Deskripsi Pengikut Bahai di Surabaya

❩ ❬ Tabel 4.1 Jumlah pengikut Baha’i Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 8 8 Sumber : hasil wawancara dengan informan Pak Makruf Tabel 4.2 Jumlah penganut Baha’i berdasarkan Tempat Tinggal Tandes Kidul Pucang Anom Tiimur Manuan Ketintang 9 2 3 2 Sumber : hasil wawancara dengan informan Pak Makruf Disurabaya penganut Baha’i tidak memiliki tempat ibadah seperti agama lainnya, jadi mereka sembahyang dirumahnya sendiri. Begitu pula Ketika ada acara besar Baha’i atau acara lainnya mereka merayakannya secara bergiliran dirumahnya. Dalam praktik keagamaan Baha’i melakukan sembahyang setiap hari yaitu berdoa minimal satu kali sehari dan itu diwajibkan ketiak berumur 15 tahun ke atas. Dengan menggunakan bahasa yang dimengerti. Karena doa-doa agama Baha’i diterjemahkan ke dalam 802 bahasa. Sebelum melakukan sembahyang harus berwudhu terlebih dahulu. Selain sembahyang mereka juga berpuasa selama 17 hari pada tangal 2-21 maret. Penganut agama Baha’i memiliki sifat terbuka terhadap semua orang serta ramah dan bisa cepat bergaul dengan semua orang sekalipun diluar agama Baha’i itu sendiri. Dan menghormati semua perayaan diluar agama Baha’i, ketika mereka mendapat undangan dari agama lain tidak ada kata menolok bagi agama Baha’i begitu pula dengan perayaan agama Baha’i mereka membuka lebar bagi penganut agama lain untuk menghadari perayaan mereka. Sebagai agama minoritas agama Baha’i serba keterbatasan, mulai dari tempat ibadah, tempat perkumpulan selain itu juga tentang administrasi dan struktur dalam agama Baha’i. Dalam Agama Baha’i memiliki aturan hal kepemimpinan seperti yang tertuang dalam administrasi Baha’i. kepemimpinan menurut pengkut Baha’i dipandang tidak seperti kepemimpinan yang ada pada umumnya, karena dalam agama Baha’i untuk zaman saat ini tidal ada namanya kepemimpinan perorangan. Seperti ramalan tulisan Bahaullah menyatakan bahwa aka nada satu masa dimana tidak akan diperlukan lagi kepemimpinan perorangan dalam agama Baha’i dan semua urusan agama Baha’i akan dujalankan oleh lembaga. Agama Baha’i yang ada disetiap daerah seperti Surabaya, Banyuwangi, Pati, Tulungagung dan lain-lain berada dinaungan Majelis Rohani Baha’i Indonesia sehingga segala sesuatu keputusannya Majelis Rohani Baha’i Indonesia. Tugas dari Majelis Rohani Baha’i Indonesia yaitu: 1. Majelis Rohani Baha’i Indonesia atau Majelis Rohani Nasional dipilih oleh umat Baha’i dari suatu desa atau kota. 2. Mengkordinasi dan menyatukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh semua orang Baha’i diseluruh Kota dan memberi semngat kepada mereka dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial. 3. Majelis Rohani Nasional berhubungan dengan umat Baha’i dunia melalui surat-surat dan buletin, berita-berita mengenai berbagai kegiatan orang-orang Baha’i dan kemajuan agama disuluruh dunia disampaikan kepada umat Baha’i oleh majelis Rohani Nasional. Berita berita tersebut nanti akan dibacakan dan dimusyawarahkan dalam Sembilan belas harian. Hasil musyawarah akan disampaikan kepada umat Baha’i yang ada disetiap daerah termasuk Surabaya. pengikut Baha’i Surabaya akan melakukan Sembilan belas harian untuk mendiskusikan hasil dari mejelis Rohani. 4. Majelis Rohani Nasional mengurus dalam hal surat undangan, surat penelitian dan lain sebagainya, dalam melakunan suatu penelitian suratnya adalah tertuju pada majelis Rohani melalui Email beserta proposalnya. Kemudian majelis Rohani Nasional akan menyampaikannya kepada umat Baha’i daerah yang dituju peneliti.

B. Diskripsi Hasil Penelitian

Setelah memaparkan sejarah dan ajarana agama baha’i dari Indonesia sampai ke Surabaya. Dan profil agama baha’i. peneliti melanjutkan diskripsi hasil penelitian yang lama dilakukan sekitar tiga bulan. Dalam hasil penelitian 1. Mengurai eksistensi agama Baha’i meliputi latar belakang profil pengikut Baha’i, bagaimana pengikut Baha’i membuka diri terhadap lingkungan. Dari sini peneliti akan menemukan kehidupan sebenarnya pengikut Baha’i Surabaya merupakan kota urban yang banyak didatangi orang dari berbagai daerah yang ada diluar Surabaya, pengikut Baha’i di Surabaya tidak semua awalnya langsung beragama Baha’i sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Hamdi: “Dulu saya sebelum pindah agama Baha’i, beragama Islam, kata-kata orang keluarga saya itu alim diantara tetangga yang lain, bapak saya sangat disegani sama tetangga. Saya dulunya gak punyak pikiran untuk pindah agama, karena saya paling takut sama bapak dan takut mejelekkan nama baik keluarga. Ditempat tinggal saya dulu sudah ada agama baha’i tapi banyak orang yang gak tahu. Yang agama baha’i Cuma dua keluarga dan salah satunya adalah temen saya. Saya akrab sama dia, yang namanya saya masih muda dan saya penasaran saya sering tanyak-tanyak seperti apa agama baha’i dan dia menjelaskan secara rinci. Dan satu tahun kemudian saya mulai tertarik beragama baha’i ya akhirnya ikut saja agama baha’i samapai sekarang. Dan sejak itu keluarga saya tidak menerima saya, kemudian saya merantau ke Surabaya dan menetap di Surabaya. Setelah saya pindah agama baha’i tidak membuat saya tidak meyakini nabi muhaamad tetep saya meyakini nabi muahmmad.” 3 Apa yang dialami Pak Hamdi sama dengan yang dialami Odi berpindah agama karena ajakan dan pengaruh orang terdekat penuturan odi: “Saya asli jember, ibu saya islam dan memang dijember ada pengikut Bahai, saya pindah agama baha’i ketika akhir SMA mau masuk kuliah. Dan ibu saya ternyata shok mendengar saya pindah gama tapi sekarang sudah bisa menerima. Tahu agama baha’i dari temen diajak temen saya ikut pertemuan baha’i dijember, disana menceritakan sejarah awal mulanya baha’i samapai tuntas dan mengadakn doa. Awalnya gak berniat sih tapi karena rasa 3 Hasil wawancara dengan Pak Hamdi pada tanggal 27 November 2016 penasaran akhirnya saya belajr sama temen saya. Dan kemuan saya mantap akhirnya saya pindah agama.” 4 Tetapi informan berikutnya mengtakan bahwa ia Bergama Baha’i karena kedua orang tua “Bapak, ibu, dan saya dulu itu agama islam, yang bawa agama baha’i dikeluarga itu ibu pada waktu 2010. Saya masih kelas 3 SMP kalau gak salah, saya merasa aneh koq tiba tiba cara ibadahnya ibu sama bapak beda dan akhirnya saya tanyak ke ibu, loh bu kenapa koq ibadahnya ibu beda biasanya rajin shalat lima waktu dan ngaji, koq ngajinya Cuma bacaan Indonesia kan pakai bahasa arab? ibu saya jawab iya ibu sama bapak mu pindah agama, agama Baha’i. trus ibu menjelaskan tentang agama baha’i. dan akhirnyaSMA kelas satu saya pindah keyakinan.saya enjoy dengan pilihan saya ” 5 Pak Hamdi dan Odi mengalami nasib yang sama yaitu menjadi pengikut Baha’i karena rasa penasaran menjadi ingin tahu dan akhirnya Pindah keyakinan. Tapi berbeda dengan Ening pindah keyakinan karena kedua orang tua dan sejak kecil mengikut keputusan orang tua. berbeda dengan Ayu: “Bapak dan ibu saya memang pindahan dari agama islam, saya dan saudara-saudara saya pemula agama Baha’i, jadi bukan pindahan dan bukan juga karena paksaan orang tua, kedua orang tua saya tidak memaksa saya untuk beragama Baha’i, tapi karena murni keingin saya ikut agama baha’i, ada satu saudara yang ada dijakarta itu agama islam.” 6 4 hasil wawancara dengan Odi pada Tanggal 13 Desember 2016 5 Hasil wawancara dengan Ening Pada Tanggal 23 November 2016 6 Hasil wawancara dengan Ayu pada tanggal 14 Desember 2016 Informan diatas membuktikan bahwa awal mulanya pengikut agama Baha’i adalah Islam, berpindah keyakinan karena tiga factor pilihan sendiri, pengaruh teman dan doktrin orang tua. Semua orang punya pilihan sendiri untuk menentukan pilihannya dan setiap pilihan pasti ada alasan dan konsekuensi. Dalam memilih keyakinan tidak bisa memaksa dan tidak dipaksa, karena pilihan ada pada keyakinan hati individu. Dari pernyataan Pak Hamdi dan odi itu membuktikan bahwa mereka terpengaruh ajarakan teman, Ening karena Doktrin Orang Tua sedangkan Ayu Murni pilihan hatinya sendiri. Perkataan Ayu membuktikan bahwa ia mempunyai pilihan yang tepat dan beragama, keputusan yang diambil karena ingin mengaplikasikan ajaran Bahaullah yaitu Mencari kebenaran secara bebas dan mandiri serta bertanggung jawab atas kebenaran itu sendiri. Tidak boleh memaksa untuk mengikuti agama ini dan semua mengikuti kata hati. Kebanyakan orang berpikir ketika pindah agama, keyakinan akan berbeda tetapi bagi pengikut Baha’i harus menerapkan Dalam ajaran Bahaullah bahwa Tuhan satu agama satu dan manusia satu. Jadi orang berlatarbelakang Muslim dan kemudian pindah ke Baha’i hal itu membuat keyakinan bertambah terhadap semua agama. Dengan kata lain nbukan hanya mencitai utusan Baha’i tetapi mencintai Allah SWT, Para Rasul-Nya dan mailkat-Nya. ketika seorang menyatakan diri pengikut Bahaullah maka tidak mengingkari salah satu agama yang diturunkan oleh Allah. tidak mudah untuk bergaul dengan masyarakat. masyarakat akan menggunjing dan mengucilkan tapi bagi orang yang pikirannya masih primitive dan keislamannya kental. Seperti tutur Pak Hamdi: “Aduh yang namanya di rasani sama tetangga itu pasti, waktu saya pindah agama bukan hanya dirasani tapi merasa diasingngkan. Kan waktu keluarga saya tahu pindah agama, bapak saya sangat marah. Sehari-hari saya tidak bicara sama orang tua gak saling nyapa. Ya seperti anak gak dianggap. Tiba-tiba gossip itu terdengar oleh tetangga, sepertinya tiap hari mereka ngerasani saya dan kalau saya lewat diliat-liat orang, jadi awalnya saya rishi tapi kemudian udah terbiasa. Tapi it saya erasa nanggung malu kepada keluarga terutama bapak saya. Tapi untungnya sih orang-orang gak mengusir saya. Tapi itu gak lama mbak dan bagi saya gak ada gunanya juga dan tidak juga membuat saya pindah agama Islam lagi. Kan udah pilihan saya. Dan menurut saya ngerasaninya mereka membuat saya lebih yakin dengan pilihan saya. agama baha’I pemberi kedamaian dalam diri saya” 7 Pak Hamdi menyadari ketika ada orang yang berbeda agama dari mereka akan mendapatkan hujatan dari orang sekitar. Namun hal itu tidak menyurutkan untuk pindah agama lagi. Justru hujatan membuat yakin terhadap pilihannya. Pengikut Baha’i di Surabaya tidak ada yang asli Dari Surabaya semuanya mereka adalah pendatang dari daerah lain. Sebagaimana yang dipaparkan pak Makruf: 7 Hasil wawancara dengan Pak Hamdi pada tanggal 27 November 2016