5%.

Based on the results of the study most of the characteristics of respondents included: age > 28 years 57 people (76%), length of work > 8 hours 52 people and low education 67 people (89.3%). Most respondents daily skin hygiene 62 people (82.7%), skin hygiene while working 55 persons (73.3%) good, cleanliness nails 46 people (61.3%) either. Generally, respondents did not wear work clothes (74.7%), did not wearing gloves (85.3%) and did not wear work shoes (80%). Most respondents 52 people (69.3%) complaints of skin disorders.

The results of the chi-square variable age (p = 0.000), variable length work (p = 0.000), educational variables (p = 0.001), variable skin hygiene at work (p = 0.040), use of variable work clothes (p = 0.000) , the variable use of work gloves (p = 0.000) and the use of variable work shoes (p = 0.000), there is a significant association with symptoms of skin disorders. Variables that are not significant with symptoms of skin disorder is variable daily skin hygiene and cleanliness of the nails. Based on this research, for workers to pay more attention to personal hygiene and use of safety equipment in order to prevent occupational diseases.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faddilatul Aisyah

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 30 Oktober 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Karya Wakaf No. 7 Medan RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. TK Swasta Harapan : Tahun 1995-1996 1. SD Swasta Harapan I : Tahun 1996-2002 2. SMP Swasta Harapan II : Tahun 2002-2005 3. SMA Negeri 1 Medan : Tahun 2005-2008 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2008-2013


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing I dan Ir. Indra Chahaya, Msi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan FKM USU

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku dosen penguji I dan Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku dosen penguji II

3. Bapak/Ibu Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU

4. dr. H. Muhammad Khairani, MKes selaku PLT. Kepala Puskesmas Medan Labuhan


(8)

5. Teristimewa orangtuaku tercinta Ayahanda H. Suherman Siregar dan Ibunda Hj. Sabariah yang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril maupun materil dan doa yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir. 6. Keluarga yang selalu memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril dan

do’a yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir.

7. Teman-teman tersayang yaitu Ririn Rahmala Febri, Marissa Anggraini, Ega Karolina, Riska Yunita, Ela Handayani, Yogi Wardhana, Dipo Satrio dan Dikri Abdidalanov yang telah memberikan motivasi dan semangat, membantu selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

8. Teman-teman di Peminatan Kesling yang banyak memberikan bantuaan sehingga skripsi ini selesai.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, Januari 2013


(9)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Hygiene ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hygiene Perorangan ... 6

2.1.1. Definisi ... 6

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hygiene Perorangan . 6 2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Hygiene Perorangan 7 2.1.4. Tanda dan Gejala ... 8

2.1.5. Pemeliharaan dalam Hygiene Perorangan ... 9

2.1.6. Hal-Hal yang Mencakup Hygiene Perorangan ... 10

2.1.7. Tujuan Hygiene Perorangan ... 13

2.2. Alat Pelindung Diri ... 14

2.2.1. Definisi ... 14

2.2.2. Langkah-Langkah Menentukan Alat Pelindung Diri ... 15

2.2.3. Ketentuan Alat Pelindung Diri ... 15

2.2.4. Fungsi Alat Pelindung Diri ... 16

2.2.5. Jenis-Jenis Alat pelindung Diri ... 16

2.3. Kulit ... 17

2.3.1. Anatomi Kulit ... 17

2.3.2. Fungsi Kulit ... 19

2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit ... 21

2.3.4. Keluhan-Keluhan Penyakit Kulit ... 22

2.3.5. Jenis-Jenis Gangguan Kulit ... 22

2.4. Udang ... 33

2.4.1. Defenisi ... 33

2.4.2. Proses Pengolahan Udang ... 34

2.5. Kerangka Konsep ... 38


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2. Waktu Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1. Populasi ... 41

3.3.2. Sampel ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1. Data Primer ... 42

3.4.2. Data Sekunder ... 42

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 42

3.5.1. Variabel Independen ... 42

3.5.2. Variabel Depeden ... 42

3.5.3. Defenisi Operasional ... 42

3.6. Aspek Pengukuran ... 44

3.6.1. Karakteristik Pekerja ... 44

3.6.2. Kebersihan Perorangan ... 45

3.6.3. Pemakaian Alat Pelindung Diri ... 46

3.7. Metode Analisis Data ... 47

3.7.1. Analisa Univariat ... 47

3.7.2. Analisa Bivariat ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48 4.1.1. Geografi ... 48

4.1.2. Demografi ... 48

4.2. Analisis Univariat ... 50

4.3. Analisis Bivariat ... 54

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 61

5.2. Kebersihan Perorangan Responden ... 64

5.3. Pemakaian Alat Pelindung Diri ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Impetigo Kontagiosa ... 23

2.2. Impetigo Bulosa ... 24

2.3. Impetigo Neonatorum ... 25

2.4. Ektima ... 26

2.5. Folikulitis ... 27

2.6. Furunkel ... 28

2.7. Karbunkel ... 28

2.8. Pionika ... 29

2.9. Eripelas ... 30

2.10. Tinea ... 30

2.11. Tinea Versikolor ... 31

2.12. Veruka ... 31

2.13. Herpes Zoster ... 32

2.14. Varisela ... 32

2.15. Variola ... 33


(12)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul

Lampiran I Kuesioner Penelitian Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012

Lampiran II Master Data

Lampiran III Output Hasil Penelitian

Lampiran IV Dokumentasi Penelitian Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012


(13)

ABSTRAK

Penyakit kulit merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar 122.076 kasus. Menurut data RISKESDAS (2007), prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%. Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan kasus gangguan kulit tahun 2011 di Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 89 kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

Jenis penelitiaan ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional, untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012 dengan populasi yang diteliti sebanyak 75 orang yang diambil dengan menggunakan metode total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square pada α = 5%.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar karakteristik responden meliputi : umur > 28 tahun 57 orang (76%), lama bekerja > 8 jam 52 orang dan pendidikan rendah 67 orang (89,3%). Sebagian besar responden kebersihan kulit sehari-hari 62 orang (82,7%) baik, kebersihan kulit saat bekerja 55 orang (73,3%) baik, kebersihan kuku 46 orang (61,3%) baik. Umumnya responden tidak memakai pakaian kerja (74,7%), tidak memakai sarung tangan (85,3%) dan tidak memakai sepatu kerja (80%). Sebagian besar responden 52 orang (69,3%) ada keluhan gangguan kulit .

Hasil uji chi-square variabel umur (p=0,000), variabel lama bekerja (p=0,000), variabel pendidikan (p=0,001), variabel kebersihan kulit saat bekerja (p=0,040), variabel penggunaan pakaian kerja (p=0,000), variabel penggunaan sarung tangan kerja (p=0,000) dan variabel penggunaan sepatu kerja (p=0,000) terdapat hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit. Variabel yang tidak berhubungan dengan keluhan gangguan kulit adalah variabel kebersihan kulit sehari-hari dan kebersihan kuku. Berdasarkan hasil penelitian, Bagi pekerja lebih memperhatikan kebersihan diri dan pemakaian alat pelindung diri agar terhindar dari penyakit akibat kerja.


(14)

ABSTRACT

Skin disease is a health problem in Indonesia. Based on the health profile of Indonesia (2010), acquired skin disorder cases in Indonesia amounted to 122,076 cases. According to data RISKESDAS (2007), the prevalence of dermatitis in Indonesia amounted to 6.78%, while the prevalence of dermatitis in North Sumatra at 2.63%. Based on data from Pekan Labuhan Community Health Center skin disorder cases in 2011 in the district of Medan Labuhan many as 89 cases.

The purpose of this study was to determine the relationship of personal hygiene and use of safety equipment to workers complaints of skin disorders in workers at the Pekan Labuhan Subdistrict Medan Labuhan District.

This research is an analytic survey with a cross-sectional design, in order to know the relationship between personal hygiene and use of safety equipment with complaints of skin disorders in workers at the Pekan Labuhan Subdistrict Medan Labuhan District 2012 with the population, as many as 75 people taken using the total sampling. Statistical test used was chi-square test at α = 5%.

Based on the results of the study most of the characteristics of respondents included: age > 28 years 57 people (76%), length of work > 8 hours 52 people and low education 67 people (89.3%). Most respondents daily skin hygiene 62 people (82.7%), skin hygiene while working 55 persons (73.3%) good, cleanliness nails 46 people (61.3%) either. Generally, respondents did not wear work clothes (74.7%), did not wearing gloves (85.3%) and did not wear work shoes (80%). Most respondents 52 people (69.3%) complaints of skin disorders.

The results of the chi-square variable age (p = 0.000), variable length work (p = 0.000), educational variables (p = 0.001), variable skin hygiene at work (p = 0.040), use of variable work clothes (p = 0.000) , the variable use of work gloves (p = 0.000) and the use of variable work shoes (p = 0.000), there is a significant association with symptoms of skin disorders. Variables that are not significant with symptoms of skin disorder is variable daily skin hygiene and cleanliness of the nails. Based on this research, for workers to pay more attention to personal hygiene and use of safety equipment in order to prevent occupational diseases.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes, 2009).

Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana telah dikemukakan oleh Hendrik L. Blum. Faktor-faktor dimaksud antara lain: faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Dimana faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar memegang peranan dalam status kesehatan masyarakat (Kusnoputranto, 2000).

Hygiene perorangan merupakan salah satu bagian dari faktor tersebut. Hygiene perorangan adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannnya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu hygiene personalnya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto, 2000).


(16)

Dampak yang muncul pada masalah hygiene perorangan adalah dampak fisik dan dampak psikologis. Dampak fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak psikologis antara lain gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial (Permita, 2012).

Berdasarkan penelitian Silalahi (2010) di TPA Namo Bintang terdapat hubungan yang bermakna antara hygiene perorangan dan keluhan gangguan kulit. Kulit merupakan pembungkus elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor sosial-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja/Buruh atau orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya dan resiko sesuai dengan Permenaker No. 8 tahun 2011 Tentang Alat Pelindung Diri, Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan


(17)

adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja (Balai K3 Bandung, 2008).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar 122.076 kasus. Menurut data RISKESDAS (2007), prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%. Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan kasus gangguan kulit tahun 2011 di Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 89 kasus.

Berdasakan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, terdapat 2 industri rumah tangga pengupasan udang dengan jumlah pekerja 75 orang dan pada saat bekerja kurang menjaga kebersihan diri antara lain tidak menggunakan sarung tangan dan tidak menggunakan sepatu kerja. Beberapa pekerja juga mengeluhkan gangguan kulit yang mereka alami.

Oleh karena itu, pekerja pengupas udang berisiko terkena penyakit yang berkaitan dengan kebersihan diri. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

1.2. Perumusan masalah

Pekerjaan mengupas udang merupakan pekerjaan yang berisiko mengalami gangguan kulit karena kemungkinan kecelakaan kerja seperti gangguan kulit. Penelitian mengenai hubungan hygiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang belum pernah dilakukan di daerah tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah


(18)

terdapat hubungan hygiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

2. Untuk mengetahui hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

4. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

5. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan


(19)

Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

6. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit 
pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

7. Untuk mengetahui hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

8. Untuk mengetahui hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

9. Untuk mengetahui hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pekerja pengupas udang agar memperhatikan kebersihan perorangan agar tidak terkena gangguan kulit. 2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak Dinas Kesehatan

agar menyediakan sarana sanitasi dan alat pelindung diri kepada pekerja pengupas udang serta membuat program penyuluhan kepada pekerja pengupas udang tentang tindakan kebersihan diri.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hygiene Perorangan

2.1.1. Definisi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), hygiene perorangan berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Menurut Perry (2005), hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hygiene Perorangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygieneadalah:

1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial, yaitu pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola hygiene perorangan.

3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.


(21)

4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygienesangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh mandi.

6. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Hygiene Perorangan

Dampak yang akan timbul jika hygiene perorangan kurang adalah (Tarwoto, 2003):

1. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, adalah gangguan yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan hygiene perorangan adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.


(22)

2.1.4. Tanda dan Gejala

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan kurang perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau dan pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor d. Gigi kotor disertai mulut bau e. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas dan tidak ada inisiatif. b. Menarik diri atau isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial

a. Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam kurangnya perawatan diri adalah : 1. Data subjektif, yaitu malas untuk beraktivitas dan merasa tidak berdaya.

2. Data objektif, yaitu rambut kotor dan acak – acakan, badan dan pakaian kotor dan bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat.


(23)

2.1.5. Pemeliharaan dalam Hygiene Perorangan

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Hygiene perorangan meliputi:

1. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.

2. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

3. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga


(24)

kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri, menghindari makan-makanan yang merusak gigi, membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan memeriksa gigi secara teratur.

4. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah membersihkan telinga secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

5. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.

2.1.6. Kegiatan yang Mencakup Hygiene Perorangan

Kegiatan-kegiatan yang mencakup hygiene perorangan adalah: 1. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).


(25)

Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai kaki.

2. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang. Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi, 2005).

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras-keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).


(26)

3. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007).

Selain itu, tangan juga salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat penyakit ke tubuh manusia melalui perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat dengan mata telanjang sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat yang penting.

Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.


(27)

Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National Campaign for Handwashing with Soap, 2007):

a. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.

b. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

c. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering. 4. Membersihkan Pakaian

Pakaian yang kotor akan menghalang seseorang untuk terlihat sehat dan segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan. Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).

2.1.7. Tujuan Hygiene Perorangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), tujuan dari hygiene perorangan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.


(28)

Berdasarkan Penelitian Dahlia Kristina di TPA Namo Bintang Tahun 2010. Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah:

1. Kebersihan Kulit 2. Kebersihan Kuku 2.2. Alat Pelindung Diri 2.2.1. Definisi

Menurut Ridley (2004), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau.

Dengan seluruh jenis alat pelindung diri yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung diri yang efektif harus sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya, tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang sangat kuat, tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan, dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2004).


(29)

2.2.2. Langkah-Langkah Menentukan Alat Pelindung Diri

Selain pengertian dari Alat Pelindung Diri adapula langkah-langkah yang penting diperhatikan sebelum menentukan APD yang akan digunakan, adalah :

1. inventarisasi potensi bahaya yang dapat terjadi.
L angkah ini sebagai langkah aw al agar APD yang digunakan sesuai kebutuhan.

2. menentukan jumlah APD yang akan disediakan.
Jum lah tenaga kerja yang terpapar langsung menjadi prioritas utama. Dalam menentukan jumlah bergantung pula pada jenis APD yang digunakan sendiri-sendiri (pribadi) atau APD yang dapat dipakai secara bergantian.

3. memilih kualitas / mutu dari APD yang akan digunakan.
Penentuan m utu akan menentukan tingkat keparahan kecelakaan / penyakit akibat kerja yang dapat terjadi. Penentuan mutu suatu APD dapat dilakukan melalui proses pengujian di laboratorium.

2.2.3. Ketentuan Alat Pelindung diri

Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya 2. Berbobot ringan

3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin) 4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan

5. Tidak mudah rusak

6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada 7. Pemeliharaan mudah


(30)

8. Penggantian suku cadang mudah 9. Tidak membatasi gerak

10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan 11. Bentuknya cukup menarik

2.2.4. Fungsi Alat Pelindung Diri

Fungsi alat Pelindung Diri yaitu untuk mengisolasi tubuh pekerja terhadap keterpaan bahan kimia berbahaya. Pemekaian alat pelindug diri merupakan cara pengendalian setelah mengisolasi emisi polutan telah maksimum atau gagal.

2.2.5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman bagi pekerja adalah :

1. Pakaian kerja

Pakaian kerja jenis celana, hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar

2. Pemakaian sarung tangan

Sarung tangan sangat membantu pada pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

3. Pemakaian sepatu kerja

Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus diperhatikan terutama pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok dengan kondisi kerja, sepatu


(31)

bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium ataupun sepatu untuk kerja di lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama mengamankan kaki dari benda jatuh atau tergelincir pada waktu kerja.

4. Pemakaian masker

Pemakaian masker untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.

Alat pelindung diri harus disediakan gratis, diberikan satu per satu jika tidak harus dibersihkan setelah digunakan, hanya digunakan sesuai peruntukannya, dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan (Ridley,2004).

2.3. Kulit

2.3.1. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu : 1. Lapisan epidermis

a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi


(32)

protein yang disebut eledin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

d. Stratum spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasamanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini semakin dengan ke permukaan makin gepeng bentuknya.

e. Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.

2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah


(33)

bening (Harahap, 2008). 2.3.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :

1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya, gangguan bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.

2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.

3. Fungsi sekresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa.

4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan merkel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap


(34)

tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. 6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Melanosom dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan,sel basal lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.

8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari (Harahap, 2008).


(35)

2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam. b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat- obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dll.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.


(36)

2.3.4. Keluhan-Keluhan Penyakit Kulit Keluhan-keluhan penyakit kulit adalah:

1. Adanya rasa gatal-gatal pada kulit seperti rasa terbakar dan lesi yang tidak nyeri 2. Terdapat tonjolan pada kulit yang berisi nanah dan teraba keras

3. Kulit yang kemerahan nyeri apabila di tekan/ diusap/ digaruk 4. Terjadi peradangan yang memerah dan cepat membesar 5. Adanya lecet-lecet atau retakan kulit

6. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik

7. Terdapat bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan yang kadang disertai lepuhan (Harahap, 2008)

Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

2.3.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit 1. Penyakit Kulit Akibat Bakteri

a. Impetigo kontagiosa

Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah hygiene penderita dan sanitasi yang jelek dan malnutrisi. Penyebab impetigo kontagiosa adalah


(37)

Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinisnya tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Pengobatan jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik sistematik (Djuanda, 2008)

Gambar 2.1. Impetigo Kontagiosa b. Impetigo Bulosa

Impetigo Bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus galur grup II tipe faga 71. Tiga lesi kulit kulit yang disebabkan oleh stafilokok grup II ini adalah: a. impetigo bulosa, b. penyakit eksfolatif “Staphylococcal Scalded Skin syndrome” (SSSS), dan c. erupsi non streptokokal skarlatiniforme. Impetigo Bulosa terutama terdapat pada neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula ini terdapat pada kulit normal. Pada permulaaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat


(38)

dan keruh. Bula tidak dikelilingi eriterm dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula yang utuh mengandung stafilokok. Gejala klinisnya tidak dipengaruhi keadaan umum. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hupapion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Pengobatan diberi salap antibiotik atau cairan antiseptik jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula yang dipecahkan (Djuanda, 2008).

Gambar 2.2. Impetigo Bulosa c. Impetigo neonatorum

Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus. Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot. Pengobatan dengan antibiotik yang diberikan secara sistematik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% (Djuanda, 2008).


(39)

Gambar 2.3. Impetigo neonatorum d. Ektima

Ektima adalah suatu infeksi piogenik kulit yang ditandai pembentukan krusta yang menutupi tukak (ulkus) dibawahnya. Ektima lebih sering terjadi pada anak-anak. Orang dewasa dapat juga terkena. Faktor predisposisi untuk terjadinya ektima adalah trauma, malnutrisi, dan hygiene yang jelek. Ektima sering timbul sebagai komplikasi penyakit kulit lain, seperti skabies dan ekzema. Lesi ektima sangat infeksius. Oleh karena itu penderita merupakan reservoir infeksi untuk orang lain. Penyebab ektima adalah streptokok beta hemolitik. Kadang-kadang pada lesi, ditemui juga stafilokok koagulase positip yang merupakan bakteri sekunder. Manifestasi klinik: ektima mulai sebagai pustule atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus. Lesi berbentuk bulat atau oval dengan diameter 1-3 cm, dikelilingi oleh haloeritem dan edema. Ektima ditutupi krusta tebal yang melekat dan berwarna coklat tua. Jika krusta di angkat terdapat ulkus purulen, seperti cangkir dengan pinggir menimbul. Biasanya hanya ada satu atau beberapa lesi. Penderita merasa sedikit sakit dan pada perabaan terasa nyeri. Bila tidak diobati penyakit menjadi kronik dan lesi bertambah banyak akibat autoinokulasi. Limfangitis dan limfadenitis dapat terjadi. Jika sembuh, timbul


(40)

jaringan parut. Pengobatan yang dilakukan jika terdapat ektima sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga diobati dengan antibiotik sistemik (Djuanda, 2008).

Gambar 2.4. Ektima e. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya hanya mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya. Secara epidemiologi merupakan keadaan yang sering ditemui dan umumnya diabaikan penderita. Folikulitis mengenai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, terutama penderita jerawat atau cenderung menderita sebore. Faktor predisposisi ialah berkeringat banyak, maserasi, dan hygiene jelek. Folikulitis dalam dapat terjadi sebagai perluasan tipe superfisial. Sering kedua tipe folikulitis terdapat bersamaan. Folikulitis dalam adalah infeksi yang telah meluas ke bagian bawah folikel contohnya adalah sikosis vulgaris atau furunkel. Folikulitis disebabkan oleh Staphlococcus aureus. Folikulitis dapat diklasifikasikan yaitu folikulitis superfisialis (terbatas di dalam epidermis) dan


(41)

folikulitis profunda (sampai ke subkutan). Pada folikulitis superfisialis gejala klinis yaitu terdapat kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Pada folikulitis profunda gambaran klinis seperti folikulitis superfisialis dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. Pengobatan dengan antibiotik sistemik/topikal (Djuanda, 2008).

Gambar 2.5. Folikulitis f. Furunkel

Nama lain Furunkel adalah bisul mata satu. Furunkel adalah infeksi folikel rambut dan daerah sekitarnya. Banyak terdapat pada anak-anak yang besar dan dewasa.Terutama mengenai daerah punggung, ketiak, paha, bokong dan perineum. Gejala klinis antara lain nodul eritematosa, puncaknya terdapat nekrosis dan supurasi. Nyeri sekali, dapat disertai demam dan pembesaran KGB (Djuanda, 2008).


(42)

Gambar 2.6. Furunkel g. Karbunkel

Karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel yang bersatu, sehingga ada yang memberi nama bisul bermata banyak. Penyakit ini biasa terdapat leher, punggung, paha, bokong. Gejala klinis antara lain Nodul--nodul yang bergabung, dengan beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi dapat mencapai 10 cm, kulit sekitar eritem, demam tinggi dan disertai nyeri (Djuanda, 20008).


(43)

h. Pionikia

Pionikia merupakan radang di sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan/atau Streptococcus B hemolyticus. Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate), dapat terbentuk abses subungual. Pengobatan dapat dilakukan dengan kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika terjadi abses subungual kuku diekstraksi (Djuanda, 2008).

Gambar 2.8. Pionikia i. Erisipelas

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi. Terdapat gejala konstitusi yaitu demam, malese. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya


(44)

meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula . terdapat leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. Pengobatan dengan istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika (Djuanda, 2008).

Gambar 2.9. Erisipela 2. Penyakit Kulit Akibat Jamur

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa contoh dari mikosis adalah tinea (kurap) dan tinea versikolor (panu) (Harahap, 2008).


(45)

Gambar 2.11. Tinea Versikolor (Panu) 3. Penyakit Kulit Akibat Virus

a. Veruka

Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu. (Djuanda, 2008). Veruka adalah hiperlasia epidermis yang disebabkan infeksi virus. (Harahap, 2008). Veruka terbagi atas 4 tipe: Veruka vulgaris, Veruka plana, Veruka piantaris dan Veruka akuminatum.


(46)

b. Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh varisela zoster virus. Herpes Zoster menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktifitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. (Djuanda, 2008). Virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, detergen, enzim preolitik, panas dan PH tinggi (Harahap, 2008).

Gambar 2.13. Herpes Zoster c. Varisela

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh (Harahap, 2008). Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster, penanaman virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster (Djuanda, 2008).


(47)

d. Variola

Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaaan umum yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh (Harahap, 2008).

Gambar 2.15. Variola 2.4. Udang

2.4.1. Defenisi

Udang merupakan makhluk air yang tidak bertulang belakang (invertebrata). Udang mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang khas, kepala dan tubuhnya dilindungi oleh kulit yang banyak mengandung kalsium dan kitin (Darmono 1991). Jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang dogol (Metapenaeus monoceros). Sedangkan udang air tawar yang memiliki ekonomis penting antara lain udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang kipas

(Panulirus spp) dan udang karang (lobster) (Purwaningsih 2000).

Pada dasarnya tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cephalotorax (gabungan antara kepala,dada dan perut) pada bagian ekor terdapat bagian usus dan gonad. Bagian kepala beratnya sekitar 36-49 % dari keseluruhan berat badan, daging


(48)

24-41% dan kulit 17-23% (Purwaningsih 2000). 2.4.2. Proses Pengolahan Udang

Proses pengolah udang menurut Hadiwiyoto (1993) adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan bahan baku pabrik

Udang segar yang tiba di pabrik dalam bak fiberglass atau blong plastik yang diberi es dibongkar diruang penerimaan. Udang tersebut dipisahkan dari sisa-sisa es dan disemprot dengan air bersih (pencucian I). Setelah bersih, udang dipindahkan kedalam keranjang-keranjang plastik besar yang dapat memuat 100 kg udang. Udang kemudian dipindahkan dan dibawa ke ruang sampling melalui pintu yang diberi plastic curtain. Dari ruang sampling, selanjutnya udang dibawa ke ruang proses untuk diolah lebih lanjut. Apabila bahan baku masih banyak, maka udang ditampung dalam bak penampung (fiber box).

Penampungan udang tidak boleh lebih dari satu hari. Dalam bak penampung tersebut diberi es dengan perbandingan antara udang dan es adalah 1: 2. Pada penampungan udang ini lapisan paling bawah diberi es curai kira-kira setebal 20 cm, lalu diatas lapisan udang juga diberi lapisan es dengan ketebalan yang sama.

2. Pemotongan kepala dan pembersihan genjer

Bentuk olahan udang yang paling umum adalah Head On (HO), yaitu 
udang

yang diberikan dengan bentuk kepala dan genjer masih utuh. Pemotongan kepala dan pembersihan dilakukan dengan tangan yaitu dengan mematahkan kepala dari arah bawah keatas dan bagian yang dipotong mulai dari batas kelopak penutup kepala hingga batas leher.


(49)

3. Pencucian II

Udang yang sedang dipotong kepalanya dicuci dengan air yang berklorin 
dengan konsentrasi sebesar 10 ppm. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan lendir, menghilangkan kotoran yang terbawa udang pada saat ditambak dan mengurangi jumlah bakteri.

4. Sortasi warna

Sortasi warna adalah proses pemisahan udang sesuai dengan warnanya. 
Dalam sortasi warna pada dasarnya ada tiga warna yaitu black (hitam), blue (biru), dan white (putih) yang harus dibedakan dengan tujuan untuk mempertinggi nilai artistiknya. Meskipun kualitas udang lebih penting, akan tetapi dari segi keindahan susunan dan keseragaman warna juga sangat berperan dalam menarik minat konsumen (Haryadi 1994).

5. Sortasi Ukuran

Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran. Sortasi ini dilakukan sesuai dengan jumlah udang untuk setiap pound. Pada tahap ini udang selalu dipertahankan pada kondisi dingin yaitu dengan cara memberi es curai pada udang yang sedang disortir.

6. Sortasi Final

Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam 
baik mutu, ukuran dan warna. Untuk pengecekan dilakukan per 1 pound dengan timbangan. Bila jumlah udang sudah sesuai dengan jumlah standar pada daftar, maka proses penanganan dapat dilanjutkan.


(50)

7. Penimbangan I

Pada tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu perhitungan jumlah dilakukan 
untuk menentukan jumlah yang tepat dan ukuran yang seragam. Penimbangan dilakukan setelah proses perhitungan jumlah standar. Berat produk disesuaikan dengan ketentuan inner carton yaitu seberat 4 pound atau 1,8 kg. Untuk menjaga penyusutan setelah thawing, maka penimbangan dilebihkan (extra weight) 2-4 % dari berat bersih.

Setelah penimbangan dilakukan pencatatan udang berdasarkan ukuran , mutu, dan jumlah bobotnya. Kemudian diberi label serta ditambahkan es agar tetap dalam keadaan dingin dan segar. Label udang menunjukkan kualitas dan jenis udang, sedangkan angka menunjukkan ukuran udang dalam setiap pound (lbs). Untuk jenis pembekuan digunakan kode, misalnya IQF berarti udang dibekukan dalam individual quick freezer, ABF berarti dibekukan dalam air blast freezer dan CPF yaitu pembekuan dengan contact plate freezer.

8.Pencucian III

Udang dicuci dalam air bersih tanpa kaporit yang dicampur dengan es 
sehingga udang tetap dalam keadaan dingin. Pencucian ini bertujuan untuk 
membersihkan lendir bakteri dan kotoran sebelum dilakukan pembekuan.

9. Penyusunan dalam pan pembeku

Penyusunan udang headless dalam pan pembeku adalah penyusunan udang dengan metode ekor akan bertemu dengan ekor, dan potongan kepala menghadap kesamping. Jumlah udang pada setiap lapis tergantung pada ukuran yang disusun. Misalnya, untuk ukuran 16-20 pada lapisan paling bawah ada angka 8 berarti dalam


(51)

satu deret ada 8 udang, angka 7 diatasnya berarti dalam satu deret udang yang jumlahnya 8, begitu seterusnya.

10. Pembekuan dan glazing

Pembekuan udang sering dilakukan dengan menggunakan contact plate freezer dan air blast freezer bila udang dibekukan dalam bentuk blok. Apabila udang blok dibekukan secara individu bisa menggunakan individual quick freezer. Setelah dibekukan, udang harus di glazing atau diberi lapisan es tipis sehingga permukaan udang beku atau blok udang beku tampak mengkilat. Tujuan utama dari glazing

adalah mencegah pelekatan antar bahan baku, melindungi produk dari kekeringan selama penyimpanan, mencegah ketengikan akibat oksidasi dan memperbaiki penampakan permukaan (Goncalves dan Junior 2009). Adapun glazing dilakukan dengan cara menyiram atau mencelupkan udang beku dalam air bersuhu (0-5) oC. Setelah di glazing, kemudian udang dikemas dan disimpan

dalam gudang beku (cold storage).


(52)

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.16. Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar 2.9. dapat dijelaskan bahwa variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik pekerja yang mencakup umur, lama bekerja dan tingkat pendididkan, personal hygiene yang mencakup kebersihan kulit sehari-hari, kebersihan kulit saat bekerja, kebersihan tangan, kaki dan kuku, pemakaian alat pelindung diri yang mencakup pemakaian pakaian kerja, pemakaian sarung tangan, Hygiene Perorangan:

1. Kebersihan Kulit Sehari-hari 2. Kebersihan Kulit Saat Bekerja 3. Kebersihan Tangan, Kaki, Kuku

Pemakaian Alat Pelindung Diri: 1. Pemakaian Pakaian Kerja 2. Pemakaian Sarung Tangan 3. Pemakaian Sepatu Kerja

Keluhan Gangguan Kulit Karakteristik Pekerja

1. Umur

2. Lama Bekerja 3. Tingkat Pendidikan


(53)

pemakaian sepatu kerja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan gangguan kulit.

2.6. Hipotesis Penelitian

Ha = Ada hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.


(54)

Ha = Ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu, untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di tempat pengupasan udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan dipilih karena:

1. Tingginya kejadian penyakit kulit di daerah tersebut sebanyak 89 kasus 2. Adanya keluhan gangguan kulit yang keluhkan pekerja tersebut

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua (2) bulan yaitu bulan September - Oktober tahun 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan yang berjumlah 75 orang. 3.3.2. Sampel


(56)

Kecamatan Medan Labuhan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung pada pekerja pengupas udang dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum puskesmas dan data jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Data tersebut diperoleh dari Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah hygiene perorangan dan alat pelindung diri yang dilihat dari kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan tangan, kaki dan kuku, pemakaian pakaian kerja, pemakaian sarung tangan dan pemakaian sepatu kerja.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan gangguan kulit. 3.5.3. Defenisi Operasional

1. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.


(57)

2. Udang adalah makhluk air yang tidak bertulang belakang (invertebrata) mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang khas, kepala dan tubuhnya dilindungi oleh kulit yang banyak mengandung kalsium dan kitin.

3. Karakteristik responden adalah gambaran keadaan/ciri khas pekerja yang terdiri atas umur, lama bekerja dan tingkat pendidikan.

4. Umur pekerja adalah usia dihitung sejak lahir sampai dilakukan penelitian (sesuai ulang tahun terakhir).

5. Lama bekerja adalah banyaknya jam dalam sehari untuk bekerja dan lama masa kerja.

6. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh pekerja pada saat penelitian berlangsung.

7. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan pribadinya.

8. Kebersihan kulit sehari-hari adalah kegiatan membersihkan diri dalam kehidupan sehari-hari yang pertama sekali memberi kesan 
dan perlu untuk dipelihara dengan cara mandi teratur 2x sehari, mandi menggunakan sabun, menggunakan pakaian/ barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur dan mengganti pakaian minimal 1 kali sehari

9. Kebersihan kulit saat bekerja adalah kegiatan membersihkan diri yang dilakukan di tempat kerja, setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cara mandi setelah bekerja, mandi menggunakan sabun, mengganti pakaian setelah bekerja dan tidak menggunakan pakaian kerja milik orang lain.


(58)

kuku secara teratur dan kondisi kuku pendek dan bersih.

11. Keluhan gangguan kulit adalah keluhan yang dirasakan penderita berupa rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik- bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam berdasarkan observasi dan wawancara yang pada pekerja pengupas udang.

12. Pemakaian pakaian khusus kerja adalah menggunakan alat yang dapat melindungi anggota tubuh dimana pakaian kerja jenis celana; hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar. Pakaian kerja yang digunakan harus dalam keadaan bersih.

13. Pemakaian sarung tangan adalah memakai alat yang dapat melindungi tangan pada saat pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. 14. Pemakaian sepatu kerja adalah pengaman kaki harus diperhatikan pada saat pengerjaan untuk mengamankan kaki dari benda yang tajam dan jatuh atau tergelincir pada waktu kerja.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri.

3.6.1. Karakteristik Pekerja 1. Umur


(59)

statistik umur pekerja dikategorikan berdasarkan hasil penelitian. 2. Lama bekerja

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala ukur ordinal. Lama bekerja berdasarkan jumlah jam yang dihabiskan untuk bekerja mengupas udang dalam sehari dan jumlah masa kerja sampai penelitian dilakukan. Untuk analisa statistik lama bekerja dikategorikan berdasarkan hasil penelitian.

3. Tingkat pendidikan

Pengukuran variabel tingkat pendidikan didasarkan pada skala ukur ordinal yang dikategorikan berdasarkan:

1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA

5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 3.6.2. Kebersihan perorangan

1. Kebersihan Kulit Sehari-hari

a. Baik, jika mandi secara teratur minimal 2x sehari, mandi menggunakan sabun, menggunakan pakaian/ barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri dan mengganti pakaian minimal 1x sehari.

b. Tidak, jika tidak mandi secara teratur minimal 2x sehari, tidak mandi menggunakan sabun, menggunakan pakaian/ barang-barang keperluan sehari-hari milik orang lain dan tidak mengganti pakaian minimal 1x sehari.


(60)

2. Kebersihan Kulit Saat bekerja

a. Baik, jika mandi setelah bekerja, mandi menggunakan sabun, mengganti pakaian setelah bekerja dan tidak memakai pakaian kerja milik orang lain.

b. Tidak, jika tidak mandi setelah bekerja, mandi tidak menggunakan sabun, tidak mengganti pakaian setelah bekerja dan memakai pakaian kerja milik orang lain. 3. Kebersihan Kuku

a. Baik, jika memotong kuku minimal 1 kali seminggu, kondisi kuku pendek dan bersih, mencuci tangan setelah bekerja dan mencuci tangan dengan sabun.

b. Tidak baik, jika tidak memotong kuku minimal 1 kali seminggu, kondisi kuku panjang dan kotor, tidak mencuci tangan setelah bekerja dan tidak mencuci tangan dengan sabun.

3.6.3. Pemakaian Alat Pelindung Diri 1. Pemakaian Pakaian Kerja

a. Pakai, jika memakai pakaian kerja dalam keadaan bersih.

b. Tidak Pakai, jika tidak memakai pakaian kerja dalam keadaan bersih. 2. Pemakaian Sarung Tangan

a. Pakai, jika memakai sarung tangan ketika bekerja.

b. Tidak Pakai, jika tidak memakai sarung tangan ketika bekerja. 3. Pemakaian Sepatu kerja

a. Pakai, jika memakai sepatu kerja ketika bekerja.


(61)

3.7. Metode Analisa Data 3.7.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel hygiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri di tempat pengupasan udang Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

3.7.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yaitu karakteristik pekerja, hygiene perorangan dan penggunaan alat pelindung diri dengan variabel dependen (keluhan penyakit kulit). Uji analisa dengan menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antar variabel penelitian.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi

Kelurahan Pekan Labuhan berada di wilayah Kecamatan Medan Labuhan yang memiliki luas 36,67 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:

-Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Belawan

-Sebalah Selatan berbatasan dengan Medan Deli dan Kabupaten Deli Serdang -Sebelah Barat berbatasan dengan Medan Marelan

-Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 4.1.2. Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan antara lain Kelurahan Nelayan Indah, Kelurahan Pekan Labuhan, Kelurahan Sei Mati dan Kelurahan Tangkahan.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Kelurahan Pekan Labuhan sebanyak 25.249 jiwa, dan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.177 KK.

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan adalah mengurus rumah tangga yaitu sebanyak 6.218 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(63)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariaan

No Jenis Mata

Pencahariaan

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1 Belum Bekerja 5.526 21,89

2 Mengurus Rumah

Tangga

6.218 24,62

3 Pelajar 5.464 21,64

4 Pensiunan 277 1,10

5 PNS 258 1,02

6 TNI/POLRI 218 0,87

7 Dagang 1.883 7,45

8 BUMN 139 0,55

9 Buruh 3.658 14,48

10 Nelayan 1.416 5,60

11 Guru 192 0,77

Jumlah

25.249 100

Sumber: Data Profil Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012

Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pekan Labuhan paling banyak adalah SLTA dengan jumlah 8.142 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(64)

Tabel.4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 SD 4.939 19,57

2 SLTP 5.312 21,04

3 SLTA 8.142 32,24

4 D1/D2 171 0.68

5 D3 261 1.03

6 S1 497 1.97

7 S2 26 0.10

9 Tidak Sekolah 2.997 11,87

10 Tidak Tamat SD 2.904 11,50

Jumlah 25.249 100

Sumber: Data Profil Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen (keluhan gangguan kulit) dan variabel independen (karakteristik pekerja, hiegiene perorangan dan alat pelindung diri).

4.2.1. Keluhan Gangguan Kulit

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Keluhan Gangguan Kulit pada Responden di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2012

No Keluhan Gangguan Kulit Jumlah %

1 Ada 52 69,3

2 Tidak ada 23 30,7

Jumlah 75 100

Kulit Merah Jumlah %

1 Ada 47 62,7

2 Tidak ada 28 37,3

Jumlah 75 100

Kulit Gatal Jumlah %

1 Ada 51 68

2 Tidak Ada 24 32


(65)

Keluhan Gangguan Kulit di Tangan

Jumlah %

1 Ada 45 60

2 Tidak Ada 30 40

Jumlah 75 100

Keluhan Gangguan Kulit di Kaki

Jumlah %

1 Ada 43 57,3

2 Tidak Ada 32 42,7

Jumlah 75 100

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang menderita keluhan gangguan kulit adalah 69,3% sedangkan pekerja yang tidak menderita keluhan gangguan kulit adalah 30,7%. Proporsi pekerja yang menderita kulit merah adalah 62,7% sedangkan pekerja yang tidak menderita kulit merah adalah 37,3%. Proporsi pekerja yang menderita keluhan gangguan kulit di tangan adalah 60% sedangkan pekerja yang tidak menderita keluhan gangguan kulit di tangan adalah 40%. Proporsi pekerja yang menderita keluhan gangguan kulit di kaki adalah 57,3% sedangkan pekerja yang tidak menderita keluhan gangguan kulit di kaki adalah 42,7%.

4.2.2. Karakteristik Responden

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Medan Labuhan Kota MedanTahun 2012

No Karakteristik Responden Jumlah %

Umur Pekerja (tahun) 1 1. < 28 tahun

2. ≥ 28 tahun

18 57

24 76

Total 75 100

Lama Bekerja (jam) 2 1. < 8 jam

2. >

23

8 jam 52

30,7 69,3


(66)

Pendidikan Pekerja

3 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademi/Perguruan Tinggi

39 21 7 8 0

52 28 9,3 10,7

0

Total 75 100

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur responden tertinggi pada kelompok umur ≥ 28 tahun yaitu 76%, sedangkan kelompok umur < 28 tahun 24%. Proporsi lama bekerja responden tertinggi adalah > 8jam yaitu 69,3%, sedangkan lama bekerja < 8 jam 30,7%. Proporsi pendidikan responden tertinggi adalah tidak sekolah/ tidak tamat SD 52%, SD 28%, SMP 9,3%, SMA 10,7% dan akademi/perguruan tinggi 0%.

4.2.3. Kebersihan Perorangan Responden

Kebersihan perorangan responden yang meliputi kebersihan kulit sehari-hari, kebersihan kulit saat bekerja dan kebersihan kuku. Kebersihan kulit sehari-hari yang penilaiannya meliputi mandi teratur minimal 2 kali sehari, mandi menggunakan sabun, tidak menggunakan pakaian orang lain, mengganti pakaian minimal 1 kali sehari. Kebersihan kulit saat bekerja yang penilaiannya meliputi mandi setelah bekerja, mandi menggunakan sabun, mengganti pakaian setelah bekerja dan tidak memakai pakaian kerja orang lain. Kebersihan kuku yang penilaiannya meliputi memotong kuku secara teratur dan kuku dalam keadaan bersih dan pendek, mencuci tangan setelah bekerja dan menggunakan sabun.


(67)

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Kebersihan Perorangan Responden di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2012

No. Penilaian

Kebersihan Perorangan Kebersihan

Kulit Sehari-hari

Kebersihan Kulit Saat Bekerja

Kebersihan Kuku

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Baik 62 82,7 55 73,3 46 61,3

2 Tidak Baik 13 17,3 20 26,7 29 38,7

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi kebersihan kulit sehari-hari responden yang paling tinggi adalah baik sebesar 82,7% sedangkan yang tidak baik 17,3%. Proposi kebersihan kulit saat bekerja yang paling tinggi adalah baik sebesar 73,3% sedangkan tidak baik 26,7%. Proporsi kebersihan kuku yang paling tinggi adalah baik 61,3% sedangkan tidak baik 38,7%.

4.3.3. Alat Pelindung Diri Responden

Alat pelindung diri yang digunakan responden meliputi penggunaan pakaian kerja, sarung tangan dan sepatu kerja. Distribusi responden di tempat pengupasan udang Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan berdasarkan pemakaian pakaian kerja, pemakaian sarung tangan dan sepatu kerja dapat dilihat pada table 4.6. berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Penggunaan Alat Pelindung Diri Responden di Kelurahan Pekan Labuhan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2012

No. Penilaian

Pemakaian Alat Pelindung Diri

Pakaian Kerja Sarung Tangan Sepatu Kerja

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pakai 19 25,3 11 14,7 15 20


(1)

Frequencies Frequency Table

umur pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <28 tahun 18 24.0 24.0 24.0

=> 28 tahun 57 76.0 76.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Lama bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <8 jam 23 30.7 30.7 30.7

=> 8 jam 52 69.3 69.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

pendidikan pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < SMA 67 89.3 89.3 89.3

=> SMA 8 10.7 10.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

kebersihan sehari hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 62 82.7 82.7 82.7

tidak baik 13 17.3 17.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

kebersihan saat bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 55 73.3 73.3 73.3


(2)

kebersihan saat bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 55 73.3 73.3 73.3

tidak baik 20 26.7 26.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

kebersihan kuku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 46 61.3 61.3 61.3

tidak baik 29 38.7 38.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

kebersihan rambut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 75 100.0 100.0 100.0

pakaian kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pakai 19 25.3 25.3 25.3

tidak pakai 56 74.7 74.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

sarung tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pakai 11 14.7 14.7 14.7

tidak pakai 64 85.3 85.3 100.0


(3)

sepatu kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pakai 15 20.0 20.0 20.0

tidak pakai 60 80.0 80.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

keluhan gangguan kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sakit 52 69.3 69.3 69.3

tidak sakit 23 30.7 30.7 100.0


(4)

Lampiran IV

Dokumentasi Penelitian Pengupas Kulit Udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012

Gambar Lampiran 1


(5)

Gambar Lampiran 3


(6)

Gambar Lampiran 5


Dokumen yang terkait

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

11 92 95

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

3 13 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 14

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 2

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 3 6

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 43

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 3

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

0 0 20

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

0 0 12