Analisis Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Miskin di Desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI DESA SUMBER MELATI DISKI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH: FERYANTO SITORUS
100304003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI DESA SUMBER MELATI DISKI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI
OLEH: FERYANTO SITORUS
100304003
Skripsi sebagai syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
KOMISI PEMBIMBING

Ketua

Anggota

( Ir. Iskandarini, MM, Ph.D ) NIP. 19640505199403 2 002


( DR. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec ) NIP. 19630402199703 1 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. i ABSTRAK...................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP....................................................................................... iv KATA PENGANTAR................................................................................... v DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vii DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah...................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................... 7 2.2 Landasan Teori............................................................................. 12 2.2.1 Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga........................ 12 2.2.2 Definisi Kemiskinan........................................................... 14 2.2.3 Pangan................................................................................. 17 2.2.4 Konsumsi Energi dan Protein............................................. 19 2.2.5 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan.......................... 20 2.2.6 AKG (Angka Kecukupan Gizi )......................................... 21 2.3 Penelitian Terdahulu.................................................................... 22 2.4 Kerangka Pemikiran..................................................................... 23 2.5 Hipotesis Penelitian...................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Daerah Sampel Penelitian.............................. 27 3.2 Metode Pengambilan Sampel....................................................... 30
i
Universitas Sumatera Utara

3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 32 3.4 Metode Analisis Data................................................................... 32 3.5 Defenisis dan Batasan Operasional.............................................. 35
3.5.1 Defenisi............................................................................... 35 3.5.2 Batasan Operasional............................................................ 35 IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Wilayah............................................................. 36 4.2 Keadaan Penduduk Desa Sumber Melati Diski........................... 36 4.3 Sarana dan Prasarana Desa Sumber Melati Diski........................ 40 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Rumah Tangga Miskin Responden........................ 42 5.2 Ketersediaan Pangan Pokok Rumah Tangga Miskin Desa Sumber Melati Diski.......................................................... 43 5.3 Tingkat Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Desa Sumber Melati Diski........................................................... 45 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.................................................................................. 49 6.2 Saran............................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
FERYANTO SITORUS (100304003) dengan judul skripsi “ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI DESA SUMBER MELATI DISKI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG”. Penelitian ini dilakukan di desa Sumber Melati Diski kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Desa Sumber Melati Diski adalah salah satu desa yang ada di kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang. Menurut data statistik yang diterbitkan oleh BPS Sumatera Utara, kabupaten Deli Serdang adalah kabupaten terbaik diantara kabupaten/kota lainnya dengan angka kemiskinan yang paling rendah yaitu 4,78%. Kemudian kabupaten Deli Serdang juga termasuk salah satu sentral lumbung pangan khususnya beras di Sumatera Utara. Meskipun begitu, kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari masalah pangan termasuk dalam kaitannya ketersediaan pangan dan jumlah kemiskinan di daerah yang menjadi objek penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketersediaan pangan rumah tangga miskin di desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang serta melihat tingkat konsumsi dari rumah tangga miskin di desa tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama menggunakan analasisi ketersediaan pangan pokok dan perbandingan persentae dari AKG yang dianjurkan.
Hipotesis dari penelitian ini yang pertama ketersediaan pangan rumah tangga miskin di desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dalam kategori rendah dan tingkat konsumsi pangan rumah tangga miskin dalam kategori kurang.
Dari hasil penelitian, sebanyak 37 sampel kepala keluarga miskin maka diperoleh hasil yaitu Ketersediaan pangan pokok rumah tangga miskin di desa Sumber Melati Diski termasuk dalam kategori rendah yaitu KP = 1133,71 kkal/kap/hari < 1400 kkal/kap/hari dan Tingkat konsumsi gizi (TKG) meliputi tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP) dimana untuk TKE rumah tangga miskin desa Sumber Melati Diski berada dalam kriteria baik karena TKE (104,75%) > 100% AKG dan untuk TKP rumah tangga miskin desa Sumber Melati Diski berada dalam kriteria kurang karena TKP (70,35%) diantara 70-79% AKG.
Kata kunci : Ketersediaan pangan, tingkat konsumsi, rumah tangga miskin
iii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Riau, Bengkalis pada tanggal 13 Februari 1993 dari pasangan bapak Jamal Sitorus dan Ibu Siti Daryana. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah : 1. Tahun 1998 masuk SDN 003 Dayun, Kab. Siak sampai kelas 6 semester I,
kemudian tamat dari SDN 107393 Diski, Kab. Deli Serdang pada tahun 2004. 2. Tahun 2004 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri I Sunggal dan
tamat pada tahun 2007. 3. Tahun 2007 masuk sekolah menengah atas di SMA Negeri I Sungal dan tamat
tahun 2010. 4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur undangan. 5. Bulan Agustus – September 2013 melaksanakan PKL (Praktek Kerja
Lapangan) di Desa Bingkat Kecamatan Pegajahan Kabupaten Sergai Berdagai. 6. Bulan Agustus-September 2014 melaksanakan penelitian skripsi di kecamatan

Sunggal kabupaten Deli Serdang. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga merupakan anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota MOSCLUB Sunggal sebagai EO (Event Organitation) untuk Training Motivation, Leader Ship, dan pembinaan remaja Islam serta anggota GEMA (Gerakan Masyarakat) NUSANTARA ANTI NARKOBA.
iv
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapt menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Miskin di Desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Mama Siti Daryana dan Papa Djamal Sitorus yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis ini.
2. Abangda tercinta Ryo Sandi Sitorus atas segala dukungannya baik moril maupun materi.
3. Ketua komisi pembimbing Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku anggota komisi pembimbing yang telah dengan sabar membimbing penulis mulai dari usulan penelitian, penelitian, sampai ujian akhir.
4. Masyarakat desa Sumber Melati Diski atas ketersediaannya menerima penulis unutuk melakukan penelitian serta semua bantuannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kepala desa Sumber Melati Diski Bapak Robert Ginting beserta kepengurusannya yang telah membantu dalah hal pengumpulan data sehingga memudahkan penulis untuk menyeleasaikan penelitiannya.
6. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara.
v
Universitas Sumatera Utara

7. Keluarga besar PRISMAH (Persatuan Remaja Mesjid Al-Aziz AlHidayah) yang telah memberikan dukungan dan doanya.
8. Teman terbaik saya Wahyu Binarko yang telah mendukung penelitian ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Risky Hardiansyah, Zulia Hermis, Ali sunandar, Suprianto SE, Eri Gunadi, Endrianto, Yoga Maulanan, Heri Kiswanto, Deni Seni Setyawan, Aprizal Hamdani, Supriono, Agusman, Aris Munandar Siregar dan Juli atas segala perhatian, dukungan, masukan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman seangkatan 10 atas kebersamaan dan kerja samanya selama ini.
Akhir kata penulis, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yang pada kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan

Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran................................................................25

vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No Keterangan

Hal

1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012............................................... 27

2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kecamatan Tahun 2013.......................................................................................... 29
3 Jumlah Penduduk Miskin Desa Sumber Melati Diski 2013................ 30

4 Pengambilan Sampel Penduduk Miskin Desa Sumber Melati Diski................................................................... 32
5 Jumlah Penduduk Menurut Dusun di Desa Sumber Melati Diski............................................................................ 37
6 Komposisi Penduduk Menurut Etnis/Suku di Desa Sumber Melati Diski........................................................................... 38
7 Komposisi Penduduk Menurut Agama di Desa Sumber Melati Diski............................................................... 38
8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Sumber Melati Diski............................................................... 39
9 Sarana dan Prasarana di Desa Sumber Melati Diski........................... 40

10 Karakteristik Rumah Tangga Miskin Responden di Desa Sumber Melati Diski.............................................................. 42
11 Rata-rata Ketersedian Pangan Pokok Rumah Tangga Miskin Desa Sumber Melati Diski......................................... 44
12 Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein serta Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) Rumah Tangga Miskin Desa Sumber Melati Diski Tahun................................................................................................... 45
13 Kriteria TKE (Tingkat Konsumsi Energi ) per Sampel....................... 46

14 Kriteria TKP per Sampel..................................................................... 47

viii
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
FERYANTO SITORUS (100304003) dengan judul skripsi “ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI DESA SUMBER MELATI DISKI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG”. Penelitian ini dilakukan di desa Sumber Melati Diski kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Desa Sumber Melati Diski adalah salah satu desa yang ada di kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang. Menurut data statistik yang diterbitkan oleh BPS Sumatera Utara, kabupaten Deli Serdang adalah kabupaten terbaik diantara kabupaten/kota lainnya dengan angka kemiskinan yang paling rendah yaitu 4,78%. Kemudian kabupaten Deli Serdang juga termasuk salah satu sentral lumbung pangan khususnya beras di Sumatera Utara. Meskipun begitu, kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari masalah pangan termasuk dalam kaitannya ketersediaan pangan dan jumlah kemiskinan di daerah yang menjadi objek penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketersediaan pangan rumah tangga miskin di desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang serta melihat tingkat konsumsi dari rumah tangga miskin di desa tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama menggunakan analasisi ketersediaan pangan pokok dan perbandingan persentae dari AKG yang dianjurkan.
Hipotesis dari penelitian ini yang pertama ketersediaan pangan rumah tangga miskin di desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dalam kategori rendah dan tingkat konsumsi pangan rumah tangga miskin dalam kategori kurang.
Dari hasil penelitian, sebanyak 37 sampel kepala keluarga miskin maka diperoleh hasil yaitu Ketersediaan pangan pokok rumah tangga miskin di desa Sumber Melati Diski termasuk dalam kategori rendah yaitu KP = 1133,71 kkal/kap/hari < 1400 kkal/kap/hari dan Tingkat konsumsi gizi (TKG) meliputi tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP) dimana untuk TKE rumah tangga miskin desa Sumber Melati Diski berada dalam kriteria baik karena TKE (104,75%) > 100% AKG dan untuk TKP rumah tangga miskin desa Sumber Melati Diski berada dalam kriteria kurang karena TKP (70,35%) diantara 70-79% AKG.
Kata kunci : Ketersediaan pangan, tingkat konsumsi, rumah tangga miskin
iii
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara adalah Terwujudnya Ketahanan Pangan Masyarakat Sumatera Utara sedangkan misi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara adalah meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal yang dimiliki melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan serta mendorong berkembangnya kelembagaan ketahanan pangan dan memfasilitasi peningkatan pengelolaan manajemen kelembagaan ketahanan pangan masyarakat. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan jaringan dan sistem koordinasi antar instansi pemerintah serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan manajemen pembangunan Ketahanan Pangan (BPK PROVSU, 2011).
Secara nasional, kewajiban mewujudkan ketahanan pangan tertuang secara eksplisit dalam UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, di mana secara umum mengamanatkan bahwa Pemerintah bersama masyarakat berkewajiban mewujudkan ketahanan pangan nasional. Implementasi dari UU tersebut tertuang dalam : (i) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan yang mengatur tentang Ketahanan Pangan yang mencakup ketersediaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan
1
Universitas Sumatera Utara

2
penanggulangan masalah pangan, peran pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama internasional ; (ii) PP Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pembinaan dan pengawasan di bidang label dan iklan pangan untuk menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab ; dan (iii) PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, serta peranserta masyarakat mengenai hal-hal di bidang mutu dan gizi pangan (Faharuddin, 2008).
Keseriusan pemerintah Sumatera Utara dalam hal katahanan pangan yang tertuang didalam visi dan misinya tidak menjadikannya terlepas dari permasalahan kerentanan dan kemiskinan pangan. Hal ini dapat dilihat dari data yang ditunjukkan oleh Peta Keamanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA) yang diterbitkan oleh World Food Programme (WFP) bekerja sama dengan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Nasional pada tahun 2009. Terdapat 100 kabupaten yang masih dalam kategori rentan pangan. Sumatera Utara mendapatkan peringkat ke-13 yang memiliki kabupaten yang rentan pangan prioritas pertama dan dan peringkat ke-98 yang memiliki kabupaten rentan pangan prioritas ke tiga (FSVA, 2009).

Kerentanan pangan juga dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang mengimpor sejumlah komoditi pokok seperti beras. Impor yang dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Walaupun secara umum provinsi Sumatera
Universitas Sumatera Utara

3
Utara merupakan salah satu lumbung pangan nasional, namun masih ada kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang defisit pangan (Gayu Saputra, 2014).
Krisis penyediaan pangan menjadi masalah besar dan sensitif karena semakin mahal terutama sejak terjadinya perubahan iklim global dan semakin gencarnya alih fungsi lahan yang produktif menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk serta untuk kepentingan sektor non-pertanian lainnya. Fenomena ini pada gilirannya dapat menimbulkan masalah baru yang akhirnya dapat memicu kemiskinan dan masalah sosial lainnya.
Dampak buruk kerawanan pangan juga terlihat pada penurunan status gizi masyarakat dan status kesehatan masyarakat yang akhirnya menimbulkan bencana kelaparan. Dampak buruk terganggunya ketersediaan pangan dan berkurangnya daya beli masyarakat menimbulkan kemiskinan struktural sehingga dengan usaha apapun pendapatannya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Di samping karena masalah ketersediaan dan akses terhadap pangan, masalah kecukupan pangan dipengaruhi pula oleh pola konsumsi yang bertumpu ada beras sebagai bahan pangan pokok. Pola konsumsi seperti itu menyebabkan ketergantungan masyarakat pada beras dan pada masyarakat tertentu menyebabkan adanya peralihan konsumsi pangan dari bukan beras menjadi beras. Dalam jangka panjang, hal ini akan mengganggu ketahanan pangan masyarakat. Selain itu, ketergantungan pada beras juga melemahkan inisiatif untuk melakukan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan selain beras seperti jagung, sagu, ubi jalar, dan bahan pangan lainnya yang dapat diproduksi secara lokal.
Universitas Sumatera Utara

4
Kemudian, tidak tersedianya pangan dalam jumlah dan mutu yang memadai dapat diartikan sebagai telah terjadinya kemiskinan karena ada hak-hak dasar seseorang atau sekelompok orang yang tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan maka ketersediaan pangan yang kemudian dikenal sebagai ketahanan pangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariupaya strategis dalam penanggulangan masalah kemiskinan. The World Food Summit(WFS) menyatakan ketahanan pangan dapat terwujud saat semua orang setiap saat memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhannya dan juga pemenuhan pangan bagi kehidupan yang sehat. Empat pilar utama dari ketahanan pangan ini adalah ketersediaan pangan, stabilitas suplai pangan, akses, dan pemanfaatan pangan (Arif Haryana, 2008).
Provinsi sumatera utara memiliki sekitar 13 juta jiwa yang memberikan konsekuensi bahwa pangan dan pemenuhannya merupakan agenda yang penting dalam pembangunan ekonomi. Status konsumsi pangan penduduk misalnya ’cukup pangan’ merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan konsumsi pangan melalui penyediaan dalam negeri saat ini merupakan tema sentral pembangunan pertanian.
Salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara adalah Deli Serdang yang merupakan sentra pertanian di Sumatera Utara yang memiliki luas lahan pertanian 90,234 hektar atau 36,27% dari luas daerah Deli Serdang yang tercatat 249.772 hektar. Berbagai program yang di laksanakan Pemerintah Daerah menjadikan Deli Serdang lumbung pangan Sumatera Utara yang menghasilkan padi 290.516 ton sehingga surplus 32.130 ton (Setkab, 2013).
Universitas Sumatera Utara

5
Diantara 13 juta jiwa diprovinsi sumatera utara13,9% adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kabupaten Deli Serdang. Menurut BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang adalah daerah terbaik di Sumatera Utara dengan tingkat kemiskinan yang paling rendah 4,78 % dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lainnya termasuk 2 kota yang berbatasan langsung dengannya, kota madya Medan dan kota madya Binjai (BPS Sumatera Utara, 2012). Melihat data yang seperti ini, saya sebagai penulis merasa tertarik untuk membuat penelitian mengenai ketersediaan pangan di Kabupaten Deli Serdang dan untuk memudahkan penelitian ini saya mengambil sampel di Kecamatan Sunggal dan disalah satu desanya yaitu Sumber Melati Diski. Sehingga judul penelitian ini adalalah Analisis Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Miskin di Desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah ketersediaan pangan rumah tangga miskin di daerah
penelitian ? 2. Bagaimanakah tingkat konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah
penelitian ?

Universitas Sumatera Utara

6 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis ketersediaan pangan rumah tangga misikin di daerah
penelitian. 2. Untuk menganalisa Tingkat konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah
penelitian. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2. Sebagai bahan atau masukan bagi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait
dalam pengadaan kebijakan. 3. Sebagai bahan refernsi bagi mahasiswa lainnya.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu : kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan, aksesibilitas terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan. Sehingga dari defenisi pangan diatas dapat disimpulkan bahwa, ketersediaan pangan merupakan bagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan.
Ketersedian (food availabillity) yaitu ketersedian pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangn pangan maupun bantuan pangan. Ketersedian pangan ini diharapakan mampu mencukupi pangan yang di defenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).
Pangan meliputi produk serealia, karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari kebutuhan energi per orang per hari. Maka yang digunakan dalam analisis kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia yaitu padi, jagung dan umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) yang digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan pada tingkat provinsi maupun kabupaten (Peta Ketahanan Pangan Gorontalo, 2009).
7
Universitas Sumatera Utara

8
Pangan yang digunakan dalam analisa kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serelia :
1. Padi : Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk famili tumbuhan gramineane atau rumpu-rumputan dengan batang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi memiliki sifat merumpun, yang dalam waktu singkat bibit padi yang ditanam hanya satu batang dapat membentuk rumpun sejumlah 20 sampai 30 anakan (Pithantomo, 2007).
2. Jagung : Jagung termasuk tanaman berumah satu dengan bunga betina terletak pada infloresen yang berbeda dengan bungan jantannya, tetapi masih berada dalam satu tanaman. Bunga jantan tersusun dalam bulir rapat yang terletak pada ujung batang dan dinamakan malai atau tessel. Bunga betinanya terletak pada ketiak daun dan berbentuk tongkol. Biasanya bunga betina terletak pada buku keenam atau kedelapan dari atas dan terus pada setiap buku dibawahnya. Tanaman jagung bersifat protandri, yaitu bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina. Bunga betinanya meliputi, tangkai, tunas, tongkol, klobot, calon janggel,penutup klobot, dan rambut. Pertumbuhan tanaman jagung bersifat apikal dominan, yaitu titik dominasi pertumbuhan ada pada pucuk batang, mengakibatkan tongkol yang paling atas berkembang lebih besar dari pada yang di bawah dan terjadi kompetisi antar tongkol (Novik, 2013).
3. Ubi kayu : Batang tanaman sngkong berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlobang, berisi empulur bewarna putih, lunak, denga

Universitas Sumatera Utara

9
struktur seperti gabus. Susunan daun singkong berurat, menjari dengan cangap 5-9 helai daun singkong, terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun pepaya dan kenikir. Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang berbuah. Umbi yang berbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (ari) bewarna kecoklatcoklatan (kering), kulit dalam agak tebal bewarna keputih-putihan (basah) dan daging bewarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar yang berbeda (Suprapti Lies, 2005). 4. Ubi jalar : Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk dengan kadar gizi (karbohidrat0 yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting di Asia. Selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya (Hafsah MJ, 2004).
Kebijakan ketersedian pangan adalah suatu hal yang ditetapkan dan diberlakuakan sebagai arahan atau dasar tindakan melalui serangkaian pengambilan keputusan mengenai ketersediaan pangan untuk menjamin produksi dan perdagangan pada tingkat makro (nasional) dalam hal undang-ungdang dan peraturan pemerintah (Institut Pertanian Bogor, 2009).
Universitas Sumatera Utara

10
Karena ketersedian pangan merupakan hal yang vital pada menyangkut kehidupan manusia yang paling asasi. Unutk mempertahankan eksistensinya, manusia berusaha untuk mencukupi kebutuhan pangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila kebutuhan primer tersebut tidak dapat terpenuhi, maka kerentanan pangan akan berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan.kejadian rentan pangan dan gizi buruk mempunyai arti politis negatif bagi penguasa. Sejarah membuktikan bahwa di beberapa berkembang, krisis pangan dapat menjatuhkan pemerintahan yang sedang berkuasa (Handewi P.S. Rachman, dkk 2008).
Laju peningkatan kebutuhan pangan lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatana kemampuan produksi. Disamping peningkatan produktivitas tanaman ditingkat petani relatif stagnan, karena terbatasnya kemampuan produksi, penurunan kapasitas kelembagaan petani, serta kualitas penyuluhan pertanian yang jauh dari memadai. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia menjadi tantangan lain yang perlu dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan pangan (FSVA, 2009).
Perhitungan rasio konsumsi terhadap ketersediaan bersih sereal dan umbi-umbian ini diasumsikan untuk mengukur tingkat konsumsi serealia penduduk dan tingkat kemampuan suatu daerah dalam menyediakan bahan pangan/sereal dalam mencukupi kebutuhan penduduknya. Rasio konsumsi normatif terhadap ketersediaan netto pangan serealia per kapita per hari adalah merupakan petunjuk kecukupan pangan pada suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara

11
Konsumsi normatif (Cnorm) didefenisikan sebagai jumlah pangan serealia yang harus dikonsumsi oleh seseorang per hari untuk memperoleh kilo kalori energi dan serealia. Pola konsumsi pangan di Indonesia menunjukkan bahwa hampir 50% dari kebutuhan total kalori berasal dari serealia. Standar kebutuhan kalori per hari per kapita adalah 2.000 Kkal, dan untuk mencapai 50% kebutuhan kalori dan serealia dan umbi-umbian (menurut angka pola pangan harapan), maka seseorang harus mengkonsumsi kurang lebih 300 gram serealia per hari. Oleh sebab itu dalam analisisi ini, kita memakai 300 gram sebagai nilai konsumsi normatif (konsumsi yang direkomendasikan) (FSVA, 2009).
Perhitungan produksi pangan tingkst kabupaten dilakukan dengan menggunakan data rata-rata produksi tiga tahunan untuk komoditas padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar karena sumber energi utamadari asupan energi makanan berasal dari seralia dan umbi-umbian. Pola konsumsi pangan di Indonesia menunjukkan bahwa hampir 50% dari kebuthan total kalori berasal dari tanaman serealia. Data rata-rata bersih dari komoditi padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar dihitung dengan menggunakan faktor konversi baku.
Untuk produksi bersih rata-rata ubi kayu dan ubi jalar agar setara dengan beras, maka harus dikalikan dengan 1/3 (1 kg beras atau jagung ekivalen dengan 3 kg ubi kayu dan ubi jalar dalam hal nilai kalori). Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak dikonsumsi. Ketersediaan bersih serealia per kapita dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah penduduk. Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan karena data tersebut tidak tersedia di tingkat kabupaten. Berdasarkan profil konsumsi
Universitas Sumatera Utara

12

Indonesia, konsumsi normatif serealia/hari/kapita adalah 300 gram. Kemudian dihitung konsumsi normatif per kapita terhadap rasio produksi (World food programe, 2009).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga Ketahanan Pangan Rumah Tangga sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 mendefenisikan bahwa: “Ketahanan pangan rumah tangga (household food security) adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan seharihari”. Dalam sidang Committee on World Food Security 1995 definisi tersebut diperluas dengan menambah persyaratan “Harus diterima oleh budaya setempat (acceptable with given culture)”. Hal lain dinyatakan Hasan (1995) bahwa ketahanan pangan sampai pada tingkat rumah tangga antara lain tercermin oleh tersedianya pangan yang cukup dan merata pada setiap waktu dan terjangkau oleh masyarakat baik fisik maupun ekonomi serta tercapainya konsumsi pangan yang beraneka ragam, yang memenuhi syarat-syarat gizi yang diterima budaya setempat. Dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dinyatakan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. Hal itu diperkuat
Universitas Sumatera Utara

13
dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2006 Tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan. Secara teoritis, dikenal dua bentuk ketidaktahanan pangan (food insecurity) tingkat rumahtangga yaitu pertama, ketidaktahanan pangan kronis yaitu terjadi dan berlangsung secara terus menerus yang biasa disebabkan oleh rendahnya daya beli dan rendahnya kualitas sumberdaya dan sering terjadi di daerah terisolir dan gersang. Ketidaktahanan pangan jenis kedua, ketidaktahanan pangan akut (transitori) terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh antara lain: bencana alam, kegagalan produksi dan kenaikan harga yang mengakibatkan masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau pangan yang memadai (Atmojo, 1995). Menurut Sutrisno (1996) kebijakan peningkatan ketahanan pangan memberikan perhatian secara khusus kepada mereka yang memiliki risiko tidak mempunyai akses untuk memperoleh pangan yang cukup. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga tersebut diatas, dapat dirinci menjadi 4 faktor. Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu: kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan, aksesibilitas terhadap pangan sertakualitas/keamanan pangan.
Universitas Sumatera Utara

14
2.2.2 Definisi Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Definisi kemiskinan menurut UNDP adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.
Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun bagi laki-laki. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara, pemahaman utamanya mencakup:
Universitas Sumatera Utara

15
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. 2. Gambaran tentang kebutuhan sosial termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. 3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna memadai di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Pada dasarnya kemiskinan dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: a) Kemiskinan absolut Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari. Sementara itu Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah pada kebutuhan dasar manusia, termasuk
Universitas Sumatera Utara

16

makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi.
b) Kemiskinan relatif Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan. Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
(1) perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, (2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan, (3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, (4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara, (5) perbedaan struktur industri, (6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain dan (7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri. Sedangkan menurut Jhingan (2000), mengemukakan tiga ciri utama negara berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada kemiskinan. Pertama, prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki ketrampilan ataupun keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya
Universitas Sumatera Utara

17
sebahagian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif dan yang ketiga adalah penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan dengan metode produksi yang telah usang dan ketinggalan zaman.
2.2.3 Pangan Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu (Saliem, dkk; 2002).
Pangan sebagai bagian dari hak azasimanusia (HAM) mengandung arti bahwa negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhanpangan bagi warganya. Menurut Suryana (2004) pemenuhan kebutuhan pangan dalam konteks ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembentukan sumberdaya manusia berkualitas yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tataran global.
Beberapa studi terdahulu menyatakan bahwa ketersediaan pangan per kapita sampai dengan tahun 1996 cenderung berlebih dibandingkan dengan tingkat konsumsi riil penduduk (Sawit dan Ariani, 1997; Erwidodo dkk, 1999; Ariani dkk, 2000). Terjadinya krisis ekonomi sejak pertengahan 1997 berdampak pada perubahan pola konsumsi pangan penduduk. Hasil kajian Ariani dkk (2000) menunjukkan bahwa secara nasional krisis ekonomi antara lain berdampak pada peningkatan pangsa pengeluaran pangan rumahtangga dan peningkatan jumlah rumah tangga defisit energi dan protein, perubahan tersebut terjadi pada semua
Universitas Sumatera Utara

18
segmen rumahtangga baik kota/desa maupun kelompok pendapatan (rendah, sedang dan tinggi).
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memiliki kontribusi terbesar terhadap konsumsi kalori (55%) dan konsumsi protein (44%). Menurut Bappenas (2011), pangan pokok adalah pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi atau dikonsumsi secara teratur sebagai makanan utama, selingan, sebagai sarapan atau sebagai makanan pembuka atau penutup. Konsumsi pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu, sehingga wajib bagi setiap individu untuk memenuhinya. Kualitas dan kuantitas konsumsi pangan oleh setiap individu akan mempengaruhi status ketahanan pangan individu tersebut. Ketersediaan pangan dalam rumah tangga merupakan salah satu indikator keberhasilan ketahanan pangan dalam rumah tangga itu sendiri.
Menurut Sina et all (2009), terwujudnya ketahanan pangan sampai pada tingkat rumah tangga berarti mampu memperoleh pangan yang cukup jumlah, mutu, dan beranekaragam untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Ketahanan pangan menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Kecukupan pangan secara nasional tidak dapat menjamin bahwa semua orang (keluarga) memperoleh makanan yang dibutuhkannya.
Universitas Sumatera Utara

19
2.2.4 Konsumsi Energi dan Protein Pangan dan gizi terkait sangat erat dengan upaya peningkatan sumberdaya manusia. Ketersediaan pangan yang cukup untuk seluruh penduduk di suatu wilayah belumlah dapat digunakan sebagai jaminan akan terhindarnya penduduk dari masalah pangan dan gizi, karena selain ketersediaan, juga perlu diperhatikan aspek pola konsumsi atau keseimbangan kontribusi di antara jenis pangan yang dikonsumsi, sehingga memenuhi standar gizi tertentu. Kekurangan konsumsi gizi bagi seseorang dari standar minimum tersebut umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas dan produktivitas kerja. Dalam jangka panjang kekurangan konsumsi pangan dari sisi jumlah dan kualitas (terutama pada anak balita) akan berpengaruh terhadap kualitas SDM. Dalam hal ini, kecukupan energi dan protein dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan, dan sosial ekonomi secara terintegrasi (Moeloek, 1999). Lebih lanjut Irawan (2002) menuatakan bahwa derajat ketahanan pangan rumah tangga secara sederhana dapat ditentukan dengan mengevaluasi asupan energi dan protein rumah tangga tersebut.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002).Komponen gizi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Clarck, 2001). AKE (Angka Kecukupan Energi) & AKP (Angka Kecukupan Protein) pada tingkat
Universitas Sumatera Utara

20
konsumsi untuk penilain konsumsi energi & protein penduduk secara agregatif (makro) adalah 2150 kkal & 57 g protein per kapita per hari (Boh Mks, 2013).
2.2.5 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan Untuk menghitung nilai kalori bahan makanan diperlukan beberapa instrumen antara lain : Nilai kalori makanan 1 gr karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori 1 gram lemak dapat menghasilkan 9 kalori I gram protein menghasilkan 4 kalori Daftar komposisi bahan makanan (DKBM) Daftar berupa tabel (Lampiran 1) yang memuat berbagai jenis makanan beserta kandungan zat gizinya. Kandungan zat gizi yang terbaca dalam DKBM merupakan kandungan setiap 100 gr bahan makanan. Ukuran Rumah Tangga (URT) URT berupa daftar takaran bahan makanan yang dapat dilihat dilampiran 2.

=

Keterangan :

JKK = Jumlah kalori (Kalori)

BBM

= Berat bahan makanan (gram)

BBD

= Bagian bahan makanan yang dapat dikonsumsi pada tabel (%)

JKBMT

= Jumlah kalori bahan makanan pada tabel (Kalori)

Universitas Sumatera Utara

21

=

Keterangan :

JP = Jumlah protein (gram)

BBM

= Berat bahan makanan (gram)

BBD

= Bagian bahan makanan yang dapat dikonsumsi pada tabel (%)

JPBMT

= Jumlah protein bahan makanan pada tabel (gram)

(Cerika, 2014).

2.2.6 AKG (Angka Kecukupan Gizi ) AKG merupakan nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua orang dalam populasi (97,5%) menurut kelompok umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis tertentu seperti hamil, menyusui. Terdapat beberapa istilah terkait dengan kecukupan gizi seseorang yaitu: 1. Indonesia disebut dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang berarti
Recommended Dietary Allowances (RDA), KEMENKES 2. Filipna disebut Recommended Energy and Nutrient Intakes (RENI). FRENI 3. FAO/WHO disebut Recommended Nutrients Intakes (RNIs) 4. Australia dan Selandia Baru disebut Nutrient Reference Values (NRVs) 5. Amerika Serikat dan Kanada disebut Dietary Reference Intakes (DRI)

AKG 2012 digunakan untuk perencanaan konsumsi & penyediaan pangan nasional, penilaian konsumsi pangan secara agregatif (makro) tingkat nasional, serta penetapan komponen gizi dalam perumusan garis kemiskinan & upah

Universitas Sumatera Utara

22
minimum dengan penyesuaian pada tingkat aktifitas. AKG tidak untuk digunakan menilai pemenuhan kecukupan gizi seseorang.
2.3 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Banita, dkk (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Ketersediaan Pangan Pokok dan Pola Konsumsi pada Rumah Tangga Petani di Kabupaten Wonogiri, dan menyimpulkan bahwa yang pertama rata-rata tingkat ketersediaan pangan pokok (beras) pada rumah tangga petani di Kabupaten Wonogiri sebesar 1.584,56 kkal/kap/hari yang termasuk dalam kategori sedang. Kedua, berdasarkan kuantitas konsumsi pangan di Kabupaten Wonogiri rata-rata Tingkat Konsumsi Energi sebesar 80,94% yang tergolong sedang dan rata-rata Tingkat Konsumsi Protein sebesar 82,41% yang tergolong sedang. Terdapat perbedaan pola konsumsi pangan berbagai wilayah yaitu di Kecamatan Pracimantoro pola konsumsi energi dan proteinnya masih rendah. Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Wonogiri sudah tercukupi kebutuhan energi dan proteinnya meskipun belum sesuai dengan AKG yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII Tahun 2004. Ketiga, sebagian besar rumah tangga petani di Kabupaten Wonogiri tergolong tahan pangan, yaitu tahan pangan energi sebesar 43,33 %, dan tahan pangan protein sebesar 50 %.
Universitas Sumatera Utara

23
Triastuti Dewi Kusumawati (2013) dalam jurnal yang berjudul Analisis Ketersediaan Pangan Pokok dan Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali menyimpulkan bahwa rata-rata tingkat ketersediaan pangan pokok (beras) pada rumah tangga petani padi sawah termasuk dalam kategori rendah. Pangan pokok rumah tangga petani adalah beras. Umbi-umbian yang paling banyak dikonsumsi adalah singkong. Pangan sumber protein nabati lebih sering dikonsumsi daripada pangan sumber protein hewani. Pangan sumber vitamin dan mineral, yaitu sayuran lebih sering dikonsumsi daripada buah-buahan. Pangan sumber lemak yang sering dikonsumsi adalah minyak goreng. Makanan jadi jarang dikonsumsi oleh rumah tangga petani. Rata-rata TKE dan TKP rumah tangga petani termasuk dalam kategori sedang. Mayoritas rumah tangga petani termasuk dalam kategori tahan pangan. Pendapatan anggota rumah tangga berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi dan konsumsi protein anggota rumah tangga.
2.4 Kerangka Pemikiran Ketersedian (food availabillity) yaitu ketersedian pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangn pangan maupun bantuan pangan. Ketersedian pangan ini diharapakan mampu mencukupi pangan yang di defenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.
Pangan adalah karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) yang digunakan
Universitas Sumatera Utara

24 untuk mengetahui jumlah ketersediaan. Untuk tingkat konsumsi maka digunanak data makanan sehari-hari baik berupa sumber serealia maupun sumber makanan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya konsep kerangka pemikiran dan penelitian ini, secara skematis dapat dilihat pada gambar 1.
Universitas Sumatera Utara

Konsumsi Normatif Bahan Pokok Karbohidrat : 1. Beras 2. Jagung 3. Ubi Kayu 4. Ubi Jalar
KETERSEDIAAN PANGAN
TINGKAT KONSUMSI

25
 Rendah  Sedang  Tinggi

Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) : -Tingkat Konsumsi Energi (TKE) -Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

- Baik - Sedang - Kurang - defisit

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Menyatakan Indikator

Universitas Sumatera Utara

26 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori- teori yang ada maka diperoleh hipotesis sebagai berikut : 1. Ketersediaan pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian dalam kategori
rendah. 2. Tingkat konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian dalam
kategori kurang.
Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Daerah Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive den