Kearifan dalam Pengelolaan DAS Kearifan Tanam-Menanam

250 komoditi untuk keamanan pangan dan pendapatan, termasuk antisipasi perubah- an harga komoditi di pasaran, sehingga mengurangi tekanan terhadap sumberda- ya lahan dan hutan akibat ketidakstabilan ekonomi.

3. Revitalisasi Kearifan Lokal

Dalam konteks pemanfaatan sumber- daya alam, masyarakat lokal memiliki fi- losofi dan konsep pemanfaatan yang da- pat memaduserasikan hubungan antara alam dengan ternak dan manusia yang di- terjemahkan dalam berbagai tindakan praktis, di antaranya adalah : a. Pahomba Hutan Pahomba sacred forest ada- lah satuan wilayah hutan tertentu yang melalui suatu kesepakatan adat ditetapkan sebagai hutan suci atau pamali dan ma- syarakat dilarang melakukan aktivitas yang bersifat eksploitasi dalam kawasan hutan dan bagi pihak yang melanggar ke- sepakatan adat akan menerima sanksi adat yang sangat berat Datta et al ., 1994. Hutan Pahomba memiliki bera- gam manfaat dan peruntukannya, di an- taranya sebagai sarana upacara bagi penganut kepercayaan Marapu , meme- lihara sumber mata air dan konservasi lingkungan. Melalui kesepakatan adat, setiap marga kabisu diwajibkan memiliki Hutan Pahomba dengan luas yang berva- riasi dan pemanfaatannya dilakukan seca- ra berkala. Dalam perkembangannya, penghor- matan masyarakat terhadap Pahomba mulai menurun karena proses interaksi sosial, masuknya nilai-nilai baru, dan ber- kurangya penduduk penganut Marapu . Kenyataan ini merupakan tantangan un- tuk melakukan adaptasi nilai, sehingga nilai-nilai positif dari luar diharapkan da- pat memperkaya nilai lokal. Proses pe- warisan nilai masih berjalan lambat, na- mun secara umum masih terlihat bahwa nilai adat yang positif dalam menata hu- bungan masyarakat dengan alam dan lingkungan masih dihormati dan dipeliha- ra oleh masyarakat. Penghargaan ini berkaitan dengan keberadaan Pahomba sebagai simbol sosial ekologi keberadaan setiap suku marga dalam interaksi sosial- nya, baik dengan komunitas masyarakat setempat maupun pemanfaatan sumber- daya alam secara berkelanjutan.

b. Kearifan dalam Pengelolaan DAS

Dalam hubungannya dengan pengelo- laan lanskap DAS, masyarakat lokal su- dah menata hubungan hulu dan hilir de- ngan pendekatan ekosistem. Salah satu bentuk kearifan lokal adalah konsep pe- ngelolaan DAS yang disebut Ambu hulu- ladaya namarada lakatiku matawai, am- bu punggu lapiya na omanggu lakiri . Konsepsi ini memberikan pemahaman bahwa manusia tidak boleh merusak, me- nebang, dan membakar daerah hulu su- ngai, supaya kawasan hilir jangan menga- lami kekeringan atau banjir.

c. Kearifan Tanam-Menanam

Kearifan dalam hubungannya dengan pengelolaan lahan milik melalui pena- naman tanaman dijumpai dalam komuni- tas masyarakat, terutama yang bermukim pada daerah hulu DAS Kambaniru, salah satunya di Desa Ramuk. Pengalaman dari berbagai interaksi dengan kegiatan berco- cok tanam, memelihara ternak, dan me- ramu, menimbulkan kesadaran baru yang dikemas dalam konsep Wulu tanji ngudu, mila hala tana . Konsep ini mengandung pengertian dan keyakinan dari masyara- kat menanam pohon-pohonan harta tidak bergerak lebih penting dibandingkan de- ngan memelihara ternak. Pengalaman te- lah menuntun masyarakat mengalami transformasi pemikiran, bahwa memeli- hara ternak dalam jumlah banyak sangat merepotkan, membutuhkan tenaga dan waktu untuk menggembalakannya. Kon- disi inilah yang mendorong masyarakat untuk mulai menanam tanaman produktif harta tidak bergerak pada lahan milik agar dapat memberikan manfaat diversi- fikasi pendapatan dan konservasi ling- kungan. Dalam perkembangannya, konsep ter- sebut makin menyatu dalam aktivitas 251 keseharian masyarakat dalam wujud Omanggu paturu, pingi lata luri . Masya- rakat sudah lebih maju, tidak sekedar me- nanam tetapi sudah mengarah pada pe- ngembangan hutan keluarga. Hutan ke- luarga dipandang sebagai fondasi kehi- dupan, sehingga mendorong masyarakat mengintegrasikan pengembangan hutan keluarga pada setiap aktivitas pertanian lahan kering dengan kisaran luas antara 0,5 ha sampai 2 ha.

3. Pengelolaan Terpadu