Studi Efektivitas Herbisida Glifosat 48 % Dan Herbisida Glifosat 24 % + 2,4 D 12 % Untuk Mengendalikan Gulma Pada Tanalnan Kelapa Sawiit (Elaeis Guineensis Jacq.)

Jadibh engliau sepeni kupu- kupu,
e'nganperawakan,
I d a h dipadang,
SediGt tergantung pada yang bin
Gr6a~rgdari satu taflg/tai/ie tangkai yang b i n dan
Dari satu taman & taman yang lhilr
Atau.. .. . .
Ja&hh engkau seperti seetor h6ah
Tang sebCu mmeakan sesuatu yang 6aikdan mengeluar(an ya
Nengeluarkan madu dan tidakmenyengat
Gr6ang dengan rasa cinta dan fiinggap dengan taCi kaszX

"Terimalah apa gang felah Wllah fefapkan
kepadamu, agar engkau menjadi orang paling
kaya"

ganda bcinta, tawis basih
(X@jsan~akeUn kn mtnatimiwah +$,pa saketmrga
&nu getar k m b q y ku du'a
.Qnu qabimbinff
5ur

(J)ipay?.mflan ku b n ~ a a h
a$tjapkatn ku cisoca bbaaa
(J)ituturhn ku m r i knbunflah

STUD1 EFEKTIVITAS HERBISDA GLIFOSAT 48 % DAN
I-IERBISIDA GLIFOSAT 24 % + 2,4 D 12 % UNTUK
MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWlT ( Elaeis guilzeeizsis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN

Cleh :

Sri Mulyati
A01400035

DEPARTEhIEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

RINGKASAN

SRI MULYATI. Studi Efektivitas Herbisida Glifosat 48 % dan Herbisida
Glifosat 24 % + 2,4 D 12 % untuk Mengendalikan Gulina pada Tanalnan Kelapa
Sawiit (151ueis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan (Di bawah Bimbingan

ADOLF PIETER LONTOIJ).
Penelitian ini hertujuan untuk lnengetahui efektivitas dari herbisida
glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % pada berbagai tingkat
dosis dalarn mengendalikan gulina di areal pertanainan kelapa sawit belum
menghasilkan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2003 salnpai dengan
Febrilari 2C04 di PTPN VIIi Cikasungka, Bogor, Jawa Barat. Penelitian disusun
dengan menggunakan rancangan acak keioinpok faktor tunggal. Susunan
perlakuan terdiri atas 12 perlakuan dan 4 tilangan. Perlakuan pengendalian gulma
terdiri atas herbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24

Oh

+ 2,4 D 12 $6

masing-inasing dengan dosis (1.5, 3.0, 4.5 dan 6.0) Ilha, herbisida pelnbanding

glifosat 48 % dosis 3.0 Ilha, herbisida pembanding glifosat 30 % + 2,4 D 12 %
dosis 3.0 lha, pengendalian secara manual dan kontrol. Tiap saluan percobaan
terdiri dari 5 piringan kelapa sawit dengan jari-jari 1.5 m, luas lahan per satuan
percobaan ialah 35.33 m2, sehingga total luas lahan percobaan ialah 1 695.6 m2.
Hasil analisis vegetasi awal penelitian menunjukkan terdapat liina y l m a
domiran berturut-turut yaitu Onochlou nodosu, Puspalurn conjugulurn, Ipornoeu
triloba, Isc/zaenzurn linzorense dan Mikuniu nzicrunllzu.
Nerbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % dapat
mengendalikan gulma di perkebunan kelapa sawit beluln menghasilkan.
Berdasarkan bobot kering gullna dan persentase penutupar gulma, herbisida
glifosat 24 % + 2,4 D 12 % inemberikan hasil yang relatif sama dengan herbisida
glifosat 48 %. Pada dosis yang rendah yaitu dosis antara (1.5-3.0) Ilha dari
herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % sudah dapat mengendalikan gullna dengan
efektif, begitu juga untuk herbisida glifosat 48 % pada dosls reiidah sudah
lnenainpakkan hasil yang optimal.

Herbisida pembailding dengall formulasi glifosat 48 % dosis 3.0 liha
memberikan penekanan terhadap gull~layang ada di areal pertailalllall deilgan baik
dan hasilnya setara dellgall perlakuan herbisida glifosat 48 % pada selllua raraf
dosis. Untuk herbisida pelllbandillg dellgall forlllulasi glifosat 30 % + 2,4 D 10 %

llleillberikall hasil yang setara dengall perlakuail herbisida glifosat 24 % + 2:1 D
12 % pada dosis 4.5 I/ha. Perlakuan secara mallual illelnberikall hasil yang sa~lgat
baik dalaln illellgelldalikall gulma yang ada di areal percobaan.
Pada percobaan iili tidak ditenlukail adanya gejala keracunan pada
tallalllall kelapa sawit belull menghasilkan akibat aplikasi dari herbisida glifosat
48 % dan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % pada setnua tii~gkatdosis yang
diberikan.

STUD1 EFEKTIVITAS HERBISIDA GLIFOSAT 48 % DAN
HERBISIDA GLIFOSAT 24 % + 2,4 D 12 % UNTUK
MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGIlASILKAN

Skripsi
sebagai salah satu syarzt
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertaniar. Institut Pertanian Bogor

Oleh
Sri Mulyati


A01400035

DEPARTELMENBUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANL4N
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

STUD1 EFEKTIVITAS HERBISIDA GLIFOSAT 48 %J DAN

Judul :

HERUISIDA GLIFOSAT 24 % + 2,4 D 12 % UNTUK
MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT (ElaeisguirteertsisJacq.) BELUM MENGHASILKAN
Nalna

:

Sri Mulyati


NRP

:

A01400035

Menyetujui,

Mengetahui,

Tanggal lulus :

3 1 AUG 2004

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1980 di Ciamis, Jawa Barat.
Penulis lnerupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Eli Suherli
dan Ibu Siti Maryam.
Tahun 1988 penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SDN 111

Panjalu, kemudian pada tahun 1994 melanjurkan Sekolah Menengah Pertarna di
MTsN Maparah Panjalu. Pendidikan Sekolah Menengah Umurn dilalui di SMUN
1 Indihiang Tasikmalaya dan lillus pada tahun 2000.

Pada tahun 2000 penulis diterima di Insiilut Pertanian Bosor (IPB) ~ m l a l u ~
jalur USMI (U;ian Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Agronomi, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakuitas Pertanian, Instit~ltPertanian Rogor.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Rabb semesta alam atas
liinpahan Rahnat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul "Studi Efelctivitas I-Ierbisida Glifosat 48 % dan I-Ierbisida
Glifosat 24 56 + 2,4 D 12 % untuk Mengendalikan Gullna pada Tanaman Kelapa
Sawit (Iilueis guitzeensis Jacq.) Bellun Menghasilkan" merupakan syarat
penpelesaian tugas akhir di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
I~lstitutPertailian Bogor.
Penulis inenyarnpailcan rasa teriinakasih kepada:
1. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan,

arzihan dan motivasi selama penyusunan skripsi.

2. Dr. 11-.B. H. Tanpubolon, MS dan Dwi Guntoro, SF, Msi scbagal dosen
penguji atas saran dan lnasukan yang sangat berharga untuk perbaikan
skripsi ixi.

3. Pimpinan dan karyalvan PTPN VIII, kebun kelapa sawit Cikasungka,
Jasinga, Bogor, Jawa Barat atas izin dan kerjasamanya.
4. Bapak Joko, Bapak Mainid dan Bang Pai yang selalu lnembantu selama

penelitian.
5. O r a ~ ~tua
g (Mamah & Apa), A Lilih, A Aan, Teh Heni, A Dida, A Heri,

Teh Yuyu dsn semua keponakan atas doz, dukungan dan kasih sayang
seinuanya.
6. Teman-teman se-kos (Funi, Nia, Lyis, Mba Ika, Mba Uut dan Mba Nurul)

atas semangat dan bantuan yang telah diberikan.
7. Teman- teinan AGR 37, semoga tetap kolnpak dan tetap semangat.

Terakhi~ seinoga skripsi ini bergutia dan bennanfaat bagi yang

memeriukan.
Bogor, Agustus 2004

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

ix

PENDAHULUAN ......................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA ........... ................... .. ..........................................


4

Masalah Gulma di Tanaman Perkebunan .......................................
Gulma di Perkebunan Kelapa Sawi
Pengendalian Gulrna pada Perkebunan Kelapa Sawit .....................

BAHAN DAN METODE ..........................................................................

4

4
5
6
8
9
10

11


Ternpat dan Waktu
Bahan dan Alat
..
Metode Penelltian ............................................................................
Pelaksanaan .....................................................................................
Bobot Kering Gulrn
..
Analisr Vegetasi .......................... .
.
........ . .............................
Fitotoksisitas terhadap Tanaman Kelapa Sawit......................
HAS= DAN PEMBAHASAN ..................... .:.............. . . . . . . . ................
Keadaan Umum ...............................................................................
Dominansi Gulina ............................................................................
Persentase Penutupan Gulma
. ..................
Bobot Kering Gulrna
Bobot Kering Gulma Total
Eobot Kering Gulina Rurnput
Bobot Kering Gulrna Daun Lebar .........................................
Bobot K e r i ~ gGulrna Onocl110anodosa ... ..... ......... ................
Bobot Kering Gulrna Paspalum conjugaiu~~z
.........................
Bobot Kering Gulma Ipon~oeuiriloba ...................................
Bobot Kering Gulrna Isclzuenzu~nlirnorense ....... ..................

14

Bobot Kering Gulma Mikuniu nzicrun//zu..............................
Bobot Kering Gul~naLain ......................................................
Herbisida
Tunggal dan Campuran ..................................................
..
....................................................................................
Fitotoks~s~tas

36
38
40
41

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

42

Kesimpulan .....................................................................................
Saran ................................................................................................

42
42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

43

LAMPIRAN ...............................................................................................

47

DAFTAR TABEL
Halaman
fikv

1. Data Curah I-lujan yang Terukur Selama Penelitian ................

14

2. Nilai Jumlah Dominansi Gulma pada Areal Penelitian ............

15

3 . Nisbah Jumlah Dominansi pada Akhir Penelitian
Berdasarkan Perlakuan ...........................................................

16

4 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Persentase
Penatupan Gulma .....................................................................

18

5 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Bobot Ker~ngTotal .......

21

6 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gu!ma Rumput ..............

23

7. Pengaruh Aplikasi Glifcsat terhadap Daun Lebar ....................

25

5 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulina
O//oc/zlounodosu .........................................

6 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulma
l'uspulurn conjugulun~..................................
7.

Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gullna
Ipon~oeairilobu ............................................

8. Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gclma
'
Isclzaentu17z /i~lzoretzse
...............................................................

34

9. Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulma
Miku~ziui?~icran//~a
.......................................
10. Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulma Lain ...................
Larnpirar?

1. Rekapitulasi Sidik Ragam
2. Sidik Ragam Persen Penutupan Gulma ......................................
3 . Sidik Ragam Bobot Kering Gulma 'Total ...................................
4 . Sidik Ragam Bobot Kering Gullna Rumput ...............................
5. Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Daun Lebar ........................
6 . Sidik Ragam Bobot Kering O/toc/~/ou
nodosu ..........................

7. Sidik Ragam Bobot Kering Puspulu~~z
conjugcriunz ...................

S. Sidik Ragam Bobot Kering Iponzoeu /iriloba .............................
9 . Sidik Ragam Bobot Kering isc/zuenrurn /imorense ....................

39

Nolnor

Halaman

10. Sidik Ragam Bobot Kering Mikania nzicr.ani/za.......................

53

1 1. Sidik Ragarn Bobot Kering Gulma Lain ..................................

53

DAFTAR GAMBAR
Nomor

IHalaman
l%ks

1.

Run~usBangun Glifosat

8

2.

Rulnus Bangun 2,4 D

9

3.

Histogram Persentase Penutupan Gulma ................................

20

4.

Histogram Bobot Kering Gullna Total ....................................

22

5.

Histogram Bobot Kering Gulma Rumput ...............................

24

6.

Histogram Bobot Kering Gulma Daun Lebar ........................

27

7.

Histogram Bobot Kering Gullna O/!oc/~Iou
nodosc~................

29

S.

Histogram Bobo: Kering Gullna Pu.s.nulwn cot~ug~~/utlz
........

31

9.

Histoga~nBobot Kering Gullna iponzoea trilohu ..................

33

10. Histogram Bobot Kering Gulma Mikuniu t?zi~rutz/l~u
.............

37

Lu~tzpirun

1. Lokasi Pengambilan Contoh dalam Piringan Kelapa Sawit ......

54

2 . Denah Petak Percobaan .............................................................

55

PENDAHULUAN
L a t a r Belakang
Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan salah satu bagian penting
dalaln pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan
nasional. Salah satu komoditas yang melniliki arti penting bagi pembangunan
perkebunan nasional ialah ianaman kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit
merupakan penggerak utalna pengembangan agibisnis: penyedia lapangan kerja
dan penghasil devisa negars yang cukup besar &ubis, 1992).
Konsuinsi minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun terus meningkat, ha1
ini mendorong perluasan areal pertanaman kelapa sawit dengan tujuan terjadinya
peningkatan produksi. Pada tahun 1998 luas areal perkebunan kelapa sawit yaitu,
2 788 783 ha dan pada tahun 2000 menjadi 3 174 726. Sejalan dengan
peningkatan luas areal juga terjadi peningkatan produksi minyak sawit yaitu dari
5 640 154 ton pada tahun 1998 mcnjadi 7 580 501 ton pada tzhun 2000, tetspi
produktivitas

minyak

sawitnya menurun yaitu, dari 3 318.76 kglha menjadi

3 092.74 kglha (Ditjenbun, 2002).
Perkembangan luas areal pertanaman belum Inenjamin produksi minyak
kelapa sawit menjadi lebih tinggi, karena tinggi rendahnya produksi tanaman
perkebunan

ditentukan oleh keberhasilan pengelolaan dari faktor-faktor yang

mernpengar~hipertuiilbuhan dan produksi tanaman. Faktor-faktor tersebut antara
lain Caktor lingkungan seperti ketersediaan hara, air dan czhaya lnatahari yang
memadai, tidak adanya gangguan harna, penyakit dan gulma yang serius, untuk
lnelnperoleh hasil yang optimal maka ha1 tersebut hams dikelola dengan baik.
Kasasian (1971) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh
pada tempat yang tidak diinginkan cleh manusia dan dalam konteks pertanian
sederhana gulma diartikan sebagrli segala macam tumbuhan selain tanaman.
Keberadaan gulma di pertanaman kelapa sawit menimbulkan masalah,
karena gulma memiliki potensi untuk menjadi pesaing tanaman dalam
lnemperoleh sarana tumbuh yang riiperlukan. Pengelolaan gulma yang kurang
baik akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Di
samping pengaruh langsung tersebut, kehadiran gullna juga dapat menghambat

proses pemeliharaan tanainan lainnya seperti pemupukan, pemanenan dan nienjadi
inang seinentara bagi hama dan penyakit tanaman. Menurut Syalnsudin el ui.
(1992) kehadiran gulina ini menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 15-20 %
dan rnengakibatkan tingginya biaya pengendalian gulma, yaitu 20-70 % dari total
biaya pemeliharaan.
Pengendalian gul~nadapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya
ialah dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Keunggulan dari
aplikasi herbisida di perkebunan menyangkut kebutuhan tenaga kerja yang lebih
sedikit, kemampuan daiam mengendalikan gulma secara cepai, efektif dan
~nengurangikerusaken akar serta memperkecil tejadinya erosi tanah.
Pengendalian gulma dengan herbisida selain relatif murah juga bertujuan
untuk mendapatkan pengendalian gulma secara selektif. Peinakaian herbisida
yang selektif terletak pada kemampuannya untuk memztikan gulma tanpa
merusak tanalnan budidaya. Penggunaan herbisida yang kurang hati-hati dapat
meniinbu!kan abiiormalitas pada pertulnbuhan dan pelnbungaan keiapa sawit,
seperti pertumbuhan yang terpuntir (memilin) (Agustia, 1997).
Herbisida yang biasa digunakan di perkebunan ialah glifosat yang
lnerniliki spektrum daya berantas cukup luas, tetapi harganya relatif mahal, oleh
karena itu banyak dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh efisiensi
penggunaan glifosat tanpa mengurangi efikasi (IJtomo el ul., 1990).

Saat ini banyak herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma
dicainpur antara satu herbisida dengan herbisida yacg lainnya. Herbisida yang
biasa dipakai dengan dicampur di antaranya ialah herbisida glifosat dan herbisida
2,4 D. Menurut Arif (1988) aplikasi herbisida campuran di areal pertanaman
perkebunan yang belum menghasilkan lebih kuat dan lebih tahan bila
dibandingkan dengan herbisida tunggal.
Menurut Utomo et ul. (1990) keuntungan dari peilcampuran antara
herbisida glifosat dan 2,4 D ialah glifosat dalam keadaan dosis rendah kurang
efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar sedangkan dengan penambahan
herbisida 2,4 D yang harganya ela at if murah mampu mengendalikan gulma dari
jenis daun lebar. Tjitrosoediidjo et ul. (1984) menainbahkan bahwa manfaat dari
pencampuran

herbisida

di

antaranya ialah dapat inemperluas spektrun

pengendalian terhadap gulma, memperluas daya bunuh herbisida pada berbagai
jenis gulma dan menghindari kebutuhan akan dua putaran penyemprotan dan
penyiraman yang diperlukan bagi kegiatan yang beruntun.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari

herbisida

glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % pada berbagai tingkat
dosis dalam mengendalikan gulma pada

tanaman kelapa sawit belum

menghasil kan.
Hipotesis
1. Aplikasi herbisida glifosat 48 %, herbisicia glifosat 24 %

+ 2,4 D 12 %,

herbisida pembanding dan perlakuan manual akan menunjukkan perbedaan
hasil pengendalian gu!ma.

2. Perbedaan dosis yang diberikan menunjukkan perbedaan respon gulrna di
perkebunan kelapa sawit Selum menghasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Masalah Gulma di Tanaman Perkebunan
Gulrna lnerupakan tumbuhan yang tulnbuh di tempat yang tidak
dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang tidak diketahui kegunaannya. Sifat
umum gullna ialah mudah beradaptasi dengan lingkungan. Daya adaptasi dan
daya saing

yang dimilikinya cukup kuat. Di samping itu gullna dapat

menghasilkan biji dengan cepat dan ju~nlahnyabanyak, berke~nbangbiak dengan
cepat dan rnemiliki masa dormansi yang panjang (Tjitrosoedirdjo ef ul., 1984).
Produksi dari suatu tanarnan perkebunan dapat ditingkatkan dengan
memberikan perhatian secara khusus terhadap peilanganan masalah guln~a.Gvlma
dapat menyebabkan kerugian yang diakibatkan kompetisi langsung dalaln
kebutuhan cahaya, unsur hara, air dan ruang. Selaiil itu gulrna menyebabkan
kerugian secara tidak langsung dalam peranannya sebagai tumbuhan inang bagi
beberapa jenis hama dan penyakit serta adanya gulrna tertentti yang rnenghasilkan
zat pengharnbat pertumbuhan / alelopati (Ismail, 1998).
Menurut Madkar, Kuntohartono dan Mangoensoekardjo (1986) cara gulma
menurunkan hasil pada tanaman budidaya ialah dengan menekan pertulnbuhan .
dan mereduksi hasil dengan jalan kompetisi dalarn mendapatkan air, unsul hara,
cahaya dan COz, mengganggu aktifitas panen, menurunkan kualitas hasil,
menbuat panen tidak serempak dan card pengendalian gulma yang seringkali
rnerusak tanaman pokok.
Masalah gulma pada tanaman perkebunan tahunan dirasakan lebih sulit
bila dibandingkan dengan tanaman semusim, ha1 ini dikaitkan dengan faktor
waktu yang terbatas, tenaga kerja dan biaya (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Gulma di Pzrkebunan Xelapa Sawi!.
Gulma yang tumbuh di suatu perkebunan umumnya sesuai dengan kondisi
perkebunan tersebut. Pada perkebunan yang baru dibuka,

penutupan

kanopi

tanaman pokok belum penuh, jenis gulma yang tumbuh adalah gulrna sernusim.
Gullna tahunan banyak dijumpai pada perkebunan-perkebunan

yang telah

menghasilkan. Penyebaran gulrna ditentukan pula oleh perbedaan ketinggian suatu

tempat. Di dataran tinggi populasi gulma cenderung lebih banyak dibandingkan
dengan di dataran rendah (Tjitrosoedirdjo ei a/.,1984).
Gulma di perkebunan kelapa sawit ialah semua jenis tumbuhan yang
tu~nbuhdan menimbulkan gangguan bagi pertuinbuhan tanaman kelapa sawit
(Mangoensoekardjo, 1982).
Komposisi gulma yang ada pada suatu perkebunan tergantung pada jenis
komoditas, cara pengelolaan kebun dan kondisi lingkungan. Gulma yang biasa
terdapat di perkebunan

kelapa sawit yang beluin menghasilkan yaitu:

Clzromoluenu odarutu L ) I~npe~.ufucylmdricu (L.) Beauv., Axo~opirs
conipressus (SW.) P.B., ~clzinoclzlouco/otz7rr1z (I.) LK., Patzicur~l repens L.,
Scleriu .sut~zu/retz.~is
Retz., Kyllingiu tnoncceplzulu Rottb., Mikaniu nzicrutzthu

L., ?dit:zosu invisu Mart. Ex
H.H.K., Agemtut~zconyzoides I., Lantutzu c;n~zur~z
colla., dan Ottocl~!ounodosu (Kunth) Dandy (Lubis, 1992).

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit
Sistem budidaya tanalnan perkebunan umumnya monokultur clan ditanain
pada larikan dengan jarak tanam tertentu untuk masing-masing tanaman. Kendala
produksi dari sistem budidaya tersebut adalah gangguan gulma dalam kompetisi
terhadap sarana masukan bagi tanaman perkebunan seperti pupuk, air, sinar
matahari dan lain-lain sejak beradti di persemaian salnpai pada saat tanaman
menghasitkan (Kustanto, i990). Menurut Ismail (1988) koinpetisi gulma terhadap
tanaman pokok unurnnya berbeda satu densan yang laimya, ha1 ini disebabkan
oleh sifat-sifat fisiologis dan morfologis.
Pada perkebunan kelapa sawit beluin menghasilkan, daerah gawangan
biasanya ditanami dengan Legunze Cover Crop (LCC). ~engendaliangulma pada
gawangan dilakukan untuk ~nencegahgulma tumbuh dan berssing dengan LCC,
sedangkan pengendalian gulma pada pirizgan bertujuan agar piringan tersebct
bersih dari gulma dan LCC ( Bintoro, 1988)
Menurut Tjitrosoedirdjo ei ul. (1984) pengendalian gulma yang umum
dilakukan di perkebunan kelapa sawit adslah secara ~nekanisdan kimia. Aplikasi
kedua cara tersebut tergantung pada faktor ekologis, praktis dan pertimbangan
ekonomis. Pengendalian gulma di perkebunan yang belum menghasi1ka.n biasanya
dilakukan dengan cara mekanis. Pengendalian gulma secara manual dapat

menyebabkan kerusakan akar, tanaman pokok, tanah menjadi cekung dan
tergenang air, rusaknya struktur tanah dan hilangnya sebagian bahan organik dan
pupuk serta memperbesar tejadinya erosi pada tanah-tanah miring.
Keuntungan pengendalian gulma secara kimia dibandingkan manual
adalah pekerjaan lebih cepat dan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit,
kerusakan pada akar tanaman akibat pengendalian secara manual dapat dihindari,
erosi tanah pang terjadi lebih kecil dan dapat menghindari terbentuknya cekungan
pada piringan. Kelemahan pengendalian secara kilnia adalah biaya pengendalian
sangat dipengaruhi oleh biaya herbisida, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil,
berkurangya lapangan pekerjaan dan adanya kemungkinan tanaman pokok
teracuni (Madkar el a1.,1986).
Herbisida
Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendaiikan
gulma. Menurut Sukman dan Yakup (1991) keuntungan penggunaan herbisida
ialah dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu, dapat mengendalikan
gulrna di larikan tanaman, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman, lebih
efektif dalam membunuh gulma tahunan dan semak belukar, dalam dosis rendah
beberapa herbisida dapat berperan sebagai hormon tumbuh, dan dapat
meningkatkan produksi tanaman budidapa dibandingkan dengan perlakuan
penyiangsn biasa. Menurut Ismail (1988) penggundan herbisida dalam
mengendalikan p l m a pada tanaman perkebunan malnpu meningkatkan efisiensi
pengelolaan perkebunan, dan pemantapan produksi tanaman perkebunan. Selain
itu pengendalian gulma dengan herbisida lebih cepat, lebih ekonomi, tidak
menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman dan menyebabkan tersedianya
lapisan mulsa dari gulma yang mati.
Penggnnaan herbisida hams memperhatikan efekivitas, efisiensi dsn
keamanan serta efek samping yang mungkin timbul. Herbisida yang dibutuhkan
adalah herbisida yang mempunyai selektivitas tinggi. Klingman, Ashton dan
Noordhof (1982) mengemukakan bahwa herbisida yang selektif adalah herbisida
yang hanya mematikan gulma dan tidak mematikan tanaman pokok. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efelrtivitas herbisida adalah: (1) herbisida

itu

sendiri

(formulasi, kalkulasi, aplikasi, dan kalibrasi); (2) gulma sasaran; ( 3 ) tanah

(kelembaban, keremahan, sifat fisik tanah); (4) cuaca (suhu,cahaya, hujan); dan

(5) pelarut (kej'ernihan). Menurut Tjitrosoedirdjo el 01. (1984) curah hujan yang
tinggi terutama pada saat aplikasi

dapat berpengaruh terhadap pengendalian

gulma.
Menurut Zaenudin (1986) hujan yang kurang dari tujuh jam setelah aplikasi
dapat menyebabkan pencucian larutan herbisida, sehingga aplikasi per!u diulang
kembali. Penetrasi herbisida akan lebih baik jika kelembaban udara dan daun
tinggi, karena pada saat itu rongga-rongga kutikula terjenuhi oleh air dan
herbisida dapat dengan mudah meresap ke dalam daun. Tidak szmua herbisida
yang diberikan efektif mencapai pusat reaksi dan menimbulkan iceracunan pada
gulma sasaran sebagian telah hilang sebeluln mencapai permukaan daun, sebagian
lagi hilang setdah mencapai permukaan daun tetapi belurn terserap ke dala~n
jaringan. Herbisida yang telah terserap sebagian dapat tcrdegadasi menjadi
bentuk-bentuk tidak aktif dan sebagian !agi dikeluarkan kembali melalui ekskresi
deri permukaan dauti ke akar.
Menutut tipe gulma yang dikendalikan herbisida dibagi m.enjadi dua
kelompok, yaitu herbisida selektif dan herbisida non-selektif. Herbisida selektif
adalah herbisida yang bila diaplikasikan dalam suatu komunitas campuran akan
mematikarl tumbuhan atau gulma tertentu dan relatif tidak mengganggu tumbuhan
lain, sedangkan herbisida non-selektif mematikan seluruh tu~nbuhan(Crafts dan
Robbins, 1973).
Menumt Madkar et 01. (1986) berdasarkan sifai kerjanya herbisida dapat
digolongkan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak
adalah herbisida yang daya bunuhnya hanya terbatas pada bagian-bagian yang
terkena (terkontak) dengan herbisida. Berbeda dengan herbisida kontak, herbisida
sistemik dapat rnerusak atau rnematikan seluruh bagian-bagian guhna walaupun
tidak mengalami kontak langsung pada waktu apiik3si herbisida. Herbisida
golongan ini dapat ditranslokasikan ke seluruh bagizn tumbuhan, baik bagian
yang di atas tanah maupun bagian yang berada di balvah permukaan tanah.
Kasasian (1971) menyatakan bahwa herbisida yang bersifat sistemik sangat baik
untuk mengendalikan gulma golongail rumput dan gulma berdaun lebar. Menurut
Klingman

et

ul. (1982) apabila dosis herbisida sistemik yang digunakan semakin

tinggi, maka herbisida tersebut akan bersifat konlak dalam menekan gulma. Ha!
ini terjadi karena molekul-molekul herbisida akan termobilisasi dalam jaringan
dan akan membunuh sel-sel f l ~ e m ,sehingga proses translokasi terhenti dan
bagian-bagian tuinbuhan lain yang berpotensi tumbuh akan tumbuh kembali.
Herbisida Glifosat
Herhisid8 glifnsat atau N

- ( pr/7,~p,phono1~ze~lzy/
glyc~nej

adalah herbisida

pasca tumbuh yang mempunyai daya berantas luas dan bersifat sistemik. Glifosat
~nerupakan bahan aktif yang memi!iki spektrum luas dan efektif da!am
mengendalikan gulma dari goiongan rumput, teki, dan daun lebar serta mampu
mengendalikan gulma semusi~ndan tahunan (Thomson,!979).
Menurut Sastro~.~romo
(1992) glifcsat merupakan herbisida sistemik tidak
selektif termasuk golongan organofosforus yang merupakan turunan asam amino
glisin. Senyawa ini diserap melalui ciaun dan diangkut ke semua jaringan
tumbuhan dan mempengaruhi met2bolisme asaln nukleat dan sintesis protein.
Glifosat bekerja saat pertumbuhan daun aktif sehingga dapat menyerap bahan
aktif yang ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Herbisida glifosat
termasuk herbisida yang tidak mudah terdegradasi pada tubuh gulma. Gejala
toksik akibat pemakaian herbisida berkisar satu sampai tiga minggu setelah
aplikasi (Moenandir, 1988). Struktur kimia glifosat tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Rurnus Bangun Kimia Glifosat (Klin-man e t a / . , 1982)
Herbisida glifosat mempunyai sifat tidak bisa terbakar, tidak mudah
menguap, tidak mempunyai f e k residu dalam tanah karena glifosat bukan
termasuk herbisida tanah dan daya racun terhadap lingkungan rendah. Glifosat
diikat dengan cepat dan kuat oleh partikel fanah dalam ikatan fosfat, sehingga

tidak tersedia bagi akar gulrna dan tumbuhan lainnya. Sejumlah kecil molekul
herbisida glifosat yang tidak terikat oleh partikel tanah segera didegradasikan oleh
mikroorganisme tanah. Secara kimia ha1 ini terkait dengan asam amino glycine
yang juga

dikandung

oleh

sistern

hewan

dan

tumbuhan,

akibatnya

rnikroorganisme dapat tumbuh mendegradasikan glifosat menjadi COz, air, nitrat,
dan fosfat yang tidak berbahaya (Moenandir, 1988).
Glifosat aman bagi hewan dan rnanusia, saat masuk ke dalain daerah
pencernaan, glifosat langsung dikeluarkan oleh tubuh, sehingga tidak tejadi
keracunan pada tubuh manusia dan hewan akibat akumulasi dari glifosat
(Thompscn, 1979). Gulma daun lebar umumnya termasuk gulmz semusim dengan
organ perbanyakan berupa biji. Glifosat merupakan herbisida yang diaplikasikan
lewat daun, bilz jatuh ke tanah bahan aktifnya menjadi tidak aktif sehingga tidak
mematikan biji gulma yang berkecan~bah(Sukardji dan Tobing, 1987).
Herbisida 2,4 D
Rumus kimia dari herbisida 2,4 D adalah 2,4- DicI7loroplzenoxy acetic
mid. Herbisida 2,4 D berbentuk kristal, daya larut dalam air pada suhu 20°C
adalah 620 mgd, tergolong dalam herbisida sistemik yang merupakan herbisida
pasca tumbuh (postenzergence herbicide) yang berfungsi untuk mengendalikaa
gulma teki, gulma daun lebar, dan gulma air (Ashton dan Monaco,l991).
Herbisida 2,4 D mengendalikan gulna dengan cara mengganggu
pembelanan sel meristem secara cepst dan menghentikan perpanjangan sel.
Gulma yang terkena herbisida 2,4 D akan mengalami kematian secara perlahan,
karena gulrna akan mengalami kehilangan kemampuan akar untuk menyerap air
dan hara, proses fotosintesis terhambat dan tersuinbatnya pembuluh floem dan
gangguan-gangguan tersebut akan membunuh gulma (Ashton dan Crafts, 1973).
0

Galnbar 2. Rumus Bangun Herbisida 2,4 -D (Klin,man ef.ul., 1982).

Herbisida Glifosat + 2,4 D
Salah satu cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan pengendalian
gulma pada areal pertanian adalah dengan mengkombinasikan herbisida dengan
dosis rendah. Interaksi yang ditimbulkan akibat pencampuran herbisida dapat
berupa interaksi antagonistik yang bersifat menurunkan aktivitas biologi dari
campuran herbisida dan interaksi sinergistik yang bersifat memacu aktivitas
biologi dari pencampuran herbisida (Muzik, 1970).
Fonnulasi campuran herbisida glifosat dan 2,4 D dapat menghasilkan
keuntungan lebih jika dibandinzkan dengan penggunean herbisida glifosat yang
tidak diformulasikan dengan herbisida lain, walaupun terdapzt resiko kegagalan
dari pencampuran tersebut (Grossbara dar. Atkinson, 1985). Moenandir dan
Murniningtias (1999) menambahkan herbisida glifosat yang diaplikasikan secara
tunygal kurang efektif dala~n mengendaliken gulma dibandingkan dengen
penamhahan herbisida 2,4-D

yang meningkatkan efikasi, fitotoksisitas,

kompatibilitas dan efek sinergis dari glifosat.
Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) manfaat dari pencampuran herbisida
diantaranya ialah dapat memperluas spektrum pengendalian terhadap gulma,
memperluas daya bunuh herbisida pada berbagai jenis gulma dan menghindari
kebutuhan akan 2 putaran penyemprotan dan penyiraman pang diperlukan bagi
kegiatan yang beruntun.
Menurut Sukaji dan Tobing (1987) pemakaian herbisida yang
mengandung satu jenis bahan aktif secara terus menerus k u r a ~ gmeinuaskan
karena akan tejadi pergeseran komposisi gulma dengan munculnya jenis-jenis
gulma yang resisten terhadap bahan aktif. Motooko (1986) inenambahkan bahwa
alasan digunakamya campuran dari satu atau lebih herbisida adalah untuk
memperluas spelclrum pengendalian gulma, mengurangi penggunaan salah satu
komponen dari herbisida calnpuran secara terus menerus dan untuk menghemat
biaya.

.

Setiap satuan percobaan terdiri atas 5 piringan tanaman kelapa sawit
dengan jari-jari setiap piringan 1.5 m, sehingga luas efektif herbisida untuk setiap
perlakuan ialah 35.33 m2.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap percobaan yang diamati,
diynakan model linier sebagai berikut :

Y..
= p + a1+ j3, + E~;
11

Keterangan :
y..

=

Hasil pengamatan pengaruh perlakuan ke- i dan kelompok ke- j

=

Nilai rata-rata

11

a,

=

Pengaruh perlakuan ke-i

;

=

Fengaruh kelornpok ke-j

6i.i

=

Galat percobaan
Jika analisis yang dilakukan rnenunjukkan liasil yang berpengaruh nyata

maka dilakukan uji lanjut DMRT ( D u ~ c uMultiple
n
l