Telaah atas sanad hadis dalam kitab tafsir al-kasysyaf "studi tentang kualitas hadis pada ayat-ayat tahlil"
tl72 (?ps/r
TELAAH ATAS SANAD HADIS
DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSYA.F
"STUDI TENTANG KUAUTAS HADIS
PADA AYAT-AYAT TAHUL"
Tesis diajukan Kepada Sekolah Pasca Sarjana Untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan gelar Master Oalam Bidang Tafsir Hadis
Oleh
Nama
: Firdaus Hulwani
NIM
: 02.2.001.05.01.0125
Konsentrasi
: Tafsir Hadis
Di bawah bimbingan
Dr. Hj. Romlah Abu Bakar Askar M.A.
Iセ セ . セMG
---.".. --v セ
if
l
J
KONSENTRASI TAFSIR HA01S"-""
SEKOLAHPASCA SARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007M
. BGセN
..•
5URAT PERNYATAAN
{ang bertanda tangan di bawah ini:
\lama
: Firdaus Hulwani
fempat/TgI. Lahir
: Jakarta, 17 Mei 1975.
\lomor Pokok
: 02.2.001.05.01.0125
Program
: Magister (52)
Konsentrasi
: Tafsir Hadis
Alamat
:JI. Mampang Prapatan 16 No.7 Rt. 01/03 Jak-Sel
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis yang berjudul " TELAAH ATAS
SANAD HADIS DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSYAF "STUDI TENTANG
KUALITAS HADIS PADA AYAT-AYAT TAHLIL" adalah karya penulis sendiri,
kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan, sepenulmya menjadi tanggung jawab
penulis.
Demikianlah surat pernyataan ini
dibuat oleh
penulis dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 31 Agustus 2007
Pe
irdaus Hulwani
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
TESIS
TELAAH ATAS SANAD HADIS
DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSyAF
"STUDITENTANG KUALITAS HADIS
A
PADA AYAT-AYAT TAHLIL"
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Firdaus Hulwani
Telah diujikan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Sekolah Pasca
Sarjana urN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2007 dan
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Agama Islam Strata 2 (S.2) dalam bidang Tafsir Hadis.
Susunan Dewan Penguji
Dewan penguji
(Prof. Dr. Hasanuddin AF, M.A.)
Penguji II
(Dr. Hj. F MAli Sibromalisi M.A.)(Dr. Hj. Romlah Abu Bakar Askar M.A.)
Penguji III
Pembimbing dan Penguji
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Fonern konsonan bahasa Arab, yang dalam sistern tulisan Arab
dilambangkan dengan hum£' sebagian dengan tanda dan sebagian lagi
dengan huruf dan tanda sekaligus, sebagai berikut :
HurufArab
Nama
HurufLatin
Nama
\
alif
-
-
y
ba
b
be
0
ta
T
te
Q
sa
ts
Tse
C
jim
j
Je
C
ha
h
C
kha
kh
ka-ha
dal
d
de
セ
dza
z
ze
)
ra
r
er
セ
""
ha dengan garis
dibawah
J
zai
z
zet
u"
sin
s
es
J'
syin
sy
es-ye
r./'
sad
sh
sha
uP
dad
dh
dha
.1
ta
th
tha
j;,
Za
zh
zha
l
'ain
,
Koma terbalik
l
Ghain
gh
ge
J
Fa
f
ef
J
Qaf
q
ki
.:J
Kaf
k
ka
J
Lam
1
el
i
Mim
m
em
diatas
.)
Nun
n
en
)
Waw
w
we
'"
Ha
h
ha
0
Harnzah
,
, al-I'Il"/i, Lihat, al-Dzahabl, al-Taf'ir, h, 255, 363.
13 Al-Zamaksyarl, Ta!'ir al-Kasysyaf 'al1 Haqaiq GhawaJllidh ai-Tanzi! wa 'Uy,111 alA ⦅セ
•• セャ
ヲAZi LN [ BG[jセ G
Gt セiB
.. N
rQ,..,; ...L [セN
n:;. ...... 1 lI""h.h ",,1 T1.....,;,",,,,h 1QQI; 1I.1f\ T11'7 HI h
A1Q
8
"Telah diturunkan kepadaku dua surat yang belum pernah diturunkan
seperti keduanya,. Kamu tidak akan pernah membaca dua surat yang
lebih Allah cintai dan ridhai dari pada keduanya, yaitu alMu' awwiddzatain"
Ketika al-Zamaksyari menyebutkan hadis ini, ia sama sekali tidak
menyebutkan
sanad
maupun
perawinya
sama
sekali.
Ia
hanya
menyebutkan matannya saja, akan tetapi ini juga boleh jadi hanya sekedar
potongan dari matan hadis yang panjang.
Hadis kedua ialah hadis yang menerangkan tentang keagungan
ayat Kursyi yaitu Surat al-Baqarah ayat 255. al-Zamaksyari menghdirkan
sebuah hadis yang berbunyi1 4 :
Ketika menghadirkan hadis yang kedua ini, al-Zamaksyari juga
tidak menyebutkankan sumber dari mana hadis ini didapatkan. Baik dari
segi snad maupun perawi hadis itu sendiri.
Melihat alasan-alasan di atas, maka penulis menganggap penting
untuk mengkaji Hadis-hadis yang ada dalam kitab tafsir yang sudah
sangat masyhur di kalangan umat Islam ini.
B. Permasalahan
1. Pembatasan MasaIah
9
Sebagaimana penulis ketahui, bahwa tafsir al-Kasysyfif ini berjumlah
empat jilid. Hampir di setiap jilidnya terdapat Hadis-hadis yang sangat
banyak. 15 Oleh karena itu, agar kajian tidak terlalu melebar dan lebih
fokus maka dalam penelitian ini hanya akan membahas dan meneliti
hadis-hadis yang menguatkan atau menerangkan keutamanan ayat-ayat
tahlil.
Ayat-ayat tersebut seluruhnya berjumlah 37 ayat, yang tersebar
pada sembilan surat, dengan perincian: tujuh ayat pada surat al-FfitihalJ/1
(Yaitu ayat 1-7), empat ayat pasa surat al-lklzliislJ/112 (Yaitu ayat 1-4), lima
ayat dalam surat al-Falaq/113 (yaitu ayat 1-5), enam ayat dalam surat al-
Nfis/114 (ayat 1-6), Sepuluh ayat dalam surat al-BaqaraIJj2 (ayat 1-5, 163,
255, 284 dan 285-286), satu ayat dalam surat Hiid/11 (ayat 73), dua ayat
dalam surat al-Al1zdb/33 (ayat 33 dan 55), satu ayat dalam surat Ali
'imrfinj3 (ayat173) serta satu ayat dalam surat al-Anfiil;8 (ayat 40).
Pembatasan masalah hanya pada ayat-ayat tahlil di atas didasarkan
kepada beberapa hal:
Peratama, hadis-hadis yang dikutip al-Zamaksyari dalam tafsir al-
Kasysydf cikup banyak. Hal ini cukup memenuhi syarat untuk penelitian
ini.
Kedua, ayat-ayat tahlil merupakan ayat yang sangat menarik untuk
dikaji, karena sebagian masyarakat Indonesia menjadikannya bacan
khusus pada waktu-waktu tertentu seperti malam jum'at atau pada acaraacara tertentu seperti acara kematian, khitanan, perkawinan dan lain
sebagainya. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan adanya
sumber baru atau tambahahan informasi ten tang makna dari ayat-ayat
15
v . . ,'".. サセL
Adapun kitab nl-Knsljsljaf yang akan penulis jadikan rujukan ialah kitab nl.. .,. ..... rr rlih"rh;f-L-""n ..... 1,,1-. nAy nl_Ttl/flll, nl_'llJ"illJllJh \l;:lna- rii rpt:lk
ni
Rpirflt ttlhlln
10
tahlil itu dari prespektif hadis menurut seorang Imam besar yang disebutsebut menganut faham Mutazilah.
Tahlil sendiri ialah akronim dari kalimat Lfiilfillll Illfi Allfill.
Kumpulan doa yang disusun oleh ulama yang terdiri dari ayat-ayat alQur'an dan Hadis-hadis Nabi saw. Itu dinamai Tahlil, karena uacapan
Lfiilfiha Illil Allilh adalah ucapan yang termulia dari seluruh ucapan dan
zikir yang
dikenal
manusia.
"sesungguhnya
yang
paling utama
kuucapkan dan diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku adalah Lfiililha Jllil
Allfih. 16
Ketiga, dalam penelitian yang hanya memusatkan perhatian pada
bagian tertentu dari kitab tafsir karya Imam al-Zamaksyari yang sangat
luas, ini dapat dipandang sebagai penelitian awal untuk dilakukan
penelitian pada bagian-bagian lainnya, yang pada gilirannya dapat
menilai bagaimana keadaan dan kualitas Hadis-hadis pada kitab tafsir ini
secara keseluruhan.
2. Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, sesuai dengan pembatasan masaIah,
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana keadaan sumber hadis dan kuaIitas sanad-sanad-nya
yang dipergunakan al-Zamaksyari dalam menafsirkan ayat-ayat tahlil?
b. Apakah ada ciri-ciri khusus hadis-hadis yang dipergunakan oleh
al-Zamaksyari yang berbeda dengan hadis-hadis yang dikenal oleh
kalangan aliJi Sunnali?
C. Penelitian Terdahulu yang ReIevan
1(,
セ
•
r..
•
I
.... , . ,
I.
n
.
I
II
Berdasarkan
penelitian
terdahulu
yang
relevan
yang
telah
dilakukan penulis, ditemukan bahwa terdapat beberapa literatur yang
relevan yang membahas tokoh al-Zamaksyari dengan kitab tafsirnya, al-
Kasysyfif Kebanyakan Iiteratur-literatur itu menguraikan persoalan ini
hanya secara sepintas dan diuraikan dalam bab atau fasal-fasal tertentu.
Dilihat dari besar dan kecilnya bobot pembahasan mengenai hal ini yang
diuraikan dalam buku-buku tersebut, maka literature-literatur itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok leteratur yang
membahas masalah ini dalam bab-bab tertentu saja dan literature-literatur
yang membahas masalah itu secara utuh dalam buku khusus.
Literatur-literatur yang termasuk dalarn kelompok pertama adalah
buku-buku berikut:
1. al-Tafsfr wa al-Mufassirun karya Muhammad Husain al-Dzahabi
2. Manfihij al-' Irffin karya Muhammad 'Abd al-'Azhim al-Zarqani,
3. I'jfiz al-Qur'fin Baina al-Mu' tazilah ll'a al-Asyfi'riyyah karya Munir Sulthan
4. Manfihij al-Mufassfn karya Muni" 'Abd al-Hallm Mahmud.
5. Wafayat al-A'yan, Jilid 5, karya Ibn Khallikan.
Muhammad
Husain
aI-Dzahabi
menguraikan
masalah
aI-
Zamaksyari dan kitab tafsirnya al-Kas1jsyfif dalam bukunya al-Tafsfr ll'a al-
Mufassinin Jilid 1,
dengan panjang lebar, sekitar 50 halaman. Inti
pembahasannya mencakup beberapa hal, yaitu:
1.
uraian menganai tokoh yang bersangkutan, gambaran mengenai
metode penyusunan tafsir al-Kl1sysyfif
2.
komentar para tokoh mengenai aI-Zamaksyarl.
3.
perhatian al-Zamaksyari terhadap aspek-aspek balfiglwh dalam alQur'an.
4.
dukungan
aI-Zamaksyari
terhadap
Mll't"zibh ,hl"m heherana nersoalan. dan
beberapa
pandangan
12
5.
sikap al-Zamaksyari mengenai persoalan fiqih dan israiliah. 17
Muhammad 'Abd al-'Adzim al-Zarqanl dalam kitabnya Manahil al-
'Ir/an menguraikan tafsir al-Kasysyaf ini hanya dalam beberapa halaman
saja, yang pada intinya hanya mengemukakan tentang beberapa
keistimewaan tafsir al-Kasysyaf Di antaranya ialah :
1. menghindari adanya uraian-uraian yang panjang;
2. menghindari diungkapkannya cerita-cerita dan israilliyah;
3. dalam menjelaskan arti clari kata-kata, tafsir ini tetap berpegang pacla
bahasa Arab clan uslub-uslub mereka.
4. menaruh perhatian pacla masalah-masalah yang berhubungan clengan
balaglwh, seperti yang berhubungan dengan masalah ilmu al-Ma'anf
clan ilmu al-Bayiin, yang merupakan manifestasi dari aspek-aspek i'jaz
clalam al-Qur'an; clan
5. menggambarkan tentang cara yang clitempuh oleh pengarangnya, alZamaksyari dalam memberikan penjelasan mengenai satu persoalan
yang cliuraikannya dalam bentuk dialog. Selain itu al-Zarqanl
mengemukakan pula beberapa contoh penafsiaran al-Zamaksyarl
terhadap beberapa ayat,18
Munlr Sulthan dalam bukunya I'jaz al-Qur' an Baina al-Mu' tazilah wa
al-Asya'irah, memang tidak dapat melepaskan diri dari uaraian mengenai
al-Zamakhsyari. Hal ini disebabkan karena inti pembahasan buku yang
ditulisnya itu adalah beberapa perbedaan pokok anatara golongan
Muktazilah dan golongan Asy'ariyyah mengenai masalah I'jaz al-Qur'an,
sementara al-Zamaksyari merupakan salah seorang tokoh penting dalam
Muhammad Husain al-Dzahabl, al-Ta.f.JJ\
Menurut al-'Iraqi dalam al-Taqyid 11'11 al-Idhah pernyalaan Ibn ShaIah itu menyimpulkan hahwa alBukhari adalah orang yang pertama rnenyusun kitab al-Sa!l.fll. Sedangkan Imam Malik walaupun
telah menyusun kitab al-Muwatha' namull masih ditemukan Hadis yang Mursal dan Munqal111
yang memungkinkan riwayat yang tidak Sab.fb. terdapat dalamnya. Seperti dikatakan Ibn Abd セャ。
Barr. adapun perkataan Imam al-Syafi'i yang menyatakan bahwa "tidak ada diatas bumi ini kitab
yang lebih sempurna dan lebih baik selain kitab B。ィエキオmセi。
para ulama memahaminya karena
kitab tersebut sebelum ditulis kitab al-Iami' N「ゥQA。ャsセ
al-Buk1Jiiri. Lihat Zainuddin al-'Iraqi, al-Taqyid
wa al-ldhah Lima Uthliqa wa Ughliqa min Muqaddlllwh Ibn Shala!!, (Makkah, Maktabah al-Tijariyah,
17
ditemukan pada al-Arba'ah, maka penelitian hanya akan dilakukan
terhadap sanad-sanad yang dipakai oleh al-Arba'ah.
Ketiga, untuk hadis-hadis yang tidak memiliki syahid atau mutiibi'
dalam al-Arba'ah, akan diteliti pada kitab induk yang sembilan (al-Kutub
ai-tis'ah) atau kitab-kitab induk lainnya.
Keempat, untuk hadis-hadis yang diriwayatkan oleh selain perawi
yang enam, diteliti pada kitab-kitab induk yang sembilan atau pada kitabkitab induk lainnya termasuk kitab-kitab tafsir /Ii aI-rna' tsrlr.
2. Tolok Ukur Penilaian
a. Penilaian untuk masing-masing Sanad
Untuk melakukan penilaian terhadap kualitas ketsiqah-an sanadsanadnya digunakan pendapat para ulama yang mendahulukan ta'dil dari
pada jar!1. Hal ini karena, pada dasarnya, bahwa para ulama yang
meriwayatkan hadis dikenal keadilannya. Akan tetapi, jika ada yang
menilai ke-tsiqalwn-nya rendah atau yang men-jari1 disamping yang
menta'dfl-nnya, maka hal itu merupakan koreksi atau catatan yang dapat
mengurangi nilai ketsiqah-an mereka. Jika yang men-jari1-nya dengan
kualifikasi yang tinggi dan cukup beralasan, meskipun ada yang men-
ta'dil-nya, maka perawi tersebut dipandang cacat atau tidak tsiqah. 22
b. Tolok Ukur untuk penilaian akhir
Untuk memberi penilaian akhir terhadap kualitas hadis, dengan
memperhatikan kualitas sanad-sanadnya, disini juga digunakan rumusan
menurut kebanyakan ulama ahli hadis, dengan kategorisasi ォ・ー。ウセ
Shai1f0
Hasan dan Dha'if. Rumusan tentang ketiga kategori tersebut dapat dilihat
dibawah ini.
------22
Lihat, ai-Iraqi, Fat}.!, ai-Mughits, (Beiriit: Dar al-Kutub al-'llmiyyah, 1983), h. Juz
18
1. Hadis ShabJh
Menurut para ulama Mutaakhkhirin bahwa hadis shahih, ialah
hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna ke-dhdbitilannya,
antara
sanad-sanad
nya
bertalian
atau
bersambung,
tidak
mengandung 'illah, dan tidak ada keganjalan (Syfidz)23 di dalamnya. 24
Berdasarkan rumusan diatas,
dalam sebuah hadis
shahih harus
mendapatkan lima persyaratan, yaitu :
Pertama, hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi yang adi!. Arti
adil disini menyangkut kesempurnaan sikap mental dan perilaku
keseharian perawi. Perawi yang adil sangat memelihara norma agama,
baik yang menyangkut aqidah, syariah, maupun akhlaq. Keadilan para
perawi ini oleh para ulama telah ditulis secara lengkap, berikut kritik,
komentar, dan penilaian para ulama yang mengenalinya, baik dalam
kitab-kitab khusus mengenai biografi mereka maupun pada kitab-kitab aljarl1 wa al-ta'dfl.
Kedua, ke-dhfibith-an perawinya sempurna. Dhfibith, artinya daya
ingatan atau hafalan. Perwai yang sempurna ke-dhabith-annya, berarti
perawi yang memenuhi syarat shahih dari sudut daya ingatannya.
Sebagaimana keadilan perawi, ke-dilfibith-an mereka juga telah ditulis oleh
para ulama pada kitab-kitab di atas secara lengkap.
2-'Hadis syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi tsiqail yang
berbeda dengan sejumlah rawi yang tsigah atau rawi yang tsiqail dan lebih hafal atau
lebih dhabit, dan' antara kedua hadis o/ang bertentangan tersebut susah sekali untuk
dijamak (dikompromikan), apakah perbedaan tersebut ditimbulkan oleh kelebihan atau
kekurangan, apakah ada syadz pada sanad atau pada matan. Contoh yang syadz pada
sanad, hadis yang diriwayatkan oleh Hammad bin Zaid dari Amr bin Dinar dari
Ausajah: "Seorang laki-Iaki meninggal pada zaman Nabi saw, dia tidak meninggalkan
ahli waris kecuali seorang tuan yang pernah memerdekakannya. Lalu Nabi saw
menyerahkan harta warisannya kepadanya". Lilm!, Subhi al-ShaIih, Me11lbailas Il11lu-Il11lll
Hadis. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus Oakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 183
19
Ketiga, antara sanad-sanadnya muttashil 25 atau bertalian. Pertalian
ini dapat dilihat dari sudut dddt al-talzamul ll'a ai-add dan riwayat hidup
antara penyampai hadis atau perawi dengan penerimanya, khususnya
yang berkaitan dengan dengan kelahiran dan kematian kedua belah
pihak.
Keempat, pada hadis-hadis tersebut tidak ada cacat atau 'Wah,
kecacatan dalam periwayatan biasanya dilihat dari sudut kesalahan
melihat dalam pertalian sanad-sanadnya. Suatu hadis yang dipandang
muttaslzil bisa terjadi, melalui pembuktian, bahwa sebenarnya hadis itu
munqatlzi'.26 Data yang berkaitan dengan syarat keempat ini pun dapat
dilihat pada kitab-kitab yang memuat biografi mereka dan kitab-kitab
hadis yang memberikan komentar tentang sanad-sanad hadis.
Kelima, hadis tersebut tidak syddz atau janggal. Ke syddz-an suatu
hadis dilihat dari sudut isi matan-nya, bukan dari sudut sanadnya. Sebab
pada dasarnya, sanad-sanad-nya memiliki kriteria 'adil dan dhdbith. Suatu
25 Hadis mllttnslzil adalah hadis yang sanadnya bersambung sampai Nabi saw
atau sampai pada sahabat. Gambarannya, setiap rawi mendengar dari rawi yang di
atasnya secara lansung sampai pada akhir sanad. Hadis ini diistilahkan juga dengan
hadis llIallslntl. Masuk daiam kategori hadis seperti ini (berdasarkan pada defin;si) adalah
had;s marfll', seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar
dari Nabi saw, dan hadis mallqaf seperti riwayat Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar.
Dan berdasarkan pada definisi yang mengatakan "sanadnya bersambung" maka tidak
termasuk dalam kategori ini hadis mursal, hadis llIul1qatlli', hadis mu'allaq dan hadis
mu'dllal. Lihat, Subhi al-Shalih, Memballas llmu-Illllll Hailis, h. 142.
26Pengertian hadis I1Hlllqati ' ialah
'"' \lUil jlO "'" J
TELAAH ATAS SANAD HADIS
DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSYA.F
"STUDI TENTANG KUAUTAS HADIS
PADA AYAT-AYAT TAHUL"
Tesis diajukan Kepada Sekolah Pasca Sarjana Untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan gelar Master Oalam Bidang Tafsir Hadis
Oleh
Nama
: Firdaus Hulwani
NIM
: 02.2.001.05.01.0125
Konsentrasi
: Tafsir Hadis
Di bawah bimbingan
Dr. Hj. Romlah Abu Bakar Askar M.A.
Iセ セ . セMG
---.".. --v セ
if
l
J
KONSENTRASI TAFSIR HA01S"-""
SEKOLAHPASCA SARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007M
. BGセN
..•
5URAT PERNYATAAN
{ang bertanda tangan di bawah ini:
\lama
: Firdaus Hulwani
fempat/TgI. Lahir
: Jakarta, 17 Mei 1975.
\lomor Pokok
: 02.2.001.05.01.0125
Program
: Magister (52)
Konsentrasi
: Tafsir Hadis
Alamat
:JI. Mampang Prapatan 16 No.7 Rt. 01/03 Jak-Sel
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis yang berjudul " TELAAH ATAS
SANAD HADIS DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSYAF "STUDI TENTANG
KUALITAS HADIS PADA AYAT-AYAT TAHLIL" adalah karya penulis sendiri,
kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan, sepenulmya menjadi tanggung jawab
penulis.
Demikianlah surat pernyataan ini
dibuat oleh
penulis dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 31 Agustus 2007
Pe
irdaus Hulwani
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
TESIS
TELAAH ATAS SANAD HADIS
DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSyAF
"STUDITENTANG KUALITAS HADIS
A
PADA AYAT-AYAT TAHLIL"
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Firdaus Hulwani
Telah diujikan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Sekolah Pasca
Sarjana urN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2007 dan
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Agama Islam Strata 2 (S.2) dalam bidang Tafsir Hadis.
Susunan Dewan Penguji
Dewan penguji
(Prof. Dr. Hasanuddin AF, M.A.)
Penguji II
(Dr. Hj. F MAli Sibromalisi M.A.)(Dr. Hj. Romlah Abu Bakar Askar M.A.)
Penguji III
Pembimbing dan Penguji
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Fonern konsonan bahasa Arab, yang dalam sistern tulisan Arab
dilambangkan dengan hum£' sebagian dengan tanda dan sebagian lagi
dengan huruf dan tanda sekaligus, sebagai berikut :
HurufArab
Nama
HurufLatin
Nama
\
alif
-
-
y
ba
b
be
0
ta
T
te
Q
sa
ts
Tse
C
jim
j
Je
C
ha
h
C
kha
kh
ka-ha
dal
d
de
セ
dza
z
ze
)
ra
r
er
セ
""
ha dengan garis
dibawah
J
zai
z
zet
u"
sin
s
es
J'
syin
sy
es-ye
r./'
sad
sh
sha
uP
dad
dh
dha
.1
ta
th
tha
j;,
Za
zh
zha
l
'ain
,
Koma terbalik
l
Ghain
gh
ge
J
Fa
f
ef
J
Qaf
q
ki
.:J
Kaf
k
ka
J
Lam
1
el
i
Mim
m
em
diatas
.)
Nun
n
en
)
Waw
w
we
'"
Ha
h
ha
0
Harnzah
,
, al-I'Il"/i, Lihat, al-Dzahabl, al-Taf'ir, h, 255, 363.
13 Al-Zamaksyarl, Ta!'ir al-Kasysyaf 'al1 Haqaiq GhawaJllidh ai-Tanzi! wa 'Uy,111 alA ⦅セ
•• セャ
ヲAZi LN [ BG[jセ G
Gt セiB
.. N
rQ,..,; ...L [セN
n:;. ...... 1 lI""h.h ",,1 T1.....,;,",,,,h 1QQI; 1I.1f\ T11'7 HI h
A1Q
8
"Telah diturunkan kepadaku dua surat yang belum pernah diturunkan
seperti keduanya,. Kamu tidak akan pernah membaca dua surat yang
lebih Allah cintai dan ridhai dari pada keduanya, yaitu alMu' awwiddzatain"
Ketika al-Zamaksyari menyebutkan hadis ini, ia sama sekali tidak
menyebutkan
sanad
maupun
perawinya
sama
sekali.
Ia
hanya
menyebutkan matannya saja, akan tetapi ini juga boleh jadi hanya sekedar
potongan dari matan hadis yang panjang.
Hadis kedua ialah hadis yang menerangkan tentang keagungan
ayat Kursyi yaitu Surat al-Baqarah ayat 255. al-Zamaksyari menghdirkan
sebuah hadis yang berbunyi1 4 :
Ketika menghadirkan hadis yang kedua ini, al-Zamaksyari juga
tidak menyebutkankan sumber dari mana hadis ini didapatkan. Baik dari
segi snad maupun perawi hadis itu sendiri.
Melihat alasan-alasan di atas, maka penulis menganggap penting
untuk mengkaji Hadis-hadis yang ada dalam kitab tafsir yang sudah
sangat masyhur di kalangan umat Islam ini.
B. Permasalahan
1. Pembatasan MasaIah
9
Sebagaimana penulis ketahui, bahwa tafsir al-Kasysyfif ini berjumlah
empat jilid. Hampir di setiap jilidnya terdapat Hadis-hadis yang sangat
banyak. 15 Oleh karena itu, agar kajian tidak terlalu melebar dan lebih
fokus maka dalam penelitian ini hanya akan membahas dan meneliti
hadis-hadis yang menguatkan atau menerangkan keutamanan ayat-ayat
tahlil.
Ayat-ayat tersebut seluruhnya berjumlah 37 ayat, yang tersebar
pada sembilan surat, dengan perincian: tujuh ayat pada surat al-FfitihalJ/1
(Yaitu ayat 1-7), empat ayat pasa surat al-lklzliislJ/112 (Yaitu ayat 1-4), lima
ayat dalam surat al-Falaq/113 (yaitu ayat 1-5), enam ayat dalam surat al-
Nfis/114 (ayat 1-6), Sepuluh ayat dalam surat al-BaqaraIJj2 (ayat 1-5, 163,
255, 284 dan 285-286), satu ayat dalam surat Hiid/11 (ayat 73), dua ayat
dalam surat al-Al1zdb/33 (ayat 33 dan 55), satu ayat dalam surat Ali
'imrfinj3 (ayat173) serta satu ayat dalam surat al-Anfiil;8 (ayat 40).
Pembatasan masalah hanya pada ayat-ayat tahlil di atas didasarkan
kepada beberapa hal:
Peratama, hadis-hadis yang dikutip al-Zamaksyari dalam tafsir al-
Kasysydf cikup banyak. Hal ini cukup memenuhi syarat untuk penelitian
ini.
Kedua, ayat-ayat tahlil merupakan ayat yang sangat menarik untuk
dikaji, karena sebagian masyarakat Indonesia menjadikannya bacan
khusus pada waktu-waktu tertentu seperti malam jum'at atau pada acaraacara tertentu seperti acara kematian, khitanan, perkawinan dan lain
sebagainya. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan adanya
sumber baru atau tambahahan informasi ten tang makna dari ayat-ayat
15
v . . ,'".. サセL
Adapun kitab nl-Knsljsljaf yang akan penulis jadikan rujukan ialah kitab nl.. .,. ..... rr rlih"rh;f-L-""n ..... 1,,1-. nAy nl_Ttl/flll, nl_'llJ"illJllJh \l;:lna- rii rpt:lk
ni
Rpirflt ttlhlln
10
tahlil itu dari prespektif hadis menurut seorang Imam besar yang disebutsebut menganut faham Mutazilah.
Tahlil sendiri ialah akronim dari kalimat Lfiilfillll Illfi Allfill.
Kumpulan doa yang disusun oleh ulama yang terdiri dari ayat-ayat alQur'an dan Hadis-hadis Nabi saw. Itu dinamai Tahlil, karena uacapan
Lfiilfiha Illil Allilh adalah ucapan yang termulia dari seluruh ucapan dan
zikir yang
dikenal
manusia.
"sesungguhnya
yang
paling utama
kuucapkan dan diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku adalah Lfiililha Jllil
Allfih. 16
Ketiga, dalam penelitian yang hanya memusatkan perhatian pada
bagian tertentu dari kitab tafsir karya Imam al-Zamaksyari yang sangat
luas, ini dapat dipandang sebagai penelitian awal untuk dilakukan
penelitian pada bagian-bagian lainnya, yang pada gilirannya dapat
menilai bagaimana keadaan dan kualitas Hadis-hadis pada kitab tafsir ini
secara keseluruhan.
2. Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, sesuai dengan pembatasan masaIah,
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana keadaan sumber hadis dan kuaIitas sanad-sanad-nya
yang dipergunakan al-Zamaksyari dalam menafsirkan ayat-ayat tahlil?
b. Apakah ada ciri-ciri khusus hadis-hadis yang dipergunakan oleh
al-Zamaksyari yang berbeda dengan hadis-hadis yang dikenal oleh
kalangan aliJi Sunnali?
C. Penelitian Terdahulu yang ReIevan
1(,
セ
•
r..
•
I
.... , . ,
I.
n
.
I
II
Berdasarkan
penelitian
terdahulu
yang
relevan
yang
telah
dilakukan penulis, ditemukan bahwa terdapat beberapa literatur yang
relevan yang membahas tokoh al-Zamaksyari dengan kitab tafsirnya, al-
Kasysyfif Kebanyakan Iiteratur-literatur itu menguraikan persoalan ini
hanya secara sepintas dan diuraikan dalam bab atau fasal-fasal tertentu.
Dilihat dari besar dan kecilnya bobot pembahasan mengenai hal ini yang
diuraikan dalam buku-buku tersebut, maka literature-literatur itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok leteratur yang
membahas masalah ini dalam bab-bab tertentu saja dan literature-literatur
yang membahas masalah itu secara utuh dalam buku khusus.
Literatur-literatur yang termasuk dalarn kelompok pertama adalah
buku-buku berikut:
1. al-Tafsfr wa al-Mufassirun karya Muhammad Husain al-Dzahabi
2. Manfihij al-' Irffin karya Muhammad 'Abd al-'Azhim al-Zarqani,
3. I'jfiz al-Qur'fin Baina al-Mu' tazilah ll'a al-Asyfi'riyyah karya Munir Sulthan
4. Manfihij al-Mufassfn karya Muni" 'Abd al-Hallm Mahmud.
5. Wafayat al-A'yan, Jilid 5, karya Ibn Khallikan.
Muhammad
Husain
aI-Dzahabi
menguraikan
masalah
aI-
Zamaksyari dan kitab tafsirnya al-Kas1jsyfif dalam bukunya al-Tafsfr ll'a al-
Mufassinin Jilid 1,
dengan panjang lebar, sekitar 50 halaman. Inti
pembahasannya mencakup beberapa hal, yaitu:
1.
uraian menganai tokoh yang bersangkutan, gambaran mengenai
metode penyusunan tafsir al-Kl1sysyfif
2.
komentar para tokoh mengenai aI-Zamaksyarl.
3.
perhatian al-Zamaksyari terhadap aspek-aspek balfiglwh dalam alQur'an.
4.
dukungan
aI-Zamaksyari
terhadap
Mll't"zibh ,hl"m heherana nersoalan. dan
beberapa
pandangan
12
5.
sikap al-Zamaksyari mengenai persoalan fiqih dan israiliah. 17
Muhammad 'Abd al-'Adzim al-Zarqanl dalam kitabnya Manahil al-
'Ir/an menguraikan tafsir al-Kasysyaf ini hanya dalam beberapa halaman
saja, yang pada intinya hanya mengemukakan tentang beberapa
keistimewaan tafsir al-Kasysyaf Di antaranya ialah :
1. menghindari adanya uraian-uraian yang panjang;
2. menghindari diungkapkannya cerita-cerita dan israilliyah;
3. dalam menjelaskan arti clari kata-kata, tafsir ini tetap berpegang pacla
bahasa Arab clan uslub-uslub mereka.
4. menaruh perhatian pacla masalah-masalah yang berhubungan clengan
balaglwh, seperti yang berhubungan dengan masalah ilmu al-Ma'anf
clan ilmu al-Bayiin, yang merupakan manifestasi dari aspek-aspek i'jaz
clalam al-Qur'an; clan
5. menggambarkan tentang cara yang clitempuh oleh pengarangnya, alZamaksyari dalam memberikan penjelasan mengenai satu persoalan
yang cliuraikannya dalam bentuk dialog. Selain itu al-Zarqanl
mengemukakan pula beberapa contoh penafsiaran al-Zamaksyarl
terhadap beberapa ayat,18
Munlr Sulthan dalam bukunya I'jaz al-Qur' an Baina al-Mu' tazilah wa
al-Asya'irah, memang tidak dapat melepaskan diri dari uaraian mengenai
al-Zamakhsyari. Hal ini disebabkan karena inti pembahasan buku yang
ditulisnya itu adalah beberapa perbedaan pokok anatara golongan
Muktazilah dan golongan Asy'ariyyah mengenai masalah I'jaz al-Qur'an,
sementara al-Zamaksyari merupakan salah seorang tokoh penting dalam
Muhammad Husain al-Dzahabl, al-Ta.f.JJ\
Menurut al-'Iraqi dalam al-Taqyid 11'11 al-Idhah pernyalaan Ibn ShaIah itu menyimpulkan hahwa alBukhari adalah orang yang pertama rnenyusun kitab al-Sa!l.fll. Sedangkan Imam Malik walaupun
telah menyusun kitab al-Muwatha' namull masih ditemukan Hadis yang Mursal dan Munqal111
yang memungkinkan riwayat yang tidak Sab.fb. terdapat dalamnya. Seperti dikatakan Ibn Abd セャ。
Barr. adapun perkataan Imam al-Syafi'i yang menyatakan bahwa "tidak ada diatas bumi ini kitab
yang lebih sempurna dan lebih baik selain kitab B。ィエキオmセi。
para ulama memahaminya karena
kitab tersebut sebelum ditulis kitab al-Iami' N「ゥQA。ャsセ
al-Buk1Jiiri. Lihat Zainuddin al-'Iraqi, al-Taqyid
wa al-ldhah Lima Uthliqa wa Ughliqa min Muqaddlllwh Ibn Shala!!, (Makkah, Maktabah al-Tijariyah,
17
ditemukan pada al-Arba'ah, maka penelitian hanya akan dilakukan
terhadap sanad-sanad yang dipakai oleh al-Arba'ah.
Ketiga, untuk hadis-hadis yang tidak memiliki syahid atau mutiibi'
dalam al-Arba'ah, akan diteliti pada kitab induk yang sembilan (al-Kutub
ai-tis'ah) atau kitab-kitab induk lainnya.
Keempat, untuk hadis-hadis yang diriwayatkan oleh selain perawi
yang enam, diteliti pada kitab-kitab induk yang sembilan atau pada kitabkitab induk lainnya termasuk kitab-kitab tafsir /Ii aI-rna' tsrlr.
2. Tolok Ukur Penilaian
a. Penilaian untuk masing-masing Sanad
Untuk melakukan penilaian terhadap kualitas ketsiqah-an sanadsanadnya digunakan pendapat para ulama yang mendahulukan ta'dil dari
pada jar!1. Hal ini karena, pada dasarnya, bahwa para ulama yang
meriwayatkan hadis dikenal keadilannya. Akan tetapi, jika ada yang
menilai ke-tsiqalwn-nya rendah atau yang men-jari1 disamping yang
menta'dfl-nnya, maka hal itu merupakan koreksi atau catatan yang dapat
mengurangi nilai ketsiqah-an mereka. Jika yang men-jari1-nya dengan
kualifikasi yang tinggi dan cukup beralasan, meskipun ada yang men-
ta'dil-nya, maka perawi tersebut dipandang cacat atau tidak tsiqah. 22
b. Tolok Ukur untuk penilaian akhir
Untuk memberi penilaian akhir terhadap kualitas hadis, dengan
memperhatikan kualitas sanad-sanadnya, disini juga digunakan rumusan
menurut kebanyakan ulama ahli hadis, dengan kategorisasi ォ・ー。ウセ
Shai1f0
Hasan dan Dha'if. Rumusan tentang ketiga kategori tersebut dapat dilihat
dibawah ini.
------22
Lihat, ai-Iraqi, Fat}.!, ai-Mughits, (Beiriit: Dar al-Kutub al-'llmiyyah, 1983), h. Juz
18
1. Hadis ShabJh
Menurut para ulama Mutaakhkhirin bahwa hadis shahih, ialah
hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna ke-dhdbitilannya,
antara
sanad-sanad
nya
bertalian
atau
bersambung,
tidak
mengandung 'illah, dan tidak ada keganjalan (Syfidz)23 di dalamnya. 24
Berdasarkan rumusan diatas,
dalam sebuah hadis
shahih harus
mendapatkan lima persyaratan, yaitu :
Pertama, hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi yang adi!. Arti
adil disini menyangkut kesempurnaan sikap mental dan perilaku
keseharian perawi. Perawi yang adil sangat memelihara norma agama,
baik yang menyangkut aqidah, syariah, maupun akhlaq. Keadilan para
perawi ini oleh para ulama telah ditulis secara lengkap, berikut kritik,
komentar, dan penilaian para ulama yang mengenalinya, baik dalam
kitab-kitab khusus mengenai biografi mereka maupun pada kitab-kitab aljarl1 wa al-ta'dfl.
Kedua, ke-dhfibith-an perawinya sempurna. Dhfibith, artinya daya
ingatan atau hafalan. Perwai yang sempurna ke-dhabith-annya, berarti
perawi yang memenuhi syarat shahih dari sudut daya ingatannya.
Sebagaimana keadilan perawi, ke-dilfibith-an mereka juga telah ditulis oleh
para ulama pada kitab-kitab di atas secara lengkap.
2-'Hadis syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi tsiqail yang
berbeda dengan sejumlah rawi yang tsigah atau rawi yang tsiqail dan lebih hafal atau
lebih dhabit, dan' antara kedua hadis o/ang bertentangan tersebut susah sekali untuk
dijamak (dikompromikan), apakah perbedaan tersebut ditimbulkan oleh kelebihan atau
kekurangan, apakah ada syadz pada sanad atau pada matan. Contoh yang syadz pada
sanad, hadis yang diriwayatkan oleh Hammad bin Zaid dari Amr bin Dinar dari
Ausajah: "Seorang laki-Iaki meninggal pada zaman Nabi saw, dia tidak meninggalkan
ahli waris kecuali seorang tuan yang pernah memerdekakannya. Lalu Nabi saw
menyerahkan harta warisannya kepadanya". Lilm!, Subhi al-ShaIih, Me11lbailas Il11lu-Il11lll
Hadis. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus Oakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 183
19
Ketiga, antara sanad-sanadnya muttashil 25 atau bertalian. Pertalian
ini dapat dilihat dari sudut dddt al-talzamul ll'a ai-add dan riwayat hidup
antara penyampai hadis atau perawi dengan penerimanya, khususnya
yang berkaitan dengan dengan kelahiran dan kematian kedua belah
pihak.
Keempat, pada hadis-hadis tersebut tidak ada cacat atau 'Wah,
kecacatan dalam periwayatan biasanya dilihat dari sudut kesalahan
melihat dalam pertalian sanad-sanadnya. Suatu hadis yang dipandang
muttaslzil bisa terjadi, melalui pembuktian, bahwa sebenarnya hadis itu
munqatlzi'.26 Data yang berkaitan dengan syarat keempat ini pun dapat
dilihat pada kitab-kitab yang memuat biografi mereka dan kitab-kitab
hadis yang memberikan komentar tentang sanad-sanad hadis.
Kelima, hadis tersebut tidak syddz atau janggal. Ke syddz-an suatu
hadis dilihat dari sudut isi matan-nya, bukan dari sudut sanadnya. Sebab
pada dasarnya, sanad-sanad-nya memiliki kriteria 'adil dan dhdbith. Suatu
25 Hadis mllttnslzil adalah hadis yang sanadnya bersambung sampai Nabi saw
atau sampai pada sahabat. Gambarannya, setiap rawi mendengar dari rawi yang di
atasnya secara lansung sampai pada akhir sanad. Hadis ini diistilahkan juga dengan
hadis llIallslntl. Masuk daiam kategori hadis seperti ini (berdasarkan pada defin;si) adalah
had;s marfll', seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar
dari Nabi saw, dan hadis mallqaf seperti riwayat Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar.
Dan berdasarkan pada definisi yang mengatakan "sanadnya bersambung" maka tidak
termasuk dalam kategori ini hadis mursal, hadis llIul1qatlli', hadis mu'allaq dan hadis
mu'dllal. Lihat, Subhi al-Shalih, Memballas llmu-Illllll Hailis, h. 142.
26Pengertian hadis I1Hlllqati ' ialah
'"' \lUil jlO "'" J