TA : Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Perguruan Tinggi Dengan Metode Analytical Hierarchy Process.

(1)

DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Oleh :

Nama : IMAM GHOZALI

NIM : 98.41010.5009 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan banyaknya jurusan di perguruan tinggi sekarang serta berbagai fasilitas yang ditawarkan seringkali calon mahasiswa kesulitan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Dengan pertimbangan tersebut maka sebaiknya calon mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal, seperti yang ditulis dalam buku “Jurusan Apa Buat Kamu?” karya M. Sinar Dinarga, dkk dijelaskan tentang beberapa alasan dalam memilih perguruan tinggi yaitu perkembangan ilmu, peningkatan jenjang studi, peningkatan jenjang karir/profesi, cita-cita, kebutuhan dunia kerja. Dengan memperhatikan beberapa alasan tersebut maka calon mahasiswa dapat memilih jurusan yang nanti berguna bagi calon mahasiswa ke depan.

Beberapa masalah mengapa calon mahasiswa kesulitan dalam memilih jurusan antara lain kurangnya informasi mengenai jurusan pada perguruan tinggi, kurang dapat menyesuaikan kemampuannya dengan jurusan yang dipilih, belum dapat melihat relevansi pendidikan jurusan dengan kebutuhan kerja akan datang dan adanya tekanan dari orang tua.

Dari beberapa alasan permasalahan di atas apabila digambarkan secara sederhana akan membentuk sebuah hirarki pengambilan keputusan dengan topik permasalahan memilih jurusan pada perguruan tinggi sebagai puncak hirarki. Kriteria dari alasan tersebut yang dapat dijadikan faktor untuk mendukung prioritas penentuan pemilihan jurusan pada perguruan tinggi tersebut. Maka


(3)

yang ditemukan oleh Prof. T.L Saaty yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan pengambilan keputusan pemilihan jurusan di perguruan tinggi yang dapat memberikan beberapa alternatif pilihan jurusan. Karena ada bermacam-macam kriteria yang ada dan juga berbermacam-macam-bermacam-macam alternatif, karena metode

Anaitycal Hierarchy Process ini mempunyai kemampuan untuk memecahkan

masalah yang mempuyai multiobjective dan multicriteria.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat sistem pendukung keputusan dalam memilih jurusan di perguruan tinggi bagi calon mahasiswa.

2. Bagaimana membuat sistem yang dapat memberikan alternatif - alternatif pilihan jurusan dengan beberapa kriteria menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dari sistem ini adalah:

1. Sistem ini dibuat untuk calon mahasiswa yang kesulitan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi di mana data yang digunakan dari lembaga bimbingan belajar Sony Sugema College ( SSC ) Surabaya dan data konsultasi psikologis yang digunakan dari Lembaga Konsultasi Persona_Integra Surabaya.


(4)

2. Kriteria yang digunakan dalam sistem ini ada lima, yaitu: a. Perkembangan ilmu

b. Peningkatan jenjang studi

c. Peningkatan jenjang karir/profesi d. Kebutuhan dunia kerja

e. Cita – cita

Dimana kriteria-kriteria tersebut menurut M. Dinar Sinarga, dkk (2004) dan sistem ini maksimal sepuluh kriteria.

3. Alternatif pilihan jurusan dibatasi sebanyak tiga alternatif dan maksimal sepuluh alternatif jurusan perguruan tinggi disebabkan setiap penerimaan mahasiswa baru hanya ada tiga pilihan jurusan di perguruan tinggi.

4. Sistem ini tidak termasuk proses skoring pembuatan model tes psikologis dan pembuatan norma dari semua tes psikologis dalam hal ini dilakukan oleh pakar psikologis.

5. Sistem ini di tujukan untuk peserta calon mahasiswa yang mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) perguruan tinggi negeri.

1.4 Tujuan

Tujuan pembuatan sistem ini adalah membuat sistem pendukung keputusan untuk membantu calon mahasiswa dalam pemilihan jurusan perguruan tinggi dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process.


(5)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah dan penjelasan permasalahan secara umum, perumusan masalah serta batasan masalah yang dibuat, tujuan dari pembuatan tugas akhir ini dan sistematika penulisan buku ini. BAB II LANDASAN TEORI

Menjelaskan secara singkat teori-teori yang berhubungan dan mendukung dalam pembuatan tugas akhir ini.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Menguraikan tentang perancangan Metodologi Penelitian, Analisis Sistem, Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship serta struktur database yang digunakan dalam pembuatan sistem ini.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Membahas mengenai implementasi dari aplikasi yang dibuat secara keseluruhan dan memberikan penjelasan dari rancangan input dan output. Melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat untuk mengetahui apakah aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan pembahasan sistem yang telah diimplementasikan dan saran bagi pengembangan sistem yang telah dibuat.


(6)

5

2.1 Lembaga Pendidikan Tinggi

Lembaga pendidikan tinggi menyediakan sumber daya, sarana dan prasarana untuk merangsang terjadinya interaksi antar warga civitas akademica. Di Indonesia lembaga pendidikan seperti Akademi, Sekolah Tinggi dan Universitas disebut dengan Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi itu sendiri berarti lembaga ilmiah terdiri dari masyarakat ilmiah yang bertanggung jawab dan berkewajiban untuk melaksanakan peranan atau fungsi guna mencapai tujuan pendidikan, secara bersama saling menunjang dalam kerangka pelaksanaan proses pendidikan yang efektif. Pendidikan tinggi membekali mahasiswa dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kematangan emosi. Jurusan dalam perguruan tinggi adalah suatu bidang ilmu yang menjurus pada arah spesialisi dari suatu program pendidikan (Taliziduhu Ndraha,1998).

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi

Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum dapat diolah menjadi suatu informasi. Sedang Informasi adalah data yang telah berubah menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penggunanya.

Sistem Informasi adalah sekumpulan prosedur yang telah diubah sehingga apabila dijalankan dapat menyediakan informasi yang mempuyai kualitas dan nilai tertentu.


(7)

Kualitas sistem informasi tergantung tiga hal yaitu:

1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan serta harus jelas mencerminkan maksud informasi.

2. Tepat Waktu, berarti informasi yang masuk pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan, jika informasi diperoleh terlambat maka pengguna tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.

3. Relevan, berarti yang bermanfaat bagi pemakai harus sesuai untuk tiap-tiap orang yang berbeda-beda.

Nilai informasi diketahui dari dua hal yaitu manfaat dan biaya, suatu informasi dikatakan bernilai apabila manfaatnya lebih berguna dari pada biaya mendapatkan informasi tersebut(Dadan Umar Dhaini, 2001).

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sarana atau alat bantu untuk mendukung suatu bentuk keputusan, untuk membantu manusia khususnya para pengambil keputusan. Setiap keputusan itu bertolak dari beberapa kemungkinan atau alternatif yang dipilih. Setiap alternatif merupakan konsekuensi yang berbeda-beda, pilihan yang diambil dari alternatif-alternatif itu harus dapat memberikan kepuasan karena kepuasan merupakan salah satu aspek paling penting dalam keputusan.

2.4 Analisis Tes Psikologis

Tes psikologis adalah suatu tes yang dapat memberikan data untuk membantu para calon mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman diri


(8)

(self-understanding), penilaian diri (self-evolution), dan penerimaan diri (self-acceptance). Juga hasil pengukuran psikologis dapat digunakan calon mahasiswa untuk meningkatkan potensi dirinya secara optimal dan mengembangkan eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu. Di samping itu pengukuran psikologis berfungsi dalam memprediksi, memperkuat dan meyakinkan para calon mahasiswa dalam pemilihan jurusan. Dalam menyajikan fungsi-fungsi hasil pengukuran psikologis, tes psikologis dapat digunakan sebagai alat prediksi, suatu bantuan diagnosis, suatu alat pemantau (Monitoring), dan sebagai instrument evaluasi (Dewa Ketut Sukardi, 2003).

Berdasarkan keputusan yang akan diambil dalam pengukuran psikologis, maka tes psikologis mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Seleksi

Yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih, misalnya bimbingan tes masuk perguruan tinggi atau tes seleksi suatu jenis jabatan tertentu. Berdasarkan hasil tes psikologis yang dilakukan maka jurusan apa saja yang sesuai dengan karakter dan kemampuan kita.

2. Fungsi Klasifikasi

Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis, misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah yang sejenis, sehingga dapat diberikan bantuan yang sesuai dengan masalahnya atau mengelompokkan siswa ke dalam program khusus tertentu.

3. Fungsi Deskripsi

Yaitu hasil tes psikologis yang telah dilakukan tanpa klasisfikasi tertentu, misalnya melaporkan profil seseorang yang telah dites dengan tes minat.


(9)

4. Fungsi Evaluasi

Yaitu untuk mengetahui suatu tindakan yang telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu telah dicapai atau belum, atau seberapa hasil yang ditimbulkan oleh suatu tindakan tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang.

5. Menguji Hipotesis

Yaitu untuk mengetahui apakah hipotesis yang dikemukakan itu benar atau salah, misalnya seorang peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut: ” makin terang lampu yang digunakan untuk belajar makin baik prestasi belajar yang akan dicapai”. Untuk menguji betul atau salah hipotesis yang dikemukakan itu dapat dilakukan suatu eksperimen. Dan akhir eksperimen dilakukan tes.

Tujuan pengukuran psikologis dalam bimbingan tes calon mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Agar calon mahasiswa mampu mengenal aspek-aspek diriya seperti kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya.

2. Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan calon mahasiswa dapat menerima keadaan dirinya secara lebih objektif.

3. Membantu calon mahasiswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek dalam dirinya

4. Membantu calon mahasiswa untuk dapat mengelola informasi dalam dirinya. 5. Membantu calon mahasiswa agar dapat menggunakan informasi dirinya


(10)

2.5 Intelligen Struktur Tes

Intelligen Struktur Tes atau IST adalah tes intelegensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt Jerman pada tahun1953. Intellegency merupakan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara terstruktur dan dipercaya bahwa struktur intelligensi tertentu menggambarkan pola bekerja yang tertentu yang akan cocok dengan tuntutan pekerjaan/profesi tertentu pula. Tes ini dikonstruksikan untuk usia 14 tahun sampai dengan 60 tahun setelah melalui uji coba ± 4000 orang. Di Indonesia telah dikembangkan, pada awalnya hanya digunakan oleh psikologi Angkatan Darat ( Astrid Wiratna, 1993).

Faktor-faktor subtes atau component dan interpretasi dalam tes psikologis penjurusan perguruan tinggi seperti yang terlihat dalam tabel 2.1

Table 2.1 Subtes dan Interpretasi Tes Psikologis

No Kode Subtes Interpretasi

1 SE SATZERGANZUNG

( Sentence Completion )

Daya Pikir Kongkret – Praktis 1. Dapat membuat penilaian 2. Common Sense

3. Menekankan pada hal-hal kongkret praktis

4. Mampu berhadapan dengan realitas

2 WA WORTAUSWAHL

(Word Choice)

Daya Pikir Induktif Verbal

1.Dapat menangkap pengertian isi dari sesuatu yang berbentuk bahasa

2.Rasa Bahasa

3.Kemampuan menghubungkan

4.Ada unsur Reseptif

3 GE GEMEINSAMKEITEN

(Similarity)

Daya Abstraksi

1.Mampu membangun gagasan

2.Berfikir logis melalui bahasa

4 AN ANALOGEN

(Analogy)

Daya Pikir Analogi

1.Kemampuan mengkombinasi

2.Kelincahan dan fleksibilitas dalam berfikir

3.Kemampuan melawan keputusan


(11)

No Kode Subtes Interpretasi

5 RA RECHNENAUFGABEN

(Arithmetic)

Daya Pikir Praktis Bilangan 1.Berfikir praktis aritmatis 2.Berfikir logis matematis 3.Penalaran

6 ZR ZAHLENREIHEN

(Number Arrangement)

Daya Pikir Induktif Bilangan 1.Berpikir teoritis dengan bilangan 2.Kelincahan dan Flexibilitas

berpikir

7 FA FIGURENAUSWAHL

(Figure Choice)

Daya Bayang

1.Kemampuan membayangkan

2.Kaya akan bayangan

3.Mampu benar-benar melihat

8 WU WURFELAUFGABEN

(Cubes Task)

Daya Bayang Ruang 1.Ada Kemampuan analitis

2.Tidak tergantung pada pendidikan konvensional

9 ME MERKAUFGABEN

(Memorizing)

Daya Ingat

1.Kemampuan menghafalkan

2.Kemampuan mengingat yang telah dipelajari

3.Kemampuan mengingat sesuatu dalam jangka waktu lama 4.Ingatan

10 JML Jumlah Nilai Kecerdasan Tingkatan Kecerdasan / IQ

2.6 Analytical Hierarchy Process

The Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu bentuk model

pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi beberapa kekurangan dari model-model yang lain. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompok dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Perbedaan mencolok antara model AHP dengan model pengambilan keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada


(12)

umumnya memakai input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder. Otomatis, model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “Expert” sebagai input utamanya. Kriteria di sini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah genius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena merupakan input yang kualitatif atau persepsi manusia maka model ini dapat mengolah juga hal-hal kualitatif disamping hal-hal yang kuantitatif. Pengukuran hal-hal kualitatif, seperti dijelaskan di atas, menjadi hal-hal yang sangat penting mengingat makin kompleksnya permasalahan di dunia dan tingkat ketidakpastian yang makin tinggi. Apabila hal-hal tersebut diabaikan maka ada kemungkinan terjadi kesalahan sehingga menjadi kerugian. Jadi bisa dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif, memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus (Bambang Permadi S. SE).

Kemampuan AHP adalah memecahkan masalah yang “multiobjective” dan “multicriteria”. Hal ini disebabkan karena fleksibilitasnya yang tinggi terutama dalam pembuatan hirarkinya. Sifat fleksibel tersebut membuat model AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah hirarki.

2.6.1 Dasar -dasar Analtycal Hierarchy Process

Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku politis, yaitu merupakan model keputusan dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusan.


(13)

Ada kalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara numerik, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model pendukung keputusan lainnya ikut di pertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP.

Adapun model umum dari AHP adalah sebagai berikut: Jenjang 1: Goal / Tujuan,

Merupakan tujuan akhir dari permasalahan yang ada yaitu menentukan pilihan jurusan yang terbaik untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Jenjang 2: Kriteria,

Merupakan beberapa unsur atau pertimbangan yang mempengaruhi dalam menentukan pilihan jurusan perguruan tinggi untuk selanjutnya diperiksa konsistensinya sehingga menghasilkan nilai terbaik di antara beberapa kriteria yang ada.

Jenjang 3: Alternatif,

Merupakan beberapa pertimbangan tiap-tiap jurusan yang ada untuk diolah melalui perhitungan matriks dengan tidak mengabaikan nilai kriteria untuk menghasilkan hasil rangking pilihan jurusan yang tepat yang digunakan oleh calon mahasiswa sebagai acuan dalam menentukan jurusan.

Prinsip-prinsip dalam menyelesaikan persoalan dengan Analytical Hierarchy Process yaitu:

Decomposition, berarti memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan


(14)

terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisa ini di namakan hirarki .

Comparative judgement, Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena penilaian akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini sebaiknya disajikan dalam bentuk matriks yang disebut pairwise

comparison. Agar diperoleh skala prioritas yang bermanfaat ketika

membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban harus memiliki pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang di bandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.

Synthesis of priority. Dari setiap matriks pairwise comparison, didapatkan localpriority. Sedangkan untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara localpriority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.

Logical constistency. Konsistensi memiliki dua makna, yaitu: Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan ke dalam himpunan yang seragam jika kriterianya adalah bulat. Kedua adalah tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.


(15)

2.6.2 Aksioma -aksiomaAnalitycal Hierarchy Process

Aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau pasti terjadi. Ada empat buah aksioma yang harus diperhatikan oleh pemakai model AHP dan pelanggaran dari setiap aksioma berakibat tidak validnya model yang dipakai (Bambang Permadi S, SE, 1992). Keempat aksioma tersebut adalah: Aksioma 1:

Resiprocal Comparison, artinya si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih di sukai dari A dengan skala 1/x.

Aksioma 2:

Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain.

Aksioma 3:

Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh obyektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah ke atas. Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau bergantung oleh elemen-elemen level di atasnya.

Aksioma 4:

Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki di asumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi, maka pengambil


(16)

keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

2.6.3 Langkah pembentukan model Analitycal Hierarchy Process

Secara garis besar, aplikasi dari model AHP dilakukan dalam dua tahap yaitu: Penyusunan Hirarki dan Evaluasi Hirarki. Penyusunan hirarki merupakan bagian terpenting karena dari sinilah validitas dan keampuhan model dapat di uji. Proses penyusunan hirarki secara praktis adalah sebagai berikut (Thomas L. Saaty, 1986):

1. Medefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan dan kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan penilaian dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen di bandingkan dengan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh penilaian sebanyak x [(n-1)/2] buah, dengan n banyaknya elemen yang dibandingkan.

5. Menghitug nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis


(17)

penilaian dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilai lebih dari 10 % maka penilaian data harus diperbaiki.

2.6.4 Skala prioritas

Skala prioritas menyatakan ukuran perbandingan diantara alternatif yang menyatakan preferensi (Thomas L. Saaty, 1986), seperti yang terlihat di tabel 2.2.

Tabel 2.2. Skala Prioritas Skala Prioritas

9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu sangat penting dibanding yang lain 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lain

1 Kedua elemen sama penting

2,4,6,8 Skala di antara nilai-nilai tersebut Resiprokal Nilai kebalikan dari preferensi

Adanya suatu standar atau batasan tertentu dalam skala prioritas didasarkan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Perbedaan hal-hal yang kualitatif akan mempunyai arti dan dapat dijamin kekuatannya apabila dibandingkan dalam besaran yang sama dan jelas. Sebagai contoh, kita tidak akan dapat membandingkan dua hal apabila kita melihat hal yang satu dari sisi suka sedangkan hal lainnya dari sisi penting. Harus ada suatu standar bagaimana seseorang menyatakan persepsinya akan kedua hal tersebut sehingga dapat dimengerti dengan jelas.


(18)

2. Secara umum seorang dapat menyatakan perbedaan hal-hal kualitatif dalam lima istilah yaitu sama, lemah, kuat, sangat kuat dan absolut. Kita dapat membuat kompromi dengan istilah-istilah terdekat apabila kita membutuhkan penilaian yang lebih detil dan akurat. Dengan berdasarkan pada kelima istilah tersebut dan kompromi diantara istilah-istilah tersebut maka secara keseluruhan dibutuhkan sembilan nilai yang berurutan untuk menyatakan persepsi manusia secara jelas dan tepat.

2.6.5 Penghitungan bobot elemen

Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Misalkan dalam suatu sub sistem terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi A1, A2, A3, ..., An, maka hasil perbandingan

secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut membentuk matriks perbandingan (Bambang Permadi S, SE, 1992), seperti yang terlihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks An x n merupakan matriks resiprocal dan di asumsikan terdapat n elemen yaitu w1, w2, ..., wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai

perbandingan secara berpasangan antara (wi , wj) dapat direpresentasikan seperti

yang terlihat pada fungsi 1:

A1 A2 ….. An

A1 a11 a12 ….. a1n

A2 a21 a22 ….. a2n

. . . . . An an1 an2 ….. ann

= a(i,j) ; i, j = 1, 2, 3 …., n. ……….1

W1


(19)

Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi adalah A1, A2, A3, ..., An, tersebut

dinyatakan dengan vektor W, dengan W = (W1, W2, W3, ..., Wn), maka nilai

intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan A2 dapat pula dinyatakan

sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2 yakni W1 / W2 yang

sama dengan a12 (Bambang Permadi S. SE, 1992), sehingga matriks perbandingannya dapat dinyatakan sebagai berikut seperti yang terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Matriks Preferensi

Nilai-nilai wi/wj , dengan i,j = 1, 2, ..., n, diteliti dari partisipan yaitu

orang-orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W = (W1, W2, W3, ..., Wn), maka akan di

peroleh hubungan:

AW = nW

Ternyata perkalian matriks A dengan vektor W tersebut menghasilkan suatu vektor baru dengan arah yang sama persis dengan vektor W hanya besarnya

A1 A2 ….. An

A1 W1/W1 W1/W2 ….. W1/Wn

A2 W2/W1 W2/W2 ….. W2/Wn

. . . . .


(20)

saja yang berbeda, sehingga vektor baru tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk W. Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W.

2.6.6 Konsistensi

Pengukuran konsistensi dalam AHP di akukan dalam dua tahap, yaitu mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur konsistensi keseluruhan hirarki.

Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja atau mempunyai syarat tertentu. Suatu matriks, misalnya dengan tiga unsur (i, j dan k) dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsisten 100% apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Bambang Permadi S. SE, 1992):

aij. ajk=aik ... 2

Dengan syarat rumus 2 maka matriks A dapat dinyatakan konsisten karena telah memenuhi kaidah rumus 2 yaitu:

ij

a . ajk= aik --- 4 . ½ = 2

ik

a . akj= aij --- 2 . 2 = 4

jk

a . aki= aji --- ½. ½ = ¼

Dengan demikian maka matriks A tersebut di katakan konsistensi 100 % atau tingkat inkonsistensinya 0 %.

Pengukuran konsistensi keseluruhan hirarki dapat dilakukan dengan menggunakan rumus 3 dari rasio konsistensi / inkonsistensi:

i j k i

A = j k

1 4 2 1/4 1 1/2 1/2 2 1


(21)

CR = CI/RI ... 3 CI = (maks-n) / (n-1)

Dimana: CI = Consistency Indeks RI = Random Indeks CR = Consistency Rasio

Dengan nilai RI seperti yang terlihat ditabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai Random Indeks

N 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Bila CI/RI < = 0,1 maka hasil preferensi cukup baik sedangkan untuk CI/RI > 0,1 berarti terdapat inkonsistensi berarti hasil AHP tidak valid, harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan (Bambang Permadi S. SE, 1992).

Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman, tingkat inkonsistensi sebesar 10 % ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima

2.7 Analisis dan Perancangan Sistem

Sebelum menyelesaikan suatu permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan permasalahan maka terlebih dahulu dilakukan suatu analisis terhadap permasalahan tersebut, dicari bagaimana cara solusi pemecahannya dan dibuatlah suatu perancangan sistem yang nantinya dapat membantu dalam proses untuk penyelesaian masalah yang dihadapi.


(22)

2.7.1 Data flow diagram

Data flow diagram atau yang untuk selanjutnya disebut DFD, adalah sebuah alat dokumentasi grafis yang menggunakan beberapa simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang terhubung (Kendall, Kenneth E. Julie E, 2003).

Untuk memahami suatu DFD maka akan dijelaskan sebagai berikut: 1. External Entity atau Boundary

Notasi / Simbol :

Gambar 2.3. External Entity

Simbol ini menunjukan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan pengaruh berupa input atau menerima output dari sistem

2. Data Flow / Aliran Data Notasi / Simbol :

Gambar 2.4. Aliran Data

Aliran data yang masuk atau keluar dari sistem. Aliran data digambarkan dengan tanda panah dan garis yang diberi nama dari aliran data tersebut.

3. Process

Notasi / Simbol :


(23)

Dalam simbol tersebut akan dituliskan proses yang akan dikerjakan oleh sistem dari transformasi aliran data yang masuk menjadi aliran data yang keluar. Suatu proses mempunyai satu atau lebih input data yang menghasilkan satu atau lebih output data.

4. Data Store

Notasi / Simbol :

Gambar 2.6. Data Store

Data store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file atau database di sistem komputer, arsip atau catatan manual, suatu agenda atau buku. Digunakan untuk menyimpan data sebelum dan sesudah proses lebih lanjut.

2.7.2 Entity relationship diagram

Entity relationship diagram yang untuk selanjutnya disebut ERD, adalah suatu pemodelan file-file yang membentuk basis data. Pada model data rasional, hubungan antara file direlasikan dengan kunci relasi yang merupakan kunci utama tiap file. Relasi antar file dikategorikan menjadi tiga macam yaitu:

1. One to one (1 : 1) relationship

Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding satu. 2. One to many (1 : N) relationship

Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding banyak atau dapat juga berbanding terbalik, yaitu banyak berbanding satu.


(24)

3. Many to many (M : N) relationship

Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah banyak berbanding banyak.

Struktur logika secara keseluruhan dari sebuah basis data / database dapat dinyatakan secara grafis yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Persegi panjang yang melambangkan himpunan entity

Gambar 2.7. Himpunan Entity

2. Elips yang melambangkan atribut atau field atau column.

Gambar 2.8. Atribut

3. Belah ketupat yang menghubungkan atribut-atribut pada himpunan entity-entity dan himpunan entity pada himpunan hubungan.

Gambar 2.9. Hubungan Atribut

4. Garis yang menghubungkan atribut-atribut pada himpunan entity dan himpunan entity pada himpunan hubungan.


(25)

2.7.3 Database

Data base merupakan tempat penyimpanan informasi kedalam komputer

yang berupa tabel-tabel yang saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya. Di setiap tabel, terdapat fields-fields untuk menentukan tipe data seperti string, date/time, character, numeric, boolean dan panjang dari masing-masing fields. Di dalam database terdapat istilah record yaitu merupakan kelompok dari beberapa field yang ada pada table .

Data base atau kumpulan table yang mempunyai kaitan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk satu bangunan data dan membentuk suatu informasi dalam batasan tertentu. Untuk menunjukkan hubungan antara table yang satu dengan table yang lain maka digunakan kunci dari tiap table yang ada.


(26)

25

3.1. Uraian Permasalahan

Teknik yang digunakan dalam analisis permasalahan adalah teknik

deskriptif, artinya data yang diperoleh dari penelitian langsung di lembaga

bimbingan belajar dan lembaga bimbingan konseling psikologis, dianalisa dan disusun kemudian dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan sehingga diperoleh solusi alternatif terdiri dari beberapa rangking jurusan yang sesuai dengan hasil tes psikologis dan proses AHP untuk dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan dalam menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi bagi calon mahasiswa.

Masalah yang berhasil diidentifikasi di lembaga bimbingan belajar Sony Sugema College Surabaya dan lembaga bimbingan konseling Pesona_Integra Surabaya saat dilakukan survey lapangan adalah masih banyak keraguan yang

dilakukan oleh calon mahasiswa dalam menentukan prioritas pilihan suatu jurusan yang ada kaitannya dengan perkembangan ilmu, kebutuhan dunia kerja, peningkatan jenjang studi, peningkatan jenjang karir/profesi dan cita-cita walaupun telah dibantu dengan seleksi penjurusan berdasarkan minat dan bakat yang dilakukan tes psikologis terhadap masing-masing calon mahsiswa

3.2.Analisis Permasalahan

Calon mahasiswa sebagai objek yang kesulitan dalam menentukan alternatif pilihan jurusan di perguruan tinggi hal itu dapat dilihat dari jumlah peserta bimbingan belajar Sony Sugema College Suarabaya yang semuanya ingin


(27)

melanjutkan ke perguruan tinggi dan jumlah permintaan konseling minat dan bakat oleh beberapa sekolah seperti SMU Nurul Fikri Suarabaya dan SMU Nurul Fikri Malang kepada lembaga bimbingan konseling Persona_Integra.

Setelah dilakukan analisis psikologis dengan melakukan tes psikologis yang terdiri dari beberapa aspek yaitu Daya Pikir Kongkret-Praktis, Daya Pikir

Induktif Verbal, Daya Pikir Analogi, Daya Pikir Abstraki, Daya Pikir Bilangan,

Daya Pikir Induktif Bilangan, Daya Bayang Konstruktif, Daya Abstraksi Ruang, Daya Ingat dan Jumlah Nilai Kecerdasan maka akan diketahui hasil rangking jurusan berdasarkan tes psikologis sesuai minat dan bakat.

Berdasarkan analisis tes psikologis untuk meningkatkan keyakinan calon mahasiswa terhadap plilihan jurusan masih bersifat internal karena menyangkut kualitas diri masing-masing calon mahasiswa dan untuk aspek eksternal dilakukan analisis non psikologis yaitu dengan mengabungkan analisis psikologis dengan salah satu model pengambilan keputusan Analytical Hierarchy Process atau

disingkat AHP. Karena AHP juga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-alternatif dan multi-creteria yang berdasar pada nilai presepsi

manusia. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang sesuai dengan permasalahan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

3.3. Perancangan Sistem

Sebelum membuat program aplikasi tersebut, dibuat rancangan sistem program aplikasi terlebih dahulu sehingga program aplikasi ini dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan yaitu mampu membantu menyelesaikan permasalahan pemilihan jurusan perguruan tinggi dengan hasil memuaskan bagi calon mahasiswa.


(28)

Dalam perancangan sistem ini ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam perancangan sistem yang dilakukan adalah pembuatan data flow diagram, entity relationship diagram, struktur database dan rancangan input output dari aplikasi yang akan dibuat.

3.3.1Diagram Alir

Diagram alir dalah representasi grafik dari sistem informasi,

proses-proses, aliran-aliran data logis, masukan-masukan dan keluaran-keluaran, file-file,

aliran data fisik dan kegiatan-kegiatan operasi yang berhubungan dengan sistem informasi tersebut. Diagram alir ini berisi kegiatan-kegiatan komputer, menampilkan kegiatan-kegiatan logis, menampilkan kegiatan fisik dari siapa, apa, bagaimana dan di mana proses-proses informasi dan proses-proses operasi terjadi. Diagram alirdari proses AHP dari sistem ini seperti yang terlihat di gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram AlirPemilihan Jurusan dengan


(29)

3.3.2Data flow diagram

Langkah selanjutnya adalah pembuatan Data Flow Diagram level 0 atau

juga yang disebut Context Diagram menggambarkan komponen-komponen dari

sebuah sistem, aliran-aliran data di antara tiap komponen tersebut, asal, tujuan dan penyimpanan dari data tersebut. Untuk menggambarkan arus data dalam sistem secara lebih jelas, terinci dan terstruktur, seperti yang terlihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Context Diagram Sistem Pemilihan Jurusan dengan

Metode Analytical Hierarchy Process.

Pada gambar 3.2. menggambarkan alur sistem secara global, ada dua entity yang

berhubungan dengan sistem tersebut adalah Administrasi dan Calon mahasiswa. Administrasi untuk masuk dalam sistem harus melakukan login dengan


(30)

Gambar 3.3. DFD Level 1 Sistem Pemilihan Jurusan dengan

Metode Analytical Hierarchy Process.

Pada gambar 3.3. menggambarkan aliran data yang terdiri dari empat proses, yaitu:

1. Proes Verifikasi User

Proses ini mengambarkan autentifikasi user untuk menyeleksi user sebagai

Administrasi atau sebagai penguna dengan cara memasukan user name dan password


(31)

2. Proses Pengolahan Data

Proses ini menggambarkan proses maintenance untuk semua file master yang

terdiri dari proses simpan, koreksi dan hapus 3. Proses Psikologis

Proses ini menggambarkan proses pembandingan antara nilai psikologis yang diperoleh oleh calon Mahasiswa dengan standar nilai psikologis untuk tiap-tiap jurusan, untuk merangking jurusan hasil seleksi psikologis yang nantinya dijadikan alternatif di dalam proses AHP.

4. Proses AHP

Proses ini menggambarkan proses seleksi dengan menggunakan metode AHP dengan cara memberikan nilai presepsi terhadap masing-masing kriteria dan alternatif untuk dicari bobot prioritas.


(32)

Gambar 3.4. DFD Level 2 Pengolahan Data

Gambar 3.4. ini menggambarkan proses maintenance yang terdiri dari proses

Simpan. Koreksi, dan Hapus untuk file master Calon Mhs, Perguruan Tinggi,

Jurusan, Nilai Psikologis Jurusan, Nilai Psikologis Calon Mhs, User dan Grade Jurusan. Yang berhak melakukan proses ini hanya Administrasi kemudian di simpan dalam database sesuai dengan nama file master tersebut


(33)

Gambar 3.5. DFD Level 2 Proses Psikologis.

Pada gambar 3.5. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses membandingkan nilai psikologis

Proses ini membandingkan nilai psikologis calon Mhs dengan nilai standar psikologis jurusan dengan aturan jika Nilai Psikologis Calon Mahasiswa sama dengan atau lebih dari nilai standar psikologis jurusan akan berinlai satu kemudian dijumlah dan dibagi dengan 12 dan dikalikan 100 %.

2. Proses View Rangking Jurusan

Proses ini menampilkan urutan rangking jurusan hasil seleksi psikologis berdasarkan prosentase yang diperoleh dengan prosentase yang besar


(34)

3. Proses View Rangking Perguruan tinggi

Proses ini menampilkan rangking Perguruan tinggi berdasarkan nilai passing grade mulai urutan grade yang rendah sampai yang tertinggi, perguruan tinggi

akan tampil jika jurusan tersebut diselenggarakan di perguruan tinggi tersebut. 4. Proses Simpan Alternatif

Proses ini untuk menyimpan hasil rangking jurusan setelah dilakukan proses seleksi psikologis ke dalam data base alternatif yang akan di pergunakan

dalam proses selanjutnya yaitu proses AHP


(35)

Pada gambar 3.6. ini terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Menentukan Alternatif dan Kriteria

Proses ini digunakan dalam proses AHP yaitu memilih Kriteria dan Alternatif sesuai dengan keinginan pemakai yang digunakan dalam proses AHP.

2. Proses Perbandingan Data Kriteria

Proses ini untuk menentukan nilai presepsi masing-masing kriteria untuk dicari bobot prioritas kriteria.

3. Proses Perbadingan Data Alternatif

Proses ini untuk memasukan nilai presepsi masing-masing alternatif terhadap kriteria sehingga dapat dicari bobot prioritas tiap-tiap alternatif.

4. Proses Perhitungan Prioritas Global

Proses ini untuk proses perhitungan perkalian matrik antara bobot prioritas kriteria dengan bobot masing-masing alternatif untuk mendapatkan bobot prioritas global.


(36)

Pada gambar 3.7. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data calon mahasiswa di data base Caloan_Mhs

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data calon mahasiswa jika terjadi perubahan atau kekeliruan data calon mahasiswa kemudian di simpan di data base

Caloan_Mhs 3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data calon mahasiswa dari data base Caloan_Mhs

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data calon mahasiswa


(37)

Pada gambar 3.8. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data perguruan tinggi di data base

Perguruan_Tinggi 2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data perguruan tinggi jika terjadi perubahan atau kekeliruan data perguruan tinggi kemudian di simpan di data base

Perguruan_Tinggi 3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data perguruan tinggi dari data base

Perguruan_Tinggi 4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data perguruan tinggi


(38)

Pada gambar 3.9. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Jurusan ke dalam data base Jurusan

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Jurusan jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Jurusan kemudian di simpan dalam data base Jurusan

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Jurusan dari data base Jurusan

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data Jurusan

Gambar 3.10. DFD Level 3 Pengolahan Data Kriteria.

Pada gambar 3.10. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan


(39)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Kriteria jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Kriteria kemudian di simpan dalam data base Kriteria

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Kriteria dari data base Kriteria

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data Kriteria

Gambar 3.11. DFD Level 3 Pengolahan Data

Nilai Psikologis Jurusan. Pada gambar 3.11. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Nilai Psikologis Jurusan dalam data base


(40)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Kriteria jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Kriteria kemudian disimpan dalam data base Kriteria

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Kriteria dari data base Kriteria

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data Kriteria

Gambar 3.12. DFD Level 3 Pengolahan Data Nilai

Psikologis Calon Mahasiswa. Pada gambar 3.12. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa dalam


(41)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa kemudian di simpan dalam data base Nilai_Mhs

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa dari data base Nilai_Mhs

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa

Gambar 3.13. DFD Level 3 Pengolahan Data User.

Pada gambar 3.13. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan


(42)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data User jika terjadi perubahan atau kekeliruan

data User kemudian di simpan dalam data baseUser

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data User dari data baseUser

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data User

Gambar 3.14.DFD Level 3 Pengolahan

Data Grade Jurusan. Pada gambar 3.14. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi dalam data base Standar_jurusan


(43)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Standar_jurusan kemudian di simpan di data base Standar_jurusan

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi dari data base Standar_jurusan

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi

Gambar 3.15. DFD Level 3 Proses Penentuan


(44)

Pada gambar 3.15. terdapat tiga proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Penentuan Presepsi Kriteria

Proses ini untuk menentukan Kriteria atau memilih kriteria yang akan digunakan oleh pemakai dalam proses AHP.

2. Proses Penentuan Presepsi Alternatif

Proses ini untuk memilih beberapa alternatif jurusan yang telah dihasilkan oleh proses seleksi psikologis untuk digunakan dalam proses AHP berikutnya. 3. Proses View Hirarki

Proses ini untuk menampilkan bentuk hirarki dari kriteria dan alternatif setelah dilakukan pemilihan beberapa kriteria dan alternatif


(45)

Pada gambar 3.16. terdapat enam proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Preferensi Matrik

Proses ini untuk membentuk preferensi matrik setelah ada inputan nilai presepsi dan di simpan dalam sebuah array.

2. Proses Normalisasi Matrik

Proses ini membentuk Normalisasi Matrik dengan cara membagikan tiap-tiap

sel matrik dengan jumlah kolom preferensi matrik..

3. Proses Eigen vektor

Proses ini untuk mencari eigen value dengan cara membagikan nilai bobot

prioritas dengan bobot matrik eigen

4. Proses Cek Konsistensi

Proses ini untuk mengecek apakah inputan dalam preferensi matrik tersebut

konsisten atau tidak konsisten jika tidak konsisten maka inputan presepsi dilakukan pengulangan

5. Proses Catat Bobot Prioritas

Proses ini untuk mencatat bobot dari prioritas kriteria kedalam array jika matrik tersebut sudah konsisrten

6. Proses Viewgrafik

Proses ini untuk menampilkan grafik dari bobot prioritas dalam bentuk diagram.


(46)

Gambar 3.17. DFD Level 3 Proses Perbandingan Data Alternatif.

Pada gambar 3.17. terdapat tiga proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Normalisasi

Proses ini untuk membentuk matrik Normalisasi setelah preferensi matrik

2. Proses Cek Konsistensi

Proses ini untuk mengecek apakah matrik tersebut telah konsisten jika tidak konsisten maka dilakukan inputan dan perhitungan ulang.

3. Proses Bobot Prioritas Alternatif

Setelah matrik tersebut konsisten maka dicari bobot prioritas masing-masing alternatif dan dicatat dalam arary.


(47)

Gambar 3.18. DFD Level 3 Proses perhitungan

Bobot Global..

Pada gambar 3.18. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Perkalian Prioritas Kriteria dan Alternatif

Proses ini untuk membuat matrik dengan mengalikan tiap-tiap prioritas alternatif dengan prioritas kriteria sehingga terbentuk bobot prioritas global. 2. Proses ViewGrafik

Proses ini untuk menampilkan grafik dalam bentuk diagram yang sesuai

dengan bobot prioritas global. 3. Proses Cetak Rangking Jurusan

Proses ini untuk membuat laporan hasil dari bobot proritas berupa rangking jurusan sesuai dengan bobot prioritas.

4. Proses simpan Bobot Prioritas Global.

Proses ini untuk menyimpan hasil dari bobot prioritas global ke dalam data base Bobot global.


(48)

3.3.3Entity relationship diagram

Entity relationship diagram atau ERD merupakan suatu desain sistem

yang digunakan untuk merepresentasikan, menentukan dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan untuk pembuatan data base. Dalam perancangan sistem ini

telah terbentuk ERD yang merupakan lanjutan dari pembuatan desain dengan menggunakan DFD, dalam ERD data-data tersebut digambarkan dengan menggunakan simbol Entity. Dalam sistem ini ada beberapa yang saling terkait

untuk menyediakan data-data yang dibutuhkan oleh sistem, yaitu:

Entity Perguruan_Tinggi, untuk menyimpan data-data perguruan tinggi.

1. Entity Calon_Mahasiswa, untuk menyimpan data-data tentang peserta calon

mahasiswa.

2. Entity Jurusan, untuk menyimpan data-data informasi tentang jurusan yang di

selenggarakan di perguruan tinggi.

3. Entity Nilai _Mahasiswa, untuk menyimpan data-data hasil tes psikologis dan

hasil try out yang berupa nilai psikologis dan nilai grade dari calon mahasiswa.

4. Entity Psikologis_Jurusan, untuk menyimpan data-data nilai psikologis

tiap-tiap jurusan.

5. Entity Standar_Jurusan, untuk menyimpan data-data jurusan dan grade jurusan

yang diselenggarakan di perguruan tinggi.

6. Entity Alternatif, untuk menyimpan data-data jurusan yang telah menjadi

alternatif tiap calon mahasiswa.

7. Entity Kriteria, untuk menyimpan data-data kriteria beserta penjelasannya.


(49)

Entity Relational Diagram secara konseptual dari sistem ini seperti yang terlihat

dalam gambar 3.19.

UserName Nilai_Psikologis Jurusan Bobot Kriteria Bobot Alternatif Kode_Jur Pilihan Jurusan Nilai_Psikologis Mhs Standar_ jurusan Perguruan Tinggi KodePT Nama Alamat Telepon Jurusan KodeJur Nama NamaPdk Pekerjaan Bidang Lain Penunjang Status Calon Mahasiswa No Peserta Nama Tgl Lahir JenisKelamin Sekolah Asal Alamat Pilihan ThAjaran Kriteria Kode Kriteria Nama Penjelasan Status Psikologis_Jurusan SE WA AN GE RA ZR FA WU ME JML nilai_Mhs Grade SE WA AN GE RA ZR FA WU ME JML Bobot Global Bobot Alternatif Status User UserName Password

Gambar 3.19. Konseptual Data Model

Dan Physical Data Model yang menggambarkan beberapa entity dari sistem ini


(50)

USERNAME = USERNAME

KODEJUR = KODEJUR

KODE_KRITERIA = KODE_KRITERIA NO_PESERTA = NO_PESERTA

KODEJUR = KODEJUR

KODEJUR = KODEJUR NO_PESERTA = NO_PESERTA

KODEJUR = KODEJUR NO_PESERTA = NO_PESERTA

KODEPT = KODEPT

PERGURUAN_TINGGI KODEPT varchar(6) NAMA varchar(10) ALAMAT varchar(50) TELEPON varchar(150) JURUSAN KODEJUR numeric NAMAJUR varchar(50) NAMAPDK varchar(5) PEKERJAAN varchar(250) BIDANG_LAIN varchar(250) PENUNJANG varchar(250) STATUS varchar(5) CALON_MAHASISWA NO_PESERTA numeric NAMA varchar(50) TEMPAT_TGL_LAHIR date JENISKELAMIN char(1) SEKOLAH_ASAL varchar(50) ALAMAT varchar PILIHAN varchar USERNAME numeric THAJARAN numeric KRITERIA KODE_KRITERIA varchar(7) NAMA varchar(50) PENJELASAN varchar(250) STATUS varchar(5) PSIKOLOGIS_JURUSAN KODEJUR numeric SE float WA float AN float GE float RA float ZR float FA float WU float ME float JML float NILAI_MHS NO_PESERTA numeric GRADE float SE float WA float AN float GE float RA float ZR float FA float WU float ME float JML float BOBOT_GLOBAL NO_PESERTA numeric KODEJUR numeric KODE_KRITERIA varchar(7) BOBOT float ALTERNATIF NO_PESERTA numeric KODEJUR numeric STATUS varchar(5) STANDAR__JURUSAN KODEPT varchar(6) KODEJUR numeric GRADE float USER USERNAME numeric PASSWORD numeric

Gambar 3.20. Physical Data Model

3.3.4 Struktur database

Software yang digunakan dalam pengelolaan database dari aplikasi

sistem ini adalah SQL Server 7. Dan SQL Server ini sangat baik dalam keamanan

data, selain itu juga memiliki kompatibilitas dengan software yang digunakan

dalam membangun sistem ini. Adapun tabel-tabel dan struktur data base yang


(51)

1. Nama : Perguruan_Tinggi

Primary Key : KodePT

Foreign Key :

Fungsi : Untuk menyimpan data-data perguruam tinggi Tabel 3.1. Perguruan Tinggi

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodePT Varchar 8 PK

2 Nama Varchar 50

3 Alamat Varchar 100

4 Telepon Varchar 10

2. Nama : Calon_Mhs

Primary Key : No

Foreign Key :

Fungsi : Untuk menyimpan data-data peserta calon mahasiswa Tabel 3.2. Calon Mahasiswa

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 No Numeric 8 PK

2 Nama Varchar 50

3 Tgl_Lahir Date

4 JK Char 1

5 Alamat Varchar 150

6 Sekolah Varchar 20

7 Pilihan Varchar 4

8 ThAjaran Numeric 4

3. Nama : Jurusan

Primary Key : KodeJur

Foreign Key :


(52)

Tabel 3.3. Jurusan

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodeJur Numeric 8 PK

2 NamaJur Varchar 20

3 NamaPdk Varchar 10

4 Pekerjaan Varchar 250

5 BidangLain Varchar 250

6 Penunjang Varchar 250

7 Status Varchar 5

4. Nama : Nilai_Mhs

Primary Key : NoPeserta

Foreign Key : Calon_Mhs (No)

Fungsi : Untuk menyimpan data-data nilai psikologis calon mahasiswa

Tabel 3.4.Nilai Mahasiswa

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 NoPeserta Numeric 8 PK, FK No

2 Grade Float 4

3 SE Float 4

4 WA Float 4

5 AN Float 4

6 GE Float 4

7 RA Float 4

8 ZR Float 4

9 FA Float 4

10 WU Float 4

11 ME Float 4


(53)

5. Nama : Psikologis_Jurusan

Primary Key : KodeJur

Foreign Key : Jurusan (KodeJur)

Fungsi : Untuk menyimpan nilai standar nilai psikologis jurusan Tabel 3.5. Psikologis Jurusan

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodeJur Numeric 8 PK, FK KodeJur

2 SE Float 4

3 WA Float 4

4 AN Float 4

5 GE Float 4

6 RA Float 4

7 ZR Float 4

8 FA Float 4

9 WU Float 4

10 ME Float 4

11 JML Float 4

6. Nama : Standar_Jurusan

Primary Key : KodePT, KodeJur

Foreign Key : Jurusan (KodeJur), Perguruan_Tinggi (KodePT)

Fungsi : Untuk menyimpan nilai standar passing grade dan jurusan

yang di selenggarakan di perguruan tinggi Tabel 3.6. Standar Jurusan

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodePT Numeric 8 PK, FK KodePT

2 KodeJur Numeric 8 PK, FK KodeJur


(54)

7. Nama : Alternatif

Primary Key : NoPeserta, KodeJur

Foreign Key : Jurusan (KodeJur), Calon_Mhs (No)

Fungsi : Untuk menyimpan alternatif pilihan jurusan setelah dilakukan seleksi psikologis

Tabel 3.7. Alternatif

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 NoPeserta Numeric 8 PK, FK Calon_Mhs

2 KodeJur Numeric 8 PK, FK Jurusan

3 Status Varchar 5

8. Nama : Kriteria

Primary Key : KodeKriteria Foreign Key :

Fungsi : Untuk menyimpan data-data kriteria Tabel 3.8. Kriteria

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodeKriteria Varchar 8 PK

2 Nama Varchar 50

3 Penjelasan Varchar 250

4 Status Varchar 5

9. Nama : Bobot_Global

Primary Key : NoPeserta, KodeJur, KodeKriteria

Foreign Key : Calon_Mhs (No), Jurusan (KodeJur), Kriteria (KodeKriteria)


(55)

Tabel 3.9. Bobot Global

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 NoPerserta Numeric 8 PK, FK No

2 KodeJur Numeric 8 PK, FK KodeJur

3 KodeKriteria Varchar 8 PK, FK KodeKriteria

4 Bobot Float

10. Nama : User

Primary Key :UserName

Foreign Key : Calon_Mhs (No)

Fungsi : Untuk menyimpan password yang digunakan dalam login

Tabel 3.9. User

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 UserName Numeric 8 PK, FK No


(56)

55 4.1. Instalasi Program

Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan program aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan tersebut maka komponen-komponen utama komputer yang akan mendukung setiap proses harus sudah terinstall.

4.1.1.Kebutuhan Perangkat Keras

Kebutuhan perangkat keras minimal yang dibutuhkan untuk mengimplementasi dan menjalankan program aplikasi ini adalah:

a. CPU Pentium II 333 MHz atau lebih. b. Memory minimum 64 MB.

c. Harddisk minimum berkapasitas 7,5 GB. d. VGA Card 8 MB.

e. Monitor SVGA dengan resolusi 800 x 600. f. Keyboard, mouse dan printer.

4.1.2.Kebutuhan Perangkat Lunak

Kebutuhan perangkat lunak yang diperlukan untuk pembuatan program aplikasi adalah:

a. Microsoft Windows 98. b. Power Designer.

c. Borland Delphi versi 5.0. d. Microsoft SQL Server 7.


(57)

4.2. Implementasi Program

Setelah semua komponen-komponen komputer yang mendukung proses aplikasi terinstall, proses selanjutnya adalah implementasi program. Implementasi

program merupakan tahap memanfaatkan program Aplikasi Analytic Hierarchy Process Untuk Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi. Ketika program aplikasi

pertama kali dijalankan, yang pertama kali tampil adalah Form User Login.

4.2.1.Login

Login digunakan pengguna untuk masuk ke dalam program aplikasi. Pengguna diminta menginputkan Username dan Password pada field yang telah

disediakan. Setelah semua terisi, tekan tombol OK untuk mengecek

Username dan Password yang telah diinputkan. Bila Username dan Password tidak terdaftar, maka akan timbul pesan kesalahan. Dalam contoh ini Username-nya Admin dan Password-nya admin. Bila pengguna menginputkan Username Admin tetapi Passwordnya selain admin, maka akan muncul pesan

kesalahan. Untuk membatalkan atau keluar dari Form User Login tekan tombol

Batal. Tampilan dari Form User Login dan dialog box pesan kesalahan login

dapat dilihat pada gambar 4.1.


(58)

4.2.2.Menu Utama

Setelah proses login sukses, Form Utama akan tampil. Form ini berisi menu-menu pilihan untuk menjalankan fasilitas yang terdapat di dalam program. Menu-menu tersebut adalah menu File Master yanag terdiri menu input

Perguruan tinggi, Jurusan, Calon Mahasiswa, Kriteria. Menu Proses input terdiri

Grade Jurusan, Psiko Jurusan, Nilai Peserta. Menu Proses AHP terdiri Seleksi Awal, Hirarki, Hitung Kriteria, Hitung Alternatif. Dan Menu keluar bentuk tampilan Form Utama dapat dilihat pada gambar 4.2.


(59)

4.2.3.Menu Input

Gambar 4.3. FormInput Perguruan Tinggi

Gambar 4.3. Untuk memasukan data-data perguruan tinggi yang kemudian di simpan dalam database Perguruan_Tinggi, melalui form ini juga

dapat dilakukan maintenance dari data perguruan tinggi.


(60)

Gambar 4.4. Untuk memasukan data-data Jurusan yang kemudian di simpan dalam database Jurusan melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari

data Jurusan.

Gambar 4.5. FormInput Calon Mahasiswa

Gambar 4.5. Untuk memasukan data-data Calon Mahasiswa yang kemudian di simpan dalam database Calon Mahasiswa melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari Calon Mahasiswa.


(61)

Gambar 4.6. Untuk memasukan data-data Kriteria beserta penjelasan yang kemudian disimpan dalam database kriteria melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari kriteria.

Gambar 4.7. FormInput Standar Grade Jurusan

Gambar 4.7. Untuk memasukan data-data Jurusan yang diselenggarakan di perguruan tinggi beserta nilai passing grade yang kemudian disimpan dalam database standar_jurusan melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari

data standar_jurusan.


(62)

Gambar 4.8. Untuk memasukan data-data nilai standar psikologis Jurusan untuk masing-masing jurusan yang diselenggarakan di perguruan tinggi beserta nilai

passing grade yang kemudian di simpan dalam database standar_jurusan melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari data psikologis standar_jurusan.

Gambar 4.9. FormInput Nilai Psikologis Mahasiswa

Gambar 4.9. Untuk memasukan data-data nilai standar psikologis Mahasiswa dan nilai grade untuk masing-masing calon mahasiswa yang kemudian disimpan dalam database Nilai_Mhs melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance


(63)

4.2.4.Proses Seleksi Psikologis

Gambar 4.10. Form Seleksi Psikologis

Gambar 4.10. Untuk melakukan seleksi psikologis dengan cara membandingkan nilai standar psikologis jurusan dengan nilai psikologis calon mahsiswa setelah dilakukan tes psikologis jika nilai calon mahasiswa sama dengan atau lebih dari nilai standar psikologis jurusan akan bernilai satu dan kemudian dijumlahkan dan dikalikan 100 % hasil rangking dari seleksi ini di simpan dalam database

Alternatif. Dan jika peserta sudah pernah melakukan seleksi psikologis maka akan muncul pesan seperti yang terlihat pada gambar 4.11.


(64)

4.2.5.Analitycal Hierarchy Process

Gambar 4.12. Form Hirarki

Gambar 4.12. Untuk melakukan pemilihan kriteria dan alternatif yang akan digunakan dalam proses AHP berikutnya sehingga akan membentuk hiraraki dari alternatif terhadap kriteria dan jika kriteria yang dipilih kurang dari lima maka akan muncul pesan seperti yang tambak pada gambar 4.13.


(65)

Gambar 4.14. Form Input Nilai Perbandingan Kriteria

Gambar 4.14. Untuk memasukan nilai presepsi para pemakai sistem yang kemudian dicek apakah konsisten atau tidak konsisten, jika konsisten atau tidak konsisten maka akan muncul pesan seperti terlihat pada gambar 4.15.


(66)

Gambar 4.16. Form Input Nilai Perbandingan Alternatif

Gambar 4.16. Untuk memasukan nilai presepsi antara alternatif jurusan dengan tiap-tiap kriteria yang digunakan, untuk setiap interasinya selalu dicek konsistensinya,jika konsisten maka dilanjutkan ke kriteria berikutnya terhadap alternatif dan kemudian dilakukan proses pencarian bobot global. Setelah bobot di ketahui maka dapat dilihat laporan hasil proses tersebut seperti yang terlihat pada gambar 4.17. Setelah diurut menurut nilai yang tertinggi.


(67)

Gambar 4.17. Laporan Bobot Prioritas Global

4.3. Evaluasi

Untuk mengevaluasi dari sistem ini maka digunakan data sebenarnya atau data pasti dari penelitian yaitu data peserta bimbingan tes masuk perguruan tinggi. sebelumnya semua data master harus di masukkan dalam sistem. Pada

evalusi ini mengambil dua contoh kasus yaitu: Kasus pertama, calon mahasiswa nomor peserta 10014, nama Dianto Setio Prabowo. Kasus kedua, calon mahasiswa nomor peserta 10080, nama Aan Setiawan.

4.3.1.Seleksi psikologis

Pada tahap seleksi psikologis ini sebelumnya peserta calon mahasiswa harus mengikuti tes psikologis minat, bakat dan IQ, sebagai syarat dalam proses


(68)

ini karena data hasil tes psikologis yang digunakan, nilai psikologis Dianto Setio Prabowo seperti yang terlihat gambar 4.18.

Gambar 4.18. Nilai Psikologis Calon Mahasiswa

Dan selanjutnya dilakukan seleksi psikologis untuk melihat minat dan kemampuan dari Dianto Setio Prabowo dan hasilnya diurut sesuai dengan kesesuaian standar psikologis jurusan prses ini dijelaskan dalam gambar 4.19.


(69)

Gambar 4.19. Hasil Proses Psikologis Kasus Pertama

Gambar 4.20. Hasil Proses Psikologis Kasus Kedua Untuk kasus pertama:

Seperti yang terlihat pada gambar 4.19. dihasilkan prosentase urutan jurusan dari hasil seleksi psikologis, Jurusan Komunikasi memiliki prosentase kesesuaian


(70)

75 %, Hukum memiliki prosentase kesesuaian 67 %, Tehnik Mesin memiliki prosentase kesesuaian 58 %, Tehnik Perkapalan memiliki prosentase kesesuaian 50 %, dan Tehnik Fisika memiliki prosentase kesesuaian 50 %. Dengan melihat hasil seleksi psikologis pada gambar 4.19. maka yang mempunyai peluang yang tinggi untuk jurusan yang dipilih oleh Dianto Setio Prabowo adalah Jurusan Komunikasi.

Untuk kasus kedua:

Seperti yang terlihat pada gambar 4.20. dihasilkan prosentase urutan jurusan dari hasil seleksi psikologis, Jurusan Tehnik Sipil memiliki prosentase kesesuaian 58 %, Tehnik Mesin memiliki prosentase kesesuaian 50 %, Tehnik Fisika memiliki prosentase kesesuaian 50 %, Tehnik Perminyakan memiliki prosentase kesesuaian 50 %, dan Tehnik Industri memiliki prosentase kesesuaian 50 %. Dengan demikian peluang yang tinggi untuk jurusan yang dipilih oleh Aan Setiawan adalah Jurusan Tehnik Sipil.

4.3.2.Analitycal Hierarchy Process

Proses berikutnya adalah hasil dari proses psikologis digunakan sebagai alternatif dalam proses AHP. Proses pemilihan alternatif dan kriteria sehingga terbentuk hiraki seperti yang jelaskan di gambar 4.21.


(71)

Gambar 4.21. Hirarki Alternatif dan Kriteria Kasus Pertama

Selanjutnya dilakukan proses pengisian nilai presepsi dari kriteria dan alternatif dengan syarat nilai presepsi harus konsisten atau untuk inkonsistensi harus dibawah 0,1 jika tidak konsisten, pengisian nilai presepsi harus diulang sampai konsisten proses ini dijelaskan dalam gambar 4.22.


(72)

Gambar 4.23. Bobot Prioritas Global Kasus Pertama Untuk kasus pertama:

Hasil akhir atau bobot prioritas global seperti yang terlihat pada gambar 4.23.

Hasil akhir dari proses AHP menunjukkan bahwa jurusan Komunikasi memiliki bobot akhir 0.337, Jurusan Hukum memiliki bobot akhir 0.324, Jurusan Tehnik Mesin memiliki bobot akhir 0.209, dan Jurusan Tehnik Perkapalan memiliki bobot akhir 0.130.

Dalam proses ini ternyata hasil akhir yang diperoleh dari proses psikologis sama dengan hasil akhir yang diperoleh dari proses Analitycal Hierarchy Process yaitu: peringkat pertama Jurusan Komunikasi, peringkat kedua

Jurusan Hukum, dan peringkat ketiga Jurusan Tehnik Mesin, hal ini dipengaruhi oleh hasil proses psikologis Jurusan Komunikasi mempunyai tingkat kesesuaian yang tinggi yaitu 75%, sehingga mempengaruhi pola pengisian presepsi yang dilakukan oleh Dianto Setio Prabowo. Dan sesuai hasil akhir dari proses


(73)

pilihan pertama jurusan Komunikasi, pilihan kedua jurusan Hukum dan pilihan ketiga jurusan Tehnik Mesin, seperti yang terlihat di gambar 4.24.

Gambar 4.24 Laporan Rangking Pilihan Alternatif Kasus Pertama


(74)

Untuk kasus kedua:

Dalam proses ini ternyata hasil akhir yang diperoleh dari proses psikologis tidak sama dengan hasil akhir yang diperoleh dari proses Analitycal Hierarchy Process yaitu: peringkat pertama Jurusan Tehnik Fisika, peringkat

kedua Jurusan Tehnik Mesin, dan peringkat ketiga Jurusan Tehnik Perminyakan. Dan sesuai hasil akhir dari proses Analitycal Hierarchy Process ini disarankan

kepada Aan Setiawan untuk pilihan pertama jurusan Tehnik Fisika, pilihan kedua jurusan Tehnik Mesin dan pilihan ketiga jurusan Tehnik Perminyakan, seperti yang terlihat di gambar 4.25.


(75)

74 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Dari pembuatan laporan ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil dari proses seleksi secara psikologis ada kemungkinan sama dengan

yang dihasilkan oleh proses Analitycal Hierarchy Process. Hal ini bisa

dipengaruhi oleh seberapa mutlak hasil yang dihasilkan proses seleksi sehingga akan mempengaruhi dalam proses pengisian nilai presepsi

2. Penerapan model pendukung keputusan Analytic Hierarchy Process (AHP)

dalam program aplikasi pemilihan jurusan perguruan tinggi akan membantu calon mahasiswa dengan memberikan hasil keputusan yang diperoleh dari proses analisis AHP menjadi lebih akurat. Karena memperhitungkan faktor kriteria-kriteria penilaian yang mempengaruhi dalam penentuan jurusan perguruan tinggi dengan mengetahui bobot prioritas untuk alternatif jurusan.

3. Dengan menggabungkan dua model yaitu Analisis Tes Psikologis sebagai

seleksi tahap awal dan model Analitycal Hierarchy Process dapat membantu


(76)

5.2. Saran

Model pengambilan keputusan Analitycal Hierarchy Process dapat di

kembangkan dengan menggabungkan dengan beberapa model penyelesaian yang lainya sebagai pendukung keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dan penilaian nilai presepsi skala prioritas alangkah baiknya jika data yang digunakan dilakukan suatu penelitian terlebih dahulu mengenai perkiraan perkembangan

ilmu, trend kebutuhan dunia kerja dan prioritas jurusan terhadap kesempatan kerja

untuk empat atau lima tahun mendatang sehingga data yang digunakan data presepsi kuantitatif.


(77)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M. Agus J., 2001, Belajar Sendiri Borland Delphi 6.0, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Astrid Wiratna, 1993, Intelligen Struktur Tes, PT. Locita Mandayaguna, Surabaya

Bambang Permadi, 1992, “AHP”, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Dadan Umar Dhaini, 2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Dewa Ketut Sukardi, 2003, Analisis Tes Psikologis, PT. Rineka Cipta, Jakarata

Kadarsah Suryadi dan M. Ali Ramdhani, 1998, Sistem Pendukung Keputusan Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan

Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Kendall, Kenneth E. dan Kendall, Julie E., 2003, Analisis dan Perancangan Sistem,

Pearson Education Asia Pte. Ltd. dan PT Prenhallindo, Jakarta.

M. Sinar Dinarga, 2004, Jurusan Apa Buat Kamu ?, PT. Andi Offset, Yogyakarta.

Taliziduhu Ndraha, 1988, Manajemen Perguruan Tinggi, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Thomas L. Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka


(1)

71

Gambar 4.23. Bobot Prioritas Global Kasus Pertama Untuk kasus pertama:

Hasil akhir atau bobot prioritas global seperti yang terlihat pada gambar 4.23. Hasil akhir dari proses AHP menunjukkan bahwa jurusan Komunikasi memiliki bobot akhir 0.337, Jurusan Hukum memiliki bobot akhir 0.324, Jurusan Tehnik Mesin memiliki bobot akhir 0.209, dan Jurusan Tehnik Perkapalan memiliki bobot akhir 0.130.

Dalam proses ini ternyata hasil akhir yang diperoleh dari proses psikologis sama dengan hasil akhir yang diperoleh dari proses Analitycal Hierarchy Process yaitu: peringkat pertama Jurusan Komunikasi, peringkat kedua Jurusan Hukum, dan peringkat ketiga Jurusan Tehnik Mesin, hal ini dipengaruhi oleh hasil proses psikologis Jurusan Komunikasi mempunyai tingkat kesesuaian yang tinggi yaitu 75%, sehingga mempengaruhi pola pengisian presepsi yang dilakukan oleh Dianto Setio Prabowo. Dan sesuai hasil akhir dari proses Analitycal Hierarchy Process ini disarankan kepada Dianto Setio Prabowo untuk


(2)

72

pilihan pertama jurusan Komunikasi, pilihan kedua jurusan Hukum dan pilihan ketiga jurusan Tehnik Mesin, seperti yang terlihat di gambar 4.24.

Gambar 4.24 Laporan Rangking Pilihan Alternatif Kasus Pertama


(3)

73

Untuk kasus kedua:

Dalam proses ini ternyata hasil akhir yang diperoleh dari proses psikologis tidak sama dengan hasil akhir yang diperoleh dari proses Analitycal Hierarchy Process yaitu: peringkat pertama Jurusan Tehnik Fisika, peringkat kedua Jurusan Tehnik Mesin, dan peringkat ketiga Jurusan Tehnik Perminyakan. Dan sesuai hasil akhir dari proses Analitycal Hierarchy Process ini disarankan kepada Aan Setiawan untuk pilihan pertama jurusan Tehnik Fisika, pilihan kedua jurusan Tehnik Mesin dan pilihan ketiga jurusan Tehnik Perminyakan, seperti yang terlihat di gambar 4.25.


(4)

74 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembuatan laporan ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil dari proses seleksi secara psikologis ada kemungkinan sama dengan yang dihasilkan oleh proses Analitycal Hierarchy Process. Hal ini bisa dipengaruhi oleh seberapa mutlak hasil yang dihasilkan proses seleksi sehingga akan mempengaruhi dalam proses pengisian nilai presepsi

2. Penerapan model pendukung keputusan Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam program aplikasi pemilihan jurusan perguruan tinggi akan membantu calon mahasiswa dengan memberikan hasil keputusan yang diperoleh dari proses analisis AHP menjadi lebih akurat. Karena memperhitungkan faktor kriteria-kriteria penilaian yang mempengaruhi dalam penentuan jurusan perguruan tinggi dengan mengetahui bobot prioritas untuk alternatif jurusan. 3. Dengan menggabungkan dua model yaitu Analisis Tes Psikologis sebagai

seleksi tahap awal dan model Analitycal Hierarchy Process dapat membantu calon mahasiswa dalam pemilihan jurusan perguruan tinggi.


(5)

5.2. Saran

Model pengambilan keputusan Analitycal Hierarchy Process dapat di kembangkan dengan menggabungkan dengan beberapa model penyelesaian yang lainya sebagai pendukung keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dan penilaian nilai presepsi skala prioritas alangkah baiknya jika data yang digunakan dilakukan suatu penelitian terlebih dahulu mengenai perkiraan perkembangan ilmu, trend kebutuhan dunia kerja dan prioritas jurusan terhadap kesempatan kerja untuk empat atau lima tahun mendatang sehingga data yang digunakan data presepsi kuantitatif.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M. Agus J., 2001, Belajar Sendiri Borland Delphi 6.0, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Astrid Wiratna, 1993, Intelligen Struktur Tes, PT. Locita Mandayaguna, Surabaya Bambang Permadi, 1992, “AHP”, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Dadan Umar Dhaini, 2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Dewa Ketut Sukardi, 2003, Analisis Tes Psikologis, PT. Rineka Cipta, Jakarata

Kadarsah Suryadi dan M. Ali Ramdhani, 1998, Sistem Pendukung Keputusan Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Kendall, Kenneth E. dan Kendall, Julie E., 2003, Analisis dan Perancangan Sistem, Pearson Education Asia Pte. Ltd. dan PT Prenhallindo, Jakarta.

M. Sinar Dinarga, 2004, Jurusan Apa Buat Kamu ?, PT. Andi Offset, Yogyakarta. Taliziduhu Ndraha, 1988, Manajemen Perguruan Tinggi, PT. Bina Aksara, Jakarta. Thomas L. Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka