Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 hasil yang dikehendaki”. Ditambahkan pula bahwa pengawasan adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana. 6 4. Pendapat yang terakhir dari Winardi 1983 yang mengemukakan pengertian pengawasan yang dikutip dari pendapat George R Terry dalam buku Principles of Management edisi ketujuh sebagai berikut : “pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telak dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan apa yang direncakan dan lebih lanjutnya dijelaskan bahwa pengawasan dapat dianggap sebagai aktifitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. 7 Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat diberikan kesimpulan umum bahwa pengawasan hubungannya sangat erat dengan suatu perencanaan, sehingga dapat dikatakan bahwa pengawasan dan perencanaan adalah kedua sisi mata uang. Jelaslah bahwa rencana tanpa pengawasan akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dengan tanpa alat untuk mencegahnya. Semua penjabaran mengenai kebijakan dan pengawasan tersebut dapat kemudian dibuat suatu kesimpulan mengenai arti penting dari apa itu kebijakan pengawasan. Kebijakan Pengawasan yaitu mengevaluasi, mencocokkan, dan 6 Viktor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, 1994, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Yogyakarta, Rineka Cipta, hlm. 20 7 Winardi, 2000, Kepemimpinan dalam Managemen, Jakarta, Rineka Cipta. 6 menilai apakah suatu kegiatan telah sesuai dengan apa yang direncanakan dalam kebijakan yang sudah diterapkan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas lebih detailnya dalam kebijakan pengawasan dalam penyelenggaraan apotek sesuai dengan yang ada di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Sesuai dengan Bab IV mengenai tanggung jawab pemerintah pada P asal 14 ayat 1 yang berbunyi “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam pembahasannya oleh Pemerintah Kabupaten Bantul mengenai kebijakan pengawasan penyelenggaraan apotek, kemudian dituangkan dalam sebuah Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan di Bidang Kesehatan. Di dalam Peraturan Daerah ini disebutkan dalam Pasal 3 “Setiap orang danatau badan yang akan menyelenggarakan pelayanan kesehatan atau kegiatan yang terkait dengan kesehatan diwajibkan memiliki izin, surat tanda daftar, sertifikasi danatau rekomendasi”. Apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memberkan palayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Bantul. 7

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam pendahuluan, maka disusunlah perumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana pengawasan dalam penyelenggaraan apotek di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul? 2. Apa sanksi terhadap pelanggaran dalam pengawasan penyelenggaraan apotek di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui pengawasan dalam penyelenggaraan apotek oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. 2. Untuk mengkaji penerapan sanksi terhadap pelanggaran dalam kebijakan pengawasan penyelenggaraan apotek oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya terutama Hukum Tata Negara. 8 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bagi mereka yang berminat di bidang hukum, serta dijadikan bahan masukan mengenai kebijakan pengawasan penyelengaraan apotek oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027MENKESSKIX2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang menjelaskan mengenai apotek di antaranya: 1. Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek a. Sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan tugasnya. b. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional. c. Melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian. 2. Pengertian Menurut Kamus B esar Bahasa Indonesia, “Apotek” adalah toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta memperdagangkan barang medis. 1 Pengertian apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332MenKesSKX2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud diantaranya pengadaan obat, penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada masyarakat 1 Wikipedia. Apotek. http:id.wikipedia.orgwikiApotek .Diakses 13 April 2016 10 mengenai pembekalan kefarmasian yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik. Tidak hanya menjalankan pekerjaan kefarmasian, tetapi tugas pokok dan fungsi apotek juga harus dijalankan dengan sebaik –baiknya sesuai dengan standard prosedur yang telah ditetapkan. Pengelolaan yang biasa dilakukan di apotek antara lain: a. Pengadaan Apotek menggunakan sistem pemesanan salesman yang datang langsung ke apotek atau melalui pesawat telepon untuk memenuhi pengadaan barang. Masalah yang sering dihadapi di apotek dalam pengadaan yaitu keterlambatan dalam pengadaan obat yang disebabkan oleh kekosongan pabrik, dalam mengatasi masalah ini dilakukan dengan cara memesan obat dari jauh –jauh hari dan tidak menunggu stok obat tersebut kosong. 2 Pemesanan dari jauh-jauh hari ditujukan agar apotek mempunyai cadangan stok apabila persediaan obat-obatan yang dimaksud menipis dan permintaan akan obat tersebut terus ada setiap hari, sehingga pasien atau masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersediaan obat. b. Penyimpanan Untuk menyimpan sediaan obat dan alat kesehatan di apotek di susun berdasarkan abjad, bentuk sediaan dan stabilitas atau kesesuaian suhu pada penyimpanan obat dan yang dimaksudkan dalam hal tersebut yaitu: 2 Hartini, Yustina Sri dan Sulasmono, 2010, Apotek Beserta Naskah Peraturan Perundang- Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek Rakyat Edisi Revisi Cetakan Ketiga, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma. 11 1 Golongan obat Penyimpanan obat berdasarkan golongan obat, seperti obat bebas, bebas terbatas obat keras dan obat narkotik. Tidak mengalami masalah yang berarti dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. 2 Abjad Penyimpanan obat yang letaknya berdasarkan abjad agar dalam pencarian dan pngelolaan obat tidak terganggu. 3 Bentuk sediaan Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaannya, seperti sirup bebas, sirup ASKES, salep, injeksi, cairan dan lain-lain. 4 Suhu Penyimpanan obat berdasarkan suhu penyimpanan agar obat tidak rusak, seperti insulin disimpan dalam lemari es supaya tidak merusak bentuk dan khasiatnya. c. Penyaluran Penyaluran obat di apotek dilakukan dengan 2 dua macam cara, diantaranya: 1 Resep Resep yang dilayani ada dua yaitu resep ASKES dan non ASKES