Moral Keluarga Citra Bangsa

A.12

MORAL KELUARGA CITRA BANGSA
Panji Hidayat, S.Pd.I., M.Pd
PGSD FKIP UAD Yogyakarta
[email protected]

Abstraksi.Banyak kasus yang terjadi di Indonesia tentang pelecehan seksual terhadap anakanak. Angka tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat. Apakah moral setiap keluarga
di Indonesia semakin merosot? Apakah sudah ada obat penawar racun syahwatiah yang telah
menggerogoti keluhuran bangsa. Anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan mengalami perilaku seksual menyimpang karena ulah orang di sekitarnya
atau mungkin karena keluarga yang mendidik dengan salah.Pendidikan dalam keluarga
merupakan hal yang sangat spesifik dan fundamental yang selalu mewarnai hari-hari
kehidupan anak sampai dewasa nanti. Pendidikan anak dari kecil perlu diperhatikan dan
dikawal sampai besar nanti supaya tidak mencoreng nama baik keluarga di kemudian hari
dan diharapkan nantinya anak tersebut dapat mengangkat derajat keluarga serta membawa
harum bangsa. Pembekalan sejak dini inilah yang perlu digalakkan bukan pendidikan seks
yang masuk dalam pembelajaran karena sejatinya manusia punya insting untuk
melampiaskan birahinya sesuai dengan perkembangan usianya.Keluarga adalah pondasi yang
kokoh untuk menangkal semua kejahatan ini dengan memberikan deskripsi agar tidak salah
pergaulan karena sekali salah bergaul masa depan dan keceriaan anak akan terenggut. Nilainilai agama dan pengenalan perbedaan individual perlu ditanamkan sejak dini sesuai dengan

masa perkembangan anak. Seandainya moral keluarga baik maka baiklah citra bangsa ini.
Kata kunci: moral, citra, anak, perkembangan

Indonesia merupakan negara santun

globalisasi tanpa adanya benteng kultural

yang masih memegang nilai ketimuran.

dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu

Kepribadian

ketika

bangsa

Indonesia

pada


masyarakat

tidak

mempunyai

umumnya merupakan kepribadian dengan

kemampuan

toleransi tinggi, penduduknya ramah tamah,

budaya global yang masuk, maka budaya

bersahabat,

dan

rukun.


global

Perkembangan

yang

bidang

menggeser nilai-nilai budaya lokal yang

teknologi, diikuti pertumbuhan ekonomi

sudah tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai

yang tidak kalah cepatnya berdampak pada

kepribadian masyarakat dan akhirnya akan

aspek kultural dan nilai-nilai suatu bangsa


menimbulkan culture shock (guncangan

(Suryaningtyas, 2008:25). Tetapi nilai itu

budaya) (Soleh, 2009:59).

guyub
cepat

di

telah tergeser karena imperalisme kultural
akibat

pengaruh

dampak

negatif


untuk

tersebut

memfilter

dengan

budaya-

sendirinya

Hal tersebut bisa terlihat dari fakta di

dari

lapangan yang menghiasai wajah media di

150


Moral Keluarga Citra Bahagia | 151
Hidayat, P. [hal.150-160]

Indonesia tercinta ini. Misalnya saja kasus

lingkungan keluarga yang dapat membentuk

freesex,

pembunuhan,

karakter anak. Kedua orang tua anak

pelecehan dan kekerasan seksual, hamil di

mempunyai kewajiban yang paling dasar

luar


dalam menggulowentah anak, dalam arti

pemerkosaan,

nikah,

hamil

di

usia

sekolah,

pembuangan dan penjualan bayi, serta

mempunyai

maraknya kasus perceraian dalam rumah


pondasi yang kuat sebelum dilepaskan ke

tangga. Disamping itu mahasiswa dan

dunianya. Keluarga adalah benteng moral

masyarakat mudah tersulut emosi dengan

yang mampu menahan pengaruh negatif

sering melakukan demo anarkhis karena

globalisasi. Oleh karena itu seluruh keluarga

tuntutannya

Indonesia

tidak


terpenuhi

dengan

kewajiban

harus

menanamkan

mempunyai

melakukan pembakaran, perusakan fasilitas

untuk

umum, penebangan pohon, dan kadang

kembali ke fitrah sebagai institusi yang


berakhir dengan tawuran. Padahal dalam

menyenangkan, tempat menaburkan dan

wacana

disebut

membumikan nilai-nilai akhlakul karimah,

yaitu sebuah media dan

etika, kasih sayang, dan nilai-nilai luhur

sarana penyampaian gagasan atau ide-ide

lainnya. Citra bangsa tidak muncul dengan

yang


sendirinya

Islam,

muzhoharoh,

dianggap

demonstrasi

benar

dan

berupaya

membentuk

tetapi

moral

kesadaran

bangsa

dibangun

dan

dari

menyiarkannya dalam bentuk pengerahan

masyarakatnya sendiri. Kesadaran keluarga

massa agar terjadi perubahan yang lebih

dalam membangun moral sangatlah urgen,

baik (Nuryany, 2009:1).

bukan hanya sekadar mempunyai anak dan

Maraknya kasus kriminal tersebut

tidak mengasuhnya dengan benar, sehingga

mengindikasikan bahwa citra kepribadian

akan menjadi beban masyarakat yang

timur mulai luntur. Generasi anak sekarang

akhirnya juga menjadi beban negara. Oleh

mudah merasa kesepian dan pemurung,

karena perlu ditanamkan sejak dini tentang

lebih beringas, kurang memiliki etika,

pendidikan moral.

mudah cemas, gugup, dan lebih impulsif.

Moral menurut K.Prent berasal dari

Hal ini perlu dicari akar permasalahan

bahasa latin mores, dari suku kata “mos”

tersebut sebelum terlanjur rusak karena

yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak,

treatment

daripada

tabiat, dan akhlak. Dalam perkembangannya

melakukan tindakan preventif. Menyalahkan

moral menurut Amin Suyitni diartikan

sistem pendidikan kelihatannya kurang tepat

sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku

karena interaksi anak dengan orang tua atau

yang baik dan bersusila (Soenarjati 1994:

keluarga lebih banyak daripada di sekolah.

25). Sedangkan pengertian nilai adalah

Disamping

segala sesuatu yang

kuratif

itu

lebih

sulit

sosialisasi

pendidikan

pertama kali yang dialami anak adalah

berharga. Menurut

Amin Suyitni ada dua nilai yaitu nilai ideal

152 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai-nilai

psigenis,

yang

subskultur delikuensi. Teori biologis ini

menjadi

cita-cita

setiap

orang,

teori

psikogenis,

dan

teori

sedangkan nilai aktual adalah nilai yang

menekankan

diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari

diwariskan oleh genetis pembawa sifat,

(I Wayan Koyan, 2000: 12).

karena abnormalitas, dan melalui pewarisan

Nilai aktual yang diekspresikan oleh
remaja

sekarang

mengkhawatirkan

ini

sangat

karena

cenderung

kelemahan

bahwa

kenalan

jasmaniah.

Teori

remaja

psigenis

menekankan pada aspek psikologis atau isi
kejiwaan.

Teori

psigenis

antara

lain

melakukan tindakan destruktif pada dirinya

dipengaruhi oleh faktor intelegensi, ciri

sendiri maupun orang lain. Menurut Wright

kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang

seorang Sosiolog terdapat keadaan yang

salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri

menyebabkan remaja melakukan kenakalan

yang keliru, konflik batin, dan emosi yang

delinquency)

neurotic

kontroversial. Menurut psigenis 90% dari

delinquency, unsocialize deliquent, dan

jumlah anak nakal berasal dari keluarga

pseudo

yang broken home.

(juvenile

social

seperti

deliquent.

Neurotic

delinquency adalah remaja yang pemalu,

Teori psikogenis menjelaskan bahwa

terlalu perasa, suka menyendiri gelisah, dan

kenakalan

mengalami perasaan rendah diri. Remaja

sosiologis. Menurut Healy dan Bronner,

mempunyai dorongan yang kuat untuk

kota-kota yang berkembang pesat frekuensi

berbuat

kleptomania,

kenakalan remaja semakin tinggi. Teori ini

melakukan tindakan merusak secara tiba-

juga didukung oleh teori Sutherland yang

tiba tanpa alasan. Sedangkan unsocialiaze

menyatakan bahwa remaja nakal disebabkan

deliquent adalah remaja yang suka melawan

oleh keikutsertaannya di tengah lingkungan

kekuasaan seseorang serta memiliki rasa

sosial

permusuhan dan pendendam, tidak pernah

deferensial (pengalihan budaya). Sedangkan

merasa

teori subkultur delikuensi disebabkan oleh

kenakalan seperti

bersalah

perbuatan
pseudo

yang

dan

tidak

dilakukan.

deliquent

memiliki

loyalitas

terhadap

kelompok

menyesali
Sedangkan

adalah remaja

yang

yang sangat

tinggi

peer

group

atau

remaja

yang

bertambahnya

murni

dari

mengakibatkan

angka

faktor

asosiasi

kejahatan

dan

kriminalitas (Vina Dwi Laning, 2008: 43).
Terlepas dari keempat teori diatas
tentunya

juga

disebabkan

oleh

faktor

sehingga sikapnya tampak patuh, setia, dan

internal dan eksternal dari pribadi masing-

kesetiakawanan yang baik. (Vina Dwi

masing orang. Salah satunya yang paling

Laning, 2008: 42).

utama adalah kondisi utama keluarga yang
menjelaskan

tidak mendukung terciptanya kepribadian

kenakalan remaja yaitu teori biologis,

anak yang baik seperti kurangnya kasih

Banyak

teori

yang

Moral Keluarga Citra Bahagia | 153
Hidayat, P. [hal.150-160]

dalam

Dari uraian latar belakang masalah

menyayangi anak, tidak bisa memberikan

tersebut dapat ditentukan masalah sebagai

pendidikan yang cukup, pola asuh yang

berikut.

sayang,

terlalu

berlebihan

salah, tidak bisa menuruti kemauan anak,

1. Bagaimana

cara

perlindungan anak

dan tidak memberikan pendidikan agama

dalam keluarga sebagai benteng moral

yang baik. Dalam Surat An-Nisa’ ayat 9,

untuk meredam perilaku negatif?

Allah SWT Berfirman:

2. Bagaimana

“Dan hendaklah takut (kepada
Allah) orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan
yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraannya). Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka
berbicara dengan tutur kata yang
benar.”
Dari

ayat

tersebut

jelas

peran

keluarga

dalam

menciptakan kepemimpinan anak muda
demi mengangkat citra bangsa yang
menurun

karena

rusaknya

moral

generasi muda ?

Penanaman Moral Anak dalam Keluarga
Keluarga merupakan institusi terkecil

peran

dalam masyarakat. Masyarakat adalah unit

orangtua sangat penting dalam menciptakan

yang membentuk negara. Oleh karena itu,

masyarakat yang kuat dalam berbagai hal.

keluarga sangat berperan penting dalam

Kewajiban orang tua bukan hanya sekadar

pembentukan

memberikan makan minum, pakaian yang

merupakan kunci bagi sumber daya manusia

baik buat anak, menyekolahkan sampai

yang berkualitas. Sehingga, pendidikan

jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi

moral sejak usia dini merupakan hal yang

juga perlu didoakan agar selamat di dunia

penting. Apabila pendidikan di keluarga

dan di akhirat kelak. Pendidikan moral perlu

sudah

ditekankan pada setiap keluarga agar anak-

permasalahan yang berkepanjangan yang

anak yang dilahirkan nanti menjadi anak

menghancurkan nilai luhur yang terkandung

yang saleh, berbakti kepada orang tua,

dalam

agama, nusa, dan bangsa serta selalu

masalah tersebut tidak akan terjadi apabila

bermanfaat bagi orang lain di manapun anak

keluarga

tersebut berada. Oleh karena itu jika semua

benar.

moral

bermasalah

keluarga.

melakukan

individu.

maka

Padahal

akan

Moral

terjadi

semestinya

fungsinya

dengan

moral keluarga baik maka harumlah citra

Koentjaraningrat (1979) menyatakan

bangsa ini. Namun begitu perlu dicarikan

bahwa unsur-unsur kepribadian ada tiga

solusi agar pendidikan di Indonesia dapat

yaitu pengetahuan, perasaan, dan dorongan

membentuk moral adiluhung yang dapat

naluri. Terjadinya perubahan kepribadian

mencerminkan

seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai

citra

berkepribadian luhur.

bangsa

yang

macam faktor, baik secara langsung maupun

154 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

tidak langsung. Kepribadian seseorang bisa

dalam membentuk moral anak agar menjadi

dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis,

seorang pribadi yang berkualitas di masa

dan sosiologis. (Soerjono Soekanto, 1987:

yang akan datang.

168). Faktor biologis dapat memengaruhi
kepribadian

secara

misalnya

ajaran tentang bagaimana orang harus hidup

proses

dengan baik dan benar agar menjadi

pendewasaan, dan juga kelainan biologis

manusia yang baik. Sumber utama ajaran

seseorang. Faktor psikologis yang dapat

moral adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran

memengaruhi

antaranya

agama-agama atau ideologi. Moral tidak

kemampuan

hanya apa yang harus dan tidak harus

watak-watak

langsung

Moralitas sering dikaitkan dengan

seksualitas,

kepribadian

adalah unsur

di

temperamen,

belajar,

perasaan,

keinginan.

Sedangkan

dilakukan,

bukan

semata-mata

aspek

keterampilan,

dan

sosiologis

yang

normatif baik-buruk, dan berpikir benar dan

memengaruhi kepribadian seseorang adalah

salah. Piaget menyatakan bahwa kesadaran

interaksi sosial dan sosialisasi individu

moral anak mengalami perkembangan dari

tersebut.

satu tahap rendah ke tahap yang lebih

Fungsi psikologis keluarga adalah

tinggi. Melalui tahap perkembangan umur

memberikan perhatian di antara anggota

anak maka orientasi perkembangan itupun

keluarga,

berkembang dari sikap heteronom menjadi

memberikan

kepribadian

anggota

memberikan

identitas

pendewasaan
keluarga

keluarga.

dan

otonom dari dalam diri pribadi individu

Fungsi

sendiri. Pada tahap heteronom anak-anak

pendidikan yaitu salah satunya adalah

menggangap

mempersiapkan

kehidupan

diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya

dewasa yang akan datang dalam memenuhi

merupakan sesuatu yang patut dipatuhi,

peranannya dalam kehidupan dewasa, serta

dihormati, diikuti dan ditaati. Pada tahap

fungsi sosialisasi yaitu membentuk norma

otonom,

tingkah laku sesuai dengan perkembangan

peraturan-peraturan

anak.

kesepakatan bersama. Menurut

anak

Sebenarnya,

untuk

apabila

keluarga

bahwa

peraturan

anak-anak beranggapan

yang

bahwa

merupakan

hasil

Kohlberg

melakukan fungsinya dengan baik, maka

dalam proses perkembangan moral berlaku

semua masalah yang terkait dengan krisis

dalil antara lain yang pertama adalah

karakter

perkembangan

moral

keluarga seringkali melewatkan begitu saja

berurutan

satu

fase kritis dalam pembentukan sikap moral

berikutnya; kedua dalam perkembangan

anak.

tidak

moral orang tidak memahami cara berpikir

perkembangan

dari tahap yang lebih dari dua tahap di

akan

terselesaikan.

Kadangkala

memikirkan

orang

bagaimana

tua

Namun,

moral anaknya sehingga tidak terlalu fokus

atasnya;

dari

dan

yang

terjadi
tahap

ke

ketiga

secara
tahap

dalam

Moral Keluarga Citra Bahagia | 155
Hidayat, P. [hal.150-160]

seseorang secara

kenakalan dengan cara moralitas adalah

kognitif tertarik pada cara berpikir dari satu

menitikberatkan pada pembinaan moral dan

tahap di atas tahapnya sendiri; dan yang

membina mental anak remaja. Dengan

keempat

moral,

pembinaan moral yang baik anak tidak

perkembangan hanya akan terjadi apabila

mudah terjerumus pada perbuatan-perbuatan

diciptakan suatu disequilibrium kognitif

nakal, karena nilai-nilai moral yang sudah

pada diri si anak didik.

tertanam pada diri

perkembangan moral,

Dalam

perkembangan

Keluarga dapat dipersalahkan karena

membuat remaja

menjauh dari perbuatan-perbuatan jahat.

moralitas anak yang merosot karena pada

Upaya

dasarnya fungsi keluarga adalah sebagai

mengurangi, menghilangkan sebab-sebab

berikut.

merupakan

yang mendorong anak melakukan perbuatan

tempat pertama anak mengenal dunia. Bagi

nakal di antaranya adalah broken home,

seorang anak, bagi seorang anak keluarga

frustasi,

memiliki arti penting dalam hidupnya,

sarana hiburan untuk anak remaja (Laning,

kedua anak membutuhkan kasih sayang,

2008: 60).

Pertama

keluarga

perhatian, rasa aman, dan perlindungan dari

preventif

abolisionistis

pengangguran,

Sedangkan

dan

tindakan

adalah

kurangnya

kuratif

bagi

keluarga. Tanpa sentuhan keluarga, anak

penyembuhan kenakalan remaja adalah

akan merasa terancam dan penuh rasa takut,

sebagai berikut. Pertama menghilangkan

ketiga keluarga merupakan dunia keakraban

semua sebab musabab timbulnya kejahatan

anak. Keluargalah anak mulai berinteraksi

remaja baik yang berupa pribadi, keluarga,

dan dunia sekelilingnya, keempat dalam

sosial

keluarga anak dipersatukan oleh hubungan

melakukan perubahan lingkungan dengan

batin yang kuat dan tidak tergantikan,

jalan mencarikan orang tua angkat atau asuh

kelima keluarga dibutuhkan anak untuk

dan memberikan fasilitas yang diperlukan

memberikan motivasi belajar agama, moral,

bagi perkembangan jasmani dan rohani yang

dan kepribadian, dan yang kelima relasi

sehat

keluarga membuat anak mengenal dunia

memindahkan anak-anak nakal ke sekolah

secara baik.

yang lebih baik atau ke tengah lingkungan

Menurut

seorang

ekonomis,

bagi

dan

anak-anak

kultural.

remaja.

Kedua

Ketiga

kriminolog

sosial yang baik. Keempat memberikan

Soerdjono Dirdjosisworo upaya yang tepat

latihan bagi para remaja untuk hidup teratur,

untuk mengatasi kenakalan remaja adalah

tertib,

dengan cara moralitas dan abolisionistis.

memanfaatkan leisure time di kamp latihan,

Kedua cara itu seringkali digunakan oleh

untuk membiasakan diri bekerja, belajar,

negara maju untuk mencegah munculnya

dan melakukan rekreasi sehat

kejahatan. Upaya preventif untuk mencegah

berdisiplin. Keenam menggiatkan organisasi

dan

berdisiplin.

Kelima

dengan

156 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

pemuda

dengan

vokasional

untuk

program-program

ada

pengetahuan

dan

tertanam

anak

perilaku yang baik sehingga orang tua tidak

remaja nakal itu bagi pasaran kerja dan

akan khawatir apabila kelak ditinggal di

hidup

kemudian hari karena kepribadiannya sudah

di

mempersiapkan

sudah

tengah

Memperbanyak

masyarakat.

lembaga

Ketujuh
kerja

terbentuk sikap yang baik. Oleh karena itu

dengan program kegiatan pembangunan.

pembangunan moral tidak dapat terlepas

Dan yang ke delapan adalah mendirikan

dari peran keluarga. Keluarga merupakan

klinik psikologi untuk meringankan dan

hal yang terpenting, karena keluarga ibarat

memecahkan

dan

akar yang menentukan akan menjadi apa

gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan

dan bagaimana seorang individu tersebut.

pengobatan medis dan terapi psikologis bagi

Bila

mereka yang menderita gangguan kejiwaan.

dengan baik, maka individu-individu yang

konflik

latihan

emosional

Sosiolog Selo Sumardjan mengatakan
bahwa bangsa Indonesia
unsur-unsur

kepribadian

membutuhkan
(Ilman

keluarga

menjalankan

fungsinya

dilahirkan akan mempunyai moral dan
karakter

yang

baik

sehingga

dapat

Soleh,

membentuk sumber daya manusia yang

2009: 52) yaitu kemampuan berpikir secara

berkualitas. Bukan tidak mungkin bila

rasional dan objektif dalam menghadapi

negara kita dapat terlepas dari berbagai

masalah-masalah yang dihadapi. Kesadaran

masalah krisis moral karena disusun oleh

akan hak dan kewajiban sebagai warga

masyarakat yang mempunyai keluarga yang

negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai

berfungsi dengan baik.

dan kaidah sosial, memiliki harga diri
sendiri

untuk

ikut

serta

dalam

tata

Agama merupakan hak asasi yang
paling

pribadi.

Dengan

penanaman

sistem

spriritualitas dimaksudkan untuk mencegah

kompetitif, memiliki pengetahuan yang luas

kemungkaran. Penanaman agama sangat

dari

sampai

penting untuk menyadarkan masyarakat agar

profesionalitas, serta mempunyai cita-cita

tidak menjadikan tindakan sosial merupakan

hidup yang ingin dicapai melalui segala

tindakan irrasional, hawa nafsu menjadi

jalan yang sah dan etis

pemandu kehidupan agama. Agama hadir

masyarakat

sesuatu

yang

yang

diwarnai

ditekuni

tidak hanya dalam pikiran, lisan, dan tulisan,
tetapi hadir dalam perilaku dan tindakan.

Pendidikan Agama
Penanaman spiritual pada anak sejak

Oleh

karena

itu,

setiap

anak

perlu

dini penting dalam membangun karakternya.

mendapatkan perlindungan untuk beribadah

Misalnya saja, anak diberitahu tentang

menurut agamanya sebelum anak tersebut

aturan-aturan

menentukan

agama

dan

belajar

menerapkannya supaya pada masa dewasa,

pilihannya.

Pelindungan

terhadap anak dapat dilakukan dalam bentuk

Moral Keluarga Citra Bahagia | 157
Hidayat, P. [hal.150-160]

pembinaan, pembimbingan, dan pengalaman

kognitif dilakukan setelah memberikan satu

ajaran agama bagi anak. Pendidikan agama

kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir

yang dimaksud penulis di sini adalah

dari

pendidikan Islam. Menurut beberapa orang

pendidikan; kedua, penilaian pembelajaran

ahli pendidikan Islam berbeda-beda akan

aspek

tetapi pada intinya memiliki tujuan yang

berlangsungnya kegiatan pembelajaran baik

sama di antaranya sebagai berikut (Abu

di dalam maupun di luar kelas; dan ketiga

Tauhid, 2000: 12).

adalah

Sayid

Sabiq

mendefinisikan

pendidikan Islam dengan mempersiapkan

semester

dan

afektif

satuan

dilakukan

penilaian

psikomotorik

jenjang

selama

terhadap

aspek

dilakukan

selama

berlangsungnya proses pembelajaran.

anak baik dari segi jasmani, akal dan

Dengan pendidikan agama diharapkan

rohaninya sehingga dia menjadi anggota

tidak akan terjadi lost generation yang tidak

masyarakat yang bermanfaat, baik untuk

diharapkan terjadi di negara ini. Pendidikan

dirinya

maupun

umatnya.Athiyah

Al

agama

sebisa

mungkin

memberikan

Abrosyi, maknanya adalah sesungguhnya

pengalaman keagamaan dalam kehidupan

maksud

adalah

dan dipelihara terus menerus dalam suatu

mempersiapkan individu agar ia dapat hidup

rangkaian ibadah dan muamalah. Menurut

dengan kehidupan yang sempurna, dan dari

Ajat Sudrajat (Pewara Dinamika UNY,

Anwar Jundi: sesungguhnya yang namanya

2013: 33) fungsi peribadatan adalah untuk

pendidikan

menumbuhkan

menjaga konsistensi perasaan ketuhanan

manusia dengan pertumbuhan yang terus-

yang mempertebal keyakinan, memberikan

menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal

kekayaan

dunia.

ketundukan dan kepatuhan, menyuburkan

pendidikan

Islam,

Islam

ialah

emosional

yang

memperkuat

Kurangnya dasar-dasar ajaran agama

gelora keagamaan yang akan mengatasi

menyebabkan tipisnya iman dan membuat

problem ketidakpastian, ketidakberdayaan,

anak tidak tahan menghadapi cobaan hidup

dan

dan

ketenangan, ketentraman, dan keselamatan

tidak

mau

pendidikan agama

berusaha.
Islam

Evaluasi

menggunakan

hidup,

kelangkaan,

dan

memberikan

melestarikan

agama

Allah

dianutnya.

dievaluasi

berfirman dalam surat Al-Ra’du ayat 28.

(Personality.

aspek

kepribadian

Penilaian dalam pendidikan

Islam adalah sebagai berikut (Sutrisno,
2005: 151). Pertama adalah Penilaian aspek

Al-Qur’an

yang

acuan etika karena kebanyakan aspek yang
adalah

Dalam

jaminan

“Orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram.”

158 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

kepada pihak penegak hukum bila terjadi

Upaya Hukum Perlindungan Anak
Landasan hukum perlindungan anak

pelanggaran tindak kejahatan terhadap anak,

20

dengan demikian hak anak akan terpenuhi.

November 1958 telah disahkan sebuah

Akhirnya semua berharap akan lahir tunas

Deklarasi Hak Anak-Anak oleh Majelis

bangsa yang mampu meneruskan cita-cita

Umum PBB, UUD 1945 pasal 28B ayat (2),

bangsa dengan baik dan bertanggung jawab.

antara

lain

adalah

Undang-Undang

pada

Nomor

tanggal

4

Tahun1979

tentang Kesejahteraan Anak yang juga

Peran Pemuda dalam Pencitraan Bangsa

ditegaskan dalam pasal 2 ayat (3) dan (4),

Bangsa yang besar tidak ada dengan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

sendirinya, tetapi dimulai dari usaha keras

tentang Hak Azazi Manusia, Undang-

para pendirinya. Bangsa merupakan suatu

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

kelompok

Perlindungan Anak, dan Undang-Undang

kewarganegaraan yang sama dan yang

Nomor

tentang

membedakan dengan kelompok-kelompok

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

lain yang di dalamnya terdapat suku bangsa.

Orang.

Dalam hal inilah bangsa sangat dekat

21

Tahun

2007

Penegakan hukum tersebut banyak
permasalahan

yang

menghadang.

teritorial

dengan

hak-hak

pengertiannya dengan pengertian negara,
yang dikenal di dunia sekarang ini. Negara

Permasalahan tersebut antara lain adalah

itu

adanya perbedaan pengertian perlindungan

organisasi dalam suatu wilayah teritorial

anak

adanya

yang mempunyai kekuasaan tertinggi, sah,

pemahaman yang tepat tentang pengertian

dan memiliki warga atau rakyat yang

manusia, masih rendahnya rasa keadilan

menopangnya.

antarpartisan,

belum

dalam masyarakat, serta masalah dalam
perlindungan

anak

merupakan

hasil

interaksi. (Amin Suprihatini, 2008: 8-9).

sendiri

sering

dipandang

sebagai

Kepribadian dalam konteks bangsa
bersifat kolektif bukan lagi individual.
Bangsa adalah suatu ciri khusus yang

Setiap anak selama dalam pengasuhan

konsisten dari bangsa Indonesia yang dapat

orang tua, atau pihak manapun yang

memberikan citra khusus sehingga dapat

bertanggung jawab atas pengasuhan berhak

dibedakan dengan bangsa lain. Berbagai

mendapat

perlakuan-

kepentingan manusia sesungguhnya bertitik

eksploitasi,

tolak

perlakuan

pelindungan

dari

diskriminasi,

dari

hal

ini.

Akibatnya,

penelantaran, kekerasan, dan penganiayaan,

mempertahankan dan menjaga identitas

ketidakadilan, serta perlakuan salah lainnya

menjadi sebuah misi penting setiap bangsa

seperti pelecehan seksual pada anak. Semua

atau komunitas.

pihak diharapkan memberikan informasi

Moral Keluarga Citra Bahagia | 159
Hidayat, P. [hal.150-160]

Ingatlah keteladanan para pendahulu

tidak meninggalkan memajukan kebudayaan

bangsa seperti Soekarno, Muhammad Hatta,

ketimurannya yang santun, keempat tidak

Jenderal Soedirman, Hamengkubuwono IX,

ada kata terlambat untuk menjadi bangsa

Muhammad Room yang melahirkan bangsa

yang besar, asal tidak berpangku tangan dan

Indonesia dan membawa harum citra bangsa

bertopang

dikancah nasional dan Internasional. Peran

menjadi bangsa yang besar tidaklah gratis

mereka tidak lepas dari didikan yang ada di

dan menunggu turun dari langit tetapi perlu

lingkungan

muda

peran pemuda untuk meneruskan estafet

seharusnya introspeksi untuk mengambil

kepemimpinan yang bersih. Dan yang

posisi dalam membuat sejarah baru bagi

keenam adalah menjadi bangsa yang maju

bangsa ini dan bangun dari tidur panjang.

harus didasari keberanian dengan sikap

Sangat disesalkan karena bangsa yang

tanggung jawab, kejujuran di atas moral

terbelakang umumnya merupakan bangsa

yang tinggi, mental untuk menghormati hak-

yang mempunyai kekayaan alam yang

hak warga yang lain, bekerja keras, ulet dan

melimpah. Untuk itu perlulah kiranya

sabar, tidak boros dalam kehidupan, sikap

pemuda

introspeksi

tidak memaksakan keyakinan kepada orang

sebagai berikut (Nur Khalik, 2010: 109-

lain, dan sikap tidak mendahulukan cara-

110).

cara kekerasan dalam menangani persoalan

keluarganya.

untuk

Kaum

melakukan

Pertama bangsa yang maju, besar, dan

pada

dagu.

Kelima

Untuk

ataupun perbedaan.

beradab, tidak ditentukan oleh kekayaan

Kaum muda adalah harapan masa

alam sebuah bangsa akan tetapi moral

depan bangsa ini. Di tangan merekalah

diperlukan dalam pengelolaan sumber daya

putih,

alam yang melimpah ini. Kedua tua

dipertaruhkan. Oleh karena itu pemuda

mudanya usia bangsa tidak menjadi garansi

harus bangkit membangun citra bangsa dan

untuk maju, tetapi diperlukan perubahan

berani memegang kepemimpinan dalam

besar generasi muda untuk dinamis dalam

segala lini kehidupan yang penuh bobot dan

mengelola sendiri aplikasi teknologi yang

bermutu.

berkembang.

Ketiga

besar,

maju,

nasib, tetapi upaya pantang menyerah, dan
keras

demi

tercapainya

hijaunya

nasib

bangsa

dan

bermartabatnya suatu bangsa bukanlah soal

kerja

merah,

Simpulan
Pendidikan

dalam

keluarga

cita-cita

merupakan hal yang sangat spesifik dan

bangsa, keempat untuk menjadi bangsa

fundamental yang selalu mewarnai hari-hari

besar, maju, dan bermartabat tidak masalah

kehidupan anak sampai dewasa nanti.

meskipun sebagai negara di Asia, tetapi

Pendidikan

negara ini akan maju apabila bangsa ini

diperhatikan dan dikawal sampai besar nanti

anak

dari

kecil

perlu

160 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

supaya di kemudian hari dapat mengangkat

peran pemuda dalam mengangkat citra

derajat keluarga serta

membawa harum

bangsa adalah dengan usaha keras, ulet, dan

bangsa. Hal yang perlu dilakukan untuk

gigih serta tidak melupakan sejarah. Dengan

meredam perilaku negatif anak di antaranya

demikian apabila moral keluarga baik maka

adalah penanaman pendidikan moral dalam

citra bangsa akan terangkat dengan lahirnya

keluarga, penanaman pendidikan agama,

para pemimpin yang meneruskan cita-cita

serta penegakan hukum dalam memberikan

para founding father bangsa.

perlindungan terhadap anak. Sedangkan

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin. (1997). Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Khalik, Nur. (2010). Kepemimpinan Kaum Muda. Klaten: Cempaka Putih.
Koentjaraningrat. (1979). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
Koyan, Wayan. (2000). Pendidikan Moral Pendekatan Lintas Budaya. Jakarta: Depdiknas.
Laning, Vina Dwi. (2008). Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Klaten: Cempaka Putih.
Nuryany, Novia. (2009). Mengapa Harus Demo. Klaten: Cempaka Putih.
Sholeh, Ilman. (2009). Dampak Globalisasi bagi Kepribadian Kita. Klaten: Cempaka Putih.
Soekanto, Soerjono. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Soenarjati dan Cholisin. (1994). Dasar dan Konsep Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:
Laboratorium PMP dan KN.
Sudrajat, Ajat. (2013). Pengalaman Keagamaan. Yogyakarta: Majalah Pewara Dinamika UNY.
Suryaningtyas, Indah dan Bima Syahab Hifmawan. (2008). Globalisasi di Dunia Pendidikan,
Jakarta: Permata Equator Media.
Sutrisno. (2005). Revolusi Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Tauhid, Abu. (2000). Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: Sekretariat Ketua Jurusan
Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.