Memahami Bisnis Perusahaan Formal dan Terintegrasi

BAB II PEMBAHASAN

A. Manajemen Risiko yang Baik mencakup tiga hal yaitu:

1. Formal dan sitematis

Formal merupakan kegiatan manajemen risiko yang dilakukan secara resmi oleh suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan tertentu dan mendapat dukungan dari Top Manajemen

2. Terintegrasi

Menunjukan bahwa suatu kegiatan tersebut menyatu dengan kegiatan yang lainnya dalam organisasi atau perusahaan, khususnya kegiatan lini dari suatu organisasi dikarenakan dalam suatu institusi atau unit usaha tidak dapat berdiri sendiri melainkan adanya keterkaitan dengan unit lainnya.

3. Komperhensif

Menunjukan bahwa manajemen risiko bukan kegiatan parsial melainkan kegiatan yang menyeluruh. Kegiatan manajemen risiko bukan hanya pekerjaan bagi manajer risiko, namun merupakan pekerjaan lini juga.

B. Manajemen Risiko yang Baik Mencakup Elemen-Elemen berikut ini:

1. Memahami Bisnis Perusahaan

Salah satu kunci keberhasilan manajemen risiko perusahaan adalah memahami bisnis perusahaannya. Manajemen risiko bukan hanya tanggung jawab direksi atau 5 | P a g e manajer, melainkan semua anggota perusahaan memiliki tanggung jawab atas manajemen risiko. Semua pihak dalam perusahaan harus menyadari bahwa pekerjaannya akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Dengan memahami bisnis perusahaan diharapkan seluruh potensi yang dapat menyebabkan risiko dapat diidentifikasi dengan baik sehingga dapat mendorong terciptanya konsep manajemen risiko yang sesuai dengan perusahaan karena untuk semua model manajemen risiko tidak bisa di terapkan sama untuk semua situasi, harus ada penyesuaian-penyesuaian terhadap risiko-risiko yang sedang dihadapi. Disamping itu dengan memahami bisnis perusahaan akan menghasilkan pelaksanaan manajemen risiko yang berbeda dengan perusahaan lain yang dapat diimplementasikan dengan baik.

2. Formal dan Terintegrasi

Dalam pengelolaan risiko yang efektif, perusahaan harus membuat manajemen risiko yang formal, yang merupakan suatu upaya khusus dan didukung oleh perusahaan. Secara singkat, manajemen risiko formal mencakup tiga hal yaitu: a Infrastruktur Keras : Ruang kerja, struktur organisasi, komputer, model statistik, dan sebagainya b Infrastruktur Lunak : Budaya kehati-hatian, organisasi yang responsif terhadap risiko, dan sebagainya c Proses Manajemen Risiko : Identifikasi, pengukuran, dan pengelolaan risiko Disamping pengelolaan risiko secara formal, risiko perlu dikelola secara integratif. Bagan dibawah ini merupakan perbandingan antara paradigma manajemen risiko yang lama dengan yang baru yaitu: Paradigma Lama Paradigma Baru  Pengelolaan risiko dilakukan secara terpisah oleh masing-masing departemen atau fungsi. Perhatian lebih kepada akuntansi dan audit internal  Terintegrasi: manajemen risiko dikoordinasikan oleh eksekutif level puncak, setiap orang melihat manajemen risiko sebagai bagian dari pekerjaan mereka 6 | P a g e  Ad-hoc: manajemen risiko dilakukan jika manajer merasa perlu untuk melakukannya  Terus menerus: manajemen risiko merupakan proses yang berkelanjutan  Fokus yang lebih sempit: terutama memfokuskan pada risiko yang diasuransikan dan risiko keuangan  Fokus luas: semua risiko bisnis dan kesempatan bisnis diperhatikan. Fokus dalam paradigma baru lebih luas sehingga bisa diidentifikasikan sebagai kejadian atau tindakan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kemampuan perushaan untuk menjalankan strateginya dan mencapai tujuannya. Kata tambahan manajemen terhadap risiko mempunyai implikasi bahwa risiko dikelola dengan cara: 1. Formal : menggunakan sumber daya perusahaan untuk mengelola risiko dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan nilai perusahaan. 2. Terintegrasi : mempunyai keuntungan seperti lebih menyeluruh semua risiko dilihat, biaya pendanaan lebih kecil seperti premi asuransi lebih murah, dan menghilangkan ketidakkonsistenan antarbagian dalam persahaan. Untuk mencapai manajemen risiko yang terintegrasi secara formal, perusahaan dapat melakukan langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikas semua risiko dan merangking risiko prioritas risiko 2. Beberapa perusahaan mengunakan sesi brainstroming gabungan antara manajer perusahaan dengan konsultan untuk mengidentifikasi semua risiko. Langkah berikutnya adalah merangking risiko tersebut sehingga dapat dilihat urutasn prioritasnya. Manajer dalam hal ini dapat diminta untuk memberi rangking risiko-risiko yang diidentifikasi dengan menggunakan dimensi tertentu 3. Menghitung probabilitas dan dampak risiko secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif tersebut memungkinkan perusahaan menghitung dampak tersebut lebih akurat, meskipun tidak semua rasio dapat dikuantitatifkan. 4. Melihat ketidakkonsistenan antarbagian, melihat efek diversifikasi risiko- risiko yang ada di perusahaan, sekaligus melihat kesempatan untuk penghematan dalam pendanaan risiko. 7 | P a g e

3. Mengembangkan Infrastruktur Risiko