Pertama, masih terdapat resistensi

2 perlu dilakukan suatu penelitian dengan fokus pada sisi supply dan sisi demand dalam rangka mengoptimalkan penyaluran kredit bagi UMKM. Kata Kunci: Skema Kredit UMKM; Karakteristik UMKM; dan Sektor Ekonomi Unggulan.

I. Latar Belakang

Usaha mikro, kecil dan menengah UMKM selalu hadir karena memang diperlukan. UMKM ini selalu pula dapat membuktikan ketahanannya, terutama ketika bangsa kita dilanda badai krisis ekonomi tampak jelas sejak Juli 1997. UMKM ini tampak merupakan salah satu sektor usaha penyangga utama yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Namun, dukungan pembiayaan modal kerja dan investasi serta cakupan pendanaan yang diperlukan lainnya terhadap pengembangan UMKM masih sangat kurang memadai. Terdapat banyak pula indikasi lain tentang diperlukannya suatu kajian lebih mendalam dan komprehensif, khususnya pada aspek yang lebih sensitif dan esensial terkait dengan penyaluran bantuan dana kredit dari perbankan di daerah bagi UMKM. Berbagai studi sebelumnya Yunus, 1997, 2001, dan 2003 telah menunjukkan bahwa UMKM memiliki permasalahan yang sangat kompleks dimana dapat mencakup: bidang kebijakan policy, pengembangan dan pelayanan bisnis Business Support, pembiayaan usaha SME-Micro finance, infrastruktur, koordinasi program UMKM di daerah Coordination of SME-Micro programs in the local area, dan integrasi serta kerjasama nasional dan regional seperti East ASEAN Growth Area EAGA. Khusus tentang pengamatan atas aspek pembiayaan UMKM untuk wilayah Sulsel dapat dikemukakan beberapa catatan awal Yunus, 2003; Robinson, 2004; Untoro,

2004. Pertama, masih terdapat resistensi

secara umum dari pihak perbankan daerah dalam melaksanakan penyaluran kredit bagi UMKM yang ternyata dianggap lebih bersifat fund channelling saja ketimbang sebagai fungsi intermediasi yang memiliki perspektif komersial yang menjanjikan keuntungan. Kedua, dari sisi UMKM tampak masih selalu menganggap adanya kendala birokrasi yang memunculkan kurangnya akses pada kredit perbankan di samping tidak cukupnya aset mereka untuk jaminan collateral. Ketiga, masalah kurang tersedianya dana dan sumber pendanaan dengan biaya dana yang terjangkau, begitu pula terbatasnya lembaga penyedia jasa keuangan atau penyalur modal bagi UMKM termasuk lembaga non-bank di daerah. Kempat, terjadinya double financing, kompetisi 2 tidak adil, lemahnya informasi dan jaringan, baik antara UMKM maupun antar penyedia jasa keuangan bank dan non- bank serta lembaga terkait lainnya yang kemudian potensial melahirkan masalah moral hazard dan adverse selection. Kelima, diperlukan semacam bantuan advokasi, pembinaan atau suatu hasil kajian komprehensif yang dapat mendorong dan lebih memungkinkan UMKM untuk memenuhi kriteria pendanaan lending criteria dan pemahaman cakupan pendanaan perbankan, mengingat terdapat pula berbagai keluhan dan harapan dari pihak UMKM untuk kiranya dapat memperoleh sumber dana langsung melalui suatu skema pembiayaan yang lebih efektif dari pihak donor internasional: ADB, WB dan IDB misalnya tanpa melalui intermediasi dari perbankan. Studi ini diarahkan untuk menitikberatkan pengamatan pada pola alokasi kredit perbankan daerah yang termasuk dalam kategori kredit UMKM di daerah kabupatenkota. Program-program dan pola pembiayaan UMKM bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga di kabupatenkota Sulsel yang telah dilakukan oleh perbankan daerah serta mendapat dukungan dari peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia belum terasa manfaatnya. Terutama secara riil belum memberi efek yang berarti bagi peningkatan pendapatan masyarakat yang bergerak pada bidang usaha UMKM agribisnishortikultura, perikanankelautan, dan industri rumahtangga. Karenanya, studi ini menarik dan perlu dilakukan atas berbagai alasan, antara lain: a. Belum adanya fokus pada program khusus untuk pembiayaan UMKM bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga di kabupatenkota Sulsel yang dilakukan oleh perbankan daerah. b. Adanya kendala dalam penyaluran skema kredit UMKM dari sisi perbankan dan dari sisi pengusaha UMKM pada bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumah tangga di kabupatenkota Sulsel. c. Belum adanya peta penyaluran kredit perbankan daerah bagi UMKM menurut tipologi UMKM dan kategori kelompok bank serta memformulasikan batasan atau indikator optimal penyaluran kredit UMKM pada bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan 3 dan kelautan, dan industri rumah tangga di Sulsel. d. Belum adanya peta tipologi UMKM menurut sektor industri atau komoditas di daerah kabupatenkota Sulsel.

II. Perumusan Masalah