49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai: 1 metode penelitian, 2 pendekatan penelitian, 3 sumber data dan lokasi penelitian, 4 teknik
pengumpulan data penelitian, dan 5 teknik analisis data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih
karena secara umum dapat memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan komprehensif
terhadap unit yang diteliti. Burhan Bungin 2003:23 secara lebih rinci menjelaskan keunggulan-keunggulan studi kasus sebagai berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan
antar-variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-
hubungan yang mungkin tidak diharapkandiduga sbelumnya.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat
berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka
pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Yin 2009 berpendapat, Penelitian studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘bagaimana’ dan
‘mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti”. Studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” pada satu
kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data
50
secara mendalam dengan melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks Creswell Herdiansyah, 2010. Lebih lanjut Miles dan Huberman
2007:15 menyatakan: “Studi kasus merupakan kajian yang rinci disuatu latar, suatu obyek, tumpuan atau suatu peristiwa tertentu”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: 1 sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa,
latar, dan dokumen; 2 sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing
dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel- variabelnya.
Salah satu kekhususan penelitian studi kasus sebagai metoda adalah pada tujuannya. Melalui pertanyaan ‘apa’ dan ‘mengapa’ terkandung substansi
dasar dalam kasus yang diteliti. Oleh sebab itu penelitian ini tepat apabila digunakan pada penelitian yang bersifat eksplanatori yaitu penelitian yang
bersifat menggali penjelasan kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam objek yang diteliti. Kekhususan penelitian studi kasus yang lain
adalah pada sifat objek yang diteliti. Menurut Yin 2009, kasus di dalam penelitian studi kasus bersifat kontemporer, masih terkait dengan masa kini,
baik yang sedang terjadi, maupun telah selesai tetapi masih memiliki dampak yang masih terasa pada saat dilakukannya penelitian. Oleh karena itu,
penelitian studi kasus tidak tepat digunakan pada penelitian sejarah, atau fenomena yang telah berlangsung lama, termasuk kehidupan yang telah
menjadi tradisi atau budaya. Sifat kasus yang demikian juga didukung oleh
51
Creswell Afriani, 2009 yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus berbeda dengan penelitian grounded theory dan phenomenologi yang
cenderung berupaya meneliti teori-teori klasik, atau definitif, yang telah mapan definitive theories yang terkandung dalam objek yang diteliti.
Berikut ini adalah tiga model desain studi kasus menurut Yin 2008:29:
1. Studi kasus Exploratory. Ketika melaksanakan studi kasus eksploratory,
maka kerangka kerja dan pengumpulan data boleh jadi dilaksanakan sebelum pertanyaan penelitian didefinisikan. Model penelitian ini boleh jadi
digunakan sebagai pembuka dalam penelitian hubungan. 2.
Studi kasus Explanatory. Studi kasus explanatory akan bermanfaat ketika digunakan dalam penelitian sebab akibat, terutama pada penelitian
masyarakat atau organisasi yang kompleks, menginginkan suatu pertimbangan untuk menggunakan berbagai macam kasus untuk menguji
beberapa pengaruh. Hal ini akan tercapai dengan menggunakan teknik Pattern-matching adalah situasi dimana beberapa bagian informasi dari
beberapa kasus dikorelasikan dengan beberapa proposisi teori. 3.
Studi kasus deskriptif. Eksplorasi harus deskriptif ini membutuhkan kehadiran investigator untuk mendeskripsikan teori yang menetapkan
kerangka kerja yang menyeluruh untuk melakukan pengkajian mengenai gagasan-gagasan penelitian. Peneliti harus mampu menentukan sebuah awal
penelitian bagian apa yang dianalisis dalam penelitian.
52
Berdasakan uraian di atas, maka studi kasus merupakan model penelitian yang dipilih oleh penulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran tentang kemampuan membaca permulaan di SLB X Kabupaten Kuningan ditinjau dari kondisi yang melatarbelakangi kemampuan
membaca permulaan.
B. Pendekatan Penelitian