Perfomans Produksi Babi Akibat Tingkat Pemberian Manure Ayam Petelur dm Asam Amino L-Lisin Sebagai Bahan Pakan Alternatif

ABSTRAK
SAULAND SINAGA : Performans Produksi Babi Akibat Tingkat Pemberian
Manure Ayam Petelur dan Asam Amino L-Lisin Sebagai Bahan Pakan Alternatif.
Dibimbing oleh POLLUNG H. SWGIAN dan RUDY PRIYANTO.
Manure ayam petelur segar yang dihasilkan oleh seekor ayam, rata-rata 150
gram/hari, mempunyai kandungan protein kasar sekitar 30% dengan pembatas serat
kasar yang tingg, energi metabolis rendah, NPN (Nitrogen Bukan Protein) yang
tmgg, bakteri patogen, jamur, sisa pestisida, sisa obat-obatan sehmgga pada ternak
monogastrik yang mengkonsumsinya dapat menghambat perturnbuhan. Asam amino
lisin merupakan asam amino pembatas dalam ransum babi, karena kandungan asam
amino ini terbatas pada tanaman biji-bijian, akan tetapi asam amino lisin telah dapat
dibuat secara sintetis, dalam bentuk L-lnm monohldrokhlorat dengan kemurnian 98%
asam amino lisin.
Penggunaan manure ayam petelur yang telah dikeringkan dengan sinar
matahari dalam ransum babi sampai dengan 5% tidak berbeda nyata dengan ransum
yang tidak mengandung manure ayam petelur terhadap pertambahan bobot badan,
konsurnsi ransum harian, konversi ransum, umur mencapai bobot potong, persentase
karkas, lorn eye area, tebal lemak punggung dan keuntungan ekonorni.
Penggunaan manure ayam petelur 10 dan 15% berbeda nyata (p 53
50 - 42,9
47 - 49,9

< 47

Campbell et al. (1985) menyatakan lemak punggung semakin tebal pada babi
dapat disebabkan oleh panas yang dihasilkan akibat metabolisme lebih banyak,
akibatnya ternak memungkinkan menylmpan kelebihan energi dalam bentuk lemak
yang ddam ha1 ini adalah lemak punggung, juga terdapat hubungan negatif antara

tebal lemak punggung dengan panjang karkas, babi dengan badan yang pendek akan
menghasilkan ketebalan lemak yang lebih dalarn daripada babi dengan badan yang
lebih panjang akan menghasilkan ketebalan lemak yang lebih tipis.

Loin Eye Area

I,om eye area (LEA) merupakan luas penampang otot Longrsrmus dors~yang

diukur diantara tulang n~sukke-10 dan 11. Lozn eye area berhubungan erat dengan
jumlah perototan karkas. Luas penampang tersebut mengandung lemak intramuskuler
(marbling) yang berpengaruh terhadap keempukan daging.

L o ~ n eye area


dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal tersebut diperlihatkan oleh Krider dan Carroll
(1971) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas LEA adalah antara
sedangkan menurut Whlttemore (1980) sekitar 30-50%.

16-79%,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kandang Penelitian Koperasi Peternak Babi
Indonesia (PT Babi O