Analisis Protease Aspergillus oryzae dengan Elektoforesis Gel Poliakrilamid
Olek
TIEAI TIER TAMOJO
F 25. 1160
5 9 9 2
FAKULTAS
TEKNOLOGI
INSTlTUT PERTANIAN
B O G O R
PERTAM14M
BOGQR
Tien Tien Tanojo. F25.1160. Analisis protease Aspergillus
oryzae dengan elektroforesis gel poliakrilamid. Di bawah
bimbingan : Maggy T. Suhartono.
RINGKASAN
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yang meliputi
isolasi kapang proteolitik, produksi, dan pemurnian
protease yang dihasilkan, serta analisis berat molekul
protease tersebut.
Kapang diisolasi dari tahap ke 2 dalam
fermentasi kecap Zebra, Bogor, yaitu fermentasi garam/
fase moromi.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan, yang
dikonfirmasikan dengari Laboratorium Mikologi, Jurusan
Biologi, IPB, kapang yang diisolasi adalah Aspergillus
oryzae.
Isolat
A. oryzae tersebut terbukti bersifat
proteolitik baik pada media SMA ataupun media fermentasi
yang dipergunakan.
Protease diproduksi pada media campuran dedak dan
tepung kedelai (7 : 3, w/w) yang disuplementasikan dengan
KH2P04.
fermentasi
Ekstrak protease kasar diperoleh dari media
dengan larutan Tween 80.
Aktivitas
kasar tersebut adalah 0,2 IU/mg protein.
protease
Uji aktivitas
protease dilakukan berdasarkan hidrolisis k a s e i n
(Bergmeyer, 1983).
Jumlah protein didasarkan pada
pengikatan zat pewarna (Bradford, 1976).
Pemurnian yang
dilakukan adalah berturut-turut pengendapan dengan
ammonium sulfat (70%, w/v) dan pengendapan dengan 100%
aseton (v/v), yang masing-masing meningkatkan aktivitas
protease menjadi 0,5 IU/mg protein, dan 1,2 IU/mg protein.
Pemisahan protease dengan
kromatografi filtrasi gel pada
kolom Sephadex G-100 menghasilkan 2 puncak protein dan 2
puncak protease.
Kedua jenis protease tersebut mempunyai
aktivitas 1,5 IU/mg protein dan 2,4 IU/mg protein, dengan
kemurnian
7,8 dan 12,3 kali enzim kasar.
Elektroforesis dilakukan sesuai dengan metode yang
dipergunakan Laemmli (1970), dengan konsentrasi akrilamid
10%.
Jumlah sampel yang diaplikasikan 30
-
40 pg.
Pada
konsentrasi tersebut protease A. oryzae dapat diwarnai
dengan pewarnaan Coomassie dan pewarnaan Ag, tetapi tidak
dengan pewarnaan Cu.
Berat molekul protease diestimasi
dengan SDS-PAGE, dengan pewarnaan Coomassie.
~ntuk
menentukan pita protease dilakukan pewarnaan spesifik
berdasarkan hidrolisis kasein.
Hasil yang diperoleh
adalah 2 macam protease yang mempunyai BM 105.300 Da dan
27.800 Da, yang diduga adalah
protease asam.
protease netral dan
ANALISIS PRWEASE Aspergillus oryzue DENGAN
ELEKTROFORE'IS GEL POLIAKRILAMKD
Oleh
TIEN TIEN TANOJO
F 25.1160
SKRKI'SI
Sehagai salah salu syarat unluk rncmperolch gclar
SARJANA TEKNOLOGI PEIUANIAN
pada JURIJSAN TEKNOLOGI I'ANCiAN DAN CilZI
FAKULTAS TEKNOLOGI PEKI'ANIAN
KNSTITOT I'EKI'ANIAN BOGOR
1992
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
IZAKIJLTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PROTEASE Aspergilluv oryzue DENGAN
ELEKTROFORESIS GEL 1'OLIAKIIILAMID
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
TIEN TIEN TANOJO
F 25.1160
Dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1969
di Surabaya
Tiriggal lulus : 8 Desernber 1992
Disetujui,
Boeor. 18 Desernber 1992
KATA
Puji,
luar biasa.
penulis
hormat
PENGANTAR
dan kemuliaan bagi Tuhan,
Karena hanya oleh kasih dan
dapat
menyelesaikan
Allah
yang
penyertaan-Nya,
penelitian
dan
penyusunan
hasil
penelitian
skripsi ini.
Tulisan
tentang
ini
berdasarkan
"~nalisisprotease Aspergillus oryzae dengan
poliakrilamid",
Mikroba
disusun
dan
yang
telah dilakukan di
Lab.
~ i o k i m i a ,PAU Bioteknologi IPB,
gel
Teknologi
dari
bulan
~ p r i lsampai dengan bulan Oktober 1992.
~ e n u l i smengucapkan terima kasih yang tulus
1.
Dr.
Ir.
Maggy T. Suhartono,
yang
telah
kepada :
membimbing
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2.
Dr.
yang
Ir.
Srikandi Fardiaz dan Ir.
berkenan
menjadi
dosen
Sutrisno
Koswara,
penguji
dan
membantu
Zebra,
Bogor,
menyempurnakan tu1i:;an ini.
3.
Pimpinan
Perusahaan
Kecap
yang
mengijinkan penulis mengambil sampel.
4.
Veralin,
Filosa,
Witono,
Eni,
Wirjanto,
Ika, dan Ujang,
Daniel,
yang
Lily,
banyak
Handi,
membantu
penulis selama berlangsungnya penelitian.
5.
Saudara-saudara penulis di Kopelkhu pada khususnya dan
PMK
pada umumnya, serta di "MUSASHI",
doa dan bantuan yang diberikan.
atas
dukungan
Penulis
sempurna,
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh
tetapi
penulis
berharap
tulisan
ini
dimanfaatkan oleh semua pihak' yang membutuhkannya.
IMMANUEL !
Bogor, 14 Desember 1992
Penulis
dari
dapat
DAFTAR IS1
Halaman
....................................... i
. vi
Daftar Gambar ....................................
Daftar Tabel ......................................... vii
Daftar Lampiran ...................................... viii
I . PENDAHULUAN....................................
1
Kata Pengantar
.
B.
A
LATAR BELAKANG
.............................
.....................................
I1 . TINJAUAN PUSTAKA ...............................
A . PROTEASE...................................
1 . Definisi dan Klasifikasi ................
TUJUAN
2
B
.
. Sumber dan Peranan......................
PROTEASE Aspergillus oryzae
................
..............................
D . PEMURNIAN PROTEASE DARI ASPERGILLUS ........
E . TEXNIK ELEKTROFORESIS DI DALAM ANALISIS
ENZIM ......................................
1 . Elektroforesis..........................
C
.
PEMURNIAN ENZIM
1
4
5
5
5
6
7
10
12
13
13
. Elektroforasis Gel Poliakrilamid........
3 . PAGE dengan Sodium Dodesil Sulfat .......
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi .........
20
. Pewarnaan Protein.......................
22
2
5
5.1.
Pewarnaaan Coomassie
5.2.
~ewarnaanCu
..................
..........................
16
19
23
24
Xalaman
..........................
....................
5.4. Pewarnaan ~pesifik
6. ~nalisisXasil Elektroforesis...........
I11. METODE PENELITIAN..............................
A . BAHAN DAN ALAT .............................
1 . Bahan ...................................
2 . Alat ....................................
B . METODE PENELITIAN..........................
1 . ISOLASI XAPANG PROTEOLITIK..............
5.3.
2
Pewarnaan Ag
. PRODUXSI PlZOTEASE.......................
a . Penyiapiin Media Fermentasi...........
. Pembuatan Inokulum dan Inokulasi.....
c . Ekstraksi............................
d . Pengukuran Jumlah Protein............
e . Pengujinn Aktivitas Protease.........
b
3
. PEMURNIAN PROTEASE......................
a . Pengendapan dengan Ammonium Sulfat ...
. Dialisis.............................
c . Pengendapan dengan Aseton ............
d . Pemisahan dengan Sephadex G-lo0 ......
b
4
.................
Pewarnaan Coomassie...................
Pewarnaan cu ..........................
Pewarnaan Ag ..........................
. ELEKTROFORESIS
4.1.
4.2.
4.3.
PROTEASE
25
25
27
29
29
29
30
30
30
31
31
32
32
33
33
36
36
38
38
38
39
39
40
40
Halaman
IV
.
HASIL DAN PEMBAHAGAN
A
.
...........................
42
.................
42
......
49
ISOLASI KAPANG PROTEOLITIK
B
.
PEMURNIAN PROTEASE Aspergillus oryzae
C
.
ELEKTROFORESIS PROTEASE Aspergillus
..................................... 5 8
1 . Uji Metode Pewarnaan ..................... 58
2 . Uji Aktifitas Proteolitik ...............
61
3 . Estimasi Berat Molekul Protease ......... 63
oryzae
V
VI
.
.
.........................
A . KESIMPULAN .................................
B . SARAN .....................................
69
.................................
70
KESIMPULAN
DAN
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
68
68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1
.
Cara pembuatan kurva standar untuk
Gambar
..............................
2 . Penetapan jumlah protein .................
3 . Prosedur pernurnian protease ..............
4 . Pembuatan kecap di pabrik kecap Zebra ....
5 . Fermentasi garam .........................
6 . substrat fermentasi garam ................
7 . Hasil isolasi kapang proteolitik .........
Gambar
8
estimasi BM
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
.
9
.
...................................
45
46
48
Profil
pemisahan
protease Aspergillus
.............
56
.....................
59
oryzae dengan Sephadex 6-100
Gambar 12
Uji metode pewarnaan
Gambar
Perbandingan pewarnaan Coomassie dengan
.............................
14 . Uji aktivitas proteolitik ................
pewarnaan Ag
.
44
.......
Gambar
Gambar 15
43
47
Uji proteolitik Aspergillus oryzae
Gambar
42
...................................
Gambar 10
.
13 .
37
Deskripsi mikroskopik Aspergillus
oryzae
.
11 .
33
Deskripsi makroskopik Aspergillus
oryzae
Gambar
28
Penentuan Bl4 protease
....................
60
62
66
DAFTAR TABEL
Halaman
...............
Tabel 1.
Pengujian aktivitas protease
Tabel 2.
Pemurnian protease Aspergillus oryzae......
Tabel 3.
Pengendapan burtahap protease dengan Ammonium
35
50
sulfat...................................
53
Tabel 4.
Penentuan BM protease Aspergillus oryzae...
66
Tabel 5.
Perbandingan dengan protease Aspergillus
lainnya
....................................
67
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
.
2.
3.
4.
5.
Lampiran 1
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
...........
Seperangkat Alat Elektroforesis .........
Kurva Standar Tirosin ...................
Kurva Standar Bovine Serum Albumin ......
Seperangkat Alat Kromatografi
76
77
78
Kurva Standar Protein Standar untuk
Penentuan Berat Molekul
.
7.
75
.................
Lampiran 6
Xunci Identifikasi Spesies Aspergillus
l am pi ran
Pembuatan ~ e r e a k s iUji ~ k t i v i t a s
..
................................
Elektroforesis Gel Poliakrilamid ........
Protease
viii
79
80
82
83
Enzim
yang
merupakan salah satu produk
dewasa
ini bnnyak dimanfaatkan
bioteknologi
dalam
cabang ilmu pengetahuan dan industri.
berbagai
Beberapa bi.dang
ilmu yang berhubungan dengan enzim diantaranya
kedokteran,
pertanian, pangan dan lain-lain.
industri
yang
industri
penyamakan
detergen,
pemanis
farmasi
adalah
memanfaatkan
kulit,
aktivitas
roti,
enzim
bir,
bukan tebu, keju,
Sedang
adalah
sari
buah,
fotografi,
dan
.
Dengan berkembangnya industri-industri
tersebut
di Indonesia, maka lcebutuhan enzim dari tahun k e tahun
makin
bertambah.
Sayangnya, sampai saat ini
seluruh
kebutuhan enzim Indonesia masih disuplai dari
negara-
negara lain.
Dari data statistik diketahui bahwa pada
tahun 1990, impor enzim Indonesia dari berbagai negara
mencapai
34.811.625
sedang
tahun
kg atau
$
51.970.458,
kg
atau
mengingat
bahwa
sebenarnya Indonesia mempunyai potensi sebagai
negara
$ 61.645.720
Hal
ini
berikutnya
sebesar
39.333.411
(BPS, 1991).
patut
disayangkan,
Sejak dulu bangsa
penghasil
enzim.
menguasai
teknologi fermentasi
untuk memproduksi makanan
dan
Indonesia
telah
mempergunakannya
tradisional
seperti tempe,
oncom,
kecap,
banyaknya
tauco, dan lain-lain.
mikroorgnnisme
dan bahan
Di
samping
baku
itu
fermentasi
juga merupakan potensi untuk memproduksi enzim.
Mikroba
yang
dapat
memproduksi
protease
licheniformis,
5.
Asperqillus
dimanfaatkan
diantaranya
untuk
Bacillus
:;tearothermophillus, Mucor
oryzae, dan A. niger.
Diantara
miehei,
mikroba-
mikroba tersebut, pcnggunaan kapang sebagai
penghasil
protease
masih belum banyak dikembanykan.
Pemakaian
protease Bacillus dunia sudah mencapai 500
tonltahun,
sedang protease kapilng 11 ton/tahun (Aunstrup,
oleh
sebab
itu pengembangan dan
penelitian
1980).
tentang
protease kapang masih sangat dibutuhkan.
Da lam
kapang
penelitian
proteolitik,
ini
yaitu
dilakukan
oryzae.
A.
Kapang
merupakan kapang utama pada pembuatan kecap.
yang diproduksi oleh kapang ini dimurnikan
molekulnya diperkirnkan dengan SDS
Penyempurnaan
pemurniannya
dari
meliputi
PAGE.
pengembangan
Pada dasarnya
pengendapan
merubah
berat
dan
industri
Penelitian tentang pemurnian protease
dilakukan.
elektroforesis.
dengan
dan
A. oryzae dan spesies Aspergillus lainnya
banyak
ini
Protease
teknik-teknik produksi enzim
sangat mendukung
biokatalisator.
-
isolasi
protein,
pemurnian
pH
atau
kekuatan
tersebut
kromatograf i
Pengendapan protein dapat
ion,
telah
dan
dilakukan
menambahkan
larutan
atau
mendenaturasi
untuk
polimer
protein.
organik,
Sedang
atau
metode
pemurnian meliputi kromatoyrafi
dengan
kromatografi
gel
filtrasi,
affinitas, penukar ion, dan adsorbsi.
Teknik elektroforesis umumnya dipergunakan dalam
tahap
pemurnian lanjut, untuk karakterisasi
misalnya
untuk
estimasi
berat
protein,
molekul,
isoelektrik,
uji
kemurnian,
dan
Elektroforesis
juqo merupakan metode analisis
sifat enzim yang telah dimurnikan.
teknik
titik
lain-lain.
sifat-
Ada bermacam-macam
elektroforesis, tetapi yang paling baik
memisahkan
protein
poliakrilamid.
protein
adalah
elektroforesis
Elektroforesis ini
berdasarkan
ukuran
dapat
yang
untuk
gel
memisahkan
seragam
dan
menghasilkan resolusi yang baik.
Pewarnaan protein yang telah terpisah diperlukan
untuk
menampilkan
banyak
pewarna
dipergunakan.
berbeda
pita-pita protein
dan
metode
pewarnaan
Interaksi antara
untuk
sensitifitasnya
protein
pun
yang
tidak
tersebut.
yang
pewarna-pewarna
berbeda,
sama.
Ada
dapat
ini
sehingga
Pewarnaan
Ag
dinyatakan 100 kali lebih sensitif dibanding pewarnaan
Coomassie.
dipergunakan
Sampai
untuk
saat
ini,
mendeteksi
pewarna
hasil
protein adalah Coomassie Brilliant Blue.
yang
umum
elektroforesis
11. TINJAUAN PUSTAKA
A.
PROTEASE
1. Definisi dan Klafisikasi
Protease
adalah
enzim
proteolitik
merupakan
biokatalisator
protein.
Berdasarkan reaksi yang
enzim
untuk
reaksi
substrat
dengan
hidrolisisnya,
menghidrolisis
besar
atau
yaitu
protein
air.
berdasarkan
proteinase
menjadi
polipeptida
mengkatalis
pertolongan
Protease dapat dibagi menjadi 2 macam,
cara
pemecahan
dikatalisisnya,
ini tergolong hidrolase, karena
pemecahan
dan
Yang
fragmen-fragmen
peptidase
menghidrolisis fragmen-£ragmen polipeptida
asam-asam
amino.
Protease
biasanya
mempunyai
dari
campuran
yang
yang
menjadi
mikroorganisme
keduanya
(casida,
1968).
Protease,
menurut
diklasifikasikan
dalam
eksopeptidase
dan
eksopeptidase
dapat
Winarno
2
golongan
besar,
endopeptidase.
dibagi
dapat
(1986),
yaitu
Golongan
lagi
menjadi
karboksipeptidase dan aminopeptidase yang berturutturut
memotong peptida dari arah
terminal
dan
endopeptidase
gugus
amino
gugus
karboksil
terminal.
memecah protein atau ikatan
dari arah dalam.
Golongan
peptida
Klasifikasi protease berdasarkan
sifat-sifat
kimia dari lokasi aktifnya, menurut Winarno
(1986)
adalah sebagai berikut :
a.
Protease
Serin,
yang mempunyai
residu
serin
pada lokasi aktifnya.
b.
Protease
Sulfhidril,
yang
mempunyai
residu
sulfhidril pnda lokasi aktifnya.
c.
Protease
pada
Metal, yang
adanya
logam.
keaktifannya
Logam
tergantung
tersebut
dapat
terdiri dari Mg, Zn, Co, Fe, Hg, dan Ni.
d.
Protease
Asam,
terdapat
yang
pada
lokasi
2 gugus karboksil.
Enzim
aktifnya
ini
hanya
aktif pada pll rendah.
2.
Sumber dan Peranan
Protease
hewan,
dihasilkan
dan mikroorganisme.
misalnya
fisin
dapat
papain
yang
bromelin
hewan,
tanaman,
Protease dari
yang berasal dari
berasal dari getah
getah
pohon
yang bcrasal dari nenas.
penghasil
tanaman
pepaya,
ficus,
Protease
contohnya renin, yang berasal dari
anak sapi.
berbagai
oleh
dan
dari
lambung
Sedangkan mikroorganisme yang merupakan
protease
bakteri
Clostridium,
yang
seperti
Proteus
dan
cukup
potensial
adalah
Bacillus,
Pseudomonas,
Serratia,
dan
seperti Aspergillus, Mucor, dan Penicillium.
kapang
Secara
dari
mikroorganisme
keuntungan,
yang
karena
enzim
cepat dan mudah
diatur
sendiri
beberapa
mikrorganisme
menyebabkan
yang dihasilkan lebih seragam.
mikroorganismenya
diproduksi
mempunyai
diantaranya pertumbuhan
relatif
enzim
itu
komersil, beberapa
Di
dapat
samping
direkayasa,
sehingga enzim dari mikroba mudah diproduksi
jumlah besar.
dalam
Selain itu prosedur isolasinya
pun
relatif mudah.
Peranan
untuk
dan
protease dalam industri
diantaranya
mempercepat pengempukan daging,
klarifikasi
pematangan
bir,
bahan
aditif
detergen,
pembersih lensa kontak, dan untuk memproduksi bahan
pangan
dari kedelai.
dimanfaatkan
dalam
Di Jepang, enzim
pembuatan
ini
kecap
telah
untuk
mempercepat proses fermentasi.
B.
PROTEASE Aspergillus olyzae
Aspergillus
untuk
memproduksi
Amerika,
subtilis,
boleh
oryzae merupakan sumber
protease
enzim-enzim
A.oryzae,
(Aunstrup,
yanq diproduksi
dalam
baik
1980).
Di
oleh
dan A. niger dianggap
dipergunakan dalam makanan.
termasuk
yang
as Save (Winarno, 1986).
aman
Senyawa
9o:Longan GRAS / Generally
Becillus
dan
tersebut
Recognized
Menurut
dalam
ke
Aunstrup
(1980), enzim
diproduksi
sel dengan dua sifat, yaitu dapat
luar
yang
sel atau tetap berada di dalam
disekresikan
ke
luar
sel
di
disekresikan
sel.
Enzim
disebut
enzim
ekstraseluler, sedang enzim yang tetap berada di dalam
sel
disebut enzim intraseluler.
Enzim
intraseluler
lebih sulit dimanfadtkan dalam industri karena
metode
ekstraksinya lebih sulit dan sifatnya lebih labil.
Protease
ekstraseluler
disekitarnya.
A.
dari
yang
oryzae
dapat
tergolong
menghidrolisis
enzim
substrat
Enziln ini bersifat terinduksi,
pada substrat yang sesuai produksinya akan
Tanpa
penginduksi,
enzim
tetap
dalam
jumlah yang lebih kecil (Meyrath dan
artinya
meningkat.
diproduksi,
tetapi
Volavsek,
1975).
Ada
3
macam
protease
Aspergillus,
yaitu
protease alkali,
netral (Ward, 1983).
yang
dihasilkan
karboksil,
menurut
dan
Aunstrup (1980) menyatakan bahwa
A. oryzae dapat memproduksi protease asam dan
sedang
oleh
Njoku
(1989)
A.
alkali,
oryzae
menghasilkan ketiga macam protease tersebut.
dapat
Kasai
et al. (1984) menerangkan bahwa A. oryzae menghasilkan
metalloproteinase, yang mempunyai pH optimum 6,5, dan
Lestario (1991) menambahkan bahwa
aktivitas
protease
ini ditingkatkan olfh logam-logam Mn, Co, Zn, dan
tetapi dihambat oleh EDTA, KCN, dan pCMB.
Ca,
Tipe
protease
yang terbentuk
media pertumbuhannya.
tergantung
pada
Kandungan nitrogen dalam bentuk
protein / peptida yong tinggi dan senyawa karbon
rendah
dan
akan mengintiuksi pembentukan
alkali.
tinggi
dan
adanya
pembentukan
Hal
ini
(1987)
asam amino
protease
(Meyrath dan
yang
substrat yang
seperti
dapat
Volavsek,
protease
mengandung
corn steep liquor,
yang
menekan
1975).
(1980) dan
menyatakan produksi
pada
netral
karbohidrat
bebas
didukung oleh Aunstrup
dilakukan
tinggi,
Sebaliknya kandungan
protease
yang
Fardiaz
sebaiknya
rasio
ekstrak
N/C
khamir,
pepton, atau tepung kedelai.
Fermentasi
memproduksi
padat sangat
cocok
untuk
enzim-enzim dari Aspergillus, Mucor,
Penicillium;
dan
sudah
A.oryzne.
pertumbuhan
dari
substrat
campuran
7
dibuktikan
baik
Media fermentasi yang
bagian dedak dan
3
dan
untuk
terdiri
bagian
tepung
kedelai, yang disuplementasi dengan KH2P04 paling baik
untuk memproduksi protease A. oryzae (Lestario, 1991).
Ion fosfat yang ditambahkan dapat menginduksi produksi
protease (Ueno et a l . , 1987).
Umumnya
enzi~ndari kapang dibentuk
setelah
jam dan terus meninqkat sampai mencapai maksimum
saat
persediaan
makanan
pada
media
habis.
24
pada
Dalam
berbagai penelitian mengenai protease A. oryzae, waktu
fermentasi
bervariasi
dari
65 jam
sampai
5
hari,
tergantung lingkungan tumbuh dan strain mikroorganisme
yang
dipergunakan (Kasai et al., 1984;
1987;
C.
Ueno et
al.,
Lestario, 1991).
PEMURNIAN ENZIM
Pada umumnya enzim terdapat dalam
campuran yang
kompleks, sehingga untuk mempelajari karakteristik dan
cara
kerja
suatu enzim
tersebut.
diperlukan
Adanya enzim lain akan
pemurnian
mengganggu
memberikan
hasil
reaksi
yang
dengan
substrat
beberapa cara, seperti turut bereaksi dengan
sehingga
enzim
lain,
dan
menyerang koenzim atau bahkan enzim itu sendiri (Clark
dan Switzer, 1977).
Langkah awal dalam pemurnian adalah
protein
yang
bersangkutan
terhadap
dikehendaki.
dan
metode
beberapa
sifat-sifatnya
ekstraksi
larutan
ekstraksi,
Lokasi
yang
misalnya
yang
dapat
dengan
mengekstrak
protein
sangat
berpengaruh
dipergunakan.
dipergunakan
buffer
yang
fosfat
Ada
dalam
pH . 7
(Impoolsup et al., :1981), 2% NaCl (Wang et al., 1974),
dan Tween 80 (Saputro, 1987; Lestario 1991).
Penggunaan
bahan
pengekstrak
sifat enzim yang diltehendaki.
menyatakan
merusak
tergantung
Impoolsup et al. (1981)
bahwa penggunaan buffer fosfat pH 7
protease
penelitiannya
tidalc
asam,
pada
sehingga
ditemui adanya
pada
enzim
dapat
hasil
tersebut.
Larutan
detergen
encer,
seperti
Tween,
keuntungan lain bila dipergunakan sebagai
memberi
pengekstrak
enzim, yaitu dapat mengekstrak enzim yang terikat pada
struktur mitokondria (Dixon et dl., 1979)
Untuk
ke
protein ekstraseluler, yang
dalam
medium
diperlukan
fermentasi,
sebelum
dimurnikan
tahap pfnjernihan atau pemisahkan sel
partikel-partikel
ini
disekresikan
dapat
yang tidak dikehendaki.
dilakukdn dengan metode
mikrofiltrasi.
Pemisahan
pengendapan
Metode pemurnian enzim pada
tidak
berbeda dengan pemurnian protein.
umum
dipergunakan
kromatografi,
dan
meliputi
atau
dasarnya
Tahap
pengendapan
elektroforesis
dan
yang
protein,
(Scopes,
1987).
Beberapa metode yanq umum dipergunakan dalam pemisahan
protein dengan pengendapan, yaitu berdasarkan
peruba-
pH, perubahan lcekuatan ion (salting in /
salting
han
out),
menggunakan
organik,
metode
serta
pelarut
denyan
pemurnian
organik
atau
pendenaturasian.
dengan
kromatografi
Sedangkan
dapat
dalam tiga bagian besar, yaitu kromatografi
kromatografi
dapat
gas,
dan HPLC.
polimer
dibagi
adsorbsi,
Kromatografi
adsorbsi
dibagi lagi menjadi kromatografi filtrasi
penukar
merupakan
molekul,
ion,
affinitas,
pengikatan
pemisahan berdasarkan
muatan,
substrat
mengikat suatu pewarna.
pewarna;
keseragaman
spesifik,
dan
gel,
yang
ukuran
kemampuan
a
1).
I'EMUItNIAN PROTEASE DARI ASPERGILLUS
Impoolsup
flavus
dan
et al. (1981) memurnikan protease
var columnaris dan memperoleh protease
alkali.
enzim
dari
Pemurnian diawali
kasar
ammonium
didialisis
diperoleh
hasilnya
dengan
dengan
dengan
endapan
fosfat
Larutan enzim yang sudah pekat
yang
pH
dipekatkan dengan ultrafiltrasi dan
membran.
netral
pengendapan
sulfat,
buffer
A.
7,
diaflo-
dituang
ke
kolom kromatografi dengan bahan pengisi berturut-turut
DEAE Sephadex
Pada
A.
A-50, CMC-CM 52, Sephadex G-100.
pemurnian
karboksipeptidase
oryzae, Takeuch-i dan Ichisima
Sephadex
DEAE
dengan
dan CMC.
ammonium
kromatografi.
Uji
Elektroforesis
dari
menggunakan
enzim
lalu
kemurnian
Gel
(1981)
Mula-mula
sulfat,
0-1
diendapkan
diikuti
dengan
dilakukan
dengan
Poliakrilamid
(PAGE)
dan
Isoelektrik Fokusing Gel Poliakrilamid (PAGIF).
Beberapa
memurnikan
peneliti
karboksil
lain, Yagi
proteinase
dengan
kromatografi DEAE Sephadex
C-50,
dan
Sephadex
G-100.
et
al.
dari
A.
A-50,
(198G),
kawachii
SP-Sephadex
Homogenitas
enzim
ditentukan dengan PAGE.
Pemurnian
pernah
dilakukan
metalloproteinase
oleh
Kasai et
A.
oryzae
(1384)
dengan
dari
al.
menggunakan Talopeptin-Aminohexyl-Sepharose. Cara ini
dikombinasikan
denqan pemekatan dengan diafilter
kromatografi dengan Sephadex G-100, serta
dan
pengendapan
dengan ammonium sulfat.
Isolasi
telah
protaase
dilakukan
berhasil
oleh Feinstein
dilakukan
A.
alkali dari
dengan
dan
satu
oryzae
Gertler
tahap
dengan kromatografi affinitas pada kolom
yang
(1973)
saja,
yaitu
Ovoinhibitor
Sepharose.
E.
TEICNIK ELEKTROFOI1ESIS Dl DALAM ANALISIS ENZlM
1. Elektroforesis
Elektrofornsis
fraksi-fraksi
memisahkan
migrasi
adalah
partilcel
di
makromolekul
suatu
suatu
zat
bermuatan
bawah
berdasarkan
atau
ion-ion
medan
listrik
Miqrasi
partikel
pengaruh
dan
bermuatan
tersebut dapat terjadi karena
perbedaan
bentuk, muatan, atau sifat kimia
molekul.
Sedangkan
menurut
perpindahan
1380).
untuk
(Pomeranz
ukuran,
Meloan,
cara
Morris
dan
Morris
molekul bermuatan pada
(1976),
elektroforesis
merupakan aksi dari medan listrik.
Jika sebuah molekul bermuatan q berada
larutan
atau
suspensi di sebuah medium
menjadi subyek dari medan listrik
H, maka gaya yang bekerja pada
dengan
molekul
dalam
cair
dan
kekuatan
tersebut,
yang mengakibatkan pergerakannya, adalah sebesar qH.
Di
dalam
medium,
molekul
yang
bergerak
dengan
kecepatan v menginlami hambatan yang disebabkan oleh
koefisien
molekul
geselcan
f, sebesar
Pergerakan
fv.
terjadi sampai gaya listrik
kesetimbangan
dengan
hambatan
qH
gesek
mengalami
yang
ada,
sehingga berlaku persamaan :
v
SB
(Morris dan Morris, 1976)
= -
f
Menurut
jari-jari
hukum Stokes, molekul
r yang
melalui
medium
bulat
dengan
polar
dengan
viskositas n akan mengalami gesekan sebesar :
sehingga :
Dengan
demikian
mobilitas
( H atau p ) dari sebuah molekul, yang
elektroforetik
didefinisikan
sebagai pergerakan per unit kekuatan medan
dapat dituliskan dengan persamaan :
listrik
Dalam
pemisahan
molekul-molekul
berbeda
akan
elektroda
protein
terpisah
yang
berdasarkan
yang
mempunyai
selama
polaritasnya
muatan,
muatan
bergerak
ke
berlawanan
arah
dengan
muatan molekul tersebut (Boyer, 1986).
Boyer
(1986)
elektroforesis
juga
umumnya
mengatakan
bahwa
dipergunakan
untuk
karakterisasi dan analisis molekul-molekul besar
polimer,
diantsranya
molekul,
mendeteksi
protein,
untuk
menentukan
berat
dan
kerusakan
menetapkan titik isoelektrik,
memisahkan
spesies-spesies
kemurnian
/
molekuler
yang
berbeda
secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Berdasarkan
(1986)
jenis media penyangganya,
mengklasifikasikan
Elektroforesis
Cairan
dan
Boyer
elektroforesis
dalam
Elektroforesis
Zona.
Dalam Elektroforesis Cairan media yang dipergunakan
adalah larutan buffer, sedang dalam
Zona
Elektroforesis
media penyinngga berupa padatan, yaitu
atau gel.
kertas
Dengan adanya medium penyangga, gangguan
karena konveksi dapat dihilangkan.
Elektroforesis Zona sering dipergunakan dalam
analisis
kemurnian
dan penentuan
berat
molekul.
Pada elektroforesis ini migrasi molekul dipengaruhi
oleh
besarnya
penyangga
medan listrik dan
yang dipergunakan.
kekakuan
Lebih
lanjut
medium
Boyer
(1986)
membagi
Elektroforesis
Zona
berdasarkan
media penyangganya, menjadi Elektroforesis Kertas /
selulosa Asetat dan Elektroforesis Gel
2. Elektroforesis Gel Poliakrilamid (PAGE)
Ada
macam
dua
dipergunakan
bahan
dalam Elektroforesis Gel,
pati dan gel poliakrilamid.
resolusi
selulosa
karena
yang
lebih
asetat,
ukuran
isoenzim
porinya
dan
dalam
gel
Gel pati
baik
tetapi
yang
umum
yaitu
gel
menghasilkan
dibanding
kertas
penggunaannya
tidak
beberapa
menggunakan bahan ini.
beberapa
penyangga
terbatas
seragam.
protein
/
Analisis
tertentu
masih
Gel poliakrilamid mempunyai
keunggulan dibanding gel
pengontrolan ukuran pori.
pati,
terutama
Ukuran pori
pada
poliakrilamid dapat dibuat seragam, dua
macam
(gel diskontinyu), ataupun bervariasi sepanjang gel
(gel gradien)
.
Poliakrilalnid merupakan bahan penyangga
relatif baru dalam elektroforesis.
menguntungkan,
dapat
karena
diatur,
bahan
di samping
ini
yang
Bahan ini lebih
ukuran
bersifat
porinya
transparan
sehingga
dapat diwarnai pada daerah
sinar
maupun
daerah
Selain
itu
secara
kimia
poliakrilamid
bersifat
ultra
violet.
merupakan medium yang
tampak
inert, tidak bereaksi dengan sampel,
tidak bermuatan (Nur dan Adijuwana, 1988).
dan
Gel
poliakrilamid
diperoleh
dengan
cara
polimerisasi akrilamid.dengan adanya sejumlah kecil
cross-linking agent N,N1-metilen-bis-akrilamid
ammonium persulfat sebagai katalisator.
diperlukan
juga
dan
Selain itu
(Tetrametil-etilendiamid)
yang
bertindak sebagai katalisator terutama
dalam
TEMEII
mengawali
terjndinya
polimerisasi
(Nur
dan
Adijuwana, 1988).
Menurut
Nur
dan
Adijuwana
pembentukan poliakrilamid adalah :
bebas
reaksi
radikal-radikal
yang terbentuk dari ammonium persulfat
bereaksi
dengan
akrilamid
molekul
sama,
sehingga
pan jang .
akrilamid,
Akrilamid
aktif.
dengan
ini
(1988),
ini
akrilamid lain
dihasilkan
sehingga
rantai
Larutnn yang mengandung
kental
tetapi
tidak
terbentuk
dapat
dengan
bereaksi
cara
polimer
rantai
membentuk
akan
yang
yang
polimer
gel.
Untuk
membentuk gel diperlukan N,N1-metilen-bis-akrilamid
yang
bertindak
Polimerisasi
rantai
sebagai
menyebabkan
akrilamid.
cross-linking
terbentuknya
per
jala
Ukuran pori dari jala
ditentukan oleh jumlah akrilamid yang
unit volume medium reaksi dan
silangnya (Boyer, 1986).
agent.
dari
tersebut
dipergunakan
derajat
ikatan
PAGE
dapat
dipergunakan
untuk
uji
homogenitas, estimasi BM, mobilitas relatif, muntan
netto,
dan
koefisien
difusi
1974).
Menurut Mayes et al.
protein
paling
baik
apparent
(1987),
diuji
dengan
homogenitas
PAGE.
rendah konsentrasi poliakrilamid yang
dan
makin
kecil
ukuran
(Maurer,
Makin
dipergunakan
molekul
yang
akan
dipisahkan, mobilitas molekul tersebut makin besar.
konsentasi
Pada
standar
(7,5%)
berat molekul 10.000
mempunyai
dipisahkan
dengan
poliakrilamid
memisahkan
baik.
dapat
3,5%
makromolekul
molekul 1.000.000
-
Gel
-
senyawa
yang
1.000.000
dapat
dengan
konsentrasi
dipergunakan
yang
untuk
berat
mempunyai
5.000.000 (Boyer, 1986).
PAGE dapat dilakukan pada 2 macam gel,
gel
yang
diantara
berbentuk
sampel
lebih
adanya
dua
batang
plat kaca.
batanq
tiap
yang
atau
Tidak seperti
hanya
batang, pada
lempeng
gel
dapat
tipis
pada
memuat
berbentuk
(Boyer, 1986).
Gel
berbentuk
dielektroforesis secara vertikal
satu
secara
lempeng
atau
pengaruh grafitasi tidak diinginkan,
dilakukan elektroforesis horisontal.
gel
lempeng
dari 1 sampel dapat dielektroforesis
simultan
dapat
berbentuk
yaitu
bila
dapat
3.
PAGE dengan Sodium Dodesil SulEat (SDS-PAGE)
Variasi yang terkenal dalam PAGE adalah
PAGE,
yaitu PAGE yang'dilakukan pada
terdenaturasi
(Mayes et al., 1987)
Dodesil
Sulfat)
bersama
dengan
sampel
.
SDS
merupakan anionik
SDS-
yang
(Sodium
deterjen
D-merkaptoetanol
dan
yang
pemanasan
menyebabkan rusaknya struktur tiga dimensi protein.
Hal
ini disebablian oleh pecahnya ikatan
disulfida
yang selanjutnya tereduksi menjadi gugus sulfhidril
(Smith,
1984).
sekunder ,
tersier,
menghasilkan
Selanjutnya
disulfida
rantai
'
dan
SDS
merusak
kuaterner
polipeptida
struktur
protein,
yang
acak.
8-merkaptoetanol memecah semua
yang
menyebabkan
SDS
Mula-mula
ada.
Kedua
reaksi
protein terdenaturasi
ikatan
tersebut
(Boyer,
1986).
mengikat protein yang terdenaturasi pada
hidrofobik
dengan perbandingan yang
selalu
sisi
sama,
yaitu 1,4 gram SDS per gram protein (Smith, 1984).
SDS-PAGE
Pada
pH
protein
sekitar
netral.
kompleks
dengan
dan kompleks ini bermuatan negatif
karena
7,
dilakukan pada pH
SDS akan
membentuk
adanya gugus-gugus anion dari SDS.
seluruh
sampel yang ditambahkan akan
elektroda positif.
besar
Dengan demikian
mempunyai
bergerak
ke
Kompleks SDS-protein yang lebih
mobilitas
yang
lebih
dibandingkan dengan kompleks yang lebih kecil
kecil
(Nur
dan Adijuwana, 1988).
untuk
mengetahui
ataukah
apakah suatu
oligomerik.
berat
menetapkan
SDS-PAGE dapat
protein
Selain
molekul
dipergunakan
itu
dan
monomerik
juga
untuk
jumlah
rantai
polipeptida suatu protein.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan
elektroforesis
pemisahan suatu senyawa
dipengaruhi
oleh
dengan
banyak
hal.
Diantaranya sistem buffer, suhu, waktu dan besarnya
arus listrik yanq dipergunakan.
tersebut saling mempengaruhi.
dipergunalcan,
yang
semakin
Keempat
parameter
Semakin tinggi
arus
pendek
yang
waktu
dibutuhkan, tetaj~i suhu akan meningkat.
Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan pola
pemisahan
molekul
yang
yang
dipergunakan.
dan
Menurut Morris dan
suatu
ionisasi
dan
tergantung
tergantung
dipisahkan
mobilitas
Sedangkan
optimum
molekul
pada
jenis
buffer
Yang
Morris
dipengaruhi
deionisasi
besarnya
pada
molekul
arus listrik
banyaknya
yang
kolom
(1976),
oleh
waktu
tersebut.
dibutuhkan
elektroforesis
yang ditanggungnya (Nur dan Adijuwana, 1988).
Pengaruh
suhu
terhadap
dilihat dari hukum Stokes.
kekentalan
media
dapat
Suhu dapat mempengaruhi
(n) dan
sehingga mobilitas (H atau
mobilitas
.LC)
jari-jari
ion
berubah juga.
(r),
Morris
dan
Morris
terjadi
(19'76) menyatakan bahwa
secara
peningkdtan mobilitas ionik
kasar
sebesar
2,5%
per derajat kenaikan suhu.
Buffer berfungsi mempertahankan pH baik dalam
reservoir
ataupun
elektrolit
dalam
pembawa
gel,
aliran
dan
merupakan
listrik.
Untuk
tercapainya kedud fungsi tersebut, menurut Nur
Adijuwana
diperlukan
(1988),
kondisi
3
dan
sebagai
berikut :
(1) Buffer yang dipilih harus tidak bereaksi dengan
makromolekul
terjadi
ydng
akan
pergerakan
dipisahkan.
menyebabkan
molekul
Interaksi
perubahan
dalam
medan
yang
kecepatan
listrik;
dan
mengakibatkan 1 spesies terlihat menjadi 2.
(2) pH yang dipergunakan dalam elektroforesis harus
sedemikian rupa
dapat
terpisah
sehingga
campuran
satu sama lain.
makromolekul
Kisaran
pH
yang
umum dipergunakan untuk protein 4,5-9,O.
(3)
Kekuatan
ionik dan konsentrasi
diperhitungkan
elektrolit
di
makromolekul
Akibatnya
dengan tepat.
dalam
akan
pita-pita
buffer
Apabila
gel
bergerak
konsentrasi
terlalu
terlalu
rendah,
cepat .
tidak
tajam,
melainkan tampak seperti daerah difusi yang
sangat
menurunkan
konsentrasi
yang terbentuk
harus
resolusi.
Sebaliknya,
elelctrolit sangat tinggi, maka
apabila
timbul
panas
yang dapat menimbulkan denaturasi;
meskipun
pita
yang
diperoleh
tajam,
sehingga
pergerakan
molekul hanya mencapai jarak yang pendek.
ionik
buffer
yang
dipergunakan
Kekuatan
berkisar
antara
0,05-0,15.
5. Pewarnaan Protein
Pewarnaan
berguna
untuk
memperjelas
pita
protein hasil pernisahan dengan elektroforesis. Ada
bermacam-macam
pewarna
yang
dapat
dipergunakan
untuk mendeteksi adanya protein, diantaranya
Amido
Black,
R-250
dan
Nigrosinc, Coomassie Brilliant
Blue
G-250, CuC12, AgN03, dan lain-lain
(Blakesley
dan Boezi, 1977; Merril, 1983; Scopes, 1987; Lee et
dl., 1987).
Menurut
suatu
Maurer
(1974),
kapasitas
pewarna terhadap protein sangat
Meskipun
demik ian,
coefficient
selama
ikatan
bervariasi.
molar
extinction
pewdrna yang dipergunakan masih
besar daripada molekul sampel, pewarnaan
lebih
merupakan
metode deteksi yang paling sensitif.
Sebelum pevarnaan dilakukan fiksasi
yaitu denaturasi protein dengan asam.
yang
Asam
umum
dipergunakan adalah
Asetat,
Formaldehid;
Perklorat
dan
air;
Glutaraldehid;
5-10%
Bahan-bahan
campuran
Asam
Metanol,
Sulfosalisilat;
TCA;
(Laemmli, 1970;
protein,
atau
Asam
Smith,
1984;
Scopes,
1987; Dunn, 1989).
mengendapkan
Fiksasi berguna
dan mengimobilisasikan
untuk
protein
yang
telah terpisah pada gel dan menghilangkan komponenkomponen
non
protein
pengikatan
pewarna
mengandung
SDS,
yang
dapat
oleh protein.
SDS harus
menghalangi
Pada
gel
dikeluarkan
Demikian pula senyawa amfolit.
dari
gel.
Senyawa-senyawa ini
terdifusi keluar pada saat fiksasi
dapat
yang
(Scopes,
1987).
Pewarna
bereaksi
tetapi
yang
dengan
dipergunakan
molekul sampel
tidak bereaksi dengan
harus
yang
gel
dapat
dipisahkan,
elektroforesis.
Ikatan antara pewarna dan gel bukan ikatan kovalen,
sehingga
mudah
intensif
dan penyinaran (Maurer, 1974).
pewarnaan,
pelunturan
peluntur
dilepaskan
di Lakukan
dengan
oleh
pencucian
penghilangan
merendam
gel
sampai latar belakangnya
yang
Setelah
warna
dalam
relatif
/
larutan
jernih
dibanding pita ydng dihasilkan (Nur dan
Adijuwana,
Menurut Ounn (1989), waktu yang
diperlukan
1988).
untuk destaining tergantung pada ketebalan gel
dan
konsentrasi polidkrilamid.
5.1.
Pewarnaan Coomassie
Pewarna yang umum digunakan untuk
protein
adalah Coomassie Brilliant
mendeteksi
Blue.
Tetapi
kelemahannya,
pewarna ini hanya
protein yang berjumlah besar.
pewarna
ini
dapat
dapat
Menurut Dunn (1989),
mendeteksi
'
konsentrasi 0,5 pg/cm2.
mendeteksi
protein
pada
Selain itu, menurut Scopes
(1987), pewarna ini tidak sesuai untuk protein yang
bersifat asam.
Interaksi
antara pewarna ini
protein yang berbeda.
berbeda
untuk
Jumlah molekul pewarna
yang
terikat tergantung pada muatan positif protein yang
bersangkutan,
sekitar
1,5
-
3 molekul
pewarna
/
muatan (Tal et al).
5.2.
Pewarnaan Cu
Interaksi
banyak
antara cu2+ dengan
protein
dijelasknn dan bahkan merupakan dasar
beberapa metode pengukuran jumlah protein,
metode
telah
Biuret,
Lowry,
dan
Asam
dari
seperti
Bicinchoninat.
Selain itu CuC12 mampu mengimobilisasi protein pada
gel elektroforesis.
(1987)
mempergunakan
Dengan dasar itu, Lee et
CuC12
menyebutnya Copper Staining.
tergantung
pada
sebagai
pewarna
aan
Metode pewarnaan
ini
2 reaksi yang
berlawanan,
pengendapan CU++ oleh SDS dan pembentukan
antara Cu dan protein.
pada
kompleks
al.
yaitu
kompleks
Menurut Mehl et al. (1949),
Cu-Protein,
1
atom
dengan 4 atom N pada ikatan peptida.
Cu
berikatan
Pewarnaan cu bermanfaat untuk analisa protein
secara
cepat pada SDS-PAGE.
juga
memungkinkan
untuk
yang
dipisahkan
dengan
dikarakterisasi
ini
mempunyai
paling
mendapatkan
3 kali
pewarnaan
Coomassie,
memerlukan
tahap pelunturan.
yang
telah
cepat,
dipisahkan
Prosedur
keunggulan,
lebih
dapat
untuk
pewarnaan
diantaranya
sensitif
mudah,
Selain
ini
polipeptida
elektroforesis
lebih lanjut.
beberapa
sedikit
Metode pewarnaan
dibanding
dan
itu
tidak
protein
diperoleh
kembali
secara kuantitatif setelah Cu dikelat dengan EDTA.
5.3.
Pewarnaan Ag
Ion
perak mampu mengikat protein pada
pita
transparan sehinqga dapat terlihat pada gel.
Sifat
transparan tersebut dapat disebabkan oleh perubahan
struktur air dan interaksi antara ion
Merril
kali
dan
dan
(1983) menyatakan bahwa pewarnaan
lebih sensitif dibanding pewarnaan
10
kali
pewarnaan
dibanding
pewarnaan
ini
100
Coomassie
Cu.
ini, protein yang terdapat
~1-.
dalam
Dengan
skala
nanogram masih dapat terdeteksi (Lee et al., 1987).
5.4.
Pewarnaan Spesif ik
Ada
dipergunakan
suatu
untuk
metode
pewarnaan
mendeteksi
yang
enzim,
dapat
yaitu
Pewarnaan Spesifik, yang bekerja berdasarkan reaksi
spesifik
-
enzim
substrat.
pewarnaan ini terbatas pada
baik
oleh
gel tanpa
SDS atau Ukea, sebab
menghilangkan
ini
Pemakaian
metode
denaturasi,
denaturasi
alctifitas katalitik
enzim.
Metode
umumnya dipergunakan untuk protein yang
difiksasi,
oleh
sebab
dipergunakan
harus
dapat
sebelum
itu
/ enzim
protein
pereaksi
berdifusi
itu
dapat
tidak
yan9
lebih
cepat
sendiri terdifusi
(Scopes, 1987) .
Menurut Scopes (1987), ada 2 metode pewarnaan
ini.
Pertama, dengan merendam gel pada
Metode ini cukup memuaskan jika hasil
yang sesuai.
reaksi akhir bersifat insoluble.
diimobilisasi
Agarose,
salah
dengan
cara
atau
Scopes
yang
membelah gel yang
salah
pewarnaan
Spesifik
seperti gel
kertas
saring.
(1987) memberikan
dapat
satu
telah
belahan
dan
dilakukan
dengan
pewarnaan tersebut.
untuk
yaitu
dielektroforesis,
diwarnai
belahan yang lain
pewarnaan protein biasa.
ditentukan
pereaksi
pita mana yang mengandung enzim,
kemudian
metode
Kedua,
bahan penyangga,
dengan itu,
satu
menentukan
pada
Seluloaa Asetat,
Sehubungan
pereaksi
Pita enzim
membandingkan
kedua
dengan
dengan
dapat
hasil
6. Analisis Hasil Elektroforesis
Analisis
didasarkan
Menurut
hasil elektroforesis
pada
umumnya
pada mobilitas elektroforetik
protein.
Nur dan Adijuwana (1988), mobilitas
partikel
adalah
kecepatan
yang
dicapai
partikel tersebut pada suatu medan listrik.
menurut
suatu
oleh
Sedang
Suhartono (1988), mobilitas relatif
suatu
protein adalah perbandingan jarak antara titik awal
ke
pita protein dengan titik awal k e
elektroforesis.
dapat
Pada kondisi yang sama,
selalu sama untuk setiap
mobilitas
dibuat
titik
hubungan antara
besarnya
ion,
berat
akhir
sehingga
molekul
dan
mobilitasnya (Nur dan Adijuwana, 1988).
Mobilitas
relatif
Menurut
:=
iarak miarasi protein
jarakyigrasi %t warna
Conn
et
(1987),
al.
estimasi
BM
protein dapat dilakukan berdasarkan protein standar
yang
sudah
pembuatan
pertama
BM-nya.
Ada
kurva standar untuk estimasi
dilakukan dalam dua tahap,
hubungan
dengan
diketahui
dua
cara
BM.
cara
yaitu
mencari
antara mobilitas relatif protein
standar
konsentrnsi
gel
yang
dipergunakan.
membuat kurva stilndar yang-menghubungkan BM
kemiringan
kurva pertama.
Sedangkan
cara
Dan
dengan
kedua
adalah cara esti~nasi BM dengan SDS-PAGE, yang mampu
memisahkan
protein
berdasarkan
ukuran
/
berat
111. METODE PENELITIAN
A.
B A H A N DAN ALAT
1.
Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
-
Substrat
fermentasi kecap (fase moromi)
dari
pabrik kecap Zebra, Bogor
-
Substrat
/
media
tepung kedelai, dan
-
pertumbuhan,
yaitu
dedak,
media sintetik PDA
Bahan-bahan kimia untuk isolasi : media sintetik
Potato Dextrose Agar dan Skim Milk Agar
-
Bahan-bahan
kimia
untuk
pengujian
aktivitas
enzim : Na2HP04, NaH2P04, Kasein, Tirosin
,
CaC12, Na2C03, Folin-ciocalteau, H2S04,
Etanol
TCA,
95%, Coomassie Brilliant Blue G-250
-
Bahan-bahan
kimia
untuk
pemurnian
enzim
Ammonium Sulfat, Aseton, Sephadex G-100
-
Bahan-bahan
kimia
untuk
analisis
dengan
elektroforesis : Buffer Fosfat, Buffer Tris-HC1,
Buffer ~ris-~lisin,
SDS, Akrilamid, N,Nt-Metilen
Bis-Akrilamid,
Ammonium
Persulfat,
TEMED,
Bromofenol Blue, B-Mercaptoetanol, Metanol, Asam
Asetat Glasial, Coomassie Brilliant Blue
CuC12,
TCA,
Etanol,
KMn04,
AgN03,
R-250,
DTT,
Glutaraldehid, Na2C03, Formaldehid, Asam Sitrat.
2.
Alat
Alat-alat
yang
untuk
diperlukan
penelitian
ini adalah :
-
-
Alat-alat gelos
pengering beku
- Timbangan analitik
- Pengaduk magnetik
B.
Pembakar Bunsen, jarum ose
Satu set alat kromatografi
Satu set pengumpul fraksi
Satu set alat elektroforesis
Autoclaf
Inkubator
Lemari pendingin
Spektrofotometer
pH meter
Penangas air
Pompa vakum
Sentrifus
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
terdiri
dari
4
tahap,
yaitu
isolasi kapang proteolitik, produksi, pemurnian,
analisis protease.
dan
Masing-masing tahap dijelaskan
di
bawah ini.
I.
ISOLASI KAPANG PROTEOLITIK
5
g substrat fermentasi kecap (fase moromi)
dipanaskan
sebentar pada
disuspensikan
diencerkan
PDA
dalam
10-I
-
45 ml
hari.
air
70°c,
diblender,
steril, kemudian
dan ditumbuhkan pada
dengan metode tuang.
selama 3
suhu
Inkubasi pada suhu
Hal yang sama juga dilakukan
substrat yang tidak dipanaskan.
media
30°c
pada
Kapang yang tumbuh
diinokulasikan
permukaan
hari.
pada
media
SMA
dengan
dan diinkubasi pada suhu 30°c
Kapang
disekeliling
yang
menghasilkan
metode
selama
areal
koloni ditumbuhkan pada
3
bening
agar
miring
isolat kapang dilakukan
sesuai
PDA.
Identifikasi
dengan metode yang dikemukakan oleh Klich dan
(1988).
Yeast
Kapany
Agar
Sukrosa
ditumbuhkan
(CYA) dan
CYA
pada
yang
media
Pitt
Czapek
mengandung
(CYZOS), kemudian diinkubasikan pada
20%
suhu
ruang selama 7 hari.
Hasil pengamatan
disesuaikan
dengan
kunci
identifikasi
spesies
Aspergillus,
seperti yang terlampir pada
lampiran
6.
makroskopik
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan
culture pada media CYA.
Pewarna yang
slide
dipergunakan
adalah Lacto-fenol Cotton Blue.
2.
PRODUKSI I'ROTEASE
Pada
tahap ini diproduksi protease
dari
A.
oryzae pada media campuran dedak dan tepung kedelai
sesuai dengan hanil penelitian Lestario (1391).
a.
Penyiapan Media Fermentasi
10
g
tepung
10
ml
media
fermentasi
(campuran
dedak
kedelai, 7:3, berdasar berat)
KH2PO4
4 mM,
pH
diatur
Disterilisasi pada suhu 121°c
dan
ditambah
menjadi
selama 15
6.
menit.
b.
Pembuatan Inokulum dan Inokulasi
Sebelum pembuatan inokulum, dilakukan pengujian
aktivitas
proteolitik pada media SMA.
aktivitas
proteolitik
Adanya
ditandai
dengan
terbentuknya areal bening di sekeliling kultur.
Biakan
A. oryzae pada agar miring, yang
diinkubasikan
hari,
dan
berumur
diberi air steril sebanyak 10 ml.
suspensi
telah
suhu 30°c
pada
telah
ini
diinokulasikan pada
2
4
ml
media
yang
disiapkan dan diinkubasi pada suhu
3o0c
selama 3 hari (72 jam).
c.
Ekstraksi
Enzim
diekstraksi dengan 100 ml
Tween
80
ddn pengadukan
kecepatan
0,1%
selama
jam
1
Suspensi enzim yang
160 rpm.
terekstrak
dipisahkan
penyaringan
menggunakan kain kassa dan
Untuk
media
larutan
dari
media
memisahkan sel-sel mikroba
fermentasi yang
dan
tertinggal,
pada
telah
dengan
kapas.
sedikit
filtrat
tersebut discntrifus dengan kecepatan 4000
selama
10 menit.
dilakukan
pengukuran
jumlah protein.
dengan
Pada filtrat yang
aktivitas
hidrolisis
kasein
diperoleh
protease
Aktivitas protease
rpm
dan
ditentukan
(Bergmeyer, 1983),
sedang jumlah protein dengan metode
zat pewarna (Bradford, 1976).
pengikatan
d.
Pengukuran Jumlah Protein
Protein
terlarut ditetapkan berdasarkan
standar BSA.
sebagai
Pembbatan larutan Bradford adalah
berikut:
100 mg
Coomassie
G250 dilarutkan dalam 50 ml
Blue
kemudian
dipisnhkan
metode
Brilliant
Etanol
ditambah 100 ml Asam Fosfat
diencerkan snmpai 1 liter.
larut
kurva
dengan
95%,
85%
Pewarna yang
penyaringan.
ini dapat dilihat pada gambar di
dan
tidak
Skema
bawah
ini.
SAMPEL
STANDAR
0,2 ml enzim
0,2 ml BSA
konsentrasi 0,l-1 mg/ml
I
-r----- -'
I
+
--
5 ml larutan Bradford
I
I
didiamkan 20 menit pada suhu ruang
I
I
dilakukan pengukuran Absorbansi
pada panjang gelombang 595 nm
Gambar 2.
e.
Penetapan jumlah protein
(Dradford, 1976)
Pengujian Aktifitas Protease
Prinsip pengujian ini adalah :
Kasein
Hz0
Peptida + Asam Amino
Protease
Laju
pembentukan peptida dan asam
reaksi
tersebut
dapat
dijadikan
amino
dari
tolok
ukur
akktivitas katalisis protease.
Asam-asam amino
yang
diisolasi
telah
terbentuk
harus
dipisahkan
dari substrat yang
Cara
paling
yang
umum
masih
adalah
dan
tersisa.
dengan
TCA.
Pengukuran asam-asam amino yang telah diisolasi
tersebut dapat dilakukan pada panjang gelombang
280
nm atau pada daerah sinar tampak,
setelah
terlebih dahulu diwarnai dengan pereaksi Folin.
Tahap penqujian aktivitas protease ini terdapat
pada tabel 1.
Berdasarkan perjanjian Internasional, aktivitas
protease
(IU).
dinyatakan dalam
Internasional
Unit
Satu IU protease menyatakan jumlah enzim
yang dapat menghasilkan 1 wmol produk (tirosin)
per menit.
IJnit aktivitas tiap sampel dihitung
dengan persamaan :
dimana
:
UA
=
jumlah tirosin yang dihasilkan
per ml enzim per menit
=
nilai absorbansi sampel
Abl
=
nilai absorbansi blanko
P
=
faktor koreksi
T
= lamanya reaksi (menit)
Nilai IU ditentukan dari kurva standar tirosin.
T a b e l 1.
~ e n g u j i a na k t i v i t a s p r o t e a s e
(Bergmeyer, 1983)
...............................................
Pereaksi
Sampel
Blanko
...............................................
Buffer f o s f a t
( 0 , O l M,
pH 7 )
S u b s t r a t k a s e i n ( 2 % , pH 7 )
Aquades
Enzim d a l a m CaC12
1,00 m l
1,00 m l
1,00 m l
1,00 m l
---
0,20 m l
0,20 m l
---
...............................................
D i i n k u b a s i k a n selama 1 0 m e n i t p a d a s u h u
...............................................
TCA ( 0 , 1 M )
Enzim d a l a m CaC12
2,00
ml
---
37'~
2,00 m l
0,20 m l
Diinkubasiknn selama 10 m e n i t pada suhu 3 7 O ~ ,
l a l u d i s e n t r i f u s p a d a 4000 rpm selama 1 0 m e n i t
...............................................
Filtrat
1,50ml
1,50ml
P e r e a k s i F o l i n (1: 2 )
1 , O O m l
1 , O O m l
...............................................
D i i n k u b a s i k a n selama 2 0 m e n i t pada suhu 3 7 O ~ ,
l a l u d i u k u r a b s o r b a n s i n y a pada
p a n j a n g g e l o m b a n g 578 nm
................................................
3.
PEMURNIAN PROTEASE
~emurnian
enzim
yang
dilakukan
meliputi
pengendapan enziin yang diinginkan dan kromatografi.
Enzim
harus
selama
dijaga
tahap
tetap
pemurnian.
dalam
Prosedur
dapat dilihat pada gambar 3.
pemurnian
kondisi
dingin
pemurnian
Pada akhir tiap tahap
dilakukan pengukuran jumlah protein
protease
aktivitas
untuk
ini
mengetahui
dan
kelipatan
pemurniannya.
a.
Pengendapan dengan Ammonium Sulfat
Filtrat
enzim kasar yang diperoleh dari
sebelumnya
kemudian
didinginkan
70%
ditambahkan
bubuk
pada
halus
refrigerator,
Ammonium
Sulfat
sambil
cliaduk
sedikit-sedikit
dengan pengaduk magnetik sampai semua
Sulfat selesai ditambahkan.
tahap
Selama
Ammonium
pengadukan
suhu dijaga tetap rendah dengan
menempatkannya
pada
ini
wadah berisi es.
selama
30
kecepatan
dilarutkan
menit
Filtrat
sebelum
disentrifus
4000 rpm selama 20
menit.
pada buffer fosfat 0,02 M ,
dengan volume minimum.
didiamkan
denban
Endapan
pH
7,5
Filtrat enziln kasar hasil fermentasi
I
1
Ditambah 70% Ammonium'Sulfat sambil diaduk
dengan pengaduk magnetik pada suhu rendah
I
1
Didiamkan selama 30 menit pada suhu
menyempurnakan pengendapan
~
O
untuk
C
I
i
Disentrifus 4000 rpm, 20 menit
!
4
Endapan enzim dikumpulkan
I
1
Dilarutkan pada 0,02 M buffer fosfat pH 7,5
dengan volume minimum
I
I
1
Dialisis dalam 0,02 M bu
TIEAI TIER TAMOJO
F 25. 1160
5 9 9 2
FAKULTAS
TEKNOLOGI
INSTlTUT PERTANIAN
B O G O R
PERTAM14M
BOGQR
Tien Tien Tanojo. F25.1160. Analisis protease Aspergillus
oryzae dengan elektroforesis gel poliakrilamid. Di bawah
bimbingan : Maggy T. Suhartono.
RINGKASAN
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yang meliputi
isolasi kapang proteolitik, produksi, dan pemurnian
protease yang dihasilkan, serta analisis berat molekul
protease tersebut.
Kapang diisolasi dari tahap ke 2 dalam
fermentasi kecap Zebra, Bogor, yaitu fermentasi garam/
fase moromi.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan, yang
dikonfirmasikan dengari Laboratorium Mikologi, Jurusan
Biologi, IPB, kapang yang diisolasi adalah Aspergillus
oryzae.
Isolat
A. oryzae tersebut terbukti bersifat
proteolitik baik pada media SMA ataupun media fermentasi
yang dipergunakan.
Protease diproduksi pada media campuran dedak dan
tepung kedelai (7 : 3, w/w) yang disuplementasikan dengan
KH2P04.
fermentasi
Ekstrak protease kasar diperoleh dari media
dengan larutan Tween 80.
Aktivitas
kasar tersebut adalah 0,2 IU/mg protein.
protease
Uji aktivitas
protease dilakukan berdasarkan hidrolisis k a s e i n
(Bergmeyer, 1983).
Jumlah protein didasarkan pada
pengikatan zat pewarna (Bradford, 1976).
Pemurnian yang
dilakukan adalah berturut-turut pengendapan dengan
ammonium sulfat (70%, w/v) dan pengendapan dengan 100%
aseton (v/v), yang masing-masing meningkatkan aktivitas
protease menjadi 0,5 IU/mg protein, dan 1,2 IU/mg protein.
Pemisahan protease dengan
kromatografi filtrasi gel pada
kolom Sephadex G-100 menghasilkan 2 puncak protein dan 2
puncak protease.
Kedua jenis protease tersebut mempunyai
aktivitas 1,5 IU/mg protein dan 2,4 IU/mg protein, dengan
kemurnian
7,8 dan 12,3 kali enzim kasar.
Elektroforesis dilakukan sesuai dengan metode yang
dipergunakan Laemmli (1970), dengan konsentrasi akrilamid
10%.
Jumlah sampel yang diaplikasikan 30
-
40 pg.
Pada
konsentrasi tersebut protease A. oryzae dapat diwarnai
dengan pewarnaan Coomassie dan pewarnaan Ag, tetapi tidak
dengan pewarnaan Cu.
Berat molekul protease diestimasi
dengan SDS-PAGE, dengan pewarnaan Coomassie.
~ntuk
menentukan pita protease dilakukan pewarnaan spesifik
berdasarkan hidrolisis kasein.
Hasil yang diperoleh
adalah 2 macam protease yang mempunyai BM 105.300 Da dan
27.800 Da, yang diduga adalah
protease asam.
protease netral dan
ANALISIS PRWEASE Aspergillus oryzue DENGAN
ELEKTROFORE'IS GEL POLIAKRILAMKD
Oleh
TIEN TIEN TANOJO
F 25.1160
SKRKI'SI
Sehagai salah salu syarat unluk rncmperolch gclar
SARJANA TEKNOLOGI PEIUANIAN
pada JURIJSAN TEKNOLOGI I'ANCiAN DAN CilZI
FAKULTAS TEKNOLOGI PEKI'ANIAN
KNSTITOT I'EKI'ANIAN BOGOR
1992
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
IZAKIJLTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PROTEASE Aspergilluv oryzue DENGAN
ELEKTROFORESIS GEL 1'OLIAKIIILAMID
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
TIEN TIEN TANOJO
F 25.1160
Dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1969
di Surabaya
Tiriggal lulus : 8 Desernber 1992
Disetujui,
Boeor. 18 Desernber 1992
KATA
Puji,
luar biasa.
penulis
hormat
PENGANTAR
dan kemuliaan bagi Tuhan,
Karena hanya oleh kasih dan
dapat
menyelesaikan
Allah
yang
penyertaan-Nya,
penelitian
dan
penyusunan
hasil
penelitian
skripsi ini.
Tulisan
tentang
ini
berdasarkan
"~nalisisprotease Aspergillus oryzae dengan
poliakrilamid",
Mikroba
disusun
dan
yang
telah dilakukan di
Lab.
~ i o k i m i a ,PAU Bioteknologi IPB,
gel
Teknologi
dari
bulan
~ p r i lsampai dengan bulan Oktober 1992.
~ e n u l i smengucapkan terima kasih yang tulus
1.
Dr.
Ir.
Maggy T. Suhartono,
yang
telah
kepada :
membimbing
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2.
Dr.
yang
Ir.
Srikandi Fardiaz dan Ir.
berkenan
menjadi
dosen
Sutrisno
Koswara,
penguji
dan
membantu
Zebra,
Bogor,
menyempurnakan tu1i:;an ini.
3.
Pimpinan
Perusahaan
Kecap
yang
mengijinkan penulis mengambil sampel.
4.
Veralin,
Filosa,
Witono,
Eni,
Wirjanto,
Ika, dan Ujang,
Daniel,
yang
Lily,
banyak
Handi,
membantu
penulis selama berlangsungnya penelitian.
5.
Saudara-saudara penulis di Kopelkhu pada khususnya dan
PMK
pada umumnya, serta di "MUSASHI",
doa dan bantuan yang diberikan.
atas
dukungan
Penulis
sempurna,
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh
tetapi
penulis
berharap
tulisan
ini
dimanfaatkan oleh semua pihak' yang membutuhkannya.
IMMANUEL !
Bogor, 14 Desember 1992
Penulis
dari
dapat
DAFTAR IS1
Halaman
....................................... i
. vi
Daftar Gambar ....................................
Daftar Tabel ......................................... vii
Daftar Lampiran ...................................... viii
I . PENDAHULUAN....................................
1
Kata Pengantar
.
B.
A
LATAR BELAKANG
.............................
.....................................
I1 . TINJAUAN PUSTAKA ...............................
A . PROTEASE...................................
1 . Definisi dan Klasifikasi ................
TUJUAN
2
B
.
. Sumber dan Peranan......................
PROTEASE Aspergillus oryzae
................
..............................
D . PEMURNIAN PROTEASE DARI ASPERGILLUS ........
E . TEXNIK ELEKTROFORESIS DI DALAM ANALISIS
ENZIM ......................................
1 . Elektroforesis..........................
C
.
PEMURNIAN ENZIM
1
4
5
5
5
6
7
10
12
13
13
. Elektroforasis Gel Poliakrilamid........
3 . PAGE dengan Sodium Dodesil Sulfat .......
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi .........
20
. Pewarnaan Protein.......................
22
2
5
5.1.
Pewarnaaan Coomassie
5.2.
~ewarnaanCu
..................
..........................
16
19
23
24
Xalaman
..........................
....................
5.4. Pewarnaan ~pesifik
6. ~nalisisXasil Elektroforesis...........
I11. METODE PENELITIAN..............................
A . BAHAN DAN ALAT .............................
1 . Bahan ...................................
2 . Alat ....................................
B . METODE PENELITIAN..........................
1 . ISOLASI XAPANG PROTEOLITIK..............
5.3.
2
Pewarnaan Ag
. PRODUXSI PlZOTEASE.......................
a . Penyiapiin Media Fermentasi...........
. Pembuatan Inokulum dan Inokulasi.....
c . Ekstraksi............................
d . Pengukuran Jumlah Protein............
e . Pengujinn Aktivitas Protease.........
b
3
. PEMURNIAN PROTEASE......................
a . Pengendapan dengan Ammonium Sulfat ...
. Dialisis.............................
c . Pengendapan dengan Aseton ............
d . Pemisahan dengan Sephadex G-lo0 ......
b
4
.................
Pewarnaan Coomassie...................
Pewarnaan cu ..........................
Pewarnaan Ag ..........................
. ELEKTROFORESIS
4.1.
4.2.
4.3.
PROTEASE
25
25
27
29
29
29
30
30
30
31
31
32
32
33
33
36
36
38
38
38
39
39
40
40
Halaman
IV
.
HASIL DAN PEMBAHAGAN
A
.
...........................
42
.................
42
......
49
ISOLASI KAPANG PROTEOLITIK
B
.
PEMURNIAN PROTEASE Aspergillus oryzae
C
.
ELEKTROFORESIS PROTEASE Aspergillus
..................................... 5 8
1 . Uji Metode Pewarnaan ..................... 58
2 . Uji Aktifitas Proteolitik ...............
61
3 . Estimasi Berat Molekul Protease ......... 63
oryzae
V
VI
.
.
.........................
A . KESIMPULAN .................................
B . SARAN .....................................
69
.................................
70
KESIMPULAN
DAN
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
68
68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1
.
Cara pembuatan kurva standar untuk
Gambar
..............................
2 . Penetapan jumlah protein .................
3 . Prosedur pernurnian protease ..............
4 . Pembuatan kecap di pabrik kecap Zebra ....
5 . Fermentasi garam .........................
6 . substrat fermentasi garam ................
7 . Hasil isolasi kapang proteolitik .........
Gambar
8
estimasi BM
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
.
9
.
...................................
45
46
48
Profil
pemisahan
protease Aspergillus
.............
56
.....................
59
oryzae dengan Sephadex 6-100
Gambar 12
Uji metode pewarnaan
Gambar
Perbandingan pewarnaan Coomassie dengan
.............................
14 . Uji aktivitas proteolitik ................
pewarnaan Ag
.
44
.......
Gambar
Gambar 15
43
47
Uji proteolitik Aspergillus oryzae
Gambar
42
...................................
Gambar 10
.
13 .
37
Deskripsi mikroskopik Aspergillus
oryzae
.
11 .
33
Deskripsi makroskopik Aspergillus
oryzae
Gambar
28
Penentuan Bl4 protease
....................
60
62
66
DAFTAR TABEL
Halaman
...............
Tabel 1.
Pengujian aktivitas protease
Tabel 2.
Pemurnian protease Aspergillus oryzae......
Tabel 3.
Pengendapan burtahap protease dengan Ammonium
35
50
sulfat...................................
53
Tabel 4.
Penentuan BM protease Aspergillus oryzae...
66
Tabel 5.
Perbandingan dengan protease Aspergillus
lainnya
....................................
67
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
.
2.
3.
4.
5.
Lampiran 1
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
...........
Seperangkat Alat Elektroforesis .........
Kurva Standar Tirosin ...................
Kurva Standar Bovine Serum Albumin ......
Seperangkat Alat Kromatografi
76
77
78
Kurva Standar Protein Standar untuk
Penentuan Berat Molekul
.
7.
75
.................
Lampiran 6
Xunci Identifikasi Spesies Aspergillus
l am pi ran
Pembuatan ~ e r e a k s iUji ~ k t i v i t a s
..
................................
Elektroforesis Gel Poliakrilamid ........
Protease
viii
79
80
82
83
Enzim
yang
merupakan salah satu produk
dewasa
ini bnnyak dimanfaatkan
bioteknologi
dalam
cabang ilmu pengetahuan dan industri.
berbagai
Beberapa bi.dang
ilmu yang berhubungan dengan enzim diantaranya
kedokteran,
pertanian, pangan dan lain-lain.
industri
yang
industri
penyamakan
detergen,
pemanis
farmasi
adalah
memanfaatkan
kulit,
aktivitas
roti,
enzim
bir,
bukan tebu, keju,
Sedang
adalah
sari
buah,
fotografi,
dan
.
Dengan berkembangnya industri-industri
tersebut
di Indonesia, maka lcebutuhan enzim dari tahun k e tahun
makin
bertambah.
Sayangnya, sampai saat ini
seluruh
kebutuhan enzim Indonesia masih disuplai dari
negara-
negara lain.
Dari data statistik diketahui bahwa pada
tahun 1990, impor enzim Indonesia dari berbagai negara
mencapai
34.811.625
sedang
tahun
kg atau
$
51.970.458,
kg
atau
mengingat
bahwa
sebenarnya Indonesia mempunyai potensi sebagai
negara
$ 61.645.720
Hal
ini
berikutnya
sebesar
39.333.411
(BPS, 1991).
patut
disayangkan,
Sejak dulu bangsa
penghasil
enzim.
menguasai
teknologi fermentasi
untuk memproduksi makanan
dan
Indonesia
telah
mempergunakannya
tradisional
seperti tempe,
oncom,
kecap,
banyaknya
tauco, dan lain-lain.
mikroorgnnisme
dan bahan
Di
samping
baku
itu
fermentasi
juga merupakan potensi untuk memproduksi enzim.
Mikroba
yang
dapat
memproduksi
protease
licheniformis,
5.
Asperqillus
dimanfaatkan
diantaranya
untuk
Bacillus
:;tearothermophillus, Mucor
oryzae, dan A. niger.
Diantara
miehei,
mikroba-
mikroba tersebut, pcnggunaan kapang sebagai
penghasil
protease
masih belum banyak dikembanykan.
Pemakaian
protease Bacillus dunia sudah mencapai 500
tonltahun,
sedang protease kapilng 11 ton/tahun (Aunstrup,
oleh
sebab
itu pengembangan dan
penelitian
1980).
tentang
protease kapang masih sangat dibutuhkan.
Da lam
kapang
penelitian
proteolitik,
ini
yaitu
dilakukan
oryzae.
A.
Kapang
merupakan kapang utama pada pembuatan kecap.
yang diproduksi oleh kapang ini dimurnikan
molekulnya diperkirnkan dengan SDS
Penyempurnaan
pemurniannya
dari
meliputi
PAGE.
pengembangan
Pada dasarnya
pengendapan
merubah
berat
dan
industri
Penelitian tentang pemurnian protease
dilakukan.
elektroforesis.
dengan
dan
A. oryzae dan spesies Aspergillus lainnya
banyak
ini
Protease
teknik-teknik produksi enzim
sangat mendukung
biokatalisator.
-
isolasi
protein,
pemurnian
pH
atau
kekuatan
tersebut
kromatograf i
Pengendapan protein dapat
ion,
telah
dan
dilakukan
menambahkan
larutan
atau
mendenaturasi
untuk
polimer
protein.
organik,
Sedang
atau
metode
pemurnian meliputi kromatoyrafi
dengan
kromatografi
gel
filtrasi,
affinitas, penukar ion, dan adsorbsi.
Teknik elektroforesis umumnya dipergunakan dalam
tahap
pemurnian lanjut, untuk karakterisasi
misalnya
untuk
estimasi
berat
protein,
molekul,
isoelektrik,
uji
kemurnian,
dan
Elektroforesis
juqo merupakan metode analisis
sifat enzim yang telah dimurnikan.
teknik
titik
lain-lain.
sifat-
Ada bermacam-macam
elektroforesis, tetapi yang paling baik
memisahkan
protein
poliakrilamid.
protein
adalah
elektroforesis
Elektroforesis ini
berdasarkan
ukuran
dapat
yang
untuk
gel
memisahkan
seragam
dan
menghasilkan resolusi yang baik.
Pewarnaan protein yang telah terpisah diperlukan
untuk
menampilkan
banyak
pewarna
dipergunakan.
berbeda
pita-pita protein
dan
metode
pewarnaan
Interaksi antara
untuk
sensitifitasnya
protein
pun
yang
tidak
tersebut.
yang
pewarna-pewarna
berbeda,
sama.
Ada
dapat
ini
sehingga
Pewarnaan
Ag
dinyatakan 100 kali lebih sensitif dibanding pewarnaan
Coomassie.
dipergunakan
Sampai
untuk
saat
ini,
mendeteksi
pewarna
hasil
protein adalah Coomassie Brilliant Blue.
yang
umum
elektroforesis
11. TINJAUAN PUSTAKA
A.
PROTEASE
1. Definisi dan Klafisikasi
Protease
adalah
enzim
proteolitik
merupakan
biokatalisator
protein.
Berdasarkan reaksi yang
enzim
untuk
reaksi
substrat
dengan
hidrolisisnya,
menghidrolisis
besar
atau
yaitu
protein
air.
berdasarkan
proteinase
menjadi
polipeptida
mengkatalis
pertolongan
Protease dapat dibagi menjadi 2 macam,
cara
pemecahan
dikatalisisnya,
ini tergolong hidrolase, karena
pemecahan
dan
Yang
fragmen-fragmen
peptidase
menghidrolisis fragmen-£ragmen polipeptida
asam-asam
amino.
Protease
biasanya
mempunyai
dari
campuran
yang
yang
menjadi
mikroorganisme
keduanya
(casida,
1968).
Protease,
menurut
diklasifikasikan
dalam
eksopeptidase
dan
eksopeptidase
dapat
Winarno
2
golongan
besar,
endopeptidase.
dibagi
dapat
(1986),
yaitu
Golongan
lagi
menjadi
karboksipeptidase dan aminopeptidase yang berturutturut
memotong peptida dari arah
terminal
dan
endopeptidase
gugus
amino
gugus
karboksil
terminal.
memecah protein atau ikatan
dari arah dalam.
Golongan
peptida
Klasifikasi protease berdasarkan
sifat-sifat
kimia dari lokasi aktifnya, menurut Winarno
(1986)
adalah sebagai berikut :
a.
Protease
Serin,
yang mempunyai
residu
serin
pada lokasi aktifnya.
b.
Protease
Sulfhidril,
yang
mempunyai
residu
sulfhidril pnda lokasi aktifnya.
c.
Protease
pada
Metal, yang
adanya
logam.
keaktifannya
Logam
tergantung
tersebut
dapat
terdiri dari Mg, Zn, Co, Fe, Hg, dan Ni.
d.
Protease
Asam,
terdapat
yang
pada
lokasi
2 gugus karboksil.
Enzim
aktifnya
ini
hanya
aktif pada pll rendah.
2.
Sumber dan Peranan
Protease
hewan,
dihasilkan
dan mikroorganisme.
misalnya
fisin
dapat
papain
yang
bromelin
hewan,
tanaman,
Protease dari
yang berasal dari
berasal dari getah
getah
pohon
yang bcrasal dari nenas.
penghasil
tanaman
pepaya,
ficus,
Protease
contohnya renin, yang berasal dari
anak sapi.
berbagai
oleh
dan
dari
lambung
Sedangkan mikroorganisme yang merupakan
protease
bakteri
Clostridium,
yang
seperti
Proteus
dan
cukup
potensial
adalah
Bacillus,
Pseudomonas,
Serratia,
dan
seperti Aspergillus, Mucor, dan Penicillium.
kapang
Secara
dari
mikroorganisme
keuntungan,
yang
karena
enzim
cepat dan mudah
diatur
sendiri
beberapa
mikrorganisme
menyebabkan
yang dihasilkan lebih seragam.
mikroorganismenya
diproduksi
mempunyai
diantaranya pertumbuhan
relatif
enzim
itu
komersil, beberapa
Di
dapat
samping
direkayasa,
sehingga enzim dari mikroba mudah diproduksi
jumlah besar.
dalam
Selain itu prosedur isolasinya
pun
relatif mudah.
Peranan
untuk
dan
protease dalam industri
diantaranya
mempercepat pengempukan daging,
klarifikasi
pematangan
bir,
bahan
aditif
detergen,
pembersih lensa kontak, dan untuk memproduksi bahan
pangan
dari kedelai.
dimanfaatkan
dalam
Di Jepang, enzim
pembuatan
ini
kecap
telah
untuk
mempercepat proses fermentasi.
B.
PROTEASE Aspergillus olyzae
Aspergillus
untuk
memproduksi
Amerika,
subtilis,
boleh
oryzae merupakan sumber
protease
enzim-enzim
A.oryzae,
(Aunstrup,
yanq diproduksi
dalam
baik
1980).
Di
oleh
dan A. niger dianggap
dipergunakan dalam makanan.
termasuk
yang
as Save (Winarno, 1986).
aman
Senyawa
9o:Longan GRAS / Generally
Becillus
dan
tersebut
Recognized
Menurut
dalam
ke
Aunstrup
(1980), enzim
diproduksi
sel dengan dua sifat, yaitu dapat
luar
yang
sel atau tetap berada di dalam
disekresikan
ke
luar
sel
di
disekresikan
sel.
Enzim
disebut
enzim
ekstraseluler, sedang enzim yang tetap berada di dalam
sel
disebut enzim intraseluler.
Enzim
intraseluler
lebih sulit dimanfadtkan dalam industri karena
metode
ekstraksinya lebih sulit dan sifatnya lebih labil.
Protease
ekstraseluler
disekitarnya.
A.
dari
yang
oryzae
dapat
tergolong
menghidrolisis
enzim
substrat
Enziln ini bersifat terinduksi,
pada substrat yang sesuai produksinya akan
Tanpa
penginduksi,
enzim
tetap
dalam
jumlah yang lebih kecil (Meyrath dan
artinya
meningkat.
diproduksi,
tetapi
Volavsek,
1975).
Ada
3
macam
protease
Aspergillus,
yaitu
protease alkali,
netral (Ward, 1983).
yang
dihasilkan
karboksil,
menurut
dan
Aunstrup (1980) menyatakan bahwa
A. oryzae dapat memproduksi protease asam dan
sedang
oleh
Njoku
(1989)
A.
alkali,
oryzae
menghasilkan ketiga macam protease tersebut.
dapat
Kasai
et al. (1984) menerangkan bahwa A. oryzae menghasilkan
metalloproteinase, yang mempunyai pH optimum 6,5, dan
Lestario (1991) menambahkan bahwa
aktivitas
protease
ini ditingkatkan olfh logam-logam Mn, Co, Zn, dan
tetapi dihambat oleh EDTA, KCN, dan pCMB.
Ca,
Tipe
protease
yang terbentuk
media pertumbuhannya.
tergantung
pada
Kandungan nitrogen dalam bentuk
protein / peptida yong tinggi dan senyawa karbon
rendah
dan
akan mengintiuksi pembentukan
alkali.
tinggi
dan
adanya
pembentukan
Hal
ini
(1987)
asam amino
protease
(Meyrath dan
yang
substrat yang
seperti
dapat
Volavsek,
protease
mengandung
corn steep liquor,
yang
menekan
1975).
(1980) dan
menyatakan produksi
pada
netral
karbohidrat
bebas
didukung oleh Aunstrup
dilakukan
tinggi,
Sebaliknya kandungan
protease
yang
Fardiaz
sebaiknya
rasio
ekstrak
N/C
khamir,
pepton, atau tepung kedelai.
Fermentasi
memproduksi
padat sangat
cocok
untuk
enzim-enzim dari Aspergillus, Mucor,
Penicillium;
dan
sudah
A.oryzne.
pertumbuhan
dari
substrat
campuran
7
dibuktikan
baik
Media fermentasi yang
bagian dedak dan
3
dan
untuk
terdiri
bagian
tepung
kedelai, yang disuplementasi dengan KH2P04 paling baik
untuk memproduksi protease A. oryzae (Lestario, 1991).
Ion fosfat yang ditambahkan dapat menginduksi produksi
protease (Ueno et a l . , 1987).
Umumnya
enzi~ndari kapang dibentuk
setelah
jam dan terus meninqkat sampai mencapai maksimum
saat
persediaan
makanan
pada
media
habis.
24
pada
Dalam
berbagai penelitian mengenai protease A. oryzae, waktu
fermentasi
bervariasi
dari
65 jam
sampai
5
hari,
tergantung lingkungan tumbuh dan strain mikroorganisme
yang
dipergunakan (Kasai et al., 1984;
1987;
C.
Ueno et
al.,
Lestario, 1991).
PEMURNIAN ENZIM
Pada umumnya enzim terdapat dalam
campuran yang
kompleks, sehingga untuk mempelajari karakteristik dan
cara
kerja
suatu enzim
tersebut.
diperlukan
Adanya enzim lain akan
pemurnian
mengganggu
memberikan
hasil
reaksi
yang
dengan
substrat
beberapa cara, seperti turut bereaksi dengan
sehingga
enzim
lain,
dan
menyerang koenzim atau bahkan enzim itu sendiri (Clark
dan Switzer, 1977).
Langkah awal dalam pemurnian adalah
protein
yang
bersangkutan
terhadap
dikehendaki.
dan
metode
beberapa
sifat-sifatnya
ekstraksi
larutan
ekstraksi,
Lokasi
yang
misalnya
yang
dapat
dengan
mengekstrak
protein
sangat
berpengaruh
dipergunakan.
dipergunakan
buffer
yang
fosfat
Ada
dalam
pH . 7
(Impoolsup et al., :1981), 2% NaCl (Wang et al., 1974),
dan Tween 80 (Saputro, 1987; Lestario 1991).
Penggunaan
bahan
pengekstrak
sifat enzim yang diltehendaki.
menyatakan
merusak
tergantung
Impoolsup et al. (1981)
bahwa penggunaan buffer fosfat pH 7
protease
penelitiannya
tidalc
asam,
pada
sehingga
ditemui adanya
pada
enzim
dapat
hasil
tersebut.
Larutan
detergen
encer,
seperti
Tween,
keuntungan lain bila dipergunakan sebagai
memberi
pengekstrak
enzim, yaitu dapat mengekstrak enzim yang terikat pada
struktur mitokondria (Dixon et dl., 1979)
Untuk
ke
protein ekstraseluler, yang
dalam
medium
diperlukan
fermentasi,
sebelum
dimurnikan
tahap pfnjernihan atau pemisahkan sel
partikel-partikel
ini
disekresikan
dapat
yang tidak dikehendaki.
dilakukdn dengan metode
mikrofiltrasi.
Pemisahan
pengendapan
Metode pemurnian enzim pada
tidak
berbeda dengan pemurnian protein.
umum
dipergunakan
kromatografi,
dan
meliputi
atau
dasarnya
Tahap
pengendapan
elektroforesis
dan
yang
protein,
(Scopes,
1987).
Beberapa metode yanq umum dipergunakan dalam pemisahan
protein dengan pengendapan, yaitu berdasarkan
peruba-
pH, perubahan lcekuatan ion (salting in /
salting
han
out),
menggunakan
organik,
metode
serta
pelarut
denyan
pemurnian
organik
atau
pendenaturasian.
dengan
kromatografi
Sedangkan
dapat
dalam tiga bagian besar, yaitu kromatografi
kromatografi
dapat
gas,
dan HPLC.
polimer
dibagi
adsorbsi,
Kromatografi
adsorbsi
dibagi lagi menjadi kromatografi filtrasi
penukar
merupakan
molekul,
ion,
affinitas,
pengikatan
pemisahan berdasarkan
muatan,
substrat
mengikat suatu pewarna.
pewarna;
keseragaman
spesifik,
dan
gel,
yang
ukuran
kemampuan
a
1).
I'EMUItNIAN PROTEASE DARI ASPERGILLUS
Impoolsup
flavus
dan
et al. (1981) memurnikan protease
var columnaris dan memperoleh protease
alkali.
enzim
dari
Pemurnian diawali
kasar
ammonium
didialisis
diperoleh
hasilnya
dengan
dengan
dengan
endapan
fosfat
Larutan enzim yang sudah pekat
yang
pH
dipekatkan dengan ultrafiltrasi dan
membran.
netral
pengendapan
sulfat,
buffer
A.
7,
diaflo-
dituang
ke
kolom kromatografi dengan bahan pengisi berturut-turut
DEAE Sephadex
Pada
A.
A-50, CMC-CM 52, Sephadex G-100.
pemurnian
karboksipeptidase
oryzae, Takeuch-i dan Ichisima
Sephadex
DEAE
dengan
dan CMC.
ammonium
kromatografi.
Uji
Elektroforesis
dari
menggunakan
enzim
lalu
kemurnian
Gel
(1981)
Mula-mula
sulfat,
0-1
diendapkan
diikuti
dengan
dilakukan
dengan
Poliakrilamid
(PAGE)
dan
Isoelektrik Fokusing Gel Poliakrilamid (PAGIF).
Beberapa
memurnikan
peneliti
karboksil
lain, Yagi
proteinase
dengan
kromatografi DEAE Sephadex
C-50,
dan
Sephadex
G-100.
et
al.
dari
A.
A-50,
(198G),
kawachii
SP-Sephadex
Homogenitas
enzim
ditentukan dengan PAGE.
Pemurnian
pernah
dilakukan
metalloproteinase
oleh
Kasai et
A.
oryzae
(1384)
dengan
dari
al.
menggunakan Talopeptin-Aminohexyl-Sepharose. Cara ini
dikombinasikan
denqan pemekatan dengan diafilter
kromatografi dengan Sephadex G-100, serta
dan
pengendapan
dengan ammonium sulfat.
Isolasi
telah
protaase
dilakukan
berhasil
oleh Feinstein
dilakukan
A.
alkali dari
dengan
dan
satu
oryzae
Gertler
tahap
dengan kromatografi affinitas pada kolom
yang
(1973)
saja,
yaitu
Ovoinhibitor
Sepharose.
E.
TEICNIK ELEKTROFOI1ESIS Dl DALAM ANALISIS ENZlM
1. Elektroforesis
Elektrofornsis
fraksi-fraksi
memisahkan
migrasi
adalah
partilcel
di
makromolekul
suatu
suatu
zat
bermuatan
bawah
berdasarkan
atau
ion-ion
medan
listrik
Miqrasi
partikel
pengaruh
dan
bermuatan
tersebut dapat terjadi karena
perbedaan
bentuk, muatan, atau sifat kimia
molekul.
Sedangkan
menurut
perpindahan
1380).
untuk
(Pomeranz
ukuran,
Meloan,
cara
Morris
dan
Morris
molekul bermuatan pada
(1976),
elektroforesis
merupakan aksi dari medan listrik.
Jika sebuah molekul bermuatan q berada
larutan
atau
suspensi di sebuah medium
menjadi subyek dari medan listrik
H, maka gaya yang bekerja pada
dengan
molekul
dalam
cair
dan
kekuatan
tersebut,
yang mengakibatkan pergerakannya, adalah sebesar qH.
Di
dalam
medium,
molekul
yang
bergerak
dengan
kecepatan v menginlami hambatan yang disebabkan oleh
koefisien
molekul
geselcan
f, sebesar
Pergerakan
fv.
terjadi sampai gaya listrik
kesetimbangan
dengan
hambatan
qH
gesek
mengalami
yang
ada,
sehingga berlaku persamaan :
v
SB
(Morris dan Morris, 1976)
= -
f
Menurut
jari-jari
hukum Stokes, molekul
r yang
melalui
medium
bulat
dengan
polar
dengan
viskositas n akan mengalami gesekan sebesar :
sehingga :
Dengan
demikian
mobilitas
( H atau p ) dari sebuah molekul, yang
elektroforetik
didefinisikan
sebagai pergerakan per unit kekuatan medan
dapat dituliskan dengan persamaan :
listrik
Dalam
pemisahan
molekul-molekul
berbeda
akan
elektroda
protein
terpisah
yang
berdasarkan
yang
mempunyai
selama
polaritasnya
muatan,
muatan
bergerak
ke
berlawanan
arah
dengan
muatan molekul tersebut (Boyer, 1986).
Boyer
(1986)
elektroforesis
juga
umumnya
mengatakan
bahwa
dipergunakan
untuk
karakterisasi dan analisis molekul-molekul besar
polimer,
diantsranya
molekul,
mendeteksi
protein,
untuk
menentukan
berat
dan
kerusakan
menetapkan titik isoelektrik,
memisahkan
spesies-spesies
kemurnian
/
molekuler
yang
berbeda
secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Berdasarkan
(1986)
jenis media penyangganya,
mengklasifikasikan
Elektroforesis
Cairan
dan
Boyer
elektroforesis
dalam
Elektroforesis
Zona.
Dalam Elektroforesis Cairan media yang dipergunakan
adalah larutan buffer, sedang dalam
Zona
Elektroforesis
media penyinngga berupa padatan, yaitu
atau gel.
kertas
Dengan adanya medium penyangga, gangguan
karena konveksi dapat dihilangkan.
Elektroforesis Zona sering dipergunakan dalam
analisis
kemurnian
dan penentuan
berat
molekul.
Pada elektroforesis ini migrasi molekul dipengaruhi
oleh
besarnya
penyangga
medan listrik dan
yang dipergunakan.
kekakuan
Lebih
lanjut
medium
Boyer
(1986)
membagi
Elektroforesis
Zona
berdasarkan
media penyangganya, menjadi Elektroforesis Kertas /
selulosa Asetat dan Elektroforesis Gel
2. Elektroforesis Gel Poliakrilamid (PAGE)
Ada
macam
dua
dipergunakan
bahan
dalam Elektroforesis Gel,
pati dan gel poliakrilamid.
resolusi
selulosa
karena
yang
lebih
asetat,
ukuran
isoenzim
porinya
dan
dalam
gel
Gel pati
baik
tetapi
yang
umum
yaitu
gel
menghasilkan
dibanding
kertas
penggunaannya
tidak
beberapa
menggunakan bahan ini.
beberapa
penyangga
terbatas
seragam.
protein
/
Analisis
tertentu
masih
Gel poliakrilamid mempunyai
keunggulan dibanding gel
pengontrolan ukuran pori.
pati,
terutama
Ukuran pori
pada
poliakrilamid dapat dibuat seragam, dua
macam
(gel diskontinyu), ataupun bervariasi sepanjang gel
(gel gradien)
.
Poliakrilalnid merupakan bahan penyangga
relatif baru dalam elektroforesis.
menguntungkan,
dapat
karena
diatur,
bahan
di samping
ini
yang
Bahan ini lebih
ukuran
bersifat
porinya
transparan
sehingga
dapat diwarnai pada daerah
sinar
maupun
daerah
Selain
itu
secara
kimia
poliakrilamid
bersifat
ultra
violet.
merupakan medium yang
tampak
inert, tidak bereaksi dengan sampel,
tidak bermuatan (Nur dan Adijuwana, 1988).
dan
Gel
poliakrilamid
diperoleh
dengan
cara
polimerisasi akrilamid.dengan adanya sejumlah kecil
cross-linking agent N,N1-metilen-bis-akrilamid
ammonium persulfat sebagai katalisator.
diperlukan
juga
dan
Selain itu
(Tetrametil-etilendiamid)
yang
bertindak sebagai katalisator terutama
dalam
TEMEII
mengawali
terjndinya
polimerisasi
(Nur
dan
Adijuwana, 1988).
Menurut
Nur
dan
Adijuwana
pembentukan poliakrilamid adalah :
bebas
reaksi
radikal-radikal
yang terbentuk dari ammonium persulfat
bereaksi
dengan
akrilamid
molekul
sama,
sehingga
pan jang .
akrilamid,
Akrilamid
aktif.
dengan
ini
(1988),
ini
akrilamid lain
dihasilkan
sehingga
rantai
Larutnn yang mengandung
kental
tetapi
tidak
terbentuk
dapat
dengan
bereaksi
cara
polimer
rantai
membentuk
akan
yang
yang
polimer
gel.
Untuk
membentuk gel diperlukan N,N1-metilen-bis-akrilamid
yang
bertindak
Polimerisasi
rantai
sebagai
menyebabkan
akrilamid.
cross-linking
terbentuknya
per
jala
Ukuran pori dari jala
ditentukan oleh jumlah akrilamid yang
unit volume medium reaksi dan
silangnya (Boyer, 1986).
agent.
dari
tersebut
dipergunakan
derajat
ikatan
PAGE
dapat
dipergunakan
untuk
uji
homogenitas, estimasi BM, mobilitas relatif, muntan
netto,
dan
koefisien
difusi
1974).
Menurut Mayes et al.
protein
paling
baik
apparent
(1987),
diuji
dengan
homogenitas
PAGE.
rendah konsentrasi poliakrilamid yang
dan
makin
kecil
ukuran
(Maurer,
Makin
dipergunakan
molekul
yang
akan
dipisahkan, mobilitas molekul tersebut makin besar.
konsentasi
Pada
standar
(7,5%)
berat molekul 10.000
mempunyai
dipisahkan
dengan
poliakrilamid
memisahkan
baik.
dapat
3,5%
makromolekul
molekul 1.000.000
-
Gel
-
senyawa
yang
1.000.000
dapat
dengan
konsentrasi
dipergunakan
yang
untuk
berat
mempunyai
5.000.000 (Boyer, 1986).
PAGE dapat dilakukan pada 2 macam gel,
gel
yang
diantara
berbentuk
sampel
lebih
adanya
dua
batang
plat kaca.
batanq
tiap
yang
atau
Tidak seperti
hanya
batang, pada
lempeng
gel
dapat
tipis
pada
memuat
berbentuk
(Boyer, 1986).
Gel
berbentuk
dielektroforesis secara vertikal
satu
secara
lempeng
atau
pengaruh grafitasi tidak diinginkan,
dilakukan elektroforesis horisontal.
gel
lempeng
dari 1 sampel dapat dielektroforesis
simultan
dapat
berbentuk
yaitu
bila
dapat
3.
PAGE dengan Sodium Dodesil SulEat (SDS-PAGE)
Variasi yang terkenal dalam PAGE adalah
PAGE,
yaitu PAGE yang'dilakukan pada
terdenaturasi
(Mayes et al., 1987)
Dodesil
Sulfat)
bersama
dengan
sampel
.
SDS
merupakan anionik
SDS-
yang
(Sodium
deterjen
D-merkaptoetanol
dan
yang
pemanasan
menyebabkan rusaknya struktur tiga dimensi protein.
Hal
ini disebablian oleh pecahnya ikatan
disulfida
yang selanjutnya tereduksi menjadi gugus sulfhidril
(Smith,
1984).
sekunder ,
tersier,
menghasilkan
Selanjutnya
disulfida
rantai
'
dan
SDS
merusak
kuaterner
polipeptida
struktur
protein,
yang
acak.
8-merkaptoetanol memecah semua
yang
menyebabkan
SDS
Mula-mula
ada.
Kedua
reaksi
protein terdenaturasi
ikatan
tersebut
(Boyer,
1986).
mengikat protein yang terdenaturasi pada
hidrofobik
dengan perbandingan yang
selalu
sisi
sama,
yaitu 1,4 gram SDS per gram protein (Smith, 1984).
SDS-PAGE
Pada
pH
protein
sekitar
netral.
kompleks
dengan
dan kompleks ini bermuatan negatif
karena
7,
dilakukan pada pH
SDS akan
membentuk
adanya gugus-gugus anion dari SDS.
seluruh
sampel yang ditambahkan akan
elektroda positif.
besar
Dengan demikian
mempunyai
bergerak
ke
Kompleks SDS-protein yang lebih
mobilitas
yang
lebih
dibandingkan dengan kompleks yang lebih kecil
kecil
(Nur
dan Adijuwana, 1988).
untuk
mengetahui
ataukah
apakah suatu
oligomerik.
berat
menetapkan
SDS-PAGE dapat
protein
Selain
molekul
dipergunakan
itu
dan
monomerik
juga
untuk
jumlah
rantai
polipeptida suatu protein.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan
elektroforesis
pemisahan suatu senyawa
dipengaruhi
oleh
dengan
banyak
hal.
Diantaranya sistem buffer, suhu, waktu dan besarnya
arus listrik yanq dipergunakan.
tersebut saling mempengaruhi.
dipergunalcan,
yang
semakin
Keempat
parameter
Semakin tinggi
arus
pendek
yang
waktu
dibutuhkan, tetaj~i suhu akan meningkat.
Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan pola
pemisahan
molekul
yang
yang
dipergunakan.
dan
Menurut Morris dan
suatu
ionisasi
dan
tergantung
tergantung
dipisahkan
mobilitas
Sedangkan
optimum
molekul
pada
jenis
buffer
Yang
Morris
dipengaruhi
deionisasi
besarnya
pada
molekul
arus listrik
banyaknya
yang
kolom
(1976),
oleh
waktu
tersebut.
dibutuhkan
elektroforesis
yang ditanggungnya (Nur dan Adijuwana, 1988).
Pengaruh
suhu
terhadap
dilihat dari hukum Stokes.
kekentalan
media
dapat
Suhu dapat mempengaruhi
(n) dan
sehingga mobilitas (H atau
mobilitas
.LC)
jari-jari
ion
berubah juga.
(r),
Morris
dan
Morris
terjadi
(19'76) menyatakan bahwa
secara
peningkdtan mobilitas ionik
kasar
sebesar
2,5%
per derajat kenaikan suhu.
Buffer berfungsi mempertahankan pH baik dalam
reservoir
ataupun
elektrolit
dalam
pembawa
gel,
aliran
dan
merupakan
listrik.
Untuk
tercapainya kedud fungsi tersebut, menurut Nur
Adijuwana
diperlukan
(1988),
kondisi
3
dan
sebagai
berikut :
(1) Buffer yang dipilih harus tidak bereaksi dengan
makromolekul
terjadi
ydng
akan
pergerakan
dipisahkan.
menyebabkan
molekul
Interaksi
perubahan
dalam
medan
yang
kecepatan
listrik;
dan
mengakibatkan 1 spesies terlihat menjadi 2.
(2) pH yang dipergunakan dalam elektroforesis harus
sedemikian rupa
dapat
terpisah
sehingga
campuran
satu sama lain.
makromolekul
Kisaran
pH
yang
umum dipergunakan untuk protein 4,5-9,O.
(3)
Kekuatan
ionik dan konsentrasi
diperhitungkan
elektrolit
di
makromolekul
Akibatnya
dengan tepat.
dalam
akan
pita-pita
buffer
Apabila
gel
bergerak
konsentrasi
terlalu
terlalu
rendah,
cepat .
tidak
tajam,
melainkan tampak seperti daerah difusi yang
sangat
menurunkan
konsentrasi
yang terbentuk
harus
resolusi.
Sebaliknya,
elelctrolit sangat tinggi, maka
apabila
timbul
panas
yang dapat menimbulkan denaturasi;
meskipun
pita
yang
diperoleh
tajam,
sehingga
pergerakan
molekul hanya mencapai jarak yang pendek.
ionik
buffer
yang
dipergunakan
Kekuatan
berkisar
antara
0,05-0,15.
5. Pewarnaan Protein
Pewarnaan
berguna
untuk
memperjelas
pita
protein hasil pernisahan dengan elektroforesis. Ada
bermacam-macam
pewarna
yang
dapat
dipergunakan
untuk mendeteksi adanya protein, diantaranya
Amido
Black,
R-250
dan
Nigrosinc, Coomassie Brilliant
Blue
G-250, CuC12, AgN03, dan lain-lain
(Blakesley
dan Boezi, 1977; Merril, 1983; Scopes, 1987; Lee et
dl., 1987).
Menurut
suatu
Maurer
(1974),
kapasitas
pewarna terhadap protein sangat
Meskipun
demik ian,
coefficient
selama
ikatan
bervariasi.
molar
extinction
pewdrna yang dipergunakan masih
besar daripada molekul sampel, pewarnaan
lebih
merupakan
metode deteksi yang paling sensitif.
Sebelum pevarnaan dilakukan fiksasi
yaitu denaturasi protein dengan asam.
yang
Asam
umum
dipergunakan adalah
Asetat,
Formaldehid;
Perklorat
dan
air;
Glutaraldehid;
5-10%
Bahan-bahan
campuran
Asam
Metanol,
Sulfosalisilat;
TCA;
(Laemmli, 1970;
protein,
atau
Asam
Smith,
1984;
Scopes,
1987; Dunn, 1989).
mengendapkan
Fiksasi berguna
dan mengimobilisasikan
untuk
protein
yang
telah terpisah pada gel dan menghilangkan komponenkomponen
non
protein
pengikatan
pewarna
mengandung
SDS,
yang
dapat
oleh protein.
SDS harus
menghalangi
Pada
gel
dikeluarkan
Demikian pula senyawa amfolit.
dari
gel.
Senyawa-senyawa ini
terdifusi keluar pada saat fiksasi
dapat
yang
(Scopes,
1987).
Pewarna
bereaksi
tetapi
yang
dengan
dipergunakan
molekul sampel
tidak bereaksi dengan
harus
yang
gel
dapat
dipisahkan,
elektroforesis.
Ikatan antara pewarna dan gel bukan ikatan kovalen,
sehingga
mudah
intensif
dan penyinaran (Maurer, 1974).
pewarnaan,
pelunturan
peluntur
dilepaskan
di Lakukan
dengan
oleh
pencucian
penghilangan
merendam
gel
sampai latar belakangnya
yang
Setelah
warna
dalam
relatif
/
larutan
jernih
dibanding pita ydng dihasilkan (Nur dan
Adijuwana,
Menurut Ounn (1989), waktu yang
diperlukan
1988).
untuk destaining tergantung pada ketebalan gel
dan
konsentrasi polidkrilamid.
5.1.
Pewarnaan Coomassie
Pewarna yang umum digunakan untuk
protein
adalah Coomassie Brilliant
mendeteksi
Blue.
Tetapi
kelemahannya,
pewarna ini hanya
protein yang berjumlah besar.
pewarna
ini
dapat
dapat
Menurut Dunn (1989),
mendeteksi
'
konsentrasi 0,5 pg/cm2.
mendeteksi
protein
pada
Selain itu, menurut Scopes
(1987), pewarna ini tidak sesuai untuk protein yang
bersifat asam.
Interaksi
antara pewarna ini
protein yang berbeda.
berbeda
untuk
Jumlah molekul pewarna
yang
terikat tergantung pada muatan positif protein yang
bersangkutan,
sekitar
1,5
-
3 molekul
pewarna
/
muatan (Tal et al).
5.2.
Pewarnaan Cu
Interaksi
banyak
antara cu2+ dengan
protein
dijelasknn dan bahkan merupakan dasar
beberapa metode pengukuran jumlah protein,
metode
telah
Biuret,
Lowry,
dan
Asam
dari
seperti
Bicinchoninat.
Selain itu CuC12 mampu mengimobilisasi protein pada
gel elektroforesis.
(1987)
mempergunakan
Dengan dasar itu, Lee et
CuC12
menyebutnya Copper Staining.
tergantung
pada
sebagai
pewarna
aan
Metode pewarnaan
ini
2 reaksi yang
berlawanan,
pengendapan CU++ oleh SDS dan pembentukan
antara Cu dan protein.
pada
kompleks
al.
yaitu
kompleks
Menurut Mehl et al. (1949),
Cu-Protein,
1
atom
dengan 4 atom N pada ikatan peptida.
Cu
berikatan
Pewarnaan cu bermanfaat untuk analisa protein
secara
cepat pada SDS-PAGE.
juga
memungkinkan
untuk
yang
dipisahkan
dengan
dikarakterisasi
ini
mempunyai
paling
mendapatkan
3 kali
pewarnaan
Coomassie,
memerlukan
tahap pelunturan.
yang
telah
cepat,
dipisahkan
Prosedur
keunggulan,
lebih
dapat
untuk
pewarnaan
diantaranya
sensitif
mudah,
Selain
ini
polipeptida
elektroforesis
lebih lanjut.
beberapa
sedikit
Metode pewarnaan
dibanding
dan
itu
tidak
protein
diperoleh
kembali
secara kuantitatif setelah Cu dikelat dengan EDTA.
5.3.
Pewarnaan Ag
Ion
perak mampu mengikat protein pada
pita
transparan sehinqga dapat terlihat pada gel.
Sifat
transparan tersebut dapat disebabkan oleh perubahan
struktur air dan interaksi antara ion
Merril
kali
dan
dan
(1983) menyatakan bahwa pewarnaan
lebih sensitif dibanding pewarnaan
10
kali
pewarnaan
dibanding
pewarnaan
ini
100
Coomassie
Cu.
ini, protein yang terdapat
~1-.
dalam
Dengan
skala
nanogram masih dapat terdeteksi (Lee et al., 1987).
5.4.
Pewarnaan Spesif ik
Ada
dipergunakan
suatu
untuk
metode
pewarnaan
mendeteksi
yang
enzim,
dapat
yaitu
Pewarnaan Spesifik, yang bekerja berdasarkan reaksi
spesifik
-
enzim
substrat.
pewarnaan ini terbatas pada
baik
oleh
gel tanpa
SDS atau Ukea, sebab
menghilangkan
ini
Pemakaian
metode
denaturasi,
denaturasi
alctifitas katalitik
enzim.
Metode
umumnya dipergunakan untuk protein yang
difiksasi,
oleh
sebab
dipergunakan
harus
dapat
sebelum
itu
/ enzim
protein
pereaksi
berdifusi
itu
dapat
tidak
yan9
lebih
cepat
sendiri terdifusi
(Scopes, 1987) .
Menurut Scopes (1987), ada 2 metode pewarnaan
ini.
Pertama, dengan merendam gel pada
Metode ini cukup memuaskan jika hasil
yang sesuai.
reaksi akhir bersifat insoluble.
diimobilisasi
Agarose,
salah
dengan
cara
atau
Scopes
yang
membelah gel yang
salah
pewarnaan
Spesifik
seperti gel
kertas
saring.
(1987) memberikan
dapat
satu
telah
belahan
dan
dilakukan
dengan
pewarnaan tersebut.
untuk
yaitu
dielektroforesis,
diwarnai
belahan yang lain
pewarnaan protein biasa.
ditentukan
pereaksi
pita mana yang mengandung enzim,
kemudian
metode
Kedua,
bahan penyangga,
dengan itu,
satu
menentukan
pada
Seluloaa Asetat,
Sehubungan
pereaksi
Pita enzim
membandingkan
kedua
dengan
dengan
dapat
hasil
6. Analisis Hasil Elektroforesis
Analisis
didasarkan
Menurut
hasil elektroforesis
pada
umumnya
pada mobilitas elektroforetik
protein.
Nur dan Adijuwana (1988), mobilitas
partikel
adalah
kecepatan
yang
dicapai
partikel tersebut pada suatu medan listrik.
menurut
suatu
oleh
Sedang
Suhartono (1988), mobilitas relatif
suatu
protein adalah perbandingan jarak antara titik awal
ke
pita protein dengan titik awal k e
elektroforesis.
dapat
Pada kondisi yang sama,
selalu sama untuk setiap
mobilitas
dibuat
titik
hubungan antara
besarnya
ion,
berat
akhir
sehingga
molekul
dan
mobilitasnya (Nur dan Adijuwana, 1988).
Mobilitas
relatif
Menurut
:=
iarak miarasi protein
jarakyigrasi %t warna
Conn
et
(1987),
al.
estimasi
BM
protein dapat dilakukan berdasarkan protein standar
yang
sudah
pembuatan
pertama
BM-nya.
Ada
kurva standar untuk estimasi
dilakukan dalam dua tahap,
hubungan
dengan
diketahui
dua
cara
BM.
cara
yaitu
mencari
antara mobilitas relatif protein
standar
konsentrnsi
gel
yang
dipergunakan.
membuat kurva stilndar yang-menghubungkan BM
kemiringan
kurva pertama.
Sedangkan
cara
Dan
dengan
kedua
adalah cara esti~nasi BM dengan SDS-PAGE, yang mampu
memisahkan
protein
berdasarkan
ukuran
/
berat
111. METODE PENELITIAN
A.
B A H A N DAN ALAT
1.
Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
-
Substrat
fermentasi kecap (fase moromi)
dari
pabrik kecap Zebra, Bogor
-
Substrat
/
media
tepung kedelai, dan
-
pertumbuhan,
yaitu
dedak,
media sintetik PDA
Bahan-bahan kimia untuk isolasi : media sintetik
Potato Dextrose Agar dan Skim Milk Agar
-
Bahan-bahan
kimia
untuk
pengujian
aktivitas
enzim : Na2HP04, NaH2P04, Kasein, Tirosin
,
CaC12, Na2C03, Folin-ciocalteau, H2S04,
Etanol
TCA,
95%, Coomassie Brilliant Blue G-250
-
Bahan-bahan
kimia
untuk
pemurnian
enzim
Ammonium Sulfat, Aseton, Sephadex G-100
-
Bahan-bahan
kimia
untuk
analisis
dengan
elektroforesis : Buffer Fosfat, Buffer Tris-HC1,
Buffer ~ris-~lisin,
SDS, Akrilamid, N,Nt-Metilen
Bis-Akrilamid,
Ammonium
Persulfat,
TEMED,
Bromofenol Blue, B-Mercaptoetanol, Metanol, Asam
Asetat Glasial, Coomassie Brilliant Blue
CuC12,
TCA,
Etanol,
KMn04,
AgN03,
R-250,
DTT,
Glutaraldehid, Na2C03, Formaldehid, Asam Sitrat.
2.
Alat
Alat-alat
yang
untuk
diperlukan
penelitian
ini adalah :
-
-
Alat-alat gelos
pengering beku
- Timbangan analitik
- Pengaduk magnetik
B.
Pembakar Bunsen, jarum ose
Satu set alat kromatografi
Satu set pengumpul fraksi
Satu set alat elektroforesis
Autoclaf
Inkubator
Lemari pendingin
Spektrofotometer
pH meter
Penangas air
Pompa vakum
Sentrifus
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
terdiri
dari
4
tahap,
yaitu
isolasi kapang proteolitik, produksi, pemurnian,
analisis protease.
dan
Masing-masing tahap dijelaskan
di
bawah ini.
I.
ISOLASI KAPANG PROTEOLITIK
5
g substrat fermentasi kecap (fase moromi)
dipanaskan
sebentar pada
disuspensikan
diencerkan
PDA
dalam
10-I
-
45 ml
hari.
air
70°c,
diblender,
steril, kemudian
dan ditumbuhkan pada
dengan metode tuang.
selama 3
suhu
Inkubasi pada suhu
Hal yang sama juga dilakukan
substrat yang tidak dipanaskan.
media
30°c
pada
Kapang yang tumbuh
diinokulasikan
permukaan
hari.
pada
media
SMA
dengan
dan diinkubasi pada suhu 30°c
Kapang
disekeliling
yang
menghasilkan
metode
selama
areal
koloni ditumbuhkan pada
3
bening
agar
miring
isolat kapang dilakukan
sesuai
PDA.
Identifikasi
dengan metode yang dikemukakan oleh Klich dan
(1988).
Yeast
Kapany
Agar
Sukrosa
ditumbuhkan
(CYA) dan
CYA
pada
yang
media
Pitt
Czapek
mengandung
(CYZOS), kemudian diinkubasikan pada
20%
suhu
ruang selama 7 hari.
Hasil pengamatan
disesuaikan
dengan
kunci
identifikasi
spesies
Aspergillus,
seperti yang terlampir pada
lampiran
6.
makroskopik
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan
culture pada media CYA.
Pewarna yang
slide
dipergunakan
adalah Lacto-fenol Cotton Blue.
2.
PRODUKSI I'ROTEASE
Pada
tahap ini diproduksi protease
dari
A.
oryzae pada media campuran dedak dan tepung kedelai
sesuai dengan hanil penelitian Lestario (1391).
a.
Penyiapan Media Fermentasi
10
g
tepung
10
ml
media
fermentasi
(campuran
dedak
kedelai, 7:3, berdasar berat)
KH2PO4
4 mM,
pH
diatur
Disterilisasi pada suhu 121°c
dan
ditambah
menjadi
selama 15
6.
menit.
b.
Pembuatan Inokulum dan Inokulasi
Sebelum pembuatan inokulum, dilakukan pengujian
aktivitas
proteolitik pada media SMA.
aktivitas
proteolitik
Adanya
ditandai
dengan
terbentuknya areal bening di sekeliling kultur.
Biakan
A. oryzae pada agar miring, yang
diinkubasikan
hari,
dan
berumur
diberi air steril sebanyak 10 ml.
suspensi
telah
suhu 30°c
pada
telah
ini
diinokulasikan pada
2
4
ml
media
yang
disiapkan dan diinkubasi pada suhu
3o0c
selama 3 hari (72 jam).
c.
Ekstraksi
Enzim
diekstraksi dengan 100 ml
Tween
80
ddn pengadukan
kecepatan
0,1%
selama
jam
1
Suspensi enzim yang
160 rpm.
terekstrak
dipisahkan
penyaringan
menggunakan kain kassa dan
Untuk
media
larutan
dari
media
memisahkan sel-sel mikroba
fermentasi yang
dan
tertinggal,
pada
telah
dengan
kapas.
sedikit
filtrat
tersebut discntrifus dengan kecepatan 4000
selama
10 menit.
dilakukan
pengukuran
jumlah protein.
dengan
Pada filtrat yang
aktivitas
hidrolisis
kasein
diperoleh
protease
Aktivitas protease
rpm
dan
ditentukan
(Bergmeyer, 1983),
sedang jumlah protein dengan metode
zat pewarna (Bradford, 1976).
pengikatan
d.
Pengukuran Jumlah Protein
Protein
terlarut ditetapkan berdasarkan
standar BSA.
sebagai
Pembbatan larutan Bradford adalah
berikut:
100 mg
Coomassie
G250 dilarutkan dalam 50 ml
Blue
kemudian
dipisnhkan
metode
Brilliant
Etanol
ditambah 100 ml Asam Fosfat
diencerkan snmpai 1 liter.
larut
kurva
dengan
95%,
85%
Pewarna yang
penyaringan.
ini dapat dilihat pada gambar di
dan
tidak
Skema
bawah
ini.
SAMPEL
STANDAR
0,2 ml enzim
0,2 ml BSA
konsentrasi 0,l-1 mg/ml
I
-r----- -'
I
+
--
5 ml larutan Bradford
I
I
didiamkan 20 menit pada suhu ruang
I
I
dilakukan pengukuran Absorbansi
pada panjang gelombang 595 nm
Gambar 2.
e.
Penetapan jumlah protein
(Dradford, 1976)
Pengujian Aktifitas Protease
Prinsip pengujian ini adalah :
Kasein
Hz0
Peptida + Asam Amino
Protease
Laju
pembentukan peptida dan asam
reaksi
tersebut
dapat
dijadikan
amino
dari
tolok
ukur
akktivitas katalisis protease.
Asam-asam amino
yang
diisolasi
telah
terbentuk
harus
dipisahkan
dari substrat yang
Cara
paling
yang
umum
masih
adalah
dan
tersisa.
dengan
TCA.
Pengukuran asam-asam amino yang telah diisolasi
tersebut dapat dilakukan pada panjang gelombang
280
nm atau pada daerah sinar tampak,
setelah
terlebih dahulu diwarnai dengan pereaksi Folin.
Tahap penqujian aktivitas protease ini terdapat
pada tabel 1.
Berdasarkan perjanjian Internasional, aktivitas
protease
(IU).
dinyatakan dalam
Internasional
Unit
Satu IU protease menyatakan jumlah enzim
yang dapat menghasilkan 1 wmol produk (tirosin)
per menit.
IJnit aktivitas tiap sampel dihitung
dengan persamaan :
dimana
:
UA
=
jumlah tirosin yang dihasilkan
per ml enzim per menit
=
nilai absorbansi sampel
Abl
=
nilai absorbansi blanko
P
=
faktor koreksi
T
= lamanya reaksi (menit)
Nilai IU ditentukan dari kurva standar tirosin.
T a b e l 1.
~ e n g u j i a na k t i v i t a s p r o t e a s e
(Bergmeyer, 1983)
...............................................
Pereaksi
Sampel
Blanko
...............................................
Buffer f o s f a t
( 0 , O l M,
pH 7 )
S u b s t r a t k a s e i n ( 2 % , pH 7 )
Aquades
Enzim d a l a m CaC12
1,00 m l
1,00 m l
1,00 m l
1,00 m l
---
0,20 m l
0,20 m l
---
...............................................
D i i n k u b a s i k a n selama 1 0 m e n i t p a d a s u h u
...............................................
TCA ( 0 , 1 M )
Enzim d a l a m CaC12
2,00
ml
---
37'~
2,00 m l
0,20 m l
Diinkubasiknn selama 10 m e n i t pada suhu 3 7 O ~ ,
l a l u d i s e n t r i f u s p a d a 4000 rpm selama 1 0 m e n i t
...............................................
Filtrat
1,50ml
1,50ml
P e r e a k s i F o l i n (1: 2 )
1 , O O m l
1 , O O m l
...............................................
D i i n k u b a s i k a n selama 2 0 m e n i t pada suhu 3 7 O ~ ,
l a l u d i u k u r a b s o r b a n s i n y a pada
p a n j a n g g e l o m b a n g 578 nm
................................................
3.
PEMURNIAN PROTEASE
~emurnian
enzim
yang
dilakukan
meliputi
pengendapan enziin yang diinginkan dan kromatografi.
Enzim
harus
selama
dijaga
tahap
tetap
pemurnian.
dalam
Prosedur
dapat dilihat pada gambar 3.
pemurnian
kondisi
dingin
pemurnian
Pada akhir tiap tahap
dilakukan pengukuran jumlah protein
protease
aktivitas
untuk
ini
mengetahui
dan
kelipatan
pemurniannya.
a.
Pengendapan dengan Ammonium Sulfat
Filtrat
enzim kasar yang diperoleh dari
sebelumnya
kemudian
didinginkan
70%
ditambahkan
bubuk
pada
halus
refrigerator,
Ammonium
Sulfat
sambil
cliaduk
sedikit-sedikit
dengan pengaduk magnetik sampai semua
Sulfat selesai ditambahkan.
tahap
Selama
Ammonium
pengadukan
suhu dijaga tetap rendah dengan
menempatkannya
pada
ini
wadah berisi es.
selama
30
kecepatan
dilarutkan
menit
Filtrat
sebelum
disentrifus
4000 rpm selama 20
menit.
pada buffer fosfat 0,02 M ,
dengan volume minimum.
didiamkan
denban
Endapan
pH
7,5
Filtrat enziln kasar hasil fermentasi
I
1
Ditambah 70% Ammonium'Sulfat sambil diaduk
dengan pengaduk magnetik pada suhu rendah
I
1
Didiamkan selama 30 menit pada suhu
menyempurnakan pengendapan
~
O
untuk
C
I
i
Disentrifus 4000 rpm, 20 menit
!
4
Endapan enzim dikumpulkan
I
1
Dilarutkan pada 0,02 M buffer fosfat pH 7,5
dengan volume minimum
I
I
1
Dialisis dalam 0,02 M bu