Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

DISUSUN OLEH :

ANGGA OCTABRIANSYAH

090522082

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

AKUNTANSI EKSTENSI


(2)

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : ANGGA OCTABRIANSYAH

Nomor Induk Mahasiswa : 090522082

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi

Judul Penelitian Skripsi :PENGARUH MODAL INTELEKTUAL

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

Dosen Pembimbing : Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak

Medan,

Dosen Pembimbing

(Drs. Syahrul Rambe, MM,Ak ) NIP. 19760522 200312 1001


(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence intellectual capital to financial statements. Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency was the variable that used as indicator of intellectual capital. ROA was the variable that used as indicator of financial statements.

Population of this research is banking companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2010, total 31 companies. Sample of this research is 17 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from financial report and publicized through website on www.idx.co.id. The technique of data collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regression analize that use classic asumption test and hypothesis test.

The result of this research showed that intellectual capital (Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency has a significant and positif impact on return on asset simultaneously. It is showed by value of F count > F table (28,202 > 2,806) with significantly 0,000 < 0,05. The result of this research showed that CEE has a significant impact on return on asset the partially. It is showed by value of t count > t table (6,746>1,678) with significantly 0,000 < 0,05. HCE and SCE has not a significant and negative impact on return on equity. It is showed by HCE value of t count < t table (-0,267 <1,678) with significant 0,791 > 0,05 and SCE value of t hitung < t table (0,793 <1,678) with significant 0,079 > 0,05.

Keywords: Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency and Return On Asset


(4)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap laporan keuangan. HCE, SCE dan CEE adalah variabel yang digunakan untuk mengukur modal intelektual. ROA adalah variabel yang digunakan untuk mengukur laporan keuangan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010 yang berjumlah 31 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan

analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan modal intelektual (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel F hitung > F tabel (28,202 > 2,806) dan signifikansi < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel (6,746>1,678) dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan HCE dan SCE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari variabel HCE dengan nilai t hitung < t tabel (-0,267 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,791 > 0,05 dan variabel SCE dengan nilai t hitung < t tabel (0,793 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,079 > 0,05.

Kata Kunci: Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency and Return On Asset


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat menuju jalan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Lpaoran Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan berupa doa, bimbingan, pengarahan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan serta arahan dalam proses penyelasian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Dosen Pembaca dan Penilai Skripsi yang telah memberikan penilaian terhadap Skripsi ini.

6. Kedua orang tua, Ayahanda Zulham Harahap, Ibunda Mita Aderiani dan ketiga adik saya yang selama ini telah memberikan kasih sayang, dukungan, perhatian, dan doanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2012 Peneliti,

Angga Octabriansyah NIM: 090522082


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Landasan Teori ... 8

2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View ... 8

2.1.2 Knowledge Based View (KBV) ... 9

2.1.3 Intangible Asset ... 10

2.1.4 Definisi Modal Intelektual ... 12


(8)

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM

2.1.7 Definisi dan Jenis Bank ... 17

) ... 16

2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 19

2.1.9 Definisi Efisiensi ... 23

2.2Penelitian terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN32 3.1Jenis Penelitian ... 32

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32

3.3.1 Variabel Independen ... 32

3.3.2 Variabel Dependen ... 36

3.4Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.5Jenis Data ... 39

3.6Metode pengumpulan Data ... 39

3.7Teknik Analisis ... 39

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.7.1.1Uji Normalitas Data ... 39

3.7.1.2Uji Multikolinieritas ... 41

3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.7.1.4Uji Autokorelasi ... 42

3.7.1.5Uji Regresi Berganda ... 43

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 43


(9)

3.7.2.2Uji Koefisien Regresi Simultan (uji F) ... 44

3.7.2.3Uji Koefisien Determinasi R2 ... 3.8 Jadwal Penelitian ... 46

44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 47

4.2 Statistik Deskriptif ... 48

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 50

4.3.2 Uji Multikoliniearitas ... 52

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 53

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.3.5 Analisis Regresi Berganda ... 55

4.4 Uji Hipotesis ... 56

4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 56

4.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 58

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi... 58

4.5 Interpretasi Hasil ... 59

4.5.1 Pengaruh HCE terhadap ROA ... 59

4.5.2 Pengaruh SCE terhadap ROA ... 60


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

1.1Kesimpulan ... 64

1.2Keterbatasan Penelitian ... 65

1.3Saran ... 66


(11)

DAFTAR TABEL

NomorJudul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel... Tabel 3.2 Sampel Penelitian ...

Tabel 4.1 Data Variabel Independen X1 (LDER) 2006-2008 .. Tabel 4.2 Data Variabel Independen–X2 (ROA) 2006-2008 ... Tabel 4.3 Data Variabel Independen–Y (ROE) 2006-2008 ... Tabel 4.4 Descriptive Statistics ... Tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... Tabel 4.7 Coefficients(a) ... Tabel 4.8 Coefficient Correlations(a) ... Tabel 4.9 Model Summary(b) ... Tabel 4.10 Model Summary(b) ... Tabel 4.11 Coefficients(a) ... Tabel 4.12 ANOVA(b) ...

20

24

31

33

35

37

38

40

43

46

46

47

50

51


(12)

DAFTAR GAMBAR

NomorJudul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... Halaman

Gambar 4.1 Histogram ... Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 4.3 Histogram ... Gambar 4.4 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 4.5 Scatterplot ...

21

41

42

44

45


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranJudul

Lampiran i Sampel Penelitian ... Halaman

Lampiran iii Data Variabel HCE, SCE, CEE Tahun 2009 ……... Lampiran iv Data Variabel HCE, SCE, CEE Tahun 2010 ……….... Lampiran v Data Variabel HCE, SCE, CEE Tahun 2011 …….... Lampiran vi Data pengolahan SPSS 16 Tahun 2009-2011 …..

68

69

70


(14)

DAFTAR SINGKATAN

API = Arsitektur Perbankan Indonesia BEI = Bursa Efek Indonesia

BI = Bank Indonesia

CEE = Capital Employed Efficiency HCE = Human Capital Efficiency

ICMD = Indonesian Capital Market Directory K-S = Kolmogorov- Smirnov

LDR = Loan to Deposit Ratio NIM = Net Interest Margin NPL = Non Performing Loans ROE = Return On Equity ROA = Return On Assets

SCE = Structural Capital Efficiency VIF = Variance Inflation Factor


(15)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence intellectual capital to financial statements. Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency was the variable that used as indicator of intellectual capital. ROA was the variable that used as indicator of financial statements.

Population of this research is banking companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2010, total 31 companies. Sample of this research is 17 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from financial report and publicized through website on www.idx.co.id. The technique of data collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regression analize that use classic asumption test and hypothesis test.

The result of this research showed that intellectual capital (Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency has a significant and positif impact on return on asset simultaneously. It is showed by value of F count > F table (28,202 > 2,806) with significantly 0,000 < 0,05. The result of this research showed that CEE has a significant impact on return on asset the partially. It is showed by value of t count > t table (6,746>1,678) with significantly 0,000 < 0,05. HCE and SCE has not a significant and negative impact on return on equity. It is showed by HCE value of t count < t table (-0,267 <1,678) with significant 0,791 > 0,05 and SCE value of t hitung < t table (0,793 <1,678) with significant 0,079 > 0,05.

Keywords: Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency and Return On Asset


(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap laporan keuangan. HCE, SCE dan CEE adalah variabel yang digunakan untuk mengukur modal intelektual. ROA adalah variabel yang digunakan untuk mengukur laporan keuangan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010 yang berjumlah 31 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan

analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan modal intelektual (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel F hitung > F tabel (28,202 > 2,806) dan signifikansi < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel (6,746>1,678) dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan HCE dan SCE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari variabel HCE dengan nilai t hitung < t tabel (-0,267 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,791 > 0,05 dan variabel SCE dengan nilai t hitung < t tabel (0,793 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,079 > 0,05.

Kata Kunci: Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency and Return On Asset


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi pada saat sekarang ini menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan menjadi semakin tinggi dan tidak dapat di hindarkan . Dalam menghadapi persaingan tersebut dan untuk menjaga eksistensinya perusahaan – perusahaan harus dengan cepat mengubah strategi bisnisnya dari bisnis yang berbasis tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business), sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan.Pada ekonomi berbasis pengetahuan ini keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan dan penggunaan faktor-faktor produksi konvensional seperti mesin-mesin atau tenaga kerja lainnya, tetapi lebih pada penggunaan faktor produksi berbasis pengetahuan, inovasi, dan teknologi

Perubahan strategi bisnis ini menyebabkan perusahaan harus dapat meningkatkan pengetahuan bisnis mereka untuk mencapai competitive advantage dalam bisnis mereka, pengetahuan ini di sebut juga dengan Intellectual Capital

Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan memicu tumbuhnya minat dalam modal intelektual dan juga mendorong kemunculan “new economy”


(18)

Hal ini di nyatakan oleh Petty dan Guthrie, (2000):

“The rise of the ‘New Economy’ one principally driven by information and knowledge is identified by the OECD (2000, forthcoming) as explaining the increased prominence of IC as a business and research topic”

Salah satu area yang menjadi perhatian baik akademis maupun praktisi adalah yang terkait dengan kegunaan Intellectual Capital (IC) sebagai salah satu instrument untuk menilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 2003). Hal ini telah menjadi kontroversi yang berkepanjangan, beberapa peneliti menyatakan bahwa manajemen dan sistem pelaporan yang telah ada selama ini secara berkelanjutan kehilangan relavansinya karena tidak mampu menyajikan informasi yang esensial bagi eksekutif untuk mengelola proses yang berbasis pengetahuan (knowledge-based business) dan intangible resources (Bornemann dan Leitner,2002).

Selama ini, pembedaan antara intangible assets dengan IC disamarkan kedalam pengertian intangible yang keduanya merujuk pada istilah “goodwill”(IASB, 2007). Hal ini dapat ditelusuri pada awal tahun 1980-an ketika catatan dan pemahaman umum tentang nilai intangible, biasanya sering disebut sebagai goodwill, mulai terlihat dalam praktek bisnis dan akuntansi (International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007).

Dalam penulusuran pencatatan intangible tersebut, praktik akuntansi tradisional tidak menyediakan identifikasi dan pengukuran aset tidak berwujud dalam organisasi, terutama organisasi berbasis pengetahuan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007; Tan et al., 2007). Jenis intangible baru seperti kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan,


(19)

model simulasi, dan sistem administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen (Tan et al., 2007). Hal ini sangat menarik karena beberapa intangible tradisional, seperti pemilikan merk, paten, dan goodwill masih jarang dilaporkan didalam laporan keuangan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007). Dalam kenyataannya, IAS 38 tentang Intangible Assets melarang pengakuan untuk merk internal yang diciptakan secara internal seperti logo (mastheads), publishing titles ( judul publikasi), dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004).

Menurut International Federation of Accountants (IFAC), intellectual capital sinonim dengan intellectual property (kekayaan intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (aset pengetahuan). Modal ini dapat dipahami sebagai modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan. IFAC juga mengestimasikan pada saat ini 50-90 persen nilai dari perusahaan ditentukan oleh manajemen atas intellectual capital bukan manajemen terhadap aset tetap yang dimiliki.

Intellectual Capital (IC) di Indonesia mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2009) tentang aset tak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara nyata sebagai IC, namun IC telah mendapat perhatian lebih pada saat ini. Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.


(20)

Salah satu persoalan yang penting dihadapi sekarang adalah bagaimana untuk mengukur aset tidak berwujud atau modal intelektual. Hal ini berlawanan dengan meningkatnya kesadaran akan pengakuan IC untuk mendorong nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan tetapi pengukuran terhadap IC perusahaan belum dapat ditetapkan secara tepat pada saat ini. Ada banyak konsep pengukuran model intelektual yang dikembangkan oleh para peneliti pada saat ini, dan salah satunya adalah model yang dikembangkan oleh Pulic.

Pulic (1998, 2000) dalam Tan et al. (2007)mengembangkan“Value Added Intelectual Coefficient” (VAICTM) yang dapat digunakan untuk mengukur Intellectual Capital (IC) perusahaan. Komponen utama dari VAICTM

Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa VAIC

dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value added capital employed), human capital (VAHU-value added human capital), dan structural capital (STVA-structural capital value added).

TM

(1) Top performances – skor VAIC

dapat dijadikan sebagai instrumen untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja IC-nya. Mavridis (2004) dan Kamath (2007) mengelompokkan bank (berdasarkan kinerja IC) dalam empat kategori, yaitu :

TM

(2) Good performance – skor VAIC

di atas 3 TM

(3) Common performance– skor VAIC

2.0 sampai 2.99 TM


(21)

(4) Bad performance– skor VAICTM

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan penggunaan teknologi mungkin dapat mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan intellectual capital di berbagai negara. Tingkat penggunaan intellectual capital yang berbeda menyebabkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.

dibawah 1.5

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat dua perbedaan. Perbedaan pertama terdapat pada pemilihan proksi variabel dependen. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rofi Farih (2010) proksi untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan Capital Adequency Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Profit Margin (NPM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan dalam penelitian ini proksi variabel untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan Return on Asset (ROA). Perbedaan pemilihan proksi ini dikarenakan untuk mengukur kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan pengukuran ROA kita dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset.

Perbedaan yang kedua dalam penelitian ini terdapat pada jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel penelitian. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Rofi Farih (2010) jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel penelitian mulai tahun 2007-2008 sedangkan dalam penelitian ini jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel penelitian mulai tahun 2009-2011.


(22)

Metode Pulic digunakandalam mengukur intellectual capital karena pada metode ini seluruh informasi yang dibutuhkan tersedia di laporan keuangan. Sektor perbankan dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena perbankan merupakan salah satu industri yang paling intensif IC nya dan secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan bersifat lebih homogen tingkat intelektualitasnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Human Capital Efficiency(HCE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

2. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

3. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

4. Apakah HCE, SCE dan CEE mempengaruhi Return on Asset (ROA)

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA).


(23)

2. Untuk menganalisis pengaruhStructural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return to Asset (ROA).

3. Untuk menganalisis pengaruhCapital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA).

4. Untuk menganalisis pengaruh HCE,SCE dan CEE Secara simultan terhadap Return on Asset (ROA)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai Modal Intelektual ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Dapat menjadi bahan tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor Modal Intelektual terhadap kinerja suatu perusahaan.

2. Bagi manajemen perusahaan perbankan di Indonesia dapat menjadi masukan dan dorongan betapa pentingnya nilai dari Intellectual Capital (IC) dalam kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai Competitive Advantage.

3. Bagi perusahaan perbankan di Indonesia dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran, khususnya dalam mengalokasikan anggaran yang berkaitan dengan Modal Intelektual


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV)

Resources Based View berfokus pada konsep atribut perusahaan yang difficult-to-imitatesebagai sumber daya kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif. Sumber daya perusahaan bersifat heterogen, bukan homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan

Teori RBV memandang perusahaan sebagai sekumpulan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan agar dapat mencapai keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan:

a. Valuable (V): Sumber daya harus menambah nilai positif bagi perusahaan.

b. Rare (R): Sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon pesaing yang ada.

c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya harus sukar ditiru oleh para pesaing.


(25)

d. Non-Substitution (N):Sumber daya tidak dapat digantikandengan sumber daya alternatif lainnya oleh perusahaan pesaing.

Menurut RBV, sumber daya dapat secara umum didefinisikan memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan menyusun dan menerapkan strategi mereka. RBV mengkategorikan tiga jenis sumber daya :

a. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan b. Modal sumber daya organisasi (struktur formal)

c. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik, dan peralatan)

Dari penjelasan tersebut, menurut RBT, intellectual capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan value bagi perusahaan. Valueyang dimaksud yaitu kinerja yang semakin baik di dalam perusahaan.

2.1.2 Knowledge Based Theory/ Knowledge Based View (KBV)

Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View (KBV) merupakan pengembangan lebih lanjut dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan/Resource-Based View (RBV) dari perusahaan dan memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung modal intelektual. KBV berasal dari RBV dan menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah kepentingan sumber daya bagi perusahaan. Teori


(26)

berbasis pengetahuan perusahaan menguraikan karakteristik khas sebagai berikut :

a. Pengetahuan memegang peranan yang paling strategis di perusahaan. b. Kegiatan dan proses produksi di perusahaan melibatkan penerapan

pengetahuan.

c. Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung jawab untuk membuat, memegang, dan berbagi pengetahuan.

Dalam pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan mengembangkan pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik yang ada pada pengetahuan. Dalam era persaingan yang ada pada saat ini, perusahaan sering bersaing dengan mengembangkan pengetahuan baru yang lebih cepat dari pesaing-pesaing mereka

Knowledge-Based Theory mengidentifikasi dalam pengetahuan, yang ditandai oleh kelangkaan dan sulit untuk mentrasfer dan mereplikasi, merupakan sebuah sumber daya penting untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan. Kapasitas dan keefektifan perusahaan dalam menghasilkan, berbagi, dan menyampaikan pengetahuan dan informasi menentukan nilai yang dihasilkan perusahaan sebagai dasar keunggulan kompetitif perusahaan berkelanjutan dalam jangka panjang (Edvinsson dan Malone, 1997; Bontis, 2000; dalam Ulum, 2008).

2.1.3 Intangible Asset

Sejauh ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak berwujud dan IC. Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill,


(27)

dan IC adalah bagian dari goodwill. Pada saatini, sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan IC ke dalam kategori external (customer-related) capital, internal (structural) capital, dan human capital (lihat misalnya: Brennan dan Connell, 2000 dalam Ramadhan, 2009).

Paragaf 08 PSAK 19 (revisi 2009) mendefinisikan aktiva tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38 tentang intangible assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan dalam IFRS 10 tentang goodwill and intangible assets yaitu:

“An intangible assets is an identifiable asset, non monetary and without physical”.

Sementara APB Opinion 17 tentang intangible assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang aktiva tidak berwujud.

2.1.4 Modal intelektual

Modal intelektual telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai.

Definisi modal intelektual Menurut Stewart (1998):

“intellectual capital is intellectual material-knowledge, Information, Intellectual property, experience-that can be use to create wealth”


(28)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi, dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwaModal intelektual merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang nantinya akan memberikan keuntungan dimasa mendatang bagi perusahaan yang dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut.

Sveiby (2003) menyatakan bahwa:

“The invisible intangible part of the balance sheetcan beclassified as a family of three, individual competence, internal structural, and external” Sehingga secara umum komponen-komponen pembentuk modal intelektual itu terdiri dari:

a. Human Capital (modal manusia)

Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human Capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. b. Structural Capital (modal organisasi)

Structural Capital adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu struktur organisasi, sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang, dan kursus pelatihan. Structural Capitalmerupakan


(29)

infrastruktur pendukung dari Human Capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan.

c. Relational Capital

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata.Belkaoui (2003) dalam penelitian Ramadhan (2009) mendefinisikan:

“...include relational capital and structural capital, and seeks to validate the external model, such as customer, supplier or partner for research and development”

Relational capital sebagai semua sumberdaya yang berkaitan dengan hubungan dengan pihak-pihak eksternal perusahaan, misalnya pelanggan, supplier atau partner dalam penelitian dan pengembangan. Relational capital sendiri terdiri dari bagian dari human dan structural capital yang terlibat dalamhubungan perusahaan dengan para stakeholder perusahaan : kreditor, supplier, konsumen dan investor, ditambah

dengan persepsi mereka mengenai perusahaan. Edvinsson menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu :

a. Customer Role

b. Customer Succes

c. Customer Profile

d. Customer Success


(30)

2.1.5 Pengklasifikasian dan Pengukuran Intellectual Capital

Petty dan Guthrie (2000b) dalam Guthrie (2000) membagi IC menjadi tiga kategori:human capital, internal, external (customer-related) capital, internal (structural) capital, dan human capital :

“...However the intellectual capital can be classified as a family of three. Human competence, internal structural and customer relation or external structural”

Petrash (1999) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model (Ulum, 2008). Model ini mengklasifikasikan intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational capital, dan customer capital. Edvinsson dan Malone (1997) mengembangkan the Skandia value Scheme, yang mengklasifikasikan intellectual capital dan human capital sedangkan Haanes dan Lowendhal (1997) dalam penelitian Ulum (2009) mengelompokkan intellectual capital suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources. Model yang dikembangkan Lowendhal (1997) memperbaiki model diatas dan membagi kategori kompetensi dan rasional menjadi dua sub-kelompok (Tan et al., 2007):

1) individual; dan 2) collective.

Stewart (1998) mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam tiga format dasar, yaitu:

1) human capital; 2) structural capital; dan


(31)

3) customer capital.

Konfederasi Serikat Dagang Denmark (The Danish Confederation of Trade Unions) (1999) mengelompokkan intellectual capital sebagai manusia, sistem, dan pasar.

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al., 2009) yaitu:

1) model yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2) model yang menggunakan ukuran moneter.

Metode yang kedua tidak hanya termasuk metode yang mencoba mengestimasi nilai uang dari intellectual capital, tetapi juga ukuran

-ukuran turunan dari nilai uang dengan menggunakan rasio keuangan. Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis non moneter (Tan et al., 2009):

a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992);

b. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997); c. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000);

d. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000); dan e. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000)

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al., 2009):

a. The EVA and MVA model (Bontis, 1999);


(32)

c. Tobin’s q method (Luthy, 1998); d. Pulic’s VAIC model (1998, 2000); dan

e. Calculated Intangible Value (Dzinkowski, 2000).

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM

Meningkatkan produktivitas pekerja manual adalah hal terpenting yang dilakukan manajemen di abad ke 20. Kontribusi penting manajemen yang baru harus dibuat di abad ke-21 dengan cara yang sama meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge work) dan pekerja berpengetahuan (knowledge workers).

)

Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic (2001), dirancang untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Pulic (2001) dalam Nik Maheran et al. (2009), menyatakan VAICTM membuat perusahaan dapat mengukur value creation efficiency. VAICTM

Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value Added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998 dalam Nik menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menghitung koefisien efisiensi dalam tiga jenis modal, yaitu human capital, structure capital, dan capital employed.


(33)

Maheran et al, 2009). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 2001).

Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia, modal structural, serta modal fisik dan financial yang terdiri dari:

1) Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat juga diartikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008).

2) Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2009)

3) Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu


(34)

kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati, 2007 dalam Ulum, 2009).

2.1.7 Definisi dan Jenis Bank

Pasal 1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya.

Bank dapat diklasifikasi berdasarkan kepemilikan dan berdasarkan fungsi atau status operasi. Klasifikasi bank berdasarkan kepemilikan yaitu bank asing. Bank asing yaitu bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pihak asing, yang membuka cabang bank di Indonesia sedangkan kantor pusatnya tetap berada di luar negeri (Nainggolan, 2009). Sedangkan klasifikasi bank berdasarkan fungsi atau status operasi yaitu bank umum atau bank komersial. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan ekonominya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(35)

Bank asing lebih fokus menjadi bank yang melakukan aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income) walaupun demikian bank asing juga melakukan ekspansi kredit konsumsi dengan jangka waktu yang pendek. Kegiatan utama bank-bank umum adalah menghimpun dana dari masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan, serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Fungsi-fungsi bank umum antara lain yaitu : (1) penciptaan uang, (2) mendukung kelancaran mekanisme pembayaran, (3) penghimpun dana masyarakat, (4) mendukung kelancaran transaksi internasional, (5) penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga, (6) pemberian jasa-jasa lainnya.

Bank asing didalam operasionalnya berbasis cash based dan bank umum berdasarkan accrual based. Dasar tunai (cash basis) adalah pendapatan diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006). Dasar tunai ini dapat diterima apabila periode pelunasan cukup lama dan masih akan terjadi biaya yang cukup besar setelah penyerahan barang. Sedangkan prinsip dasar waktu (accrual basis) adalah revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi (dimana laba dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian pekerjaan), pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan piutang (Harahap, 2006).

Artinya bahwa dalam menyusun laporan keuangan, pengakuan transaksi didasarkan pada kejadian atau peristiwa bukan didasarkan pada


(36)

transaksi kas. Dasar akuntansi akrual mensyaratkan bahwa pendapatan dicatat ketika dihasilkan (earned) dan beban dicatat ketika terjadi (incurred) (Kieso, 2001).

2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997). Kinerja sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang dapat diukur.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996) kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar


(37)

perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Untuk mengukur kinerja perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Berbagai macam rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini digunakan satu macam rasio keuangan yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yaitu yang didefinisikan sebagai berikut : 1) Return on total asset (ROA)

Rasio profitabilitas yang mengacu kepada total pendapatan, termasuk pendapatan bunga bersih dan non pendapatan bunga, dibagi dari total aset. Indikator ROA yang dipilih sebagai proxy untuk pengukuran profitabilitas. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset.

2.1.9 Efisiensi

Efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila:

1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan jumlah unit input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama,

2) Menggunakan jumlah menurut unit input yang sama, tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar.


(38)

Efisiensi dalam perbankan salah satunya adalah efisiensi biaya. Efisiensi biaya mencerminkan seberapa besar diperlukan pengeluaran biaya untuk melaksanakan kegiatan yang ditentukan. Bank yang sehat adalah bank yang dapat diukur secara rentabilitas yang terus meningkat (Kasmir, 2007).

2.2 Penelitian Terdahulu

TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu No Penelitian

(Tahun) Variabel Independen Variabel Dependen Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Chen et al.

(2005) VAIC, VACA, VAHU, STVA, RD, AD M/B, kinerja keuangan (ROE, ROA, GR, EP) Analisis Regresi • VAIC, VACA, & VAHU berhubungan positif terhadap M/B, ROE, ROA, GR, & EP.

• STVA tidak berhubungan signifikan positif terhadap ROE. • RD berhubungan signifikan positif terhadap ROA & GR

• AD berhubungan signifikan negatif terhadap ROE & ROA. 2 Ulum

(2008)

VAIC, VACA,

ROA, ATO, GR

PLS • IC


(39)

STVA, ROGIC positif terhadap kinerja perusahaan. • IC berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan dimasa depan. ROGIC tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan masa depan. 3 Sarayuth

Saengchan (2008)

HCE, CEE, SCE, VAIC, dan GROUP

ROA, CTA Model Regresi

• SCE, CEE, VAICTM

• HCE secara negatif berkaitan dengan ROA. secara positif berkaitan dengan ROA.

• HCE dan VAIC secara negatif dan signifikan terkait dengan CTA.

• CEE dan SCE secara positif berkaitan dengan CTA. • Hubungan ROA-Group negatif. 4 Dominique

dan Talita (2008) HCE, CEE, SCE, dan VAIC ROA, Perputaran Aset/Asset Turn (ATO), Pertumbuhan Pendapatan/ Revenue Growth (RG), dan rasio Model Regresi

• VAIC adalah berkorelasi positif dan signifikan terhadap ROA, ATO, RG, dan OCF.

• CEE adalah berkorelasi


(40)

Cash Flow (OCF)

ROA, ATO, OCF,dan RG.

• CEE dan SCE adalah signifikan dengan ATO. HCE adalah yang paling sangat berkorelasi untuk OCF. 5 Ramadhan

(2009) VAIC, VACA, VAHU, STVA, RD, AD Kinerja keuangan (MtBV, ROE, ROA, EP) Analisis Regresi • Terdapat pengaruh VAIC terhadap kinerja keuangan. • VACA berpengaruh signifikan positif terhadap ROA ROE, EP.

• VAHU hanya berpengaruh terhadap MtBV.

• STVA tidak berpengaruh terhadap keempat kinerja keuangan.

• RD & AD berpengaruh signifikan positif terhadap MtBV. 6 Yossi Meta

Pramelasari (2010) VAIC, RD, AD Nilai Pasar (MtBV), ROE, Employee Productivity (EP) Analisis Regresi Berganda

• VAIC tidak berpengaruh terhadap MtBV, ROE, EP • VACA, VAHU berpengaruh terhadap MtBV, ROE. •


(41)

berpengaruh terhadap MtBV 7 Rofi Farih

(2010)

VAIC CAR, NPL, NPM, LDR

Analisis Regresi Berganda

• IC

berpengaruh signifikan terhadap CAR.

• IC

berpengaruh signifikan terhadap NPL.

• IC

berpengaruh signifikan terhadap NPM. IC

berpengaruh signifikan terhadap LDR. Sumber : Diolah dari beberapa hasil penelitian, 2011


(42)

2.3 Kerangka Pemikiran

Mengacu kepada teori Resources Based View (RBV) yang menyatakan bahwa perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keunggulan kompetitif. Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga intellectual capital dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis.

Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya dan untuk pengembangan hipotesis, maka untuk menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian kali ini dikemukakan suatu kerangka pemikiran teoritis yaitu mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan pada industri perbankan di Indonesia. Kerangka pemikiran teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis penelitian ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

HCE

SCE ROA


(43)

Human capital efficiency adalah indikator dari human capital yang merupakan aktiva tidak berwujud. Penilaian human capital di dasarkan pada kemampuan intelektual, kreativitas, dan inovasi karyawan. HCE di peroleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang tinggi dapat menghasilkan penjualan yang lebih baik lagi. Dengan penjualan yang semakin baik akan meningkatkan laba atas sejumlah asset perusahaan dan juga meningkatkan jumlah total aktiva yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi nilai HCE maka akan semakin tinggi pula nilai ROA.

Structural Capital Efficiency (SCE) merupakan indikator Srtructural Capital. Structural Capital merupakan kemampuan organisasi tau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik dalam mengelola asset. Pengelolaan asset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah asset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi nilai SCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut.

Capital Efficiency Capital (CEE) merupakan indikator dari Capital Employed. Capital Employed adalah total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan yang berkontribusi pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


(44)

pendapatan. apabila modal yang digunakan relatif besar maka mengakibatkan total asset perusahaan tersebut juga relatif besar dan pendapatan yang di hasilkan semakin meningkat. Hal ini akan meningkatkan laba atas sejumlah asset peryusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Kedua indikator ini berkorelasi positif, Semakin tinggi nilai CEE akan semakin tinggi pula nilai ROA

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Human capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Human Capital merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki bentuk seperti kemampuan intelektual, kreatifitas, dan inovasi-inovasi yang dimiliki oleh karyawannya. Untuk mengukur Human Capital dapat digunakan sebuah indikator yaitu Human Capital Efficiency (HCE). HCE dapat menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban. Tenaga kerja diukur dengan gaji dan tunjangan karyawan.

HCE diperoleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi. Gaji dan tunjangan yang diberikan kepada karyawan yang lebih besar


(45)

lagi diharapkan dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan penjualan yang semakin meningkat. Hal ini dapat meningkatkanlaba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan dan akan meningkatkan total aktiva yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih.

Semakin tinggi HCE, maka semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian Chang (2008) dalam semua kategori IT (Information and Technology) secara statistik HCE, SCE, dan CEE signifikan positif terhadap ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1: Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)

2.4.2 Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator untuk mengukur Structural Capital. Structural Capitalmerupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkaan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.


(46)

Pengelolaan aset yang baik dapat menekan biaya operasional seminimal mungkin sehingga meningkatkan laba perusahaan yang di ukur dengan Return on Asset (ROA). SCE dapat mengukur jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari Value Added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana Structural Capital dalam penciptaan nilai (Tan et al, 2007). Structural Capital dapat diukur dari Value Added (VA) dikurangi dengan Human Capital (HC). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban. SCE menunjukkan berapa banyak jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan Value Added (VA) secara efisien.

Semakin tinggi SCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian Sarayuth Saengchan (2008) menunjukkan bahwa Structural Capital Efficiency (SCE) secara positif berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)

2.4.3 Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA)

CEE menunjukkan Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan modal yang digunakan (Capital Employed).


(47)

Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban.

CEE diperoleh jika modal yang digunakan lebih sedikit maka dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau modal yang digunakan lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi. Modal yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Apabila modal yang di gunakan suatu perusahaan dalam jumlah yang relatif besar akan mengakibatkan total aset perusahaan tersebut juga relatif besar sehingga hal ini dapat meningkatkan aset perusahaan yang di ukur dengan Return on Asset (ROA)

Semakin tinggi CEE akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap ROA.Hasil penelitian Sarayuth Saengchan (2008) menunjukkan bahwa Capital Employed Efficiency (CEE) secara positif berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara Modal Intelektual (yang diukur dengan VAICTM

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

) dengan kinerja keuangan (financial performance). Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor perbankan di Indonesia. Pengamatan dilakukan selama tiga tahun berturut-turut, yaitu 2009, 2010, dan 2011. Pemilihan periode penelitian dengan pertimbangan ketersediaan data yang paling mutakhir selama tiga tahun berakhir.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Independen

Variabel indenpenden yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja modal intelektual(Intellectual Capital), Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang di aplikasikan dalaam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001 dalam Purnomosidhi 2006)

Pulic (1998) dalam penelitian Chen et.al ( 2005) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah Intelektual (Value Added Intellectual Coeffisient/VAICTM) untuk menyediakan informasi tentang efensiensi


(49)

penciptaan nilai dari aset tak berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan.

Nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara penjualan (OUT) dan input (IN). Rumus untuk menghitung VA yaitu:

VA = OUT – IN

OUT = Total pendapatan

IN = Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan Metode VAICTM

a. Human Capital (HC)

mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan: modal manusia (human), modal structural, serta modal fisik dan financial, yaitu:

HC adalah Besaran nilai VA yang dibentuk oleh pengeluaran rupiah pekerja atau karyawan, karena HC merupakan keseluruhan jumlah beban yang dikeluarkan untuk karyawan. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai pada sebuah perusahaan. Formula menghitung HCE yaitu :

HCE = VA/HC

HC = Gaji dan tunjangan karyawan

Gaji adalah bentuk balas jasa yang diberikan secara teratur oleh perusahaan kepada pekerja atas jasa dan hasil kerjanya.


(50)

Tunjangan adalah penghargaan atau unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai rupiah secara langsung kepada karyawan oleh perusahaan.

b. Structural Capital adalah sistem informasi, hak paten, competitive inteligence, formula, kebijakan, proses dan sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan dari waktu ke waktu (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Structural Capital Efficiency (SCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal structural. Formula yang digunakan untuk menghitung SCE, yaitu:

SCE = SC/VA

Rumus untuk menghitung structural capital SC = VA - HC

c. Capital Employed didefinisikan sebagai total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Capital Employed Efficiency (CEE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal yang digunakan. Rumus untuk menghitung CEE yaitu:

CEE = VA/CE

CE = Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

Net Asset Value (NAV) adalah nilai buku aset perusahaan dikurangi dengan kewajiban-kewajiban (utang) perusahaan.


(51)

Nilai buku (Book Value) adalah nilai kekayaan bersih, selisih antara total aktiva dengan total kewajiban suatu perusahaan Sehingga nilai VAIC dapat di peroleh dengan menjumlahkan ketiga komponennya yaitu HCE, SCE, dan CEE. Rumus untuk menghitung VAIC yaitu

VAIC = HCE + SCE + CEE

Tabel 3.1

DefinisiOperasional Variabel Dependen danIndependen

Variabel Definisi Parameter Skala

ROA Indikator keuangan yang

mengukur tingkat efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki

Total Pendapatan dibagi total aktiva

Rasio

Profitabilitas

HCE Suatu alat ukur untuk menilai apakah gaji dan tunjangan yang diberikan pada karyawan berdampak pada peningkatan produktivitas

Besaran nilai Value Added yang terbentuk dalam setiap pengeluaran

rupiah untuk karyawan dibagi


(52)

dengan Human capital yang merupakan beban

gaji dan tunjangan

SCE Indikator yang mengukur bagaimana system dan kebijakan manajemen berpengaruh pada tingkat produktivitas.

Value Added yang terbentuk dalam setiap hasil produk atau sistem yang dihasilkan .

Rasio

CEE Indikator untuk mengukur modal yang di gunakan dalam asset tetap atau asset lancar perusahaan

Nilai tambah (VA) yang terbentuk dalam setiap

pengeluaran

rupiah dibagi dengan dana yang tersedia


(53)

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial Performance (PERF). Pengukuran variabel kinerja keuangan menggunakan proksi Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan total aset (Chen et al., 2005). Rumus untuk menghitung ROA yaitu:

ROA = ��������� ����� �����

3.4 Populasi dan Sampel penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) pada tahun 2009, 2010, 2011 dan berjumlah 31 perusahaan perbankan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif,


(54)

agar nilai yang dihitung dari sampel dapat menggambarkan dengan tepat nilai populasi yang sesungguhnya (Erlina, 2007)

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Perusahaan perbankan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009, 2010, 2011.

2) Perusahaan perbankan tersebut tidak mengalami delisting selama periode pengamatan.

3) Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2009, 2010, 2011.

4) Perusahaan Perbankan tidak melakukan merger ataupun perubahan nama selama periode pengamatan

Tabel 3.1

DAFTAR POPULASI BANK YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2011

No KODE Perusahaan Emiten Kriteria Sample

1 2 3 4

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk √ − √ √

2 INPC Bank Artha Graha Internasional

Tbk

√ √ − √

3 BBKP Bank Bukopin Tbk √ √ √ √ 1

4 BNBA Bank Bumi Artha Tbk √ √ √ √ 2

5 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk √ √ − √

6 BACA Bank Capital Indonesia Tbk √ √ √ √ 3

7 BCA Bank Central Asia Tbk √ √ √ √ 4

8 BCIC Bank Mutiara Tbk √ √ − −

9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ √ 5

10 BAEK Bank Ekonomi RaharjaTbk √ − √ √

11 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk √ √ √ −

12 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk √ √ √ √ 6

13 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk √ √ − √

14 BKSW Bank QNB KesawanTbk √ √ − √

15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk √ √ √ √ 7

16 MAYA Bank Mayapada Tbk √ √ √ √ 8

17 MEGA Bank Mega Tbk √ √ √ √ 9

18 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk √ √ √ √ 10

19 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk √ √ √ √ 11


(55)

21 NISP Bank OCBC NISP Tbk √ √ √ −

22 PNBN Bank Panin Tbk √ √ √ √ 13

23 BNLI Bank Permata Tbk √ √ √ √ 14

24 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat dan Banten, Tbk

√ √ − √

25 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) √ √ √ √ 15

26 BSIM Bank Sinar Mas Tbk √ √ − √

27 BSWD Bank Swadesi Tbk √ √ √ √ 16

28 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

(Persero) Tbk

√ √ √ √ 17

29 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero)

Tbk

√ √ − √

30 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk √ √ − √

31 MCOR Bank Windu Kentjana

Internasional Tbk

√ − √ √

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2011

3.5 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baikdari buku literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimilikioleh instansi bersangkutan atau media lain. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009, 2010, 2011. Selain itu, data sekunder yang didapat juga berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian.


(56)

3.7 Teknik Analisis

3.7.1 Uji Asumsi Klasik 3.7.1.1Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi pada variabel pengganggu atau variabel residual (Ghozali, 2007). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :

a. Metode Grafik

Metode grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal probability plot, sehingga hampir semua aplikasi komputer statistik menyediakan fasilitas ini. Normal probability plot adalah membandingkan distribusi kumulatif data yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (hypothetical distribution). Proses uji normalitas data di;akukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-P Plot of Regression Standardized dari variabel terikat dimana :

• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(57)

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Metode Statistik

Uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan menggunakan uji normalitas dari Kolmogrov Smirnov. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku,

3.7.1.2Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen, jika terjadi korelasi antar variabel independen maka di katakan terjadi problem multikolinieritas. Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas atau tidak yaitu dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) dan diantara variabel bebas. Jika nilai VIF >10 atau nilai tolerance<0,10 maka terjadi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai VIF <10 atau nilai tolerance >0,10, maka tidak terjadi multikolinearitas.


(58)

3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan grafik Scatterplot antara nilai prediksi variable dependen yaitu ZPREDdengan residualnya SRESID. Apabila nilai profitabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% dan grafik Scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).

3.7.1.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan waktu berkaitan satu sama lainnya. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan waktu berkaitan satu sama lainnya. Run Testdapat digunakan untuk menguji apakah residual terdapat korelasi yang


(59)

tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara acak atau sistematis. Tidak terjadi autokorelasi apabila probabilitas

signifikan lebih besar dari α= 0,05

3.7.1.5Uji Regresi Berganda

Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Pada regresi berganda terdapat satu variabel terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah profitabilitas (ROA), sedangkan yang menjadi variabel bebas HCE, SCE, dan CEE.

Model hubungan return on asset (ROA) dengan variabel-variabel tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut

ROA = a + b1HCE + b2 SCE + b3 CEE + e

Dimana : a = Konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi dari HCE, SCE, CEE e = eror term

3.7.2 Pengujian Hipotesis

Dalam uji asumsi klasik dapat dilakukan analisis hasil regresi atau uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan meliputi ; uji parsial (t-test), uji pengaruh simultan (F-test), uji koefisien determinasi (R2).


(60)

3.7.2.1Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif diterima yaitu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan melihat apakah p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis diterima apabila p-value<5% (Ghozali, 2007).

3.7.2.2Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2007), “Pada dasarnya menunjukkan arah apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen”.Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain itu juga dapat dilihat berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α= 0,05maka variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.


(61)

3.7.2.3Koefisien Determinasi R

Koefisien determinasi R

2

2

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen atau dangan kata lain untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Nilai R2

Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0,5. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi (diatas 0,5), sedangkan sampel dengan data item tertentu yang disebut data silang (Crossection) pada umumnya memiliki R Square maupun Adjusted R Square agak rendah (dibawah 0,5), namun tidak menutup kemungkinan data jenis Crossection memiliki R Square maupun Adjusted R Square yang cukup tinggi.


(62)

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang direncanakan sebagai berikut:

Tahapan Penelitian

Maret April - Juni Juli Agustus Septembrs Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Judul Pengajuan Proposal Bimbingan / Perbaikan

Proposal Pengumpulan Data

Pengolahan Data Bimbingan /

Perbaikan Skripsi

Ujian Komprehensif


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Dari seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak semua dijadikan sampel penelitian. Karena dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2009, 2010, dan 2011. Teknik pengolahan yang digunakan adalah proporsiv sampling sehingga dari 31 perusahaan yang terdaftar hanya 17 perusahaan yang memenuhi semua syarat penelitian untuk dijadikan sampel.

Tabel 4.1

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL

Jumlah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009, 2010, 2011

Yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama empat tahun dari tahun 2009, 2010, dan 2011

31

(14) Jumlah sampel penelitian yang digunakan 17 Sumber : Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI), 2012

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intelektual yang diukur dengan HCE, SCE, CEE


(64)

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuraikan gambaran sebaran nilai dari masing-masing variabel. Selanjutnya deskripsi dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut ini.

Tabel 4.2

Perhitungan Nilai Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviation Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

HCE 51 1.64 4.30 2.5565 .71347

SCE 51 .39 .77 .5810 .10495

CEE 51 .11 .65 .3172 .10799

ROA 51 .00 .03 .0165 .00704

Valid N (listwise) 51

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011

Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan tabel 4.2 nilai rata-rata HCE dari perusahaan sampel selama tahun 2007 hingga 2010 diperoleh sebesar 2,5565. Hal ini berarti bahwa selisih antara penjualan/pendapatan (OUT) dan beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan (IN) terhadap gaji dan tunjangan karyawan (HC) yang cukup besar yaitu mencapai 2,5565 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai nilai tambah (Value added) yang cukup besar dibandingkan dengan Human Capital (HC) nya. Nilai HCE terkecil adalah sebesar1,64 dan nilai HCE tertinggi adalah 4,30

Ukuran modal intelektual lain yaitu Structural Capital Efficiency (SCE). Nilai rata-rata SCE dari perusahaan sampel selama tahun 2009 hingga


(65)

2011diperoleh sebesar 0,5810. Hal ini berarti bahwa modal struktural yang dikeluarkan oleh perusahaan sampel cukup besar yaitu sekitar 58,10%. Nilai SCE terkecil adalah sebesar 0,39 dan nilai SCE tertinggi adalah 0,77.

Ukuran modal intelektual yang lain yaitu Capital Employed Efficiency (CEE). Nilai rata-rata CEE dari perusahaan sampel selama tahun 2009 hingga 2011 diperoleh sebesar 0,3172. Hal ini berarti menggambarkan bahwa nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dengan modal yang digunakan oleh perusahaan mampu mencapai 0,3172 kali. Nilai CEE yang terkecil adalah sebesar 0,11 dan nilai CEE yang tertinggi adalah 0,65.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 tersebut nampak bahwa dari sampel penelitian selama tahun 2009 hingga 2011 diperoleh nilai rata-rata ROA, sebesar 0,0165 atau perusahaan sampel mampu memperoleh laba hingga 1.65% dari nilai total aset perusahaan. Nilai ROA terkecil adalah sebesar 0,01 atau perolehan laba sebesar 1% dari total aset perusahaan, dan nilai ROA terbesar adalah sebesar 0,03 atau perolehan laba 3% dari total asetnya.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Dari hasil perhitungan sampel rata-rata rasio keuangan selama tiga tahun, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut :


(66)

4.3.1 Uji Normalitas

Pengujian apakah distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal sebagaimana Gambar 4.1

Sumber : Data sekunder yang diolah 2012

Gambar 4.1

Grafik histogram diatas menunjukkan pola distribusi yang normal. Hal ini tampak dari grafik yang tidak menceng (skaweness) ke kiri maupun ke kanan. Namun jika hanya melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode lain yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik normal p-plot terdapat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta


(67)

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut :

Sumber :Data sekunder yang diolah, 2012

Gambar 4.2

Berdasarkan grafik normal p-plot diatas terlihat titik-titik menyebar tidak jauh dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa grafik pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Untuk melengkapi dan memperkuat uji grafik dilakukan juga uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistic Kolmogrov-Smirnov (K-S) dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut


(68)

Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0164819

Std. Deviation .00564519

Most Extreme Differences

Absolute .161

Positive .067

Negative -.161

Kolmogorov-Smirnov Z 1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .143

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.3Dari hasil uji normalitas data diatas, maka nilai Kolmogrov – Smirnov menjadi 1,149 dan signifikansi lebih 0,05 karena Asymp. Sig. (2-tailed) 0,143 > dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti data residual telah berdistribusi normal

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas diuji dengan menggunakan nilai Tolerance dan Variance InflationFactor (VIF). Suatu model regresi dikatakan tidak memiliki kecenderungan adanya gejala multikolinearitas adalah apabila memiliki nilai Tolerance yang lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Hasil pengujian model regresi diperoleh nilai-nilai Tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :


(69)

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan VIF Coefficients Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

HCE .156 7.719

SCE .257 7.438

CEE .912 1.096

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : data sekunder yang diolah 2011

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa kedua variabel independen tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance>0,10 dan VIF <10. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh antar variabel independen. Dengan demikian variabel independen (HCE, SCE, CEE) dapat digunakan untuk memprediksi ROA selama periode pengamatan.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujianheteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Hasil pengujian pada lampiran sebagaimana juga pada tabel berikut ini menunjukkan bahwa dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa pola scatter plot dari regresi menyebar. Hal ini berarti bahwa pada model regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas.


(70)

Sumber : Data sekunder yang diolah 2012

Gambar 4.3 4.3.4 Uji Autokorelasi

Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Hasil regresi dengan lavel of signifikan 0,05 ( α=0,05 ) dengan sejumlah variabel independen 3 dan banyaknya data ( n=51). Adapun hasil uji dari autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :


(71)

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .802a .643 .620 .00434 1.408

a. Predictors: (Constant), CEE, SCE, HCE b. Dependent Variable: ROA

Nilai D-W menurut tabel di atas dengan signifikansi 5% dan nilai n = 51 serta k = 3 diperoleh angka dl = 1,3273 dan du = 1,4498. Oleh karena itu, nilai D-W lebih kecil dari du (1,4498) dan kurang dari 3 – 1,4498 = 1,5502, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif antar residual.

4.3.5 Analisis Regresi Berganda

Analisis pengaruh HCE, SCE, CEE terhadap ROA pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda. Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) baik


(72)

secara bersama-sama (dengan uji F) maupun secara individual (dengan uji t) serta dengan uji koefisien determinasi. Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan meliputi; uji parsial (t-test), uji pengaruh simultan (F-test), uji koefisien determinasi (R2

4.4 Uji Hipotesis

).

4.4.1 Uji t (Uji pengaruh secara parsial)

Berdasarkanhasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara parsial tiga variabel independen tersebut HCE, SCE, dan CEE terhadap ROA seperti ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Uji t (Uji Pengaruh Secara Parsial) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.019 .006 -3.393 .001

HCE -.001 .004 -.098 -.267 .791

SCE .044 .024 .653 0.793 .079

CEE .040 .006 .616 6.746 .000

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS seperti terlihat pada tabel 4.6 persamaan regresi linier yang terbentuk adalah:


(1)

LAMPIRAN VI HASIL PENGOLAHAN SPSS

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std.

Deviation

HCE

51

1.64

4.30 2.5565

.71347

SCE

51

.39

.77

.5810

.10495

CEE

51

.11

.65

.3172

.10799

ROA

51

.00

.03

.0165

.00704

Valid N (listwise)

51

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Predicted Value

N

51

Normal Parameters

a,b

Mean

.0164819

Std. Deviation

.00564519

Most Extreme

Differences

Absolute

.161

Positive

.067

Negative

-.161

Kolmogorov-Smirnov Z

1.149

Asymp. Sig. (2-tailed)

.143

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(2)

(3)

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

HCE .156 7.719

SCE .257 7.438

CEE .912 1.096


(4)

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .802a .643 .620 .00434 1.408

a. Predictors: (Constant), CEE, SCE, HCE b. Dependent Variable: ROA


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.019 .006 -3.393 .001

HCE -.001 .004 -.098 -.267 .791

SCE .044 .024 .653 0.793 .079

CEE .040 .006 .616 6.746 .000

a. Dependent Variable: ROA

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .802a .643 .620 .00434

a. Predictors: (Constant), CEE, SCE, HCE b. Dependent Variable: ROA

ANOVA

Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .002 3 .001 28.202 .000a

Residual .001 47 .000

Total .002 50

a. Predictors: (Constant), VAIC, CEE, SCE b. Dependent Variable: ROA


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.019 .006 -3.393 .001

HCE -.001 .004 -.098 -.267 .791

SCE .044 .024 .653 0.793 .079

CEE .040 .006 .616 6.746 .000