PENDAHULUAN Analisis Operasional BPJS Kesehatan terhadap Prinsip Ekonomi Syariah

86 ANALISIS OPERASIONAL BPJS KESEHATAN TERHADAP PRINSIP EKONOMI SYARIAH Mochamad Edris 1 , Dina Lusianti 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Muria Kudus email : mochedrisfeumkyahoo.com 1 ; dina.lusiantiumk.ac.id 2 Abstract Health insurance program is a government program with the concept of mutual cooperation. The program has been holding since Januari 1 st 2014. BPJS Kesehatan as organizer have contributed to the passage of a national health insurance program. Although the concept for the common interest, there are things that the different views of the MUI and PBNU in BPJS Kesehatan operationalization of Islamic economics. In the registration process for member, BPJS Kesehatan has provided a clear registration scheme. The member of BPJS Kesehatan also get the socialization and education on JKN’s program, procedures for registration and service procedures. BPJS Kesehatan in accordance with Islamic economics although there are some things that need to be followed up. Keyword : JKN, BPJS Kesehatan, Islamic Economics

1. PENDAHULUAN

Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Oleh karenanya Pemerintah menerbitkan Undang- undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Adapun jenis program jaminan sosial meliputi jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua, pensiun dan kematian. Jaminan sosial yang pertama kali diimplementasikan adalah program jaminan kesehatan. Semenjak 1 Januari 2014, Jaminan kesehatan menjadi implementasi jaminan pertama dari penyelenggaraan jaminan sosial. Kesehatan merupakan hal yang krusial bagi setiap makhluk. Dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan maka dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2011. Sebagaibentuktransformasidari PT Askes Persero, BPJS Kesehatanmerupakan badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar- besarnya kepentingan peserta. Meskipun keberadaan program JKN banyak diminati oleh Peserta, Majelis Ulama Indonesia MUI menimbang adanya tiga unsur pelanggaran dalam BPJSKesehatan. Pertama, gharar ketidakjelasan bagi peserta dalam menerima hasil dan bagi penyelenggara dalam menerima keuntungan. Kedua, mukhatharah untung-untungan, yang berdampak pada unsur maisir judi. Ketiga, Riba fadhl kelebihan antara yang diterima dan yang dibayarkan. Peserta membayar iuran setiap bulan namun tidak jelas berapa jumlah yang akan diterima. Bisa lebih besar, bisa kurang. Di situlah unsur gharar ketidakjelasan dan untung-untungan. Ketika gharar itu sangat kecil, mungkin tidak menjadi masalah. Karena hampir dalam setiap jual beli, ada unsur gharar, meskipun sangat kecil. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Universty Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189 The 3 rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189 87 ِر َﺮَﻐْﻟا ِﻊْﯿَﺑ ْﻦَﻋ َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ ُلﻮُﺳَر ﻰَﮭَﻧ ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli gharar.” HR. Muslim 1513. S ecara perhitungan keuangan bisa jadi untung, bisa jadi rugi. Peserta BPJS Kesehatan yang sakit berarti untung, sebaliknya ketika sehat berarti rugi. Namun dalam perhitungan keuangan, yang diperoleh peserta ada dua kemungkinan, bisa jadi untung, bisa jadi rugi. Sementara kesehatan peserta yang menjadi taruhannya. Jika dia sakit, dia bisa mendapatkan klaim dengan nilai yang lebih besar dari pada premi yang dia bayarkan. Karena pertimbangan ini, MUI menyebutnya, ada unsur maisir judi. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran iuran untuk Pekerja Penerima Upah, maka dikenakan denda administratif sebesar 2 dua persen per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 tiga bulan. Denda tersebut dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja. Sementara keterlambatan pembayaran iuran untuk Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar 2 dua persen per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 6 enam bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak. Pemberlakuan denda ini dapat berakibat adanyariba fadhl, yakni kelebihan antara yang diterima dan yang dibayarkan. Berbeda dengan MUI, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU dalam Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah masalah kekinian di arena Multamar ke 33 tahun 2015 menyatakan bahwa menerima dan memperbolehkan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan tergolong dalam konsep Syirkah Ta’awwun yang sifatnya gotong royong sukarela, bukan seperti asuransi yang menjadi dasar fatwa haram oleh MUI. Syirkah Ta’awwun dipahami sebagai sedekah dan saling membantu. Sebagai sedekah, masyarakat harus ikhlas dalam membayar dan bergotong royong, yang sehat membantu yang sakit. Perihal akad BPJS Kesehatan, PBNU memandang bahwa akad tersebut sudah sesuai dengan syariat Islam. Akad yang digunakan BPJS Kesehatan merupakan akad ta’awun, yakni akad yang menggunakan prinsip tolong menolong. Permasalahan Keputusan Komisi B2 Masail Fiqhiyyah Mu’ashirah Masalah Fikih Kontemporer Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se Indonesia V Tahun 2015 tentang Panduan Jaminan Kesehatan Nasional dan BPJS Kesehatan, nampaknya secara umum program BPJS Kesehatan belum mencerminkan konsep ideal jaminan sosial dalam Islam, terlebih lagi jika dilihat dari hubungan hukum atau akad antar para pihak. Namun terdapat pandangan yang lain dari PBNU yang menyatakan menerima dan memperbolehkan BPJS Kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi adalah “Polemik mengenai operasionalisasi BPJS Kesehatan terhadap Prinsip Ekonomi Syariah”. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai operasionalisasi BPJS Kesehatan apakah telah sesuai atau belum dengan kaidah syariah Islam. Secara lebih spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis proses akad antara Calon Peserta dengan BPJS Kesehhatan. 2. Menganalisis kemungkinan terjadinya mukhatharah untung-untungan yang berdampak pada unsur maisir judi. 3. Menganalisis hukum denda keterlambatan pembayaran iuran. Universty Research Colloquium 2016 ISSN XX-XX 88

2. KAJIAN LITERATUR