5
1. Tahap persiapan: Pembuatan surat ijin penelitian di RS X Klaten.
2. Tahap pengambilan data: Data diambil dari kartu rekam medik pasien DM
yang memenuhi kriteria inklusi di Instalasi Rawat Inap RSX Klaten tahun 2011 yang dilakukan secara retrospektif.
3. Tahap pengolahan data: Data yang diperoleh dari data rekam medik kemudian
di kelompokan berdasarkan: umur, diagnosis, GDS, obat yang diberikan, frekuensi pemberian, aturan minum dan obat lain.
Tahap analisis
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk tabel yang memuat jumlah dan persentase dari data yang diambil:
1. Perhitungan karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia kemudian
dibandingkan. 2.
Perhitungan tingkat kesesuaian terapi yang meliputi:Persentase tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dantepat pasien. Persentase dihitung dari jumlah kasus
yang tepat dibagi banyaknya kasus yang diteliti dikalikan 100.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penelusuran data pasien dari data kartu rekam medis pasien rawat inapRS X Klaten tahun 2011.
Data selama satu tahun didapat sampel sebanyak 70 pasien DM berdasarkan kriteria inklusiyaitu pasien DM dengan atau tanpa penyakit komplikasi dan
penyerta dan usia ≥ 60 tahun. Data yang diambil meliputi umur, jenis kelamin,
diagnosis, GDS, nama obat, dosis obat, frekuensi pemberian, obat lain. Karakteristik Pasien
1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin, usia dan penyakit komplikasi
dan penyerta
Data pasien DM geriatri di instalasi rawat inap RS X Klaten tahun 2011 diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, usia, penyakit komplikasi dan
penyerta.Persentase penderita DM geriatri pada pasien perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pasien laki-laki tabel 1. Hal tersebut bukan berarti bahwa
perempuan lebih beresiko menderita DM. Faktor resiko DM yaitu keturunan, gaya hidup, usia dan obesitas Funk, 2011.
6
DM geriati banyak terjadi pada usia 60-74 tahun. DM banyak terjadi dengan bertambahnya usia, puncaknya pada usia 60-69 tahun Subramaniam
Gold, 2005. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi DM. Akibat proses menua terjadi kemunduran fungsi organ sehingga penyakit degeneratif
khususnya DM akan mudah terjadi Dellasega Yonushonis, 2007.
Tabel 1. Distribusi pasien diabetes melitus geriatri di instalasi rawat inap RS X Klaten tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin, usia, penyakit komplikasi dan penyerta.
Keterangan Jumlah Persentase
Jenis kelamin Laki - laki
29 41,43
Perempuan 41 58,57
Usia 60-74 59
84,29 75-90 9
12,86 90 2
2,86 Penyakit komplikasi
CKD 10 14,38
Ulkus-Pedis 7 10,00
Stroke 7 10,00
Coma 7 10,00
CHF 6
8,57 Hiperlipid 5
7,14 KAD 1
1,43 Penyakit penyerta
Gangguan hati 4
5,71 Vertigo 2
2,86 PPOK 1
1,43
Hiperglikemi mempunyai hubungan yang erat terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan penyakit vaskuler perifer, stroke dan
penyakit jantung. Pembentukan HbA1c menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil yang mendorong terjadinya komplikasi
mikrovaskulerMuchid dkk., 2005.Gula darah yang tinggi menyebabkan ginjal dipaksa bekerja keras, pada akhirnya terjadi kebocoran sehingga protein dapat
lolos melalui urinatau disebut dengan albuminuria ADA
a
, 2012. DM merupakan penyebab utama gagal ginjal stadium akhir Atkins Zimmet, 2010.
Komplikasi ulkus juga banyak diderita oleh pasien. Ulkus merupakan komplikasi DM yang mudah terjadi yang disebabkan oleh pengontrolan gula
darahyang buruk sehingga mengakibatkan peningkatan infeksi bakteri Brashers, 2008. Hipertensi pada DM merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler, strokedan panyakit ginjal Berrahoet al, 2012. Stroke pada DM terjadi karena tingginya kadar gula darah, tekanan darah, dan hiperlipidemia
ADA
b
, 2012. Koma diabetik yaitu kehilangan kesadaran karena DM yang tidak
7
terkontrol Pyke, 2013. KAD terjadi sebagai akibat dari defisiensi insulin absolut muapun relatif dan ditandai dengan hiperglikemi dan ketonuria Raghavan, 2012.
Gambaran Penggunaan Obat 1.
Obat antidiabetik
Penatalaksanaan DM geriatri yang tepat dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Pada awalnya untuk menurunkan kadar gula darah
sebagian penderita mendapatkan terapi non farmakologi, tetapi jarang berhasil sehingga dibutuhkan terapi farmakologi Kartodarsono, 2012.
Tabel 2. Distribusi obat antidiabetes pada pasien diabetes melitus geriatri di instalasi rawat inap RS X Klaten tahun 2011.
Keterangan Jenis Obat
Jumlah Persentase
Obat tunggal Glikazid
7 10,00
Gliquidon 2 2,86
Metformin 5 7,14
ActrapidShort-acting 22 31,43
NovorapidRapid-acting 16 22,86
Obat kombinasi Glikuidon + metformin
2 2,86
Glikazid + metformin 4
5,71 Glibenklamid + metformin + glukobay
1 1,43
Metformin + actrapidShort-acting 2 2,86
Glimepirid + actrapidShort-acting 1 1,43
Gliquidon + actrapidShort-acting 1 1,43
Glimepirid + novorapidRapid-acting 1 1,43
Glikazid + novorapidRapid-acting 3 4,29
NovorapidRapid-acting + actrapidShort-acting 1 1,43
NovorapidRapid-acting + levemirLong-acting 1 1,43
Novomix
70 aspart protamin30 aspart
1 1,43 Jumlah
70 100
Sulfonilurea bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin oleh sel β
pankreas Suherman, 2008. Glikazid merupakan sulfonilurea yang mempunyai kerja singkat sehingga tidak menimbulkan hipoglikemi sehingga
direkomendasikan untuk pasien lansia Lee, 2009. Terapi kombinasi diberikan apabila monoterapi gagal mengontrol kadar gula darah. Terapi kombinasi OHO
harus dipilih dari golongan yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Kombinasi OHO dapat diberikan maksimal 3 macam OHO atau 2 macam OHO
dengan insulin. Jika dengan kombinasi OHO dan insulin kontrol gula darah belum tercapai maka diberikan terapi insulin intensif Soegondo, 2008.
Kombinasi glikazid dengan metformin dapat memperbaiki kadar gula darah yang lebih baik. Kombinasi sulfonilurea, metformin dan acarbose dapat
menurunkan kadar gula darah sebesar 20-30mgdL Sugiarto, 2012. Pemberian terapi insulin sedini mungkin lebih baik bila terapi dengan OHO kontrol gula
darah gagal Kartodarsono, 2012.
8
2. Obat lain