Analisis Strategi Pengendalian Faktor-faktor Penyebab Degradasi Terumbu Karang (Studi Kasus Kepulauan Seribu)

ANALISIS STRATEGI PENGENDALIAN FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB DEGRADASI TERUMBU KARANG
(STUDI KASUS KEPULAUAN SEWBU)

Oleb :
Wilson M. Siallagan

SEKOLAH PASCASAXWANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2003

,

.

ABSTRACT
Strategic Analysis of Controlling Factors Which Cause

Degradation of Coral Reefs


One of the most

important problem of Kepulauan Seribu is the degrudation of

coral reefs. The damage of coral reejk has mainly bee affected by p o v e r ~of

the

people living around the area of the Kepulaunn Seribu. Coral reefs are being

degraded

too by

land based polluriopl. For the eflective conservation coral reefs it is

i~nporranrto mnk relative importance of various threats to coral reefs.

Hr~nzansocial system made up of interacting componenl. For simplicity we
wi// speak of ottly seven component: I.Social 2. Economic 3.Tourism activiry


4.Fisherman activity 5.Population amount 6.Physic factor and 7. Guiknce. Each

componet~t of the human social system influencing on every other contponents.

Majoritv of the people, especially in the developing countries are living on
subsislenee level.

Beir food is inadequate, they are victims of diseuse. Their

economic life is at the low level and stagnani. The poverty is a handicap and threat.

Knowledge is a powerful source of economic growth. It is why formal schooling and
otherform of education and training are inevitubiy associared with high levels ofpetcapita irrcome.

The main objective of the study is to jind the dominant factors of influencing
degradation of Kepulauan Seribu 's coral reefs. The objective ir to prepare decision
making process for strategv long-term and short-term. The method use to analysis
the duicl are factor- anal-vszs.regression analysis and SWOT analysis.
Factor analysis and regressiok analysis show that some factor


influencing degradation of Kepulauan Seribu's coral reef are:

2.Econonric

3. Fisherman activities

Pl~jaicc~l
fucror

4. Tourism activities

which

I . Educarion.

5. Population

6.


7. Guiclnrzce

SWOT analysis (Strength. Weakness, Opportunity and Threats) gives sonre
alterncrtive irnplernentatiorr at what for Kepulaua~rSeribu. The first is encourugc

people ro tourist, the secorld is tourism, the third is educuriotl of the people, rhe
,four-th is irrcon~eof the

glri~io~rrc
for- the people.

people, tile f f t h is capital of the people, and the sixth is

ANALISIS STRATEGI PENGENDALIAN FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB DEGRADASI TERUMBU KARANG
(STUD1 KASUS KEPULAUAN SERIBU)
Salah satu masalah uiarna Kepulauan Seribu adalah dcgradasi terurnbu karang.
Kerusakan terumbu karang terutama dipenganihi oleh kemiskinan penduduk yang
tinggal di sekitar Kepulauan Seribu. Memang kerusakan terumbu karang ini juga


d ipengaruhi faktor fisik, misalnya kekeruhan air laut . Penyelamatan t e m b u karang
dapat dilaksanakan secara efektif setelah mengetahui faktor-faktor utama yang merusak terumbu karang tersebut.

Sistem kehidupan sosial mempengaruhi komponen-komponen yang ada di
dalam masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ada 7 komponen atau
faktor yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang. Faktor-faktor tersebut adalah
I .sosial 2. ekonomi 3. aktivitas pariwisata 4. aktivitas nelayan 5. jumlah penduduk 6 .

faktor fisik dan 7. penyluhan.

Faktor kehidupan sosial mempengaruhi faktor yang

lain. Mayorit as masyarakat, khususnya di negara-negara sdang berkembang, hidup
sangat sederhana. Makanan tidak rnencukupi, dan masyarakat diserang berbagai

penyakit . Kehidupan ekonomi masyarakat tidak berubah dan ketinggalan zaman.
J adi kemiskinan tersebut menjadi ancarnan dan penghalang.

Ilmu pengetahuan


merupakan suatu kekuatan yang dapat memperbaiki kehidupan dan perekonomian.
Hal ini yang menyebabkan kenapa sekolah, beberapa jenis pendidikan dm latihan

yans lain merupakan alat penting untuk menaikkan pendapatan per kapita
masyarakat.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk rnenganalisis faktor-faktor utama
yang rnempengaruhi kerusakan terumbu karang Kepulauan Seribu.
t i ~ j i i a i iyarlg kedua

Sedangkan

adalah untuk menetapkan sejumlah strategi untuk menyelesaikan

rnasalah terumbu karang tersebut. Metode yang digunakan untuk menganalisis data
adalah I .analisis faktor 2. analisis regresi dan 3. analisis SWOT.

Anal isis faktor dan analisis regresi berganda maghasilkan beberapa faktor
yang mempengaruhi degradasi terumbu karang Kepulauan Seribu. Faktor-faktor
tersebut adalah: 1 ) Pendidikan masyarakat yang sangat rendah; 2) Modal masyarakat


yang sangat kurang; 3) Jumlah nelayan yang terlalu banyak; 4) Jumlah penduduk
yang terlalu padat; 5) Kapal penangkap ikan yang terlalu banyak; 6) Hotel dm
bungalow yang menggunakan batu karang untuk bahan bangunan; dan 7) Penyu-

I u han m asyarakat yang sangat kurang pengetahuannya tentang terumbu karang.
Analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) memberikan

sejumlah strategi yang hams dilaksanakan di Kepulauan Seribu. Pertama, sifat
masyarakat yang senang menerima pelancong barus ditingkaikan; kedua, pariwisata
ditingkatkan; ketiga, pendidikan ditingkatkan; keempat, pendapatan masyarakat
dinaikkan; kelima. memberikan kredit modal kepada rnasyarakat; dan keenam, mern-

berikan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat.

SURAT PERNYATAAN

Dengan i ni saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul ANALIS IS

STRATEGI PENGENDALIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEGRADASI


TERUMBU KARANG (Studi Kasus Kepulauan Seribu) adalah benar rnerupakan
hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua surnber data dan
in formasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.

(Wilson Mangaratua Siallagau)

ANALISIS STRATEGI PENGENDALIAN FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB DEGRADASI TERUMBU KARANG
(STUD1 KASUS KEPULAUAN SEIUBU)

Oleh :
Wilson M. Siallagan
PSL 95.552

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk
mernperoleh gelar doktor
pada
Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL)

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2003

Judul Disertasi

: Analisis

S trategi Pengendalian Faktor-Faktor Penyebab

Degradasi Terumbu Karang (Studi Kasus Kepulauan Seribu)
Nama Mahasiswa : ~ i i s o nM.Siallagan
Nomor Pokok
: 95.552

Menyetujui
1. Komisi Pembimbing,


Prof. Dr.Ir. F.G. Suratmo, M.F.
Ketua Komisi

Prof. Dr.Ir. K.Moedikdio, M.Sc.
Anggota

nasor Sanim. M.Sc.
Anggota

2. Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. M.Sri Saeni. MS

Prof. Dr. Ir. M.Sri Saeni. MS
Anggota

Dr.Ir. Asev Saefuddin, M.Sc.
Anggota


RIWAYAT HIDUP

Penu 1is dilahirkan di Pematang Siantar {Tigadolok) pada tanggal 28 Apri 1
1947, dan merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Orang tua bemama C.K.

Siallagan (+) anggota veteran RI dan Ibu C.Manurung. Lulus Sekolah Dasar tahun
1959 dari SR Negeri I1 Porsea Tapanuli Utara, dm Sekolah Menengah Pertama tahun

1962 dari SMP Negeri Narumonda Porsea. Lulus Sekolah Menengah Atas tahun

1965 dari Sekolah Menengah Atas Advent Pematang Siantar, Sarjana Muda Administrasi Niaga dari Universitas Padjadjaran tahun 1975 dan Sarjana Ekonomi dari

Universitas Islam Nusantara Bandung tahun 1980. Lulus Program Pascasarjana (S2)
Teknik dan Manajemen Industri tahun 1986 dari Institut Teknologi Bandung.

Sejak Oktober 1986 diangkat menjadi dosen pegawai negeri Kopertis IV Jawa
Barat di Bandung. Pernah rnenjadi tenaga pengajar di Universitas Kristen Maranatha

Bandung, Universitas Islam Nusantara Bandung, Universitas Tujuhbelas Agustus

Cirebon, Akaderni Keuangan dan Perbankan Bandung, Lembaga Pendidikan Ariyanti Bandung, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Manajemen hformatika Bina

Mulia Jakarta, Universitas Mpu Tantular Jakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
l'riguna Bogor.

Pada tahun 1990 memperoleh kesempatan menjadi tenaga konsultan manajemen di CV Barilagan dan di organisasi kerohanian di Bandung (1997). Pernah men-

j adi staf Pembantu Dekan I dan Koordinator Manajemen (1 993).

Pada bulan Oktober 1995 penulis menerima kesempatan melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana PSL (Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan)
Institiit Pel-tanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyarnpaikan terima kasih dan penghormatan yang setulus-tulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. F.G. Suratmo, M.F.sebagai
Ketua Komisi Pembimbing, Prof.Dr.1r. Kooswardhono Moedikdjo,MSc, Prof. Dr. Ir.

M. Sri Saeni, MS, Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanirn, M.Sc. dm Dr. Ir. Asep Saefuddin,

M.Sc. sebagai Anggota Pembimbing, atas bantuan, saran, pengarahan, bimbingan

dan perbaikan yang diberikan selama peneiitian rnaupun penulisan disertasi.
Kepada pihak-pihak tertentu yang membantu penyelesaian disertasi ini, penulis
nlengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan juga dengan tulus kepada Kmrdinator Kopertis 1V Jawa Barat

(Dr. Ir. Tresna Dermawan Kunaefi), Kepala Kantor tempat penulis bekerja, Direktorat Program Pascasarjana IPB (Prof. Dr. Ir. Safrida Manuwoto), Asisten Bidang Aka-

demik (Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Moedikdjo, M.Sc.) dan Ketua Program PSL Pascasarjana IPB (Prof.Dr. Ir. M.Sri Saeni, M.SL).
Untuk Dinas Perikanan DKI Jakarta, Suku Dinas Perikanan Muara Angke Jakarta Utara, camat Kepulauan Seribu, pegawai Kelurahan Pulau Untung Jawa, Pulau
Tidung, Pulau Panggang dan Pulau Kepala; rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana S2
dm S3 PSL Angkatan 1995, penulis juga rnengucapkan terima kasih.

Ucapan

terirnakasih yang utama penulis sampaikan kepada para responden yang tidak dapat
disebutkan nama-namanya satu-persatu.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Drs. Ir. D. Agus -enr

wan, MSIE (Ketua STIE Triguna Bogor), Dra. Ernawati Ursula (Ketua Jurusan
STIE Trigurla Bogor) atas bantuan dana langsung daiam penyelesaian disertasi ini ,

Drs. 2. Sidjabat, SE, MM (Ketua STMIK Bina Mulia Jakarta), Rektor dan Dekan
Fakultas Teknik Universitas Islam Nusantara Bandung, Ir. Made Surnertajaya, MS

(Dosen Statistik IPB), Ir. Hari W., MS (Dosen Statistik

IPB),dan Ir. Farid (Dosen

Statistik IPB).

Kepada Bapak Sani (Pulau Tidung), Bapak Landon Malik (Pulau Panggang),
dan saudara Fali (Pulau Kelapa), penulis juga mengucapkan terima kasih atas
bantuail dan peran mereka dalam proses pengumpulan data. Tanpa bantuannya sulit

memperoleh langsung dari lapangan.

Kepada Bapak-Ibu di Tata Usaha Pascasarjana IPB: Bapak Harun, Pak Soleh,
Pak Sobari, Pak Nasir, Pak Sanusi, Pak Jayana, Pak Heri, Pak Karna, Pak Majen, Ibu

Henny, dan Ibu Wenny, penulis sampaikan terima kasih atas bantuan pelayanan

administrasi yang diberikan selarna penulis mengikuti kuliah di IPB.
Kepada istri tercinta Florence Siallagan-Sabari, B.Sc. beserta putera-puteri tersayang: Juanita Siallagan, S.Si. dan suarninya Pdt. Jannes Manullang, S.Th, MA.; Ir.

Sahad Siallagan, MBA beserta istrinya Myra Santiago, MPH; Uren Sangiang
Siallagan SE Akuntansi dan Delanny Sarjani Siallagan, ayahanda C.K. Siallagan (+)

dan ibunda C. Manurung, penulis rnengucapkan banyak terima kasih atas do'a,
dorongan dan kesabaran mereka selama penulis mengikuti pendidikan pascasarjana
(S3) di PSL IPB Bogor.

Kepada pimpinan perusahaan CV Barilagan Bandung dan Direktur Keuangan

PT M. Tech (Johny Sabari) Jakarta, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan
dana langsung dan bantuan surat-menyurat yang diberikan selama ini. Akhirnya

kepada semua pihak yang telah membantu semua proses penulisan disertasi ini secara langsung atau tidak langsung, penulis menyampaikan terima kasih.

Bandung, 28 April 2003

Penulis

DAFTAR IS1

Halaman

U T A F'ENGAN'rM ....................................................................................
..

i

...

DAFTAR IS1 .........:..........................................................................................

111

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

ix

BAB

1 PENDAHULUAN

..................................
1.2. Perurnusan Masalah ..............................................................
1.3 . Kerangka Pemi kiran Penyelesaian Masalah .........................
1 .1 . Latar Belakang Masalah......................

1.4. Tujuan Penelitian
1.5

..

.............................................................
Kegunaan Penel~t~an

1.6. Ruang Lingkup ......................................................................

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Pernbangunan W ilayah (Regional Deveiopment).................
2.2. Perencanaan Tata Ruang .....................................................
2.3. Penvilayahan Pembangunan .................................................
2.4. hdikator-indikator Pembangunan Wilayah ..........................

2.5 . Terumbu Karang ...................................................................

2.6. Fungsi-fungsi Terurnbu Karang ............................................

2.7. Kehidupan Akuatik ;..............................................................
2.8. Nilai Ekonomi Terumbu Karang...........................................
2.9. Sosial Ekonomi Masyarakat ..................................................
2.10. Pengembangan Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat ...

2.1 I . Sosial Ekonorni Masyarakat dan Pengembangan Wilayah ...

. . .

2.12. Partislpasi Masyarakat..........................................................
2.1 3 . Studi Empiris (S tudi Terdahulu)............................................

1

2

BAB 111 METODE PENELITtAN
3.1 . Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................

3.2

Metode Pengumpulan Data ..................................................

3.3.

Jenis dan Sunlber Data .......................................................

3.4.

Teknik Pengumpulan Contoh ............................................

3.5. Metode Analisis ......................................... :........................
3 5 . 1 . Analisis Faktor ........................................................

3.5.2. Analisis Regresi Berganda.........................................
3.5.2. Analisis SWOT..........................................................
3.6.

Penentuan Peubah-Peubah ..................................................

BAB IV HASIL DAN P E M B M S A N ......................................................

45

4 . I . Kerusakan Terumbu Karang ................................................

45

4.1 .1 . Terumbu Karang Kelurahan Untung Jawa ...............
4.1.2.

Terumbu Karang Kelurahan Pulau Tidung ..............

4.1.3. Terumbu Karang Kelurahan Pulau Panggang ..........
4.1.4. Terumbu Karang Kelurahan Pulau Kelapa

..............

4.2. Peubah-peubah Penyebab DegradasiiKerusakan Terumbu
Karang Kepulauan Seribu .....................................................
4.2.1. Pendidikan ................................................................
4.2.2. Perurnahan ....................

............................................

4.2.3. Penn~ddm.
..,.. ........ ..., .............................
4.2.4. Pengunjung Kepulauan Seribu .................................
4.2.5. Jurnlah Hotel dan Bungalow ....................................

4.2.6. Kapal Bermotor Penangkap k a n .............................

4.2.7. Jumlah Neiayan ........................................................
4.2.8. Eksportir Ikan Hias ...................................................
4.2.9. Kegiatan Pemimpin Formal dm Pemimpin Informal ......................................................................
4.2.10. Penyuluhan .............................................................

4.2.1 1 . Ju~nlahPenduduk ....................................................

45

4.3. Analisis Faktor Penyebab Degradasi Terumbu Karang
Kepulauan Seribu ................................................................

4.3.1.

Analisis Faktor Penyebab Degradasi Terumbu
Karang Pulau Untung Jawa .....................................

4.3.2.

Analisis Faktor Penyebab Degradasi Terurnbu
Karang Pulau Tidung .............................................

4.3.3. Analisis Faktor Penyebab Degradasi Terumbu
Karang Pulau Panggang ..........................................

r

4.3.4. Analisis Faktor Pen ebab Degradasi Terumbu
Karang Pulau Kelapa .4............................................
4.4. Analisis Regresi Berganda Kepulauan Seribu .............. ;.......
4.4.1.

Analisis Regresi Berganda Pulau Untung Jawa .......

4.4.2. Analisis Regresi Berganda Pulau Tidung.................
4.4.3. Analisis Regresi Berganda Pulau Panggang ............

4.4.4. Analisis Regresi Berganda Pulau Kelapa.................
4.5. Analisis SWOT (Strengths. Weakness, Opportunity and
Threats)...............................................................................
4.5.1. Analisis SWOT Pulau Untung Jawa ........................

4.5.2.

Analisis SWOT Pulau Tidung .......................

........

4.5.3. Analisis SWOT Pulau Panggang .............................
4.5.4. Analisis SWOT Pulau Kelapa .................................

4.6. Analisis Strategi Kepulauan Seribu .....................................
.

4.6.1. Analisis Strategi Pulau Untung Jawa .......................
4.6.2. Analisis Strategi Pulau Tidung ................................

4.6.3. Analisis Strategi Pulau Panggang ............................
4.6.4. Analisis Strategi Pulau KeIapa ................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 . Kesimpulan .........................................................................
4.2.

Saran-saran .........................................................................

..................... .
.
.........................................................
............................................................
LAMPIRAN ...............................
.
.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Teks

Karang Hidup Kelurahan Untung Jawa ................................................

Halaman
45

Paramete&W i t a s Air Kelurahan Pulau Untung Jawa .......................

46

Karang Hidup Kelurahan Pulau Tidung ................................................

47

Paramete~lKualiEasAir Kelurahan Pulau Tidung ..................... .
.
.
....

47

Karang Hidup Kelurahan Pulau Panggang ............................................

48

Air- Kelurahan Pulau Panggang ............................

44

Karang Hidup Kelurahan Pulau Kelapa ................................................
Parameter.Kualitaa Air Kelurahan Pulau Kelapa ................................

49
50

Hasil Analisis Faktor Kepulauan Seribu ...............................................

55

Hasil Analisis Faktor Pulau Untune Jnwa .............................................

57

Hasil Analisis Faktor Pulau Tidung ......................................................

58

Hasil Analisis Faktor Pulau Panggang ..................................................

60

Hasil Analisis Faktor Pulau Kelapa ......................................................

61

Analisis Regresi Berganda Lima Faktor Kepulauan Seribu...................

62

Analisis Regresi Berganda Lima Faktor Pulau Unhlng Jawa ................

63

Analisis Regresi Berganda Lima Faktor Pulau Tidung..........................

64

Analisis Regresi Berganda Lima Faktor Pulau Panggang .....................

65

Analisis Regresi Berganda Lima Faktor Pulau Kelapa ..........................

63

Matriks IFE Pulau Untung Jawa ...........................................................

66 r

Matriks-EFE Pulau Untung Jawa ..........................................................

67

Matriks SWOT Pulau Untung Jawa ......................................................

67

Matriks QSPM Pulau Unhlng Jawa ......................................................

6s
70

Parametej-mi-

Matriks IFE Pulau Tidung ....................................................................

Matriks EFE Pulau Tidung ................................................................... 70

Matriks SWOT Pulau Tidung ...............................................................

71

Matriks QSPM Pulau Tidung ...............................................................

72

Matriks IFE Pulau Panggang ................................................................

73

Matriks EFE Pulau Panggang .................................................................
Matriks SWOT Pulau Panggang.............................................................
Matriks QSPM Pulau Panggang ..................... :.......................................

..... ..............................
Matriks EFE Pulau Kelapa ...................................................................
Matriks SWOT Pulau Kelapa .................................................................
Matriks QSPM Pulau Kelapa .................................................................
Matriks IFE Pulau Kelapa ...............................

Ringkasan Strategi Melestarikan Terurnbu Karang.................................

DAFTAR GAMBAR

Teks

Halaman

Kerangka Pemikiran Penyelesaian Masalah ..........................................

6

S kema Mekanisnle Pengolahan Data ....................................................

7

Model Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat

23

Koefisien Gini dan Ukuran Ketidakrnerataan .......................................

25

Kabupaten Kepulauan Seribu ................................................................

30

Kelurahan Untung Jawa.........................................................................

31

Kelurahan Pulau Tidung.........................................................................

32

Kelurahan Pulau Panggang.....................................................................

33

Keluraha~Pulau Kelapa........................................................................

34

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Teks
Data mentah Pulau Kelapa...................................
Data mentah Pulau Panggang..............................

Data mentah Pulau Tidung...................................
Data mentah Pulau Untung Jawa.........................

Hasil analisis faktor Pulau Kelapa ......................
Hasil anali si s faktor Puiau Panggang ................

Hasil analisis faktor Pulau Tidung......................
~ a s ianalisis
i
faktor Pulau Untung Jawa............
Hasil analisis faktor Kepulauan Seribu...............

halaman

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Myrdal (1970) mengatakan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh negara

berkembang dalam rnelaksanakan pembangunan adalah ketimpangan distribusi
pendapatan. Masyarakat kecil yang modalnya lemah berpeluang sangat kecil untuk

berperanan dalam pembangunan, bahkan masyarakat kecil ini sering disebut perusslk
lingkungan.

Untuk mempertahankan diri terhadap perubahan lingkungan, masyarakat

sebagai

rnahluk sosial mencoba rnencari altmatif-alternatif yang mungkin

dilakukan untuk mengatasi pennasalahan yang ssdang dan yang akan dihadapinya.

Dalam keadaan yang sangat kritis, masyarakat terpaksa melonggarkan norma-norma
kehidupan hanya untuk mempertahankan kehidupannya (Sumarjan, 1998). Undangundang dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dilupakan atau sengaja
dilupakan untuk memenuhi kebutuhan primer yang sangat mendesak.
Terumbu karang adalah surnber daya pesisir yang menyumbangkan bahan
makanan, terutama protein hewani bagi masyarakat yang berada di sekitarnya dan

juga bagi masyarakat yang lain yang membutuhkan bahan makanan tersebut, Ikan
ekor kuning, ikan kerapu, ikan lencan dan beberapa jenis ikan karang lainnya, adalah

jenis ikan karang yang digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan nilai
ekonominya yang tinggi.

Degradasi terumbu karang pada umumnya disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor ini cukup banyak jumlahnya. Faktor sosial-ekonomi, kegiatan wisata,
kegiatan nelayan, penyuluhan yang sangat kurang, jumlah penduduk dan faktor fisik
ikut serta merusak terumbu karang di Kepulauan Seribu.

Masalah utama yang perlu diteliti adalah faktor-faktor utarna yang merusak
terurnbu karang Kepulauan Seribu. Mengingat Kepulauan Seribu mempunyai wila-

yah yang cukup luas dm perrnasalahan terumbu karang yang berbeda-beda untuk
setiap kelurahan, maka penelitian ini dibagi menjadi 4 wilayah penelitian (Pulau

Untung Jawa, Pulau Tidung, Pulau Panggang, dm Pulau Kelapa).

1.2. Perurnusan Masalah

Masalah yang muncul di Kepulauan Seribu adalah degradasi terumbu karang
yang terus-menerus tejadi sampai pada tingkat yang sangat kritis. Degradasi terum-

bu karang yang sangat kritis terdapat di setiap wilayah penelitian. Degradasi t e m bu karang ini sangat erat hubungannya dengan aktivitas manusia yang ada di wilayah
ini.

Akibatnya, total tangkapan ikan per satuan alat tangkap semakin menurun
setiap tahun. Timbul pertanyaan, faktor--or

apakah yang menyebabkan kerusakan

(degradasi) terurnbu karang tersebut, clan strategi efektif apakah yang hams dilaku-

kan untuk mengatasi kerusakan terumbu karang ini ?
Degradasi terumbu karang Kelurahan Pulau Untung Jawa mencapai 989'0,

Kelurahan Pulau Tidung 91%, Kelurahan Pulau Panggang 86% clan Kelurahan
Pulau Kelapa 86% (LPI Oseanologi Tanjung Priok, 2000).

Berarti degradasi

terurnbu'karang untuk setiap wilayah kelurahan Kepulauai Seribu telah mencapai

kondisi yang sangat kritis.

Secara singkat perurnusan masalah terumbu karang Kepulauan Seribu dalarn
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.

Fa ktor- faktor utarna apakah yang menyebabkan degradasi terumbu karang
Kepulauan Seribu sehingga degradasi terumbu karang ini sampai mencapai
tingkat yang sangat kritis.

b. Strategi apakah yang hams dilakukan untuk mengurangi degradasi terumbu
karang yang sangat kri tis tersebut.

1.3. Kerangka Pemikiran Penyelesaian Masalah
Terumbu karang adalah sumber daya perairan laut yang .sangat tinggi nilai
ekonominya. Jumlah spesies ikan yang berada di sekitar terumbu karang cukup

banyak jumlahnya. Jumlah spesies ikan sernakin krkurang pada semua arah yang
menjauhi pusat lingkaran.

Terumbu karang memberi manfaat bagi organisme laut dan tagi masyarakat
yang ada di sekitar terumbu karang tersebut.

Keberlanjutan terumbu karang

menjamin keberlanjutan kehidupan organisme Iaut dan masyarakat yang ada di
sekitarnya.

Masyarakat Kepulauan Seribu adalah penduduk miskin yang pendapatannya
berada di bawah garis kerniskinan

(BPS, 2000). Tingkat pendidikan masyarakat

sangat rendah dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah nelayan.

Berdasarkan hasil penelitian dari BPPL Muara Baru, Jakarta Utara (20001,
produksi ikan kuning, ikan kerapu dan ikan lencan (ikan yang hidup di sekitar
terumbu karang), menurun.

Penyebabnya, cara penangkapan ikan yang ilegal,

misalnya pembrnan karang dan pemakaian sianida.

Pemboman karang dan

pemakaian sianida akan merusak terumbu karang.
Degradasi terumbu karang di Kepulauan Seribu secara garis besar disebabkan

oleh peubah-peubah (variabel) sosiai ekonomi masyarakat, kegiatan wisata,

kegiatan nelayan, penyuluhan, jumlah penduduk, dan faktor fisik.. Peubah
sosial ekonomi mempunyai tiga sub peubah (sub variabel) yang terdiri dari
pendidikan, perurnahan dan kekurangan modal. Peubah kegiatan wisata mempunyai
dua sub peubah yang terdiri dari pengunjung Kepulauan Seribu dan junllah hotel.

Peubah kegiatan nelayan mempunyai tiga sub peubah yang terdiri dari kapal
bermotor penangkap ikan, jumlah nelayan dan ekspomr ikan hias.

Peubah

penyuluhan mempunyai dua sub peubah yang terdiri dari kegiatan pemimpin formal

dan pemimpin informal, dan penyuluhan perikanan. feubah jumlah penduduk terdiri
dari jumlah penduduk masing-masing kelurahan. Peubah faktor fisik mempunyai
tiga sub peubah yang terdiri dari arus air, kekemhan air dan temperatur.

Kerniskinan masyarakat yang tinggal di sekitar sumkr daya alam terumbu
karang, akan mempercepat kerusakan sumber daya alam tersebut. Penduduk akan
memanfaatkan sumber daya alam secara legal dan ilegal untuk menutupi kebutuhan
sehari-hari (Gerald G . Marten, 1984).

Pendidikan yang rendah menyebabkan

masyarakat tidak mengetahui peranan terumbu karang dalam perairan laut.
Akibatnya masyarakat menggunakan batu karang untuk bahan pondasi bangunan

rumah dan bangunan yang lain.

Masyarakat yang kekurangan modal tidak

mempunyai alternatif pi l ihan pekerjaan selain menjadi nelayan, sehingga terjadi

pemboman karang yang semakin tinggi untuk memenuhi target penangkapan ikan

yang telah ditentukan oleh para pemilik modal.
Kegiatan wisata laut cukup tinggi di wilayah Kepulauan Seribu, terutama pada

h a ~ iSabtu

- Minggu dan hari-hari libur lainnya.

Wisata bahari yang melakukan

penyelaman merusak terumbu karang karena para penyelam mengambil terumbu
karang dan batu karang untuk memenuhi kebutuhan komersil dan non-komersil .

Jumlah hotel yang ada di Kepulauan Seribu ikut serta merusak terumbu karang,
karena bahan pondasi bangunan hotel rnenggunakan batu karang.

Nelayan yang menggunakan kapal bermotor, melakukan pemboman karznp

uiltuk memenuhi target tangkapan ikan setiap kali melaut. Kapal motor yang lebil~
besar menggunakan pukat besar untuk menangkap ikan karang. dan pada saat yang
sama pukat besar tersebut rnerusak terumbu karang. Jumlah nelayan yang semakin

bertambah mengakibatkan penangkapan ikan karang yang semakin tinggi, dan
mendorong para nelayan melakukan penangkapan secara ilegal untuk mencapai

target tangkapan sekali melaut.

Sedangkan eksportir ikan hias mendorong

masyarakat untuk menangkap ikan hias dengan memakai sianida, dan temyata

sianida merusak kehidupan terumbu karang.
Pei~yuluhanterumbu karang dapat diberikan pemimpin formal dan pemimpin

inforn~alyang ada di setiap kelurahan di Kepulauan Seribu. Selain pemimpin formal
dan pemimpin informal, Suku Dinas Perikanan Laut yang ada di Muara Angke,
Jakarta, dapat juga memberikan penyuluhan kepada nasyarakat. Isi atau materi

penyuluhan yang hams diberikan berhubungan dengan temmbu karang serta
peranannya dalam perairan laut, supaya masyarakat setempat mengetahui kegunaan
terumbu karang tersebut dan akhirnya ikut serta melestarikannya. Jika penyuluhan

terumbu karang jarang dilakukan atau tidak pernah dilakukan, maka kerusakan

terumbu karang semakin tinggi.
Penduduk merupakan faktor utama yang merusak terumbu karang. Semakin
banyak jumlah penduduk, semakin t i n e tingkat kemsakan terumbu karang, karena

kerniskinan erat hubungannya dengan kerusakan sumber daya alam. Pada umumnya

penduduk Kepulauan Seribu bekeja sebagai nelayan.
Faktor fisik arus air dapat merusak terumbu karang, jika kecepatan arus lebih
besar dari kecepatan arus rata-rata. Jika kecepatan arus lebih tinggi dari kecepatan
rata-rata maka arus air laut ini akan memsak terumbu karang.

Kekeruhan air laut akan menghalangi sinar matahari mencapai terumbu karang,
yang mengakibatkan fotosintesis tidak tejadi secara sempuma di dalarn tubuh
terun-tbu karang, akibatnya terumbu karang mati secara perlahan-lahan. Suhu

perairan yang terlalu tinggi merusak proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh

~erumbukarang, dan akhilnya merusak terumbu karang itu sendiri.

.

d

FAKTOR MANUSIA
1 . SOSIAL (Pendidikan)

2 . EKONOMI (Perurnahan, Modal)

3. KEGIATAN NELAYAN
l Jumla h nelavun, Eksportir ikan him)
b

4. KEGIATAN WISATA
( Pengunjtmg. Jutt~lnhhotel

out put yailg

dikehendaki

clan blrrzgalow)

5. PENDUDUK ( Jumlah pertduduk)

6. PENYULUHAN
{Penj~uluhan
formul dun irfirmal)

Teruinbu
Karang

r

out put yaag

LINGKUNGAN
7. FAKTOR FISIK
(Kecr.r.irhfln ail: nrlrs ail-, sshu ni19.

Cambar 1. Kerangka Pemikiran

6

P-PEUBAH YANG
MERUSAK TERUMBU
KARANG KEP. SERIBU

Analisis Faktor

Analisis Regresi Faktor

.................................

(3:
DOMINAN

Analisis SWOT
IMPLEMENTAS1
DAN
PENGAWASAN

Gambar 2. Skema Mekanisme PengoIahan'Data

1.4. Tujuan PeneIitian

-

Untuk menetapkan faktor-faktor utarna penyebab degradasi terumbu karang
Kepulauan Seribu dari antara sejumlah faktor yang ada.

- Menentukan sejumlah strategi pengendalian yang efekti f untuk mengatasi faktor

faktor penyebab degradasi terumbu karang Kepulauan Seribu.

1.S.

Kegunaan Penelitian
Penel it ian ini berhubungan erat dengan pembangunan wilayah Kepulauan.

Seribu. Hasil penelitian ini digunakan untuk :
Sebagai masukan (input) dalam perencanaan pembangunan wilayah Kepulauan

Seribu, terutama dalam penyusunan strategi pembangunan jangka panjang dan
taktik jangka pendek.

Sebagai informasi dasar dalarn penelitian selanjutnya, mengingat pernasalahan
setiap Kelurahan berbeda satu sama lain.
Untuk mengubah sistem pelaksanaan pembangunan wilayah Kepulauan Seri bu,
karena pembangunan yang dilaksanakan selama ini kurang memenuhi kebutuhan
wilayah tersebut.

1.6. Ruang Lingkup.
Penelitian ini mencakup Kabupaten Kepulauan Seribu dm sekitarnya. Yang

termasuk ke dalam wilayah Kepulauan Seribu adalah Kecarnatan Kepulauan Seri bu

bagian Utara dan Kecarnatan Kepulauan Seribu bagian Selatan.
Kecamatan Kepulauan Seribu bagian Utara terdiri dari Kelurahan Pulau
Panggang dan Pulau Kelapa. Kecan~atanKepulauan Seribu bagian Selatan terdi ri
dari Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Pulau Tidung. Hasil penelitian

berlaku un tuk Kabupaten Kepulauzn Seribu dan seki tarnya.

1111

hanya

BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Wilayah (RegionalDevelopment)

Pembangunan wilayah adalah kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social,weyare) yang ada dalam suatu
wilayah.

Pembangunan yang dilakmnakan di wilayah tersebut didasarkan pada

keterbatasan sumber daya yang tersedia (Amin, 1985).
Ada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dalam pembangunan

wilayah.

Pihak-pihak tersebut adalah pemerintah, pengusaha dan masyarakat.

Masing-masing pihak mernpunyai kepentingan yang berbeda satu sama lain.

Wilayah pesisir adalah wilayah yang sangat menarik bagi para penanam modal.
Alasannya yang utama adalah kekayaan sumber daya alam yang terdapat di wilayah

ini (Dahuri, 1994). Pengusaha bemsaha memanfaatkan pesisir secara maksimal,
mengingat produktivi tasnya yang tinggi .
Penduduk yang tinggal di wilayah pesisir pada umurnnya adalah nelayan
tradisional. Hasil laut mempakan sumber mata pencaharian penduduk. Artinya.
kehidupan rnasyarakat nelayan sangat ditentukan oleh ekosistem laut yang berada d i

sekitar wilayah pesisir tersebut.

Kelestarian ekosistem perairan laut sangat

mempengaruhi tingkat hidup masyarakat.
Pemerintah mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan wilayah,

karena keputusan terakhir berada di tangannya. Pembangunan yang.dilaksanakan di
w ilayah pesisir sering merugikan masyarakat yang berada di sekitar pembangunan.

Akibatnya kehidupan masyarakat semakin marjinal.
Ada sejumlah teori pembangunan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan

pembangunan. Teori ini telah dicoba di negara-negara sedang berkembang dan

hasilnya memberi manfaat kepada masyarakat, pengusaha, dan pemerintah setempat.

Menurut teori pertumbuhan wilayah yang tidak seimbang (unbalanced growth)

ada dua proses yang terjadi dalam proses pertumbuhan wilayah (Myrdall, 1978).
Kedua proses itu adalah backwash dan spread effect. Proses backwash adalah

pengurasan wilayah terbelakang oleh wilayah yang maju, sedangkan spread effect

adalah 'proses yang mendorong perkembangan wilayah yang terbelakang sebagai

akibat dari adanya hubungan antara wilayah maju dengan wilayah terbelakang.
Di pihak lain Hirschman berpendapat bahwa, pengembangan wilayah yang
dilaksanakan di negara yang sedang hrkembang menghadapi dua gaya penting yaitu
efek polarisasi (hampir sama dengan backwash) dan trickling down 2ffecis (hampir

sama dengan spread effects). Perbedaan utama antara Hirschman dan Myrdall

terletak pada sikap Myrdall yang sangat pesimistik akan perkembangan wilayah di
negara-negara sedang berkernbang (Firman, 1994). Artinya proses backwash eflecrs
jauh lebih kuat daripada spread eflecrs.
Salah satu tujuan pokok dari pengembangan wilayah adalah untuk mengurangi

kesenjangan wilayah (regional disparity).

Menurut Williamson (1 975), pola

disparitas wilayah pada suatu negara sesuai dengan tingkat kemajuan ekonomi
negara. Artinya, tingkat disparitas meningkat sesuai dengan peningkatan kemajuan

ekonomi negara tersebut.

Ukuran tingkat disparitas yang digunakan adalah

pendapatan per kapita.

Kesenjangan wilayah akan terus bergerak v d k a l kalau tidak disertai dengan
carnpur tangan pemerintah. Pemerintah merupakan faktor penting yang dominan
sifatnya dalam permasalahan disparitas wilayah. Ada sejumlah kebijaksanaan yang

hams ditetapkan pemerintah untuk mengefektifkan hasil pembangunan dan
pengembangan wilayah.

Sebelum menetapkan sejumiah kebijaksanaan, pernerintah hams lebih dahulu
inencari akar pennasalahan yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Akar

perrnasalahan ini &pat diketahui setelah mencari informasi lebih dahulu dari

masyarakat, terutama pemimpin informal yang berada di sekitar pembangunan dan

dari pengusaha serta pejabat pemerintah setempat yang melaksanakan pembangunan
itu sendiri.

Pengertian pembangunan wilayah yang lebih lengkap dapat diungkapkan mela-

lui teori pengembangan wilayah yang dikembrtngkan oleh para ah11 pembangunan
sebagai berikut :

1.

Teori Neoklasik,

2.

Teori Interdependensi , dan

3.

Teori Humanitarium (Firman, 1985).

Teori Neoklasi k

Teori ini mengatakan bahwa untuk mengembangkan suatu wilayah perlu
rnemperhatikan ekonomi dasar wilayah, karena ekonomi dasar ini merupabn
pendorong utama dalam meningkat kesejahteraan masyarakat setempat. Faktor yang
sering digunakan untuk mengidentifikasikan ekonomi dasar wilayah adalah ekspor
w ilayah yang bersangkutan (North, 1966).

Tcori Interdependensi
Teori ini memperbincangkan cara-csra analisis yang digunakan untuk
mernecahkan ketimpangan wilayah yang terjadi antam suatu wilayah dengan w ilayah

tetangganya. Untuk mengatasi ketimpangan wilayah hams mengadakan hubungan
yang erat antara pusat (cetzrer) dan daerah pinggiran (periphery). Hubungan antara

pusat dan pinggiran bentuknya adalah hubungan bilateral (hubungan antara dua
wilayah).

Hubungan yang dimaksud rnencakup transportasi, perdagangan,

pefididikan, dan sosial budaya. Kenyataannya teori ini sangat kuat memperhatikan

faktor-faktor penyebab keterbelakangan suatu wilayah.

Mengetahui faktor utama yang menyebabkan keterbelakangan suatu wilayah,
memberi

petunjuk kepada para pengambil keputusan dalam menetapkan

kebijaksanaan yang harus dilaksanakan dalam pembangunan. Ada sejumlah teori
yang digunakan untuk nlengetahui faktor-faktor utama tersebut. Teori tersebut
antara lain adalah analisis keunggulan wilayah dan analisis faktor.
Teori Humanitarium

Teori ini memperbincangkan peranan rnanusia dalam proses pembangunan.

Manusia adalah subyek pembangunan, artinya pembangunan itu harus rneningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berada di wilayah pembangunan itu sendiri.
Bersamaan dengan itu masyarakat yang b d a di wilayah pembangunan tersebut
harus berpartisipasi akti f dalam pembangunan. Faktor lain yang di tekankan oleh
teori ini adalah, bahwa manusia bukan obyek pembangunan. Artinya, manusia yang

berada dalam wilayah pembangunan jangan menjadi obyek penderita, yang
menganggap manusia itu sendiri sebagai pelengkap.

2.2. Perencanaan Tata Rirang
Pengernbangan wilayah berhubungan erat dengan tata ruang, karena tata ruang
dapat mengoptimalkan pengembangan wilayah yang dilakukan pada suatu wilayah.

Pengembangan wilayah menjadi optimal dengan cara memanfaatkan ruang secara
efektif. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena tempat dimana
manusia itu berada adalah ruang itu sendiri. Pemanfaatan ruang yang optimal akan
memberi manfaat jangka panjang bagi manusia dan lingkungan.

Pengertian ruang cukup luas maknanya, tetapi dalam pengertian sempit ruang
adalah tempat dirnana manusia berada. Misalnya ruang tempat tinggal, ruang kuliah,
pesisir, ruang angkasa, l~utan,dan lain-lain.

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk mengahlr pemanfaatan ruang

sedemikian rupa sehingga te jadi keseimbangan kehidupan bagi manusia dan
lingkungan secara optimal. Keseimbangan tersebut berlaku dalam jangka pznjang
(Firrnan, 1985). Tata ruang yang tepat yang sesuai dengan keunggulan wilayah
memberi dampak positif bagi masyarakat yang ada di wilayah tersebut, dan
rnenjamin kelestarian lingkungan setempat.

Tata ruang yang ditentukan dalarn suatu wilayah belum tentu sama dengan tata
ruang yang ditetapkan dalam wilayah yang lain. Perlxdaan tata ruang tersebut
rnungkin saja terjadi pada wilayah yang berdekatan satu sama lain.
Perencanaan tata ruang mempunyai jenjang ruang Iingkup yang terstruktur
secara bertingkat. Jenjang tersebut adalah sebagai berikut :

1.

Tata ruang tingkat nasional

2. Tata ruang tingkat provinsi
3.

Tata ruang tingkat kabupaten

4.

Rencana detail tata ruang

5.

Rencana teknik ruang

Tata Ruang Tingkat Nasional
Tata ruang tingkat nasional menata secara nasional.

Gunanya untuk

menciptakan wilayah pen~bangunanyang terintegrasi. Tata ruang tingkat nasional
rnengharapkan pemanfaatan ruang secam efektif dalam bidang poli tik, ekonomi,
sosial, pertanian dan lingkungan.
Tata Ruang Tingkat Provinsi
Tata ruang tingkat provinsi menentukan satuan wilayah pembangunan provinsi
yang bentuknya adalah strtiktur pembangunan wilayah. Tata ruang ini merencanakstn

pembangunan jangka panjang, misalnya pembangunan 20 iahun.

Rencana

pembangunan 20 tahun akan diperinci menjadi program 5 tahun atau disebutjuga P5.

Tata rung tingkat provinsi harus mengacu pada tata ruang tingkat nasional,
sehi ngga selalu tercipta wilayah pembangunan yang terintegrasi. Pembangunan yang
terintegrasi memberikan kesejahteraan rnasyarakat dalarn jangka panjang.

P5 selalu berintegrasi 'dengan tata ruang tingkat provinsi.

Apa yang

direncanakan dalam program lima tahun adalah penjabaran dari pembangunan 20
tahun. P5 periode pertama sebagai landasan untuk P5 periode kedua, dan P5 kedua

sebagai landasan bag P5 periode ketiga, demikian setemsnya.
Tata Ruang Tingkat Kabupaten
Tata ruang tingkat kabupaten membagi satuan wilayah provinsi rnenjadi tata

ruang daerah yang disebut Rencana Umum Tatst Ruang Daerah (RUTRD). Rencana
tata ruang ini lebih diarahkan kepada fisik, sedangkan sosial ekonomi inerupakan

faktor pendukung.

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Rencana detail tata ruang membentuk suatu kawasan pengembangan (SKP)
yacg di dalamnya terdapat rencana hirarki pusat pengembangan dan zone wilayah.

Rencana Teknik Ruang (RTR)
Rencana detail tata ruang dijabarkan menjadi Rencana Teknik Ruang (RTR).
Rencana teknik ruang ini yang digunakan dalam operasional.

2.3. Pernilayahan Pembangu nan
Perwilayahan pembangunan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya alam sehingga sumber daya alam tersebut mernberi kesejahteraan bagi

masyarakat yang ada di sekitarnya secara berkelanjutan. Oleh karena itu dalam
~nenetapkan perwilayahan pembangunan, para pengambil keputusan seharusnya

menggunakan perencanaan yang didasarkan pada perencanaan bottom-up.

Perencanaan bottonl-up adalah perencanaan wilayah yang menerima inforrnasi
dari bawah, yaitu dari nlasyarakat yang berada di sekitar wilayah pembangunan.

lnforn~asi ini digunakan sebagai masukan (input) dalam menyusun rencana
pembangunan.

Tujuan utarnanya, agar pembangunan sesuai dengan harapan

masyarakat.

Perwilayahan pembangunan yang didasarkan kepa4a keunggulan wilayah

memberi manfaat langsung kepada masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
Faktor penyebabnya yang utama adalah sumber daya alam dan keterampilan

masyarakat yang ikut serh mendukung implementasinya. Suatu pengembangan
wilayah dikatakan berhasil kalau pengembangan wilayah tersebut memkrikan
tetesan ke bawah (trickle dowtr effect), artinya pengembangan wilayah tersebut

menaikkan pendapatan masyarakat secara langsung.

2.4. Indikator-indikator Pembangunan Wilayah
Pembangunan wilayah yang berhasil akan menaikkan pendapatan masyarakat

yang berada di sekitar wilayah tersebut secara langsung. Perubahan-perubahan yang
dialami oleh masyarakat dan pemerintah setempat adalah sebagai berikut :
1.

Pembahan PDRB (Produk Dornestik Regional Bruto),

2.

Pendapatan per kapita dan distribusi pendapatan,

3.

Tiilgkat kerniskinan,

4.

Pengangguran,

5.

Konsumsi pelayanan umrtm,

6.

Kualitas lingkungan, dan

7.

Pemanfaatan tata ruang (Senen, 1996).

2.5. Terumbu Karang

Terumbu karang biasanya terdapat pada perairan laut daerah khatulistiwa.

Proses yang terjadi pada terumbu karang kornpleks sifatnya. Perlu ada perhatian
khusus untuk pengelolaannya.

Terumbu karang adalah tempat yang cocok bagi berbagai jenis ikan untuk
melakukan perkembangbiakan dan sekaligus tempat mernelihara anaknya. Tidak

rnengherankan kalau dikatakan bahwa terumbu karang mempunyai produktivitas
tinggi, bahkan paling tinggi dari antara ekosistem yang terdapat di perairan laut

(Dahuri, 1994).

Selain menaikkan fungsi ekologis, terumbu karang juga mempunyai fungsi
ekonomis. Fungsi ekonomisnya adalah perikanan, pariwisata dan produksi biota b u t
yang tinggi. Namun perlu diingat, bahwa terumbu karang sangit sensitif terhadap

perubahan lingkungan. Perubahan yang sangat kecil akan langsung mempengaruhi

ekosistem secara keselumhan.

Kerniskinan dan penderitaan hidup berpenganih langsung terhadap sumber
daya alam. Kerniskinan yang diderita masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan

yang dekat dengan terumbu karang, secara langsung akan merusak terumbu karang
tersebut.

Semakin rnarjinal kehidupan masyarakat yang tinggal dekat terumbu

karang, sernakin hancur terumbu karang tersebut.
Terumbu karang merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang sangat

penting dan strategis. Dalam terumbu karang terdapat biota laut yang penting,
rnisalnya ikan karang, timun laut atau tripang, udang karang atau lobster, dan

berbagai jenis ikan lainnya. Produksi ikan dari ekosistem terumbu karang 3 - 32 ton

untuk setiap kilometer persegi per tahun (Dahuri, 1994).

Terumbu karang adalah endapan masif dari kalsium karbonat (CaC03) yang
berasal dari hewan karang (polip) ditambah dengan algae dan organisme lain yang
menghasilkan kalsium karbonat. Pada umumnya hewan karang bersimbosis dengan
sej enis algae bersel satu (zooxandhella). Hal ini yang menyebabkan mengapa hewan

ini disebut hermafitik.

Sel-sel algae hidup dalam jaringan polip. Fotosintesis yang terjadi dalam sel-

sel algae memperoleh COz dari hewan karang, sedangkan energinya berasal dari

sinar matahari yang tembus pennukaan air. Algae mengeluarkan O2 dan kemudian
O2ini digunakan hewan karang untuk melakukan metabolisme dalarn tubuhnya.

Pada umumnya karang hermafitik banyak diterukan di lingkungan tropis dan
subtropis. Suhu airnya 16 - 34' C. Hewan ini membutuhkan air yang jernih dan

sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan h a n g sangat baik pada kedalaman
perairan laut sekitar 2 - 15 meter. Perubahan kejernihan air yang mengarah kepada

kekeruhan akan mempengaruhi kehidupan tenunbu karang. Air laut yang keruh
rnempengaruhi sinar matahari menembus perairan laut, dm kekurangan sinar
matahari akan m e m p e n g h i fotosintesis yang terjadi pada terumbu karang.
Lumpur dan sampah perairan laut kpengaruh langsung terhadap pertumbuhan
dm kehidupan karang. Pemboman karang dm penggunaan bahan kimia beracun

mernpercepat kematian terumbu karang.
Cahaya merupakan faktor utama bagi pertumbuhan karang secara vertikal.

Ternyata ada sejumlah faktor pembatas bagi pertumbuhan terumbu karang. Faktorfaktor tersebut adalah :
1.

Cahaya matahari

5. Arusair

2.

Suhu

6. Substrat

3.

Salinitas

4.

Kecerahan air

2.6. Fungsi-fungsi Terumbu Karang

Terumbu karang berperanan penting dalam ekosistem perairan laut . Ada
sejumlah fungsi yang diperankan oleh ekosistem ini. Fungsi -fungsi tersebut adalah:
1.

Habitat tempat hidupnya sejurnlah biota laut.

2.

Merupakan pelindung fisik bagi pantai clan pulau dari pukukn ombak dan
gerakan air.

3.

Merupakan sumber daya hayati yang sangat diperlukan oleh organisme yang ada

di sekitarnya dan juga bagi rnasyarakat sekitar ekosistem t e m b u karang
tersebut.

2.7. Kehidupan Akuatik
Organisme yang hidup dalam ekosistem laut dikelompokkan atau
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu organisme outotropik dan organisme
heterotropik. Organisme autotropik rnampu menghasilkan energi untuk keperluan

hidupnya, sedangkan organisme heterotropik menggunakttn energi yang ada dalam

tubuh organisme lain untuk memenuhi kebutuhan energinya. Yang termasuk ke

dalam organisme autotmpik adalah antara lain adalah algae dan tumbuhan yang
mempunyai klorofil, dan yang masuk ke dalam organisme heterotropik adalah

rn ikroorganisme bakteri, amuba, protozoa, dan lain-lain.
Organisme autotropik menggumkan energi matahari untuk membentuk bahan-

bahan karbohidrat, protein dan molekul kompleks lain. Bahan ini digunakan untuk
menyusun kebutuhan tubuh organisme yang hidup di perairan laut (produsen).
Organisme heterotropik yang menggunakan bahan organik yang dihasi 1kan
oleh organisme autotropik sebagai sumber energi bag dirinya disebut konsumer.
Bakteri dan jamur sebagai kornposer menghancurkan bahan dasar organisme menjadi

senyawa-senyawa sederhana. Proses yang terjadi dalarn tubuh produsen, konsumer

dan komposer menunjukkan bahwva ada kaitan yang erat antara ketiga organisme
hidup ini.
Kehidupan akuatik sangat dipengaruhi sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia air.
Hal ini dapat dilihat melalui tiga sifat fisika utama yang mempengaruhi kehidupan
akuatik. Sifat-si fat tersebut adalah :
1.

Suhu,

2.

Kecerahan, dan

3.

Turbulensi (Saeni, 1989).

Suhu

Suhu yang normal sangat dibutuhkan untuk menjamin kehidupan organisme
laut. Suhu yang sangat rendah menyebabkan proses biologi menjadi sangat lambat
dalam tubuh organisme laut. Sebaliknya suhu yang sangat tinggi sangat berbahaya

bagi kehidupan organisme.
Pemboran minyak di