Kendala yang berasal dari kepala sekolah adalah kebijakan yang tidak kondusif atau tidak konsisten dalam menciptakan manajemen BK yang baik. Salah satu contoh yang dapat
dikemukakan adalah sebagian besar kebijakan sekolah yang masih menempatkan BK sebagai pihak yang harus menangani disiplin sekaligus menegakkan tata tertib. Namun kadang ada juga
perintah yang menuntut terselenggaranya BK secar profesional sesuai kode etik. Kedua hal di atas sulit digabungkan karena bertentangan fungsinya, sehingga menyulitkan guru pembimbing
melaksanakan tugas, khususnya dalam konseling. Masalah pemahaman guru dan juga siswa terhadap tujuan dan fungsi konseling adalah
hal yang paling menghambat. Konseling akan sulit dilaksanakan bila guru dan siswa masih memandang bahwa panggilan untuk konseling berarti siswa tersebut telah berbuat pelanggaran.
Konsultasi sebagai suatu wawancara antara guru pembimbing dan siswa memang kadang dilakukan, namun sifatnya insidentil. Padahal jika konsultasi tersebut dapat berjalan dengan baik
maka akan menjadi tahap awal bagi terlaksananya konseling yang mengentaskan masalah siswa. Oleh karena itu kiranya perlu diteliti lebih jauh apakah konsultasi yang intensif ataupun terjadual
akan dapat dilaksanakan. Dan apakah dengan konsultasi terjadual tersebut akan dapat berpengaruh pada peningkatan minat siswa untuk konseling adalah hal yang perlu diketahui.
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti adalah bagaimana meningkatkan minat konseling melalui konsultasi terjadual. Peningkatan minat konseling siswa sebagai variabel Y, sedangkan metode
konsultasi terjadual sebagai variabel X. Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1. Desain Penelitian
Variabel X Variabel Y
Peningkatan minat konseling siswa diukur melalui angket yang berisi tentang minat siswa untuk mengikuti konsultasi , tempat konsultasi, pemahaman tentang tujuan
konsultasi, kepercayaan kepada guru pembimbing, dan sikap siswa mengikuti konsultasi. Konsultasi terjadual adalah konsultasi yang dilakukan oleh siswa dengan guru pembimbing
secara tetap dan terjadual untuk waktu tertentu.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membuat jadual konsultasi yang baik dan efektif sehingga dapat dilaksanakan sesuai rencana.
2. Bagaimana gambaran minat konseling siswa. 3. Apakah konsultasi terjadual dapat meningkatkan minat konseling siswa untuk mengentaskan
masalah yang dialaminya.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana membuat jadual konsultasi yang baik dan efektif. 2. Untuk mengetahui bagaimana minat siswa mengikuti konseling.
3. Mengetahui sejauhmana konsultasi terjadual dapat meningkatkan minat konseling siswa. KONSULTASI TERJADUAL
MINAT KONSELING SISWA
F. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa konsultasi yang dilaksanakan bukanlah tujuan yang ingin dicapai tetapi proses menuju pemberian layanan konseling kepada setiap siswa
tanpa kecuali. Sehingga tujuan utama pelaksanaan kegiatan konsultasi ini adalah :
1. Menjadikan konsultasi sebagai langkah awal guna menarik minat siswa untuk mengikuti konseling dalam pengentasan masalah yang dialaminya.
2. Menjadikan konseling sebagai layanan utama kepada siswa. Bagi siswa yang memiliki masalah berat ataupun ringan semuanya diharapkan terentaskan. Sedangkan yang tidak
memiliki masalah akan diberikan bekal pengetahuan atau keterampilan sebagai bentuk preventif sehingga mereka dapat tercegah atau mampu terhindar dari masalah yang
mungkin akan dihadapinya.
3. Memberi motivasi kepada guru pembimbing untuk secara aktif serta ”tidak menunggu bola” dalam memberi pelayanan konseling terhadap siswa.
4. Mengubah pemahaman yang salah terhadap kegiatan konseling ataupun kegiatan bimbingan secara umum baik oleh guru atau pun siswa yang menganggap berhubungan
dengan BK hanyalah bagi orang yang bermasalah atau melakukan pelanggaran tata tertib saja.
5. Mengoreksi pandangan keliru dari guru lain bahwa Guru pembimbing hanya wajar bila memanggil siswa yang tidak mampu mengatasi masalah sendiri atau tidak mandiri dalam
menyelesaikan problem yang dialaminya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori