dipungut recognisi, tetapi bagi orang luar masyarakat hukum adat selalu dipungut recognisi.
c Masyarakat hukum adat tidak dapat melepaskan, memindahtangankan,
ataupun mengasingkan hak ulayatnya secara menetap. d
Masyarakat hukum adat masih mempunyai campur tangan baik insentif maupun kurang insentif terhadap tanah-tanah yang sudah diolah.
Berdasarkan tanda-tandaciri-ciri hak ulayat tersebut di atas, maka kiranya
harus dipahami bahwa hak ulayat suatu masyarakat hukum adat tetap melekat
pada masyarakat tersebut sepanjang eksistensi dan kenyataan masyarakat hukum
adat itu ada sehingga harus diakui dan dihormati oleh semua pihak.
c. Wewenang dan kewajiban hak ulayat
Hak ulayat sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, dapat berlaku baik ke dalaminternal anggota masyarakat hukum adat, maupun ke luareksternal dari
masyarakat hukum adat. Daya berlakunya hak ulayat ini kemudian mempengaruhi terjadinya hubungan antara hak ulayat dengan hak perorangan. Hubungan tersebut
bersifat menguncup-mengembang, desak- mendesak, batas-membatas, mulur- mungkret tiada hentinya, jika hak ulayat menguat, hak perseorangan menjadi
melemah, demikian pula sebaliknya. Hak ulayat dapat berlaku ke dalam berarti berlaku terhadap sesama
anggota masyarakat hukum adat, yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap orang menerima bagian dari hasil yang diperolehnya berdasarkan hak masyarakat
hukum adat tersebut. Selain ke dalam anggota masyarakat hukum adat itu sendiri, hak ulayat berlaku juga ke luar anggota masyarakat hukum adatnya. pada
prinsipnya, orang dari luar tidak diperbolehkan menggarap tanah yang merupakan wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutan, kecuali atas izin masyarakat
hukum adat melalui ketua adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Hak ulayat meliputi wewenang dan kewajiban suatu hukum adat yang
dibagi menjadi dua bidang hukum yaitu bidang hukum perdata dan bidang hukum publik. Bidang hukum perdata berhubungan dengan hak bersama kepunyaan atas
tanah dalam arti kata para nggotanya secara bersama-sama kolektif mempergunakan tanah ulayat berupa atau dengan jalan memungut keuntungan
dari tanah tersebut, sedangkan bidang hukum publik berupa tugas kewenangan untuk mengelolah, mengatur dan memimpin peruntukan, penggunaan dan
pemeliharaannya Boedi Harsono, 1999:186. Dengan demikian, Menurut Maria Sumardjono 2007:56, hak ulayat
menunjukan hubungan hukum antara masyarakat hukum subyek hak dan tanahwilayah tertentu obyek hak. Hak ulayat tersebut berisi wewenang untuk
mengatur dan
menyelenggarakan penggunaan
tanah, persediaan,
dan pemeliharaan tanah; mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang
dengan tanah memberikan hak tertentu pada subyek tertentu; mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan
hukum yang berkenaan dengan tanah jual-beli, warisan, dan lain-lain. Isi wewenang hak ulayat tersebut menyatakan bahwa hubungan antara masyarakat
hukum adat dan tanahwilayahnya adalah hubungan menguasai, bukan hubungan milik sebagaimana halnya dalam konsep hubungan antara negara dan tanah,
menurut Pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
2. Hak ulayat menurut UUPA