Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) Secara In Vitro

(1)

ii

PENGARUH PEMBERIAN FILTRAT AKAR TUBA (Derris elliptica) TERHADAP MORTALITAS ULAT TANAH (Agrotis ipsilon Hufn)

PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae var. capitata) SECARA IN-VITRO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

DISUSUN OLEH :

LIZZA MAHARANI PROVITASARI 09330031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014


(2)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Lizza Maharani Provitasari

Nim : 09330031

Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleraceae var . capitata) Secara In-Vitro

Diajukan untuk dipertanggungjawabkan dihadapan Dewan Penguji Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

iv

SURAT PERNYATAAN

Nama : Lizza Maharani Provitasari Tempat/ Tgl. Lahir : Jombang, 23 Agustus 1990

NIM : 09330031

Fakultas/ Jurusan : KIP/ Pendidikan Biologi

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleraceae var . capitata) Secara In-Vitro” adalah bukan skripsi orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pertanyaan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Malang, 3 Mei 2014 Yang Menyatakan,

(Lizza Maharani Provitasari)

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Sri Wahyuni, M.Kes) (Dra. Elly Purwanti, M.P)


(4)

v

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang dan diterima untuk memenuhi

Sebagian dari Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pendidikan Biologi

Mengesahkan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 3 Mei 2014 Dekan

(Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes)

Dewan Penguji

1. Dra. Sri Wahyuni, M.Kes 1. ...

2. Dra. Elly Purwanti, M.P 2. ...

3. Dr. Yuni Pantiwati, M.M. M.Pd 3. ...


(5)

vi MOTTO

“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. muslim).“

“Amalan (kebaikan) yang paling dicintai Allah yaitu yang dikerjakan dengan tetap, walaupun diamalkan sedikit. (HR. Bukhari - Muslim)

“Jagalah selalu kecintaan dari ayahmu dan janganlah engkau

memutuskannya, karena yang demikian lalu Allah akan memadamkan cahaya dari padamu. (HR. Bukhari)”

“Barang siapa yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya akan menjadilah ia sebagai orang yang paling baik dan akan diperpanjang umurnya. (HR.

Bukhari).”

“Kalau hidup sekedar hidup babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja. (Buya Hamka)”

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ibunda Liek Winarni Sri Haryati dan Ayahanda M.Saidun

Terimakasih untuk setetes kasih sayang dan yang tak henti tercurah padaku. Kakakku Abimanyu Binda Wijaya dan Arie Widya Wardhana

Terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi untukku. Orang terkasih Letda Tek Hamka yang selalu memberikan semangat

sertakesabarannya mendengarkan keluh kesahku

Para sahabat dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk dukungannya selama ini. Hanya Allah yang dapat


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, taufik, hidayah dan juga inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Akhir skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang dengan Judul “Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba ( Derris elliptica ) Terhadap Mortalitas Larva Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn ) Pada Tanaman kubis ( Brassica oleraceae var. capitata ) secara In Vitro”

Penulisan skipsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan tenaga, informasi, bimbingan dan juga bantuan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Terutama pada:

1. Orang tuaku Ibunda Liek Winarni Sri Haryati, S.Pd dan Ayahanda Drs. M. Saidun, terima kasih atas kasih sayang dan bantuan moril mapun spiritual yang selama ini telah diberikan.

2. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.M, M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Dra. Sri Wahyuni, M.Kes. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran dan semangat yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini, dan Ibu Dra. Elly Purwanti, M.P. selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta saran dan masukan kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dra. Nurul Mahmudati, M.Kes. selaku kepala Laboratorium Kimia yang telah memberikan izin penelitian serta dukungan moril.


(7)

viii

6. Asisten Laboratorium Kimia yang telah banyak membantu khususnya Susan, Chasan, dan asisten lab Kimia.

7. Teman-teman Bioncia yang memberikan dukungan semangat dan motivasinya.

8. Sahabat-sahabatku Misda, Eka, Putri, Intan, Nissa dan keluarga kost D/01 A yang telah banyak memberikan semangat dan dorongannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas do’a dan dukungannya

Semoga Allah senantiasa membalas amal baik yang telah diberikan, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 26 April 2014 Penulis,


(8)

ix ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn) Pada Tanaman Kubis

(Brassica oleracea var. capitata L.) Secara In Vitro Oleh:

Lizza Maharani Provitasari (09330031)

Agrotis ipsilon merupakan hama yang umum menyerang tanaman brokoli, kubis, tomat, cabe. Aplikasi pestisida nabati selama ini dinilai belum efektif untuk mortalitas ulat tanah, sehingga penggunaan filtrat akar tuba (Derris elliptica) sebagai alternatif pestisida diharapkan menghasilkan pestisida yang lebih aman dan dapat diaplikasikan di masyarakat luas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian filtrat akar tuba (Derris elliptica) terhadap mortalitas ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) pada tanaman kubis secara in vitro dan untuk mengetahui berapakah peresentase konsentrasi filtat akar tuba yang paling efektif terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis secara in-vitro.

Kegiatan penelitian dilakukan melalui True Experimental Research. Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang yang berlangsung pada tanggal 7-11 April 2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan kontrol, konsentarsi filtrat akar tuba 10%, 20%, 30%, dan 40%. Analisis data menggunakan uji normalitas, homogenitas, analisis varians satu arah dan uji beda jarak nyata Duncan 0,05%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mortalitas setelah pemberian berbagai konsentrasi filtrat akar tuba (Derris elliptica) secara in vitro. Pemberian larutan filtrat akar tuba dengan konsentrasi 40% adalah yang menyebabkan mortalitas Agrotis ipsilon Hufn paling tinggi pada tanaman secara in vitro.

Kata Kunci: Konsentrasi, filtrat akar tuba (Derris elliptica), Agrotis ipsilon Hufn, In vitro

Pembimbing I

Dra. Sri Wahyuni, M.Kes

Penulis


(9)

x ABSTRACT

Influence Giving Of Filtrat Root Tuba (Derris eliiptica) To Mortality Larva Caterpillar Land (Agrotis ipsilon) at Crop Cobbage (Brassica oleraceae var.

capitata L.) By In Vitro By:

Lizza Maharani Provitasari (09330031)

Agrotis ipsilon represent public pest attack brocolli crop, cabbage, chilli. Aplication pesticide of vegetation during the time assessed not yet effective for the mortailty of land caterpillar, so that usage of tuba root filtrat (Derris eliiptica) alternatively pesticide expected to yield more peacefull pesticide and earn aplicationb in wide society.

This research aim to know influence giving of tuba root filtrat (Derris elliptica) to land caterpillar mortality (Agrotis ipsilon) at cabbage crop by in vitro and to know how much is percentage concentration of filtart most effective tuba root to land caterpillar mortality at cabbage crop by in vitro.

Activity of research pass True Experimental Research. Place and reseach time in Chemical Laboratory University of Muhammadiyah Malang that goes on 7-11 April 2014. Research device the used id Complete Random Device (RAL) by 5 treatment and 4 times control restaring, root filtratconcentration poison 10%, 20%, 30%, 40%. Data analysis use test of normality, homogeneity, analyse one way varians and different test real distance of Duncan 0,05%.

Result of research indicate that there is influence of mortality after giving various concentration of filtrat tuba root (Derris elliptica) by in vitro. Giving of condencation of filtrat root poison with concentration 40% is causing highest Agrotis ipsilon mortality at crop by in vitro.

Keyword: Concentration, tuba root filtrat (Derris elliptica), Agrotis ipsilon, In Vitro

Advisor I Writter,


(10)

xi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Masalah ... 6

1.6 Definisi Istilah ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kubis (Brassica oleraceaevar. capitata) ... 8

2.2 Tinjauan Tentang Pestisida ... 12

2.3 Tinjauan Tentang Tanaman Tuba ... 20

2.4 Tinjauan Tentang Ulat Tanah ... 24

2.5 Tinjauan Tentang Sumber Belajar ... 27

2.6 Kerangka Konsep ... 31


(11)

xii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.4 Variabel Penelitian ... 37

3.5 Defimisi Operasional Variabel ... 38

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.7 Prosedur Penelitian ... 40

3.8 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.2 Hasil Analisis Data ... 52

4.3 Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1. Ringkasan Rerata Mortalitas Agrotis ipsilon dalam setiap perlakuan selama waktu

Pengamatan 3x24 jam ... 41 Tabel 4.2. Ringkasan Anlisis Varians 1 Jalan Mortalitas Agrotis ipsilon

selama Waktu Pengamatan 3x24 jam ... 54 Tabel 4.3. Ringkasan Uji Beda Jarak Nyata Duncan 5% Mortalitas

Agrotis ipsilon dalama setiap Perlakuan


(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Tanaman Kubis (Brassica oleraceae var. capitata) ... 8

Gambar 2.2. Tanaman Tuba ... 20

Gambar 2.3. Rumus Bangun Rotenon ... 24

Gambar 2.4. Daur Hidup Agrotis ipsilon... 26

Gambar 3.1. The Posttest-Only Control Group Design ... 34

Gambar 4.2 Grafik Rerata Mortalitas Agrotis ipsilon dalam setiap Perlakuan selama Waktu Pengamatan ... 51


(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Mortalitas Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) selama 3x24 jam Lampiran 2: Uji Normalitas (Lilliefors)

Lampiran 3: Uji Homogenitas (Bartlet) Lampiran 4: Analisis Varians 1 Jalan Lampiran 5: Uji Beda Jarak Nyata Duncan Lampiran 6: Foto-Foto Penelitian


(15)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Diakses dari http://tanaman.tuba.wikipedia.org Tanggal 9 September 2013.

Anonim. 2009. Diakses dari http://anekaplanta.wordpress.com/2008i07/30/derris-elliotica:wallichbenth-tuba Tanggal 16 September 2013.

Anonim. 2010. Diakses dari http://fiksa0926.blogspot.com/2009/12/pestisida nabati.html. Tanggal 20 September 2013.

Anonim. 2010. Diakses dari http:i/isroi.com/2010/08101/tanarnan-oestisida-nabati-tuba-alis-jenu-derris-elliotica-bth. Tanggal 20 Septernber 201 3 Anonim. 201 1. Diakses dari

http://www.gerbangpertanian.com/201l/06/tips-mengendalikan-hama-ulat-tanah.html . Tanggal 20 Septernber 2013

Anonim. 2012. Diakses dari Sumber: http://teknis: budidaya.blogspot.com/ 2007/10/budidaya-kobis.html.Tanggal 17 November 2013.

Baehaki. 1993. Insektisida Pengendali Hama Tanaman. Penerbit Angkasa. Bandung.

Balai Penelitian Tanaman Rempatr dan Obat. 1987. Prospek Beberapa Jenis Tanaman Penghasil Insektisida. Laporan Balitro Bulan Oktober 1987. Bogor

Cahyono. 2002. Budidaya Tanaman Kubis. Agromedia Pustaka. Depok.

Departemen Pertanian. 2000. Identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman Sayuran. http://www.deptan.go.id. Diakses 17 Oktober 2011.

Gus. Adharini. 2008. Pengendalian ekstrak akar tuba dalam Pengendalian Rayap Tanah. Institut Pertanian Bogor.

Herminanto, 2005. Hama Ulat Tanah Pada Kubis. Vol. III, No. 3: 5 - 22, Maret 2005

Grainge, M and S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York: J. Wiley.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated by Van der Laan, P.A, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.


(16)

xvii

Kardinan, Agus. 1999. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Kasumbogo, U. 2006. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Lestari, dkk. 2008. Subiyakto. 1991. Uji Aplikasi Ekstrak Kssar Buah Pinang, Akar Tuba, Patah Tulang, Dan Daun Nimba Terhadap Keong Emas (Pomacea Sp.) Di Rumah Kaca. Vol. 8, No. 1: 17 -22, Maret 2008

Monograf Balittas No 6. 2000. Ulat Tanah. ISSN 0853-9308. Balai Tanaman Tembakau dan Serat Karangploso 199 Malang

Mufit. 2007. Pengaruh Pemberian ekstrak Akar Tuba Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.). Skripsi. Pendidikan Biologi UMM. Malang.

Novizan 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Depok.

Prijono, dkk. 2008. Peningkatan Efektifitas Insektisida Nabati dalam Membasmi Ulat Kubis. Tanggal 20 Oktober 2013.

Prakash, A and J. Rao. 1997. Botonical Pesticides in Agriculture. Boca Raton: Lewis Publishers.

Rejesus, B.M. 1986. Botanical Pest Control Research in the Philippines. University of Philippines, Los Banos. 30 pp.

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik secara Profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sastrosiswojo, S. 1992. Prosiding Simposium Penerapan Pengendalian Hama Terpadu. 3-4 September 1992 - 27 -38.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiolagi Hewan. Depdiknas. Malang.

Subiyakto. 1991. Ulat Tanah Tomat dan Pengendaliannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. X No. 3.

Sudarmo, S. 1992. Pengendalian Serangga Hama. Kanisius. Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Afabeta. Bandung.


(17)

xviii

Thamrin dkk. 2000. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa sebagai Pestisida Nabati. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.

Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Jilid 2. Erlangga. Surabaya.

Weiss, E.A. 1971. Castor, Sesame, and Safflower. Leonard Hill, London. 525p. Wudianto, R. 1992. Petunjuk Penggurangan Pestisida. PT Penebar Swadaya


(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) banyak ditanam oleh para petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan C), mineral, karbohidrat, protein dan lemak yang amat berguna bagi kesehatan. Menurut Herminanto (2010), seperti beberapa jenis sayuran lainnya, kubis memiliki sifat mudah rusak, berpola produksi musiman dan tidak tahan disimpan lama. Sifat mudah rusak ini dapat disebabkan oleh daun yang lunak dan kandungan air cukup tinggi, sehingga mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama/penyakit tanaman.

Petani pada umumnya mengatasi gangguan ulat kubis dengan menggunakan pestisida kimia sintetik. Ditinjau dari segi penekanan populasi hama, pengendalian secara kimiawi dengan pestisida memang cepat dirasakan hasilnya, terutama pada areal yang luas. Hasil survei pada petani sayuran menyebutkan bahwa petani mengeluarkan 50% biaya produksi untuk pengendalian hama secara kimiawi dengan mencampurkan berbagai macam pestisida, karena belum diketahui bagaimana penggunaan pestisida yang tepat.

Tanaman kubis pada umumnya banyak ditanam di daerah pedesaan di dataran tinggi, meskipun di beberapa tempat juga ditanam di dataran rendah. Selama pertumbuhannya, kubis mengalami berbagai gangguan hama tanaman terutama kerusakan tanaman oleh ulat tanah yang terdapat pada kubis.


(19)

2

Selain menyerang tanaman kubis, hama ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) juga ditemukan menyerang berbagai jenis tanaman yang masih termasuk famili Brassicaceae (Cruciferae) seperti: kale, radish, turnip, brusselssprouts (kubis tunas), caisin, brokoli, caulitflower, kohl rabi (kubis umbi), mustard dan kanola. Tanaman brasika liar seperti misalnya B. elongata, B. fruticulosa, Roripa sp. dan lainnya juga menjadi inang ulat kubis (Herminanto, 2005).

Pengendalian ulat tanah pada kubis dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida kimia dan pestisida nabati, pola bercocok tanam (tumpangsari, irigasi, penanaman yang bersih), pengendalian hayati menggunakan predator, serta aplikasi program PHT.

Sampai saat ini pengendalian hama tanaman kubis yang umum dilakukan oleh petani adalah secara kimiawi menggunakan pestisida sintetik. Soewadi (2002) mengemukakan bahwa aplikasi pestisida kimia sintetik yang kurang bijaksana dan tidak sesuai dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat memberikan berbagai dampak negatif seperti terjadinya resistensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya organisme bukan sasaran, adanya residu insektisida pada bahan makanan, pencemaran lingkungan, dan bahaya pada pemakai. Sebagai alternatif, sekarang mulai dikembangkan penggunaan bahan tumbuhan untuk dijadikan sebagai pestisida nabati.

Pestisida alami adalah semua zat atau campuran zat kimia alami (kandugan kimia tumbuhan) yang dapat digunakan untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, gulma, virus, bakteri, atau jsad renik yang terdapat pada manusia danbinatang lainnya, atau semua zat campuran


(20)

3

yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengeringan tanaman. Pestisida alami mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, residu yang dihsilkan mudah dicerna oleh lingkungan sehingga tidak berbahaya bagi keseimbangan lingkungan (Kardinan, 1999). Dengan digunakannnya pestisida alami ini diharapkan para petani mampu menggunkannya untuk menghindari residu pada tanaman dan resurjensi hama dimana dalam pestisida alami ini mudah disapat dari lingkungan sekitar.

Menurut Syaifuddin (2000), insektisida nabati kembali mendapat perhatian menggantikan insektisida kimia sintetik karena relatif aman, murah, mudah aplikasinya di tingkat petani, selektif, tidak mencemari lingkungan, dan residunya relatif pendek.

Tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa kimia baru yang penting, baik sebagai senyawa obat, pestisida maupun sebagai senyawa model untuk mendapatkan senyawa aktif. Dari berbagai organ tumbuhan dapat digunakan sebagai pestisida alami, salah satunya adalah akar dari tanaman tuba. Tanaman tuba merupakan flora Indonesia yang cukup berpotensi dan diketahui berkhasiat untuk pengendalian hama pada berbagai tananan (Balitro 1987). Senyawa alami yang terdapat pada akar tanaman ini yaitu rotenon, merupakan racun kuat bagi serangga.

Secara umum akar tuba mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, dan rotenon. Akar tuba mengandung rotenon, kandungan tertinggi terdapat pada akarnya, yaitu antara 0,3% - 12%. Selain


(21)

4

rotenon, unsur-unsur utama yang terkandung pada akar tuba adalah deguelin, eliptone, dan toxicarol, dengan perbandingan 12 : 8 : 5 : 4. Rotenon merupakan racun kontak dan racun perut, tetapi tidak bersifat sistemik (Kardinan, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian Mufit (2007) tentang pemberian ekstrak akar tuba terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura F.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% menunjukkan bahwa pada konsentrasi 20% ekstrak akar tuba merupakan konsentrasi tertinggi sehingga mempunyai daya bunuh yang tinggi pula. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai filtrat pestisida nabati filtrat dari akar tuba dalam rangka pengendalian terhadap serangan ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) dengan konsentrasi yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang diatas, akar tanaman tuba (Derris elliptica) dapat digunakan sebagai pestisida alami , maka perlu diadakan penelitian tentang “ Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Ulat Tanah (Agotis ipsilon Hufn) Pada Tanaman Kubis Secara In Vitro ”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh pemberian konsentrasi filtrat akar tuba (Derris elliptica) terhadap mortalitas ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) pada tanaman kubis secara in-vitro ?


(22)

5

2. Pada konsentrasi berapakah persentase pemberian filtrat akar tuba yang paling efektif terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis secara in-vitro?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian filtrat akar tuba terhadap mortalitas Agrotis ipsilon Hufn pada tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) secara in – vitro.

2. Untuk mengetahui konsentrasi dari filtrat akar tuba yang paling efektif terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis secara in-vitro.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada pembaca mengenai adanya pengaruh pemberian pemberian filtrat akar tuba terhadap mortalitas Agrotis ipsilon Hufn pada tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L).

2. Secara Praktis

Memberikan informasi pada masyarakat dan petani tentang adanya pengaruh pemberian filtrat akar tuba terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis.


(23)

6

1.5Batasan Masalah.

a. Jenis ulat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat tanah instar 3 yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman dan Serat Tembakau, Karang Ploso, Malang.

b. Konsentrasi filtrat akar tuba yang digunakan adalah 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40% .

c. Penelitian ini menggunakan satu faktor perlakuan yaitu tingkat konsentrasi pada akar tanaman tuba.

d. Pengamatan mortalitas Agrotis ipsilon dilakukan dengan pemberian filtrat akar tanaman tuba terhadap daya tahan Agrotis ipsilon yang dilakukan dengan cara menghitung jumlah larva yang mati.

e. Parameter yang diamati meliputi :

1. Jumlah mortalitas ulat yang mati setelah diberi larutan filtrat akar tuba. 2. Perubahan yang terjadi pada ulat tanah setelah diberikan filtrat akar

tuba.

f. Mortalitas ulat tanah diamati dari waktu ke waktu adalah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam setelah pemberian larutan filtrat akar tuba.

1.6 Batasan Istilah

Adapun bebrapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengaruh adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan efek suatu hal terhadap hal yang lain (Poerwadaminta, 1992).


(24)

7

2. Konsentrasi adalah angka banding volume zat terlarut terhadap volume zat pelarut atau larutan yang dinyatakan khusus (Keenam, et al. 1984). 3. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan bakunya berasal dari

tumbuhan. Pestisida tersebut murah, praktis dan relatif aman terhadap kelestarian lingkungan. Masyarakat petani akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya.

4. Filtrat merupakan substansi yang telah melewati penyaringan, biasanya berwujud cair yang terpisah dari campuran padatnya ayau cairan jernih hasil penyaringan (Kashiko, 2004).

5. Mortalitas adalah proporsi kematian akibat penyakit tertentu (Salim edisi pertama). Dalam penelitian ini mortalitas yang dimaksud adalah kematian yang disebabkan oleh pemberian perlakuan berbagai konsentrasi filtrat akar tuba pada sampel.

6. Ulat tanah (Agrotis isilon Hufn) merupakan salah satu ulat penyerang pada tanaman kubis.


(1)

Selain menyerang tanaman kubis, hama ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) juga ditemukan menyerang berbagai jenis tanaman yang masih termasuk famili Brassicaceae (Cruciferae) seperti: kale, radish, turnip, brusselssprouts (kubis tunas), caisin, brokoli, caulitflower, kohl rabi (kubis umbi), mustard dan kanola. Tanaman brasika liar seperti misalnya B. elongata, B. fruticulosa, Roripa sp. dan lainnya juga menjadi inang ulat kubis (Herminanto, 2005).

Pengendalian ulat tanah pada kubis dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida kimia dan pestisida nabati, pola bercocok tanam (tumpangsari, irigasi, penanaman yang bersih), pengendalian hayati menggunakan predator, serta aplikasi program PHT.

Sampai saat ini pengendalian hama tanaman kubis yang umum dilakukan oleh petani adalah secara kimiawi menggunakan pestisida sintetik. Soewadi (2002) mengemukakan bahwa aplikasi pestisida kimia sintetik yang kurang bijaksana dan tidak sesuai dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat memberikan berbagai dampak negatif seperti terjadinya resistensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya organisme bukan sasaran, adanya residu insektisida pada bahan makanan, pencemaran lingkungan, dan bahaya pada pemakai. Sebagai alternatif, sekarang mulai dikembangkan penggunaan bahan tumbuhan untuk dijadikan sebagai pestisida nabati.

Pestisida alami adalah semua zat atau campuran zat kimia alami (kandugan kimia tumbuhan) yang dapat digunakan untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, gulma, virus, bakteri, atau jsad renik yang terdapat pada manusia danbinatang lainnya, atau semua zat campuran


(2)

yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengeringan tanaman. Pestisida alami mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, residu yang dihsilkan mudah dicerna oleh lingkungan sehingga tidak berbahaya bagi keseimbangan lingkungan (Kardinan, 1999). Dengan digunakannnya pestisida alami ini diharapkan para petani mampu menggunkannya untuk menghindari residu pada tanaman dan resurjensi hama dimana dalam pestisida alami ini mudah disapat dari lingkungan sekitar.

Menurut Syaifuddin (2000), insektisida nabati kembali mendapat perhatian menggantikan insektisida kimia sintetik karena relatif aman, murah, mudah aplikasinya di tingkat petani, selektif, tidak mencemari lingkungan, dan residunya relatif pendek.

Tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa kimia baru yang penting, baik sebagai senyawa obat, pestisida maupun sebagai senyawa model untuk mendapatkan senyawa aktif. Dari berbagai organ tumbuhan dapat digunakan sebagai pestisida alami, salah satunya adalah akar dari tanaman tuba. Tanaman tuba merupakan flora Indonesia yang cukup berpotensi dan diketahui berkhasiat untuk pengendalian hama pada berbagai tananan (Balitro 1987). Senyawa alami yang terdapat pada akar tanaman ini yaitu rotenon, merupakan racun kuat bagi serangga.

Secara umum akar tuba mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, dan rotenon. Akar tuba mengandung rotenon, kandungan tertinggi terdapat pada akarnya, yaitu antara 0,3% - 12%. Selain


(3)

rotenon, unsur-unsur utama yang terkandung pada akar tuba adalah deguelin, eliptone, dan toxicarol, dengan perbandingan 12 : 8 : 5 : 4. Rotenon merupakan racun kontak dan racun perut, tetapi tidak bersifat sistemik (Kardinan, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian Mufit (2007) tentang pemberian ekstrak akar tuba terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura F.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% menunjukkan bahwa pada konsentrasi 20% ekstrak akar tuba merupakan konsentrasi tertinggi sehingga mempunyai daya bunuh yang tinggi pula. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai filtrat pestisida nabati filtrat dari akar tuba dalam rangka pengendalian terhadap serangan ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) dengan konsentrasi yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang diatas, akar tanaman tuba (Derris elliptica) dapat digunakan sebagai pestisida alami , maka perlu diadakan penelitian tentang

“ Pengaruh Pemberian Filtrat Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap

Mortalitas Ulat Tanah (Agotis ipsilon Hufn) Pada Tanaman Kubis Secara In

Vitro ”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh pemberian konsentrasi filtrat akar tuba (Derris elliptica) terhadap mortalitas ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) pada tanaman kubis secara in-vitro ?


(4)

2. Pada konsentrasi berapakah persentase pemberian filtrat akar tuba yang paling efektif terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis secara in-vitro?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian filtrat akar tuba terhadap mortalitas Agrotis ipsilon Hufn pada tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) secara in – vitro.

2. Untuk mengetahui konsentrasi dari filtrat akar tuba yang paling efektif terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis secara in-vitro.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada pembaca mengenai adanya pengaruh pemberian pemberian filtrat akar tuba terhadap mortalitas Agrotis ipsilon Hufn pada tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L).

2. Secara Praktis

Memberikan informasi pada masyarakat dan petani tentang adanya pengaruh pemberian filtrat akar tuba terhadap mortalitas ulat tanah pada tanaman kubis.


(5)

1.5Batasan Masalah.

a. Jenis ulat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat tanah instar 3 yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman dan Serat Tembakau, Karang Ploso, Malang.

b. Konsentrasi filtrat akar tuba yang digunakan adalah 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40% .

c. Penelitian ini menggunakan satu faktor perlakuan yaitu tingkat konsentrasi pada akar tanaman tuba.

d. Pengamatan mortalitas Agrotis ipsilon dilakukan dengan pemberian filtrat akar tanaman tuba terhadap daya tahan Agrotis ipsilon yang dilakukan dengan cara menghitung jumlah larva yang mati.

e. Parameter yang diamati meliputi :

1. Jumlah mortalitas ulat yang mati setelah diberi larutan filtrat akar tuba. 2. Perubahan yang terjadi pada ulat tanah setelah diberikan filtrat akar

tuba.

f. Mortalitas ulat tanah diamati dari waktu ke waktu adalah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam setelah pemberian larutan filtrat akar tuba.

1.6 Batasan Istilah

Adapun bebrapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengaruh adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan efek suatu hal terhadap hal yang lain (Poerwadaminta, 1992).


(6)

2. Konsentrasi adalah angka banding volume zat terlarut terhadap volume zat pelarut atau larutan yang dinyatakan khusus (Keenam, et al. 1984). 3. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan bakunya berasal dari

tumbuhan. Pestisida tersebut murah, praktis dan relatif aman terhadap kelestarian lingkungan. Masyarakat petani akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya.

4. Filtrat merupakan substansi yang telah melewati penyaringan, biasanya berwujud cair yang terpisah dari campuran padatnya ayau cairan jernih hasil penyaringan (Kashiko, 2004).

5. Mortalitas adalah proporsi kematian akibat penyakit tertentu (Salim edisi pertama). Dalam penelitian ini mortalitas yang dimaksud adalah kematian yang disebabkan oleh pemberian perlakuan berbagai konsentrasi filtrat akar tuba pada sampel.

6. Ulat tanah (Agrotis isilon Hufn) merupakan salah satu ulat penyerang pada tanaman kubis.