Pengembangan Integritas Kepribadian Anak Berdasarkan Kajian Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82

PENGEMBANGAN INTEGRITAS KEPRIBADIAN ANAK
BERDASARKAN KAJIAN AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI
AYAT 60-82
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjan
Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

Rifqoh Zakiyah
NIM: 109011000267

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK

Rifqoh Zakiyah (109011000267). Pengembangan Integritas Kepribadian Anak
Berdasarkan Kajian Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82.


Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan, di dalamnya menjelaskan
berbagai aspek-aspek kehidupan termasuk mengenai pendidikan. setiap ayat yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an mempunyai makna dan nilai-nilai yang berarti, dan
nilai-nilai yang terkandung adalah sebagai pembelajaran dan pendidikan bagi
kehidupan umat manusia. Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 60-82 merupakan ayat AlQur’an yang di dalamnya menjelaskan hal-hal mengenai metode pendidikan.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui metode pendidikan yang
terkandung dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 untuk mengembangkan integritas
kepribadian anak, sehingga dapat diimplementasikan dalam proses pendidikan.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu menganalisis masalah yang akan dibahas dengan cara
mengumpulkan data-data kepustakaan, pendapat para mufassir. Kemudian
mendeskripsikan pendapat para mufassir, selanjutnya membuat kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pendidikan yang terkandung dalam
Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 60-82 untuk mengembangkan integritas kepribadian
anak meliputi Metode Inquiry Learning, Metode Uswah Hasanah, Metode Nasihat
dan Metode Hukuman.

i


ABSTRAC

Rifqoh Zakiyah (109011000267). Integrity Development of the Child Based
Personality Assessment Qur'an Surat Al-Kahf Verses 60-82.
The Qur'an is the source of knowledge, in which explain various aspects of
life including education about. any clause mentioned in the Qur'an have the meanings
and values are means, and the values that are contained as learning and education for
human life. Al Quran surah Al-Kahf verses 60-82 is a Qur'anic verse in which to
explain things about the methods of education.
The purpose of this study was intended to determine the educational methods
contained in surah Al-Kahf verses 60-82 to develop the integrity of the child's
personality, so it can be implemented in the educational process.
The method used in this paper is a descriptive method of analysis, which
analyzes the issues to be addressed by collecting data literature, opinions of the
commentators. Then describe the views of commentators, then make a conclusion.
The results showed that the method of education contained in the Qur'an Surat
al-Kahf verses 60-82 to develop the child's personality integrity includes Inquiry
Learning Method, Method Uswah Hasanah, Advice and Method Method punishment.

ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dengan tulus penulis persembahkan kehadirat Allah
SWT, karena atas segala limpahan nikmat yang tak terhitung jumlahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga

rahmat Allah senantiasa tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW. sebagai suri tauladan yang sempurna bagi
seluruh ummat manusia.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat menyelesaikan tanpa bantuan
dan partisipasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3. Bapak Dr. Anshori, LAL, MA., dosen pembimbing penulis, yang telah
mencurahkan waktu dan tenaganya dalam membimbing penulis

dengan

penuh kesabaran dan keihklasan, sampai penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Ayahanda H. Jaya Saputra dan
Ummi Hj. Marfu’ah, yang selalu mendo’akan, mendukung, menasihati,
mengarahkan, mengorbankan waktu, tenaga dan biaya, sehingga penulis dapat
melaksanakan semua kegiatan mulai dari awal hingga akhir, mulai dari
perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

iii

5. Teteh-tetehku tersayang, Laily Aliyah, Am. Keb., Nur Fauziah, S. Pi., Ita
Fadilah, S. Pd., serta adik-adiku tersayang, Ali Baidurus, Roudhotul
Mawaddah, senantiasa memberi semangat dan masukan kepada penulis.
6. Dosen-dosen penuh inspiratif dan pemberi motivasi.
7. Sahabat-sahabat the G PAI yang penuh kisah, suka duka, canda tawa, dan

senantiasa menyemangati dan memberi masukan untuk skripsi ini.
8. Serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
dalam goresan ucapan terima kasih ini. Penulis ucapkan terima kasih, semoga
semangat keilmuan dan persahabatan kita senantiasa berjalan terus. Aamiin ya
robbal ‘aalamiin.
Penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya. Dan penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk
menambah khazanah ilmu pengetahuan. Aamiin ya robbal ‘aalamiin.
Ciputat, 30 Januari 2014
Penulis

Rifqoh Zakiyah

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ......................................................................................

i

ABSTRAC ........................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................

iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................

8

C. Pembatasan Masalah ...............................................................................

8

D. Rumusan Masalah ..................................................................................

8

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................

9


F. Manfaat Penelitian .................................................................................

9

BAB II KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori
1. Metode Pendidikan ...........................................................................

10

a. Pengertian Metode ......................................................................

10

b. Pengertian Pendidikan ................................................................

10

c. Macam-macam Metode Pendidikan ...........................................


12

v

2. Al-Qur’an
a. Pengertian Al-Qur’an ..................................................................

16

b. Isi Kandungan Al-Qur’an............................................................

17

c. Fungsi Al-Qur’an ........................................................................

18

3. Mengembangkan Integritas Kepribadian Anak
a. Pengertian Mengembangkan .......................................................


19

b. Pengertian Integritas....................................................................

19

c. Kepribadian Anak .......................................................................

20

1) Pengertian Kepribadian Anak ...............................................

20

2) Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian .............................

21

3) Tipe Kepribadian ..................................................................


21

4) Aspek-aspek Kepribadian .....................................................

24

5) Pengertian Anak ....................................................................

25

d. Pengertian Pengembangan Kepribadian Islam…………………

25

e. Pengembangan Kepribadian Islam Menurut Pendekatan Konten 26
f. Pengembangan Kepribadian Islam Menurut Rentang Kehidupan 27
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................

30

BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian ...................................................................

33

B. Metode Penulisan ...................................................................................

33

C. Fokus Penelitian ......................................................................................

34

D. Prosedur Penelitian..................................................................................

34

vi

BAB IV KAJIAN AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI AYAT 60-82
SEBAGAI PENGEMBANGAN INTEGRITAS
KEPRIBADIAN ANAK
A. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82
1. Teks Ayat dan Terjemahannya..........................................................

36

2. Pengertian Secara Umum .................................................................

39

3. Tafsir Ayat .......................................................................................

41

B. Metode Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Al-Kahfi Ayat 60-82
1. Metode Inquiry Learning .................................................................

55

2. Metode Uswah Hasanah ..................................................................

61

3. Metode Nasihat .................................................................................

64

4. Metode Hukuman ..............................................................................

67

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................

70

B. Saran .......................................................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

74

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di antara kemurahan Allah terhadap manusia, adalah bahwa Allah tidak
saja menganugerahkan fitrah yang suci yang dapat membimbing manusia
kepada kebaikan. Allah juga mengutus seorang Rasul dari masa ke masa yang
membawa kitab sebagai pedoman hidup, mengajak manusia agar beribadah
hanya kepada Allah semata.
Dikutip Abuddin Nata, Abd. Al-Wahhab Al-Khallaf mengemukakan
bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang diturunkan melalui
malaikat Jibril (Ruh al-Amin) kepada hati Rasulullah SAW., Muhammad bin
Abdullah senang mempergunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar,
agar menjadi hujjah (dalil) bagi Muhammad SAW. sebagai Rasul, undangundang bagi kehidupan manusia, serta hidayah bagi orang yang berpedoman
kepadanya, menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah dengan cara
membacanya. Ia tersusun di antara dua mushaf yang dimulai dengan surat alFatihah dan diakhiri surat al-Nas, yang disampaikan kepada kita secara
mutawatir baik dari segi tulisan maupun ucapannya, dari satu generasi ke
generasi lain, terpelihara dari berbagai perubahan dan pergantian.1
Said Agil Husain mengatakan, “Untuk memahami ajaran Islam secara
sempurna (kaffah), maka langkah pertama dilakukan adalah memahami
kandungan isi Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
secara sungguh-sungguh dan konsisten”.2
Kehadiran Al-Qur’an yang demikian itu telah memberi pengaruh yang
luar biasa bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam
berbagai bidang kehidupan. Kaum muslimin sendiri, dalam rangka

1

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
Cet. I, h. 1.
2
Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 3.

1

2

memahaminya, telah menghasilkan berton-ton kitab tafsir yang berupaya
menjelaskan makna pesannya. Dari sekian masalah yang menjadi fokus kajian
Al-Qur’an adalah pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Abuddin
Nata.3
Menurut Shalah al-Khalidy, kisah-kisah dalam Al-Qur’an membuktikan
kepada manusia bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. adalah
benar merupakan wahyu dari Allah bukan berdasarkan hawa nafsunya. Selain
itu juga memberikan pelajaran kepada manusia untuk mengikuti segala
kebaikan dan menjauhi segala keburukan yang terdapat dalam kisah-kisah itu.4
Dan salah satu manfaat kisah-kisah dalam Al-Qur’an menurut Abdul Jalal
adalah menanamkan nilai pendidikan, seperti pendidikan akhlak karimah dan
mengaplikasikannya. Kata keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap
dalam hati nurani dengan mudah dan baik, serta mendidik untuk meneladani
yang baik dan menghindari yang jelek.5
Dari berbagai macam kisah al-Qur’an, penulis tertarik pada kisah Nabi
Musa dan Khidir yang terdapat dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Penulis
melihat bahwa kisah ini memiliki beberapa kandungan mengenai pendidikan,
di antaranya nilai pendidikan, tujuan dan metode pendidikan.
Pendidikan secara umum menurut Armai Arif adalah:
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dalam mempengaruhi orang lain yang bertujuan untuk
mendewasakan manusia seutuhnya, baik lahir maupun batin. Artinya
dengan pendidikan manusia bisa memiliki kesetabilan dalam tingkah laku
atau tindakan, kesetabilan dalam pandangan hidup dan kesetabilan dalam
nilai-nilai kehidupan dengan penuh rasa tanggung jawab.6
Pendidikan dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian. Pendidikan
tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas.
Selain itu, pendidikan bukan hanya bersifat formal, tetapi mencakup pula yang
3

Nata. loc. cit
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang Terdahulu, (Jakarta:
Gema InsaniPress, 2000), Cet. I, h. 5.
5
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), Cet. II, h. 303.
6
Armai Arif, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Ciputat: Suara ADI, 2009),
Cet, I, h. 33.
4

3

non formal. Maka metode yang diterapkan tidak hanya yang berkaitan dengan
kelas, namun dapat menerapkan metode-metode yang lebih mudah diterima
oleh murid.
Ada tiga term yang digunakan para ahli untuk menunjuk istilah
pendidikan Islam, yaitu Ta’lim, tarbiyah, dan Ta’dib. Namun, menurut Hamka
hanya ada dua istilah dari tiga istilah tersebut yaitu ta’lim (proses
pentransferan seperangkat pengetahuan) dan tarbiyah (mengasuh, bertanggung
jawab, memberi makanan, mengembangkan, memelihara, membesarkan,
menumbuhkan, memproduksi, dan menjinakannya).7
Di dalam Undang-undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1, dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau
pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.8
Istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak,
moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah pada afektif. Selain itu
pendidikan juga diperluas cakupanya sebagai aktifitas dan fenomena
sebagaimana dikatakan oleh Muhaimin. Menurutnya, pendidikan sebagai
aktifitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang
atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana
orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap
hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bertifat manual (petunjuk praktis)
maupun mental dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah
peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup
pada salah satu atau beberapa pihak.9
Melihat pengertian pendidikan tersebut di atas, maka dapat dipahami
bahwa pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran, dan objek.

7

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. I, h. 105.
8
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 1989), Cet. I. h. 3.
9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 37.

4

Pendidikan juga menuntut adanya langkah-langkah yang secara bertahap harus
dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan, dan kerja pendidik harus mengikuti
aturan penciptaan dan pengadaan yang dilakukan Allah SWT., sebagaimana
harus mengikuti Syara’ dan Din Allah SWT. dengan tujuan pembentukan
kepribadian yang utama.
Mendidik tidak hanya dari segi kognitif, tetapi harus pula dari segi afektif
dan psikomotorik. Terlebih untuk afektif sangat di perlukan seperti integritas
pada kepribadian murid. Seorang murid haruslah memiliki integritas sejak
dini. Supaya seorang murid tidak hanya cerdas secara kognitif, namun
memiliki integritas pada kepribadiannya.
Saat ini integritas kepribadian pada diri anak (murid) sudah sangat rendah.
Mereka sudah kurang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Contoh kecilnya
adalah mencontek. Hal mencontek saat ini sudah mengakar pada seorang anak
(murid). Ketika merasa tak mampu untuk mengerjakan tugas dari guru,
mereka dengan mudahnya mencontek hasil kerja teman sekelasnya. Hal ini
tentu sangat memprihatinkan.
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu ada tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai atau kegiatan dapat selesai
sesuai yang diinginkan. Sebagaimana dikutip Abuddin Nata, bahwa sebagian
para ahli mengatakan bahwa “Tujuan pendidikan Islam adalah membimbing
umat manusia agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah yakni
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh
kesadaran dan ketulusan ini”.10
Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.11
10

Nata, op. cit., h. 166.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Republik Indonesia, 2003), h. 8.
11

5

Dapat dismpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah sasaran yang akan
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan
pendidikan.
Dalam melaksanakan pendidikan Islam, peran pendidik sangat penting,
karena ia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut.
Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang
berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik. Pendidik mempunyai
tugas yang mulia, sehingga Islam memandang pendidik mempunyai derajat
yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak mempunyai ilmu dan
orang-orang yang bukan sebagai pendidik. Penghormatan dan penghargaan
Islam terhadap orang-orang yang berilmu itu terbukti di dalam Al-Qur’an
dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11.

           

             

      

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadilah:11)
Berdasarkan firman Allah SWT., para ulama dan ahli pendidikan Islam
sejak dahulu sampai sekarang secara serius melaksanakan proses pendidikan
dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Kesungguhan mereka itu
terbukti dengan banyak lahirnya kalangan intelektual yang menguasai
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Teori dan pemikiran mereka tidak hanya

6

diakui oleh kalangan muslim saja, tetapi diakui dan dijadikan landasan oleh
kalangan non muslim serta masyarakat luas.
Di samping itu dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan di
tengah-tengah masyarakat telah banyak berdiri lembaga-lembaga Islam yang
bergerak dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dengan banyak berdirinya
sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Islam
menginginkan manusia secara individu dan masyarakat untuk menjadi orangorang yang berpendidikan. Individu yang berpendidikan merupakan individu
yang berilmu, berketerampilan, berakhlak mulia, berkepribadian luhur,
berintegrasi, berinteraksi dan bekerjasama untuk memanfaatkan alam semesta
dan isinya untuk kesejahteraan umat manusia di bumi.
Melihat fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, maka tenaga
pendidik (guru) mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membina
manusia-manusia yang berkualitas, cerdas dan bertanggung jawab atas bangsa
dan agama, terutama tanggung jawab terhadap moral dan tingkah laku anak
didik. Dalam pendidikan Islam guru merupakan komponen yang sangat
penting karena guru merupakan subjek dalam proses pendidikan. Tanpa
adanya guru berarti tidak akan ada proses pendidikan.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
Bab V pasal 12 ditegaskan: “Peserta didik berhak mendapatkan pendidikan
agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
sama. Dan Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya, menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan”.12
Untuk mencapai tujuan yang di inginkan, dalam mendidik dan
menyampaikan materi seorang guru tentu memerlukan metode yang baik dan
tepat sehingga akan terlaksana secara optimal. Namun, para guru umumnya
menggunakan metode ceramah. Yang mana para murid merasa bosan dan
tidak tertarik terhadap pelajaran yang sedang dibahas. Oleh sebab itu saat ini
banyak sekali jenis-jenis metode yang mulai inovatif dan kreatif. Hal itu demi
12

Ibid., h. 12.

7

tersampaikannya pelajaran dan pendidikan kepada para murid dengan efektif
dan menyenangkan.
Dari pemaparan di atas terlihat bahwa salah satu permasalahan penting
dalam dunia pendidikan adalah metode pendidikan. Di mana metode
pendidikan ini sangat berpengaruh sekali dalam membentuk pribadi murid,
hendaknya seorang guru memberikan metode pendidikan yang dapat
mengarahkan murid untuk mengetahui pelajaran dari hasil istinbat agar murid
mempelajari ilmu secara runtut setahap demi setahap.
Metode pendidikan sangat penting untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang diinginkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai metode pendidikan yang dapat mengembangkan integritas pada
pribadi anak (murid).
Menurut Armai Arief:
Beberapa manfaat dari pemakaian metodologi pendidikan Islam yaitu:
1. Sebagai alat yang diperlukan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya pula.
2. Untuk mengetahui sifat dan ciri khusus dari macam-macam mata
pelajaran, hakikat anak didik dan lain-lain. Dengan demikian akan
diketahui metode dengan sifat khusus dari suatu mata pelajaran
sekaligus perkembangan dan kemampuan anak didik.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan metode
mengajar: a). latar belakang sosial siswa dan lingkungan keluarga,
b). penggunaan waktu seefektif mungkin dengan materi yang ada
sehingga dapat disesuaikan dan memadai, c). sebagai strategi
persiapan guru dalam mengajar di tingkat pendidikan yang berbedabeda.
4. Mempermudah pengajaran dalam menanamkan ideologi yang
mantap hingga tidak hilang kepercayaan murid terhadap nila-nilai
yang tersimpan dalam Al-Qur’an.
5. Memperjelas materi keagamaan bagi murid, baik yang bersifat
logika, maupun yang estetika sehingga pengetahuan murid dapat
terbentuk dalam satu pemahaman yang sama dan tidak menyimpang
dari pokok dasarnya (Al-Qu’ran dan Sunnah).13
Begitu pentingnya metode pendidikan dalam proses pembelajaran, Allah
SWT memberikan gambaran dalam bentuk kisah yang hidup. Salah satu kisah
13

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,
2002), Cet. I, h. 96.

8

yang menggambarkan akan hal tersebut adalah surat Al-Kahfi ayat 60–82.
Atas dasar permasalahan tersebut, maka surat Al-Kahfi ayat 60–82 tersebut
perlu digali dan diteliti lebih dalam dengan mengutip beberapa penafsiran
untuk dapat pemahaman tentang peranan pendidik dalam membimbing anak
didiknya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Sebelumnya penulis menemukan judul skripsi yang sama dengan penulis
lain yaitu mengkaji Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 60-82. Namun, penulis
memiliki perbedaan dari kajian surat tersebut. Penulis lebih mendalami dan
mengkaji mengenai metode pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an surat
Al-Kahfi ayat 60-82 untuk mengembangkan integritas kepribadian anak.
Dengan demikian penulis akan mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai
skripsi ini dengan memberi judul:
“Pengembangan Integritas Kepribadian Anak Berdasarkan Kajian AlQur’an Surat AL-Kahfi Ayat 60-82”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan judul skripsi di atas dapat ditarik identifikasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Pengembangan integritas kepribadian PAI belum sepenuhnya didasarkan
pada kajian ayat Al-Qur’an.
2. Pendidikan masih mengutamakan ranah kognitif.
3. Metode pendidikan yang belum tepat dalam proses belajar mengajar.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan

identifikasi

masalah

tersebut

sekaligus

guna

lebih

memfokuskan kajian ini, maka penulis membatasi masalah pada:
Pengembangan integritas kepribadian PAI belum sepenuhnya didasarkan pada
kajian ayat Al-Qur’an.

9

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan integritas kepribadian anak dalam surat AlKahfi ayat 60-82?
2. Apa saja metode pendidikan yang dapat mengembangkan integritas
kepribadian anak dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82?

3. Hikmah apa saja yang terkandung dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara untuk mengembangkan integritas kepribadian anak dalam
surat Al-Kahfi ayat 60-82.
2. Mengetahui metode pendidikan yang terkandung di dalam Al-Qur’an surat
Al-Kahfi ayat 60-82.
3. Mengetahui hikmah yang terkandung dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82.

F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis.
2. Dapat memberikan kontribusi dalam penulisan karya ilmiah, khususnya
bidang pendidikan.
3. Penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh
penulis berikutnya.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Acuan Teori
1. Metode Pendidikan
a. Pengertian Metode
Al-Rasydin mengatakan, “Secara iteral metode berasal dari bahasa Greek
yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos
yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui”. 1 Dikutip AlRasydin,

Mohammad Noor mengatakan bahwa secara teknis metode

memiliki tiga pengertian yaitu:
1) Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
2) Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu.
3) Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.2
b. Pengertian Pendidikan
Menurut Al-Rasydin, “Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada
umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari
ketiga istilah tersebut term yang popular digunakan dalam praktek pendidikan
Islam ialah term al-tarbiyah”.3
Berikut ini beberapa pendapat yang penulis kutip dari berbagai sumber,
yang menjelaskan arti ketiga term tersebut.
1) Al-Tarbiyah
Kata al-tarbiyah yang berasal dari kata rabb ini menurut Al-Raghib alAsfahany dalam bukunya Abuddin Nata, adalah “Menumbuhkan atau

1

Al-Rasydin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), cet. II, h. 65-66.
2
Ibid., h. 66.
3
Ibid., h. 25.

10

11

membina sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai batas yang
sempurna”.4
2) Ta’dib
Menurut Al-Rasydin al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik)
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan.5
3) Al-Ta’lim
Menurut Syamsul Nizar, al-ta’lim hanya sebatas proses pentransferan
seperangkat nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi
tidak dituntut pada domain afektif.6
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam mengartikan
pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a) Menurut Muhaimin, pengertian pendidikan memiliki arti yang luas
cakupannya. Yaitu sebagai aktifitas dan fenomena. Pendidikan sebagai
aktifitas artinya upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan
hidup (bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan
kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang
bertifat manual (petunjk praktis) maupun mental dan sosial.
Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan
antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya
suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada
salah satu atau beberapa pihak.7

4

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I,
h. 90.
5
Al-Rasydin dan Syamsul Nizar, op. cit., h. 30.
6
Syamsul Nizar, Pemikiran Pendidikan Islam. (Ciputat: Gaya Media Pratama, 2001), Cet. I, h. 86.
7
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 37.

12

b) Hasbullah mengartikan pendidikan sebagai usaha manusia untuk
membina
masyarakat

kepribadiannya

sesuai

dengan

nilai-nilai

di

dalam

dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah

pendidikan diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.8
c) Ahmad Tafsir mengatakan definisi pendidikan yang mungkin
dirumuskan dalam arti sempit menurut lodge adalah pendidikan
sekolah, yaitu pendidikan formal.9
d) Dikutip Abuddin Nata, bahwa Ki Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan
yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.10
c. Macam-Macam Metode Pendidikan
Metode pendidikan tentunya sangat penting dalam proses pencapaian
tujuan pendidikan. Sehingga saat ini banyak sekali metode yang dapat
digunakan dan membatu dalam proses pendidikan. Menurut Hafni Ladjid
metode pendidikan memilki beberapa macam, yaitu:
1) Metode Ceramah
2) Metode Tanya Jawab
3) Metode Diskusi
4) Metode Pemberian Tugas
5) Percobaan/Eksperimen
6) Metode Karyawisata
7) Bermain Peran dan Sosiodrama
8) Metode Demonstrasi/Peragaan.11

8

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 1.
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
Cet. XI, h. 6.
10
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Gaya Media Pratama, 2005), Cet. I. h. 10.
11
H. Hafni Ladjid, Pengembangangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Ciputat: Quantum Teaching , 2005), Cet. I, h. 121-127.
9

13

Berikut penjelasan dari para ahli mengenai metode pendidikan yaitu:
a) Metode Ceramah
Menurut Zakiah Daradjat, metode ceramah yaitu guru memberikan uraian
atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terba)
dan waktu tertentu. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan
pengertian terhadap sesuatu masalah. Metode tersebut disebut juga dengan
metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengajar dengan seorang
dosen/mahaguru memeberikan kuliah kepada mahasiswanya.12
b) Metode Tanya Jawab
Menurut Hafni Ladjid, “Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
memahami materi tersebut”.13
c) Metode Diskusi
Dikutip dari Suwito, Ibnu Sina mengatakan, murid dihadapkan kepada
suatu masalah berupa pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan bersama
melalui diskusi, diharapkan murid bersikap rasional dan teoritis.
d) Metode Pemberian Tugas
Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa “Yang dimaksud dengan metode ini
adalah suatu cara dalam proses belajar-mengajar bilamana guru memberi
tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut
dipertanggung jawabkan kepada guru”.14 Sedangkan menurut Hafni Ladjid,
“Metode pemberian tugas adalah cara mengajar melalui penugasan siswa
untuk melakukan suatu pekerjaan”.15

12

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.
IV, h. 289.
13
Ladjid, op., cit, h. 122.
14
Daradjat, op., cit, h. 298.
15
Ladjid, op., cit, h. 124.

14

e) Percobaan/Eksperimen
Menurut sagala, eksperimen yaitu cara penyajian bahan pelajaran di mana
peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan
sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.16
f) Metode Karya Wisata
Pelaksanaan metode ini menurut Hafni Ladjid membutuhkan waktu
cukup lama, sehingga biasanya dilakukan pada waktu khusus, misalnya saat
liburan. Prinsip-prinsip Hafni metode karya wisata adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibawa langsung ke objek untuk dapat mengamati secara
langsung.
2) Ruang lingkup sebaiknya sudah ditentukan dan dapat diperluas
sehingga efektif dan efisien.
3) Mengembangkan berbagai macam keterampilan dan penerapan
pengetahuan yang diperoleh (mengamati, menghitung, mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan satu dengan yang lain).
4) Terencana dan berorientasi pada tujuan.17
g) Metode Peran atau Sosiodrama
Menurut Hafni Ladjid, “Peran dilakukan oleh siswa dalam rangka
menghayati materi yang sedang dipelajari. Dengan bermain peran siswa dapat
mengembangkan imajinasi dan penghayatan atas peran tokoh yang
dilakukannya”.18 Untuk metode sosiodrama, menurut Hafni sebenarnya mirip
dengan metode bermain peran. Perbedaannya adalah:
1) Tema lebih luas dan perlu lakon/skenario secara garis besar.
2) Pameran dipersiapkan lebih matang (latihan) dan seiring dengan
peralatan khusus.

16

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV Alfabeta, 2006), Cet. IV, h.

201.
17
18

Ladjid, op., cit, h. 125-126.
Ibid., h. 126.

15

3) Waktu yang diperlukan relatif lebih panjang.19
h) Metode Demonstrasi/Peragaan
Metode ini digunakan dalam cara mengajar menulis. Guru mencontohkan
di papan tulis dengan mengucapkan huruf yang ditulisnya dan murid
mengikutinya.
Sedangkan menurut

Abuddin Nata,

dalam

penyampaian materi

pendidikan, Al-Qur’an menawarkan beberapa pendekatan dan metode, antara
lain:
1) Metode Teladan
Dalam Al-Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat di belakangnya seperti hasanah yang berarti baik.
Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang baik.
Kata-kata uswah ini di dalam al-Qur’an diulang sebanyak enam kali dengan
mengambil sampel pada diri Nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW., Nabi
Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh kepada Allah SWT.
2) Metode Kisah-kisah
Dikutip Abuddin Nata, Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam
mengemukakan kisah-kisah Al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan
“kelemahan manusian”. Namun, hal tersebut menurutnya digambarkannya
sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengandung
tepuk tangan atau rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan
menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan melukiskan saat
kesadaran manusia dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi.
3) Metode Nasihat
Al-Qur’an al-Karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh
hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah
yang dikenal dengan nasihat.

19

Ibid., h. 127.

16

4) Metode Pembiasaan
Cara lain yang digunakan oleh Al-Qur’an dalam memberikan materi
pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam
hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif. Kebiasaan yang
ditempatkan oleh manusia sebagai suatu yang istimewa.
5) Metode Hukuman dan Ganjaran
Dikutip Abuddin Nata, Muhammad Quthb mengatakan, bila teladan dan
nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas
yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang benar. Tindakan tegas itu
adalah hukuman.
6) Metode ceramah (Khutbah)
Ceramah atau khutbah termasuk cara yang paling banyak digunakan
dalam menyampaikan atau mengajak orang lain mengikuti ajaran yang telah
ditentukan. Metode ceeramah ini dekat dengan kata tabligh yaitu
menyampaikan suatu ajaran.
7) Metode Diskusi
Metode diskusi juga diperhatikan oleh Al-Qur’an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap suatu masalah.20
2. Al-Qur’an
a. Pengertian Al-Qur’an
Menurut Quraish Shihab, “Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “Bacaan
sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena
tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia
itu”.21
20

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005), Cet. I, h. 147-

159.
21

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. VI, h. 3.

17

Menurut Ali Ash-Shabuni “Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang bernilai
mukjizat, yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan Rasul, dengan
perantaraan malaikat Jibril a.s. yang tertulis pada mashahif.22
Menurut Kahar

Masyhur,

qoro’a-yaqro’u-qur’anan

yang artinya

membaca. Sedangkan dalam ilmu Ushul Fikih adalah Kalam Allah yang
diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW., dibaca dan dikenal orang
banyak.23
Umar Shihab mengatakan maf’ul bahwa, “Al-Qur’an adalah kitab suci
terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman hidup”.24
b. Isi Kandungan Al-Qur’an
Menurut Muhammad Chirzin secara umum kandungan Al-Qur’an yaitu
menyangkut jalan hidup yang harus ditempuh manusia. Pertama, dalam hidup
manusia berusaha meraih kebahagiaan, ketenangan dan cita-citanya. Kedua,
perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam suatu
kerangka peraturan dan hukum

tertentu. Ketiga, jalan hidup terbaik dan

terkuat manusia adalah jalan hidup berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan
emosi-emosi dan dorongan-dorongan individual maupun sosial semua
mengikuti sunnah dan kaidah yang ditentukan Allah SWT.25
Mohammad Daud Ali mengatakan “Al-Qur’an mengandung ajaran
tentang kehidupan manusia, sejarah dan eksistensinya serta arti dari keduanya.
Al-Qur’an mengandung segala pelajaran yang diperlukan manusia untuk

Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, terjemahan At-Tibyan fi
Ulumil Qur’an, penerjemah: Muhammad Qodirun Nur, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), Cet. I. h. 3.
23
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), Cet.I, h 1-2.
24
Umar Shihab, Kontekstual Al-Qur’an; Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an,
(Jakarta: Penamadani, 2005), Cet. III, h. xix.
25
Muhammad Chirzin, op. cit., h. 4.
22

18

mengetahui siapa dirinya, dari mana ia berasal, di mana ia berada sekarang, ke
mana ia akan pergi dan kepada siapa ia akan kembali”.26

Pendapat lain dari Sayyed Husain Nasr:
Bahwa al-Qur’an mengandung tiga jenis petunjuk bagi manusia.
Pertama, doktrin yang memberi pengetahuan tentang struktur kenyatan
dan posisi manusia di dalamnya. Doktrin itu berisi petunjuk moral dan
hukum yang menjadi dasar syari’at yang mengatur kehidupan manusia
sehari-hari. Kedua, petunjuk yang menyerupai ringkasan sejarah manusia,
rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci dan para Nabi sepanjang zaman
dan segala cobaan yang menimpa mereka. Ketiga, al-Qur’an berisi sesuatu
yang sulit dijelaskan dalam bahasa modern. Sesuatu itu didapat disebut
“magi” yang agung, bukan dalam arti harfiah, melainkan dalam arti
metafisis.27
c. Fungsi Al-Qur’an
Menurut Abuddin Nata, “Al-Qur’an berfungsi sebagai dalil atau petunjuk
atas kerasulan Muhammad SAW., pedoman hidup bagi umat manusia,
menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk
dalam kehidupan”.28
Quraish Shihab mengatakan bahwa “Al-Qur’an memperkenalkan dirinya
sebagai hu-danli al-nas (petunjuk untuk seluruh manusia). Inilah fungsi utama
kehadira Al-Qur’an. Dalam rangka penjelasan tentang fungsi Al-Qur’an ini,
Allah menegaskan bahwa kitab suci diturunkan untuk memberi putusan (jalan
keluar) terbaik bagi problem-problem kehidupan manusia”.29

26

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h.
103-104.
27
Sayyed Husain Nasr, Islam Dalam Cita dan Fakta, terjemah Abdurrahman Walid dan Hasyim
Wahid, (Jakarta: Leppenas, 1983), h. 27.
28
Abuddin Nata, dkk., Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), Cet. VII. h
57.
29
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2008), Cet. I, h. 26.

19

1. Pengembangan Integritas Kepribadian Anak
a. Pengertian Pengembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak
bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada
segi materil, melainkan pada fungsi fungsional.

Dari uraian ini,

perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsifungsi.30
Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses
pertumbuhan materil yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping
itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar.31
Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar.
Dengan belajar, orang memperoleh pengalaman. Pengalaman belajar meliputi
aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan
kegiatan

yang

dinamis,

karena

itu,

wajarlah

bahwa

pengetahuan,

keterampilan, dan sikap seseorang menjadi berkembang. Perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat
kedewasaan seseorang. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan
indikator penting bagi perkembangan orang itu, baik secara jasmaniah
maupun rohaniah/kejiwaan.32
b. Pengertian Integritas
Secara etimologi, integritas berasal dari bahasa Latin, integer, yang
artinya keseluruhan.integritas dapat diartikan dengan ukuran cinta dan rasa
kasih sayang seorang individu terhadap cita-cita, gagasan, dan keinginan.

30

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin pendidikan, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2006), Cet. V, h. 57.
31
Ibid., h. 57-56.
32
Ibid., h. 59-60.

20

Integritas juga didefinisikan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan
kepercayaan dan kejujuran seseorang.33
Integritas merupakan bagian dari kepribadian integritas adalah kesetiaan
pada prinsip yang dianut. Integritas adalah bersikap jujur, konsisten,
komitmen, berani, dan dapat dipercaya. Sikap ini muncul dari kesadaran
terdalam pada diri seseorangyang bersumber dari suara hati. Integritas tidak
menipu dan tidak berbohong integritas tidak memerlukan publikasi dan
popularitas.34
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, integritas didefinisikan sebagai
kebulatan atau keutuhan.35
c. Kepribadian Anak
1) Pengertian Kepribadian
Menurut Sjarkawi, “Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau
gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa
kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir”.36
Rafi

Sapuri

mendefinisikan

kepribadian,

“Secara

etimologi

kepribadian berasal dari bahasa Latin, yaitu kata persona yang berarti
topeng. Pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh para pemain
sandiwara. Kemudian lambat laun kata ini menjadi suatu istilah yang
mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang”.37

33

Eko B Supriyanto, Budaya Kerja Perbankan Jalan Lurus Menuju Integritas, (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2006), cet. I, h 36.
34
Ibid., h. 32.
35
J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996), Cet. II, h. 535.
36
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial
Sebagai Wujud Interitas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. II, h. 11.
37
Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 149.

21

2) Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut

Sjarkawi

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi

kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu:
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang
itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis
atau bawaan faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa
bawaan sejak lahir dan merupakan keturunan dari salah satu sifat
yang dimiliki satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi
gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang
tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang
berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan
terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan
pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD,
atau media cetak seperti Koran, majalah, dan lain sebagainya.38
3) Tipe Gaya Kepribadian
Dikutip Sjarkawi, Gregory membagi tipe gaya kepribadian menjadi
12 tipe, di antaranya:
a) Kepribadian yang mudah menyesuaikan diri
Seorang dengan gaya kepribadian yang mudah menyesuaikan diri
adalah orang yang memandang hidup ini sebagai perayaan dan setiap
harinya sebagai pesta yang berpindah-pindah. Orang tersebut sadar
tentang penyesuaian diri dengan orang lain, komunikatif dan
bertanggung jawab, ramah, santun, dan memerhatikan perasaan orang

38

Sjarkawi, op. cit., h. 19.

22

lain, jarang sangat agresif dan juga jarang kompetitif secara
destruktif.39
b) Kepribadian yang berambisi
Seseorang dengan gaya kepribadian yang berambisi adalah orang
yang memang benar-benar penuh ambisi terhadap semua hal. Dia
menyambut baik tantangan dan berkompetisi dengan senang hati dan
sengaja.40
c) Kepribadian yang mempengaruhi
Seseorang dengan gaya kepribadian yang mempengaruhi adalah
orang yang terorganisasi dan berpengatuhan cukup yang memancarkan
kepercayaan, dedikasi dan berdikari.41
d) Kepribadian yang berprestasi
Seseorang dengan gaya kepribadian berprestasi adalah orang yang
menghendaki kesempatan untuk bermain dengan baik dan cemerlang,
jika mungkin untuk mempesonakan yang lain agar mendapatkan
sambutan baik, kasih saying, dan tepuk tangan orang lain, dalam hal
ini berarti menerima kehormatan.42
e) Kepribadian yang Idealistis
Seseorang dengan gaya kepribadian yang idealistis adalah orang
yang melihat hidup ini dengan dua cara, yakni hidup sebagaimana
nyata

adanya

kepercayaan.43

39

Ibid., h. 13.
Ibid., h. 14.
41
Ibid.
42
Ibid.
43
Ibid., h. 15
40

dan

hidup

sebagaimana

seharusnya

menurut

23

f) Kepribadian yang Sabar
Seseorang dengan gaya kepribadian yang sabar adalah orang yang
hampir tak pernah berputus asa, ramah tamah, dan rendah hati. Dia
jarang tinggi hati dan kasar.44
g) Kepribadian yang Mendahului
Seseorang dengan gaya kepribadian yang mendahului adalah
orang yang menjunjung tinggi kualitas.45
h) Kepribadian Perseptif
Seseorang dengan gaya kepribadian perseptif adalah orang yang
cepat tanggap terhadap rasa sakit dan kekurangan, bukan hanya yang
di dalamnya sendiri, tetapi juga yang dialami orang lain, meskipun
orang itu asing baginya. Kepribadian ini biasanya adalah orang yang
bersahaja, jujur dan menyenangkan, ramah tamah dan tanggap, setia
dan adil, seorang teman sejati dan persahabatannya tahan lama.46
i) Kepribadian yang Peka
Seseorang dengan gaya kepribadian yang peka adalah orang yang
suka termenung, berintrospeksi, dan sangat peka terhadap suasana jiwa
dan sifat-sifatnya sendiri, perasaan, dan pikirannya.47
j) Kepribadian yang Berketetapan
Seseorang dengan gaya kepribadian yang berketetapan adalah
orang yang menekankan pada tiga hal sebagai landasan dari gaya
kepribadiannya, yaitu kebenaran, tanggung jawab, dan kehormatan.48
k) Kepribadian yang Ulet
Seseorang dengan gaya kepribadian yang ulet adalah orang yang
memandang hidup sebagai perjalanan, atau suatu ziarah.49
44

Ibid.
Ibid.
46
Ibid.
47
Ibid., h. 16.
48
Ibid.

45

24

l) Kepribadian yang Berhati-hati
Seseorang dengan gaya kepribadian yang berhati-hati adalah
orang yang terorganisasi, teliti, berhati-hati, tuntas, dan senantiasa
mencoba menunaikan kewajibannya secara sosial dalam pekerjaan
sebagai warga negara atau yang ada hubungannya dengan masalahmasalah keuangan.50
4) Aspek-aspek Kepribadian
Menurut Ahmad marimba, dalam buku pengantar filsafat pendidikan
agama Islam, aspek-aspek kepribadian yaitu sebagai berikut:
a) Aspek kejasmanian, yang meliputi tingkah laku luar yang mudah
Nampak dan kelihatan dari luar, misalnya: cara-cara berbuat dan
cara-cara berbicara.
b) Aspek kejiwaan, yang meliputi aspek hyang tidak segera dapat
dilihat dan diketahui dari luar, misalnya: cara berpikir, sikap dan
minat.
c) Aspek kerohanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang lebih
abstrak, yaitu filsafat hidup da