KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Perencanaan program pendidikan inklusif di SDIT Sahabat Alam Palangka sudah dilaksanakan dengan baik. Perencanaan dibuat secara komperhensif dan sistematis melalui rapat kerja tahunan, semesteran dan pekanan. Perencanaan program pengembangan pendidikan inklusif yang dilakukan merupakan perencanaan yang demokratis karena bukan hanya melibatkan kepala sekolah, koordinator Learning Support Centerdan guru tapi juga orangtua siswa berkebutuhan khusus. Namun masih diperlukan penjelasan dan contoh konkrit untuk para orangtua siswa ABK agar sinergi pengasuhan di rumah dan sekolah bisa ditingkatkan.
2. Implementasi program pengembangan pendidikan Inklusif di SDIT Sahabat Alam Palangka Rayatelah berjalan dengan baik karena telah merealisasikan sebagian besar dari perencanaan program. Implementasi program pengembangan pendidikan inklusif di SDIT Sahabat Alam Palangka Raya menitikberatkan pada program pembelajaran individual yang teraplikasikan dalam tiga bentuk. Program pembelajaran individual untuk siswa berkebutuhan khusus di kelas regular penuh, program pembelajaran individual untuk siswa berkebutuhan khusus di kelas regular dengan pendampingan, program pembelajaran individual untuk siswa berkebutuhan khusus di kelas khusus. Implementasi program
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Anak Berkebutuhan Khusus berjumlah lebih dari 1 anak tiap kelas seringkali menimbulkan kesulitan bagi guru kelas saat guru pendamping melakukan treatmen kepada salah satu anak di LSC. Maka penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut :
a. Beberapa guru kelas perlu menambah ketrampilan manajemen kelas misalnya dengan melatih siswa untuk menjadi tutor sebaya bagi temannya, menambah lembar kerja untuk siswa yang cepat dan menyediakan pojok pengaman lebih dari satu. Pojok pengaman yang disarankan adalah berupa kegiatan-kegiatan untuk menguatkan motorik halus dan kasar, melatih konsentrasi dan kegiatan untuk koordinasi mata dan tangan. Sehingga pojok pengaman ini sekaligus berfungsi sebagai sarana treatmen untuk beberapa kebutuhan.
b. Meskipun di setiap kelas sudah ada minimal 2 guru yaitu guru kelas dan guru pendamping, namun guru kelas masih kesulitan mengelola kelas saat guru pendamping melakukan treatmen kepada salah satu siswa di Learning Support Center karena di kelas masih ada beberapa siswa berkebutuhan khusus. Sehingga rekomendasi yang diberikan oleh penulis adalah perlu menambah guru pendamping di setiap kelas atau ada guru khusus di Learning Support Center yang melakukan treatmen, sehingga guru pendamping fokus mendampingi siswa di dalam kelas. Tambahan pembiayaan operasioanal masih bisa dikomunikasikan dan didiskusikan dengan orangtua siswa ABK untuk ditanggung bersama.
2. Learning Support Center (LSC) perlu membuat folder khusus di komputer sekolah untuk setiap siswa berkebutuhan khusus. Folder khusus setiap anak tersebut berisi data perkembangan siswa lengkap (borang) yang diisi orangtua siswa, surat perjanjian dengan orangtua siswa, hasil Tes Kematangan Sekolah (TKS), hasil test psikologi lanjutan, hasil asesmen, program pembelajaran individual jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, program pembelajaran individual harian di sekolah, program pembelajaran individual pekanan di rumah (home program) dan laporan hasil belajar. Hal ini akan memudahkan melihat dan menganalisa rekam jejak perkembangan tiap siswa berkebutuhan khusus tersebut.
3. SDIT Sahabat Alam sudah melakukan forum parenting untuk orangtua siswa berupa workshop, seminar atau pelatihan. Penulis merekomendasikan untuk membuat satu kegiatan tambahan untuk orangtua siswa yaitu focus group discussion. Harapannya dengan FGD ini orangtua siswa akan saling berbagi perasaan, pengalaman dan motivasi tentang mengasuh anak berkebutuhan khusus. Sehingga kesadaran orangtua siswa terhadap pelaksanaan home programbisa lebih meningkat.
4. Kepala Sekolah SDIT Sahabat Alam Palangka Raya perlu menyiapkan guru dan sarana sekolah untuk dapat menerima siswa berkebutuhan khusus dengan tingkat kesulitan yang lebih dari yang ada sekarang karena hal ini menjadi kebutuhan masyarakat.
5. Konsep sekolah alam yang seringkali menggunakan benda konkret yang ada di alam sebagai media pembelajaran memudahkan siswa berkebutuhan khusus untuk memahami konsep. Sehingga penulis memberikan rekomendasi bagi sekolah yang akan memulai menyelenggarakan pendidikan inklusif maka konsep sekolah alam bisa menjadi salah satu alternatif.
6. Kesatuan konsep sekolah alam yang memperhatikan tentang tahap perkembangan anak, keunikan setiap siswa, kemandirian siswa, integrasi keislaman dalam pembelajaran dan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi kekhasan model penyelenggaraan pendidikan inklusif. Sehingga peneliti menawarkan model implementasi 6. Kesatuan konsep sekolah alam yang memperhatikan tentang tahap perkembangan anak, keunikan setiap siswa, kemandirian siswa, integrasi keislaman dalam pembelajaran dan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi kekhasan model penyelenggaraan pendidikan inklusif. Sehingga peneliti menawarkan model implementasi
7. Peneliti selanjutnya dapat mengambil fokus penelitian yang lebih spesifik misalnya tentang manajemen pendidikan untuk siswa berkebutuhan khusus Mentally Retarded. Penelitian lainnya yang bisa dilakukan adalah penelitian kuantitatif yang melakukan perbandingan beberapa sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Palangka Raya.