PEMANFAATAN LIMBAH TEBU UNTUK BAHAN SERAT KOMPOSIT CHOPPED STRAND MAD DENGAN PERBANDINGAN VARIASI JENIS RESIN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan material komposit dengan penguat serat yang mulai banyak dikenal
dan terus menerus mengalami perkembangan, mendorong para ilmuwan untuk
mendalaminya agar dapat diproduksi secara massal pada industri manufaktur.
Keunggulan dari komposit yaitu ringan, kuat, tahan terhadap korosi dan mampu bersaing
dengan logam, cepat diserap oleh industri otomotif, militer, alat olahraga, kedokteran,
bahkan peralatan rumah tangga (Jatmiko, 2005). Produsen mobil Daimler-Bens yang
bekerjasama dengan UNICEF, mengembangkan komposit serat alam sebagai panel
interior mobil (Sumardi, 2003). P.T. INKA juga termasuk perusahaan yang
mengembangkan
aplikasi
komposit
pada
gerbong
kereta
api,
telah
mampu
mengaplikasikan komposit glass fiber reinforced polyester (GFRP) untuk front end KRLI
dan mask KRL-Nas. Aplikasi dari GFRP telah meluas pengunaannya pada industri
pembuatan pesawat terbang, kereta api, dan mobil. Namun dibandingkan dengan
penggunaan serat alam, komposit serat gelas mengalami kekurangan karena tidak ramah
lingkungan pada limbahnya yang tidak dapat terurai.
Serat alam yang memiliki keunggulan, antara lain: non-abbrasive, densitas
rendah, harga lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun
(Rana dkk, 1997
dan Rowell dkk, 2000), mendapatkan perhatian luas dari para peneliti untuk terus
dikembangkan. Konsep kembali ke alam yang mulai dicanangkan untuk mengatasi
kerusakan alam yang semakin tidak terkendali, pada masa sekarang ini merupakan istilah
yang perlu ditanggapi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, diantaranya dengan
pemanfaatan serat alam sebagai bahan penguat komposit. Untuk mendukungnya,
Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah sangat tepat sebagai daerah
pengembangan material komposit serat alam.
Indonesia terletak di kawasan tropis dengan sebagian penduduknya masih
bercocok tanam (agraris), merupakan salah satu negara penghasil tebu terbesar. Dengan
luas lahan mencapai 373.816 ton/ha pada tahun 2008 dapat menghasilkan tebu sebanyak
84,91 ton/ha, dimana dari proses pengolahan keseluruhan tebu tersebut menjadi gula
dihasilkan 90 % ampas tebu. Selama ini pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih
terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, bahan bakar boiler di
1
pabrik gula. Disamping terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum begitu tinggi,
oleh karena itu diperlukan adanya proses teknologi sehingga terjadi disversifikasi
pemanfaatan lahan pertanian yang ada, salah satunya dengan pembuatan komposit serat
tebu.
Berdasarkan kajian berbagai kondisi mengenai limbah tebu dapat dikatakan
bahwa, pemanfaatan serat tebu melalui pendekatan teknologi merupakan usaha untuk
lebih meningkatkan nilai guna, baik dari segi pemanfaatannya maupun ekonominya,
maka untuk mendukungnya perlunya diadakan riset mengenai sifat fisis dan mekanis.
2
•
Mencari metode – metode baru yang dapat meningkatkan kekuatan komposit
serat tebu.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, R F. 1994.Principle Of Composite Material Mechanics. New York : Mc Graw
Hill,Inc.
Haryadi, S D , 2005. Analisa Komposit Abu Sekam Padi Dengan Matrik Epoxy.
Surakarta. UMS.
Jatmiko, 2005. penelitian hybrid composite serat polipropilen matrik poliester dengan
variasi fraksi volume serat. Surakarta. UMS
Rana, K. G., Sukumaran, P. S., Mukherjee, C., Pavithran and S. G. K. 1997, “Natural
Fiber–Polymer Composites”, J Cement and Concrete Composites, 12(2), pp.
117–136.
Rowel, T. M., Gowda, A. C. B., Naidu D., and R. Chhaya, 2000. “Some Mechanical
Properties of Untreated Jute Fabric-Reinforced Polyester Composites”, J.
Composites Part A: Applied Science and Manufacturing, 30(3), pp. 277–284.
Sumardi, Y R. 2003. Analisa Karakteristuk Komposit Hybrid Composite Serat
Polipropilen Matrik Poliester Dengan Variasi Fraksi Volume Serat. Surakarta.
UMS.
Tata S, dan Shinkroku, S. 1999. Pengetahuan Bahan teknik. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita
Yanuar, Dany dan Diharjo. 2003. ”Analisa Komposit Serat Gelas (Glass Fibre) 3 Layer
Dalam Bentuk Chopped Strand Mat Dengan Berat Jenis 300 Gram/M 2 ”.
Surakarta. UMS.
22
RINGKASAN
PEMANFAATAN LIMBAH TEBU UNTUK BAHAN SERAT KOMPOSIT
CHOPPED STRAND MAD DENGAN PERBANDINGAN VARIASI JENIS RESIN
TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
Masyrukan
Dosen Teknik Mesin FT UMS
Penggunaan material komposit dengan penguat serat yang mulai banyak dikenal
dan terus menerus mengalami perkembangan, mendorong para ilmuwan untuk
mendalaminya agar dapat diproduksi secara massal pada industri manufaktur.
Keunggulan dari komposit yaitu ringan, kuat, tahan terhadap korosi dan mampu bersaing
dengan logam, cepat diserap oleh industri otomotif, militer, alat olahraga, kedokteran,
bahkan peralatan rumah tangga (Jatmiko, 2005). Produsen mobil Daimler-Bens yang
bekerjasama dengan UNICEF, mengembangkan komposit serat alam sebagai panel
interior mobil (Sumardi, 2003). P.T. INKA juga termasuk perusahaan yang
mengembangkan
aplikasi
komposit
pada
gerbong
kereta
api,
telah
mampu
mengaplikasikan komposit glass fiber reinforced polyester (GFRP) untuk front end KRLI
dan mask KRL-Nas. Aplikasi dari GFRP telah meluas pengunaannya pada industri
pembuatan pesawat terbang, kereta api, dan mobil. Namun dibandingkan dengan
penggunaan serat alam, komposit serat gelas mengalami kekurangan karena tidak ramah
lingkungan pada limbahnya yang tidak dapat terurai.
Serat alam yang memiliki keunggulan, antara lain: non-abbrasive, densitas
rendah, harga lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun
(Rana dkk, 1997
dan Rowell dkk, 2000), mendapatkan perhatian luas dari para peneliti untuk terus
dikembangkan. Konsep kembali ke alam yang mulai dicanangkan untuk mengatasi
kerusakan alam yang semakin tidak terkendali, pada masa sekarang ini merupakan istilah
yang perlu ditanggapi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, diantaranya dengan
pemanfaatan serat alam sebagai bahan penguat komposit. Untuk mendukungnya,
Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah sangat tepat sebagai daerah
pengembangan material komposit serat alam.
1
Indonesia terletak di kawasan tropis dengan sebagian penduduknya masih
bercocok tanam (agraris), merupakan salah satu negara penghasil tebu terbesar. Dengan
luas lahan mencapai 373.816 ton/ha pada tahun 2008 dapat menghasilkan tebu sebanyak
84,91 ton/ha, dimana dari proses pengolahan keseluruhan tebu tersebut menjadi gula
dihasilkan 90 % ampas tebu. Selama ini pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih
terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, bahan bakar boiler di
pabrik gula. Disamping terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum begitu tinggi,
oleh karena itu diperlukan adanya proses teknologi sehingga terjadi disversifikasi
pemanfaatan lahan pertanian yang ada, salah satunya dengan pembuatan komposit serat
tebu.
Berdasarkan kajian berbagai kondisi mengenai limbah tebu dapat dikatakan
bahwa, pemanfaatan serat tebu melalui pendekatan teknologi merupakan usaha untuk
lebih meningkatkan nilai guna, baik dari segi pemanfaatannya maupun ekonominya,
maka untuk mendukungnya perlunya diadakan riset mengenai sifat fisis dan mekanis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian stuktur mikro dari spesimen
komposit masih ditemukan void (rongga udara). Kekuatan tarik dan modulus elastisitas tertinggi
didapatkan pada komposit serat tebu dengan menggunakan jenis resin polyester 2250, yaitu
sebesar 20.13 MPa dan 12076,07 MPa. Kekuatan bending tertinggi terdapat pada komposit serat
tebu jenis resin polyester 2250 yaitu sebesar 36,43 MPa. Analisis foto makro patahan benda uji
pengujian tarik didapatkan adanya lubang-lubang kecil disekitar serat (pullout) akibat adanya
kandungan air.
2
RINGKASAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
PEMANFAATAN LIMBAH TEBU UNTUK BAHAN SERAT
KOMPOSIT CHOPPED STRAND MAD DENGAN
PERBANDINGAN VARIASI JENIS RESIN TERHADAP
SIFAT FISIS DAN MEKANIS
Oleh:
Ir. Masyrukan, M.T.
DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI,
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN
3
NOMOR: 008 / 006.2 / PP / SP / 2010, TANGGAL 01 MARET 2010
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
4
PENDAHULUAN
Penggunaan material komposit dengan penguat serat yang mulai banyak dikenal
dan terus menerus mengalami perkembangan, mendorong para ilmuwan untuk
mendalaminya agar dapat diproduksi secara massal pada industri manufaktur.
Keunggulan dari komposit yaitu ringan, kuat, tahan terhadap korosi dan mampu bersaing
dengan logam, cepat diserap oleh industri otomotif, militer, alat olahraga, kedokteran,
bahkan peralatan rumah tangga (Jatmiko, 2005). Produsen mobil Daimler-Bens yang
bekerjasama dengan UNICEF, mengembangkan komposit serat alam sebagai panel
interior mobil (Sumardi, 2003). P.T. INKA juga termasuk perusahaan yang
mengembangkan
aplikasi
komposit
pada
gerbong
kereta
api,
telah
mampu
mengaplikasikan komposit glass fiber reinforced polyester (GFRP) untuk front end KRLI
dan mask KRL-Nas. Aplikasi dari GFRP telah meluas pengunaannya pada industri
pembuatan pesawat terbang, kereta api, dan mobil. Namun dibandingkan dengan
penggunaan serat alam, komposit serat gelas mengalami kekurangan karena tidak ramah
lingkungan pada limbahnya yang tidak dapat terurai.
Serat alam yang memiliki keunggulan, antara lain: non-abbrasive, densitas
rendah, harga lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun
(Rana dkk, 1997
dan Rowell dkk, 2000), mendapatkan perhatian luas dari para peneliti untuk terus
dikembangkan. Konsep kembali ke alam yang mulai dicanangkan untuk mengatasi
kerusakan alam yang semakin tidak terkendali, pada masa sekarang ini merupakan istilah
yang perlu ditanggapi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, diantaranya dengan
pemanfaatan serat alam sebagai bahan penguat komposit. Untuk mendukungnya,
Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah sangat tepat sebagai daerah
pengembangan material komposit serat alam.
Indonesia terletak di kawasan tropis dengan sebagian penduduknya masih
bercocok tanam (agraris), merupakan salah satu negara penghasil tebu terbesar. Dengan
luas lahan mencapai 373.816 ton/ha pada tahun 2008 dapat menghasilkan tebu sebanyak
84,91 ton/ha, dimana dari proses pengolahan keseluruhan tebu tersebut menjadi gula
dihasilkan 90 % ampas tebu. Selama ini pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih
terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, bahan bakar boiler di
1
pabrik gula. Disamping terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum begitu tinggi,
oleh karena itu diperlukan adanya proses teknologi sehingga terjadi disversifikasi
pemanfaatan lahan pertanian yang ada, salah satunya dengan pembuatan komposit serat
tebu.
Berdasarkan kajian berbagai kondisi mengenai limbah tebu dapat dikatakan
bahwa, pemanfaatan serat tebu melalui pendekatan teknologi merupakan usaha untuk
lebih meningkatkan nilai guna, baik dari segi pemanfaatannya maupun ekonominya,
maka untuk mendukungnya perlunya diadakan riset mengenai sifat fisis dan mekanis.
2
•
Mencari metode – metode baru yang dapat meningkatkan kekuatan komposit
serat tebu.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, R F. 1994.Principle Of Composite Material Mechanics. New York : Mc Graw
Hill,Inc.
Haryadi, S D , 2005. Analisa Komposit Abu Sekam Padi Dengan Matrik Epoxy.
Surakarta. UMS.
Jatmiko, 2005. penelitian hybrid composite serat polipropilen matrik poliester dengan
variasi fraksi volume serat. Surakarta. UMS
Rana, K. G., Sukumaran, P. S., Mukherjee, C., Pavithran and S. G. K. 1997, “Natural
Fiber–Polymer Composites”, J Cement and Concrete Composites, 12(2), pp.
117–136.
Rowel, T. M., Gowda, A. C. B., Naidu D., and R. Chhaya, 2000. “Some Mechanical
Properties of Untreated Jute Fabric-Reinforced Polyester Composites”, J.
Composites Part A: Applied Science and Manufacturing, 30(3), pp. 277–284.
Sumardi, Y R. 2003. Analisa Karakteristuk Komposit Hybrid Composite Serat
Polipropilen Matrik Poliester Dengan Variasi Fraksi Volume Serat. Surakarta.
UMS.
Tata S, dan Shinkroku, S. 1999. Pengetahuan Bahan teknik. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita
Yanuar, Dany dan Diharjo. 2003. ”Analisa Komposit Serat Gelas (Glass Fibre) 3 Layer
Dalam Bentuk Chopped Strand Mat Dengan Berat Jenis 300 Gram/M 2 ”.
Surakarta. UMS.
22
RINGKASAN
PEMANFAATAN LIMBAH TEBU UNTUK BAHAN SERAT KOMPOSIT
CHOPPED STRAND MAD DENGAN PERBANDINGAN VARIASI JENIS RESIN
TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
Masyrukan
Dosen Teknik Mesin FT UMS
Penggunaan material komposit dengan penguat serat yang mulai banyak dikenal
dan terus menerus mengalami perkembangan, mendorong para ilmuwan untuk
mendalaminya agar dapat diproduksi secara massal pada industri manufaktur.
Keunggulan dari komposit yaitu ringan, kuat, tahan terhadap korosi dan mampu bersaing
dengan logam, cepat diserap oleh industri otomotif, militer, alat olahraga, kedokteran,
bahkan peralatan rumah tangga (Jatmiko, 2005). Produsen mobil Daimler-Bens yang
bekerjasama dengan UNICEF, mengembangkan komposit serat alam sebagai panel
interior mobil (Sumardi, 2003). P.T. INKA juga termasuk perusahaan yang
mengembangkan
aplikasi
komposit
pada
gerbong
kereta
api,
telah
mampu
mengaplikasikan komposit glass fiber reinforced polyester (GFRP) untuk front end KRLI
dan mask KRL-Nas. Aplikasi dari GFRP telah meluas pengunaannya pada industri
pembuatan pesawat terbang, kereta api, dan mobil. Namun dibandingkan dengan
penggunaan serat alam, komposit serat gelas mengalami kekurangan karena tidak ramah
lingkungan pada limbahnya yang tidak dapat terurai.
Serat alam yang memiliki keunggulan, antara lain: non-abbrasive, densitas
rendah, harga lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun
(Rana dkk, 1997
dan Rowell dkk, 2000), mendapatkan perhatian luas dari para peneliti untuk terus
dikembangkan. Konsep kembali ke alam yang mulai dicanangkan untuk mengatasi
kerusakan alam yang semakin tidak terkendali, pada masa sekarang ini merupakan istilah
yang perlu ditanggapi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, diantaranya dengan
pemanfaatan serat alam sebagai bahan penguat komposit. Untuk mendukungnya,
Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah sangat tepat sebagai daerah
pengembangan material komposit serat alam.
1
Indonesia terletak di kawasan tropis dengan sebagian penduduknya masih
bercocok tanam (agraris), merupakan salah satu negara penghasil tebu terbesar. Dengan
luas lahan mencapai 373.816 ton/ha pada tahun 2008 dapat menghasilkan tebu sebanyak
84,91 ton/ha, dimana dari proses pengolahan keseluruhan tebu tersebut menjadi gula
dihasilkan 90 % ampas tebu. Selama ini pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih
terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, bahan bakar boiler di
pabrik gula. Disamping terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum begitu tinggi,
oleh karena itu diperlukan adanya proses teknologi sehingga terjadi disversifikasi
pemanfaatan lahan pertanian yang ada, salah satunya dengan pembuatan komposit serat
tebu.
Berdasarkan kajian berbagai kondisi mengenai limbah tebu dapat dikatakan
bahwa, pemanfaatan serat tebu melalui pendekatan teknologi merupakan usaha untuk
lebih meningkatkan nilai guna, baik dari segi pemanfaatannya maupun ekonominya,
maka untuk mendukungnya perlunya diadakan riset mengenai sifat fisis dan mekanis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian stuktur mikro dari spesimen
komposit masih ditemukan void (rongga udara). Kekuatan tarik dan modulus elastisitas tertinggi
didapatkan pada komposit serat tebu dengan menggunakan jenis resin polyester 2250, yaitu
sebesar 20.13 MPa dan 12076,07 MPa. Kekuatan bending tertinggi terdapat pada komposit serat
tebu jenis resin polyester 2250 yaitu sebesar 36,43 MPa. Analisis foto makro patahan benda uji
pengujian tarik didapatkan adanya lubang-lubang kecil disekitar serat (pullout) akibat adanya
kandungan air.
2
RINGKASAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
PEMANFAATAN LIMBAH TEBU UNTUK BAHAN SERAT
KOMPOSIT CHOPPED STRAND MAD DENGAN
PERBANDINGAN VARIASI JENIS RESIN TERHADAP
SIFAT FISIS DAN MEKANIS
Oleh:
Ir. Masyrukan, M.T.
DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI,
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN
3
NOMOR: 008 / 006.2 / PP / SP / 2010, TANGGAL 01 MARET 2010
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
4